bab i pendahuluan 1.1 latar belakang - digilib.uwp.ac.id.pdf · pengukuran tingkat efektifitas...

73
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan industri kimia yang listing dalam BEI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan produk. Salah satu tujuan dari sebuah perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan manajemen dengan tingkat efektifitas yang tinggi. Pengukuran tingkat efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi, dapat dilakukan dengan mengetahui seberapa besar profitabilitas yang dimiliki Weston dan Brigham (1991). Dengan mengetahui profitabilitas yang dimiliki, perusahaan dapat memonitor perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA) sebagai alat untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Rasio ini merupakan rasio terpenting dalam rasio profitabilitas. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001), return on asset (ROA) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas seluruh sumber daya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan. Rasio ROA sering kali digunakan oleh top manajemen untuk mengevaluasi unit-unit usaha yang multidivisional. Manajer divisi mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktiva yang digunakan dalam divisi tersebut, tetapi kurang mempunyai pengaruh terhadap bagaimana aktiva tersebut dibiayai karena divisi tersebut tidak merancang untuk mencari pinjaman sendiri, pengeluaran obligasi maupun saham. 1

Upload: lycong

Post on 14-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan industri kimia yang listing dalam BEI merupakan perusahaan

yang bergerak di bidang pembuatan produk. Salah satu tujuan dari sebuah

perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai

tujuan tersebut, diperlukan manajemen dengan tingkat efektifitas yang tinggi.

Pengukuran tingkat efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan dari penjualan dan dari pendapatan investasi, dapat dilakukan dengan

mengetahui seberapa besar profitabilitas yang dimiliki Weston dan Brigham

(1991). Dengan mengetahui profitabilitas yang dimiliki, perusahaan dapat

memonitor perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu.

Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA)

sebagai alat untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Rasio ini merupakan rasio

terpenting dalam rasio profitabilitas. Sedangkan menurut Bambang Riyanto

(2001), return on asset (ROA) merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah

memperoleh hasil atas seluruh sumber daya keuangan yang ditanamkan pada

perusahaan. Rasio ROA sering kali digunakan oleh top manajemen untuk

mengevaluasi unit-unit usaha yang multidivisional. Manajer divisi mempunyai

pengaruh yang besar terhadap aktiva yang digunakan dalam divisi tersebut, tetapi

kurang mempunyai pengaruh terhadap bagaimana aktiva tersebut dibiayai karena

divisi tersebut tidak merancang untuk mencari pinjaman sendiri, pengeluaran

obligasi maupun saham.

1

2

Agar dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh perusahaan,

manajer keuangan perlu mengetahui faktor-faktor yang memiliki pengaruh besar

terhadap profitabilitas perusahaan. Dengan mengetahui pengaruh dari masing-

masing faktor terhadap profitabilitas, perusahaan dapat menentukan langkah

untuk mengatasi masalah-masalah dan meminimalis dampak negatif yang timbul.

Semua faktor yang terdapat dalam sebuah perusahaan memiliki pengaruh

terhadap kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Aktivitas asset

yang terjadi dalam sebuah perusahaan memiliki pengaruh yang cukup besar dalam

menentukan seberapa besar laba yang akan diperoleh perusahaan. Semakin lama

waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk melakukan produksi, maka

semakin besar biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan baik untuk

pemeliharaan ataupun biaya produksi. Lamanya periode perputaran dari beberapa

faktor yang ada, akan berpengaruh terhadap biaya yang harus dikeluarkan oleh

perusahaan.

Setiap perusahaan harus mempunyai tingkat persediaan yang berimbang.

Persediaan produk dalam perusahaan harusnya disesuaikan dengan jumlah

kebutuhan konsumen. Setiap perusahaan memiliki penentuan iron stock yang

dijadikan pedoman perusahaan dalam menentukan jumlah batas persediaan

minimum yang ada dalam gudang.

Persediaan barang adalah elemen utama dari modal kerja perusahaan dagang

dan industri yang digolongkan ke dalam kelompok aktiva lancar yang selalu

dalam keadaan berputar, dimana persediaan barang secara terus menerus

mengalami perubahan. Penentuan jumlah persediaan atau besarnya dana yang di

3

alokasikan atau yang diinvestasikan dalam persediaan merupakan hal yang

penting bagi perusahaan karena mempunyai dampak langsung terhadap

keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan. Kesalahan dalam menentukan

jumlah persediaan dapat menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk

meraih keuntungan.

Jumlah persediaan yang terlalu besar dibanding dengan kebutuhan, akan

menyebabkan beban yang harus ditanggung perusahaan menjadi besar seperti

beban bunga, biaya penyimpanan, pemeliharaan gudang, resiko kerusakan,

menurunya kwalitas barang dalam penyimpanan, biaya keamanan dsb, semua itu

adalah faktor yang menyebabkan keuntungan perusahaan berkurang.

Sebaliknya persediaan yang terlalu kecil dapat menghambat operasional

perusahaan berupa tidak tersedianya barang pada saat dibutuhkan sehingga

menyebabkan perusahaan kehilangan kesempatan untuk meraih keuntungan.

Karena persediaan perusahaan tidak dapat bekerja secara optimal berarti Capital

Asset dan Direct Labor tidak dapat didayagunakan sepenuhnya sehingga biaya

operasional atau produksi rara-rata akan menjadi tinggi yang berakibat

keuntungan yang dapat diperoleh menjadi menurun. Selain mengurangi

keuntungan hal ini juga akan mengguragi solvensi karena sejumlah dana yang

semestinya dapat digunakan untuk ekspansi dan memperbaiki operasi perusahaan

digunakan untuk penyimpanan barang.

Selain persediaan, piutang juga mempengaruhi tingkat keuntungan dari

perusahaan. Piutang merupakan salah satu unsur dari aktiva lancar dalam neraca

perusahaan yang timbul akibat adanya penjualan barang dan jasa atau pemberian

4

kredit terhadap debitur. Dalam arti luas, piutang merupakan tuntutan terhadap

pihak lain yang berupa uang, barang-barang atau jasa-jasa yang dijual secara

kredit.

Pada umumnya piutang timbul akibat dari transaksi penjualan barang dan

jasa perusahaan secara kredit dan berhak atas penerimaan kas dimasa yang akan

datang, yang prosesnya dimulai dari pengambilan keputusan untuk memberikan

kredit pada langganan, melakukan pengiriman barang, penagihan dan pada

akhirnya menerima pembayaran. Dengan kata lain piutang juga dapat timbul

ketika perusahaan memberikan pinjaman uang kepada perusahaan lain dan

menerima promes atau wesel.

Penjualan secara kredit akan menguntungkan perusahaan, karena lebih

menarik calon pembeli sehinga volume penjualan meningkat yang berarti

menaikkan keuntungan perusahaan. Mengingat piutang merupakan harta

perusahaan yang sangat likuid maka harus dilakukan prosedur yang wajar dan

cara-cara yang memuaskan dengan para debitur sehingga perlu disusun suatu

prosedur.

Peputaran piutang akan menentukan keuntungan dalam suatu perusahaan.

Hal ini disebapkan tingkat piutang yang tinggi akan dapat digunakan kembali

untuk proses selanjutnya. Namun jika tingkat perputaran piutangnya terlalu

rendah akan mengakibatkan perusahaan akan mengalami kemacetan dalam proses

selanjutanya sehingga akan berdampak seuatu kerugian pada perusahaan. Hal ini

sering terjadi pada perusahaan-perusahaan yang ada di indonesia bahkan diseluruh

dunia.

5

Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat

efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin

tinggi perputaran piutang berarti makin efisien modal yang digunakan. Selain itu

tingkat perputaran piutang ini akan menggambarkan berapa kali modal yang

tertanam dalam piutang berputar selama setahun.

Perputaran persediaan dan perputaran piutang merupakan unsur aktiva

lancar yang secara kontinyu mengalami perputaran. Perputaran persediaan dan

perputaran piutang mempunyai peranan yang penting bagi perusahaan melalui

pengelolaan perputaran persediaan dan perputaran piutang secara efektif dan

efisien sehingga modal yang dibutuhkan semakin kecil dan dapat diperoleh

keuntungan dengan tingkat yang tinggi. Jika peputaran ini berlangsung secara

capat maka modal kerja yang terdapat dalam persediaan dan piutang akan dapat

dialihkan kepada proses selanjutnya yang dapat menambah keuntungan dari

perusahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti judul

“Pengaruh Perputaran Persediaan Dan Perputaran Piutang Terhadap

Profitabilitas Perusahaan (Studi pada perusahaan sektor kimia yang

terdaftar di BEI tahun 2009-2012)”. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh masing-masing variabel terhadap profitabilitas

perusahaan. Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui kebijakan yang

harus diambil untuk kelangsungan usaha.

6

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitiaan

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh

secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan?

2. Apakah perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh

secara simultan terhadap profitabilitas perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diteliti oleh penulis, maka yang

menjadi tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh secara parsial perputaran

persediaan dan perputaran piutang terhadap profitabilitas perusahaan.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh secara simultan perputaran

persediaan dan perputaran piutang terhadap profitabilitas perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan utama dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor

yang memiliki pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Sedangkan kegunaan

lain dari penelitian adalah:

a. Bagi peneliti

Bagi peneliti hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana

untuk melatih berfikir secara ilmiah dengan berdasar pada disiplin ilmu yang

7

diperoleh di bangku kuliah khususnya lingkup manajemen keuangan, dan

menerapkannya pada data yang diperoleh dari objek yang diteliti.

b. Bagi Kalangan Akademik dan Pembaca

Bagi kalangan akademik dan pembaca hasil penelitian ini diharapkan dapat

menambah khasanah perpustakaan dengan tambahan referensi bagi penelitian

selanjutnya, dengan melihat variabel manakah yang sesuai dengan teori dan

bersifat signifikan. Variabel yang demikian layak menjadi variabel penelitian pada

penelitian selanjutnya.

c. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada perusahaan untuk

segera melakukan evaluasi dan membuat suatu kebijakan yang efisien guna

mengembangkan perusahaan.

8

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.2.1 Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan

dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio

aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada

berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat

keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragai unsur aktiva misalnya

persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya menurut Riyanto (2008).

Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan

semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana

kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih

produktif.

Jenis-jenis Rasio Aktivitas

Yang termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:

1. Total Assets Turn Over (perputaran aktiva)

Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan

total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan

perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu.

Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi

penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume

penjualan tertentu menurut Syamsuddin (2009).

8

9

Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan perputaran

aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik

yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan

menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam

menghasilkan penjualan.

2. Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)

Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan dengan

modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar dikurangi

utang lancar.

Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur aktivitas bisnis terhadap

kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta menunjukkan banyaknya

penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah

modal kerja Sawir (2009).

3. Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover)

Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap.

Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada

harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan,

atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang

diinvestasikan pada aktiva tetap Sawir (2009).

Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan

menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau

perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau

ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan

10

halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan

dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti

semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.

4. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)

Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam

inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan

tendensi untuk adanya overstock Riyanto (2008).

Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan

barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai

efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen

mengontrol modal yang ada pada persediaan.

5. Rata-rata umur piutang

Rasio ini mengukur efisiensi pengolahan piutang perusahaan, serta

menunjukkan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melunasi piutang atau

merubah piutang menjadi kas. Rata-rata umur piutang ini dihitung dengan

membandingkan jumlah piutang dengan penjualan perhari. Dimana penjualan

perhari yaitu penjualan dibagi 360 atau 365 hari.

6. Perputaran Piutang

Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungn yang erat

dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu

pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang

tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang rata-

rata.

11

Makin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan

dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over

investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin

karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada

perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit.

2.2.1.1 Perputaran Persediaan

Menurut Smith dan Skousen dalam bukunya Intermediate Accounting

sebagai berikut: “Barang-barang yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan

normal perusahaan, serta untuk perusahaan kimia, barang-barang yang tengah

diproduksi atau ditempatkan di dalam produksi.”

Menurut Ikatan Akutan Indonesia (IAI) dalam prinsip akuntansi Indonesia

menyatakan bahwa istilah persediaan digunakan untuk menyatakan barang

berwujud yang:

a. tersedia untuk dijual (barang dagang/barang jadi)

b. masih dalam proses produksi untuk diselesaikan kemudian dijual (barang

dalamproses/pengolahan)

c. akan dipergunakan untuk produksi barang-barang jadi yang akan dijual

(bahan baku dan bahan pembantu) dalam rangka kegiatan normal usaha.

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan persediaan barang

adalah semua barang yang terdapat di perusahaan, maupun barang-barang yang

berada diperjalanan dan barang-barang yang dititipkan ke pihak lain.

12

Perputaran persediaan menurut Jumingan (2006) yaitu : “Perputaran

persediaan adalah menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual dan diadakan

kembali selama satu periode akuntansi”.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianti (2005) menerangkan bahwa:

“Perputaran persediaan adalah mengukur berapa kali persediaan perusahaan telah

dijual selama periode tertentu, misalnya selama satu tahun tertentu”.

Menurut Hanafi dan Halim (2000) menerangkan bahwa : “Persediaan

merupakan salah satu elemen modal kerja yang selalu berputar ”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan

memperlihatkan bagaimana persediaan dikelola dan dijual dalam satu periode

tertentu, sehingga persediaan akan selalu berputar dan nilainya akan selalu

berubah-ubah.

Dalam penentuaan basarnya persediaan harusnya seimbang dengan

kebutuhan, sebap apabila jumlah persediaan terlalu besar dibandingkan dengan

kebutuhannya maka akan memperbesar terjadinya kerusakan, turunnya kwalitas

juga akan menambah biaya guna pemeliharaan dan penyimpanan persediaan.

Sebaliknya apabila jumlah persediaan terlalu kecil maka akan menghambat proses

produksi sehingga tidak dapat menghasilkan barang yang optimal.

Munawir (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran

persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena

penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan

menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

13

Perputaran persediaan dalam perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan

dalam aktivitas operasionalnya. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan,

kemungkinan semakin besar perusahaan akan memperoleh keuntungan. Begitu

pula sebaliknya, jika tingkat perputaran persediaannya rendah maka kemungkinan

semakin kecil perusahaan akan memperoleh keuntungan.

Menurut (Kasmir, 2008:180) Perputaran persediaan dapat dihitung sebagai

berikut :

Berdasarkan rumus perhitungan diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah

perputaran harga pokok penjualan dibagi dengan jumlah persediaan akan

menentukan hasil perputaran persediaan dalam satu periode. Sehingga meningkat

atau turunnya jumlah perputaran persediaan ditentukan dari pembagian harga

pokok penjualan dengan persediaan rata-rata.

2.2.1.2 Perputaran Piutang

Kebijakan piutang yang efektif dan prosedur penagihan yang tepat waktu

sangat penting untuk ditetapkan, sehingga dapat mengurangi resiko terganggunya

likuiditas perusahaan akibat adanya piutang tak tertagih. Kebijakan piutang yang

baik adalah kebijakan piutang yang bisa mengoptimalkan trade-off keuntungan

dan kerugian dari piutang.

Perputaran Persediaan =

Harga Pokok Penjualan

Persediaan rata-rata

14

Beberapa definisi piutang menurut para pakar:

1. Martono dan Harjito (2007), piutang dagang (account receivable)

merupakan “tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau

pihak lain yang membeli produk perusahaan”.

2. Horne (2005) mengatakan “piutang meliputi jumlah uang yang dipinjam

dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau

memakai jasa secara kredit”.

3. Smith (2005) mengatakan “piutang dapat didefinisikan dalam arti luas

sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa.

Namun, untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterpakan sebagai

klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas”.

Pengertian piutang secara umum adalah tuntutan atau klaim antara pihak

yang akan memperoleh pembayaran dengan pihak yang akan membayar

kewajibannya, atau dapat disebutkan sebagai tuntutan kreditur kepada debitur

yang pembayarannya biasanya dilakukan dengan uang. Pengelolaan piutang

secara efisien sangat diperlukan karena akan berpengaruh langsung terhadap

peningkatan pendapatan. Meningkatnya proporsi piutang dalam laporan keuangan

perusahaan akan membuat piutang menjadi bagian yang harus ditangani secara

seksama.

Rasio perputaran piutang merupakan perbandingan antara jumlah penjualan

kredit selama periode tertentu dengan piutang rata-rata (piutang awal ditambah

piutang akhir dibagi dua). Tinggi rendahnya perputaran piutang (receivable

turnover) mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang

15

diinvestasikan dalam piutang. Semakin tinggi turnover-nya berarti semakin cepat

perputaran piutangnya, sebaliknya semakin rendah turnover-nya berarti semakin

lambat perputaran piutangnya.

Munawir (2005) mengemukakan bahwa “Makin tinggi perputaran

menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya

kalau rasio semakin rendah berarti ada kelebihan investasi dalam piutang sehingga

memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karna bagian kredit dan penagihan

bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijakan pemberian

kredit”.

Sartono (2010) menyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya

piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas.

Riyanto (2001) menyatakan bahwa perputaran piutang adalah rasio yang

memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Sedangkan

Bramasto (2008) menyatakan bahwa perputaran piutang berasal dari lamanya

piutang diubah menjadi kas, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan

barang atau jasa secara kredit.

Di dalam usaha pengumpulan piutang, perusahaan haruslah berhati-hati agar

tidak terlalu agresif dalam usaha-usaha menagih piutang dari para pelanggan.

Bilamana langganan tidak dapat membayar tepat pada waktunya maka sebaiknya

perusahaan menunggu sampai jangka waktu tertentu yang dianggap wajar

sebelum menerapkan prosedur-prosedur penagihan piutang yang sudah

ditetapkan.

16

Kebijaksanaan pengumpulan piutang suatu perusahaan merupakan prosedur

yang harus diikuti dalam mengumpulkan piutang-piutangnya bilamana sudah

jatuh tempo. Perusahaan dapat menjalankan kebijakan dalam pengumpulan

piutangnya secara aktif maupun pasif dengan terlebih dahulu melihat latar

belakang kemampuan finansial pelanggan yang diberikan kredit, sehingga dapat

diputuskan cara penagihan yang tepat Syamsuddin (2000).

Berikut adalah rumus perputaran piutang usaha (receivable turnover)

sebagai berikut :

2.2.2 Profitabilitas

2.2.2.1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan

keuntungan dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang sama disampaikan oleh

(Husnan, 2001) bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham

tertentu. Sedangkan Menurut Michelle & Megawati(2005) Profitabilitas

merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profit) yang akan

menjadi dasar pembagian dividen perusahaan.

Prolitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan

laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan

Perputaran Piutang =

Total Penjualan Kredit

Piutang Rata-rata

17

pernyataan Shapiro (1991) Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi

kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan peurusahaan

untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan

dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah

akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan

itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas

pengelolaan badan usaha tersebut.

Profitabilitas juga mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan

kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan

apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan

datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan

profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha

maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.

2.2.2.2 Rasio Profitabilitas Sebagai Alat Pengukuran Kinerja Keuangan

Penilaian profitabilitas adalah proses untuk menentukan seberapa baik

aktivitas-aktivitas bsnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan strategis,

mengeliminasi pemborosan-pemborosan dan menyajikan informasi tepat waktu

untuk melaksanakan penyempurnaan secara berkesinambungan Supriyono (1999).

Ada beberapa pengukuran kinerja terhadap profitabilitas perusahaan dimana

masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva

dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan

18

seorang analis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan

volume penjualan jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.

Profitabilitas keuangan perusahaan dideskripsikan dalam bentuk laporan

laba-rugi yang merupakan bagian dari laporan keuangan korporasi, yang dapat

digunakan oleh semua pihak yang berkepentingan untuk membuat keputusan

ekonomi. Berdasarkan financial report yang diterbitkan perusahaan, selanjutnya

dapat digali informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, struktur

permodalan, aliran kas, kinerja keuangan dan informasi lain yang mempunyai

relevansi dengan laporan keuangan perusahaan.

Profitabilitas keuangan perusahaan sudah tentu merupakan kinerja

perusahaan yang ditinjau dari kondisi keuangan perusahaan. Profitabilitas

keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangannya, oleh sebab itu untuk

mengukur profitabilitas keuangan perusahaan diperlukan analisis terhadap laporan

keuangannya.

Menurut pendapat Shapiro (1991) yang menunjukkan bahwa profitabilitas

sangat cocok untuk mengukur efektivitas manajemen dan pengevaluasian kinerja

manajemen dalam menjalankan bisnis dan produktivitasnya dalam mengelola

aset-aset perusahaan secara keseluruhan seperti yang nampak pada pengembalian

yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi, serta untuk mengevaluasi kinerja

ekonomi dari bisnis. Secara umum profitabilitas merupakan pengukuran dari

keseluruhan produktivitas dan kinerja perusahaan yang pada akhirnya akan

menunjukkan efisiensi dan produktivitas perusahaan tersebut.

19

Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas

manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari

penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini

menunjukkkan efisiensi perusahaan.

Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan neraca dan

laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi.

Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu

tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan

tersebut.

Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen

selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau tidak. Jika berhasil

mencapai target yang telah ditentukan mereka dikatakan telah berhasil mencapai

target untuk periode atau beberapa periode, sebaliknya jika gagal atau tidak

berhasil mencapai target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi

manajemen untuk periode ke depan. Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak

kesalahan dan kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak

luar perusahaan, yaitu;

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam

satu periode tertentu.

20

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modalpinjaman maupun modal sendiri.

6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang

digunakan baik modalsendiri.

Sementara itu, manfaat yang diperoleh adalah untuk mengetahui besarnya

tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode:

1) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang.

2) Mengetahui perkmbangan laba dari waktu ke waktu.

3) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

4) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan

baik modal pinjaman maupun modal sendiri

2.2.2.3. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, terdapat beberapa jenis rasio

profitabilitas yang dapat digunakan. Masing-masing jenis rasio profitabilitas

digunakan untuk menilai serta mengukur posisi kuangan perusahaan dalam suatu

periode tertentu atau untuk beberapa periode.

21

Penggunaan seluruh atau sebagian rasio profitabilitas tergantung dari

kebijakan manajemen. Jelasnya, semakin lengkap jenis rasio yang digunakan

semakin sempurna hasil yang akan dicapai. Artinya pengetahuan tentang kondisi

dan posisi profitabilitas perusahaan dapat diketahui secara sempurna. Dalam

prakteknya, menurut Kasmir (2008) jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat

digunakan adalah :

1. Profit Margin on Sales

Profit margin on sales atau ratio profit margin atau margin laba atas

penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin

laba atas penjualan. Cara pengukuran rasio ini adalah dengan membandingkan

laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini dikenal juga dengan

nama profit margin. Terdapat dua rumusan untuk mencari profit margin, yaitu

sebagai berikut:

a. Untuk margin laba kotor dengan rumus:

Margin laba kotor menunjukkan laba yang relative terhadap perusahaan,

dengan cara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Rasio ini

merupakan cara untuk penetapan harga pokok penjualan.

b. Untuk margin laba bersih dengan rumus :

Net Profit Margin =

Earning After Interest and Tax (EAIT)

Sales

Profit Margin On Sales

Profit Margin = Penjualan Bersih – Harga Pokok Penjualan

Sales

Profit Margin On Sales

22

Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan

antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio

ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan penjualan.

Baik Profit Margin on Sales maupun Net Profit Margin apabila rasio nya

tinggi ini menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang

tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya kalau rasionya rendah

menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau

biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi

dari kedua hal tersebut. Rasio yang rendah bisa menunjukkan

ketidakefisienan manajemen.

2. Hasil Pengembalian Assets (Return on Assets)

Rasio ini adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah asset

secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa

besar tingkat pengembalian (%) dari asset yang dimiliki. Apabila rasio ini tinggi

berarti menujukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak manejemen.

Menurut Dwi Prastowo (2008) rasio ini mengukur tingkat kembalian

investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh

dana (aktiva) yang dimilikinya. Ukuran yang sering digunakan untuk menghitung

Return on Assets (ROA) adalah :

ROA = Laba Setelah Pajak x 100%

Total Assets

23

3. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return on Equity/ROE)

Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity atau rentabilitas modal

sendiri merupakan rasio untuk mengukur lalu bersih sesudah pajak dengan modal

sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin

tinggi rasio ini, semaki baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,

demikian pula sebaliknya. Rumus untuk mencari Return on Equity (ROE) dapat

digunakan sebagai berikut:

Menurut Helfert (2000), Return on Equity (ROE) menjadi pusat perhatian

para pemegang saham (stakeholders) karena berkaitan dengan modal saham yang

diinvestasikan untuk dikelola pihak manajemen. ROE memiliki arti penting untuk

menilai kinerja keuangan perusahaan dalam memenuhi harapan pemegang saham.

4. Laba Per Lembar Saham Biasa (Earning per Share of Common Stock)

Rasio laba per lembar saham atau disebut juga rasio nilai buku merupakan

rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi

pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk

memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan

pemegang saham meningkat.

Keuntungan bagi pemegang saham adalah jumlah keuntungan setelah

dipotong pajak.Keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham biasa adalah

jumlah keuntungan dikrangi pajak, dividen, dan dikurangi hak-hak lain untuk

ROE = Earning After Interest And Tax

Equity

24

pemegang saham prioritas.Rumus untuk mencari laba per lembar saham biasa

adalah sebagai berikut:

2.2.3 Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas

Pengelolaan persediaan merupakan suatu pekerjaan yang sulit, dimana

kesalahan dalam menentukan tingkat persediaan dapat berakibat fatal. Raharjaputra

(2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan,

kemungkinan semakin besar perusahaan akan memperoleh keuntungan, begitu pula

sebaliknya, jika tingkat perputaran persediaannya rendah maka kemungkinan semakin

kecil perusahaan akan memperoleh keuntungan. Sedangkan Munawir (2005)

menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil

resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena

perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan

dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.

2.2.4 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas

Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjulan secara kredit untuk

meningkatkan volume usahanya. Riyanto (2001) menyatakan perputaran piutang

menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat

periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan

keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga

ikut meningkat.

Laba Per Lembar Saham =

Laba Saham Biasa

Saham Biasa Yang Beredar

25

2.2 Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang

dilaksanakan sebelumnya yaitu :

Martinus Damanik (2006) melakukan penelitian tentang analisis efektivitas

pengelolaan kredit dan pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan PT.

Akari Indonesia Cabang Medan. Lewat perhitungan tingkat perputaran piutang

dagang dan hari rata-rata pengumpulan piutang. Dalam penelitiannya, Martinus

Damanik menggunakan analisis regresi sederhana yang hasilnya menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang

dengan profitabilitas perusahaan tersebut.

Persamaan dengan penelitian ini dengan penelitian martinus damanik adalah

variabel bebas yakni perputaran piutang dan vaiabel terikat yang mennggunakan

profitabilitas. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian matinus tidak

mengunakan variabel perputaran persediaan dan tidak menggunakan analisis

regresi berganda.

Niken Hastuti (2010) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh

periode perputaran persediaan, periode perputaran hutang dagang, rasio lancar,

leverage, pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas

perusahaan manufaktur. Lewat perhitungannya ROA, periode perputaran

persediaan, periode perputaran hutang dagang, rasio lancar, leverage,

pertumbuhan penjualan dan ukuran perusahaan. Dalam penelitiannya (Niken

Hastuti, 2010) menggunakan metode analisis regresi dan menunjukan bahwa

Periode Perputaran Hutang Dagang, Leverage, dan Ukuran Perusahaan yang

26

memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA. Sedangkan variabel yang lain tidak

berpengaruh signifikan terhadap ROA.

Persamaan penelitian niken dengan penelitian ini adalah pengunaan

perputaran persedian sebagai variabel bebas dan ROA sebagai variabel terikat

serta pengunaan analisis regresi. Sedangkan perbedaan alam penelitian niken tidak

mengunakan variabel bebas perputaran piutang.

Tabel 2.1

Tebel penelitian terdahulu

Nama / tahun Judul Variabel Metode analisis Hasil penelitian

Martinus

damanik

(2006)

Analisis efektivitas

pengelolaan kredit

dan pengaruhnya

terhadap

profitabilitas pada

perusahaan pt.

Akari indonesia

cabang medan

Variabel bebas:

perputaran

piutang variabel

terikat;

profitabilitas

Mengunakanalisi

regrisi sederhana

pada penelitian

ini

Terdapat

pengaruh yang

signifikan antara

tingkat

perputaran

piutang dengan

profitabilitas

Niken hastuti

(2010)

Analisis pengaruh

periode perputaran

persediaan, periode

perputaran hutang dagang, rasio

lancar, leverage,

pertumbuhan

penjualan dan

ukuran perusahaan

terhadap

profitabilitas

perusahaan

manufaktur

Variabel bebas:

periode

perputaran

persediaan, periode

perputaran

hutang dagang,

rasio lancar,

leverage,

pertumbuhan

penjualan dan

ukuran

perusahaan

variabel terikat:

profitabilitas

Analisis regresi

berganda

Periode

perputaran

hutang dagang,

leverage, dan ukuran

perusahaan yang

memiliki

pengaruh

signifikan

terhadap roa.

Sedangkan

variabel yang

lain tidak

berpengaruh

signifikan terhadap roa.

27

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori dan kajian empiris maka penelitian ini dapat

digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

Parsial

Simultan

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pembahasan pada landasan teori dan penelitian terdahulu,

maka dapat dilihat bahwa masing-masing besarnya rasio aktivitas mempengaruhi

besar kecilnya profitabilitas perusahaan. Untuk memperjelas pembahasan yang

telah dilakukan maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

Ho1 = Perputaran persediaan dan perputaran piutang secara parsial tidak

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

H1 =Perputaran persediaan dan perputaran piutang secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

Ho2 = Perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan tidak

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

H2 = Perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Perputaran Persediaan

X1 Profitabilitas

Return on asset (ROA)

(Y) Perputaran Piutang

X2

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini termasuk jenis penelitian dasar. Yaitu

tipe penelitian yang berkaitan juga dengan pemecahan persoalan, tetapi dalam

pengertian yang berbeda, yaitu persoalan yang bersifat teoritis dan tidak

mempunyai pengaruh secara langsung terhadap penentuan kebijakan. Tujuan

penelitian dasar adalah pengembangan dan evaluasi terhadap konsep-konsep

teoritis.

Ditinjau dari karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini termasuk

jenis penelitian kausal komparatif, yaitu tipe penelitiaan dengan karakteristik

masalah berupa hubungan sebap akibat antara dua variabel atau lebih. Peneliti

dapat mengidentifikasi fakta atau peristiwa tersebut sebagai variabel yang

dipengaruhi (variabel dependen) dan melakukan penyelidikan terhadap variabel-

variabel yang mempengaruhi (variabel independent).

Sedangkan ditijau dari sumber data yang diambil , penelitian ini dikatakan

sebagai penelitian yang bersumber dari data sekunder, yaitu data penelitian yang

diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder

umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun sehingga

peneliti dapat langsung memprosesnya Sugiyono(2008).

28

29

3.2 Deskripsi Populasi Dan Penentuaan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2008) mengemukakan bahwa “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: Obyek/subyek yang mempunyai kwalitas dan

kharakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu laporan keuangan tahunan perusahaan sektor kimia tahun 2009 sampai 2012

yang telah listing dalam BEI sebanyak 10 perusahaan yakni:

a. PT. Barito Pasific Tbk

b. PT. Budi Acid Jaya Tbk

c. PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk

d. PT. Ekadharma International Tbk

e. PT. Eterindo Wahanatama Tbk

f. PT. Intan Wijaya International Tbk

g. PT. Sorini Agro Asia Corporindo Tbk

h. PT. Indo Acitama Tbk

i. PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk

j. PT. Unggul Indah Cahaya Tbk

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2008), mengatakan bahwa pengertian sampel adalah

sebagai berikut :

“ Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut“.

30

Untuk membuktikan kebenaran jawaban yang masih sementara (hipotesis),

maka peneliti melakukan pengumpulan data pada objek tertentu, karena objek

dalam populasi terlalu luas, maka peneliti menggunakan sampel yang diambil dari

populasi tersebut.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana

dalam penentuan sampel diperlukan suatu kriteria tertentu. Sampel yang akan

diambil oleh penulis dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan

perusahaan sektor kimia yang mempunyai kriteria terhadap sampel yang akan

diteliti yaitu berdasarkan:

1. Perusahaan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun

2012 yaitu sebanyak 10 perusahaan.

2. Perusahaan kimia yang menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dari

tahun 2008 - 2012.

Berdasarkan kriteria diatasdapat diketahui bahwa jumlah sampel dalam

penelitian ini sebanyak 7 perusahaan yang telah memenuhi kriteria yang telah

ditentukan. Adapun nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat

pada tabel berikut:

31

Tabel 3.1

Sampel penelitian perusahaan kimia

No Emiten

1 PT. Barito Pasific

2 PT. Budi Acid Jaya

3 PT. Ekadharma International

4 PT. Intan Wijaya International

5 PT. Indo Acitama Tbk

6 PT. Chandra Asri Petrochemical

7 PT. Unggul Indah Cahaya

Sumber : www.idx.co.id

3.3 Variable Dan Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono (2008), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Dalam penelitian ini variabel dibedakan menjadi dua yakni

variabel bebas (perputaran persediaan, perputaran piutang) dan variabel terikat

(ROA).

Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi

operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam

mengoperasionalkan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain

untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau

32

mengembangkan cara pengukuran conctruct yang lebih baik. Nur Indrianto (2002

: 69)

Operasional variabel didasarkan pada karakteristik yang dapat di observasi

dari apa yang sedang di definisikan atau dengan kata lain mengubah konsep

dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati

dan diuji kebenarannya oleh orang lain.

Dalam definisi operasional ini, variable yang diamati dalam penyusunan

penelitiaan ini adalah:

1. Perputaran persediaan(X1)

Perputaran persediaan adalah suatu stok yang dikelola dan dijual dalam satu

periode tertentu, sehingga persediaan akan selalu berputar dan nilainya akan

selalu berubah-ubah. Dalam penelitian peputaran persediaan akan dihitung

menggunakan rumus:

Harga Pokok Penjualan

Persediaan rata-rata

2. Perputaran Piutang(X2)

Perputaran piutang adalah suatu ukuran yang menunjukan berapa kali

suatu piutang perusahaan telah diputar kembali menjadi kas, frekuensi

perputaran piutang tersebut dinyatakan dalam setiap kali berputar per tahun.

Dalam penelitian perputaran piutang akan dihitung menggunkan rumus :

Total Penjualan Kredit

Piutang rata-rata

Perputaran Persediaan =

Perputaran Piutang =

33

3. Profitabilitas (Y)

Tingkat profitabilitas diukur mengunakan Return On Asset (ROA) yang

merupakan kemempuan dari modal ang dinvestasikan dalam keseluruhan

aktiva untuk menghaasilkan keuntungan. Dalam profitabilitas rumus ROA yang

digunakan adalah:

Laba Setelah Pajak

Total Asset

3.4 Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumental Penelitian

Data laporan keuangan perusahaan sampel dikumpulkan melalui

pengunduhan lewat website www.idx.co.id yang merupakan situs resmi dari Bursa

Efek Indonesia.

Instrumental penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data

kuantitatif yang bersumber dari data sekunder dengan mengambil data perusahaan

kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2012 serta memenuh

kriteria yang telah ditentukan.

3.5 Teknik Analisi Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian berikut

adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sampel penelitian.

2. Mengumpulkan data laporan keuangan mulai tahun 2008 – 2012.

3. Melakukan tabulasi pada masing-masing variable.

x 100% ROA =

34

4. Melakukan pengujian deskriptif

Statistik deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi mendeskripsikan

atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau

populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan

yang berlaku umum dari data tersebut. Statistik deskriptif digunakan untuk

mendeskripsi suatu data yang dilihat dari mean, median, deviasi standar, nilai

minimum, dan nilai maksimum. Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah

dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian menurut

Imam Ghozali (2005)

5. Melakukan pengujian asumsi klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

variabel independen dan variabel dependen atau keduanya terdistribusikan secara

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal

mendekati normal. Untuk mendeteksi normalitas data dapat diuji dengan

Kolmogorov Smirnov dengan melakukan pengujian pada standardized residual

pada model penelitiannya. Menurut Imam Ghozali (2005), bahwa distribusi data

dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel data pada

unstandardized residual dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika Z hitung(Kolmogorov Smirnov) < Z table (1,96) atau angka

signifikansi > taraf signifikansi (α) 0.05, maka distribusi data dikatakan

normal.

35

2. Jika Z hitung(Kolmogorov Smirnov) > Z tabel (1,96), atau angka

signifikansi < taraf signifikansi (α) 0.05 distribusi data dikatakan tidak

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak. Model yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat diketahui dari nilai

toleransi dan nilai variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur

variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel

bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena

VIF=1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi. Nilai cut off

yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF diatas

10 menurut Imam Ghozali (2005).

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. uji

heteroskedastisitas dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel

independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel

independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas menurut Imam Ghozali (2005).

36

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi

linier ada korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu.

Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi yang menggunakan

data time series. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dari suatu model regresi

adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih

jauh lagi, model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir

nilai variabel tidak bebas tertentu menurut Imam Ghozali (2005).

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat dari nilai Durbin-Watson

Patokan besaran DURBIN-WATSON:

a. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif

b. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada gejala autokorelasi

c. Angka D-W diatas +2 berarti ada korelasi negatif

6. Melakukan analisis regresi berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh dari

beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Atau menunjukan arah

hubungan dari variabel independen dan variabel dependen menurut Ghozali

(2005). Analisis regresi dihasilkan dengan cara memasukan input data variabel ke

dalam fugsi regresi. Persamaan regresi linier berganda dalam penelitian ini dapat

dinyatakan :

37

Y= a + b1X1 + b2X2 + e

Dimana :

Y : profitabilitas perusahaan

a : konstanta

b1,b2 : koefisien regresi variabel X1, X2

X1 : periode perputaran persediaan

X2 : periode perputaran piutang

e : standart eror

7. Melakukan pengujian hipotesis

Metode ini dilakukan dengan cara memasukan semua variabel secara

bersama-sama dan pada setiap saat dilakukan pembuangan terhadap variabel yang

tidak signifikan sampai diperoleh model regresi yang baik.

a. Uji parsial atau Uji t

Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen menurut Imam Ghozali (2005).

Tahap pengujian yang akan dilakukan, yaitu :

1. Hipotesis ditentukan dengan formula nol secara statistik diuji dalam bentuk:

a. Jika Ho : β1>0, berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial.

b. Jika Ho : β1 = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara

variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial.

38

2. Menghitung nilai sig t dengan rumus:

T hitung = (βi)

Se(βi)

Dimana :

(βi) : koefisien regresi

Se(βi) : standar eror dari estimasi βi

3. Derajat keyakinan (level significant/α = 5%)

a. Apabila besarnya nilai sig t lebih besar dari tingkat α yang digunakan,

maka hipotesis yang diajukan ditolak oleh data.

b. Apabila besarnya nilai sig t lebih kecil darti tingkat α yang digunakan,

maka hipotesis yang diajukan didukung oleh data.

b. Uji simultan atau Uji F

Menguji apakah variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel tak bebas terhadap variabel dependen . Nilai Fhitung dapat dicari dengan

rumus sebagai berikut

Fhitung = R2/(k-2)

(1- R2 )/(N-k)

Dimana :

N = jumlah sampel

K = jumlah variabel

Pengambilan kesimpulan sebagai berikut :

1. . Bila Fhitung < Ftabel : maka variabel bebas secara serentak tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

39

2. Bila Fhitung > Ftabel : maka variabel bebas secara serentak berpengaruh

terhadapvariabel dependen.

c. Koefisien determinasi(R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui prosentase

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dari sini akan

diketahui seberapa besar variabel independen akan mampu menjelaskan variabel

dependennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.

Nilai koefisien R2 mempunyai interval nol sampai satu (0 ≤ R

2 ≤1). Semakin

besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan

semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat

menjelaskan variabel dependen. Untuk menghindari bias, maka digunakan nilai

Adjusted R2 , karena Adjusted R

2 dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan dalam model menurut Imam Ghozali (2005).

40

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Penyajian data

4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh

pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan

kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan

berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan

sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan

seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh

Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar

Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan

kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong

sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

40

41

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan

Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya 16 Juni 1989. Pada tahun

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote

trading). Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ)

dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007.

Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-

NextG tahun 2009.

4.1.2 Visi Misi Bursa Efek Indonesia

VISI

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

MISI

Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui

pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi

biaya serta penerapan good governance.

4.1.3 Profil Perusahaan

a. PT. Barito Pacific, Tbk

PT Barito Pacific Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka Undang-

Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 berdasarkan Akta

Notaris Kartini Muljadi, S.H. No. 8 tanggal 4 April 1979 dengan nama PT Bumi

Raya Pura Mas Kalimantan. Anggaran Dasar Perusahaan telah mendapat

pengesahan dari Menteri Kehakiman dengan Surat Keputusan No. J.A.5/195/8

tanggal 23 Juli 1979 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik

42

Indonesia No. 84, Tambahan No. 24 tanggal 19 Oktober 1979. Berdasarkan Akta

Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 33 tanggal 29 Agustus 2007, Perusahaan

melakukan perubahan nama menjadi PT Barito Pacific Tbk. Anggaran Dasar

Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta

Notaris No. 19 tanggal 12 Mei 2011 dari Benny Kristianto, S.H., notaris di Jakarta

mengenai perubahan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha. Perubahan ini telah

mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia melalui Surat Keputusan No. AHU-27243.AH.01.02.Tahun 2011

tanggal 30 Mei 2011.

Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. Perusahaan

berdomisili di Banjarmasin dengan pabrik berlokasi di Jelapat, Banjarmasin.

Kantor Perusahaan berada di Jakarta dengan alamat di Wisma Barito Pacific, Jl.

Letjen S. Parman Kav. 62-63 Jakarta. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar

Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan bergerak dalam bidang

kehutanan, perkebunan, pertambangan, industri, properti, perdagangan, energi

terbarukan dan transportasi. Jumlah karyawan Perusahaan dan entitas anak

(“Grup”) sebanyak 2.540 dan 2.135 karyawan pada tanggal 31 Desember 2012

dan 2011. Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Barito Pacific.

b. PT. Budi Acid Jaya, Tbk

PT Budi Acid Jaya Tbk (Perusahaan), didirikan berdasarkan Akta No. 15

tanggal 15 Januari 1979 dari Henk Limanow, S.H., notaris di Jakarta. Akta

Pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia

dalam Surat Keputusan No YA5/279/11 tanggal 12 September 1979 dan

43

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 12 tanggal 8 Februari

1980, Tambahan No 67. Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali

mengalami perubahan, terakhir dengan Akta No. 04 tanggal 9 Januari 2009 dari

Ny. Kartuti Suntana S., S.H., notaris di Jakarta, mengenai perubahan seluruh

Anggaran Dasar untuk disesuaikan dengan UU No. 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas. Perubahan Akta Pendirian ini telah disahkan oleh Menteri

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

AHU 06226AH0102.Tahun 2009 tanggal 5 Maret 2009.

Perusahaan dan entitas anak (selanjutnya disebut Grup) didirikan dan

menjalankan usahanya di Indonesia. Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha

Sungai Budi. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup

kegiatan Perusahaan terutama meliputi bidang manufaktur bahan kimia dan

produk makanan, termasuk produk turunan yang dihasilkan dari ubi kayu, ubi

jalar, kelapa sawit, kopra dan produk pertanian lainnya dan industri lainnya

khususnya industri plastik. Saat ini, Perusahaan bergerak dalam pembuatan dan

penjualan tepung tapioka, glukosa dan fruktosa, asam sitrat, karung plastik, asam

sulfat dan bahan-bahan kimia lainnya.

Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Wisma Budi lantai 8-9, Jalan HR.

Rasuna Said Kav C-6, Jakarta. Lokasi Pabrik Perusahaan di Subang, Lampung

dan Surabaya. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Januari

1981. Produk-produk Perusahaan dijual ke pasar lokal dengan persentase 98% dan

diekspor ke beberapa negara di Eropa dan Asia dengan persentase 2%. Kapasitas

produksi komersial Grup berupa glukosa dan fruktosa, tepung tapioka, karung

44

plastik dan asam sitrat masing-masing mencapai 87%, 51%, 60%, dan 16% pada

tahun 2012 dan 83%, 61%, 55% dan 30% pada tahun 2011 dari total kapasitas

produksi Grup.

c. PT. Ekhadarma International, Tbk

PT Ekadharma International Tbk (“Perusahaan“), didirikan dengan nama PT

Ekadharma Widya Graphika berdasarkan akta Notaris Raden Santoso, S.H., No.

71 tanggal 20 November 1981. Akta pendirian tersebut disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. J.A.5/12/12 tanggal

5 Juni 1982 dan didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta tanggal 23

September 1982. Pada tahun 1990, Anggaran Dasar Perusahaan mengalami

perubahan dengan akta No. 279 tanggal 9 Juni 1990 yang dibuat di hadapan

Notaris Siti Pertiwi Henny Shidki, S.H., sehubungan dengan rencana penawaran

umum saham Perusahaan kepada masyarakat serta perubahan nama

Perusahaanmenjadi PT Ekadharma Tape Industries Tbk.

Akta perubahan tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-3608.H.T.01.04

Th. 1990 tanggal 21 Juni 1990 dan telah diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia No. 65 tanggal 14 Agustus 1990. Pada tahun 2006, nama

Perusahaan diubah menjadi PT Ekadharma International Tbk. Anggaran Dasar

Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan akta

Notaris Irawan Soerodjo, S.H., No. 165 tanggal 28 Mei 2008 sehubungan dengan

perubahan seluruh anggaran dasar Perusahaan untuk disesuaikan dengan Undang-

undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 mengenai “Perseroan Terbatas”.

45

Akta perubahan tersebut telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-

56940.AH.01.02.Th.2008 tanggal 29 Agustus 2008 dan telah diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia No. 33 tanggal 24 April 2009.

Sesuai dengan anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

Perusahaan terutama adalah bergerak dalam bidang pembuatan pita perekat dan

memproduksi bahan baku dan atau bahan penolong yang diperlukan serta usaha

perdagangan pada umumnya. Perusahaan berkedudukan di Tangerang, dengan

kantor pusat dan pabrik di Kawasan Industri Pasar Kemis Blok C-1, Tangerang.

Saat ini, Perusahaan mempunyai kantor cabang di Jakarta, Medan, Surabaya,

Semarang, Bandung, Cikarang, Denpasar, Makassar dan Palembang. Perusahaan

memulai kegiatan operasi komersialnya sejak tahun 1981. The Company started

its commercial operations in 1981. PT Ekadharma Inti Perkasa merupakan entitas

induk terakhir dari Perusahaan dan Entitas Anak. Laporan keuangan konsolidasian

telah diselesaikan dan diotorisasi untuk terbit oleh Direksi Perusahaan pada

tanggal 20 Maret 2013.

d. PT. Intan Wijaya International, Tbk

PT Intanwijaya Internsional Tbk (selanjutnya disebut “Perusahaan”),

sebelumnya bernama PT Intan Wijaya Chemical Industry Tbk, didirikan di

Banjarmasin berdasarkan Akta Notaris Jony Frederik Berthold Tumbelaka Sinjal,

S.H., No. 64 tanggal 14 Nopember 1981. Akta ini telah mendapatkan pengesahan

dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan

No.C2-3185-HT.01.01.Th 82 tanggal 24 Desember 1982.

46

Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,

terakhir berdasarkan akta No. 242 tanggal 27 Juni 2012 yang dibuat dan

disampaikan oleh Notaris Linda Kenari, S.H.M.H., tentang perubahan susunan

pengurus. Sampai dengan tanggal laporan keuangan, pengurusan pemberitahuan

kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia masih dalam

proses. Sesuai dengan pasal 2 anggaran dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

Perusahaan terutama dalam bidang manufaktur formaldehyde. Perusahaan

berkedudukan di Jakarta dengan kegiatan utama industri formaldehyde resin

(perekat kayu). Lokasi pabrik berada di kota Banjarmasin. Perusahaan memulai

kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1987.

e. PT. Indo Acitama, Tbk

PT Indo Acidatama Tbk (Perusahaan) didirikan pada awalnya bernama PT

Sarasa Nugraha Tbk berdasarkan Akta Notaris Sri Rahayu, SH, Notaris di Jakarta

No. 5 tanggal 7 Desember 1982. Akta Pendirian ini disahkan oleh Menteri

Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-

1433.HT.01.TH.85 tanggal 18 Maret 1985. Anggaran Dasar Perusahaan telah

mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta Notaris Fathiah

Helmi, SH, Notaris di Jakarta, No. 36 tanggal 11 Juni 2008 untuk memenuhi

ketentuan Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perusahaan Terbatas.

Akta perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-

85992.AH.01.02.Tahun 2008 tanggal 13 Nopember 2008. Sesuai dengan pasal 3

anggaran dasar Perusahaan ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi industri

47

pakaian jadi, kimia dasar, kemasan dari plastik dan perdagangan ekspor dan

impor. Perusahaan berkedudukan di Gedung Graha Kencana Suite 9A, Jl. Raya

Perjuangan 88, Jakarta.

Perusahaan memiliki tiga pabrik yang berlokasi di Cibodas, Balaraja dan

Surakarta dengan alamat masing-masing Jl. Dipati Unus No. 48, Kabupaten

Tangerang, Jawa Barat, Jl. Raya Serang Km, 24,5, Kabupaten Tangerang, Jawa

Barat dan Jl. Raya Solo, Sragen Km 11 Desa Kemiri, Jawa Tengah. Pabrik

Cibodas dan Balaraja telah dihentikan operasinya. Kedua Pabrik tersebut telah

dijual oleh Perusahaan pada tahun 2010 dan 2011 (Catatan 12). Perusahaan

memulai kegiatan komersil garmen sejak 1 Pebruari 1984 dan kimia sejak tahun

1989. Perusahaan tidak mempunyai entitas induk karena tidak terdapat pemegang

saham Perusahaan yang memiliki porsi kepemilikan efektif atau hak suara

melebihi 50%. Pada tanggal laporan, South East Union Inc, PT Budhi Bersaudara

Manunggal, dan PT Kemiri Sarana Investama merupakan entitas yang masing-

masing memiliki pengaruh signifikan terhadap Perusahaan, dan tidak terdapat

pihak pengendali

f. PT. Chandra Asri Petrochemical, Tbk

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka

Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 Tahun 1968 dan

Undang- Undang No. 12 Tahun 1970 berdasarkan Akta No. 40 tanggal 2

Nopember 1984, dari Ridwan Suselo, S.H., Notaris di Jakarta, yang diubah

dengan Akta No. 117 tanggal 7 Nopember 1987 dari John Leonard Waworuntu,

S.H., Notaris di Jakarta dengan nama PT. Tri Polyta Indonesia. Akta tersebut telah

48

disahkan oleh Menteri Kehakiman melalui Surat Keputusan No.

C2.1786.HT.01.01-TH.88, tanggal 29 Pebruari 1988. Anggaran Dasar Perusahaan

telah mengalami beberapa kali perubahan dan terakhir melalui akta No. 40 tanggal

8 Desember 2011 dari Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, mengenai

penambahan jumlah anggota dewan komisaris. Akta tersebut telah disahkan oleh

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Surat Keputusan No. AHU-

AH.01.10- 40244. Tahun 2011, tanggal 12 Desember 2011.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Desa Gunung

Sugih, Kecamatan Ciwandan, Kodya Cilegon, Banten. Kantor pusat Perusahaan

beralamat di Wisma Barito Pacific Tower A, Lantai 7, Jl. Let. Jend. S. Parman

Kav. 62-63, Jakarta. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan,

Perusahaan bergerak dalam bidang usaha industri petrokimia, perdagangan,

angkutan dan jasa. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun

1993. Jumlah karyawan Perusahaan dan entitas anak (Grup) sebanyak 1.605 dan

1.453 karyawan pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011. Perusahaan tergabung

dalam kelompok usaha Barito Pacific

g. PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk

PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UNIC) didirikan di Indonesia dalam rangka

Penanaman Modal Asing Tahun 1967 dan mulai beroperasi secara komersial sejak

November 1985. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, sedangkan pabriknya

berlokasi di Merak, Banten. Kantor Pusat Perusahaan beralamat di Wisma UIC,

Jl. Jend. Gatot Subroto, Kav. 6-7, Jakarta.

49

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan

Perusahaan antara lain mencakup bidang usaha industri bahan kimia alkylbenzene

dan kegiatan usaha terkait lainnya, jasa angkutan darat dan penampungan barang

impor, konstruksi real estat serta penyewaan ruang perkantoran. Saat ini,

Perusahaan terutama bergerak di bidang industri bahan kimia alkylbenzene, yang

merupakan bahan baku utama untuk produksi deterjen.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data yang

digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

minimum, serta nilai rata-rata serta standard deviasi dari masing-masing variabel

menurut Imam Ghozali (2005). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi : perputaran persediaan, perputaran piutang serta Return On Asset. Hasil

olah data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1

Uji Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PERPUTARAN

PERSEDIAAN 28 1,70 8,43 5,5860 2,18035

PERPUTARAN PIUTANG 28 1,28 29,78 13,6945 8,68253

ROA 28 -16,06 23,09 4,7076 9,29377

Valid N (listwise) 28

Sumber : SPSS 20

50

Setelah dilakukan pengolahan data, dapat dilihat bahwa jumlah data yang

valid pada penelitan ini adalah sebanyak 28 sampel. Dari 28 sampel data

perputaran persediaan, nilai minimum sebesar 1,70, dengan nilai maksimum 8,43.

Nilai rata-rata sebesar 5,5860 dengan standard deviasi 2,18035. Standar deviasi

yang lebih kecil dari mean menunjukkan sebaran variabel data yang kecil antara

perputaran persediaan terendah dan tertinggi.

Dari 28 data perputaran piutang, nilai minimum sebesar 1,28, sedangkan

nilai maksimumnya adalah 29,78. Nilai rata-rata dari data tersebut adalah 13,6945

dengan standard deviasi sebesar 8,68253. Standar deviasi yang lebih kecil dari

mean menunjukkan sebaran variabel data yang kecil atau tidak adanya

kesenjangan yang besar dari variabel perputaran piutang.

Dari 28 data ROA, nilai minimum sebesar -16,06, sedangkan nilai

maksimumnya adalah 23,09. Nilai rata-rata dari data tersebut adalah 4,7076

dengan standard deviasi sebesar 9,29377. Standar deviasi yang lebih besar dari

mean menunjukkan sebaran variabel data yang kecil atau adanya kesenjangan

pada variabel ROA.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam

model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya telah

terdistribusi secara normal atau tidak menurut Imam Ghozali (2005). Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

51

Untuk mendeteksi normalitas data, dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov-

Smirnov. Caranya adalah dengan menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian,

yaitu ;

Ho : data terdistribusi secara normal

H1 : data tidak terdistribusi secara normal

Tabel 4.2

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PERPUTARAN

PERSEDIAAN

PERPUTARAN

PIUTANG

ROA

N 28 28 28

Normal Parametersa,b

Mean 5,5860 13,6945 4,7076

Std. Deviation 2,18035 8,68253 9,29377

Most Extreme Differences

Absolute ,121 ,124 ,098

Positive ,110 ,124 ,091

Negative -,121 -,105 -,098

Kolmogorov-Smirnov Z ,639 ,656 ,518

Asymp. Sig. (2-tailed) ,809 ,783 ,951

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : SPSS 20

Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa nilai K-S variabel perputaran

persediaan, perputaran piutang dan ROA telah terdistribusi secara normal karena

masing-masing dari variabel memiliki Z hitung(Kolmogorov Smirnov) < Z table

(1,96) atau angka signifikansi > taraf signifikansi (α) 0.05.

Pada tabel diatas nilai Z hitung ditunjukan pada baris Kolmogorov-Smirnov,

sedangkan angka signifikasi ditunjukan pada baris Asymp. Sig. (2-tailed). Pada

variabel perputaran persediaan menunjukan bahwa nilai Z hitung =0,639 dan

angka signifikansi sebesar 0,809 yang menunjukan bahwa variabel perputaran

52

persediaan telah terdistribusi secara normal. Sedangkan pada variabel perputaran

piutang menunjukan bahwa nilai Z hitung = 0,656 dan angka signifikansi = 0,783

yang menunjukan bahwa variabel perputaran piutang telah terdistribusi secara

normal. Lalu pada variabel ROA menunjukan bahwa Z hitung = 0,518 dan angka

signifikansi = 0,951 yang menunjukan bahwa variabel ROA telah terdistribusi

secara normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguuji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi antara variabel independen. Model yang baik seharusnya tidak

terjadi korelasi yang tinggi diantara variabel bebasnya. Tolerance mengukur

variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel

bebas lainnya menurut Imam Ghozali (2005).

Berdasarkan aturan Variance Inflation Factor (VIF) dan toleramce, maka

apabila VIF melebihi angka 10 atau tolerance kurang dari 0,10 maka dinyatakan

terjadi gejala multikolinearitas. Sebaliknya, apabila nilai VIF kurang darai 10 atau

tolerance lebih dari 0,10 maka dinyatakan tidak terjadi gejala multikolinearitas.

53

Tabel 4.3

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

PERPUTARAN

PERSEDIAAN ,858 1,165

PERPUTARAN PIUTANG ,858 1,165

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : SPSS 20

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada masing-masing variabel tidak

terjadi multikolinearitas karena memilki nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai

VIF kurang dari 10.

4.2.2.3 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. uji

heteroskedastisitas dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel

independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara variabel

independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas menurut Imam Ghozali (2005).

54

TABEL 4.4

Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standar

dized

Coefficie

nts

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4,131 2,792 1,480 ,151

PERPUTARAN

PERSEDIAAN ,755 ,490 ,317 1,542 ,136

PERPUTARAN PIUTANG -,129 ,123 -,216 -1,053 ,302

a. Dependent Variable: ABS_RES

Sumber : SPSS 20

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi ketiga variabel

independen lebih dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak

terjadi masalah Heterokedastisitas pada model regresi.

4.2.2.4 Uji Autokorelasi

Uji Auto korelasi digunakan untuk mengetahui apakah sebuah model regresi

linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

penggangu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi berarti ada problem autokorelasi.

Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi menurut

Imam Ghozali (2005).

Patokan besaran DURBIN-WATSON:

d. Angka D-W dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif

e. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada gejala autokorelasi

f. Angka D-W diatas +2 berarti ada korelasi negatif

55

Tabel 4.5

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,410a ,168 ,101 8,81091 1,310

a. Predictors: (Constant), PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN

b. Dependent Variable: ROA

Sumber : SPSS 20

Dari data tabel di atas nilai dari Durbin-Watson= 1,310, nilai ini berada

diantara -2 dan +2 dengan ketentuan tidak terjadi autokorelasi dalam data ini.

4.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya

pengaruh antara variabel independen (perputaran persediaan dan perputaran

piutang) terhadap variabel dependen (ROA). Untuk menguji hipotesis peneliti

mengunakan analisi regresi berganda dikarenakan terdapat dua variabel bebas.

Tabel 4.6

Hasil Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standar

dized

Coefficie

nts

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 10,576 4,786 2,210 ,037

PERPUTARAN PERSEDIAAN -1,794 ,839 -,421 -2,138 ,042 ,858 1,165

PERPUTARAN PIUTANG ,303 ,211 ,283 1,440 ,162 ,858 1,165

a. Dependent Variable: ROA

Sumber: SPSS 20

56

Berdasarkan hasil pengujian dengan metode regresi linier berganda, maka

dapat disusun sebuah persamaan sebagai berikut:

Y= a + b1X1 + b2X2 + e

ROA = 10,576 – 1,794 Perputaran Persediaan + 0,303 Perputaran Piutang

Berdasarkan persamaan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Konstanta sebesar 10,576 menunjukan apabila tidak ada valiabel

independen(X=0) maka tingkat profitabilitas sebesar 10,576.

2. Pada baris perputaran persediaan menunjukan nilai b sebesar -1,794 yang

menunjukan, jika terjadi kenaikan pada perputaran persediaan dan variabel

yang lain diangap konstan maka akan terjadi penurunan profitabilitas

sebesar -1,794.

3. Pada baris perputaran piutang menunjukan nilai t sebesar 0,303 yang

menunjukan jika terjadi kenaikan pada perputaran piutang dan variabel

yang lain diangap konstan maka akan terjadi kenaikan profitabilitas

sebesar 0,303.

4.2.4 Pengujian Hipotesis

4.2.4.1 Hasil Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (perputaran

persediaan dan perputaran piutang) dan variabel terikat (ROA) secara parsial. Dan

berdasarkan pengujiaan mengunakan SPSS 20 diperoleh hasil sebagai berikut:

57

Tabel 4.7

Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 10,576 4,786 2,210 ,037

PERPUTARAN PERSEDIAAN -1,794 ,839 -,421 -2,138 ,042

PERPUTARAN PIUTANG ,303 ,211 ,283 1,440 ,162

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : SPSS 20

Berdasarkan pengujian statistik t pada tabel diatas maka dapat dijelaskan

sebgai berikut:

1. Nilai signifikasi perputaran persediaan sebesar 0,042 yang nilainya lebih

kecil dari nilai 0.05 menunjukan bahwa perputaran persediaan

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA, sedangkan nilai t

sebesar -2,138 menunjukan arah hubungan dari perputaran persediaan

dengan ROA yang berlawanan.

2. Nilai signifikansi perputaran piutang sebesar 0,162 yang nilainya lebih

besar dari nilai 0.05 menunjukan bahwa perputaran piutang mempunyai

pengaruh yang tidak signifikan terhadap ROA, sedangkan nilai t sebesar

1,440 menunjukan arah hubungan dari perputaran piutang dengan ROA

yang searah.

58

4.2.4.2 Hasil Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (perputaran

persediaan dan perputaran piutang) dan terikat (ROA) secara simultan atau

bersama-sama. Berdasarkan pengujiaan mengunakan SPSS 20 diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 4.8

Uji F

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 391,299 2 195,649 2,520 ,101b

Residual 1940,805 25 77,632

Total 2332,103 27

a. Dependent Variable: ROA

b. Predictors: (Constant), PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN

Sumber: SPSS 20

Berdasarkan data tabel diatas nilai signifikansi dari perputaran piutang dan

perputaran persediaan adalan sebesar 0,101, yang nilai ini lebih besar dari nilai

0.05 yang berarti perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan

tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA

4.2.4.3 Hasil Uji Determinasi R2

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui prosentase

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Dari sini akan

diketahui seberapa besar variabel independen akan mampu menjelaskan variabel

dependennya, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.

Berdasarkan pengujiaan mengunakan SPSS 20 diperoleh hasil sebagai berikut:

59

Tabel 4.9

Uji Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,410a ,168 ,101 8,81091 1,310

a. Predictors: (Constant), PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN

b. Dependent Variable: ROA

Sumber: SPSS 20

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa nilai adjusted R square adalah

sebesar 0,101. Hal ini menunjukan 10,1 % variabel ROA dapat dijelaskan oleh

kedua variabel independen perputaran persediaan dan perputaran piutang.

Sedangkan sisanya sebesar 89,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

termasuk dalam model regresi.

4.3 Interpretasi

4.3.1 Pengaruh Perputaran Persediaaan terhadap ROA

Dari hasil uji t terhadap variabel perputaran persediaan menunjukkan bahwa

variabel perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini

terbukti dengan ditunjukkannya pengaruh signfikan namun memiliki hubungan

yang berlawanan dimana nilai t = -2,138 dan sig = 0,042 (sig< 0,05). Dari

perhitngan diatas dapat dijelaskan jika terjadi kenaikan perputaran persediaan dan

variabel lain diangap konstan maka akan terjadi penurunan ROA sebesar -1,794.

Adanya pengaruh yang negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

perputaran persediaan maka akan menurunkan profitabilitas perusahaan. Hal ini

60

dikarenakan adanya investasi dalam persediaan yang terlalu besar dibandingkan

dengan kebutuhan sehingga akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya

penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian

karena kerusakan, turunnya kualitas, sehingga semuanya ini akan memperkecil

volume penjualan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan juga akan semakin

kecil. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Niken (2006) yang

menunjukkan bahwa perputaran persediaan berpengaruh negatif terhadap ROA.

H1 yang menyatakan bahwa Perputaran persediaan dan perputaran piutang

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas diterima. Sedangkan

Ho1 ditolak.

4.3.2 Pengaruh Perputaran Piutang terhadap ROA

Dari hasil uji t terhadap variabel perputaran piutang, menunjukkan bahwa

variabel perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hal ini

dibuktikan dengan nilai sig perputaran piutang pada uji t sebesar 0,162 yang

nilainya lebih besar dari niai 0,05. Hal ini disebapkan masih ada beberapa faktor

lain yang pengaruhnya lebih kuat terhadap ROA yang tidak diteliti dalam

penelitian ini, misalnya seperti perputaran arus kas, perputaran hutang dagang dan

lainnya. Namun perputaran piutang memiliki hubungan yang searah dengan ROA

yang ditunjukan nilai t dari perputaran piutang sebesar 1,440 yang memiliki nilai

positif Adanya pengaruh yang positif menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan

perputaran piutang maka akan menaikan profitabilitas perusahaan.

Hasil ini sesuai dengan pernyataan Riyanto (2001) menyatakan perputaran

piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana

61

semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan

mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas

perusahaan juga ikut meningkat.

H1 yang menyatakan bahwa Perputaran persediaan dan perputaran piutang

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas ditolak. Dan Ho1

diterima.

4.3.3 Pengaruh Perputaran Persediaan Dan Perputaran Piutang Terhadap

ROA

Berdasarkan hasil Uji F dapat diketahui bahwa secara bersama-sama

variabel independen memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap

variabel dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 2,520

dengan probabilitas ,101b. Oleh karena nilai probabilitas jauh lebih besar dari

tingkat signifikasi 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel perputaran

persediaan dan perputaran piutang secara bersama-sama tidak berpengaruh

signifikan terhadap ROA. Dengan penjelasan yang diterangkan diatas maka H2

yang menyatakan perputaran persediaan dan perputaran piutang secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap ROA ditolak. Dan Ho2 diterima

62

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

profitabilitas perusahaan kimia. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel

independen yang diuji hubungannya dengan profitabilitas. Variabel periode

perputaran persediaan dan periode perputaran piutang, mencerminkan rasio

aktivitas, sedangkan variabel ROA mewakili profitabilitas

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan kimia yang terdaftar di BEI

selama tahun 2009-2012. Sampel yang diperoleh diuji menggunakan uji deskriptif

uji normalitas, uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda. Kesimpulan yang

dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Berdasarkan hasil uji t, variabel periode perputaran persediaan memiliki

nilai t negatif namun berpengaruh signifikan terhadap ROA sedangkan

pada variabel perputaran piutang memiliki nilai positif namun tidak

signifikan terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan

periode perputaran persediaan,yang tinggi akan menghasilkan ROA yang

rendah. Sedangkan perusahaan dengan perputaran piutang yang tinggi

akan menghasilkan ROA yang tinggi

2. Variabel perputaran persediaan, perputaran piutang secara bersama-sama

(simultan) tidak berpengaruh terhadap variabel ROA.

62

63

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan yang menghambat

hasil penelitian agar sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Adapun keterbatasan

tersebut antara lain :

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya nilai adjusted R2 yang

relatif kecil, yaitu10,1%. Hal ini berarti bahwa variasi variabel dependen

dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen hanya sebesar 10,1%

sedangkan sisanya sebesar 89,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang

tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

2. Terbatasnya variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dan

apabila variabel lain yang belum digunakan dalam penelitian ini

ditambahkan, dapat mempengaruhi hasil penelitian ini.

3. Minimnya jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya

terdapat sebanyak 7 perusahaan dengan tahun penelitian 2009-2012.

5.3 Saran

Setelah mengkaji hasil penelitian ini maka implikasi manajerial yang dapat

penulis ajukan adalah sebagai berikut :

1. Kepada para manager agar dapat meningkatkan keuntungan, perusahaan

kimia sebaiknya mengurangi perputaran persediaan, sehingga tidak

menyebabkan penumpukan barang yang mengakibatkan penambahan

biaya. Dan meningkatkan perputaran piutang guna penambahan

keuntungan yang lebih.

64

2. Kepada peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini

kearah yang lebih luas karena keterbatasan variabel yang digunakan

dalam penelitian ini seperti penambahan variabel bebas maupun variabel

terbuka.

65

Daftar Pustaka

Damanik, Martinus. 2006. Analisis efektivitas pengelolaan kredit dan

pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan PT. Akari

indonesia cabang medan, Semarang.

Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty. 2005. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan

Aplikasi, Upp. Amp YPKN, Yogyakarta.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS,

Gema Pertama, Jakarta.

Hastuti, Niken. 2010. pengaruh periode perputaran persediaan, periode

perputaran hutang dagang, rasio lancar, leverage, pertumbuhan

penjualan dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan

manufaktur, UNDIP, Semarang.

Ikatan Akuntan Indonesia, (1994), Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,

Jakarta.

Jumingan, 2006. Analisis Laporan Keuangan, Cetakan Pertama, PT Bumi Aksara,

Jakarta.

Kasmir. 2008.Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Rajagrapindo Persada,

Jakarta.

Munawir. 2004. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-4, Liberty, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 2008. Dasar-dasar Pembelajaran Perusahaan, BPFE,

Yogyakarta.

66

Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (4th ed.), BPFE,

Yogyakarta.

Sawir, Agnes, 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan

Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Syamsuddin, Lukman, 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,

Bandung.

Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga

Pokok, BPFE, Yogyakarta.

67

Lampiran 1

Tabulasi perputaran piutang perputran persediaan dan ROA tahun 2009-2008

perusahaan tahun persediaan piutang ROA

PT. Barito Pacific Tbk 2009 7,083 15,825 6,920

2010 8,281 15,692 0,820

2011 8,049 17,442 -2,750

2012 8,063 15,963 -5,822

PT. Budi Acid Jaya Tbk 2009 7,507 23,452 11,160

2010 8,200 22,579 3,650

2011 6,428 24,078 4,240

2012 6,083 21,604 0,159

PT. Ekhadarma International Tbk 2009 4,819 9,461 13,900

2010 3,727 9,185 16,470

2011 3,837 9,070 14,820

2012 3,681 8,438 17,972

PT. Intan Wijaya International Tbk 2009 6,455 1,283 -6,040

2010 8,090 1,286 -16,060

2011 6,156 2,184 -14,070

2012 5,149 4,469 3,359

PT. Indo Acitama Tbk 2009 2,008 5,122 8,820

2010 1,697 4,744 3,900

2011 2,102 4,372 9,360

2012 2,008 4,488 4,219

PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk 2009 8,427 13,114 23,090

2010 6,648 15,305 15,120

2011 3,595 10,249 6,640

2012 8,126 17,667 -5,176

PT. Unggul Indah Cahaya Tbk 2009 3,514 22,412 1,960

2010 5,677 26,470 1,770

2011 5,723 29,775 12,540

2012 5,276 27,718 0,842

68

Lampiran 2

Output uji asumsi klasik

Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PERPUTARAN

PERSEDIAAN 28 1,70 8,43 5,5860 2,18035

PERPUTARAN PIUTANG 28 1,28 29,78 13,6945 8,68253

ROA 28 -16,06 23,09 4,7076 9,29377

Valid N (listwise) 28

Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PERPUTARAN

PERSEDIAAN

PERPUTARAN

PIUTANG

ROA

N 28 28 28

Normal Parametersa,b

Mean 5,5860 13,6945 4,7076

Std. Deviation 2,18035 8,68253 9,29377

Most Extreme Differences

Absolute ,121 ,124 ,098

Positive ,110 ,124 ,091

Negative -,121 -,105 -,098

Kolmogorov-Smirnov Z ,639 ,656 ,518

Asymp. Sig. (2-tailed) ,809 ,783 ,951

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1

PERPUTARAN

PERSEDIAAN ,858 1,165

PERPUTARAN PIUTANG ,858 1,165

a. Dependent Variable: ROA

69

Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standar

dized

Coefficie

nts

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 4,131 2,792 1,480 ,151

PERPUTARAN

PERSEDIAAN ,755 ,490 ,317 1,542 ,136

PERPUTARAN PIUTANG -,129 ,123 -,216 -1,053 ,302

a. Dependent Variable: ABS_RES

Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,410a ,168 ,101 8,81091 1,310

a. Predictors: (Constant), PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN

b. Dependent Variable: ROA

Lampiran 3

70

Lampiran 4

Output regresi linier berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standar

dized

Coefficie

nts

T Sig. Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1

(Constant) 10,576 4,786 2,210 ,037

PERPUTARAN PERSEDIAAN -1,794 ,839 -,421 -2,138 ,042 ,858 1,165

PERPUTARAN PIUTANG ,303 ,211 ,283 1,440 ,162 ,858 1,165

a. Dependent Variable: ROA

Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 10,576 4,786 2,210 ,037

PERPUTARAN PERSEDIAAN -1,794 ,839 -,421 -2,138 ,042

PERPUTARAN PIUTANG ,303 ,211 ,283 1,440 ,162

a. Dependent Variable: ROA

Uji f

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 391,299 2 195,649 2,520 ,101b

Residual 1940,805 25 77,632

Total 2332,103 27

a. Dependent Variable: ROA

b. Predictors: (Constant), PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN

71

Uji R2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-Watson

1 ,410a ,168 ,101 8,81091 1,310

a. Predictors: (Constant), PERPUTARAN PIUTANG, PERPUTARAN PERSEDIAAN

b. Dependent Variable: ROA

Lampiran 5

72

73