bab i pendahuluan 1.1. latar belakangeprints.umm.ac.id/39514/2/bab i.pdfmemiliki surat izin tambang...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber daya alam merupakan salah satu unsur yang dibutuhkan
masyarakat dewasa ini, pemanfaatan sumber daya alam sangat gencar dilakukan
dibeberapa daerah di Indonesia, tidak terkecuali dengan Kabupaten Blitar. Sumber
daya alam yang melimpah membuat banyak dari masyarakat yang memilih
bekerja dalam sektor sumber daya alam yaitu pemanfaatan sumber daya alam
dalam bidang penambangan atau eksplorasi sumber daya alam. Banyak
pertimbangan yang dilakukan masyarakat dalam hal penambangan sumber daya
alam, dalam konteks ini pasir menjadi primadona tambang di DAS brantas di
Desa Gandekan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar.
Modernisasi menjadi salah satu hal yang dirasa menjadi dalang dibalik
banyaknya pertambangan yang ada di beberapa daerah di Indonesia. Modernisasi
menurut Widjojo Nitisastro adalah transformasi atau perubahan total dari
kehidupan tradisional dan organisasi sosial menuju kearah pola-pola ekonomis
dan politis.1 Dengan demikian masyarakat tidak lagi berfikiran tradisional lagi,
melainkan sudah berpindah pola fikir menjadi lebih maju dan berkembang dan
menyebabkan rasionalitas pada masyarakat pada umumnya. Sehingga banyak dari
1 http://dilihatya.com/1834/pengertian-modernisasi-menurut-para-ahli. Diakses pada 1/6/2017,
pukul 14.10 wib.
2
masyarakat hanya berfikiran mengenai ekonomi keluarga mereka tanpa
memikirkan dampak apa yang terjadi akibat pertambangan pasir yang terjadi di
daerah tersebut, karena banyak dari masyarakat yang masih memikirkan
keuntungan yang akan didapatkan dengan adanya pertambangan pasir rakyat yang
ada di daerah tersebut.
Masyarakat Desa Gandekan mempunyai pola fikir yang sudah modern,
banyaknya masyarakat yang hanya mementingkan keuntungan semata tanpa
memikirkan dampak apa yang terjadi kepada lingkungan sekitar atas
penambangan pasir rakyat yang mereka lakukan, pola fikir yang seperti ini dapat
mereduksi kualitas lingkungan yang ada, apalagi pasir di DAS brantas dirasa
memiliki kualitas yang bagus dibandingkan dengan kualitas pasir di daerah lain
dengan cara penggalian. Pemanfaatan lingkungan yang tidak ramah akan
lingkungan sendiri dirasa juga akan mempercepat kerusakan lingkungan DAS
brantas Desa Gandekan. Hal ini terbukti dengan semakin lebarnya sungai namun
tidak diimbangi dengan dalamnya sungai, realita dilapangan terbukti dengan
lebarnya sungai namun sungai tersebut menajadi dangkal.
Pemanfaatan DAS brantas Desa Gandekan sangat buruk karena banyak
menyebabkan kerusakan fisik atau resiko ekologi di sekitaran aliran sungai
brantas. Selain semakin bertambah lebarnya sungai brantas di Desa Gandekan ini
juga banyak lahan persawahan warga yang ikut tergerus pasirnya yang berada di
bawah lahan pertanian masyarakat sekitar, dan dampak lain dari penambangan
pasir rakyat ini juga menyisakan banyak lubang yang berukuran besar di
pinggiran sungai yang dapat membahayakan masyarakat sendiri pada saat
melintasi daerah pinggiran sungai brantas karena lubang tersebut juga berisikan
3
air. Realita yang ada di lapangan, belum adanya kemampuan kita untuk mengelola
manfaat dan resiko lingkungan dengan rasional merupakan salah satu sebab
penting terjadinya kontroversi yang emosional dan berkepanjangan dalam
masyarakat.2
Pemanfaatan sumber daya alam berupa pasir di DAS brantas ini dirasa
gagal karena merusak sumber daya alam yang ada. DAS brantas Desa Gandekan
ini hanya memberikan keuntungan kepada beberapa kelompok masyarakat,
adapula masyarakat yang merasa dirugikan dengan adanya pemanfaatan sumber
daya alam di DAS brantas Desa Gandekan, pasalnya pemilik modal dari
penambangan pasir rakyat ini adalah bukan warga asli Desa Gandekan sendiri,
namun ada beberapa masyarakat yang bekerja menjadi kuli sedot pasir di
penambangan pasir rakyat di Desa Gandekan.
Kepercayaan atau pola fikir masyarakat Desa Gandekan yang berprofesi
atau bekerja dalam penambangan pasir rakyat ini juga sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan sumber daya alam yang ada di DAS brantas Desa
Gandekan. Dengan pola fikir yang sesuai dengan kaidah lingkungan pemanfaatan
lingkungan akan mendapatkan manfaat ganda, namun ketika masyarakat hanya
memikirkan keuntungan yang didapatkan dari alam maka akan mempercepat
rusaknya sumber daya alam yang ada pada DAS brantas Desa Gandekan.
Pasalnya masyarakat berfikiran bahwa pasir yang ditambang tidak akan habis dan
akan cepat dialiri lagi pasir ketika gunung kelud meletus akan cukup persediaan
pasir untuk beberapa tahun kedepan.
2 Soemarwoto, Otto.2004. Atur Diri Sendiri paradigm baru pengelolaan lingkungan hidup.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.Hlm 133
4
Kepercayaan masyarakat seperti ini sudah menjadi pola fikir turun
temurun yang telah diturunkan dari orang tua masyarakat sendiri, banyak
masyarakat yang berprofesi sebagai buruh sedot pasir ini memang sudah menjadi
pekerjaan turun temurun, hanya saja pada waktu dulu penambangan pasir di DAS
brantas Desa Gandekan dilakukan secara tradisional yaitu dengan mengeruk pasir
menggunakan alat-alat tradisional, dengan penambangan pasir rakyat secara
tradisional tidak akan menjadikan lingkungan menjadi rusak, karena dengan cara
tradisional masyarakat hanya menambang pasir secara kecil-kecilan tanpa adanya
pengepulan pasir yang berlebihan.
Daerah aliran sungai brantas sangat berpengaruh terhadap perekonomian
masyarakat, karena banyak dari masyarakat yang memiliki ketergantungan
maupun mengandalkan hasil dari sumber daya alam yang berada di DAS brantas.
Sungai brantas memiliki arti penting bagi masyarakat sekitar aliran sungai, hal ini
terbukti dengan masih banyak masyarakat yang berkerja atau mendapatkan
penghasilan dari sungai bantas, baik sungai brantas dimanfaatkan pengairan
ladang atau irigasi masyarakat, selain itu juga DAS dimanfaatkan pasirnya yang
memang sudah teruji memiliki kualitas yang baik untuk dijadikan sebagai salah
satu material bangunanan, beberapa alasan ini yang dianggap menjadi faktor tetap
berlangsungnya kegiatan pertambangan pasir rakyat di DAS brantas Desa
Gandekan, hingga tambang pasir rakyat ini hingga turun temurun dan terus
berkembang dari cara tradisional hingga masuk dengan cara modern yaitu dengan
sedot pasir.
5
Resiko yang terus mengikuti para penambang pasir rakyat yang berada di
DAS brantas ini dari kecelakaan kerja maupun rusaknya lingkungan sekitar
tambang. Keegoisan masyarakat ini akan sangat merugikan sumber daya alam
atau lingkungan sendiri dan akan berdampak pada kehidupan masyarakat
dikemudian hari, perilaku menambang pasir ini akan tetap belangsung atau tidak
bergantung pada jaringan sosial yang ada. Seperti dinyatakan Robert M. Z.
Lawang jaringan sosial berfungsi sebagai fungsi koordinatif, fungsi katalisator,
fungsi akses atau fungsi informative jaringan sosial terhadap keberhasilan suatu
usaha produktif tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Fungsi akses pasti
didasarkan pada fungsi informatif. Fungsi akses menunjuk pada kesempatan yang
dapat diberikan oleh adanya jaringan dengan orang lain dalam penyediaan suatu
barang atau jasa yang tidak dapat dipenuhi secara internal oleh organisasi. Fungsi
akses juga disebut fungsi peluang.3 Maka dari itu jaringan sosial yang ada di
pertambangan pasir rakyat yang berada di DAS brantas Desa Gandekan ini sangat
kuat, karena terlihat dari kondisi pertambangan yang sangat tidak ramah
lingkungan, resiko-resiko yang terus ada baik untuk penambang maupun bagi
masyarakat sekitar, jadi dapat dipastikan dengan adanya jaringan sosial yang
terbentuk membuat pertambangan pasir rakyat tetap berjalan sampai sekarang.
Peraturan mengenai tambang pasir rakyat sudah dijelaskan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara, pada Pasal 1 Ayat 10 mengenai Izin Pertambangan Rakyat, namun
realitanya banyak tambang pasir rakyat yang berada di DAS Brantas tidak
memiliki surat izin tambang rakyat ini, kurangnya sosialisasi dari pemerintah
3 Lawang, M.Z. Robert. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik. Jakarta: FISIP UI
PRESS. Hlm 69
6
daerah mengenai pentingnya surat izin tambang juga menjadi salah satu faktor
yang melatarbelakangi banyaknya pertambangan pasir rakyat yang tidak memiliki
izin resmi dari pemerintah daerah. Pada konteks ini pemerintah desa seharusnya
memiliki regulasi khusus yang mengatur mengenai pertambangan pasir rakyat
yang berada di DAS Brantas Desa Gandekan. Regulasi atau aturan dari desa dapat
meminimalisir banyaknya pertambangan pasir rakyat yang tidak memiliki surat
izin tambang.
Jaringan sosial yang menjadi salah satu pondasi yang kuat yang
melatarbelakangi adanya pertambangan pasir rakyat ini hingga saat ini, dengan
jaringan sosial yang kuat maka suatu usaha pertambangan masupun usaha lainnya
akan tetap bertahan oleh gempuran dari pihak manapun, tidak terkecuali dengan
pertambangan pasir rakyat yang berada di DAS Brantas Desa Gandekan. Jaringan
sosial yang terjadi pada pertambangan pasir rakyat ini merangkul banyak pihak,
hal ini terbukti dengan seringnya razia yang dilakukan oleh pihak terkait dalam
hal ini Satpol-PP, namun di lapangan masih banyak pemilik modal atau pengelola
yang lolos dari razia yang dilakukan pihak berwajib, banyak yang menyayangkan
fenomena seperti ini karena akan tettap berlangsungnya kegiatan tambang pasir
rakyat yang ada di DAS Brantas lebih khususnya di DAS Brantas Desa Gandekan.
Sosoialisasi dari Pemerintah daerah Kabupaten Blitar atau dari Badan
Lingkungan Hidup (BLH) sangat penting dilakukan agar masyarakat penambang
pasir rakyat menjadi sadar akan pentingnya surat izin tambang rakyat dan
pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Resiko-resiko lingkungan yang akan
terjadi dikemudian hari yang diakibatkan oleh tambang pasir rakyat secara
berlebihan juga dapat menjadi salah satu topic yang dapat disosialisasikan oleh
7
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar, selanjutnya memberikan kesadaran
hukum dari tindakan melakukan tambang pasir tanpa izin di DAS Brantas.
Berdasarkan beberapa fenomena persoalan masyarakat di Desa Gandekan,
terutama terkait dengan tambang pasir yang berada di daerah setempat, maka
peneliti tertarik untuk mengkaji secara lebih mendalam dalam sebuah kegiatan
penelitian yang akan peneliti laksanakan secara sistematis dengan judul penelitian
“Jaringan Sosial Penambang Pasir Rakyat di DAS Brantas”
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diraikan diatas, maka
adapaun rumusan masalah penelitian ini ialah : Bagaimana pola jaringan sosial
yang ada pada penambang pasir rakyat di DAS Brantas Desa Gandekan,
Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar?
1.3. Tujuan penelitian
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka adapun yang menjadi tujuan
dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami mengenai : Pola
jaringan sosial yang ada pada penambang pasir rakyat di DAS brantas Desa
Gandekan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar.
1.4. Manfaat penelitian
Sebuah penelitian akan lebih sempurna apabila penelitian tersebut
memiliki manfaat, baik jangka pendek maupun jangka panjang, adapaun manfaat
yang akan dihasilkan dari penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
8
a) Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat sebagai penguatan
keilmuan sosiologi terutama dalam kajian-kajian yang berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya alam. Selain itu, hasil dari penelitian ini akan
mampu memperkuat teori jaringan sosial yang dikaji dalam Sosiologi.
b) Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini akan dapat diterapkan oleh pihak-pihak
yang berkompeten dan memiliki wewenang baik pemerintah maupun
akademisi. Manfaat secara praktis tersebut dapat peneliti uraikan sebagai
berikut :
1. Manfaat bagi pemerintah
Hasil penelitian tentang Jaringan Sosial Penambang Pasir Rakyat
di DAS Brantas ini dapat menjadi sebuah rujukan, pertimbangan, dan
dasar bagi pemerintah, baik dari pemerintah desa, Pemerintah Kabupaten
Blitar, dan juga Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Blitar.
Bentuk penerapan hasil penelitian ini misalnya dapat diwujudkan dengan
adanya kebijakan jangka panjang dalam menanggulangi penambang pasir
illegal yang berada pada DAS brantas terutama pada desa di sekitar
tambang pasir aktif Kabupaten Blitar.
2. Manfaat bagi civitas akademika
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi
bagi mahasiswa maupun dosen sebagai penunjang keilmuan dan
mempertajam analisis yang terkait dengan bentuk jaringan sosial yang
pada penambang pasir rakyat di DAS Brantas.
9
1.5. Definisi Konsep
1. Jaringan Sosial
Jaringan yang dikemukakan oleh Robert M. Z Lawang. Jaringan
merupakan terjemahan dari network, yang dimengerti sebagai ikatan antar
simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media
(hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan.
Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yangt mengikat kedua belah
pihak. Sedangkan sosial, seperti telah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, dimengerti sebagai suatu yang dikaitkan atau dihubungkan
dengan orang lain atau menunjuk pada makna subyektif yang
mempertimbangkan perilaku atau tindakan orang lain yang berkaitan
dengan pemaknaan tersebut. Studi jaringan sosial melihat hubungan antar
individu yang memiliki makna subyektif yang berhubungan atau dikaitkan
dengan sesuatu sebagai simpul dan ikatan.4
2. Penambang Pasir Rakyat
Berdasarkan UU No. 9 Tahun 2009 pada Bab I ayat 1
pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pascatambang. Dari penjelasan sebelumnya mengenai
pertambangan dan dari beberapa sumber, peneliti belum menenemukan
definisi konsep mengenai penambang. Maka dari itu peneliti akan
4 Damsar. Indrayani. 2009, Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group.
Hlm 157-158.
10
menjabarkan sesuai dengan pengetahuan peneliti mengenai penambang
dengan berdasarkan pemaparan mengenai pertambangan, penambang
adalah aktor atau seseorang yang melakukan kegiatan pengelolaan
endapan bahan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit
bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi,
dibawah permukaan bumi dan dibawah permukaan air. Sedangakan
penambang pasir rakyat merupakan sekelompok atau beberapa kelompok
masyarakat yang melakukan kegiatan pengambilan endapan bahan galian
berharga dan bernilai ekonomis dan dilakukan oleh masyarakat sekitar
tambang pasir yang ada di suatu daerah.
1.6. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian
kualitatif. Strauss menyatakan bahwa apa yang dimaksud dengan istilah
penelitian kualitatif adalah suatu jenis penelitian yang menghasilkan
temuan-temuan yang tidak diperoleh oleh alat-alat prosedur statistic atau
alat-alat kuantifikasi lainnya. Sementara itu, menurut Patton metode
penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena yang sedang
terjadi secara ilmiah (natural) dalam keadaan-keadaan yang sedang terjadi
secara ilmiah.5
Penggunaan pendekatan penelitian kualitatif dalam penelitian ini
cukup relevan untuk menggambarkan penelitian yang diangkat. Persoalan
penambang pasir illegal di DAS brantas di Desa Gandekan, Kecamatan
5 Ahmadi, Rulam. 2014, Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. Hlm 15
11
Wonodadi akan dapat dijelaskan dengan utuh apabila menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif sebagaimana pendekatan penelitian
kualitatif mempunyai karakteristik menggambarkan sesuatu fenomena
secara utuh.
2. Jenis penelitian
Penelitian yang mengangkat persoalan penambang pasir rakyat di
DAS brantas di Desa Gandekan ini merupakan penelitian yang
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif berjenis studi kasus. Studi
kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial, secara umum,
studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan
suatu penelitian berkenaan dengan how dan why, bila peneliti hanya
memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada pada fenomena
kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata. Selain itu,
penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu studi kasus
eksplanatoris, eksploratoris dan deskriptif. Dalam penggunaannya, peneliti
studi kasus perlu memusatkan perhatian pada aspek pendesainan dan
penyelenggaraanya agar lebih mampu menghadapi kritik-kritik tradisional
tertentu terhadap metode/tipe pilihannya.6 Studi kasus lebih dikehendaki
untuk melacak peristiwa-peristiwa kontemporer, bila peristiwa-peristiwa
yang bersangkutan tak dapat dimanipulasi. Karena itu studi kasus
mendasarkan diri pada teknik-teknik yang sama dengan kelaziman yang
ada pada strategi historis, tetapi dengan menambahkan dua bukti yang
6 YIN, Robert, K, 2011, Studi Kasus desain dan Metode. Jakarta. Rajawali Pers. Hlm 1.
12
biasanya tak termasuk dalam pilihan para sejarawan yaitu observasi dan
wawancara sistematik. Sekali lagi walaupun studi kasus dan historis bisa
tumpang tindih, kekuatan yang unik dari studi kasus adalah
kemampuannya untuk berhubungan sepenuhnya dengan berbagai jenis
bukti dokumen, peralatan, wawancara, dan observasi. Lebih dari itu, dalam
beberapa situasi seperti observasi partisipan, manipulasi informal juga
dapat terjadi.7
Jenis penelitian studi kasus merupakan suatu model penelitian
kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosial tertentu
selama kurun waktu tertentu. Secara lebih dalam, studi kasus merupakan
suatu model yang bersifat komperhensif, intens, terperinci dan mendalam
serta lebih diarahkan sebagai upaya untuk menelaah masalah-masalah
atau fenomena yang bersifat kontemporer (berbatas waktu).8
Pada penelitian ini, penggunaan jenis metode penelitian studi kasus
memiliki keselarasan dengan pertanyaan penelitian yang akan diangkat.
Selain itu dengan studi kasus, fenomena penambangan pasir rakyat DAS
brantas di Desa Gandekan, Kecamatan Wonodadi, Kabupaten Blitar akan
dapat dijelaskan secara kemperhensif, intens, terperinci dan mendalam
sesuai dengan karakteristik penelitian studi kasus.
7 YIN, Robert, K, 2011. Hlm 12. 8 Herdiansyah, Haris. 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta.
Salemba Humaika. Hlm 76
13
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gandekan, Kecamatan
Wonodadi, Kabupaten Blitar. Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa
Gandekan karena desa ini merupakan salah satu desa yang dilewati aliran
Sungai Brantas, dimana sebelumnya Sungai Brantas juga melewati
bendungan karangkates di Kabupaten Malang. Desa ini terdapat salah satu
tambang pasir yang masih aktif dan relative besar dibandingkan dengan
tambang pasir yang berada pada desa lain yang berada di sepanjang DAS
Brantas. Dengan kondisi desa yang berada di pinggiran DAS Brantas
sehingga dapat dijadikan salah satu tempat penambangan pasir yang
strategis, karena pasir sungai brantas juga terkenal memiliki kualitas pasir
yang bagus untuk dijadikan salah satu material bangunan. Oleh sebab itu
pasir DAS brantas sangat dicari oleh masyarakat untuk dijadikan sebagai
material bangunan atau juga dijual kembali.
4. Teknik Penentuan Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian menjadi salah satu hal yang penting
dilakukan dalam sebuah penelitian. Penentuan subjek penelitian yang
tepat, memungkinkan diperolehnya data dan informasi yang tepat dan
akurat karena subjek penelitian merupakan salah satu sumber data dalam
sebuah penelitian.
Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan tekhnik
penelitian purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik
14
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu9.
Pertimbangan tertentu dimaksudkan untuk memilih orang yang paling
mengetahui mengenai apa yang diharapkan dalm proses penelitian, alasan
lainnya adalah karena diharapkan mampu untuk menguasai permasalahan
yang akan diangkat.
Adapun subjek penelitian yang dipilih dengan menggunakan teknik
Purposif Sampling dalam penelitian ini adalah :
1. Penambang pasir. Pemilihan subjek penelitian tersebut karena
penambang pasir dianggap menjadi stakeholders yang sangat
penting dalam penelitian, karena penambang menjadi aktor utama
dalam penelitian yang akan dilakukan.
2. Aktor dalam jaringan penambangan pasir rakyat yang meliputi
pemilik modal, pihak keamanan penjaga tambang pasir yang ada
di DAS Brantas Desa Gandekan untuk mendapatkan hasil yang
lebih lengkap dari penelitian yang akan dilakukan.
Sedangkan yang akan dipilih menjadi informan dalam penelitian
yang membahas mengenai jaringan sosial penambang pasir ini sebagai
berikut :
1. Pemerintah desa meliputi kepala desa dan perangkat desa lainnya.
Pemilihan subjek penelitian tersebut karena pemerintah desa
dianggap mempunyai kekuasaan penuh mengenai segala yang ada
pada desa, selain itu pemerintah desa juga menjadi stakeholders
9 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung : Alfabeta.Hlm. 300
15
yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan berhak
memutuskan atau membuat suatu regulasi yang sah.
2. Tokoh masyarakat. Pemilihan informan penelitian tersebut karena
tokoh masyarakat dianggap dapat menjadi salah satu panutan
masyarakat dalam segala perbuatan yang ada, dan biasanya tokoh
masyarakat dapat menjadi seseorang yang dapat mengontrol
masyarakat dengan kebiasaan tertentu atau dengan budaya.
3. Masyarakat sekitar lokasi tambang. Pemilihan informan penelitian
tersebut karena masyarakat sekitar yang dianggap mampu untuk
memberikan data atau informasi pendukung yang lengkap karena
memiliki kedekatan dengan penambang.
Alasan dipilihnya subjek penelitian tersebut karena subjek subjek
penelitian yang telah ditentukan tersebut memiliki relevansi dan informasi
yang mendukung diperolehnya data penelitian secara holistik dan
komperhensif berkaitan dengan permasalahan penelitian yang diangkat
dalam penelitian ini dan memenuhi kriteria yaitu:
1. Berada pada pertambangan pasir rakyat ini dalam kurun waktu
satu tahun sehingga masuk dalam jaringan yang ada dan memiliki
informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan yang belum
satu tahun berada di lokasi pertambangan.
2. Masyarakat sekitar tambang pasir rakyat, hal ini karena aktor
yang berada di sekitar lokasi tambang dianggap memiliki
hubungan yang lebih dekat dengan jaringan yang ada.
16
3. Pekerjaan satu-satunya, dengan aktor yang menjadikan
pertambangan sebagai satu-satunya pekerjaan aktor membuat
aktor menjadi lebih totalitas dalam bekerja dan dalam jaringan.
5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dapat dikelompokkan kedqalam
dua klasifikasi, yaitu data primer dan sekunder.
1.Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti tanpa perantara ataupun sumber lainnya. Data primer dapat
didapatkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya. Adapun data primer
dalam penelitian ini didapatkan melalui pengamatan atau observasi
secara langsung terhadap penambang pasir yang berada di DAS
brantas Desa Gandekan, serta wawancara dengan subjek maupun
informan selanjutnya.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh oleh peneliti secara
tidak langsung dari objek penelitian atau merupakan data yang
diperoleh melalui perantara media tertentu atau sumber lainnya.
Data sekunder dalam penelitian ini dapat berupa hasil penelitian
terdahulu, jurnal, buku, foto-foto, dan juga dokumen resmi baik
dari pemerintah maupun pribadi yang kaitannya dengan persoalan
penambangan pasir di DAS brantas Desa Gandekan, Kecamatan
Wonodadi, Kabupaten Blitar.
17
6. Teknik Pengumpulan Data
1. Obsevasi
Observasi menurut Cartwright adalah sebagai suatu proses melihat,
mengamati, dan mencermati serta “merekem” perilaku secara
sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Observasi ialah suatu kegiatan
mencari data yang dapatb digunakan untuk memberikan suatu
kesimpulan atau diagnosis.10
Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi digunakan bila,
peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.11 Observasi
dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Penelitian ini menggunakan observasi secara langsung, dimana
peneliti bersama dengan objek yang diteliti atau dalam suatu peristiwa
tertentu. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengamati
aktifitas sehari-hari penambang pasir DAS Brantas di Desa Gandekan.
Tujuan observasi ini ialah untuk memperoleh data berkaitan dengan
apa saja yang dilakukan penambang pasir di pinggiran DAS brantas.
2. Wawancara
Gorden mendefinisakan wawancara, “Interviewing is conversation
between two people in which one person tries to direct the
conversation to abtain information for some specific purpose”.
Definisi menurut Gorden tersebut dapat diartikan bahwa wawancara
10 Herdiansyah, Haris. 2014, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta.
Salemba Humaika. Hlm 131. 11 Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta. Hlm 203
18
merupakan percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan
untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk tujuan tertentu.12
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini
dilakukan untuk mewawancarai informan penelitian yang telah
ditentukan sebelumnya. Informan yang dimaksud adalah para
penambang pasir rakyat Desa Gandekan, pemerintah desa berikut
dengan jajarannya, tokoh desa atau sesorang yang dianggap sepuh,
masyarakat sekitar tambang berada, dan beberapa penambang yang
berada di pinggiran DAS brantas Desa Gandekan. Wawancara
dilakukan secara tidak terstruktur dengan tujuan agar pertanyaan
dapat mengalir sesuai dengan pembicaraan yang dilakukan. Hal ini
juga dilakukan agar dapat membangun kesan bahwa antar peneliti
dengan informan tidak ada jarak atau berstatus sama.
Etika tata kesopanan harus mengadakan tindak lanjut dengan
sebuah surat ucapan terimakasih secara formal, khususnya jika
responden adalah suatu subjek “elite” dalam pandangan Dexter
(1970). Etika peneliti terhadap subjek penelitian penting dibangun
guna membangun keakraban yang mengarah pada keterbukaan dan
kesediaan menyampaikan informasi (data) apa adanya.13
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi
12 Herdiansyah, Haris. 2014.Op. Cid. Hlm 118. 13 Ahmadi, Rulam. 2014, Op. Cid. Hlm 132
19
dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti
kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek
melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau
dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan.14
Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mencari data-data atau dokumen yang memiliki kaitan dengan
permasalahan yang diangkat. Diantara dokumen-dokumen yang
dijadikan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah dokumen
jumlah penduduk Desa Gandekan, berdasarkan jenis kelamiin dan
pekerjaannya, dokumen tentang profil dan sejarah desa, serta
dokumen-dokumen baik berupa foto maupun arsip yang berisi
program-program pemerintah di Desa Gandekan.
7. Teknik Analisa Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan dilapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisi data dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan
modal analisis interaktif yang diperkenalkan oleh Miles dan Huberman
yang terdiri dari tahapan analisi yaitu:
14 Herdiansyah, Haris. 2014. Op. Cid. Hlm 142.
20
1.Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian, data
yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.
2.Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data merupakan langkah selanjutnya setelah reduksi
data. Data yang telah direduksi kemudian disajikan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif, termasuk penelitian ini,
penyajian data difokuskan dengan menggunakan teks yang bersifat
naratif. Adapun bentuk penyajian data yang lain hanya sebagai
pendukung.
3.Kesimpulan (Conclusion)/ Verifikasi
Tahap ketiga dalam analisis data ialah penarikan kesimpulan
atau verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten
saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
21
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang
kredibel.15
8. Uji Keabsahan Data
Validitas atau keabsahan merupakan derajat ketepatan antara data
yang terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti. Dengan demikian, maka data yang valid adalah data yang tidak
berbeda antara data yang dilaporkan peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Dalam penelitian kualitatif,
temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan
antara yang dilaporkan penelti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada
obyek yang diteliti.
Pembuktian keabsahan data penelitian kualiltatif dapat dilakukan
dengan melakukan uji kredibilitas data. Uji kredibilitas sebagaimana
merujuk pada pendapat Sugiyono, dapat dilakukan melalui perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan, trianggulasi, menggunakan bahan
referensi dan juga member check.
1. Perpanjangan pengamatan.
Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke
lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data
yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan
semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi), semakin
15 Sugiyono. 2012. Op.Cid. Hlm 335-345.
22
terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi.
2.Trianggulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,
triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.
1) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber.
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
teknik yang berbeda.
3) Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
telah dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada
saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
23
3. Menggunakan bahan referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah pendukung
untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai
contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara.
4. Mengadakan Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh
peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah unutuk mengetahui
seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para
pemberi data berarti datanya data tersebut valid, sehingga semakin
kredibel/dipercaya, namun apabila data yang ditemukan peneliti dengan
dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka
peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila
perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus
menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.16
Pada penelitiam ini, uji keabsahan data diutamakan dengan
menggunakan teknik trianggulasi dan didukung dengan penggunaan
bahan referensi. Trianggulasi yang dimaksud lebih diutamakan dengan
penggunaan trianggulasi waktu dan juga sumber. Penggunaan kedua
teknik trianggulasi tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa waktu
pengumpulan data juga mempengaruhi valid atau tidaknya suatu data,
demikian juga sumber data yang berbeda akan dapat berpengaruh kepada
16 Sugiyono.2012. ibid. Hlm.368-376.
24
validitas sebuah data. Sehingga apabila dalam penelitiann ini dirasa
terdapat data yang tidak valid, maka peneliti akan kembali melakukan
pengumpulan data pada waktu yang berbeda dan juga sumber yang
berbeda.