bab i pendahuluan a. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Malang berada di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini
berada di dataran tinggi yang cukup sejuk, terletak 90 km sebelah selatan
Kota Surabaya, sebelah timur Kota Batu, dan sebagian wilayahnya dikelilingi
oleh Kabupaten Malang. Malang merupakan Kota terbesar kedua di Jawa
Timur,1 disamping itu beberapa objek dengan tema agrowisata banyak
dijumpai di Kota Malang.
Urbanisasi yang terus berlangsung, dan kebutuhan masyarakat akan
adanya pertumbuhan dan perkembangan dalam segala sektor seperti dalam
berbelanja. Masyarakat sudah mulai terbiasa akan adanya pusat-pusat
perbelanjaan khususnya mall atau pusat perbelanjaan lainnya, dan tempat-
tempat berkumpulnya orang-orang seperti tempat nongkrong yang sudah
banyak memakan tempat, seperti di Kota Malang yang sudah banyaknya
ruko-ruko yang dijadikan sebuah kafe atau resto. Oleh karena itu,
pembangunan terus dilakukan demi memenuhi kebutuhan manusia yang
semakin tahun meningkat jumlah populasinya.
Berdasarkan perkembangan Kota Malang tersebut, adanya tanda dari
beberapa perubahan yang ada seperti gaya hidup nongkrong. Gaya hidup
nongkrong pada saat ini terdapat banyak tempat berkumpul baik untuk
1 Http:www.Malang Kota.go.id. Hlm.1606072. diakses pada Jumat, 05 Desember 2014. Pukul
21:15 WIB.
2
kepentingan keluarga, bisnis, pertemanan, ataupun sekedar untuk bertemu.
Beberapa diantaranya seperti restoran, pusat perbelanjaan, mall, dan alun-
alun, termasuk tempat ngopi yang lebih lazim disebut dengan istilah kafe.
Akan tetapi karena Kota Malang yang dijuluki sebagai kota pelajar
berdasarkan perguruan tinggi atau kampus-kampus yang ada di Kota
Malang, maka kebanyakan pusat keramaian khususnya kafe dipenuhi oleh
para mahasiswa. Setelah itu budaya bertemu di kafe ini begitu mudah
diterima oleh masyarakat perkotaan, salah satunya yaitu di Kota Malang.
Kafe yang berada di daerah pusat-pusat Kota Malang, salah satu hal
yang unik adalah pengunjung yang datang tidak mengenal umur dan latar
belakangnya, Salah satunya yaitu, mahasiswa yang ingin mampir dan
bersantai disebuah kafe. Jika sebelumnya rumah merupakan tempat penting
untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dalam waktu lebih dari dua dasa warsa
ini perlahan-lahan mulai berkurang perannya dan mungkin saat ini digantikan
oleh ruang publik alternatif yang muncul akibat berubahnya gaya hidup.
Gaya hidup sangat erat kaitannya dengan perkembangan zaman,
dewasa ini gaya hidup lebih cenderung untuk mengikuti trend yang sedang
berkembang. Trend tersebut awalnya merupakan budaya yang ada di Negara-
negara Barat yang maju seperti Amerika, Inggris dan lain-lain, yang dijadikan
sebagai kiblat oleh masyrakat di negara berkembang seperti di Indonesia ini
dalam berperilaku. Apalagi diera globalisasi seperti sekarang dan tidak ada
lagi skat atau batas negara. Keberadaan manusia sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial mengandung pengertian bahwa manusia merupakan
3
makhluk yang unik, dan merupakan perpaduan antara aspek individu sebagai
perwujudan dirinya sendiri dan makhluk sosial sebagai anggota kelompok
atau masyarakat.2
Gaya hidup nongkrong di kafe merupakan kegiatan yang sering
dilakukan oleh para mahasiswa yang masih masuk dalam kategori produktif.
Kegiatan ini dapat dilakukan dimana saja termasuk di kafe-kafe atau tempat
berkumpul lainnya. Istilah nongkrong bagi mahasiswa merupakan salah satu
kegiatan untuk mengisi waktu luang mereka setelah pulang kegiatan
perkuliahan. Bagi para mahasiswa yang menjadi penyuka atau penikmat
kegiatan nongkrong ini, membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai
seperti dalam hal kenyamanan tempat dan juga produk yang ditawarkan
seperti hal di kafe pada umumnya.
Fenomena gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe, biasanya lebih
sering terjadi pada lapisan masyarakat perkotaan. Bagi mahasiswa, gaya
hidup nongkrong di kafe sudah bukan hal yang aneh, akan tetapi tetap saja
terlihat unik dan salah salah satunya yaitu di Kota Malang terutama di daerah
jalan Soekarno Hatta yang pernah peneliti amati. Dari beberapa kafe yang ada
sangat ramai sekali dikunjungi oleh para mahasiswa yang mendatangi tempat
tersebut dengan berbagai tujuannya masing-masing.
Perkembangan zaman pada saat ini fenomena nongkrong di kafe,
khususnya para mahasiswa di Kota Malang sudah menjadikan suatu
kebutuhan seperti halnya gaya hidup konsumtif. Beberapa mahasiswa
2 Mi'raj Denizar Abdurrahman, Dampak Gaya Hidup Mahasiswa Era Globalisasi, Journal, FEB.
UNAIR. http://www.academia.edu. diakses pada Rabu, 05 November 2014. Pukul 21:45 WIB
4
menjadikan kegiatan nongkrong menjadi sebuah kebiasaan yang terus-
menerus dilakukan dalam waktu luangnya.
Kota Malang pada saat ini sudah banyak adanya beberapa kafe atau
tempat nongkrong yang biasanya ditempati oleh para mahasiswa, dan
beberapa contoh tempat nongkrong khsusnya kafe di Kota Malang . Seperti
Andromeda Cafe and Music Jln. Jakarta 6, Malang, Monopoli Garden House
Cafe, Jln. Soekarno Hatta No. 28, Malang, Big Burger Resto and Cafe di Jln.
Soekarno Hatta D.501 Malang, dan Dapur Kota Cafe and Resto di Jln.
Soekarno Hatta D.501 Malang. Keistimewaan nongkrong di lokasi penelitian
sekarang, konsumen atau pengunjung kafe khususnya mahasiswa dapat
menikmati makanan dan minuman dengan adanya life music seperti halnya
kafe yang memasuki kalangan kelas menengah atau menengah ke atas.
Tempat nongkrong di kafe, dalam kalangan mahasiswa biasanya
dilihat dari fasilitas yang ditawarkan sesuai dengan tempat dan harganya.
Karena sesuai dengan kantong mahasiswa itu sendiri. Serta suasananya
membuat pengunjung betah berlama-lama nongkrong di tempat tersebut,
yaitu salah satunya Monopoli Garden House Cafe yag berlokasi di Jl.
Soekarno Hatta No.28, Malang. Setiap harinya tempat ini selalu ramai oleh
para pengunjungnya terutama para mahasiswa. Selain itu ada keistimewaan
lainnya seperti di Big Burger Resto and Cafe, yaitu mahasiswa yang menjadi
konsumen atau pengunjungnya selain kegiatan nongkrong, para mahasiswa
bisa mengadakan acara ditempat tersebut. Seperti mengadakan pertemuan
5
para mahasiswa berdasarkan kepentingan pribadi, akademik maupun
organisasi kampus.
Gambar 1: Kegiatan nongkrong sembari menikmati hidangan kafe
Sumber: Dokumentasi di Andromeda Cafe and Music
Berdasarkan gambaran hasil observasi tersebut, khususnya di
Andromeda Cafe and Music, terkait gaya hidup nongkrong terdapat banyak
persamaan dan perbedaannya pula khususnya dari kafe yang ada di Kota
Malang. Terutama terhadap gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe,
konsumen atau pegunjung kafe bisa disebut mahasiswa yang sedang
nongkrong berasal dari berbagai kampus yang ada di Kota Malang, para
mahasiswa yang sedang berkunjung ada yang sekedar menikmati sajian
hidangan dari fasilitas dan menu yang ada di kafe.
Muncul pertanyaan sederhana, dari salah satu konsumen atau
pengunjung kafe dari kalangan hedonis yang mempunyai status sebagai
6
mahasiswa. Pernah peneliti lihat di Monopoli Garden House Cafe, dan
menjadi salah satu penikmat kafe yang berkunjung hanya mengutamakan
keinginan bukan berdasarkan kebutuhan, dengan kata lain tidak menggunakan
dan membelanjakan uangnya untuk membeli kebutuhan melainkan hanya
kesenangan sesaat.
Gambaran umum tentang kafe yang menjadi salah satu trend center,
gaya hidup terkait kebiasaan nongkrong mahasiswa di kafe khususnya di
Andromeda Cafe and Music dan di Monopoli Garden House Cafe. Pada saat
ini kafe sudah dan selalu terus berkembang untuk bersaing dalam memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumennya seperti terus meningkatkan fasilitas,
menu, dan sumber daya manusia yang mengelola bagaimana cara penyajian
dan pelayanannya agar menjadi daya tarik terhadap konsumen agar terus
menjadi penikmat dan mengunjungi kafe tersebut.
Berdasarkan deskripsi tersebut, dengan melihat perkembangan dan
dinamika gaya hidup nongkrong khususnya mahasiswa yang menjadi
konsumen atau pengunjung kafe, dan dilengkapi dengan studi pendahuluan di
Kota Malang oleh peneliti yang telah lama diketahui dari beberapa objek
penelitiannya. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam hal ini,
dengan judul gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe (studi di Andromeda
Cafe and Music di Jln. Jakarta dan di Monopoli Garden House Cafe, Jln.
Soekarno Hatta No.28, Malang).
7
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan gambaran tersebut, rumusan masalah yang diangkat
dalam penelitian ini adalah bagaimana gaya hidup nongkrong mahasiswa di
kafe?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini, yakni mengetahui dan mendeskripsikan gaya hidup
nongkrong mahasiswa di kafe.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberikan kontribusi dalam dunia akademik terutama dalam
pengembangan teori sosiologi, berdasarkan teori Jean Baudrillard tentang
masyarakat konsumsi terkait konsep kode, fashion, simulasi dan simulakra
yang berkaitan dengan gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe.
2. Manfaat Praktis
Berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya terutama
dalam hal gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe, instansi tempat
nongkrong, dan pemerintah setempat agar bisa memberikan kebijakan
terhadap sarana dan prasarana tempat nongkrong yang berkaitan dengan
objek wisata yang ada khususnya di Kota Malang.
8
E. Definisi Konsep
1. Gaya Hidup
Istilah gaya hidup, baik dari sudut pandang individual maupun
kolektif, mengandung pengertian bahwa gaya hidup sebagai cara hidup
mencakup sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola respon
terhadap hidup, serta terutama perlengkapan untuk hidup. Cara yang bukan
suatu alamiah, melainkan hal yang ditemukan, diadopsi atau diciptakan,
dikembangkan dan digunakan untuk menampilkan tindakan agar mencapai
tujuan tertentu.3
Berdasarkan kandungan pengertian istilah gaya hidup tersebut di
atas, dapat kita pahami gaya hidup merupakan gejala yang kompleks serta
mengandung berbagai interaksi dari beragam unsur dan aspek yang terkait
dengan hidup manusia.4
2. Nongkrong
Secara epistimologi,5 nongkrong berarti membuang yang dianggap
tidak berguna untuk mendapatkan rasa nyaman. Pengertian lebih luasnya
lagi, nongkrong itu diartikan sebagai kegiatan mengisi waktu luang
sebagai sarana refreshing dari kepenatan rutinitas.6
3 Bagus Takwin, 2006. Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas, Jalasutra: Yogyakarta dan
Bandung, Hlm.37 4 Ibid, Bagus Takwin, 2006. Hlm.38 5 Epistemologi adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki sumber-sumber serta kebenaran
pengetahuan-pengetahuan. Sumber: Kamus Ilmiah Populer 6 Rahman Fauzan, 2012. Budaya “Nongkrong di Kampus”. Kompasiana.com. Diakses pada Jumat,
26 Desember 2014. Pukul 16:19 WIB.
9
Istilah nongkrong bukan istilah yang umum didengar. Akan tetapi
kita harus selalu ingat sesuatu sudah menimbulkan yang namanya candu
(ketergantungan) bagi pelakunya. Dalam hal ini bisa berakibat buruk bagi
pelaku itu sendiri, segala hal yang dilakukan bisa-bisa melebihi kadar yang
wajar dalam arti berlebihan.7
Stigma dari nongkrong itu sampai saat ini masih mendapat
tanggapan negatif dari sebagian besar masyarakat, banyak yang
menganggap nongkrong itu hanyalah aktivitas sia-sia belaka. Hanya
menghabiskan waktu dan sekedar berkumpul dengan teman tanpa tujuan
dan manfaat yang jelas. Memang pada dasarnya, nongkrong itu sendiri
dilakukan dalam rangka mencari kesenangan, meluapkan kesedihan,
dengan teman bisa kongkow-kongkow, bermain cela-celaan sampai
tertawa, tidak ada batasan bisa lepas mengungkapkan perasaan yang ada.8
3. Mahasiswa
Menurut Susantoro dalam Ramadhan (1990:23) mahasiswa
merupakan kalangan muda yang berumur antara 19 sampai 28 tahun yang
memang dalam usia tersebut mengalami suatu peralihan dari tahap remaja
ketahap dewasa. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
mahasiswa adalah mereka yang sedang belajar di perguruan tinggi
(Poerwadarminta, 2005:375) Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai
individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik
7 Writebygn, 2009. Nongkrong, Tipologi Gaya Hidup Mahasiswa dengan Notabene Baikkah,
http:writebygn.blogspot.com. Diakses pada Jumat, 26 Desember 2014. Pukul 16:20 WIB. 8 Ibid.Writebygn, 2009. http:writebygn.blogspot.com.
10
negeri mapun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan
tinggi.9
Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan keterperencanaan dalam bertindak. Berpikir
kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan prinsip yang saling
melengkapi (Dwi Siswoyo, 2007:121). Mahasiswa adalah orang yang
belajar di Perguruan Tinggi, baik di Universitas, Institut atau Akademi,
mereka yang terdaftar sebagai murid di Perguruan Tinggi.10
4. Kafe
Istilah kafe berasal dari bahasa Perancis yaitu cafe, secara harfiah
diartikan sebagai (minuman) kopi. Akan tetapi dengan berjalannya waktu,
kafe diartikan sebagai tempat minum-minuman yang bukan hanya kopi.
Tetapi juga minuman lainnya termasuk minuman yang berakohol rendah,
khususnya di Indonesia kafe berarti semacam tempat sederhana, akan
tetapi cukup menarik makan-makanan ringan, dengan ini kafe berbeda
dengan istilah warung.11
9Febriana Siska, 2012. Kecanduan Mahasiswa Terhadap Game Online. Skripsi, FISIP, UNY.
http://eprints.uny.ac.id. Hlm.9. Diakses pada Sabtu, 14 Maret 2015. Pukul 15:37 WIB. 10Ibid. Febriana Siska, 2012. http://eprints.uny.ac.id. Hlm.9. 11Http:www.Kafe-Wikipedia Bahasa Indosesia, ensiklopdeia.bebas.com. diakses pada Rabu, 05
November 2014. Pukul 22:11 WIB.
11
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Menurut pendekatannya, penelitian ini mengunakan pendekatan
fenomenologis. Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang
biasa dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa
peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang yang sedang diteliti
oleh mereka.12
Inkuiri fenomenologi memulai dengan diam, sedangkan diam
merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang sedang
diteliti. Mereka berusaha untuk masuk kedalam dunia konseptual para
subjek yang ditelitinya sedimikian rupa, sehingga mereka mengerti apa
dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka
disekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.13
Pendekatan fenomenologi mempunyai dua implikasi, yakni
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui apa yang dialami orang dan bagaimana ia
menafsirkan dunia. Inilah pokok perhatian penyelidikan
fenomenologis.
b. Satu-satunya cara agar kita benar-benar mengetahui apa yang dialami
orang lain adalah langsung mengalaminya sendiri. Disinilah
pentingnya observasi partisipatif. Akan tetapi, melakukan pengkajian
12Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm.9 13Ibid. Moleong, 2002. Hlm.9
12
dengan fokus fenomenologis yakni mencapai hakikat pengalaman
suatu gejala.14
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu, jenis penelitian kualitatif
diambil karena dalam penelitian ini berusaha menelaah fenomena sosial
dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam
kondisi terkendali. Selain itu, penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan orang-orang dan perilaku yang diamati.15
Karena data yang diperoleh berupa kata-kata atau tindakan, maka
jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian deskriptif
kualitatif, yaitu jenis penelitian yang hanya menggambarkan, meringkas
berbagai kondisi, situasi atau berbagai variabel. Penelitian deskriptif
kualitatif merupakan penelitian yang datanya dikumpulkan berupa kata-
kata, gambar dan bukan berupa angka-angka atau angket.16
Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian ini, karena maksud
dan tujuan pelaksanaannya untuk menjabarkan dan mendeskripsikan
gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe.
14Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hlm.178 15Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm.3 16Ibid. Moleong, 2002. Hlm.06
13
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti melihat keadaan
yang sebenarnya dari objek yang diteliti, sedangkan dalam penelitian ini
dilakukan didua kafe, yaitu di Andromeda Cafe and Music Jln. Jakarta
No.6, Malang dan di Monopoli Garden House Cafe, Jln. Seokarno Hatta
No.28, Malang.
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian terebut, karena
sebelumnya peneliti sudah melakukan studi pendahuluan di lokasi
penelitian. Dengan kata lain peneliti sudah mengenal kafe yang yang
menjadi objek penelitian, seperti terjalinnya relasi antara peneliti dengan
pihak terkait yang mengelola kafe tersebut.
4. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang menjadi
konsumen atau pengunjung kafe, yaitu di Andromeda Cafe and Music Jl.
Jakarta 6, Malang dan di Monopoli Garden House Cafe, Jl. Seokarno
Hatta No.28, Malang.
Mahasiswa yang menjadi konsumen atau pengunjung kafe dengan
kata lain, adalah pengunjung yang notabene-nya sebagai penikmat kafe,
manusia yang konsumtif akan adanya sebuah kafe, dan selalu ingin
menikmati fasilitas kafe. Kriteria selanjutnya yaitu mahasiswa yang
berasalkan dari berbagai kampus di Kota Malang.
14
5. Teknik Pengambilan Sampel
Subjek penelitian merupakan sumber utama data penelitian, yaitu
yang memiliki data mengenai variabel-variabel yang diteliti.17 Dalam
sebuah penelitian data harus sesuai fakta dan sesuai dengan gejala-gejala
sosial yang sedang terjadi, sangat diperlukan guna menunjang
keberhasilan sebuah penelitian dimana data merupakan inti dari sebuah
penelitian. Memperoleh subjek penelitian dengan cara Snowbolling
Sampling digunakan apabila peneliti tidak tahu yang memahami
informasi objek penelitian, oleh karena itu peneliti harus melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Peneliti tidak memulai melakukan penelitian dan pengumpulan
informasi, berupaya menemukan gatekeeper, yaitu siapa pun orang
pertama yang dapat menerimanya di lokasi penelitian yang dapat
memberi petunjuk tentang siapa yang dapat diwawancarai atau
diobservasi dalam rangka memperoleh informasi tentang objek
penelitian.
b. Gatekeeper bisa pula sekaligus menjadi orang pertama yang
diwawancarai, namun kadang gatekeeper menunjuk orang lain yang
lebih paham tentang objek penelitian.
c. Setelah wawancara pertama berakhir, peneliti meminta informan
menunjuk orang lain berikutnya yang dapat diwawancarai untuk
melengkapi informasi yang sudah diperoleh.
17 Saifuddin Azwar. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm. 34-35
15
d. Terus menerus setiap habis wawancara peneliti meminta informan
menunjuk informan yang lain.18 Oleh sebab itu dalam penelitian ini,
subjek penelitian haruslah memenuhi beberapa syarat yang telah
ditentukan, yaitu mahasiswa yang merupakan konsumen atau
pengunjung kafe yang berasalkan dari berbagai kampus di Kota
Malang.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dari keseluruhan proses
gatekeeper ketikan dihubungkan dengan pengumpulan informasi untuk
subjek penelitian tentang gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe yaitu,
peneliti mencari informasi dimulai dari manajer kafe kemudian manajer
tersebut menunjukkan salah satu konsumen atau pengunjung kafe yang
berstatus mahasiswa yaitu Ahmad Sayuti. Berikutnya peneliti
mendapatkan subjek kedua yaitu Anna Anggraeni, ketiga Veronica Vivi
Asis, keempat Tony Welly Pratama dan kelima Muhammad Taufiqy.
Semua subjek tersebut peneliti mendapatkannya dari Andromeda Cafe
and Music.
Subjek lainnya yang penelitian dapatkan di kafe kedua dengan
cara yang sama dari kafe sebelumnya yaitu dari manajaner kafe di
Monopoli Garden House Cafe. Berikutnya dari konsumen atau
pengunjung kafe yang berstatus mahasiswa yang pertama Siti Naimatun
18 Burhan Bungin. 2010. Penelitian Kualitatif: Komunikasi,Ekonomi, Kebijakan Public Dan Ilmu
Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group. Hlm.77
16
Niswah, kedua Arik Setiawan, ketiga Febrika Dita Sari, keempat Joni
Kurniawan dan kelima budi Hartono.
Alasan peneliti menggunakan teknik snow ball sampling yaitu,
ketika pada saat pertama kali observasi, peneliti mendapatkan kendala
dalam mencari status subjek penelitian. Dengan kata lain, peneliti selaku
pengamat dan ketika hendak melakukan wawancara terhadap subjek
harus menanyakan terlebih dahulu orang yang mengunjungi kafe di
lokasi penelitian apa berstatus mahasiswa.
6. Sumber Data
a. Data Primer (sumber data utama)
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya
(subjek penelitian), diamati dan dicatat, yang untuk pertama kalinya
dilakukan melalui observasi (pengamatan) dan wawancara.19
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang tidak dilakukan secara langsung
oleh peneliti, seperti buku, majalah ilmiah, arsip, dokumentasi pribadi
dan resmi,20 sebagaimana yang berkaitan dengan data-data gaya hidup
nongkrong mahasiswa di kafe.
19Ibid. Moleong, 2002. Hlm.56 20Ibid. Moleong, 2002. Hlm.56
17
7. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini tentu memerlukan adanya data-data, yakni sebagai
bahan yang akan diteliti dan untuk memperolehnya perlu adanya metode
yang dipakai sebagai bahan pendekatan. Adapun teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
a. Observasi
Pengamatan dalam metode observasi dapat diklasifikasikan
melalui cara berperanserta dan yang tidak berperan serta. Pada
pengamatan tanpa peranserta pengamat atau peneliti hanya melakukan
satu fungsi; yaitu mengadakan pengamatan. Pengamat atau peneliti
berperanserta melakukan dua peranan sekaligus, yaitu; sebagai
pengamat atau peneliti dan sekaligus menjadi anggota resmi dari
kelompok yang diamati.21
Berdasarkan macam-macam metode pengamatan tersebut,
metode observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dilakukan
secara terus terang. Dengan kata lain, dari beberapa subjek yang
diteliti terutama mahasiswa yang menjadi konsumen atau pengunjung
kafe mengetahui sejak awal bahwa peneliti melakukan kegiatan
penelitian.
Situasi-situasi yang tidak diinginkan terjadi dalam hal ini
tententu peneliti juga melakukan observasi secara tersamar. Misalnya,
meniru perilaku subjek dengan mengikuti kegiatan nongkrong di kafe
21Ibid. Moleong, 2002. Hlm.126
18
dan memesan menu yang ada bersama-sama kolega peneliti sendiri.
Karena berdasarkan studi pendahuluan oleh peneliti bahwa observasi
secara terus terang dan dilakukan secara berulang-ulang akan
membuat subjek menjadi resah, dan ada kemungkinan subjek akan
memberi respon yang tidak baik.
b. Wawancara
1) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur dalam pokok-pokok yang dijadikan
dasar pertanyaannya diatur secara sangat terstruktur. Keuntungan
wawancara terstruktur ialah jarang mengadakan pendalaman
pertanyaan yang dapat mengarahkan, dan yang diwawancarai agar
jangan sampai berbohong dalam menjawab pertanyaan peneliti.22
2) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara ini sangat berbeda dari wawancara terstruktur
dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respon, yaitu jenis
ini jauh lebih bebas iramanya. Responden biasanya terdiri atas
mereka yang terpilih saja karena sifat-sifat yang khas. Biasanya
mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka
lebih mengetahui informasi yang diperlukan.23
Pendekatan dalam jenis wawancara yang dipilih adalah
petunjuk wawancara tidak terstruktur. Alasan penggunaan model ini
22Ibid. Moleong, 2002. Hlm.138. 23Ibid. Moleong, 2002. Hlm.138.
19
untuk mencari dan menangkap data sedalam-dalamnya dan sebanyak-
banyaknya terkait rumusan yang ingin digali dalam penelitian ini.
Peneliti sudah menentukan subjek penelitian yang akan
diwawancarai yaitu; para mahasiswa yang menjadi konsumen atau
pengunjung kafe yang notabene-nya sebagai penikmat kafe dan yang
lebih sering mengunjungi kafe. Berdasarkan wawancara tidak
terstruktur yaitu subjek yang memiliki pengetahuan dan mendalami
situasi dan lebih mengetahui informasi yang diperlukan.
Bagaimana peneliti dapat berkomunisai dengan baik bersama
para mahasiswa yang menjadi konsumen atau pengunjung kafe yang
menjadi subjek penelitiannya yaitu; peneliti harus mampu menjaga
komunikasi dalam arti menjaga etika dan sebelumnya sudah
berkenalan secara terang-terangan agar dapat melaksanakan
wawancara dengan baik. Pada umumnya, seperti orang yang sedang
mengadakan kegiatan nongkrong bareng disebuah kafe dengan tujuan
yang berbeda-beda.
Data yang ingin peneliti peroleh melalui penelitian ini, yakni
sebagai berikut:
1) Mengetahui gaya hidup nongkrong mahasiswa di kafe.
2) Memahami apa saja yang sudah dilakukan oleh para mahasiswa
yang menjadi konsumen atau pengunjung kafe ditempat nongkrong
20
selama ini, dalam gaya hidup nongkrong dari kedua objek
penelitian yang dijalani oleh peneliti.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode mencari data mengenai hal-
hal yang berupa catatan seperti dokumen pribadi, buku harian, surat
pribadi, dan dokumentasi resmi.24 Hanya saja dalam penelitian ini,
dokumentasi memakai foto, karena pada saat ini foto sudah lebih
banyak dan sering dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian
kualitatif dan dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto
menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering
digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering
dianalisis secara induktif.25
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
melengkapi data dari hasil wawancara dan pengamatan (observasi).
Adapun data yang ingin diperoleh dalam metode dokumentasi yakni
sebagai berikut:
1) Jumlah kolega dan siapa saja yang membangun gaya hidup
nongkrong mahasiswa di kafe.
2) Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh para mahasiswa
yang menjadi konsumen atau pengunjung kafe selama berada
dilingkungan tempat nongkrong.
24Ibid. Moleong, 2002. Hlm.161 25Ibid. Moleong, 2002. Hlm.114
21
8. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data merupakan proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
berdasarkan data yang ada. Data yang terkumpul yaitu terdiri dari catatan
lapangan dan komentar peneliti.26
Teknik analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis
interaktif (Miles dan Huberman: 1992) ada empat tahapan dalam analisis
interaktif,27 yaitu sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
yang ada, walaupun demikian bisa dikatakan bahwa metode yang
pokok adalah pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam (in-
depth interview).28
Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu deskripsi
secara sistematis tentang kejadian dan tingkah laku setting sosial yang
dipilih untuk diteliti. Sedangkan wawancara medalam dalam
penelitian ini, yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan pada
percakapan intensif dengan suatu tujuan.29
26Ibid. Moleong, 2002. Hlm.103 27Sugiono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta 28Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hlm.172 29Ibid. Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Hlm.172
22
Pengumpulan data pada penelitian kualitatif, seorang peneliti
juga berfungsi sebagai instrumen penelitian.30 Adapun tujuan kegiatan
pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian melalui observasi dan
wawancara, yaitu untuk mencari jawaban sebagaimana dalam
rumusan masalah dalam penelitian.
b. Reduksi Data
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
Berdasarkan lokasi penelitian, data lapangan dalam uraian
laporan yang lengkap dan terinci. Data laporan lapangan kemudian
direduksi, dirangkum, dan kemudian dipilah-pilah hal pokok,
difokuskan untuk dipilih yang terpenting kemudian dicari tema atau
polanya melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan
pentabelan.
Reduksi data dilakukan terus-menerus selama proses penelitian
berlangsun, data yang tidak diperlukan disortir agar memberi
30Ibid. Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Hlm.172
23
kemudahan dalam penampilan penyajian, serta untuk menarik
kesimpulan.
c. Penyajian Data
Prinsip dasar penyajian data adalah membagi pemahaman kita
tentang sesuatu hal pada orang lain. Oleh karena itu data dalam
penelitian kualitatif berupa kata-kata, penyajian biasanya berbentuk
uraian kata-kata. Sering kali data disajikan dalam bentuk kutipan-
kutipan langsung dari kata-kata wawancara.31
Data-data tersebut, kemudian dipilah-pilah dan disisihkan
untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan
kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan
permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan
sementara yang diperoleh pada waktu data direduksi.
Penyajian data dalam penelitian ini, nantinya akan
berhubungan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, yaitu
untuk mengetahui dan mendeskripsikan gaya hidup nongkrong
mahasiswa di kafe.
d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Ferifikasi data dalam penelitian kualitatif, dilakukan secara
terus-menerus sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama
31Ibid. Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005. Hlm.173
24
memasuki lapangan dan selama proses pengumpulan data, peneliti
berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data yang
dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan,
hipotesis dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan.
Tahapan untuk menarik kesimpulan dari kategori-kategori data
yang telah direduksi dan disajikan untuk selanjutnya menuju
kesimpulan akhir mampu menjawab permasalahan yang dihadapi.
9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif
salah satunya menggunakan triangulasi, sedangkan dalam pengertiannya
triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.32
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya, Dezin (1978) membedakan empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan
penggunaannnya, yaitu; 1) sumber, 2) metode, 3) penyidik atau peneliti,
dan 4) teori.33
32Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm.178 33Ibid. Moleong, 2002. Hlm.178
25
Berikut penjelasan terhadap proses triangulasi dalam penelitian
ini, yakni sebagai berikut:
a. Sumber
Triangulasi berdasarkan sumbernya, berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.34
b. Metode
Triangulasi berdasarkan metodenya, terdapat dua strategi,
yakni sebagai berikut:
1) Pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian
beberapa teknik pengumpulan data
2) Pengecekan derajat beberapa sumber data dengan metode yang
sama.35
c. Penyidik atau peneliti
Triangulasi berdasarkan penyidik atau peneliti, yakni
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan
pengecekkan kembali derajat kepercayaan data. Pengamat lainnya
membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.36
34Ibid. Moleong, 2002. Hlm.178 35Ibid. Moleong, 2002. Hlm.178 36Ibid. Moleong, 2002. Hlm.178
26
d. Teori
Triangulasi berdasarkan teori, anggapan bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih
teori. Selain hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya
penjelasan banding.37
Berdasarkan pemaparan proses triangulasi tersebut, dalam
penelitian ini diangkat model triangulasi dengan sumbernya. Dalam hal
ini, peneliti membandingkan data hasil pengamatan (observasi) dengan
data hasil wawancara. Selain itu, membandingkan hasil wawancara
dengan isi suatu dokumen tertentu berkaitan dengan penelitian yang
sedang dilakukan oleh peneliti.
37Ibid. Moleong, 2002. Hlm.179