bab i pendahuluan

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses berkesinambungan yang dimulai dari ovulasi, konsepsi, nidasi, implantasi dan perkembangan embrio di dalam uterus hingga aterm. Setiap proses dalam kehamilan merupakan kondisi krisis yang memerlukan adaptasi psikologis dan fisiologis terhadap pengaruh hormon kehamilan dan tekanan mekanis akibat pembesaran uterus dan jaringan lain (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain. AKI di Indonesia dilaporkan telah menurun dari 408 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 304 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000 dan menurun lagi menjadi 262 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, meski menurun tetapi penurunan tersebut sangat lambat dan tidak mencapai target tahun 2000 yaitu AKI sebesar 225 per 100.000 kelahiran hidup (Wirakusuma, 2005 dalam Arisman,, 2009). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2006) hasil Sensus tahun 2000 menunjukkan AKI di Provinsi Jawa Timur sebesar 168 per 100.000 kelahiran hidup. AKI ini masih tinggi dibandingkan AKI nasional yang 1

Upload: aisa

Post on 04-Feb-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ki

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i Pendahuluan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan proses berkesinambungan yang dimulai dari

ovulasi, konsepsi, nidasi, implantasi dan perkembangan embrio di dalam uterus

hingga aterm. Setiap proses dalam kehamilan merupakan kondisi krisis yang

memerlukan adaptasi psikologis dan fisiologis terhadap pengaruh hormon

kehamilan dan tekanan mekanis akibat pembesaran uterus dan jaringan lain

(Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi

jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN yang lain. AKI

di Indonesia dilaporkan telah menurun dari 408 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 304 per 100.000

kelahiran hidup pada tahun 2000 dan menurun lagi menjadi 262

per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, meski menurun

tetapi penurunan tersebut sangat lambat dan tidak mencapai

target tahun 2000 yaitu AKI sebesar 225 per 100.000 kelahiran

hidup (Wirakusuma, 2005 dalam Arisman,, 2009).

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2006) hasil

Sensus tahun 2000 menunjukkan AKI di Provinsi Jawa Timur

sebesar 168 per 100.000 kelahiran hidup. AKI ini masih tinggi

dibandingkan AKI nasional yang ingin dicapai tahun 2010 yaitu

AKI sebesar 125 per 100.000 kelahiran hidup. Laporan Tiga

Bulanan Kesehatan Ibu dan Anak (LB.3 KIA) Dinas Kesehatan

Provinsi Jawa Timur menyebutkan penyebab terbesar kematian

ibu hamil berturut-turut adalah perdarahan (34,62%), pre

eklampsiaeklampsia (14,01%), infeksi (3,02%) dan penyebab

yang lainnya (40,11%) (Martini, 2012).

Menurut Wirakusuma (2005) pre eklampsia merupakan

salah satu penyebab kematian pada ibu hamil yang dapat

berkembang menjadi eklampsia (keracunan kehamilan). Pre

1

Page 2: Bab i Pendahuluan

eklampsia ditandai oleh timbulnya hipertensi dengan

proteinuria, edema atau dengan keduanya akibat uatu

kehamilan atau pengaruh suatu kehamilan yang timbul pada

usia kehamilan >20 minggu. Pre eklampsia merupakan keadaan

patologi yang belum diketahui secara pasti penyebabnya

walaupun telah ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan

tentang penyebab pre eklampsia (Dwjayanthi, Lida dkk, 2011)

Selain itu kehamilan juga mempengaruhi tubuh ibu secara keseluruhan

dengan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi di seluruh

sistem organ, sebagian besar perubahan pada tubuh ibu kebanyakan disebabkan

oleh kerja hormonal. Perubahan ini terjadi akibat adanya ketidakseimbangan

hormon progestrogen dan estrogen yakni hormon kewanitaan yang ada di dalam

tubuh ibu sejak terjadinya proses kehamilan (Mandriwati, 2008). Beberapa

keluhan yang membuat ibu merasa tidak nyaman di antaranya adalah mual dan

muntah (Smith, dkk, 2009). Wanita hamil sebanyak 50% mengalami Emesis

Gravidarum yang dikenal dengan istilah Morning Sickness (rasa mual di pagi

hari) menjadi bagian yang ‘tidak enak’ dalam kehamilan (Koesno, 2009 dalam

Arisman, 2009).

Menurut Ira (2012) pada trimester pertama kemungkinan besar wanita

akan mengalami mual-mual dengan atau tanpa muntah. Gejala ini di mulai

sekitar minggu ke enam kehamilan dan biasanya menurun drastis di akhir

trimester pertama (sekitar minggu ke-13). Perubahan saluran cerna dan

peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (hCG) dalam darah

menimbulkan beberapa keluhan yang membuat ibu merasa tidak nyaman saat

kehamilan, diantaranya mual dan muntah (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005).

Emesis gravidarum ini menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga

terdapat perubahan keseimbangan elektrolit dengan kalium, kalsium dan natrium

yang menyebabkan perubahan metabolisme tubuh (Neil & Nelson, 2006). Emesis

gravidarum akan bertambah berat menjadi hiperemesis gravidarum yang

menyebabkan ibu muntah terus menerus tiap kali minum atau makan, akibatnya

tubuh ibu semakin lemah, pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis

sehingga cairan tubuh berkurang dan darah menjadi kental (hemokonsentrasi)

2

Page 3: Bab i Pendahuluan

sehingga melambatkan peredaran darah yaitu oksigen dan jaringan sehingga

dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat membahayakan kesehatan ibu

dan perkembangan janin yang dikandungnya (Hidayati, 2009 dalam Fitria, 2013).

Mual dan muntah terjadi sekitar 60-80% pada ibu primigravida dan 40%

pada multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini bisa menjadi

lebih berat (suparyanto, 2010). Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

2007 menyatakan bahwa angka kematian ibu (AKI) di indonesia mencapai

48/100.000 kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi di ASEAN dan di dunia

mencapai 515.000 jiwa setiap tahun (WHO, 2008 dalam Arisman, 2009).

Kejadian ini makin berkurang dan selanjutnya diharapkan berakhir pada

usia kehamilan 12-14 minggu. Sebagian kecil berlanjut sampai usia kehamilan

20-24 minggu. Berdasarkan data di UPTD Puskesmas Pakan Rabaa Kabupaten

Lima Puluh kota tahun 2013 jumlah seluruh ibu hamil 513 dan yang mengalami

hiperemesis gravidarum sebanyak 53 (24,42%) ibu hamil sedangkan di

Puskesmas Halaban dari jumlah ibu hamil seluruhnya 334 yang mengalami

hiperemesis gravidarum sebanyak 70 orang (21%). Angka tersebut menunjukkan

kejadian hiperemesis gravidarum di UPTD Puskesmas Pakan Rabaa dan Halaban

cukup banyak/tinggi dan perlu mendapat perhatian secara serius karena

hiperemesis gravidarum dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin (Jannah,

2008).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan 2012 cakupan ibu hamil yang

berkunjung di Puskesmas Garuda dengan usia 0-12 minggu mencapai 1641

orang. Studi pendahuluan yang di lakukan oleh peneliti kepada beberapa

responden melalui wawancara pada bulan September 2013 di wilayah kerja

Puskesmas Garuda, beberapa ibu hamil berkunjung ke Puskesmas dengan

keluhan mual muntah ringan, dari hasil wawancara 3 dari 5 orang ibu hamil

dengan usia kehamilan 0-12 minggu, mengalami atau merasakan mual-mual

dengan atau tanpa muntah di pagi hari dengan frekuensi 2-3 x dalam sehari

selama 24 jam. Beberapa ibu ada yang menggunakan obat-obatan untuk

mengurangi mual muntah dan ada yang di diamkan saja serta dengan beristirahat.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan data yang di

sampaikan oleh Koesno (2009) dan Kusuma (2007) diperoleh rata-rata 60%

3

Page 4: Bab i Pendahuluan

wanita hamil mengalami mual pada awal kehamilan. Mual dan muntah pada ibu

trimester pertama di masyarakat masih terjadi dan cara penanggulangannya

sebagian besar masih menggunakan terapi farmakologis atau di diamkan saja.

Akan lebih baik jika masyarakat khususnya ibu hamil mampu mengatasi masalah

mual pada awal kehamilan dengan menggunakan terapi pelengkap non

farmakologis terlebih dahulu (Saswita., Dewi, YI., & Bayhaldd. 2011)

Terapi pelengkap non farmakologis yang dapat dilakukan dalam mengatasi

masalah mual muntah atau hiperemesis gravidarum dan juga pre eklampsi adalah

dengan menggunakan terapi diet. Maka dari itu penulis akan membahas tentang

terapi diet kompilkasi kehamilan yaitu pada diet pada ibu hamil dengan

hiperemesis gravidarum (Wijaya, Andri. 2014).

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan diet hiperemesis gravidarum dan diet

preeklamsi ?

1.2.2. Apa saja tujuan dari diet komplikasi kehamilan ?

1.2.3. Apa saja syarat diet komplikasi kehamilan dan macam diet komplikasi

kehamilan ?

1.2.4. Bahan makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan dalam diet

komplikasi kehamilan ?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Mengetahui dan memahami diet komplikasi kehamilan.

1.3.2. Mengetahui tujuan dari diet komplikasi kehamilan.

1.3.3. Mengetahui syarat diet komplikasi kehamilan dan macam diet

komplikasi kehamilan

1.3.4. Mengetahui bahan makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak

dianjurkan dalam diet komplikasi kehamilan.

4

Page 5: Bab i Pendahuluan

BAB II

ISI

2.1. Diet Hiperemesis Gravidarum

2.1.1. Gambaran Umum

Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai

trimester II) yang di tandai dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan

dalam waktu relatif lama.Keadaan ini bila tidak di atasi dapat menyebabkan

dehidrasi dan penurunan berat badan. Ciri khas diet hiperemesis adalah

penekanan pemberian makanan sumber kabohidrat komplek , terutama pada

pagi hari serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan

untuk menekan rasa mual dan muntah. Pemberian makan dan minum

sebaiknya berjarak (Almatsier, 2005).

2.1.2. Tujuan Diet Hiperemesis Gravidarum

Menurut Almatsier, (2005) tujuan Diet Hiperemesis adalah untuk :

1. Mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis

2. Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang

cukup

2.1.3. Syarat Diet Hiperemesis Gravidarum

Syarat – syarat diet hiperemesis adalah

1. Kaohidrat tinggi yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total

2. Lemak rendah yaitu kurang dari 10% dari kebutuhan energi total

3. Protein sedang yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

5

Page 6: Bab i Pendahuluan

4. Makanan di berikan dalam bentuk kering : pemberian cairan cairan di

sesuaikan dengan keadaan pasien yaitu 7-10 gelas per hari

5. Makanan mudah cerna,tidak merangsang saluran cerna,dan di berikan

sering dalam porsi kecil

6. Bila makanan pagi dan siang sulit di terima,di optimalkan makan

malam dan selingan malam.

7. Makanan secara berangsur di tingkatkan dalam porsi dan nilai gizi

sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien (Almatsier, 2005).

2.1.4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian

Ada tiga macam Diet Hiperemesis, Diet hiperemesis I,II,III

1. Diet Hiperemesis I

Diet hiperemesis I di berikan kepada pasien dengan hiperemesis

berat.Makanan hanya terdiri roti kering,singkong bakar, atau rebus,ubi

bakar atau rebus dan buah – buahan.Cairan tidak di beriakan bersama

makanan,tetapi 1-2 jam sesudahnya semua zat gizi pada makanan ini

kurang kecuali vitami C,sehingga hanya di berikan selama beberapa hari

(Almatsier, 2005).

2. Diet Hiperemesis II

Diet Hiperemesis II di berikan bila rasa mual dan muntah sudah

berkurang.Secara berangsur mulai di berikan bahan makanan yang

bernilai gizi tinggi.Minuman tidak di berikan bersama

makanan.Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat

memenuhi kebutuhan gizi,kecuali kebutuhan energi (Almatsier, 2005).

3. Diet Hiperemesis III

Diet hiperemesis III di berikan kepada pasien dengan hiperemesis

ringan.Sesuai dengan kesanggupan pasien,minuman bole di berikan

bersama makanan.Makanan ini cukup energi dan semua zat gizi

(Almatsier, 2005).

6

Page 7: Bab i Pendahuluan

2.1.5. Bahan Makanan Sehari

Tabel 1. Bahan Makanan Sehari dalam (Almatsier, 2005).

Bahan makanan

Diet hiperemesis I Diet Hiperemesis II Diet Hiperemesis III

Berat (g)

Urt Berat (g)

Urt Berat (g)

Urt

Beras - - 150 2 gls nasi 200 3 gls nasiRoti 120 6 iris 80 4 iris 80 4 iris

Biscuit - - 20 2 bh 40 4 bhDaging - - 100 2 ptg sdg 100 2 ptg sdgTelur ayam

- - 50 1 btr 50 1btr

Tempe - - 50 2 ptg sdg 100 4 ptg sdgSayuran - - 150 1 ½ gls 150 1 ½ gls

Buah 700 7 ptg sdg papaya

400 4 ptg sdg papaya

400 4 ptg sdg papaya

Minyak - - - - 10 1 sdmMargarin - - 10 1 sdm 20 2 sdm

Jam 30 3 sdm 20 2 sdm 20 2 sdmGula pasir 50 5 sdm 30 3 sdm - -

Susu - - - - 200 1 gls

Tabel 2. Nilai Gizi dalam (Almatsier, 2005).

Diet Hiperemesis I Diet Hiperemesi II Diet Hiperemesis III

Energi (kkal) 1100 1700 2300Protein (g) 15 57 73Lemak (g) 2 33 59

Karbohidrat (g) 259 293 368Kalsium (mg) 100 300 400

Besi (mg) 9,5 17,9 24,3Vitamin A (RE) 542 2202 2270

Tiamin (mg) 0,5 0,8 1,0Vitamin C (mg) 283 199 199Natrium (mg) - 267 362

7

Page 8: Bab i Pendahuluan

2.1.6. Pembagian Bahan Makanan Sehari Diet Hiperemesis I, II & III

Tabel 3. Pembagian Bahan Makanan Sehari Diet Hiperemesis I dalam (Almatsier, 2005).

Waktu Bahan makanan Urt

Pukul 08 : 00 Roti panggang 2 irisJam 1 sdm

Pukul 10 : 00 Air jeruk 1 glsGula pasir 1 sdm

Pukul 12 : 00 Roti panggang 2 irisJam 1 sdmPapaya 2 ptg sdgGula pasir 1 sdm

Pukul 14 : 00 Air jeruk 1 glsGula pasir 1 sdm

Pukul 16 : 00 Papaya 1 ptg sdg

Pukul 18 : 00 Roti panggang 2 irisJam 1 sdmPisang 1 bh sdgGula pasir 1 sdm

Pukul 20 : 00 Air jeruk 1 glsGula pasir 1 sdm

Tabel 4. Pembagian Bahan MakananSehari Diet Hiperemesis II & III dalam (Almatsier, 2005).

Waktu Bahan Makanan

Diet Hiperemesis

II

Diet Hiperemesis

IIIBerat (g) urt Berat (g) Urt

Pagi Roti 40 2 iris 40 2 irisTelur ayam

50 1 btr 50 1 btr

Margarine 5 ¼ sdm 10 1 sdmJam 10 1 sdm 10 1 sdm

8

Page 9: Bab i Pendahuluan

Pukul 10 : 00 Buah 100 1 ptg sdg papaya

100 1 ptg sdg papaya

Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdmBiscuit - - 20 2 bh

Siang Beras 75 1 gls nasi 100 1 ½ gls nasiDaging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdgTahu 50 ½ bh bsr 50 ½ bh bsrSayuran 75 ¾ gls 75 ¾ glsBuah 100 1 ptg sdg 100 1 ptg sdgMinyak - - 5 ½ sdm

Pukul 16 : 00 Buah 100 1 ptg sdg papaya

100 1 ptg sdg papaya

Gula pasir 10 1 sdm 20 2 sdmBiscuit 20 2 bh 20 2 bhAgar - - 2 ½ sdmSusu - - 200 1 gls

Malam Beras 75 1 gls nasi 100 ½ gls nasiAyam 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdgTempe 25 1 ptg sdg 50 2 ptg sdgSayuran 75 ¾ gls 75 ¾ glsBuah 100 1 ptg sdg

papaya100 1 ptg sdg

papayaMinyak - - ½ Sdm

Pukul 20 : 00 Roti 40 2 iris 40 2 irisMargarine 5 ½ sdm 10 1 sdmJam 10 1 sdm 10 1 sdmGula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm

2.1.7. Contoh Menu Sehari

Contoh Menu sehari

Diet Hiperemesis II

Pagi Siang Malam

Roti panggang isi jam Nasi NasiTelur rebus Perkedel daging panggang Ayam & tempe bb. Semur

Tahu bacem Setup wortelSetup bayam PisangPapaya

Pukul 10 : 00 Pukul 16 : 00 Pukul 20 : 00

9

Page 10: Bab i Pendahuluan

Selada buah Selada buah Roti panggang isi jamBiscuit The

Sumber: Almatsier, (2005).

Diet Hiperemesis III sama dengan diet hiperemesis II, kecuali pukul 10 :

00 dan 16 :00 ditambah dengan biskuit, agar – agar dan susu (Almatsier, 2005).

2.1.8. Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan

A. Makanan yang Di anjurkan

Makanan yang di anjurkan untuk diet hiperemesis I,II,III adalah

sebagai berikut:

1) Roti panggang,biskuit,krekers

2) Buah segar,sari buah

3) Minuman ringan,sirup.kaldu tak berlemak,dan teh (Almatsier, 2005).

B. Makanan yang Tidak Di anjurkan

Makanan yang tidak di anjurkan untuk diet hiperemesis I,II,III adalah

makanan yang merangsang saluran cerna,dan berbumbu tajam,bahan

makanan yang yang mengandung alkahol,kopi dan yang mengandung zat

tambahan (pengawet,pewarna,dan bahan penyedap) (Almatsier, 2005).

2.2. Diet Preeklampsia

2.2.1. Gambaran Umum Diet Preeklampsia

Preeklamsi merupakan sindrom yang terjadi pada sat kehamilan masuk

pada minggu kedua puluh dengan tanda dan gejala seperti hipertensi,

protienuria, kenaikan berat badan yang cepat (karena edema), mudah timbul

kemerah-merahan, mual, muntah, pusing, nyeri lambung ,oliguria, gelisah, dan

kesadaran menurun (Martini, dkk., 2012).

Ciri khas diet ini adalah memperhatikan asupan garam dan protein

(Almatsier, 2005).

10

Page 11: Bab i Pendahuluan

2.2.2. Tujuan Diet Preeklampsia

Menururt Almatsier, (2005) tujuan diet preeklamsi adalah untuk:

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal

2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal

3. Mencegah dan mengurangi retensi garam atau air

4. Mencapai keseimbangan nitrogen

5. Menjaga penambahan berat badan tidak melebihi normal

6. Mengurangi dan mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit

baru pada saat kehamilan atau setelah melahirkan.

2.2.3. Syarat Diet Preeklampsia

Syarat-syarat Diet Preeklamsi adalah

1. Energi dan semua zat gizi cukup.Dalam keadaan berat, makanan

diberikan secara berangsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima

makanan.Penambahan energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau

diet sebelum hamil

2. Garam di berikan rendah sesuai dengan berat ringannya retensi garam

atau air.Penambahan berat badan di usahakan di bawah 3kg/bulan atau di

bawah 1kg/minggu

3. Protein tinggi (1,5 – 2 g/kg berat badan)

4. Lemak sedang, sebagain lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan

lemak tidak jenuh ganda

5. Vitamin cukup , vitamin C dan B6 sedikit lebih tinggi

6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium

7. Bentuk makanan di sesuaikan dengan kemampuan makan pasien.

11

Page 12: Bab i Pendahuluan

8. Cairan di berikan 2500ml sehari.Pada keadaan oliguria,cairan di batasi

dan di sesuaikan dengan cairan yang keluar melalui

urin ,muntah,keringat,dan pernafasan (Almatsier, 2005).

2.2.4. Macam Diet dan Indikasi Pemberian

Macam diet dan indikasi pemberian diet preeklampsi ada 3 macam yaitu

diet preeklampsi I, II dan diet preeklampsi III (Almatsier, 2005).

1. Diet Preeklamsi I

Diet preeklamsiI di berikan kepada pasien dengan preeklamsi berat.

Makanan di beriakan dalam bentuk cair,terdiri dari susu dan sari buah.

Jumlah cairan di berikan paling sedikit1500ml sehari peroral, dan

kekurangannya di berikan secara parental. Makanan ini kurang energi dan zat

gizi, karena itu hanya di berikan selama 1-2 hari (Almatsier, 2005).

2. Diet Preeklamsi II

Diet preeklamsi II di berikan sebagai makanan perpindahan dari diet

preeklamsi I atau kepada pasien preeklamsia yang penyakitnya tidak begitu

berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan di berikan sebagai Diet

Rendah Garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya (Almatsier,

2005).

3. Diet Preeklamsi III

Diet Preeklamsi III di berikan sebagai makanan perpindahan dari diet

preeklamsi II atau kepada pasien preeklamsi ringan.Makanan ini mengandung

protein tinggi dan garam rendah , di berikan dalam bentuk lunak atau

biasa.Makanan ini cukup semua zat gizi.Jumlah energi harus di sesuaikan

dengan kenaikan berat badan yang bolehlebih dari 1 kg tiap bulan (Almatsier,

2005).

12

Page 13: Bab i Pendahuluan

2.2.5. Bahan Makanan Sehari

Tabel 5. Bahan Makanan Sehari dalam Almatsier, (2005).

Bahan

Makanan

Diet Preeklamsi I Diet Preeklamsi II Diet Preeklamsi III

Berat (g) Urt Berat (g) Urt Berat (g) Urt

Beras - - 150 3 gls tim 200 4 gls im

Telur - - 15 1 btr 50 1 btr

Daging - - 100 2 ptg

sdg

100 2 ptg sdg

Tempe - - 50 2 gls 100 4 ptg sdg

Sayuran - - 200 2 gls 200 2 gls

Sari buah 1000 5 gls 400 4 ptg

sdg

pepaya

400 4 ptg sdg

pepaya

Gula

pasir

80 8 sdm 30 3 sdm 30 3 sdm

Minyak

nabati

- - 15 1,5 sdm 25 2,5 sdm

Susu

bubuk

75 15 sdm 25 5 sdm 50 10 Dm

Keterangan :

Susu khusus ibu hamil.Bila di berikan nsusu biasa ,energi hanya sebagian

yang terpenuhi (Almatsier, 2005).

13

Page 14: Bab i Pendahuluan

Tabel 6. Nilai Gizi dalam Almatsier, (2005).

Diet Preeklamsi I Diet Preeklamsi II Diet PreeklamsiIII

Energi (kkal) 1032 1604 2128

Protein (g) 20 56 80

Lemak (g) 19 44 63

Kabohidrat (g) 211 261 305

Kalsium (mg) 600 500 800

Besi (mg) 6,9 17,3 24,2

Vitamin A (RE) 750 2796 3035

Tiamin (mg) 0,5 0,8 1

Vitamin C (mg) 246 212 213

Natrium(mg) 228 248 403

2.2.6. Pembagian Bahan Makanan Sehari

Tabel 7. Pembagian Bahan Makanan Sehari pada Diet Preeklamsi I dalam Almatsier,

(2005).

Pukul 06.00 Teh 1 gls

Pukul 08.00 Sari tomat 1 gls

Susu 1 gls

Pukul 10.00 Sari jeruk 1 gls

Pukul 13.00 Sari avokad 1 gls

Susu 1 gls

Pukul 16.00 Sari tomat 1 gls

Susu 1 gls

Pukul 18.00 Sari pepaya 1 gls

14

Page 15: Bab i Pendahuluan

Sari jeruk 1 gls

Pukul 20.00 Teh 1 gls

Susu 1 gls

Tabel 8. Pembagian Bahan Makanan Sehari pada Diet Preeklamsi II & III dalam

Almatsier, (2005).

Waktu Bahan

Makanan

Diet Preeklamsi II Diet Preeklamsi III

Berat (g) urt Berat (g) Urt

Pagi Beras 50 1 gls tim 50 1 gls tim

Telur Ayam 50 1 btr 50 1 btr

Sayuran 50 ½ gelas 50 ½ gelas

Minyak 5 ½ sdm 5 ½ sdm

Susu bubuk 25 5 sdm 25 5 sdm

Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm

10.00 Buah 100 1 ptg sdg

pepaya

100 1 ptg sdg

pepaya

Gula pasir 10 1 sdm 10 1 sdm

Tabel 9. Pembagian Bahan Makanan Sehari pada Diet Preeklamsi II & III dalam

Almatsier, (2005).

Waktu Bahan

Makanan

Diet Preeklamsi II Diet Preeklamsi III

Berat (g) urt Berat (g) Urt

Siang Beras 50 1 gls tim 75 1 ½ gls tim

Daging 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg

Tahu 50 ½ bh bsr 100 1 bh bsr

15

Page 16: Bab i Pendahuluan

Sayuran 75 ¾ gls 75 ¾ gls

Buah 100 1 ptg sdg

pepaya

100 1 ptg sdg

pepaya

Minyak 5 ½ sdm 10 1 sdm

16.00 Buah 100 1 ptg sdg

pepaya

100 1 ptg sdg

pepaya

Gula Pasir 10 1 sdm 10 1 sdm

Susu Bubuk - - 25 5 sdm

Malam Beras 50 1 gls tim 75 1 ½ gls tim

Ikan 50 1 ptg sdg 50 1 ptg sdg

Tempe 25 1 ptg sdg 50 2 ptg sdg

Sayuran 75 ¾ gls 75 ¾ sdg

Buah 100 1 ptg sdg

pepaya

100 1 ptg sdg

pepaya

Minyak 5 ½ sdm 10 1 sdm

2.2.7. Contoh Menu Sehari

Contoh Menu Sehari

Diet Preeklamsi II

Pagi Siang Malam

Nasi tim Nasi tim Nasi tim

Telur ceplok air Daging bumbu terik Ikan bumbu kuning

Tumis kacang panjang

touge

Tempe bacem Gadon tahu

Susu Pisang Jeruk

Pukul 10.00 Pukul 16.00

Sumber: Almatsier, (2005).

16

Page 17: Bab i Pendahuluan

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Diet hiperemesis adalah penekanan pemberian makanan sumber

kabohidrat komplek , terutama pada pagi hari serta menghindari makanan yang

berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah.

Sedangkan diet preeklamsi adalah dengan memperhatikan asupan garam dan

protein.

Tujuan Diet Hiperemesis adalah untuk mengganti persediaan glikogen

tubuh dan mengontrol asidosis dan secara berangsur memberikan makanan

berenergi dan zat gizi yang cukup. Sedangkan diet preeklampsi bertujuan untuk

mencapai dan mempertahankan status gizi optimal, tekanan darah normal,

mencegah dan mengurangi retensi garam atau air, mencapai keseimbangan

nitrogen, menjaga penambahan berat badan tidak melebihi normal, mengurangi

dan mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat

kehamilan atau setelah melahirkan.

Ada tiga macam Diet Hiperemesis, Diet hiperemesis I,II,III. Diet

Hiperemesis I di berikan kepada pasien dengan hiperemesis berat. Diet

Hiperemesis II di berikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet

Hiperemesis III di berikan kepada pasien dengan hiperemesis ringan.

Sedangkan pada diet preeklampsi ada tiga macam yaitu Diet Preeklamsi I, II

dan III. Diet preeklamsi I di berikan kepada pasien dengan preeklamsi berat.

17

Page 18: Bab i Pendahuluan

Diet Preeklamsi II di berikan sebagai makanan perpindahan dari diet

preeklamsi I atau kepada pasien preeklamsia yang penyakitnya tidak begitu

berat. Diet Preeklamsi III di berikan sebagai makanan perpindahan dari diet

preeklamsi II atau kepada pasien preeklamsi ringan.

3.2. Saran

Komplikasi kehamilan akan beisiko tinggi terhadap kematian ibu dan bayi.

Ibu dengan komplikasi kehamilan seperti ibu hamil dengan hiperemesis

gravidarum dan ibu hamil dengan preeklampsi sangat berisiko terhadap

kematian ibu. Dimana angka kematian ibu di Indonesia semakin meningkat tiap

tahunnya.

Maka dari itu ibu hamil harus dapat mengetahui tanda dan gejala dari

komplikasi kehamilan khususnya hiperemesis gravidarum dan preeklamsi.selain

itu pencegahan dini harus dilakukan khususnya oleh ibu dengan terapi diet yaitu

diet yang dianjurkan pada ibu hamil khususnya diet ibu hamil dengan

hiperemesis gravidarum dan diet ibu hamil dengan preeklampsi. Ibu hamil harus

memperhatikan asupan makanan dan cairan yang dapat mengurangi risiko

komplikasi terhadap kehamilannya.

18

Page 19: Bab i Pendahuluan

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2005). Penuntun Diet Instalasi Gizi Perjan RS. Dr. Cipto

Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Arisman, MB. (2009). Gizi dalam Daur Kehidupan Edisi 2. Jakarta: EGC

Bobak, LM., Lowdermilk, F.L., & Jensen, M.D., 2005. Buku ajar Keperawatan

Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC

Dwjayanthi, Lida dkk. (2011). Ilmu Gizi Menjadi Sangat Mudah, Edisi 2. Jakarta:

EGC

Fitria, Rahmi. (2013). Efektifitas Jahe Untuk Menurunkan Mual Muntah Pada

Kehamilan Trimester I Di Puskesmas Dolok Masihul Kec. Dolok Masihul Kab.

Serdang Bedagai. Universitas Pasir Pengaraian: D III Kebidanan Universitas

Pasir Pengaraian

Jannah, Raudlatul. (2008). Asupan Vitamin B6 dan Kejadian Mual Muntah Asupan

Vitamin B6 dan Kejadian Mual Muntah pada Ibu Hamil Trimester Pertama.

Semarang: Universitas Diponegoro

Saswita., Dewi, YI., & Bayhaldd. (2011). Efektivitas Minuman Jahe dalam

Mengurangi Emesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester 1, V o l . 1, No. 2.

Jumal Ners Indonesia

19

Page 20: Bab i Pendahuluan

LAMPIRAN

20

Page 21: Bab i Pendahuluan

Pertanyaan dan jawaban dari hasil diskusi :

1. Gita kelompok 2

Pertanyaan : Kenapa pada diet preeklamsi 1, kog tidak di berikan nasi sma

sekali?

Jawaban : Pada diet preeklamsi 1 merupakan diet pada preeklamsi berat jadi

kita mengoptimalkan makanan cair karena jika kita memberikan dalam bentuk lunak

maupun padat di takutkan pasien akan tambah mual dan bisa muntah dan kebutuhan

nutrisi terganggu dan biasanya makanan dalam bentuk cair di berikan hanya 1-2 hari

saja.Dan yang kedua penyerapan makanan dalam bentuk cair bisa lebih cepat di

serap dan absorbsi tubuh jadi pasien cepat mendapat asupan nutrisi.

2. Atha kelompok 14

Pertanyaan : Pada preeklamsi kan terjadi proteinuria, kenapa di beri protein tinggi

apakah tidak merusak ginjl itu sendiri apa tidak sebaiknya di kurangi saja asupan

proteinnya?

Jawaban : Pemberian protein tinggi pada syarat diet preeklamsi itu di gunakan

untuk memenuhi protein dalam tubuh yang keluardalam urin pada proteinuria kn

protein keluar melalui urin nah jika kita tidak memberikan protein tinggi di

takutkan orang itu protein dalam tubuh menjadi berkurang bisa-bisa menjadi habis.

Karena protein sendiri berfungsi sebagai pembentuk eritrosit dalam tubuh dan jika

berkurang transport segala kebutuhan tubuh seperti nutrisi dan oksigen terganggu.

Oleh karena itu perlu di tingkatkan.

21