bab i pendahuluan a. latar belakangeprints.peradaban.ac.id/736/2/43115005_bab1.pdf1 bab i...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Studi hubungan internasional merupakan suatu ilmu dengan
cakupan yang sangat luas. Dalam studi maupun prakteknya, hubungan
internasional tidak hanya sebatas politik, ideologi, ekonomi serta
pertahanan kemananan sebuah negara, namun seiring dengan permintaan
dunia kontemporer juga melibatkan konsep kebudayaan. Hal tersebut
kemudian munculnya suatu forum sosial baru pada tatanan masyarakat dan
hubungan lintas bangsa.
Dalam konteks hubungan antar bangsa, terdapat sebuah konsep
yang sangat lazim dan menjadi poros dari setiap tindakan para aktor, istilat
tersebut adalah power. Menurut Joseph Nye, kekuatan atau Power adalah
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk mendapatkan
apa yang diinginkan atau juga untuk mencapai kepentingan. Cara untuk
mempengaruhinya pun dapat menggunakan cara-cara paksaan seperti
ancaman dan juga cara-cara membujuk dan menarik perhatian orang lain
(Nye, 2004) Salah satu power yang dijelaskan oleh Joseph Nye adalah soft
power, dimana jenis penggunaan soft power salah satunya yaitu diplomasi
kebudayaan yang merupakan sarana untuk mempromosikan ciri khas atau
identitas negara melalui komoditas budaya dari suatu negara. Contohnya
adalah kebudayaan Bollywood dari India, Korean Wave dari Korea, atau
Hollywood dari Amerika Serikat, yang telah menjadi bukti nyata akan
keberhasilan penggunaan komoditas budaya dalam praktek diplomasi.
2
Jenis komoditas budaya lainnya yang dapat menjadi instrumen
dalam diplomasi kebudayaan adalah olahraga. Komoditas budaya olahraga
ini menjadi bagian dari instrumen dikarenakan mengandung nilai-nilai
yang dapat digunakan oleh berbagai pihak untuk mengatasi konflik yang
terjadi baik antar individu maupun antar negara di dunia. Hal ini karena
olahraga mampu menjadi pengikat tali persahabatan dan dapat
menebarkan semangat solidaritas, kesetaraan, dan perdamaian antar
bangsa dan negara (Pusat Jalan Damai, 2018)
Selain itu olahraga juga menjadi sarana dalam mengembangkan
hubungan antar negara (Macloed, 2004). Sebagai contoh ajang olahraga
internasional sebagai instrumen diplomasi budaya adalah Asian Games,
Sea Games, bahkan ada event olahraga yang lebih spesifik berdasarkan
jenis olahraganya seperti piala dunia Federation International of Football
Assosiation (FIFA) sepak bola, piala dunia Federation International of
Basketball (FIBA) bola basket, piala Asean Football Federation (AFF)
yaitu turnamen sepak bola di kawasan Asia Tenggara, Asian Paragames
untuk altet difabel, dan Asian Cup UAE dan masih banyak lagi event
olahraga internasional lainnya yang dapat menjelaskan proses diplomasi
kebudayaan (Vintoko, 2018).
Peranan ajang olahraga internasional dinilai penting untuk
mendukung politik luar negeri suatu negara dan patut di telusuri lebih
dalam. Sebagaimana beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan,
beberapa diantara ada dalam skripsi “Diplomasi Budaya Indonesia melalui
3
SEA Games 2011 di Palembang”, dimana Indonesia menjadi tuan rumah
event olahraga internasional dengan kepentingan ingin menjadi nomor satu
kekuatan dalam bidang olahraga di Asia Tenggara dan tidak ada lagi
pengakuan-pengakuan budaya oleh negara lain. Peneliti lainnya yaitu
dalam jurnal nasional “Diplomasi Olahraga dalam Perspektif Komunikasi
Internasional Menyongsong Asian Games 2018” oleh Muh Isa Al
Mansyur, mengungkapkan bahwa Asian Games merupakan ajang
komunikasi internasional untuk mendapatkan pengakuan dunia
internasional. Dari dua peneliti tersebut mengungkapkan bahwa olahraga
merupakan sarana yang sangat mudah digunakan untuk mencapai
kepentingan dan membuat citra baik negara dimata masyarakat
internasional.
Dari beberapa paparan tersebut muncul keinginan untuk meneliti
alasan Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian Games 2018,
mengingat berbagai kondisi yang kurang memungkinkan bagi Indonesia
menjadi tuan rumah.
Perbedaan dengan peneliti terdahulu dengan penelitian ini adalah,
peneliti ingin menitikberatkan pada beberapa faktor yang mendorong
Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah event olahraga
internasional serta kepentingan-kepentingan yang ingin dicapai melalui
Asian Games 2018, mengingat tidak semua ajang olahraga internasional
memberikan hasil yang memuaskan, termasuk bagi negara maju seperti
4
Korea Selatan yang telah menjadi tuan rumah Asian Games ke-17 tahun
2014 justru membuat kerugian.
B. Pokok Permasalahan
Melihat pengalaman Korea Selatan pada Asian Games 2014 yang
juga mengalami kerugian setelah menyelenggarakan pesta olahraga
internasional tersebut, tetapi Indonesia tetap maju sebagai tuan rumah
Asian Games 2018. Maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah
“Mengapa Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah Asian
Games 2018?”
C. Tujuan Penelitian
1. Sebagai syarat kelulusan kuliah jenjang S1
2. Menganalisa tentang kepentingan Indonesia pada Asian Games
2018.
3. Memberikan gambaran bahwa olahraga merupakan salah satu
instrumen dalam diplomasi budaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Menambah wawasan penulis dan pembaca dalam mengetahui
kepentingan Indonesia.
2. Menambah pengetahuan mengenai faktor pendorong Indonesia
pada Asian Games 2018.
5
E. Kerangka Pemikiran
Dalam menemukan jawaban atas pokok permasalahan, penulis
menggunakan beberapa landasan berpikir yang tersusun dalam suatu
kerangka pemikiran. Beberapa diantaranya adalah konsep kepentingan
nasional, diplomasi kebudayaan, dan Soft Power.
1. Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional merupakan dasar untuk
menjelaskan perilaku luar negeri suatu negara. Dalam konsep
ini peran utama „negara‟ adalah aktor yang mengambil
keputusan yang memberikan pengaruh bagi masyarakat dalam
negerinya. Menurut Thomas Hobbes (2009) bahwa negara
dipandang sebagai pelindung wilayah, penduduk, dan cara
hidup yang khas dan berharga karena negara merupakan
sesuatu yang menyatu bagi kehidupan warga negaranya
(Sorensen, 2009)
Konsep ini tercipta dari kebutuhan suatu negara,
kepentingan ini dapat dilihat dari kondisi internalnya, baik dari
kondisi politik-ekonomi, militer atau sosial-budaya.
Kepentingan juga didasari oleh suatu „power‟ yang ingin
diciptakan sehingga negara dapat memberikan dampak
langsung bagi pertimbangan negara agar dapat pengakuan
dunia.
Kepentingan nasional juga dapat digambarkan sebagai
tujuan yang menyatu dan faktor penentu yang mengarahkan
6
para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan
kebijakan luar negerinya. Menurut Padelford dan Lincoln
(1960) mengidentifikasi kepentingan berupa kepentingan
keamanan nasional, kepentingan pengembangan ekonomi,
kepentingan peningkatan kekuatan nasional, dan kepentingan
citra nasional (Lincoln, 1960).
Adanya kepentingan nasional memberikan gambaran
bahwa terdapat aspek-aspek yang menjadi identitas dari suatu
negara. Hal tersebut dapat dilihat dari sejauh mana fokus
negara dalam memenuhi target pencapaian demi kelangsungan
negaranya. Dari identitas yang diciptakan dapat dirumuskan
apa yang menjadi target dalam waktu, baik bersifat sementara
atau untuk jangka panjang. Hal ini juga seiring dengan
seberapa penting identitas tersebut apakah sangat penting
maupun sebahai hal tidak terlalu penting. Setiap negara
memiliki kepentingan masing-masing tergantung bagaimana
negara tersebut membuat susunan kepentingan dengan setiap
negara dan bagaimana cara untuk mencapainya.
Dalam analisis kepentingan nasional, peran aktor yaitu
negara akan mengejar apapun yang dapat membentuk dan
mempertahankan, pengendalian suatu negara terhadap negara
lain. Bentuk pengendalian ini berhubungan dengan kekuasaan
yang tercipta melalui paksaan ataupun kerjasama. Maka dari itu
7
negara harus pandai-pandai membuat keputusan kebijakan luar
negerinya ketika akan melakukan kerjasama dengan negara lain
serta memikirkan kepentingan tersebut benar-benar penting dan
menguntungkan. Dalam kaitannya, kepentingan nasional
Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4
yaitu:
1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah.
2) Memajukan kesejahteraan umum.
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
(Sekretaris Kabinet, 2018).
Secara khusus, kepentingan nasional Indonesia menurut
Menko PMK (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan) sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2005 adalah melaksanakan keikutsertaan
Indonesia dalam kejuaraan dan pekan olahraga internasional,
meningkatkan dan memelihara kepentingan Indonesia, serta
memperoleh dukungan masyarakat untuk mengikuti Olympic
Games, Asian Games, SEA Games, serta pekan olahraga
lainnya (Kunjana, 2018). Dalam kaitannya dengan Asian
Games 2018, kepentingan nasionalnya adalah ikut serta dan
8
meningkatkan prestasi bidang olahraga Indonesia, hal ini
terbukti pada tahun 2018 merupakan tahun olahraga bagi
Indonesia dan menjadi momentum kebangkitan olahraga
nasional.
Dalam skripsi “Diplomasi Budaya Indonesia Melalui SEA
Games 2011 di Palembang” oleh Yudit Indra Prabowo FISIP
UMM 2014, kepentingan nasional Indonesia yang ingin
ditingkatkan dalam skripsi tersebut adalah kembali menjadi
yang nomor satu di Asia Tenggara dalam bidang olahraga dan
tidak lagi ada pengakuan budaya dari negara lain serta ingin
mendapatkan citra yang baik di mata dunia, sehingga suatu saat
nanti dapat kembali menjadi tuan rumah event olahraga
internasional lainnya (Prabowo, 2014).
Sementara dalam jurnal nasional “Dimensi Sosial dan
Politik Sea Games ke 26” oleh Alamsyah Dosen FISIP
Universitas Sriwijaya, memaparkan bahwa kepentingan
Indonesia melalui Sea Games ke 26 adalah menaikkan status
Sumatera Selatan di mata dunia internasional sebagai tempat
tujuan wisata internasional, serta membuka akses Sumatera
Selatan ke dalam pergaulan internasional lebih intens
(Alamsyah, 2010).
Dari beberapa penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa
kepentingan Indonesia adalah untuk meningkatkan citra baik
9
dan mendapatkan kepercayaan dunia internasional. Dari dua
hal tersebut nantinya akan memunculkan efek domino dalam
berbagai bidang, seperti dalam bidang pariwisata, diharapkan
event ini akan menarik wisatawan asing untuk berkunjung ke
Indonesia sehingga dapat meningkatkan pendapatan negara.
2. Diplomasi Kebudayaan
Konsep diplomasi kebudayaan berasal dari dua kata yakni
diplomasi dan kebudayaan. Diplomasi sendiri merupakan
instrumen yang digunakan dalam hubungan internasional
dalam mencapai kepentingan nasionalnya, juga dapat diartikan
sebagai seni dan taktik negosiasi melalui cara-cara damai untuk
mendapatkan kepentingan yang diinginkan (Roy, 2010). Arti
lainnya diplomasi merupakan suatu bentuk hubungan
internasional yang dilakukan melalui negosiasi dan bukan
melalui tindakan bedasarkan kekuatan. Kegiatan ini berkaitan
dengan pengumpulan informasi yang menunjang pelaksanaan
negosiasi (Peni Hanggarini, 2010). Sedangkan kebudayaan
merupakan hasil dari gagasan kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dan merupakan suatu identitas
yang dimiliki oleh negara lain untuk mengkhaskan negaranya.
Diplomasi kebudayaan dapat dipahami dalam sudut
pandang yang lebih luas baik menyangkut tujuan maupun
aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Konsep ini tidak hanya
10
menunjuk pada penggunaan kebudayaan sebagai sarana untuk
memperjuangkan kebijakan politik luar negeri suatu negara,
akan tetapi juga untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih luas
yang secara umum disebut kepentingan nasional (Amalia,
2015).
Pengertian lain dari diplomasi budaya adalah upaya
mencapai tujuan dengan memanfaatkan sarana budaya dalam
pencapaian kepentingan nasional negaranya. Sasaran dari
diplomasi kebudayaan adalah masyarakat internasional serta
aktor yang memerankan dapat negara, personal maupun
pebisnis yang dapat mempromosikan suatu kebudayaan yang
ada di negaranya. Kebudayaan merupakan media diplomasi
yang paling mudah, yang termasuk ke dalam diplomasi budaya
adalah kesenian daerah, perfilman, maupun olahraga untuk
mencapai kepentingan nasionalnya. Diplomasi kebudayaan
sendiri dapat dimaksudkan untuk meningkatkan image negara,
national branding serta soft power suatu negara di luar negeri
sebagai bangsa yang memiliki kebudyaan yang tinggi.
Konsep diplomasi kebudayaan menurut Shin Seung Jin
(2008) dalam tulisannya yang berjudul Strategic Directions
For The Activations of Cultural Diplomacy to Enchance The
Country of the Republic of Korea menjelaskan bahwa aktivitas
diplomasi kebudayaan merupakan cara lain yang dilakukan
11
oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya,
selain cara-cara militer atau kekerasan. Kepentingan nasional
yang ingin dicapai biasanya berupa keinginan untuk
mendapatkan penilaian positif dari masyarakat negara lain
sehingga mempermudah dilakukannya kerjasama-kerjasama
diberbagai bidang lainnya (Yulia, 2013). Berikut tabel untuk
menjelaskan situasi diplomasi budaya;
Tabel 1.1
Hubungan Antara Situasi, Bentuk, Tujuan, Sarana, Diplomasi Kebudayaan
SITUASI BENTUK TUJUAN SARANA
DAMAI Eksibisi
Kompetisi
Pertukaran misi
Negosiasi
Konferensi
Pengakuan
Hegemoni
Persahabatan
Penyesuaian
Pariwisata
Olahraga
Pendidikan
Perdagangan
Kesenian
KRISIS Propaganda
Pertukaran misi
Persuasai
Penyesuaian
Ancaman
Politik
Diplomatik
Misi tingkat tinggi
Opini public
KONFLIK Teror
Penetrasi
Pertukaran misi
Boikot
Negosiasi
Ancaman
Persuasi
Subversi
Pengakuan
Opini public
Perdagangan
Para militer
Forum resmi
pihak ketiga
PERANG Kompetisi
Teror
Penetrasi
Dominasi
Hegemoni
Ancaman
Militer
Para militer
penyelundupan
Sumber (Tulus Warsito, 2007)
Tabel diatas menjelaskan tentang implementasi diplomasi
kebudayaan dalam berbagai kondisi. Berdasarkan pada tabel
tersebut pula, pelaksanaan Asian Games 2018 dapat
dikategorikan sebagai bentuk eksibisi maupun kompetisi
dengan tujuannya pengakuan maupun persahabatan.
12
Bentuk eksibisi yang dimaksud adalah terdapat pengenalan
ciri khas Indonesia yang ditunjukkan pada saat acara
pembukaan Asian Games 2018, dimana pembukaan acara
tersebut menunjukkan budaya-budaya yang beragam dari
Indonesia. Sedangkan bentuk kompetisinya adalah saat
pelaksaan cabang-cabang olahraga yang dilombakan, dimana
negara-negara Asia saling menujukkan kemampuan atlet-
atletnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pengakuan dari
dunia internasional bahwa Indonesia mampu menjadi tuan
rumah pesta olahraga internasional dan untuk meningkatkan
persahabatan antar negara-negara Asia.
Dalam jurnal nasional oleh Ida Bagus Brata, kebudayaan
memiliki peran penting dalam memberi identitas pada suatu
bangsa guna mengembangkan diplomasinya. Penggunaan
kebudayaan berperan sebagai media yang efektif dalam
meningkatkan investasi negara dan menarik perhatian negara
lain. Oleh karena itu, diplomasi budaya merupakan salah satu
soft power yang memiliki fungsi vital dalam hubungan luar
negeri Indonesia (Brata, 2014) .
Dalam kaitannya dengan konsep ini, penyelenggaraan
Asian Games 2018 juga mengusung misi diaspora, yaitu
diaspora budaya Indonesia. Pada dasarnya yang dimaksud
diaspora Indonesia adalah warga negara Indonesia yang sedang
13
menempuh pendidikan atau bekerja di luar negeri. Pemerintah
Indonesia berharap diaspora Indonesia dapat membantu untuk
mengenalkan atau mempromosikan kebudayaan kepada
masyarakat yang ada di luar negeri. Diaspora budaya adalah
penyebaran pengaruh budaya-budaya melalui warga negara
yang menetap di negara lain untuk mengenalkan warisan
budaya negaranya.
Kaitannya dengan diplomasi budaya pada Asian Games
2018 adalah berkaitan adanya diaspora budaya yaitu pencak
silat, dimana pencak silat ini sudah mendunia dan dikenal oleh
negara lain. Salah satu contohnya adalah Federasi Pencak Silat
Rusia telah memeriahkan dan menyukseskan dua kali
penyelenggaraan Festival Indonesia di Moskow pada 20-21
Agustus 2016. Selain menyelenggarakan workshop, mereka
juga melakukan demo pencak silat secara langsung. Selain itu,
Federasi Pencak Silat Rusia telah mengikuti Kejuaran Dunia
Pencak Silat di Singapura dan berhasil meraih satu piala. Duta
Besar Indonesia untuk Rusia menyampaikan apresiasi atas
upaya-upaya yang dilakukan oleh Federasi Pencak Silat
termasuk keberhasilan yang telah dicapai. Menurutnya, ini
merupakan bagian dari promosi diaspora budaya Indonesia di
Rusia untuk lebih mengenal dan meningkatkan hubungan
kedua bangsa (Berita Kemenlu, 2017).
14
3. Soft Power
Studi hubungan internasional memperkenalkan sebuah
konsep hard power yaitu sebuah kekuatan dengan
menggunakan kekerasan atau ancaman militer dan ekonomi
sehingga negara-negara menuruti apa yang diinginkan oleh
negara yang memiliki super power. Saat ini negara di dunia
sudah tidak menggunakan hard power untuk mendapatkan apa
yang diinginkannya, melainkan menggunakan Soft Power yaitu
bertumpu pada kemampuan untuk membentuk preferensi orang
lain terhadap suatu negara yang dianggap memiliki nilai-nilai
baik dengan menggunakan daya tarik perhatian atau merayu
negara lain agar terpengaruh.
Soft Power merupakan pokok dari demokrasi, kemampuan
untuk menarik sesuatu cenderung dikaitkan dengan aset yang
tidak berwujud, seperti kepribadian yang menarik, budaya,
politik, serta kebijakan-kebijakan yang dipandang sah dan
memilitik nilai moral yang baik. Kekuatan lunak tidak hanya
sama dengan pengaruh, karena bagaimanapun pengaruh juga
dapat terbentuk pada kekuatan kekerasan atau ancaman. Soft
Power lebih dari sekadar persuasi atau kemampuan untuk
menggerakkan orang dengan argumen, meskipun hal tersebut
juga menjadi bagian terpentingnya.
15
Secara sederhana soft power adalah daya tarik untuk
mempengaruhi pihak lain menggunakan aset-aset lunaknya
yang dapat menjadikan unsur tersebut menjadi bernilai. Dalam
politik internasional, sumber daya yang menghasilkan kekuatan
lunak muncul sebagian besar dari nilai-nilai yang diekspresikan
oleh suatu organisasi atau negara dalam budayanya yang secara
tidak langsung mempromosikan kebudayaan yang ada di
negaranya.
Soft Power terdiri dari 3 unsur yaitu; budaya, nilai politik
dan kebijakan luar negeri. Budaya adalah nilai dan praktik yang
menciptakan makna bagi masyarakat. Budaya memiliki banyak
unsurnya seperrti kesenian, perfilman, budaya popular, bahasa
maupun pendidikan yang tetap berfokus pada hiburan massal
guna menarik perhatian masyarakat internasional. Ketika suatu
negara memasukkan nilai-nilai budaya yang universal dan
kebijakannya mempromosikan nilai-nilai budaya tersebut maka
negara kemungkinan mendapatkan hasil yang diinginkan.
Nilai-nilai yang diperjuangkan pemerintah dalam negaranya
(misalnya, demokrasi), di lembaga-lembaga internasional
(bekerja sama dengan negara lain), dan dalam kebijakan luar
negeri (mempromosikan perdamaian dan hak asasi manusia)
sangat mempengaruhi perspektif negara lain. Pemerintah dapat
menarik atau mengusir orang lain dengan pengaruh mereka,
16
tetapi soft power bukan milik pemerintah pada tingkat yang
sama dengan hard power sehingga hal tersebut tidak dapat
digunakan dengan semena-mena.
Selain sebagai representasi aktivitas diplomasi oleh
pemerintah, yakni sebagai upaya media guna mempromosikan
perdamaian, membentuk pemahaman antar negara, diplomasi
olahraga sedang dilakukan oleh seluruh negara maju maupun
berkembang tidak hanya untuk mempromosikan negaranya di
dunia internasional melalui prestasi atlet-atletnya namun juga
untuk mempromosikan nilai-nilai sportifitas dan perdamaian
dalam suatu pertandingan olahraga.
Salah satu soft power yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sport diplomacy atau diplomasi olaharaga. Diplomasi
olahraga muncul sebagi salah satu media yang mudah untuk
melakukan hubungan kerjasama atau mencapai kepentingan
suatu negara dan muncul sebagai bagian integral dari upaya
untuk membangun hubungan yang menguat antara masing-
masing negara. Diplomasi olahraga menggunakan cara umum
untuk mengatasi perbedaan dan menyatukan, partisipasi dalam
olahraga mengajarkan keterampilan kepemimpinan, kerja tim,
dan komunikasi yang membantu pemuda atau atlet berhasil
sesuai bakat mereka.
17
Pertukaran diplomasi olahraga meningkatkan dialog dan
pemahaman budaya antar orang-orang di seluruh dunia.
Penggunaan olahraga sebagai platform peserta pertukaran
internasional memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin
menjalin hubungan profesional sesama atlet olahraga (Bureau,
2015). Negara di seluruh dunia menggunakan diplomasi
olahraga sebagai cara yang relatif untuk meningkatkan citra,
kredibilitas, status, daya saing ekonomi dan kemampuan untuk
melaksanakan event internasional. Alasan dibalik mengapa
diplomasi olahraga pada masa-masa ini seringkali digunakan
karena penggunaannya yang mudah serta memiliki bahasa
universal sehingga mudah mengatasi keterasingan antara orang,
bangsa dan negara yang berbeda (Jarve, 2017)
F. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu masalah yang
dihadapi dan perlu diuji kebenarannya dengan data yang lebih lengkap dan
menunjang dan dapat dikatakan sebagai dugaan diawal yang pada akhirnya
akan dibuktikan dengan bukti data yang lebih akurat. Hipotesa sementara
dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Indonesia memiliki kepentingan nasional untuk mewujudkan citra
baik dari internasional agar Indonesia dipilih kembali menjadi tuan
rumah event olahraga internasional
18
2. Keinginan Indonesia untuk menjadikan pencak silat sebagai cabang
olahraga yang akan dipertandingkan pada olahraga internasional
lainnya.
G. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
bersifat kualitatif dengan model deskriptif-analisis yang berusaha
menggambarkan kepentingan Indonesia dalam penyelenggaraan
Asian Games 2018. Metode penelitian kualitatif menurut Creswell
(2008) mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau
penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala
sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti
mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan
mengajukan pertanyaan umum dan luas. Informasi yang
disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan. Informasi
tersebut biasaya berupa kata atau teks. Data yang berupa kata-kata
atau teks tersebut kemudian dianalisis, hasil analisi itu dapat
berupa penggambaran atau deskripsi (Dr. J.R. Raco, 2010)
Metode penelitian kualitatif memperlakukan partisipan
benar-benar sebagai subjek dan bukan objek. Di sinilah partisipan
menemukan dirinya sebagai yang berharga, karena informasinya
sangat bermanfaat. Metode penelitian ini memberikan ruang yang
sangat besar kepada partisipan. Mereka terhindar dari
19
pengobjektifikasian oleh peneliti yang hanya menjawab pertanyaan
yang sudah disiapkan dan memilih jawaban yang sudah tersedia.
Penelitian ini dipilih agar mempermudah peneliti untuk
menggambarkan penelitian dan menggambungkan dengan konsep
yang dipakai.
2. Batasan Penelitian
Batasan penelitian ini adalah setelah event Asian Games
2018 telah selesai yaitu pada saat persiapan tahun 2014 dan saat
pelaksanaan tahun 2018.
3. Teknik Pengumpulan Data
Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi pustaka atau studi dokumen baik sumber primer
maupun sekunder. Studi dokumen merupakan kajian yang menitik
beratkan pada analisis dan interpretasi bahan tertulis. Metode
pengumpulan data yang dikembangkan adalah menangkap sesuatu
melalui cerita dari orang lain (story telling) penting karena secara
teoritis diasumsikan bahwa orang yang terpinggirkan dapat
menceritakan pengalaman mereka. Data yang diperoleh
dikumpulkan melalui berbagai macam sumber entah lewat
observasi masyarakat atau mempelajari dokumen-dokumen yang
tertulis. Data-data tersebut berfungsi untuk merekonstruksi dan
menganalisis kasus tersebut dari segi pandang logika sosial.
20
Data serta informasi yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber penelitian
terdahulu seperti tulisan kepentingan nasional dalam
penyelenggaraan kompetisi olahraga internasional, data mengenai
Asian Games, pencalonan Indonesia hingga penetapan sebagai
penyelenggara sampai pada persiapan Indonesia dan selesainya
acara Asian Games 2018. Keseluruhan data dan informasi
didapatkan melalui jurnal, buku, skripsi atau situs resmi terkait
serta dokumen dan arsip yang keseluruhan data terkumpul akan
diloah hingga menemukan titik jawaban terhadap permasalahan
penelitian.
4. Teknik Pengolahan Data
Mengingat keanekaragaman sumber informasi yang dapat
diperoleh, maka dalam penulisan ini dilakukan seleksi dan
pemilihan atas sumber yang dianggap paling relevan dengan tujuan
penulisan. Melalui prosedur kualitatif, data-data tersebut dianalisis,
ditetapkan, diuraikan dan didokumentasikan. Hal ini dilakukan
agar alur konteks di dalam pengetahuan yang sedang dipelajari
untuk menilai ide atau makna tertentu yang terkandung
didalamnya.
21
H. Sistematika Penulisan
BAB I : berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, konsep yang digunakan, metode penelitian,
batasan penelitian, unit analisa dan tingkat analisa, teknik pengumpulan
data, teknik pengolahan data, sistematika penulisan, dan hipotesa.
BAB II : Sejarah dan Perkembangan Pertandingan Olahraga
Internasional dan Munculnya Asian Games dalam Agenda Hubungan
Internasional
BAB III : Dampak positif event olahraga Internasional di beberapa
Negara yang telah menjadi tuan rumah.
BAB IV : Analisa tentang Kepentingan Indonesia menjadi tuan
rumah Asian Games 2018
BAB V : Penutup (berisi kesimpulan dan saran)