bab i pendahuluan 1.1.latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/64677/potongan/s1...6...

21
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan mengelilingi bumi (Fardiaz, 1992). Udara terdiri dari 78% nitrogen, 21,94% oksigen, 0,93% argon, 0,032% karbondioksida, dan gas-gas mulia lain yang terdapat pada atmosfer (Wardhana, 2001). Udara merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk bernafas sehari-hari. Tanpa adanya udara, maka manusia dan makhluk lainnya tidak mampu untuk hidup. Udara bersih merupakan udara yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Kenyataannya, dewasa ini kita susah menemukan udara yang bersih khususnya di kota-kota besar. Seiring semakin berkembangnya ekonomi, teknologi, dan pembangunan maka diikuti pula oleh peningkatan sektor industri serta transportasi. Peningkatan ini merupakan suatu hal yang dapat menurunkan kualitas udara di suatu daerah. Kualitas udara tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi zat pencemar dalam udara (Soemarno, 1999). Pencemaran udara menurut Soedomo (2001) dapat didefinisikan sebagai masuknya zat pencemar ke dalam udara baik secara alamiah maupun akibat kegiatan manusia. Sumber pencemaran alami antara lain kebakaran hutan, debu akibat letusan gunung api, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut. Sumber pencemaran akibat aktivitas manusia misalnya aktivitas transportasi, industri, dan pembuangan sampah. Pencemaran udara akibat aktivitas manusia merupakan sumber pencemar yang paling banyak terjadi secara kuantitatif (Soedomo, 2001). Hal ini terjadi akibat semakin bertambahnya pembangunan di kota-kota sehingga meningkatkan jumlah industri serta transportasi semakin besar. Peningkatan jumlah industri dan transportasi akan meningkatkan hasil produksi sampingan, dampaknya adalah memperbesar jumlah polutan yang mencemari udara dan dihirup oleh manusia.

Upload: dinhthu

Post on 18-May-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan mengelilingi bumi

(Fardiaz, 1992). Udara terdiri dari 78% nitrogen, 21,94% oksigen, 0,93% argon,

0,032% karbondioksida, dan gas-gas mulia lain yang terdapat pada atmosfer

(Wardhana, 2001). Udara merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk bernafas

sehari-hari. Tanpa adanya udara, maka manusia dan makhluk lainnya tidak mampu

untuk hidup.

Udara bersih merupakan udara yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

berasa. Kenyataannya, dewasa ini kita susah menemukan udara yang bersih

khususnya di kota-kota besar. Seiring semakin berkembangnya ekonomi, teknologi,

dan pembangunan maka diikuti pula oleh peningkatan sektor industri serta

transportasi. Peningkatan ini merupakan suatu hal yang dapat menurunkan kualitas

udara di suatu daerah. Kualitas udara tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi zat

pencemar dalam udara (Soemarno, 1999).

Pencemaran udara menurut Soedomo (2001) dapat didefinisikan sebagai

masuknya zat pencemar ke dalam udara baik secara alamiah maupun akibat kegiatan

manusia. Sumber pencemaran alami antara lain kebakaran hutan, debu akibat letusan

gunung api, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut. Sumber pencemaran akibat

aktivitas manusia misalnya aktivitas transportasi, industri, dan pembuangan sampah.

Pencemaran udara akibat aktivitas manusia merupakan sumber pencemar yang

paling banyak terjadi secara kuantitatif (Soedomo, 2001). Hal ini terjadi akibat

semakin bertambahnya pembangunan di kota-kota sehingga meningkatkan jumlah

industri serta transportasi semakin besar. Peningkatan jumlah industri dan

transportasi akan meningkatkan hasil produksi sampingan, dampaknya adalah

memperbesar jumlah polutan yang mencemari udara dan dihirup oleh manusia.

2

Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang zat pencemar terbesar di

kota-kota besar. Hal ini dikarenakan jumlah pengguna transportasi yang setiap tahun

bertambah. Laju pertumbuhan kendaraan bermotor sekarang 5%, jauh apabila

dibandingkan laju pertumbuhan penduduk yang mencapai 1-2% (Jeremy Colls,

2002). Pertumbuhan kendaraan bermotor juga tidak diikuti dengan adanya

penambahan atau pelebaran jalan sehingga sering terjadi kepadatan kendaraan hingga

terjadi kemacetan.

Kondisi ini juga diperparah oleh penemuan minyak bumi sebagai pengganti

batubara yang merupakan sumber utama energi diberbagai tempat tak terkecuali di

Indonesia. Menurut Neiburger (1995) dalam bukunya yang berjudul memahami

lingkungan atmosfir kita, penggunaan minyak bumi akan menimbulkan suatu jenis

pencemaran baru. Pencemaran jenis baru ini dipengaruhi oleh reaksi fotokimia yang

mendorong dan memudahkan terjadinya perubahan kimia.

Sumber pencemar udara yang paling berpengaruh adalah kendaraan bermotor.

Kendaraan bermotor menghasilkan polutan ke atmosfer berupa gas CO, NOx,

hidrokarbon,𝑆𝑂2, dan tetraethyl lead (Soedomo, 2001). Sumber polusi yang berasal

dari transportasi terdiri dari 60% polutan yang dihasilkan adalah CO dan 15% terdiri

dari hidrokarbon (Fardiaz, 1992). Sektor transportasi ini merupakan sumber

pencemaran yang bergerak. Sumber pencemaran bergerak adalah semua sumber

pencemaran udara yang bergerak seperti mobil, truk, bus, motor, pesawat, kapal.

(Cooper dan Alley, 2002).

Daerah yang berpotensi mengalami penurunan kualitas udara akibat makin

bertambahnya polutan adalah perkotaan. Kota merupakan daerah yang memiliki

kualitas udara yang lebih buruk dibandingkan dengan daerah pedesaan. Aktivitas di

kota yang lebih banyak dibandingkan di daerah pedesaan baik dari sisi transportasi

maupun industri yang merupakan penyumbang polutan terbanyak merupakan salah

satu penyebabnya. Salah satu daerah yang termasuk dalam kategori kota adalah kota

Yogyakarta.

Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki daya tarik tinggi karena

beberapa keunikan dan keunggulan yang dimiliki. Kota Yogyakarta merupakan kota

3

pariwisata, kota pendidikan, kota budaya, dan kota yang dikenal akan keramahan

warganya. Daya tarik ini yang membuat banyak masyarakat yang berdatangan ke

kota ini baik untuk mencari mata pencaharian, menempuh pendidikan, berwisata,

maupun untuk kepentingan lainnya.

Jumlah kendaraan bermotor di kota Yogyakarta berdasarkan data dari Kota

Yogyakarta Dalam Angka tahun 2006 sampai tahun 2011 pada Gambar 1 diketahui

bahwa dari tahun 2004 hingga tahun 2009 mengalami kenaikan. Kenaikan terjadi

pada empat jenis kendaraan yaitu sepeda motor, bus, truk, sedan dan station.

Peningkatan jumlah kendaraan ini tentu saja akan menambah jumlah pencemaran

udara khususnya karbon monoksida yang ada di udara.

Gambar 1.1. Grafik Jumlah Kendaraan Di kota Yogyakarta Tahun 2004-2009

Sumber : Kota Yogyakarta Dalam Angka Tahun 2007-2009

Penurunan kualitas udara akan meningkatkan risiko akibat pencemaran udara.

Masing-masing polutan menyebabkan pengaruh yang berbeda-beda terhadap

manusia. Salah satu polutan berbahaya adalah karbon monoksida yang merupakan

polutan yang paling banyak dihasilkan oleh aktivitas transportasi.Menurut Fardiaz

(1992) CO apabila kontak dalam konsentrasi tinggi dengan manusia akan

2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sepeda motor 213690 226414 240075 256224 273538 288619

Bus 2885 4428 5329 6528 8266 9572

Truk 12498 12679 12730 12827 12701 12831

Sedan dan Station 31432 32069 32332 32667 32873 33056

1000

10000

100000

1000000

Jum

lah

Ke

nd

araa

n

4

menyebabkan kematian dan apabila pada konsentrasi yang rendah maka akan

mengganggu kesehatan.

Salah satu jalan di kota Yogyakarta yang memiliki kepadatan yang tinggi adalah

Jalan Taman Siswa. Ruas jalan ini merupakan jalan yang sering mengalami

kemacetan khususnya pada waktu jam sibuk, karena ruas jalan ini menghubungkan

ke tempat-tempat di kota Yogyakarta. Sepanjang jalan tersebut terdapat perkantoran,

kampus, pertokoan, tempat ibadah, dan pusat bimbingan belajar sehingga tak jarang

ruas-ruas jalan digunakan sebagai tempat parkir. Hal ini menyebabkan lebar jalan

semakin sempit, sehingga tak jarang terjadi kemacetan khusunya pada saat pagi dan

sore hari dimana waktu tersebut merupakan dimulai dan berakhirnya aktivitas.

Selain merupakan daerah yang padat akan aktivitas, Jalan Taman Siswa juga

merupakan jalan yang strategis. Jalan Taman Siswa merupakan penghubung ke

tempat-tempat penting, seperti Balaikota Yogyakarta, Stasiun Lempuyangan,

Pakualaman, Stadion Mandala Krida. Salah satu keunikan dari Jalan Taman Siswa

adalah Jalan Taman Siswa merupakan penghubung antara Bantul dengan Kota

Yogyakarta, dimana banyak masyarakat Bantul maupun Yogyakarta yang melalui

Jalan Taman Siswa.

Kondisi tersebut perlu dikaji lebih mendalam khususnya untuk mengetahui

persebaran pencemaran udara akibat kendaraan bermotor di Jalan Taman Siswa.

Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan studi khusus mengenai

“Pengaruh Kepadatan Kendaraan Bermotor Terhadap Konsentrasi Karbon

Monoksida Ambien Studi Kasus Jalan Taman Siswa Yogyakarta”.

1.2.Rumusan Masalah

Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang banyak

terjadi akhir-akhir ini. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

semakin besar sehingga meningkatkan kebutuhan manusia akan sesuatu. Peningkatan

akan kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk berbanding lurus dengan aktivitas

manusia, sehingga aktivitas manusia untuk memperoleh dan memproduksi sesuatu

5

akan semakin meningkat. Akibat dari pertumbuhan tersebut terjadi peningkatan di

bidang infrastruktur, ekonomi, industri, dan transportasi.

Pembangunan infrastruktur, ekonomi, industri, dan semakin bertambahnya

kendaraan bermotor untuk mobilitas penduduk merupakan salah satu masalah yang

perlu ditanggulangi khususnya di kota-kota besar. Salah satu kota tersebut adalah

kotamadya Yogyakarta. Permasalahan di kota Yogyakarta sama seperti di kota-kota

besar lainnya seperti di Indonesia dimana peningkatan jumlah kendaraan bermotor

tidak diikuti dengan pelebaran jalan sehingga sering terjadi penumpukan kendaraan

terutama pada jam-jam sibuk.

Peningkatan kendaraan yang semakin banyak di kota Yogyakarta dan kota yang

merupakan poros ekonomi bagi masyarakat di DIY membuat polusi udara semakin

tinggi khususnya karbon monoksida yang berpengaruh pada kesehatan manusia.

Salah satu jalan di kota Yogyakarta yang sering terjadi kemacetan berdasarkan

pengamatan peneliti adalah Jalan Taman Siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat

dirumuskan permasalahan penelitian berupa :

1. Berapa konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa?

2. Bagaimana pengaruh kepadatan kendaraan bermotor pada konsentrasi

karbon monoksida di Jalan Taman Siswa?

3. Bagaimana pengaruh faktor meteorologis (suhu, kelembapan, dan

kecepatan angin) padakonsentrasi karbon monoksida?

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui besarnya konsentrasi karbon monoksida di Jalan Taman Siswa.

2. Mengetahui pengaruh kepadatan kendaraan pada konsentrasi karbon

monoksida di Jalan Taman Siswa.

3. Mengetahui pengaruh faktor meteorologis (suhu, kelembapan, dan kecepatan

angin) terhadap konsentrasi karbon monoksida.

6

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah

a. Memberikan gambaran mengenai besarnya pencemaran udara akibat

padatnya lalu lintas di Jalan Taman Siswa Yogyakarta.

b. Memberikan sumbangan bagi ilmu geografi khususnya mengenai pencemaran

udara.

1.5.Tinjauan Pustaka

1.5.1. Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya zat-zat pencemar kedalam udara baik

karena aktivitas alam maupun aktivitas manusia. Hampir tidak ada udara di dunia ini

yang bersih tanpa pencemar. Udara selalu ditemukan terdapat unsur pencemar

meskipun hanya sedikit.

Pencemaran udara dapat bersumber dari alam maupun aktivitas manusia.

Sumber pencemaran akibat aktivitas alam(sumber pencemar alami) seperti adanya

debu akibat vulkanik, kebakaran hutan, dan pancaran garam dari laut. Sumber yang

paling sering dihadapi adalah sumber pencemar akibat aktivitas manusia. Sumber

pencemaran udara akibat aktivitas manusia antara lain akibat industri, transportasi,

pembangunan, dan pertambangan (Soedomo, 2001).

Pencemar udara atau polutan umumnya berasal akibat aktivitas manusia.

Aktivitas manusia tersebut yang memiliki andil dalam pencemaran udara. Hal ini

dipengaruhi oleh perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan budaya yang

pesat sehingga menimbulkan pola konsumtif yang berlebihan dan berdampak pada

penurunan kualitas udara (Ryadi, 1982).

Sumber pencemaran udara berdasarkan PP No. 41 tahun 1999 adalah usaha

ataupun kegiatan yang dapat mengeluarkan bahan pencemar ke udara sehingga udara

tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sumber pencemaran udara yang

mencemari udara bermacam-macam. Sumber pencemaran udara menurut Soedomo

(2001) tersebut antara lain:

7

a. Sumber titik pencemaran udara contohnya adalah cerobong asap dari suatu

pabrik.

b. Sumber garis contohnya adalah transportasi yang bergerak sehingga

emisisnya berbentuk garis, deretan pabrik di sepanjang sungai atau jalan.

c. Sedangkan sumber area contohnya adalah suatu kota, dimana terdapat

berbagai macam jenis pencemar seperti industri, dan transportasi.

Penggolongan sumber pencemaran udara dalam bentuk lain berdasarkan PP No. 41

tahun 1999 yaitu:

a. Sumber bergerak

Sumber bergerak merupakan sumber pencemaran udara yang emisinya

bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kendaraan

bermotor.

b. Sumber bergerak spesifik

Sumber yang hampir sama dengan sumber bergerak namun berasal dari

pesawat, kereta api, dan kapal laut.

c. Sumber tidak bergerak

Sumber tidak bergerak merupakan sumber yang emisinya tetap yang berada

pada suatu tempat. Contohnya adalah sumber dari cerobong asap suatu

industri.

d. Sumber tidak bergerak spesifik

Sumber yang tidak bergerak namun berasal dari kebakaran hutan dan

pembakaran sampah.

e. Sumber gangguan

Sumber pencemaran yang menggunakan media udara atau padat sebagai

media penyebaran. Contoh dari sumber gangguan ini adalah bau, dan

kebisingan.

8

Penggolongan polutan di udara berdasarkan asal mula dan kelanjutan

perkembangannya dibedakan menjadi dua, yaitu (Ryadi, 1982):

a. Polutan Primer

Polutan primer merupakan polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia

maupun karena proses alami. Jadi polutan ini merupakan polutan yang sama

seperti saat dibebaskan dari sumber pencemarannya. Contoh polutan primer

yaitu karbon monoksida (CO), C𝑂2, S𝑂2, MO, N𝑂2, HC, dan partikulat.

b. Polutan Sekunder

Polutan sekunder merupakan polutan yang terbentuk akibat hasil reaksi dari

polutan primer dengan komponen lainnya. Polutan ini sudah berubah karena

reaksi tertentu seperti foto-kimia dan reaksi katalisis.

1.5.2. Karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan

tidak berasa. Karbon monoksidaberbentuk gas di atas suhu -192° celcius, di bawah

suhu tersebut gas ini berbentuk cair.Gas CO menurut Fardiaz (1992) secara umum

terbentuk akibat beberapa proses yaitu:

1. Pembakaran yang tidak sempurna pada karbon atau unsur yang mengandung

karbon seperti bahan bakar fosil.

2C + 𝑂2 2CO

2. Reaksi antara karbondioksida dengan karbon yang terjadi pada suhu yang tinggi.

𝐶𝑂2 + C 2CO

3. Karbondioksida yang terurai menjadi CO dan oksigen pada suhu tinggi.

𝐶𝑂2 CO + O

Karbon monoksida atau CO dapat berasal dari alam seperti aktivitas gunung

berapi, emisi gas alam, dan pancaran dari kilat. Tetapi gas CO yang berasal dari alam

tidak sebesar yang berasal dari aktivitas manusia. Gas karbon monoksida merupakan

gas yang sebagian besar berasal dari proses pembakaran gas alam. Sumber emisi CO

akibat aktivitas manusia adalah transportasi, industri, dan pembakaran sampah serta

sisa hasil pertanian(Fardiaz, 1992).

9

Karbon monoksida merupakan unsur polutan yang paling banyak

dibandingkan dengan polutan lain di atmosfer. Persebaran CO di udara telah banyak

diteliti dimana persebaran CO banyak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada

di suatu daerah. Persebaran CO di udara dapat dihilangkan oleh mikroorganisme-

mikroorganisme yang ada di tanah.

Mikroorgsnisme-mikroorganisme yang terdapat dalam tanah tersebut aktif

dalam pembersihan CO (Fardiaz, 1992). Tetapi kondisi di perkotaan tanah terbuka

sudah jarang ada, tanah terbuka telah menjadi gedung perkantoran, permukiman, dan

jalan raya. Selain itu kondisi gedung-gedung yang tinggi mempengaruhi pergerakan

angin dalam pembersihan CO sehingga di daerah perkotaan konsentrasi CO susah

hilang dan cenderung meningkat.

Karbon monoksida merupakan salah satu sumber pencemar primer. Polutan

ini dapat berkonstribusi dalam perubahan iklim global, terutama global warming.

Karbon monoksida akan bereaksi dengan molekul OH. Karena bereaksi dengan OH,

maka konsentrasi OH akan berkurang dan sebaliknya konsentrasi CO akan

bertambah sehingga dapat menambah panas bumi karena reaksi ini akan menambah

umur dari metana (Kaufman dan Cleveland, 2008).

Karbon monoksida merupakan polutan yang berbahaya. Polutan ini dalam

konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian pada manusia. CO pada konsentrasi

yang lebih rendah juga berpengaruh pada kesehatan manusia. Pengaruh pada

kesehatan manusia ini dipengaruhi oleh CO disebabkan oleh reaksi antara CO

dengan Hemoglobin (Hb) di dalam darah.

Hemoglobin dalam darah berfungsi untuk mengantarkan oksigen dalam

bentuk 𝑂2Hb dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dalam

bentuk 𝐶𝑂2Hb dari sel tubuh ke paru-paru. Tetapi CO memiliki afinitas yang lebih

tinggi dari 𝑂2 akan membentuk karboksihemoglobin(COHb) dalam jumlah yang

lebih banyak dibandingkan dengan 𝑂2Hb. Semakin tinggi konsentrasi CO dalam

darah maka semakin tinggi pula persentase Hb terikat dengan CO, pengaruhnya akan

semakin parah bagi manusia (Fardiaz, 1992).

10

Tabel 1.1. Pengaruh konsentrasi COHb di dalam darah terhadap kesehatan manusia

Konsentrasi COHb

dalam darah %

Pengaruhnya terhadap kesehatan

< 1.0 Tidak ada pengaruh

1.0 – 2.0 Penampilan agak tidak normal

2.0 – 5.0 Pengaruh pada sistem syaraf sentral, reaksi pancaindra tidak

normal, benda terlihat agak kabur

≥ 5.0 Perubahan fungsi jantung dan pulmonary

10.0 – 80.0 Kepala pening, mual, berkunang-kunang. Pingsan,

kekurangan nafas, dan kematian.

Sumber: Stoker dan Seager (1972) dalam Fardiaz (1992)

1.5.3. Faktor meteorologis

1.5.3.1. Angin

Angin adalah gerak udara yang sejajar dan tegak lurus dengan permukaan

bumi yang bergerak dari daerah yang memiliki tekanan tinggi ke tekanan

rendah.Angin diberi nama sesuai dari arah datangnya angin, contohnya angin laut

merupakan angin yang berasal dari laut dan angin barat yang merupakan angin yang

berasal dari barat (Tjasyono, 2004).

Angin dipengaruhi oleh perbedaan tekanan, semakin besar perbedaan tekanan

maka kecepatan angin akan semakin besar. Sama halnya dengan air sungai dimana

semakin besar perbedaan kemiringan sungai maka aliran air sungai akan semakin

besar. Angin yang tenang merupakan angin yang memiliki perbedaan isobar yang

relatif kecil.

Angin merupakan salah satu komponen meteorologis yang memiliki

pengaruh terhadap jumlah polutan yang ada di udara. Angin dapat mengurangi

polutan dekat sumber emisi, tetapi dapat membawa polutan ke tempat yang lebih

jauh (Miller, 1982 dalam Santoso 2008).

Angin merupakan salah satu besaran vektor yang memiliki arah dan

kecepatan. Angin secara klimatologis memiliki 8 arah, sedangkan menurut dunia

11

penerbangan memiliki 16 arah. Arah angin digunakan karena arah angin selalu

berubah-ubah (Tjasyono, 2004). Menurut Tjasyono, arah angin antara menurut

klimatologis adalah

- Utara : 337,5° - 22,5°

- Timur Laut : 22,5° - 67,5°

- Timur : 67,5° - 112,5°

- Tenggara : 112,5° - 157,5°

- Selatan : 157,5° - 202,5°

- Barat Daya : 202,5° - 247,5°

- Barat : 247,5° - 292,5°

- Barat Laut : 292,5° - 337,5°

Perubahan arah dan kecepatan angin pada suatu lokasi disajikan dalam bentuk

windrose atau mawar angin. Mawar angin merupakan garis yang memancar dari

pusat lingkaran yang menunjukkan arah dan kecepatan angin.

1.5.3.2. Suhu dan Kelembapan Udara

Suhu udara secara fisis dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul

benda dimana semakin besar gerakannya maka suhunya semakin tinggi. Suhu udara

juga dapat didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda (Tjasyono, 2004). Suhu

udara berubah-ubah sesuai dengan tempat dan waktu. Misalnya suhu udara di dalam

ruangan berbeda dengan suhu udara di luar ruangan, kemudian suhu udara di pagi

hari berbeda dengan suhu udara yang ada di siang hari.

Suhu udara dapat diukur menggunakan alat seperti termometer. Untuk

menyatakan besaran dari suatu suhu digunakan berbagai skala seperti Celcius,

Fahrenheit, dan Kelvin.Skala ini merupakan skala yang biasa digunakan. Salah satu

skala yang digunakan di Indonesia adalah skala celcius.Skala celcius menggunakan

angka 100 ° yang digunakan sebagai titik didih air dan 0 ° sebagai titik beku air.

Skala yang biasa digunakan dalam berbagai persamaan adalah skala Kelvin. Skala ini

didasarkan pada suhu nol mutlak, dimana saat itu akan berhenti melakukan tekanan

12

yaitu -273 ° C. Oleh karena itu konversi dari derajat Celcius ke Kelvin memiliki

persamaan:

K = C + 273

Pengukuran suhu udara diperoleh satu nilai, yaitu suhu rata-rata. Menurut

Tjasyono (2004) suhu rata-rata harian misalnya, di Indonesia didefinisikan sebagai

rata-rata pengamatan suhu selama 24 jam.

𝑇𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =2T7 + T13 + T18

4

Keterangan : T rata-rata : Suhu harian rata-rata

T7, T13, T18 : Suhu udara pada pukul 07.00, 13.00, dan pukul 18.00

Suhu bulanan rata-rata adalah jumlah suhu harian rata-rata dibagi dalam

banyaknya jumlah hari dalam satu bulan. Sedangkan untuk mengukur suhu tahunan

rata-rata yaitu dengan jumlah suhu bulanan rata-rata dibagi 12. (Tjasyono, 2004)

Suhu dapat dibuat dengan peta isotherm. Peta isotherm merupakan peta yang

menggambarkan distribusi suhu dengan garis yang menghubungkan tempat yang

memiliki suhu yang sama. Peta ini digunakan untuk menggambarkan pola persebaran

suhu di sebuah daerah.

Kelembapan udara adalah besarnya konsentrasi uap air yang ada di udara.

Untuk mengetahui konsentrasi uap air tersebut, dapat ditentukan melalui kelembapan

absolut, kelembapan relatif, maupun kelembapan spesifik. Kelembapan yang biasa

digunakan adalah kelembapan relatif. Alat yang digunakan untuk mengukur

kelembapan udara ini disebut hygrometer. Kelembapan berpengaruh terhadap

pencemaran udara, kelembapan udara akan melarutkan beberapa jenis polutan

(Miller, 1982 dalam Santoso 2008).

Suhu dan kelembapan udara berpengaruh terhadap polutan yang ada di

atmosfer. Kelembapan udara relatif yang rendah atau dibawah 60% akan mengurangi

efek korosi, sedangkan kelembapan relatif yang lebih atau sama dengan 80% akan

meningkatkan efek korosi pada daerah tersebut. Suhu udara yang menurun akan

meningkatkan kelembapan relatif sehingga efek korosi tinggi. Suhu udara yang

tinggi juga meningkatkan kecepatan reaksi suatu bahan kimia (Mukono, 1997 dalam

Santoso 2008).

13

1.5.4. Satuan Mobil Penumpang

Lalu lintas adalah pergerakan kendaraan maupun orang yang melewati suatu

jalan. Lalu lintas berhubungan erat dengan transportasi. Transportasi sendiri adalah

suatu kegiatan untuk memindahkan barang maupun orang dari satu tempat ke tempat

lain. Semakin banyak barang atau orang yang dipindahkan, maka akan semakin padat

lalu lintas tersebut.

Kepadatan kendaraan bermotor dapat dihitung melalui pengamatan langsung

di lapangan. Pengamatan dilakukan dengan mencatat dan menghitung setiap jenis

kendaraan yang melintasi suatu jalan. Jumlah gerakan yang dicatat dan dihitung

dapat dilihat meliputi beberapa jenis gerakan, seperti pejalan kaki,pengendara

sepeda, pengendara motor, dan pengendara mobil (Hobbs, 1996).

Kendaraan bermotor di jalan raya memiliki beberapa jenis, contohnya adalah

sepeda, sepeda motor, mobil, bus, dan truk. Setiap jenis kendaraan memiliki

pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan besar kendaraan tersebut. Untuk

menghilangkan klasifikasi jenis kendaraan pada perhitungan kepadatan kendaraan

bermotor maka perlu dilakukan penyamaan nilai dari tiap jenis kendaraan. Konversi

nilai ekivalen tersebut dinyatakan dalam satuan mobil penumpang(SMP) dalam

satuan waktu. Untuk itu Hobbs mengklasifikasikan SMP sesuai dengan tabel satuan

mobil penumpang.

Tabel 1.2. Daftar Satuan Mobil Penumpang

NO Kelas Kendaraan Standar

Perkotaan

Standar

Pedesaan

Rancangan

perempatan

bundaran

Rancangan

perempatan

lalulintas

1 Mobil pribadi, taksi,

kendaraan muatan ringan

sampai dengan 25 ton

1 1 1 1

2 Sepeda motor untuk seorang,

skuter, moped

0,75 1 0,75 0,33

3 Kendaraan barang sedang

atau berat lebih dari 15 ton

2 3 2,8 1,75

4 Bis besar dan sedang, bis

gandeng, trem

3 3 2,8 2,25

14

Tabel 1.2. Daftar Satuan Mobil Penumpang (Lanjutan)

NO Kelas Kendaraan Standar

Perkotaan

Standar

Pedesaan

Rancangan

perempatan

bundaran

Rancangan

perempatan

lalulintas

5 Sepeda 0,33 0,5 0,5 0,2

Sumber : F. D. Hobbs, 1996

Satuan Mobil Penumpang (SMP) dapat dihitung dari jenis dan jumlah

kendaraan yang melewati suatu titik. Misal, volume kendaraan yang melewati jalan

perkotaan sebesar 400 kendaraan/jam. Volume kendaraan tersebut meliputi 300

sepeda motor, 55 mobil pribadi, 35 kendaraan barang sedang, dan 10 bis. Volume

kendaraan tersebut dapat diubah menjadi SMP berdasarkan Tabel 2 yaitu:

Sepeda motor 300 x 0,75 = 225

Mobil pribadi 55 x 1 = 55

Kendaraan Barang sedang 35 x 2 = 70

Bis 10 x 3 = 30

Jumlah = 380 smp/jam

1.6. Penelitian Sebelumnya

Awang Wijaya pada tahun 2005 meneliti pengaruh kepadatan kendaraan

bermotor dan keberadaan jalur hijau terhadap kadar CO ambien dan perubahan

parameter iklim mikro di sebagian kota Surakarta. Metode yang dipakai oleh Awang

menggunakan tiga metode, yaitu deskriptif, grafis, dan statistik. Hasil yang diperoleh

dari penelitian ini adalah kadar CO pada vegetasi yang lebih rapat lebih sedikit

dibandingkan vegetasi yang jarang.

Widyastuti Hamdayani tahun 2007 meneliti pengaruh penggunaan lahan dan

kepadatan lalu lintas terhadap CO ambien di sebagian jalan Kaliurang, kabupaten

Sleman. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis

statistik berupa ANNOVA dan regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini

15

diperoleh korelasi yang kuat dan positif antara kendaraan bermotor dengan kadar

CO.

Mega mardikowati tahun 2007 meneliti pola persebaran CO di sebagian jalan

Bantul, kota Yogyakarta. Metode pengukuran menggunakan moving observationdan

metode pengambilan menggunakan purposive stratified sampling. Metode analisis

yang digunakan adalah analisis grafis dan analisis statistik.

Utian Suarma pada tahun 2008 meneliti pengaruh kepadatan penduduk dan

kepadatan lalu lintas terhadap konsentrasi CO sebagai indicator risiko pencemaran

udara di kota Yogyakarta. Metode analisis yang dipakai yaitu analisis spasial,

analisis temporal, dan analisis statistik. Hasil dari penelititan ini berupa peta risiko

pencemaran udara, dimana daerah yang kepadatan tinggi memiliki risiko pencemaran

yang tinggi.

Dian Hudawan Santoso, pada tahun 2008 meneliti distribusi spasial CO di

kawasan kampus UGM. Penelitiian ini menggunakan metode purposive sampling

dalam menentukan sampel dan menggunakan moving observation technique.

Analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif dan analisis grafik. Hasil yang

diperoleh berupa peta distribusi CO di kawasan kampus UGM dan hubungan antara

CO dengan iklim serta dengan kendaraan bermotor yang korelasi yang kuat.

Primanda Kiky Widyaputra pada tahun 2011 melakukan penelitian mengenai

analisis tingkat CO ambien serta estimasi pelepasan CO oleh kendaraan bermotor di

Jalan Mangkubumi, Kota Yogyakarta. Penelitiian ini menggunakan metode

purposive sampling dalam menentukan sampel dan menggunakan moving

observation technique. Metode analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif

setra spasial. Hasil dari penelitian ini berupa peta kepadatan kendaraan bermotor,

peta persebaran CO, grafik perbandingan CO dengan iklim mikro, dan grafik

perbandingan CO dengan kepadatan kendaraan bermotor.

Penelitian yang berjudul Pengaruh Kepadatan Kendaraan Bermotor Terhadap

Konsentrasi Karbon Monoksida Ambien (Studi Kasus Jalan Taman Siswa

Yogyakarta) ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan tersebut terdapat

pada daerah dan waktu kajian. Daerah kajian dalam penelitian ini adalah Jalan

16

Taman Siswa. Perbedaan juga terdapat pada teknik pemilihan sampel, dimana

peneliti menentukan sampel yaitu setiap jalan keluar masuk utama yang ada di Jalan

Taman Siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada

teknik pengukuran lapangan yang menggunakan moving observation technique.

17

Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya

No Nama Peneliti

(Tahun)

Topik Penelitian Daerah

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Awang

Wijaya

(2005)

Pengaruh Kepadatan

Kendaraan bermotor dan

Keberadaan Jalur Hijau

Terhadap Kodar CO Ambien

dan Perubahan Parameter

Iklim Mikro (Kasus di

Sebagian Kota Surakarta)

Sebagian Kota

Surakarta,

Jawa Tengah

Mengetahui pengaruh

gas buang kendaraan

bernotor dan keberadaan

jalur hijau terhadap

kualitas udara

danparameter iklim

1.Analisis deskriptif

2. Analisis grafis

3. Analisis Statistik

korelasi- regresi berganda

1. Peta distribusi polusi

udara CO

2. Grafik hubungan

konsentrasi polutan

dengan kerimbunan

3. Grafik hubungan

parameter iklim dengan

kerimbunan

2 Widyastuti

Handayani

(2007)

Pengaruh Penggunaan Lahan

dan Kepadatan Lalu Lintas

Terhadap Karbon Monoksida

(CO) Ambien (Studi Kasus

Sebagian Jalan Kaliuarang

dan Sekitarnya)

Jalan

Kaliurang

Kabupaten

Sleman

1. Mengetahui distribusi

spasial dan temporal

konsentrasi CO

2. Menganalisa land use

terhadap konsentrasi CO

3. Mengetahui pengaruh

kepadatan kendaraan

bermotor dan kondisi

meteorologist terhadap

konsentrasi CO

4. Mengetahui tingkat

pencemaran udara oleh

gas CO

1. Analisis diskriptif

2. Analisis

statistik(ANOVA dan

regresi linier berganda)

1. Peta diagram garis

konsentrasi CO rata-rata

harian

2. Kesimpulan dari

pengujian hipotesis

ANOVA Persamaan

regresi pengaruh

kendaraan bermototr

terhadap konsentrasi CO

3. Diskripsi

perbandingan konsentrasi

CO rata-rata harian

dengan Baku Mutu DIY

3 Mega

Mardikowati

(2007)

Pola persebaran spasial

Karbon Monoksida di Jalan

Bantul Yogyakarta

Sebagian

Jalan Bantul

Yogyakarta

Mengetahui pola angin,

penyebaran karbon

monoksida, dan pengaruh

angin terhadap pola

penyebaran tersebut

1.Pengukuran dengan

moving observation dan

pengambilan sampel

dengan purposive

stratified sampling.

2. Analisis Grafis

3. Analisis Statistik

1. Besar konsentraso

karbon monoksida

2. Pola sebaran karbon

monoksida pada hari

kerja dan hari libur

dengan pengaruh angin

sebagai faktor utama.

18

Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Nama Peneliti

(Tahun)

Topik Penelitian Daerah

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

4 Utia Suarma

(2008)

Pengaruh Kepadatan

Penduduk dan Kepadatan

Lalu Lintas Terhadap

Konsentrasi Karbon

Monoksida (CO) Sebagai

Indikator Risiko Pencemaran

Udara Wilayah Perkotaan

Yogyakarta

Kota

Yogyakarta

1. Mengetahui hubungan

antara tingkat pencemaran

karbon monoksida dengan

parameter iklim mikro di

wilayah perkotaan

Yogyakarta.

2. Mengetahui hubungan

antara kepadatan penduduk

dan kepadatan lalu lintas

terhadap konsentrasi CO di

wilayah kota Yogyakarta.

3. Mengetahui tingkat

risiko pencemaran karbon

monoksida di wilayah

perkotaan Yogyakarta.

1. Analisis Keruangan

2. Analisis Temporal

3. Analisis Statistik

1. Parameter suhu udara

2. Parameter kelembapan

udara

3. Distribusi CO secara

spasial dan temporal

4. Hubungan antara suhu,

kelembapan, dan

kecepatan angin terhadap

konsentrasi CO di

Yogyakarta

5. Peta risiko pencemaran

CO di Yogyakarta.

5 Dian Hudawan

Santoso (2008)

Distribusi Spasial Karbon

Monoksida di Lingkungan

Kampus UGM Yogyakarta

Lingkungan

Kampus

UGM

1.Mengetahui besar

konsentrasi CO di

lingkungan kampus UGM.

2. Mengetahui pengaruh

kepadatan kendaraan

bermotor dan iklim mikro

serta penggunaan lahan

terhadao CO di lingkungan

kampus UGM.

1. Penentuan sampel

dengan purposive

sampling dan cara

pengambilan data

dengan moving

observation technique.

2. Analisis deskriptif

3. Analisis grafik

4. Analisis

statistik(korelasi, uji

normalitas, dan regresi

linier berganda)

1. Peta distribusi CO di

kampus UGM

2. Peta kepadatan

bermotor di kampus UGM

3. Grafik perbandingan

kepadatan kendaraan

bermotor dengan CO

4. Grafik perbandingan

CO dengan kepadatan

bermotor dengan iklim

mikro

5. Analisis statistik

korelasi, dan regresi linier

berganda

19

Tabel 1.3 Penelitian Sebelumnya (Lanjutan)

No Nama

Peneliti

(Tahun)

Topik Penelitian Daerah

Penelitian

Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

6 Primanda

Kiky

Widyaputra

(2011)

Analisis Tingkat Karbon

Monoksida ambien serta

estimasi pelepasan

karbon monoksida oleh

kendaraan bermotor

Jalan

Mangkubumi

Yogyakarta

1. Menganalisis tingkat

konsentrasi karbon monoksida

di ruas jalan P. Mangkubumi

Yogyakarta

2. Menganalisis pengaruh

kepadatan lalulintas kendaraan

bermototr terhadap tingkat

konsentrasi karbon monoksida

di ruas jalan P. Mangkubumi

Yogyakarta

3. Mengertimasi jumlah

karbonmonoksida yang terlepas

ke udara dari kendaraan

bermotor yang melintas di ruas

jalan P. Mangkubumi

Yogyakarta

1. penentuan sampel

dengan purposive sampling

dan cara pengambilan data

dengan moving observasion

technique

2. analisis diskriptif

3. analisis spasial

4. analisis statistik (korelasi

dan regresi linier berganda)

5. Perhitungan jumlah

pelepasan karbon

menggunakan faktor emisi

karbon monoksida dan

rumus stokiometri

1. Peta distribusi

spasial konsentrasi

karbonmonoksida

2. Peta kepadatan

kendaraan bermotor

3. grafik perbandingan

kepadatan kendaraan

bermotor dengan CO

4. Grafik

perbandingan CO

dengan iklim mikro

5. table dan jumlah

pelepasan karbon

6. hasil analisis

statistik korelasi

regresi linier

berganda.

7 Eko Bayu

Dharma Putra

(2012)

Pengaruh Kepadatan

Kendaraan Bermotor

Terhadap Konsentrasi

Karbon Monoksida

(Studi Kasus Jalan

Taman Siswa,

Yogyakarta)

Jalan Taman

Siswa

Yogyakarta

1.Mengetahui besarnya

konsentrasi karbon monoksida

di Jalan Taman Siswa.

2.Mengetahui pengaruh

kepadatan kendaraan pada

konsentrasi karbon monoksida

di Jalan Taman Siswa.

3. Mengetahui pengaruh faktor

meteorologis terhadap

konsentrasi karbon monoksida.

1.Penentuan sampel

menggunakkan purposive

samplingdan pengambilan

data menggunakan moving

observation technique

2. Analisis deskriptif

3. Analisis grafik

4. Analisis

statistik(korelasi, koefisien

determinasi, dan regresi

berganda)

1. Peta hubungan titik

utama dengan titik

kontrol

2. Grafik

perbandingan

kepadatan kendaraan

bermotor dengan CO

3. Grafik

perbandingan faktor

meteorologis terhadap

CO

4. Hasil analisis

korelasi dan regresi

20

1.7. Kerangka Pemikiran

Masalah yang tidak bisa dihindarkan dari setiap daerah adalah adanya

pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat. Pertumbuhan penduduk yang

semakin lama semakin banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, faktor utama

adalah adanya natalitas dan migrasi masuk. Hal ini sering terjadi khususnya di

daerah perkotaan, salah satunya adalah kota Yogyakarta.

Kota Yogyakarta merupakan kota yang memiliki daya tarik tersendiri bagi

penduduk yang berasal dari kota ini. Kota Yogyakarta merupakan kota pelajar,

kota budaya, kota wisata, dan tentunya sebagai pusat pemerintahan di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena daya tarik tersebut banyak orang yang

dating ke Kota Yogyakarta dengan berbagai keperluan tersendiri seperti belajar,

bekerja, berwisata, maupun untuk keperluan lain.

Tingginya pertumbuhan penduduk di kota Gudeg ini membuat

bertambahnya kebutuhan baik itu kebutuhan primer, kebutuhan sekunder, maupun

kebutuhan tersier. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka manusia harus

melakukan aktivitas. Tanpa melakukan aktivitas maka manusia tidak akan

memperoleh kebutuhan yang mereka inginkan.

Dampak dari bertambahnya aktivitas penduduk adalah mobilitas yang

tinggi. Untuk menunjang mobilitas yang tinggi ini maka diperlukan sarana

transportasi berupa kendaraan bermotor. Hal ini menyebabkan jumlah kendaraan

bermotor yang terus meningkat khususnya di kota Yogyakarta.

Di sisi lain, pertumbuhan penduduk yang tinggi meningkatkan kepadatan

penduduk di kota Yogyakarta. Kondisi ini mengakibatkan banyak perubahan

penggunaan lahan yang ada di kota Yogyakarta, berupa penggunaan lahan

permukiman, perkantoran, dan pertokoan. Adanya perubahan penggunaan lahan

tersebut menyebabkan jalan yang ada di sekitar kota Yogyakarta tidak bisa

berkembang, baik itu untuk pelebaran jalan maupun untuk penambahan jaringan

jalan.

Bertambahnya kendaraan bermotor tanpa disertai dengan adanya pelebaran

maupun penambahan jalan mengakibatkan adanya kepadatan lalu lintas yang

21

semakin tinggi. Kepadatan ini tak jarang menimbulkan kemacetan, khususnya di

persimpangan- persimpangan jalan yang ada di kota Yogyakarta. Salah satu jalan

dengan kondisi tersebut adalah Jalan Taman Siswa. Jalan Taman Siswa

merupakan jalan yang padat terutama pada jam-jam sibuk. Ruas jalan yang kecil

juga digunakan sebagai tempat parkir mobil, sehingga tak jarang terjadi

kemacetan. Adanya kepadatanyang tinggi tersebut menyebabkan tingginya emisi

gas buang kendaraan bermotor. Hal ini akan menurunkan kualitas udara karena

dengan adanya kepadatan kendaraan bermotor akan berjalan lebih lambat

sehingga akan terjadi penumpukan polutan yang dikeluarkan terutama karbon

monoksida.

Gambar 1.2. Diagram Pemikiran

Pertumbuhan Penduduk

Bertambahnya kebutuhan

Aktivitas Bertambah

Jumlah Kendaraan Bermotor Bertambah

Kepadatan Penduduk

Meningkat

Terjadi Kepadatan Kendaraan Bermotor

Pelebaran dan Penambahan

Jalan Tidak ada

Penurunan Kualitas Udara

Kenaikan Emisi Kendaraan Bermotor