bab i pendahuluan 1.1.latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64677/potongan/s1...6...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan mengelilingi bumi
(Fardiaz, 1992). Udara terdiri dari 78% nitrogen, 21,94% oksigen, 0,93% argon,
0,032% karbondioksida, dan gas-gas mulia lain yang terdapat pada atmosfer
(Wardhana, 2001). Udara merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk bernafas
sehari-hari. Tanpa adanya udara, maka manusia dan makhluk lainnya tidak mampu
untuk hidup.
Udara bersih merupakan udara yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa. Kenyataannya, dewasa ini kita susah menemukan udara yang bersih
khususnya di kota-kota besar. Seiring semakin berkembangnya ekonomi, teknologi,
dan pembangunan maka diikuti pula oleh peningkatan sektor industri serta
transportasi. Peningkatan ini merupakan suatu hal yang dapat menurunkan kualitas
udara di suatu daerah. Kualitas udara tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi zat
pencemar dalam udara (Soemarno, 1999).
Pencemaran udara menurut Soedomo (2001) dapat didefinisikan sebagai
masuknya zat pencemar ke dalam udara baik secara alamiah maupun akibat kegiatan
manusia. Sumber pencemaran alami antara lain kebakaran hutan, debu akibat letusan
gunung api, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut. Sumber pencemaran akibat
aktivitas manusia misalnya aktivitas transportasi, industri, dan pembuangan sampah.
Pencemaran udara akibat aktivitas manusia merupakan sumber pencemar yang
paling banyak terjadi secara kuantitatif (Soedomo, 2001). Hal ini terjadi akibat
semakin bertambahnya pembangunan di kota-kota sehingga meningkatkan jumlah
industri serta transportasi semakin besar. Peningkatan jumlah industri dan
transportasi akan meningkatkan hasil produksi sampingan, dampaknya adalah
memperbesar jumlah polutan yang mencemari udara dan dihirup oleh manusia.
2
Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang zat pencemar terbesar di
kota-kota besar. Hal ini dikarenakan jumlah pengguna transportasi yang setiap tahun
bertambah. Laju pertumbuhan kendaraan bermotor sekarang 5%, jauh apabila
dibandingkan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 1-2% (Jeremy Colls,
2002). Pertumbuhan kendaraan bermotor juga tidak diikuti dengan adanya
penambahan atau pelebaran jalan sehingga sering terjadi kepadatan kendaraan hingga
terjadi kemacetan.
Kondisi ini juga diperparah oleh penemuan minyak bumi sebagai pengganti
batubara yang merupakan sumber utama energi diberbagai tempat tak terkecuali di
Indonesia. Menurut Neiburger (1995) dalam bukunya yang berjudul memahami
lingkungan atmosfir kita, penggunaan minyak bumi akan menimbulkan suatu jenis
pencemaran baru. Pencemaran jenis baru ini dipengaruhi oleh reaksi fotokimia yang
mendorong dan memudahkan terjadinya perubahan kimia.
Sumber pencemar udara yang paling berpengaruh adalah kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor menghasilkan polutan ke atmosfer berupa gas CO, NOx,
hidrokarbon,𝑆𝑂2, dan tetraethyl lead (Soedomo, 2001). Sumber polusi yang berasal
dari transportasi terdiri dari 60% polutan yang dihasilkan adalah CO dan 15% terdiri
dari hidrokarbon (Fardiaz, 1992). Sektor transportasi ini merupakan sumber
pencemaran yang bergerak. Sumber pencemaran bergerak adalah semua sumber
pencemaran udara yang bergerak seperti mobil, truk, bus, motor, pesawat, kapal.
(Cooper dan Alley, 2002).
Daerah yang berpotensi mengalami penurunan kualitas udara akibat makin
bertambahnya polutan adalah perkotaan. Kota merupakan daerah yang memiliki
kualitas udara yang lebih buruk dibandingkan dengan daerah pedesaan. Aktivitas di
kota yang lebih banyak dibandingkan di daerah pedesaan baik dari sisi transportasi
maupun industri yang merupakan penyumbang polutan terbanyak merupakan salah
satu penyebabnya. Salah satu daerah yang termasuk dalam kategori kota adalah kota
Yogyakarta.
Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki daya tarik tinggi karena
beberapa keunikan dan keunggulan yang dimiliki. Kota Yogyakarta merupakan kota
3
pariwisata, kota pendidikan, kota budaya, dan kota yang dikenal akan keramahan
warganya. Daya tarik ini yang membuat banyak masyarakat yang berdatangan ke
kota ini baik untuk mencari mata pencaharian, menempuh pendidikan, berwisata,
maupun untuk kepentingan lainnya.
Jumlah kendaraan bermotor di kota Yogyakarta berdasarkan data dari Kota
Yogyakarta Dalam Angka tahun 2006 sampai tahun 2011 pada Gambar 1 diketahui
bahwa dari tahun 2004 hingga tahun 2009 mengalami kenaikan. Kenaikan terjadi
pada empat jenis kendaraan yaitu sepeda motor, bus, truk, sedan dan station.
Peningkatan jumlah kendaraan ini tentu saja akan menambah jumlah pencemaran
udara khususnya karbon monoksida yang ada di udara.
Gambar 1.1. Grafik Jumlah Kendaraan Di kota Yogyakarta Tahun 2004-2009
Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2007-2009
Penurunan kualitas udara akan meningkatkan risiko akibat pencemaran udara.
Masing-masing polutan menyebabkan pengaruh yang berbeda-beda terhadap
manusia. Salah satu polutan berbahaya adalah karbon monoksida yang merupakan
polutan yang paling banyak dihasilkan oleh aktivitas transportasi.Menurut Fardiaz
(1992) CO apabila kontak dalam konsentrasi tinggi dengan manusia akan
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Sepeda motor 213690 226414 240075 256224 273538 288619
Bus 2885 4428 5329 6528 8266 9572
Truk 12498 12679 12730 12827 12701 12831
Sedan dan Station 31432 32069 32332 32667 32873 33056
1000
10000
100000
1000000
Jum
lah
Ke
nd
araa
n
4
menyebabkan kematian dan apabila pada konsentrasi yang rendah maka akan
mengganggu kesehatan.
Salah satu jalan di kota Yogyakarta yang memiliki kepadatan yang tinggi adalah
Jalan Taman Siswa. Ruas jalan ini merupakan jalan yang sering mengalami
kemacetan khususnya pada waktu jam sibuk, karena ruas jalan ini menghubungkan
ke tempat-tempat di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan tersebut terdapat perkantoran,
kampus, pertokoan, tempat ibadah, dan pusat bimbingan belajar sehingga tak jarang
ruas-ruas jalan digunakan sebagai tempat parkir. Hal ini menyebabkan lebar jalan
semakin sempit, sehingga tak jarang terjadi kemacetan khusunya pada saat pagi dan
sore hari dimana waktu tersebut merupakan dimulai dan berakhirnya aktivitas.
Selain merupakan daerah yang padat akan aktivitas, Jalan Taman Siswa juga
merupakan jalan yang strategis. Jalan Taman Siswa merupakan penghubung ke
tempat-tempat penting, seperti Balaikota Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan,
Pakualaman, Stadion Mandala Krida. Salah satu keunikan dari Jalan Taman Siswa
adalah Jalan Taman Siswa merupakan penghubung antara Bantul dengan Kota
Yogyakarta, dimana banyak masyarakat Bantul maupun Yogyakarta yang melalui
Jalan Taman Siswa.
Kondisi tersebut perlu dikaji lebih mendalam khususnya untuk mengetahui
persebaran pencemaran udara akibat kendaraan bermotor di Jalan Taman Siswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan studi khusus mengenai
“Pengaruh Kepadatan Kendaraan Bermotor Terhadap Konsentrasi Karbon
Monoksida Ambien Studi Kasus Jalan Taman Siswa Yogyakarta”.
1.2.Rumusan Masalah
Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang banyak
terjadi akhir-akhir ini. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang
semakin besar sehingga meningkatkan kebutuhan manusia akan sesuatu. Peningkatan
akan kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan aktivitas
manusia, sehingga aktivitas manusia untuk memperoleh dan memproduksi sesuatu
5
akan semakin meningkat. Akibat dari pertumbuhan tersebut terjadi peningkatan di
bidang infrastruktur, ekonomi, industri, dan transportasi.
Pembangunan infrastruktur, ekonomi, industri, dan semakin bertambahnya
kendaraan bermotor untuk mobilitas penduduk merupakan salah satu masalah yang
perlu ditanggulangi khususnya di kota-kota besar. Salah satu kota tersebut adalah
kotamadya Yogyakarta. Permasalahan di kota Yogyakarta sama seperti di kota-kota
besar lainnya seperti di Indonesia dimana peningkatan jumlah kendaraan bermotor
tidak diikuti dengan pelebaran jalan sehingga sering terjadi penumpukan kendaraan
terutama pada jam-jam sibuk.
Peningkatan kendaraan yang semakin banyak di kota Yogyakarta dan kota yang
merupakan poros ekonomi bagi masyarakat di DIY membuat polusi udara semakin
tinggi khususnya karbon monoksida yang berpengaruh pada kesehatan manusia.
Salah satu jalan di kota Yogyakarta yang sering terjadi kemacetan berdasarkan
pengamatan peneliti adalah Jalan Taman Siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat
dirumuskan permasalahan penelitian berupa :
1. Berapa konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa?
2. Bagaimana pengaruh kepadatan kendaraan bermotor pada konsentrasi
karbon monoksida di Jalan Taman Siswa?
3. Bagaimana pengaruh faktor meteorologis (suhu, kelembapan, dan
kecepatan angin) padakonsentrasi karbon monoksida?
1.3.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui besarnya konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa.
2. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan pada konsentrasi karbon
monoksida di Jalan Taman Siswa.
3. Mengetahui pengaruh faktor meteorologis (suhu, kelembapan, dan kecepatan
angin) terhadap konsentrasi karbon monoksida.
6
1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
a. Memberikan gambaran mengenai besarnya pencemaran udara akibat
padatnya lalu lintas di Jalan Taman Siswa Yogyakarta.
b. Memberikan sumbangan bagi ilmu geografi khususnya mengenai pencemaran
udara.
1.5.Tinjauan Pustaka
1.5.1. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya zat-zat pencemar kedalam udara baik
karena aktivitas alam maupun aktivitas manusia. Hampir tidak ada udara di dunia ini
yang bersih tanpa pencemar. Udara selalu ditemukan terdapat unsur pencemar
meskipun hanya sedikit.
Pencemaran udara dapat bersumber dari alam maupun aktivitas manusia.
Sumber pencemaran akibat aktivitas alam(sumber pencemar alami) seperti adanya
debu akibat vulkanik, kebakaran hutan, dan pancaran garam dari laut. Sumber yang
paling sering dihadapi adalah sumber pencemar akibat aktivitas manusia. Sumber
pencemaran udara akibat aktivitas manusia antara lain akibat industri, transportasi,
pembangunan, dan pertambangan (Soedomo, 2001).
Pencemar udara atau polutan umumnya berasal akibat aktivitas manusia.
Aktivitas manusia tersebut yang memiliki andil dalam pencemaran udara. Hal ini
dipengaruhi oleh perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan budaya yang
pesat sehingga menimbulkan pola konsumtif yang berlebihan dan berdampak pada
penurunan kualitas udara (Ryadi, 1982).
Sumber pencemaran udara berdasarkan PP No. 41 tahun 1999 adalah usaha
ataupun kegiatan yang dapat mengeluarkan bahan pencemar ke udara sehingga udara
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sumber pencemaran udara yang
mencemari udara bermacam-macam. Sumber pencemaran udara menurut Soedomo
(2001) tersebut antara lain:
7
a. Sumber titik pencemaran udara contohnya adalah cerobong asap dari suatu
pabrik.
b. Sumber garis contohnya adalah transportasi yang bergerak sehingga
emisisnya berbentuk garis, deretan pabrik di sepanjang sungai atau jalan.
c. Sedangkan sumber area contohnya adalah suatu kota, dimana terdapat
berbagai macam jenis pencemar seperti industri, dan transportasi.
Penggolongan sumber pencemaran udara dalam bentuk lain berdasarkan PP No. 41
tahun 1999 yaitu:
a. Sumber bergerak
Sumber bergerak merupakan sumber pencemaran udara yang emisinya
bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan
bermotor.
b. Sumber bergerak spesifik
Sumber yang hampir sama dengan sumber bergerak namun berasal dari
pesawat, kereta api, dan kapal laut.
c. Sumber tidak bergerak
Sumber tidak bergerak merupakan sumber yang emisinya tetap yang berada
pada suatu tempat. Contohnya adalah sumber dari cerobong asap suatu
industri.
d. Sumber tidak bergerak spesifik
Sumber yang tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan
pembakaran sampah.
e. Sumber gangguan
Sumber pencemaran yang menggunakan media udara atau padat sebagai
media penyebaran. Contoh dari sumber gangguan ini adalah bau, dan
kebisingan.
8
Penggolongan polutan di udara berdasarkan asal mula dan kelanjutan
perkembangannya dibedakan menjadi dua, yaitu (Ryadi, 1982):
a. Polutan Primer
Polutan primer merupakan polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia
maupun karena proses alami. Jadi polutan ini merupakan polutan yang sama
seperti saat dibebaskan dari sumber pencemarannya. Contoh polutan primer
yaitu karbon monoksida (CO), C𝑂2, S𝑂2, MO, N𝑂2, HC, dan partikulat.
b. Polutan Sekunder
Polutan sekunder merupakan polutan yang terbentuk akibat hasil reaksi dari
polutan primer dengan komponen lainnya. Polutan ini sudah berubah karena
reaksi tertentu seperti foto-kimia dan reaksi katalisis.
1.5.2. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak berasa. Karbon monoksidaberbentuk gas di atas suhu -192° celcius, di bawah
suhu tersebut gas ini berbentuk cair.Gas CO menurut Fardiaz (1992) secara umum
terbentuk akibat beberapa proses yaitu:
1. Pembakaran yang tidak sempurna pada karbon atau unsur yang mengandung
karbon seperti bahan bakar fosil.
2C + 𝑂2 2CO
2. Reaksi antara karbondioksida dengan karbon yang terjadi pada suhu yang tinggi.
𝐶𝑂2 + C 2CO
3. Karbondioksida yang terurai menjadi CO dan oksigen pada suhu tinggi.
𝐶𝑂2 CO + O
Karbon monoksida atau CO dapat berasal dari alam seperti aktivitas gunung
berapi, emisi gas alam, dan pancaran dari kilat. Tetapi gas CO yang berasal dari alam
tidak sebesar yang berasal dari aktivitas manusia. Gas karbon monoksida merupakan
gas yang sebagian besar berasal dari proses pembakaran gas alam. Sumber emisi CO
akibat aktivitas manusia adalah transportasi, industri, dan pembakaran sampah serta
sisa hasil pertanian(Fardiaz, 1992).
9
Karbon monoksida merupakan unsur polutan yang paling banyak
dibandingkan dengan polutan lain di atmosfer. Persebaran CO di udara telah banyak
diteliti dimana persebaran CO banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada
di suatu daerah. Persebaran CO di udara dapat dihilangkan oleh mikroorganisme-
mikroorganisme yang ada di tanah.
Mikroorgsnisme-mikroorganisme yang terdapat dalam tanah tersebut aktif
dalam pembersihan CO (Fardiaz, 1992). Tetapi kondisi di perkotaan tanah terbuka
sudah jarang ada, tanah terbuka telah menjadi gedung perkantoran, permukiman, dan
jalan raya. Selain itu kondisi gedung-gedung yang tinggi mempengaruhi pergerakan
angin dalam pembersihan CO sehingga di daerah perkotaan konsentrasi CO susah
hilang dan cenderung meningkat.
Karbon monoksida merupakan salah satu sumber pencemar primer. Polutan
ini dapat berkonstribusi dalam perubahan iklim global, terutama global warming.
Karbon monoksida akan bereaksi dengan molekul OH. Karena bereaksi dengan OH,
maka konsentrasi OH akan berkurang dan sebaliknya konsentrasi CO akan
bertambah sehingga dapat menambah panas bumi karena reaksi ini akan menambah
umur dari metana (Kaufman dan Cleveland, 2008).
Karbon monoksida merupakan polutan yang berbahaya. Polutan ini dalam
konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian pada manusia. CO pada konsentrasi
yang lebih rendah juga berpengaruh pada kesehatan manusia. Pengaruh pada
kesehatan manusia ini dipengaruhi oleh CO disebabkan oleh reaksi antara CO
dengan Hemoglobin (Hb) di dalam darah.
Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengantarkan oksigen dalam
bentuk 𝑂2Hb dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dalam
bentuk 𝐶𝑂2Hb dari sel tubuh ke paru-paru. Tetapi CO memiliki afinitas yang lebih
tinggi dari 𝑂2 akan membentuk karboksihemoglobin(COHb) dalam jumlah yang
lebih banyak dibandingkan dengan 𝑂2Hb. Semakin tinggi konsentrasi CO dalam
darah maka semakin tinggi pula persentase Hb terikat dengan CO, pengaruhnya akan
semakin parah bagi manusia (Fardiaz, 1992).
10
Tabel 1.1. Pengaruh konsentrasi COHb di dalam darah terhadap kesehatan manusia
Konsentrasi COHb
dalam darah %
Pengaruhnya terhadap kesehatan
< 1.0 Tidak ada pengaruh
1.0 – 2.0 Penampilan agak tidak normal
2.0 – 5.0 Pengaruh pada sistem syaraf sentral, reaksi pancaindra tidak
normal, benda terlihat agak kabur
≥ 5.0 Perubahan fungsi jantung dan pulmonary
10.0 – 80.0 Kepala pening, mual, berkunang-kunang. Pingsan,
kekurangan nafas, dan kematian.
Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992)
1.5.3. Faktor meteorologis
1.5.3.1. Angin
Angin adalah gerak udara yang sejajar dan tegak lurus dengan permukaan
bumi yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan tinggi ke tekanan
rendah.Angin diberi nama sesuai dari arah datangnya angin, contohnya angin laut
merupakan angin yang berasal dari laut dan angin barat yang merupakan angin yang
berasal dari barat (Tjasyono, 2004).
Angin dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, semakin besar perbedaan tekanan
maka kecepatan angin akan semakin besar. Sama halnya dengan air sungai dimana
semakin besar perbedaan kemiringan sungai maka aliran air sungai akan semakin
besar. Angin yang tenang merupakan angin yang memiliki perbedaan isobar yang
relatif kecil.
Angin merupakan salah satu komponen meteorologis yang memiliki
pengaruh terhadap jumlah polutan yang ada di udara. Angin dapat mengurangi
polutan dekat sumber emisi, tetapi dapat membawa polutan ke tempat yang lebih
jauh (Miller, 1982 dalam Santoso 2008).
Angin merupakan salah satu besaran vektor yang memiliki arah dan
kecepatan. Angin secara klimatologis memiliki 8 arah, sedangkan menurut dunia
11
penerbangan memiliki 16 arah. Arah angin digunakan karena arah angin selalu
berubah-ubah (Tjasyono, 2004). Menurut Tjasyono, arah angin antara menurut
klimatologis adalah
- Utara : 337,5° - 22,5°
- Timur Laut : 22,5° - 67,5°
- Timur : 67,5° - 112,5°
- Tenggara : 112,5° - 157,5°
- Selatan : 157,5° - 202,5°
- Barat Daya : 202,5° - 247,5°
- Barat : 247,5° - 292,5°
- Barat Laut : 292,5° - 337,5°
Perubahan arah dan kecepatan angin pada suatu lokasi disajikan dalam bentuk
windrose atau mawar angin. Mawar angin merupakan garis yang memancar dari
pusat lingkaran yang menunjukkan arah dan kecepatan angin.
1.5.3.2. Suhu dan Kelembapan Udara
Suhu udara secara fisis dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul
benda dimana semakin besar gerakannya maka suhunya semakin tinggi. Suhu udara
juga dapat didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda (Tjasyono, 2004). Suhu
udara berubah-ubah sesuai dengan tempat dan waktu. Misalnya suhu udara di dalam
ruangan berbeda dengan suhu udara di luar ruangan, kemudian suhu udara di pagi
hari berbeda dengan suhu udara yang ada di siang hari.
Suhu udara dapat diukur menggunakan alat seperti termometer. Untuk
menyatakan besaran dari suatu suhu digunakan berbagai skala seperti Celcius,
Fahrenheit, dan Kelvin.Skala ini merupakan skala yang biasa digunakan. Salah satu
skala yang digunakan di Indonesia adalah skala celcius.Skala celcius menggunakan
angka 100 ° yang digunakan sebagai titik didih air dan 0 ° sebagai titik beku air.
Skala yang biasa digunakan dalam berbagai persamaan adalah skala Kelvin. Skala ini
didasarkan pada suhu nol mutlak, dimana saat itu akan berhenti melakukan tekanan
12
yaitu -273 ° C. Oleh karena itu konversi dari derajat Celcius ke Kelvin memiliki
persamaan:
K = C + 273
Pengukuran suhu udara diperoleh satu nilai, yaitu suhu rata-rata. Menurut
Tjasyono (2004) suhu rata-rata harian misalnya, di Indonesia didefinisikan sebagai
rata-rata pengamatan suhu selama 24 jam.
𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =2T7 + T13 + T18
4
Keterangan : T rata-rata : Suhu harian rata-rata
T7, T13, T18 : Suhu udara pada pukul 07.00, 13.00, dan pukul 18.00
Suhu bulanan rata-rata adalah jumlah suhu harian rata-rata dibagi dalam
banyaknya jumlah hari dalam satu bulan. Sedangkan untuk mengukur suhu tahunan
rata-rata yaitu dengan jumlah suhu bulanan rata-rata dibagi 12. (Tjasyono, 2004)
Suhu dapat dibuat dengan peta isotherm. Peta isotherm merupakan peta yang
menggambarkan distribusi suhu dengan garis yang menghubungkan tempat yang
memiliki suhu yang sama. Peta ini digunakan untuk menggambarkan pola persebaran
suhu di sebuah daerah.
Kelembapan udara adalah besarnya konsentrasi uap air yang ada di udara.
Untuk mengetahui konsentrasi uap air tersebut, dapat ditentukan melalui kelembapan
absolut, kelembapan relatif, maupun kelembapan spesifik. Kelembapan yang biasa
digunakan adalah kelembapan relatif. Alat yang digunakan untuk mengukur
kelembapan udara ini disebut hygrometer. Kelembapan berpengaruh terhadap
pencemaran udara, kelembapan udara akan melarutkan beberapa jenis polutan
(Miller, 1982 dalam Santoso 2008).
Suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap polutan yang ada di
atmosfer. Kelembapan udara relatif yang rendah atau dibawah 60% akan mengurangi
efek korosi, sedangkan kelembapan relatif yang lebih atau sama dengan 80% akan
meningkatkan efek korosi pada daerah tersebut. Suhu udara yang menurun akan
meningkatkan kelembapan relatif sehingga efek korosi tinggi. Suhu udara yang
tinggi juga meningkatkan kecepatan reaksi suatu bahan kimia (Mukono, 1997 dalam
Santoso 2008).
13
1.5.4. Satuan Mobil Penumpang
Lalu lintas adalah pergerakan kendaraan maupun orang yang melewati suatu
jalan. Lalu lintas berhubungan erat dengan transportasi. Transportasi sendiri adalah
suatu kegiatan untuk memindahkan barang maupun orang dari satu tempat ke tempat
lain. Semakin banyak barang atau orang yang dipindahkan, maka akan semakin padat
lalu lintas tersebut.
Kepadatan kendaraan bermotor dapat dihitung melalui pengamatan langsung
di lapangan. Pengamatan dilakukan dengan mencatat dan menghitung setiap jenis
kendaraan yang melintasi suatu jalan. Jumlah gerakan yang dicatat dan dihitung
dapat dilihat meliputi beberapa jenis gerakan, seperti pejalan kaki,pengendara
sepeda, pengendara motor, dan pengendara mobil (Hobbs, 1996).
Kendaraan bermotor di jalan raya memiliki beberapa jenis, contohnya adalah
sepeda, sepeda motor, mobil, bus, dan truk. Setiap jenis kendaraan memiliki
pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan besar kendaraan tersebut. Untuk
menghilangkan klasifikasi jenis kendaraan pada perhitungan kepadatan kendaraan
bermotor maka perlu dilakukan penyamaan nilai dari tiap jenis kendaraan. Konversi
nilai ekivalen tersebut dinyatakan dalam satuan mobil penumpang(SMP) dalam
satuan waktu. Untuk itu Hobbs mengklasifikasikan SMP sesuai dengan tabel satuan
mobil penumpang.
Tabel 1.2. Daftar Satuan Mobil Penumpang
NO Kelas Kendaraan Standar
Perkotaan
Standar
Pedesaan
Rancangan
perempatan
bundaran
Rancangan
perempatan
lalulintas
1 Mobil pribadi, taksi,
kendaraan muatan ringan
sampai dengan 25 ton
1 1 1 1
2 Sepeda motor untuk seorang,
skuter, moped
0,75 1 0,75 0,33
3 Kendaraan barang sedang
atau berat lebih dari 15 ton
2 3 2,8 1,75
4 Bis besar dan sedang, bis
gandeng, trem
3 3 2,8 2,25
14
Tabel 1.2. Daftar Satuan Mobil Penumpang (Lanjutan)
NO Kelas Kendaraan Standar
Perkotaan
Standar
Pedesaan
Rancangan
perempatan
bundaran
Rancangan
perempatan
lalulintas
5 Sepeda 0,33 0,5 0,5 0,2
Sumber : F. D. Hobbs, 1996
Satuan Mobil Penumpang (SMP) dapat dihitung dari jenis dan jumlah
kendaraan yang melewati suatu titik. Misal, volume kendaraan yang melewati jalan
perkotaan sebesar 400 kendaraan/jam. Volume kendaraan tersebut meliputi 300
sepeda motor, 55 mobil pribadi, 35 kendaraan barang sedang, dan 10 bis. Volume
kendaraan tersebut dapat diubah menjadi SMP berdasarkan Tabel 2 yaitu:
Sepeda motor 300 x 0,75 = 225
Mobil pribadi 55 x 1 = 55
Kendaraan Barang sedang 35 x 2 = 70
Bis 10 x 3 = 30
Jumlah = 380 smp/jam
1.6. Penelitian Sebelumnya
Awang Wijaya pada tahun 2005 meneliti pengaruh kepadatan kendaraan
bermotor dan keberadaan jalur hijau terhadap kadar CO ambien dan perubahan
parameter iklim mikro di sebagian kota Surakarta. Metode yang dipakai oleh Awang
menggunakan tiga metode, yaitu deskriptif, grafis, dan statistik. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini adalah kadar CO pada vegetasi yang lebih rapat lebih sedikit
dibandingkan vegetasi yang jarang.
Widyastuti Hamdayani tahun 2007 meneliti pengaruh penggunaan lahan dan
kepadatan lalu lintas terhadap CO ambien di sebagian jalan Kaliurang, kabupaten
Sleman. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis
statistik berupa ANNOVA dan regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini
15
diperoleh korelasi yang kuat dan positif antara kendaraan bermotor dengan kadar
CO.
Mega mardikowati tahun 2007 meneliti pola persebaran CO di sebagian jalan
Bantul, kota Yogyakarta. Metode pengukuran menggunakan moving observationdan
metode pengambilan menggunakan purposive stratified sampling. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis grafis dan analisis statistik.
Utian Suarma pada tahun 2008 meneliti pengaruh kepadatan penduduk dan
kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO sebagai indicator risiko pencemaran
udara di kota Yogyakarta. Metode analisis yang dipakai yaitu analisis spasial,
analisis temporal, dan analisis statistik. Hasil dari penelititan ini berupa peta risiko
pencemaran udara, dimana daerah yang kepadatan tinggi memiliki risiko pencemaran
yang tinggi.
Dian Hudawan Santoso, pada tahun 2008 meneliti distribusi spasial CO di
kawasan kampus UGM. Penelitiian ini menggunakan metode purposive sampling
dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique.
Analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis grafik. Hasil yang
diperoleh berupa peta distribusi CO di kawasan kampus UGM dan hubungan antara
CO dengan iklim serta dengan kendaraan bermotor yang korelasi yang kuat.
Primanda Kiky Widyaputra pada tahun 2011 melakukan penelitian mengenai
analisis tingkat CO ambien serta estimasi pelepasan CO oleh kendaraan bermotor di
Jalan Mangkubumi, Kota Yogyakarta. Penelitiian ini menggunakan metode
purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving
observation technique. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif
setra spasial. Hasil dari penelitian ini berupa peta kepadatan kendaraan bermotor,
peta persebaran CO, grafik perbandingan CO dengan iklim mikro, dan grafik
perbandingan CO dengan kepadatan kendaraan bermotor.
Penelitian yang berjudul Pengaruh Kepadatan Kendaraan Bermotor Terhadap
Konsentrasi Karbon Monoksida Ambien (Studi Kasus Jalan Taman Siswa
Yogyakarta) ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terdapat
pada daerah dan waktu kajian. Daerah kajian dalam penelitian ini adalah Jalan
16
Taman Siswa. Perbedaan juga terdapat pada teknik pemilihan sampel, dimana
peneliti menentukan sampel yaitu setiap jalan keluar masuk utama yang ada di Jalan
Taman Siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada
teknik pengukuran lapangan yang menggunakan moving observation technique.
17
Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti
(Tahun)
Topik Penelitian Daerah
Penelitian
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Awang
Wijaya
(2005)
Pengaruh Kepadatan
Kendaraan bermotor dan
Keberadaan Jalur Hijau
Terhadap Kodar CO Ambien
dan Perubahan Parameter
Iklim Mikro (Kasus di
Sebagian Kota Surakarta)
Sebagian Kota
Surakarta,
Jawa Tengah
Mengetahui pengaruh
gas buang kendaraan
bernotor dan keberadaan
jalur hijau terhadap
kualitas udara
danparameter iklim
1.Analisis deskriptif
2. Analisis grafis
3. Analisis Statistik
korelasi- regresi berganda
1. Peta distribusi polusi
udara CO
2. Grafik hubungan
konsentrasi polutan
dengan kerimbunan
3. Grafik hubungan
parameter iklim dengan
kerimbunan
2 Widyastuti
Handayani
(2007)
Pengaruh Penggunaan Lahan
dan Kepadatan Lalu Lintas
Terhadap Karbon Monoksida
(CO) Ambien (Studi Kasus
Sebagian Jalan Kaliuarang
dan Sekitarnya)
Jalan
Kaliurang
Kabupaten
Sleman
1. Mengetahui distribusi
spasial dan temporal
konsentrasi CO
2. Menganalisa land use
terhadap konsentrasi CO
3. Mengetahui pengaruh
kepadatan kendaraan
bermotor dan kondisi
meteorologist terhadap
konsentrasi CO
4. Mengetahui tingkat
pencemaran udara oleh
gas CO
1. Analisis diskriptif
2. Analisis
statistik(ANOVA dan
regresi linier berganda)
1. Peta diagram garis
konsentrasi CO rata-rata
harian
2. Kesimpulan dari
pengujian hipotesis
ANOVA Persamaan
regresi pengaruh
kendaraan bermototr
terhadap konsentrasi CO
3. Diskripsi
perbandingan konsentrasi
CO rata-rata harian
dengan Baku Mutu DIY
3 Mega
Mardikowati
(2007)
Pola persebaran spasial
Karbon Monoksida di Jalan
Bantul Yogyakarta
Sebagian
Jalan Bantul
Yogyakarta
Mengetahui pola angin,
penyebaran karbon
monoksida, dan pengaruh
angin terhadap pola
penyebaran tersebut
1.Pengukuran dengan
moving observation dan
pengambilan sampel
dengan purposive
stratified sampling.
2. Analisis Grafis
3. Analisis Statistik
1. Besar konsentraso
karbon monoksida
2. Pola sebaran karbon
monoksida pada hari
kerja dan hari libur
dengan pengaruh angin
sebagai faktor utama.
18
Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Nama Peneliti
(Tahun)
Topik Penelitian Daerah
Penelitian
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
4 Utia Suarma
(2008)
Pengaruh Kepadatan
Penduduk dan Kepadatan
Lalu Lintas Terhadap
Konsentrasi Karbon
Monoksida (CO) Sebagai
Indikator Risiko Pencemaran
Udara Wilayah Perkotaan
Yogyakarta
Kota
Yogyakarta
1. Mengetahui hubungan
antara tingkat pencemaran
karbon monoksida dengan
parameter iklim mikro di
wilayah perkotaan
Yogyakarta.
2. Mengetahui hubungan
antara kepadatan penduduk
dan kepadatan lalu lintas
terhadap konsentrasi CO di
wilayah kota Yogyakarta.
3. Mengetahui tingkat
risiko pencemaran karbon
monoksida di wilayah
perkotaan Yogyakarta.
1. Analisis Keruangan
2. Analisis Temporal
3. Analisis Statistik
1. Parameter suhu udara
2. Parameter kelembapan
udara
3. Distribusi CO secara
spasial dan temporal
4. Hubungan antara suhu,
kelembapan, dan
kecepatan angin terhadap
konsentrasi CO di
Yogyakarta
5. Peta risiko pencemaran
CO di Yogyakarta.
5 Dian Hudawan
Santoso (2008)
Distribusi Spasial Karbon
Monoksida di Lingkungan
Kampus UGM Yogyakarta
Lingkungan
Kampus
UGM
1.Mengetahui besar
konsentrasi CO di
lingkungan kampus UGM.
2. Mengetahui pengaruh
kepadatan kendaraan
bermotor dan iklim mikro
serta penggunaan lahan
terhadao CO di lingkungan
kampus UGM.
1. Penentuan sampel
dengan purposive
sampling dan cara
pengambilan data
dengan moving
observation technique.
2. Analisis deskriptif
3. Analisis grafik
4. Analisis
statistik(korelasi, uji
normalitas, dan regresi
linier berganda)
1. Peta distribusi CO di
kampus UGM
2. Peta kepadatan
bermotor di kampus UGM
3. Grafik perbandingan
kepadatan kendaraan
bermotor dengan CO
4. Grafik perbandingan
CO dengan kepadatan
bermotor dengan iklim
mikro
5. Analisis statistik
korelasi, dan regresi linier
berganda
19
Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)
No Nama
Peneliti
(Tahun)
Topik Penelitian Daerah
Penelitian
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
6 Primanda
Kiky
Widyaputra
(2011)
Analisis Tingkat Karbon
Monoksida ambien serta
estimasi pelepasan
karbon monoksida oleh
kendaraan bermotor
Jalan
Mangkubumi
Yogyakarta
1. Menganalisis tingkat
konsentrasi karbon monoksida
di ruas jalan P. Mangkubumi
Yogyakarta
2. Menganalisis pengaruh
kepadatan lalulintas kendaraan
bermototr terhadap tingkat
konsentrasi karbon monoksida
di ruas jalan P. Mangkubumi
Yogyakarta
3. Mengertimasi jumlah
karbonmonoksida yang terlepas
ke udara dari kendaraan
bermotor yang melintas di ruas
jalan P. Mangkubumi
Yogyakarta
1. penentuan sampel
dengan purposive sampling
dan cara pengambilan data
dengan moving observasion
technique
2. analisis diskriptif
3. analisis spasial
4. analisis statistik (korelasi
dan regresi linier berganda)
5. Perhitungan jumlah
pelepasan karbon
menggunakan faktor emisi
karbon monoksida dan
rumus stokiometri
1. Peta distribusi
spasial konsentrasi
karbonmonoksida
2. Peta kepadatan
kendaraan bermotor
3. grafik perbandingan
kepadatan kendaraan
bermotor dengan CO
4. Grafik
perbandingan CO
dengan iklim mikro
5. table dan jumlah
pelepasan karbon
6. hasil analisis
statistik korelasi
regresi linier
berganda.
7 Eko Bayu
Dharma Putra
(2012)
Pengaruh Kepadatan
Kendaraan Bermotor
Terhadap Konsentrasi
Karbon Monoksida
(Studi Kasus Jalan
Taman Siswa,
Yogyakarta)
Jalan Taman
Siswa
Yogyakarta
1.Mengetahui besarnya
konsentrasi karbon monoksida
di Jalan Taman Siswa.
2.Mengetahui pengaruh
kepadatan kendaraan pada
konsentrasi karbon monoksida
di Jalan Taman Siswa.
3. Mengetahui pengaruh faktor
meteorologis terhadap
konsentrasi karbon monoksida.
1.Penentuan sampel
menggunakkan purposive
samplingdan pengambilan
data menggunakan moving
observation technique
2. Analisis deskriptif
3. Analisis grafik
4. Analisis
statistik(korelasi, koefisien
determinasi, dan regresi
berganda)
1. Peta hubungan titik
utama dengan titik
kontrol
2. Grafik
perbandingan
kepadatan kendaraan
bermotor dengan CO
3. Grafik
perbandingan faktor
meteorologis terhadap
CO
4. Hasil analisis
korelasi dan regresi
20
1.7. Kerangka Pemikiran
Masalah yang tidak bisa dihindarkan dari setiap daerah adalah adanya
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk yang
semakin lama semakin banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor utama
adalah adanya natalitas dan migrasi masuk. Hal ini sering terjadi khususnya di
daerah perkotaan, salah satunya adalah kota Yogyakarta.
Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki daya tarik tersendiri bagi
penduduk yang berasal dari kota ini. Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar,
kota budaya, kota wisata, dan tentunya sebagai pusat pemerintahan di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena daya tarik tersebut banyak orang yang
dating ke Kota Yogyakarta dengan berbagai keperluan tersendiri seperti belajar,
bekerja, berwisata, maupun untuk keperluan lain.
Tingginya pertumbuhan penduduk di kota Gudeg ini membuat
bertambahnya kebutuhan baik itu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, maupun
kebutuhan tersier. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka manusia harus
melakukan aktivitas. Tanpa melakukan aktivitas maka manusia tidak akan
memperoleh kebutuhan yang mereka inginkan.
Dampak dari bertambahnya aktivitas penduduk adalah mobilitas yang
tinggi. Untuk menunjang mobilitas yang tinggi ini maka diperlukan sarana
transportasi berupa kendaraan bermotor. Hal ini menyebabkan jumlah kendaraan
bermotor yang terus meningkat khususnya di kota Yogyakarta.
Di sisi lain, pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan kepadatan
penduduk di kota Yogyakarta. Kondisi ini mengakibatkan banyak perubahan
penggunaan lahan yang ada di kota Yogyakarta, berupa penggunaan lahan
permukiman, perkantoran, dan pertokoan. Adanya perubahan penggunaan lahan
tersebut menyebabkan jalan yang ada di sekitar kota Yogyakarta tidak bisa
berkembang, baik itu untuk pelebaran jalan maupun untuk penambahan jaringan
jalan.
Bertambahnya kendaraan bermotor tanpa disertai dengan adanya pelebaran
maupun penambahan jalan mengakibatkan adanya kepadatan lalu lintas yang
21
semakin tinggi. Kepadatan ini tak jarang menimbulkan kemacetan, khususnya di
persimpangan- persimpangan jalan yang ada di kota Yogyakarta. Salah satu jalan
dengan kondisi tersebut adalah Jalan Taman Siswa. Jalan Taman Siswa
merupakan jalan yang padat terutama pada jam-jam sibuk. Ruas jalan yang kecil
juga digunakan sebagai tempat parkir mobil, sehingga tak jarang terjadi
kemacetan. Adanya kepadatanyang tinggi tersebut menyebabkan tingginya emisi
gas buang kendaraan bermotor. Hal ini akan menurunkan kualitas udara karena
dengan adanya kepadatan kendaraan bermotor akan berjalan lebih lambat
sehingga akan terjadi penumpukan polutan yang dikeluarkan terutama karbon
monoksida.
Gambar 1.2. Diagram Pemikiran
Pertumbuhan Penduduk
Bertambahnya kebutuhan
Aktivitas Bertambah
Jumlah Kendaraan Bermotor Bertambah
Kepadatan Penduduk
Meningkat
Terjadi Kepadatan Kendaraan Bermotor
Pelebaran dan Penambahan
Jalan Tidak ada
Penurunan Kualitas Udara
Kenaikan Emisi Kendaraan Bermotor