bab i pendahuluan a. latar belakang masalahthesis.umy.ac.id/datapublik/t11620.pdf · 2014-02-20 ·...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia menempati urutan yang ke 108 dalam peringkat Multidimentional
Poverty Index (indeks kemiskinan multidimensional) di dunia sebagaimana dirilis
oleh United Nations Development Program (UNDP, 2011) , sebuah ironi bagi
negeri yang berjuluk zamrud khatulistiwa. Negeri yang terkenal kesuburan
tanahnya dan melimpah kekayaan alamnya.
Fakta kemiskinan terlihat dengan jelas jika merujuk pada garis kemiskinan
yang dipatok pemerintah. Pada tahun 2011 pemerintah mematok garis kemiskinan
pada Rp 253.016,- bagi masyarakat kota yang berarti Rp 8.500,- perhari dan Rp.
213.395,- bagi penduduk desa yang berarti Rp 7.200,- . Keperihatinan menjadi
semakin mendalam karena dengan garis kemiskinan yang dipatok demikian
rendah ternyata masih menyisakan 11.05 juta orang miskin di kota dan 18.97 juta
orang miskin di desa. (Data Strategis BPS, 2011:64).
Fakta kemiskinan di Indonesia sejatinya merupakan fakta kemiskinan kaum
muslimin, karena 88,57% penduduk Indonesia adalah kaum muslimin (
http://riau.kemenag.go.id/). Kaum yang paling banyak berkorban untuk
kemerdekaan negeri ini, kaum yang paling banyak memberikan sumbangan bagi
kemajuan negara ini.
Islam sebagai d n yang mengajarkan kepada umatnya untuk hidup dalam
kemakmuran, semua kebutuhannya tercukupi secara ideal. Perintah untuk bekerja,
2
berusaha, berzakat dan bersedekah cukup untuk menjadikan tanda bahwa Islam
menghendaki manusia hidup dalam kesejahteraan.
Sebagaimana dalam doa yang senantiasa dipanjatkan oleh kaum muslimin:
Terkait doa ini, sebagaimana dijelaskan oleh Mu.hammad bin Jar r bin Yaz d
bin r bin lib al Amaliy Abu J -
- terkait dengan tafsir surat Al-Baqarah ayat 201. Imam At
Thobari menjelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kaum mukminin meminta
kebaikan hidup di dunia dan di akhirat Tafsir At Thabari, juz 4 halaman 203).
Islam telah menentukan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas
pemenuhan kebutuhan. Orang tua bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan
anak-anaknya. Suami bertanggung jawab atas tercukupinya kebutuhan istri beserta
anak-anaknya. Seorang kepala negara bertanggung jawab atas terpenuhinya hajat
seluruh rakyatnya.
Keadaan yang memperihatinkan ini tidak boleh dibiarkan terus terjadi, perlu
ada upaya serius dari berbagai pihak untuk turut memperbaikinya. Mengupayakan
bantuan permodalan, pelatihan, pendampingan dan advokasi. Wawasan tentang
sumber-sumber dana serta peluang-peluang usaha bagi kaum muslimin harus
dimanfaatkan sebaik-baiknya agar umat ini terangkat taraf hidupnya. Termasuk
wawasan tentang bagaimana negara ini mengelola kekayaan alamnya dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam upayanya mewujudkan
kesejahteraan rakyat, sebagaimana tercantum dalam Pasal 33 ayat 3 Undang-
3
undang Dasar 1945 bahwa
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat
Dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sesuai
amanat undang-undang dasar, negara mendirikan berbagai badan usaha milik
negara (BUMN). Secara umum BUMN mengelola sumberdaya alam yang ada
kemudian memberikan kontribusi kepada negara melalui pembagian hasil usaha
dan pajak. Selain dua hal tersebut BUMN juga berkontribusi secara langsung
melalui pembangunan masyarakat sekitar dalam bentuk program Corporate Social
Responsibilty (CSR).
Terkait dengan program Corporate Social Responsibilty (CSR), pemerintah
Republik Indonesia mengeluarkan beberapa peraturan perundangan. Salah satu
dari peraturan yang ada adalah peraturan tentang penanaman modal.
Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang
penanaman modal pasal 15 huruf b menyebutkan
Selanjutnya di
dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan ggung
adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap
perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat
setempat .
Amanat pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan juga termaktub di
dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2007 tentang
4
Perseroan Terbatas, sebagaimana tercantum di dalam pasal 1 angka 3
jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas
kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya .
Berdasar peraturan perundangan diatas, amanat kepada perusahaan untuk
melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan semakin jelas dan kuat.
Selain didasari oleh amanat perundangan, pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) juga merupakan kesadaran perusahaan untuk bertanggung
jawab terhadap lingkungan dan masyarakat atas kegiatan bisnis mereka dan
terlebih dari itu merupakan upaya untuk mencapai sukses jangka panjang (Mukti
Fajar ND, 2009:357). Berawal dari amanat perundangan dan kesadaran
perusahaan, program-program CSR semakin berkembang baik bentuk maupun
jumlah pendanaannya.
Mengenai anggaran penyelenggaraan dan realisasi CSR, jumlah dana yang
disediakan cukup besar, sebagai contoh Bakrie Group membelanjakan Rp. 4,8
miliar untuk program CSR dengan portofolio pada empat bidang utama yaitu:
1. Ekonomi.
2. Sosial (pendidikan, kesehatan dan sosial keagamaan)
3. Lingkungan
4. Keadaan darurat/bencana alam ((Mukti Fajar ND, 2009:371).
5
Selanjutnya, PT Pertamina dalam pelaksanaan program CSR pada tahun
2004 membelanjakan sekitar Rp 504 miliar (Maria Magdalena Siswanto,
2007:26). Kemudian PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk yang selanjutnya disebut
PT. TELKOM pada periode 2003-2007 menyalurkan Rp. 552 miliar dalam
kegiatan kemitraan untuk pengembangan industri, perdagangan, pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan lain-lain (Mukti Fajar ND,
2009:401).
Perkembangan program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan baik
bentuk program maupun besaran dana merupakan keuntungan bagi pemerintah
dan masyarakat. Pemerintah memiliki kesempatan mendapatkan mitra dalam
melaksanakan kewajibannya demikian pula masyarakat mendapatkan saluran baru
untuk mengakses dana, modal, bantuan konsultasi ahli, bantuan teknik maupun
bantuan pemasaran yang disediakan oleh perusahaan penyelenggara program
CSR.
Lembaga dakwah sebagai salah satu elemen masyarakat memiliki peluang
untuk memanfaatkan program program CSR melalui kerjasama dengan
perusahaan penyelenggara. Hal ini dimungkinkan karena kegiatan sosial
keagamaan merupakan salah satu kegiatan yang senantiasa diangkat dalam rangka
CSR disamping kegiatan pemberdayaan ekonomi.
PT. TELKOM termasuk perusahaan yang aktif dan kreatif dalam
penyelenggaraan program CSR. Hal ini ditandai dengan diperolehnya tiga
penghargaan CSR dalam ajang CSR For Indonesia Award 2010.
6
Penghargaan tersebut meliputi; Best CSR For indonesia, CSR Bidang
Pendidikan dan CSR Bidang Ekonomi Kerakyatan. (www.telkom.co.id, diakses 5
Januari 2012, 16:52).
Berdasarkan uraian sebagaimana disampaikan diatas, maka dapat
diidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut:
1. Semakin tumbuhnya kesadaran perusahaan untuk menyumbangkan
dana dan sumber daya yang dimiliki bagi pengembangan masyarakat
melalui program CSR.
2. PT. TELKOM merupakan BUMN dengan demikian keberadaan PT.
TELKOM ditujukan untuk kesejahteraan rakyat.
3. Rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia mayoritas adalah
beragama Islam maka sudah selayaknya jika kaum muslimin menerima
manfaat yang sebesar-besarnya dari berbagai kegiatan PT. TELKOM.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang sebagaimana disebutkan di atas, dapat dirumuskan
rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa saja aktivitas CSR yang telah dilaksanakan PT TELKOM?
2. Apakah aktivitas CSR PT TELKOM mengandung nilai-nilai
dakwah ?
7
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah sebagaimana disebutkan di atas, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai:
1. Aktivitas CSR yang dilaksanakan PT TELKOM.
2. Adanya nilai-nilai dakwah didalam aktivitas CSR PT TELKOM .
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat/kegunaan sebagai
berikut:
1. Kegunaan praktis:
a. Penelitian ini akan memberikan informasi kepada masyarakat terutama
lembaga dakwah tentang bentuk-bentuk aktivitas CSR yang dilaksanakan oleh
PT TELKOM sehingga masyarakat dapat memanfaatkan kegiatan tersebut.
b. Penelitian ini akan memberikan informasi tentang muatan nilai-nilai dakwah
dalam aktivitas CSR yang diselenggarakan PT TELKOM kepada organisasi-
organisasi kemasyarakatan Islam sehingga dapat menjadi pedoman dalam
melaksanakan kerjasama.
c. Bagi PT TELKOM, penelitian ini akan dapat menjadi salah satu masukan bagi
pelaksanaan kegiatan CSR selanjutnya terutama dalam pengembangan
masyarakat muslim sebagai mayoritas stakeholders PT TELKOM..
8
2. Kegunaan teoritik
Penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan Ilmu Manajemen
Dakwah, Sosiologi Agama dan Ilmu Komunikasi.
E. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Corporate Social Responsibility (CSR) /Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan telah dan terus berkembang. Namun kebanyakan penelitian
CSR meninjau aspek ekonomi, bisnis, komunikasi dan hukum. Sedangkan
tinjauan dari aspek dakwah belum banyak dilakukan.
Penelitian terdahulu tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
/Tanggung Jawab Sosial Perusahaan yang telah banyak dilakukan oleh peneliti
sebelumnya dapat dikelompokkan kedalam beberapa fokus kajian diantaranya
adalah:
a. Efek Komunikasi Program CSR
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui efek komunikasi pelaksanaan
program CSR. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efek komunikasi
PT TELKOM divisi regional Jawa Timur.
Penelitian ini dilakukan oleh Monica Adjeng Erwita dari Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Petra Surabaya pada tahun
2009.
9
TELKOM divisi regional Jawa Timur
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam memanfatkan
internet dengan fokus pemanfaatan email dan website. Hal ini sesuai dengan
program pemerintah Jawa Timur yang saat itu sedang mencanangkan program
JATIM e-Province.( Monica Adjeng Erwita, 2009:4)
Realisasi program CSR tersebut berupa:
1) Telkom membangun sarana pembelajaran internet baik hardware
maupun software.sarana tersebut berupa Broadband Learning Center
Room dan portal internet www. BLC.Com
2) Peserta bisa belajar di Broadband Learning Center Room maupun
mengakses www.BLC.com
3) Materi meliputi: Manfaat Internet, Browsing/Surfing,Searching, email,
Mailing list, Chatting, Blog, Web Design dan Internet Specific
Purpose.
sampai dengan tahun 2008 sejumlah 8.431 orang dengan komposisi 49 % dari
kalangan dunia pendidikan, 25 % komunitas UKM, 14 % kalangan pegawai
negeri sipil dan militer, 9% profesional dan swasta dan umum 3% ( Monica
Adjeng Erwita, 2009:60).
b. Sikap Komunitas terhadap Program CSR
Perkembangan konsep CSR saat ini menunjukkan bahwa tidak hanya para
stakeholder yang berkepentingan terhadap program CSR. Perusahaan telah
10
menganggap pelaksanaan CSR sebagai sebuah kebutuhan. Pelaksanaan CSR
yang baik, tepat sasaran dan terencana akan menjadi salah satu strategi
komunikasi untuk meningkatkan daya saing.
Sikap komunitas penerima program CSR terhadap pelaksanaan program
CSR serta perusahaan penyelenggaranya merupakan indikator bagi perusahaan
untuk menentukan berhasil atau tidaknya program CSR tersebut.
Penelitian yang dilaksanakan oleh Maria Magdalena Siswanto tentang
sikap komunitas lokal terhadap program CSR yang dijalankan oleh PT.
Pertamina (persero) UPMS V Surabaya di kelurahan Jagir menunjukkan
bahwa komunitas kelurahan tersebut memiliki sikap positif (Maria Magdalena
Siswanto, 2007: vi)
2. Kajian Teoritik
a. Corporate Social Responsibility/ / Tanggung Jawab
Perusahaan
1) Pengertian Corporate Social Responsibility/
Tanggung Jawab Perusahaan
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR) menurut The world
Business Council for Sustainable Development (WBCSD) adalah:
economic development while improving the quality of life of the workforce and
their families as well as the local community and society at large
11
Komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan
dengan peningkatan kualitas lokal dan masyarakat secara lebih luas.
Menurut World Bank, to contribute to
sustainable economic development working with employees and their
representatives to local community and society at large to improve quality of life,
Komitmen
bisnis untuk berkontribusi bagi pengembangan ekonomi, bekerja dengan para
karyawan dan perwakilan mereka, untuk komunitas lokal dan masyarakat pada
skala yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara yang baik
bagi bisnis dan pengembangan.
Menurut European Union CSR is a concept whereby companies
integrate social and environmental concerns in their business operations and
CSR adalah
sebuah konsep dimana perusahaan menggabungkan kepedulian sosial dan
lingkungan dalam pelaksanaan bisnis dan berhubungan dengan pemangku
kepentingan dalam kerangka kesukarelaan (Monica Adjeng Erwita,2009:13)
CSR merupakan isu yang dibuat dan dikembangkan oleh masyarakat
bisnis barat. Sehingga konsep CSR yang dikembangkan di masyarakat muslim,
khususnya negeri-negeri Arab definisi CSR mengacu kepada definisi di atas.
.
12
(Isa Muhammad Ghazaly, 2010:3)
.
( , 2010: 3)
Selanjutnya definisi CSR yang digunakan dalam penelitian ini adalah
komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal dengan
melalui pemberdayaan komunitas lokal dengan prinsip kesetaraan, sinergis dan
berkesinambungan.
2) Tujuan CSR
Ditinjau dari persepektif perusahaan, CSR ditujukan untuk:
a) Menjalankan amanat perundang-undangan
b) Kondusifitas lingkungan operasi
c) Loyalitas pelanggan (Monica Adjeng Erwita,2009:2)
d) Pemberdayaan masyarakat
e) Penunaian tanggung jawab
3) Praktik CSR
Penerapan CSR terdiri atas 4 tahapan:
a) Perencanaan
13
b) Implementasi
c) Evaluasi
d) Pelaporan
a) Tahap perencanaan terdiri atas 3 langkah
(1) Awareness building, ditujukan untuk membangun kesadaran mengenai
arti penting CSR dan komitmen manajemen.
(2) CSR assessment, merupakan upaya perusahaan untuk memetakan
kondisi perusahaan, mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu
mendapatkan prioritas.
(3) CSR Manual building, dengan memanfaatkan hasil assessment maka
disusunlah pedoman implementasi CSR.
b) Tahap implementasi terdiri atas 3 tahap:
(1) Sosialisasi, kegiatan ini untuk menyampaikan konsep dan pedoman
CSR kepada seluruh komponen perusahaan.
(2) Pelaksanaan, aktualisasi pedoman CSR dalam berbagai aktivitas.
(3) Internalisasi, mengupayakan pemahaman mendalam tentang konsep
dan pedoman CSR kepada seluruh komponen perusahaan.
c) Tahap Evaluasi
Berupa kajian terhadap pelaksanaan CSR apakah sudah efektif dan
sesuai dengan pedoman yang telah dibuat.
14
d) Tahap Pelaporan
Tahap ini berupa pencatatan secara menyeluruh aktivitas CSR. Hal ini
dimaksudkan untuk membangun sistem informasi yang baik untuk
keperluan proses pe ngambilan keputusan dimasa yang akan datang,
serta untuk penyediaan informasi bagi masyarakat melalui keterbukaan
informasi.Wibisono, et. al. (2007) dalam Monica Ajeng Erwita
(2009:28)
4) Model Pelaksanaan CSR
Menurut Saidi dan Abidin, Pelaksanaan CSR di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi empat model:
a) Melalui keterlibatan langsung
Perusahaan menyelenggarakan sendiri aktivitas CSR mereka. Masyarakat
bertindak sebagai penerima.
b) Melalui Yayasan ataupun organisasi sosial
Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial tertentu, kemudian
yayasan atau organisasi itulah yang menjalankan aktivitas CSR.
c) Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menggandeng organisasi sosial, instansi pemerintah, instansi
pendidikan dan lembaga lainnya, aktivitas CSR dilaksankan bersama.
d) Melalui konsorsium
15
Perusahaan bergabung pada sebuah lembaga yang berbasis pada tujuan
sosial. Budimanta, et. al. (2008) dalam Monica Adjeng Erwita (2009:18-
19).
5) Indikator Keberhasilan Program CSR
Menurut Budimanta, berdasarkan konsep partisipasi dan berkelanjutan
maka indikator-indikator keberhasilan program dapat dilihat dari sisi korporat
maupun sisi penerima/mitra.Beberapa indikator keberhasilan tersebut adalah:
a) Terlaksananya aktivitas CSR sesuai dengan pedoman implementasi.
b) Terwujudnya goodwill serta citra positif stakeholders
c) Tingkat partisipasi program
d) Tingkat kemandirian masyarakat
e) Keberlanjutan program. Budimanta, et. al. (2008) dalam Monica
Adjeng Erwita (2009:19).
b. Dakwah
1) Pengertian Dakwah
Dakwah secara bahasa bermakna seruan. Akar kata dakwah dalam bahasa
Arab adalah . menurut kamus Al-Munawwir berarti memanggil
atau mengundang (Ahmad Warson Munawwir,2002 :406).
Dakwah secara istilah memiliki beragam makna. Pertama, Dakwah
merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan tersebut
adalah terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat
16
yang diridhai Allah SWT. Sehingga sudah menjadi sifat alamiah dakwah jika ia
masuk ke segenap lapangan kehidupan manusia(Rosyad Sholeh, 2010:21).
Kedua, dakwah diartikan sebagai suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk
lisan maupun tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar
dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual
maupun secara kelompok agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran,
sikap penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama sebagai message yang
disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-unsur paksaan. H.M. Arifin, et. al.
(2004) dalam Kahrani (2008:6).
Ketiga, dakwah dimaknai mengajak manusia ke jalan kebaikan (Islam) dan
petunjuk untuk memproleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Abdul Basit, et. al
(2006) dalam Kahrani (2008:6)..
Keempat, dakwah menurut Nasaruddin Latif adalah setiap usaha atau
aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak,
memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah sesuai dengan
garis-garis aqidah dan syariat serta akhlak Islamiyah. Muhammad Sulthon, et. al.
(2003) dalam Kahrani (2008:6)..
Kelima, dakwah adalah ajakan memeluk Islam dan ajakan untuk
melanjutkan kehidupan Islam dengan berusaha menegakkan negara (daulah) Islam
yang nantinya daulah Islam tersebut akan menerapkan sistem hukum Islam dan
mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia (Taqiyuddin An Nabhani,
2007:94).
17
Selanjutnya dalam penelitian ini definisi dakwah yang digunakan adalah
seruan, ajakan dan penyadaran kepada manusia agar mereka mengenal, memeluk,
melaksanakan dan mendakwahkan Islam menuju terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhai Allah SWT
2) Hukum Dakwah
Setiap amal perbuatan didalam pandangan Islam memiliki status yang jelas.
Status tersebut meliputi wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram.Status hukum
Dakwah adalah wajib. Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap
dakwah. Hal ini dikarenakan lestari atau tidaknya kehidupan Islam sangat
tergantung kepada aktivitas ini (M. Maghfur Wahid dan M. Romadhon, 1999:157)
Perintah berdakwah di dalam Islam dapat dipahami melalui dalil-dalil naqli
tentang dakwah. Status wajib bagi dakwah disimpulkan melalui qorinah (indikasi)
dari dalil-dalil tentang dakwah serta (kalimat perintah) dari ayat-ayat
tentang dakwah sebagaimana berikut:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjukNahl: 125)
18
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri" (QS. Fushilat: 33)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung .
Ayat-ayat di atas menunjukkan wajibnya dakwah bagi setiap
muslim baik laki-laki atau perempuan tanpa kecuali. Demikian kuatnya
19
penekanan masalah dakwah ini, sampai-sampai Allah mengancam dengan
bencana jika kaum muslimin meninggalkan dakwah.
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya -Anfaal: 25). Adapun tinjauan hadits, terdapat banyak hadits yang
memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa melaksanakan dakwah.
Hudzaifah bin Yaman dari Nabi ShoDemi Zat yang diriku ada di tangan-Nya, hendaklah kalian melakukan amar
makruf nahi mungkar, atau Allah akan mengirimkan kepada kalian siksaan dari sini-Nya, kernudian kalian berdoa tetapi tidak dikabulkan Bhadits ini hasan (Sunan Tirmidzi, Juz 8 hal 75).
20
Dalam riwayat lain:
Mengabarkan kepada kami Su -Hasyimiy, mengabarkan kepada
-sesungguhnya nabi SAW bersabda: Demi Zat yang diriku ada di tangan-Nya, hendaklah kalian melakukan amar makruf nahi mungkar, atau Allah akan mengirimkan kepada kalian siksaan dari sini-Nya, kernudian kalian berdoa tetapi tidak dikabulkan (Musnad Ahmad, Juz 47 hal 281).
Dakwah hadir dalam beragam bentuknya, mulai dari ajakan melaksanakan
amalan yang sederhana, sampai dengan ajakan melaksanakan perkara yang besar
sebagaimana sabda Rasulullah saw :
bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW jihad manakah yang yang
ditujukan kepada penguasa yang zolim Sunan An-Nasa'i, Juz 13 hal 121).
21
--
Muhammad bin al-al- - -
Pemimpin para syuhada adalah Hamzah ibn Abdul Mutholib dan seseorang yang berdiri menghadap pemimpin yang zolim untuk melakukan amar makruf nahi munkar kepadanya lalu penguasa itu pun membunuhnya Al Mustadrak Al-Hakim Juz 11 hal 214).
merupakan kunci terkabulnya doa. Dakwah dalam kapasitasnya sebagai perintah
Allah maka melaksanakannya adalah ketaatan dan meninggalkannya adalah
kemaksiyatan. Doa orang-orang yang taat akan dikabulkan sedangkan doa orang-
orang yang maksiyat akan ditolak. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
22
Perintahkanlah kemakrufan dan cegahlah kemungkaran sebelum kalian berdoa tetapi doa kalian tidak dikabulkan Sunan Ibn Majah, Juz 12 hal 8).
Selain merupakan keharusan menurut tinjauan dalil naqli, secara aqli
dakwah sangat penting bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan dakwah secara
alamiah akan ada dalam setiap bidang kehidupan umat. Bidang-bidang tersebut
diantaranya bidang pendidikan, sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan lain-lain.
Dakwah akan berupaya mengatasi persoalan anak-anak putus sekolah,
kemerosotan akhlak, kemiskinan, pengangguran, penindasan, kriminalitas dan
persoalan lainnya yang kesemuanya itu adalah persoalan dakwah.
Terkait dakwah nahi munkar, dakwah ini harus sejalan dengan dakwah
amar makruf. Kemunkaran adalah semacam penyakit masyarakat, jika tidak
disembuhkan atau diberantas akan berakibat pada musnahnya masyarakat itu
(Rosyad Soleh, 2010:18).
3) Tujuan Dakwah
Merujuk kepada makna dakwah yang dipaparkan diatas maka tujuan
dakwah dapat dirumuskan sebagaimana berikut:
a. Tumbuhnya pada diri individu maupun kelompok akan pengertian,
kesadaran, sikap penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
sebagai message yang disampaikan kepadanya tanpa adanya unsur-
unsur paksaan. H.M. Arifin, et. al. (2004) dalam Kahrani (2008:6).
23
b. Manusia beriman dan mentaati Allah sesuai dengan garis-garis aqidah
dan syariat serta akhlak Islamiyah. Muhammad Sulthon, et. al (2003) .
dalam Kahrani (2008:7).
c. Dakwah memiliki dua tujuan. Dua tujuan tersebut meliputi tujuan
utama dan tujuan departemental.
kesejahteraan hidup di dunia dan di akherat yang diridhai Allah
1).
Sedangkan tujuan departemental adalah merupakan tujuan
perantara. Misalkan dalam bidang pendidikan maka tujuan
departementalnya adalah terwujudnya sistem pendidikan yang
baik, tersedianya sarana pendidikan yang memadai. Kemudian di
bidang sosial ekonomi maka tujuan departementalnya adalah
terwujudnya keadilan, tersedianya lapangan kerja yang cukup,
timbulnya kesadaran tolong-menolong, terkikisnya kebodohan dan
kemiskinan.
Terkait dengan bidang politik, tujuan departementalnya
adalah terwujudnya peraturan-peraturan hidup yang bersumberkan
ajaran Islam, duduknya orang yang beriman dan bertaqwa
ditampuk pemerintahan dan badan-badan atau lembaga negara
lainnya. Selanjutnya tujuan departemental di bidang budaya
diantaranya terbinanya perilaku, cara bergaul, cara berpakaian,
24
serta berkembangnya daya inisiasi dan kreasi masyarakat (Rosyad
Sholeh, 2010:28) .
d. Umat yang belum memeluk agama Islam dengan kesadaran dan
kerelaan memeluk Islam dan bagi yang sudah beragama Islam dengan
penuh kesadaran dan keikhlasan hidup diatur dengan Islam serta
terwujudnya negara (daulah) Islam yang mampu menerapkan sistem
hukum Islam dan mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia
(Taqiyuddin An Nabhani, 2009:94).
4) Subyek Dakwah
Dakwah dalam kapasitasnya sebagai kewajiban, maka hal ini menjadikan
setiap muslim dan muslimah adalah subyek dakwah. Namun demikian dari kajian
dalil-dalil naqli akan ditemukan bahwa dakwah tidak individual semata
(fardiyah), akan tetapi perlu adanya kelompok atau organisasi yang melakukan
aktivitas dakwah. Seruan untuk berorganisasi ataupun membentuk kelompok
dalam rangka pelaksanaan dakwah tersebut terdapat dalam Surat Ali Imran 104
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung .
Melalui ayat ini, Allah Swt. mewajibkan umat Islam untuk mewujudkan
minimal satu jamaah, organisasi atau partai yang aktivitasnya adalah
mendakwahkan Islam (al-khayr) serta melakukan amar makruf nahi mungkar.
25
Perintah yang terkandung dalam frasa waltakun menunjukkan pengertian
wajib, karena aktivitas mendakwahkan Islam serta melakukan amar makruf nahi
mungkar juga hukumnya wajib. Sementara itu, frasa minkum pada ayat di atas
berarti sebagian, karena adanya indikasi syariat (qarinah syari'yyah), yaitu bahwa
aktivitas amar makruf nahi mungkar merupakan fardhu kifayah. Hal ini
dikarenakan, tidak semua orang mampu untuk melaksanakan tugas semacam ini
karena tugas ini membutuhkan ilmu, pemahaman, dan hikmah yang tidak bisa
diperoleh oleh semua orang. Berdasarkan hal ini, kata ummah pada ayat di atas
bermakna jamaah dari golongan umat Islam, bukan jamaah umat Islam (Tafsir At
Thobari, Juz 7:90).
Berdasarkan uraian diatas maka subyek dakwah adalah individu dan
kelompok.
5) Obyek Dakwah
Obyek dakwah adalah pihak yang menjadi sasaran dakwah. Obyek
dakwah adalah orang atau pihak yang menerima pesan-pesan dakwah yang
ada beberapa pendapat tentang klasifikasi strata obyek dakwah
a) Menurut Habib Abdullah Haddad, dapat dikelompokkan
dalam delapan rumpun, yaitu :
(1) Para ulama
(2) Ahli zuhud dan ahli ibadah
(3) Penguasa pemerintah
26
(4) Kelompok ahli perniagaan, industri dan sebagainya
(5) Fakir miskin dan orang lemah
(6) Anak, istri dan kaum hamba
(7) Orang awam yang taat dan yang berbuat maksiat
(8) Orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Imam Habib Abdullah Haddad, et. al. (2000) dalam
Kahrani, (2008: 10).
b) Mohammad Natsir mengelompokkan dalam tiga rumpun
yaitu: Mukmin, Kafir dan Munafik. Mohammad Natsir, et. al.
(2000) dalam Kahrani, (2008: 10).
c) Abdul Karim Zaidan dalam Ushul al- mengelompokkan
dalam empat rumpun, yaitu: al-mala, (penguasa), jumhur
al-nas (mayoritas masyarakat), munafiqun, dan ahli maksyiyat.
Abdul Karim Zaidan, et. al (1987) dalam Kahrani, (2008: 13).
d) -Qahthani melakukan pembagian
obyek dakwah sebagai berikut: dengan kategori muslim
dan non muslim. dari rumpun muslim dibagi dua yaitu:
Muslim yang cerdas dan siap menerima kebenaran, dan Muslim
yang siap menerima kebenaran, tetapi mereka sering lalai dan
kalah dengan hawa nafsu. Sedangkan non muslim,
pembagiannya sama dengan al-Bayanuni, tetapi beliau tidak
memasukkan munafik dalam kelompok non muslim.
27
Berdasarkan data- as, dapat
dikelompokkan dengan lima tinjauan, yaitu:
(1) ditinjau dari segi penerimaan dan penolakan ajaran
Islam, terbagi dua, yaitu muslim dan non muslim.
(2) ditinjau dari segi tingkat pengalaman ajaran
agamanya, terbagi tiga, dzaliman linafsih, muqtashid dan
sebagian bilkhairat.
(3) ditinjau dari tingkat pengetahuan agamanya, terbagi
tiga, ulama, pembelajar dan awam.
(4) ditinjau dari struktur sosialnya,terbagi tiga;
pemerintah (al-mala), masyarakat maju (al-mufrathin) dan
terbelakang (al-m ).
(5) ditinjau dari prioritas dakwah, dimulai dari diri
sendiri, keluarga, masyarakat. M.Munir, et. al (2006) dalam
Kahrani, (2008: 15).
Selanjutnya dengan merujuk paparan pendapat diatas, dapat dijelaskan
bahwa obyek dakwah dapat berupa individu maupun kelompok. Obyek dakwah
di dalam masyarakat tersebut selanjutnya dapat diklasifikasikani menurut beragam
aspek antara lain:
1) Status agama, yaitu non muslim dan muslim.
2)
mukhlasin, muttaqin dan muhsinin.
28
3)
khowasul khowas.
4) Tingkat pendidikan, yaitu buta huruf, lulusan SD, SMP, SMA, Sarjana,
Master dan Doktor.
5) Jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.
6) Usia, yaitu anak-anak, remaja, pemuda, dewasa dan lansia.
7) Geografis, yaitu pedesaan, pesisir, pegunungan dan perkotaan.
8) Profesi, yaitu petani, nelayan, buruh, pegawai swasta, pegawai negeri
sipil, militer, profesional.
9) Organisasi , yaitu individu, keluarga, organisasi sosial kemasyarakatan,
organisasi politik dan negara.
6) Metode Dakwah
Metodologi mengandung arti sesuatu tata cara, teknik atau jalan yang telah
dirancang atau dipakai dalam proses intelektual guna memperoleh pengetahuan
jenis apapun, baik pengetahuan akal sehat, pengetahuan humanistik, historis dan
lain sebagainya. Muhammad Sulthon, et. al (2003) dalam Kahrani (2008:23)
Secara normatif di dalam al- -Nahl ayat 125 terdapat tiga
metodologi di dalam berdakwah :
29
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjukNahl: 125)
Ayat di atas menerangkan tiga metode (tharîqah) dakwah, yakni cara
pengemban dakwah menyerukan Islam kepada manusia. Ada cara yang berbeda
untuk sasaran dakwah yang berbeda.
Pertama, dengan hikmah, maksudnya dengan dalil (burhan) atau hujjah
yang jelas ( ataupun zhanni) sehingga menampakkan kebenaran dan
menghilangkan kesamaran. Shidiq Al Jawi, (2004)
Cara ini tertuju kepada mereka yang ingin mengetahui hakikat kebenaran
yang sesungguhnya, yakni mereka yang memiliki kemampuan berpikir yang
tinggi atau sempurna seperti para ulama, pemikir, dan cendekiawan.
Kedua, dengan , yaitu peringatan yang baik yang dapat
menyentuh akal dan hati (perasaan). Misalnya, dengan menyampaikan aspek
targhîb (memberi dorongan/pujian) dan tarhîb (memberi peringatan/celaan) ketika
menyampaikan hujjah. Cara ini tertuju kepada masyarakat secara umum. Mereka
adalah orang-orang yang taraf berpikirnya di bawah golongan yang diseru dengan
hikmah, namun masih dapat berpikir dengan baik dan mempunyai fitrah dan
kecenderungan yang lurus.
Ketiga, dengan jadal (jidâl/mujâdalah) billati hiya ahsan, yaitu debat yang
paling baik. Dari segi cara penyampaian, perdebatan itu disampaikan dengan cara
yang lunak dan lembut, bukan cara yang keras dan kasar. Dari segi topik, semata
terfokus pada usaha mengungkap kebenaran, bukan untuk mengalahkan lawan
30
debat semata atau menyerang pribadinya. Dari segi argumentasi, dijalankan
dengan cara menghancurkan kebatilan dan membangun kebenaran. Cara ini
tertuju kepada orang yang cenderung suka berdebat dan membantah, yang sudah
tidak dapat lagi diseru dengan jalan hikmah dan . Shidiq Al
Jawi, (2004)
Bagian akhir ayat memberikan arti, bahwa jika kita telah menyeru manusia
dengan tiga jalan tersebut, maka urusan selanjutnya terserah Allah. Memberikan
hidayah bukan kuasa manusia, melainkan kuasa Allah semata. Kita hanya
berkewajiban menyampaikan (balâgh); Allahlah yang akan memberikan petunjuk
serta memberikan balasan, baik kepada yang mendapat hidayah maupun yang
tersesat.
7) Materi Dakwah
Materi dakwah tidak lain adalah Al-Islam yang bersumber dari Al-
dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh-Nya.
Materi dakwah dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Aqidah
Secara etimologis aqidah berakar dari kata aqada- -
Aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh.
Setelah terbentuk menjadi berarti keyakinan. Jadi aqidah adalah
kebenaran yang diyakini bersumber dari Allah menentramkan jiwa bagi
para pelakunya.
31
b) Ibadah
-unsur ibadah pertama
taat dan tunduk kepada Allah yaitu merasa berkewajiban melaksanakan
peraturan-peraturan Allah yang dibawakan oleh Rasul-Nya baik yang
berupa perintah maupun larangan, ketentuan halal maupun haram. Ibadah
terbagi dua, yaitu: umum dan khusus:
(1) Ibadah umum adalah ibadah yang mencakup segala aspek
kehidupan.
(2) Ibadah Khusus adalah ibadah yang macam dan cara
melaksanakann
yang bersifat tetap dan mutlak. Manusia tinggal melaksanakan
sesuai dengan peraturan dan tuntunan yang dibenarkan agama
(Islam), tidak boleh merubah, menambah atau mengurangi.
Ibadah khusus mencakup seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan
lain-lain. Ahmad Azhar Basyir, et. al (1987:42) dalam Kahrani
(2008:18).
c) Muamalah
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan orang banyak, dimana didalam hidupnya membutuhkan pergaulan
di dalam bermasyarakat atau pun bernegara. Disadari atau tidak, untuk
32
menyempurnakan kebutuhan hidup maka manusia memerlukan interaksi
(muamalat) dengan lingkungan sekitarnya.
tetapi realisasi tentang tanggung jawab akan berimplikasi kepada kehidupan di
akhirat kelak. Nilai-
hukum halal dan haram yang harus selalu diperhatikan, baik itu mengenai masalah
politik, sosial, hukum, maupun ekonomi.
d) Akhlak
Secara etimologis aqhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Dalam akhlaq tercakup pengertian
terciptanya keterpaduan antara kehendak Khaliq (Tuhan) dengan perilaku
makhluq (manusia). Akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku
yang mengatur hubungan antara sesama manusia, tetapi juga norma yang
mengatur hubungan antara manusia Tuhan bahkan dengan alam semesta.
e) Politik
Keempat materi dakwah pertama yang meliputi aqidah, ibadah, muamalah dan
akhlak dalam implementasinya membutuhkan upaya politik serta institusi politis
yang melaksanakannya dengan sempurna. Institusi tersebut adalah negara.
Penegakan hukum-hukum muamalah terkait dengan masalah makro semisal
hukum pertanahan, moneter, hudud, jinayat, hanya akan menjadi bahan diskusi
33
dan tidak akan terlaksana dalam kehidupan tanpa adanya daulah khilafah
(Taqiyuddin An Nabhani, 2005:15)
8) Nilai-nilai Dakwah
Dakwah dikatakan terlaksana jika materi-materi dakwah telah disampaikan
oleh subyek dakwah yang benar kepada obyek dakwah yang tepat dengan metode
yang tepat. Kemudian dakwah dikatakan berhasil jika tujuan yang telah
dirumuskan dan direncanakan berhasil diwujudkan.
Dengan mengacu uraian tentang dakwah yang dipaparkan diatas, maka perlu
dirumuskan tentang nilai-nilai dakwah dalam suatu aktivitas. Suatu aktivitas
dikatakan mengandung nilai dakwah jika aktivitas tersebut terkait dengan bidang
bidang berikut:
Tabel: Aktivitas dan nilai dakwah
No Bidang Aktivitas Nilai
1 Aqidah Pendalaman agama Keimanan,
ketaatan
2 Ibadah a. Pendalaman agama
b. Bimbingan ibadah
c. Penyediaan prasarana
ibadah
(Rosyad Sholeh, 2010:88)
Keimanan,
kesadaran,
pemahaman,
taqorub
3 Pendidikan a. Motivasi belajar
b. Pendirian lembaga
Berilmu,
berakhlak mulia,
34
pendidikan formil, non
formil
c. Pembuatan kurikulum
d. Penyediaan bahan ajar
e. Penyiapan tenaga pengajar
f. Penyediaan sarana-
prasarana
(Rosyad Sholeh, 2010:89)
terampil,
4 Sosial/Kesejahteraan
masyarakat
a. Penyuluhan/bimbingan
kesehatan mental.
b. Bimbingan bina rumah
tangga.
c. Penggalangan dana
(kematian, yatim piatu,
jompo, sakit dll)
d. Bantuan bencana
(Rosyad Sholeh, 2010:90)
Kesehatan,
Keharmonisan,
keselamatan
5 Ekonomi a. Motivasi berusaha
b. Penyediaan modal
c. Pendampingan
d. Penyediaan lapangan
pekerjaan
(Rosyad Sholeh, 2010:91)
Pemberdayaan,
Kesejahteraan
35
3. Penegasan Konsep dan Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian -nilai Dakwah Aktivitas Corporate
Social Responsibility PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, (PT TELKOM),
maka konsep-konsep yang digunakan adalah sebagai berikut:
a) Definisi Corporate Social Responsibility dalam penelitian ini adalah
komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal
6 Ilmu Pengetahuan
dan Kebudayaan
a. Pengembangan teknologi
tepat guna
b. Pengembangan seni
budaya
(Rosyad Sholeh, 2010:91)
Kemajuan,
Keindahan
7 Hukum 1. Advokasi Keadilan,
pengayoman,
keamanan,
Kepastian
hukum
8 Politik a. Membangun Kesadaran
Politik
b. Partisipasi politik
c. Kontribusi legislasi
d. Kritik dan kontrol
Penerapan
syariat Islam
dalam seluruh
aspek kehidupan.
36
dengan melalui pemberdayaan komunitas lokal dengan prinsip kesetaraan,
sinergis dan berkesinambungan.
b) Nilai-nilai dakwah merupakan capaian yang dikehendaki dari aktivitas
dakwah yang meliputi proses dan hasil, sebagaimana tabel diatas.
c) Aktivitas CSR PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk, (PT TELKOM) adalah
seluruh kegiatan CSR yang diselenggarakan PT TELKOM diseluruh
Indonesia dan dimuat dalam siaran pers maupun di publikasikan dalam
situs resmi PT TELKOM, www.telkom.co.id
4. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
beragam nilai-nilai dakwah dalam aktivitas CSR PT. TELKOM.
Tujuan penelitian kualitatif ialah untuk memperoleh data yang
bersifat menyeluruh atau holistik dan mendalam (Judistira K. Garna,
2008:29).
a. Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan jenis data dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan, sumber tertulis, gambar dan foto, serta data statistik. Peneliti adalah hal
yang pokok sebagai instrumen penelitian melalui pengamatan atau wawancara
sehingga peneliti bisa membuat catatan lapangan tentang pelaku dan pola yang
lengkap. (Judistira K. Garna, 2008:32).
37
Selanjutnya teknik yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
adalah:
1) Dokumentasi dengan cara mencari data mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan judul Skripsi. Dokumen yang dibutuhkan adalah press release,
liputan media dan dokumen lain terkait pelaksanaan CSR PT. TELKOM.
2) Interview dengan pejabat PT TELKOM terkait pelaksanaan CSR PT.
TELKOM
b. Teknik Analisis Data
Penelitian deskriptif berupaya untuk memberikan uraian yang bersifat
deskriptif tentang suatu kolektifitas dan representatifitas . Tujuan utamanya ialah
menggambarkan atau mengungkapkan realitas sosial yang sedemikian kompleks
agar relevansi antropologi dan sosiologi tercapai. Realitas sosial yang kompleks
agar dapat dianalisis perlu disederhanakan dengan cara penggolongan atau
klasifikasi. (Judistira K. Garna, 2008:34).
Dalam penelitian ini, data yang yang telah terkumpul akan di analisis dengan
menggunakan analisis deskriptif. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam analisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi data penelitian terkait bentuk dan strukturnya
2) Mendeskripsikan ciri-ciri atau komponen-komponen nilai yang
terkandung dalam setiap data