bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalah i.pdfperkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kedudukan tenaga kerja dewasa ini sangat penting artinya bagi
pembangunan bangsa Indonesia, yang pada dasarnya sudah diberikan dasar oleh
pendahulu / pendiri bangsa Indonesia sendiri yang tertuang pada Undang–Undang
Dasar Republik Indonesia 1945 (selanjutnya disingkat UUD 1945) yang
dicantumkan pada pasal 27 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Setiap warga
Negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi
kemanusiaan”.
Pekerjaan memiliki makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia
karena pekerjaan tersebut sebagai sumber penghasilan sesesorang untuk
memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu hak –
hak atas pekerjaan merupakan hak asasi yang melekat pada diri seseorang yang
wajib dihormati dan tidak dapat diabaikan hak-haknya oleh pemberi kerja.
Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang begitu cepat
telah membawa banyak perubahan di berbagai sektor, sehingga menimbulkan
persaingan usaha yang begitu ketat disemua sektor usaha. Kondisi yang sangat
kompetitif ini menuntut dunia usaha untuk menyesuaikan dirinya dengan tuntutan
pasar yang memerlukan respon yang cepat dan fleksibel dalam meningkatkan
pelayanan terhadap pelanggan.
1
2
Dalam iklim persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan berusaha
untuk melakukan efisiensi biaya produksi (cost of production). Salah satu
solusinya adalah dengan menerapkan sistem outsourcing, Sistem adalah suatu
kesatuan peraturan-peraturan yang terdiri atas bagian-bagian yang mempunyai
kaitan satu sama lain, yang tersusun sedemikian rupa menurut asas-asasnya,
dimana berfungsi untuk mencapai tujuan. Masing-masing bagian tidak berdiri
sendiri, tetapi saling terikat.1 Arti pentingnya yaitu setiap bagian terletak pada
ikatan sistem, dalam kesatuan dan hubungannya yang sistematis dengan
peraturan-peraturan lainnya. dimana dengan sistem ini perusahaan dapat
menghemat pengeluaran dalam membiayai sumber daya manusia (SDM) yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.2
Outsourcing diartikan sebagai pemindahan atau pendelegasian beberapa
proses bisnis kepada suatu badan penyedia jasa, dimana badan penyedia jasa
tersebut melakukan proses administrasi dan manajemen berdasarkan definisi serta
kriteria yang telah disepakati oleh para pihak.3
Outsourcing harus dipandang secara jangka panjang, mulai dari
pengembangan karir karyawan, efisiensi dalam bidang tenaga kerja, benefit dan
lainnya. Perusahaan dapat fokus pada kompetensi utamanya dalam bisnis
sehingga dapat berkompetensi dalam pasar, dimana hal-hal intern perusahaan
1 R. Soeroso, 2002, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.270.
2Adrian Sutedi, 2009, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, h.217.
3Candra Soewondo, 2003, Outsourcing Implementasinya Di Indonesia, PT. Elek Media
Kompetindo, Jakarta, h.2.
3
yang bersifat penunjang (supporting) dialihkan kepada pihak lain yang lebih
professional.4
Outsourcing dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia diartikan sebagai
pemborong pekerjaan dan penyedia jasa pekerja/buruh. Pengaturan tenaga kerja
outsourcing di Indonesia diatur dalam: Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UUK) Pasal 64, Pasal 65, dan Pasal
66 dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagai Pelaksanaan
Pekerjaan Kepada Perusahaan lain.
Pengertian outsourcing tidak diatur secara khusus dalam UUK, namun
pengertian outsourcing ditemukan dalam Pasal 64 UUK yang berbunyi
“Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa
pekerja/buruh yang dibuat secara tertulis”. Ketentuan tersebut kemudian dijadikan
dasar hukum diberlakukannya outsourcing di Indonesia.
Dalam UUK, outsourcing dibagi menjadi dua bagian yaitu pemborong
pekerjaan dan penyediaan jasa pekerja/buruh. Namun didalam draft revisi UUK,
pemborong pekerjaan dihapuskan karena lebih condong kearah subcontracting
pekerjaan dibandingkan dengan tenaga kerja.5
Berdasarkan Pasal 1601 b Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata), outsourcing disamakan dengan perjanjian pemborongan, oleh
4Amelia Silvanny, 2009, Aspek Hukum Terhadap Perusahaan Outsourcing Dalam
Pemberian Upah Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, Tesis Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan, h.7.
5Iman Sjahputra, 2009, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan, Harvarindo, Jakarta,h.2.
4
karena itu perjanjian outsourcing harus dilakukan secara tertulis yang memuat
butir-butir kesepakatan antara pemberi pekerjaan dengan penerima pekerjaan
secara menyeluruh atas pekerjaan yang menjadi objek kerjasama.
Pemberian upah dalam perusahaan outsourcing yang diatur dalam UUK
wajib dilakukan oleh pengusaha sejak ditandatanganinya perjanjian kerja sampai
dengan berakhirnya perjanjian kerja secara sah. Untuk sistem pengupahan
outsourcing diberikan melalui perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh
outsourcing bukan melalui perusahaan pemberi pekerjaan. Di dalam pasal 1 angka
30 UUK dapat dilihat mengenai pengertian upah :
“upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/
atau jasa yang telah atau akan dilakukan”.
Upah memiliki peranan yang sangat penting dan utama bagi para
pekerja/buruh.Karena upah dapat mensejahterakan kehidupannya dengan baik.
Para pekerja/buruh bekerja semata-mata hanya untuk mendapatkan upah yang
akan dipergunakan untuk memenuhi dan mensejahterakan kehidupan para pekerja
dengan lebih baik. Baik pekerja outsourcing maupun pekerja tetap mempunyai
hak dan kewajiban yang sama, terutama dalam hal pemberian upah yang
dilakukan oleh pihak pengusaha atau harus sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang. Upah minimum ditetpakan oleh Gubernur Bali Nomor 65 Tahun 2013
Tentang Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi dan/atau Bupati/Walikota.
5
Dalam pelaksanaanya, masih banyaknya permasalahan-permasalahan yang
cukup bervariasi terkait ketenagakerjaan khususnya mengenai outsourcing.Hal ini
dikarenakan banyaknya perusahaan-perusahaan pengguna outsourcing dalam
dunia usaha di Indonesia.Kondisi perburuhan di Indoensia sangat memperhatinkan
dan tidak adanya kepastian sehingga para buruh dapat terancam di Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK).
Selain itu, dalam pelaksanaan sistem pengupahan outsourcing juga masih
memungkinkan timbulnya permasalahan-permasalahan yaitu PHK tanpa
pesangon, upah dibawah Upah Minimum Regional (UMR), Tunjungan tidak
diberikan, Pemotongan upah dikarenakan sakit, izin karena keperluan keluarga
seperti menikah, dan sebagainya.
Besar upah yang diberikan oleh pengusaha tidak sesuai dengan tenaga dan
pikiran yang telah dikeluarkan oleh para pekerja. Hal tersebut menyebabkan para
pekerja melakukan demo besar-besaran untuk menuntut kenaikan upah minimum
yang di nilai rendah. Bank CIMB NIAGA di Denpasar merupakan perusahaan
pengguna jasa pekerja/buruh outsourcing yang terdiri dari 95 tenaga kerja
outsourcing yaitu pekerja laki-laki 60 orang dan pekerja wanita 35 orang. Dengan
demikian permasalahan disini adalah bagaiamana sistem pemberian upah bagi
pekerja outsourcing di Bank CIMB NIAGA di Denpasar.
Dan berdasarkan ketentuan Pasal 88 ayat (3) UUK, perlindungan
terhadap upah pekerja/buruh meliputi:
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
6
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan;
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar
pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya.
Maka berdasarkan fakta &latar belakang diatas penulis tertarik
mengangkat permasalahan ini dengan judul “Sistem Pengupahan Pekerja
Outsourcing Pada Bank CIMB NIAGA Di Denpasar”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat ditarik suatu
rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana sistem pemberian upah bagi pekerja outsourcing pada Bank
CIMB NIAGA di Denpasar?
2. Faktor apa yang mempengaruhi sistem pengupahan pekerja outsourcing
pada Bank CIMB NIAGA di Denpasar?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Dalam karangan ilmiah perlu ditentukan secara tegas tentang ruang
lingkup materi yang akan diuraikan. Hal tersebut tentunya untuk mencegah agar
materi atau isi uraiannya tidak menyimpang dari pokok permasalahan.Demikian
pula halnya dalam pembahasan masalah skripsi ini, maka penekanannya lebih
pada masalah sistem pengupahan pekerja outsourcing pada Bank CIMB NIAGA
di Denpasar.
7
Pada permasalahan pertama bagaimana bentuk pemberian upah pekerja
outsourcing pada Bank CIMB NIAGA di Denpasar. Ruang lingkup
permasalahannya meliputi, Gambaran umum Bank CIMB NIAGA di Denpasar,
bentuk perjanjian antara Bank CIMB NIAGA di Denpasar dengan pekerja
outsourcing dan sistem pemberian upah dari Bank CIMB NIAGA di Denpasar
kepada para pekerja. Selanjutnya pada permasalah kedua apa yang faktor apa
yang mempengaruhi bentuk pengupahan pekerja outsourcing di Bank CIMB
NIAGA di Denpasar. Ruang lingkup permasalahannya meliputi faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi pembayaran upah yang layak bagi pekerja outsourcing.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Dalam tulisan ini, penulis menggunakan 3 (tiga) skripsi ilmu hukum
terdahulu melalui penelusuran di Ruang Koleksi Skripsi Fakultas Hukum
Universitas Udayana, Ruang Koleksi Skripsi Fakultas Hukum Undiknas, dan
Ruang Koleksi Skripsi Fakultas Hukum Warmadewa dimana hal itu dimaksudkan
sebagai referensi penulisan dan untuk menghindari terjadinya plagiasi serta
menyatakan bahwa tulisan ini memang hasil karya dan pemikiran penulis sendiri,
adapun skripsi yang penulis maksud adalah :
No Judul Penulis Rumusan Masalah
1 Pelaksanaan
Perlindungan Hukum
Terhadap Tenaga Kerja
Outsourcing PT. INDAH
Evi
Rosmanasari
1. Bagaimanakah
Pelaksanaan
Perlindungan
Hukum Terhadap
8
KARYA NUANSA
INDONESIA (PT.
INKANINDO) Di PT.
PERTAMINA
(PERSERO)
Tenaga Kerja
Outsourcing PT
INKANINDO
yang bekerja di
PT.
PERTAMINA
(persero)
2. Hambatan-
hambatan apa
yang dihadapi PT.
INKANINDO
sebagai penyedia
Tenaga Kerja
Outsourcing
dalam
memberikan
perlindungan
terhadap tenaga
kerjanya?
3. Upaya-Upaya apa
yang dilakukan
untuk menghadapi
hambatan-
9
hambatan dalam
memberikan
perlindungan
tersebut?
2 Peranan Serikat
Pekerja Nasional
(SPN) DPC Kota
Semarang dalam
Memperjuangkan
Hak-hak Tenaga
Kerja Outsourcing di
Kota Semarang
Pasca Keluarnya
Putusan MK Nomor
27/PUU-IX/2011
David Bayu
Narendra
1. Apa sajakah
regulasi terkait
dengan
Outsourcing dan
serikat pekerja?
2. Bagaimana
penerapan
Putusan MK
Nomor 27/PUU-
IX/2011 terhadap
pelaksanaan
Outsourcing di
Kota Semarang?
3. Bagaimana
Peranan Serikat
Pekerja Nasional
(SPN) DPC Kota
Semarang dan
kendala yang
10
dihadapi dalam
membantu
memperjuangkan
hak-hak tenaga
kerja Outsourcing
di Kota Semarang
pasca keluarnya
Putusan MK
Nomor 27/PUU-
IX/2011
3 Aspek Hukum Terhadap
Perusahaan Outsourcing
Dalam Pemberian Upah
Dikaitkan Dengan
Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 dan Upah
Minimum Provinsi
Denpasar Timur
Amelia Silvanny 1. Bagaimana
pengaturan
outsourcing dalam
UU No. 13 Tahun
2003?
2. Bagaimana sistem
pemberian upah
dari perusahaan
outsourcing
kepada para
pekerja?
3. Bagaimana
bentuk perjanjian
11
antara perusahaan
outsourcing
dengan tenaga
kerja?
4. Bagaiamana
penyelesain kasus
jika terjadi
sengketa antara
perusahaan
outsourcing
dengan tenaga
kerja?
1.5 Tujuan Penelitian
Setiap Karya tulis tentunya mempunyai tujuan baik dilihat dari aspek
teoritis maupun aspek praktis. Maka yang menjadi tujuannya adalah sebagai
berikut:
1.5.1 Tujuan umum
1. Untuk mengetahui sistem pemberian upah bagi pekerja outsourcing
pada Bank CIMB NIAGA di Denpasar
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sistem pengupahan
pekerja outsourcing pada Bank CIMB NIAGA di Denpasar
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk lebih memahami bentuk pemberian upah bagi pekerja
outsourcing pada Bank CIMB NIAGA di Denpasar
12
2. Untuk lebih memahami faktor dasar untuk membayarkan upah yang
layak bagi pekerja outsourcing pada Bank CIMB NIAGA di Denpasar
1.6 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
maupun praktis yaitu :
1.6.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan refrensi dan sebagai
sumbangan pemikiran informasi bagi pengembangan ilmu hukum
khususnya yang berhubungan dengan bidang hukum ketenagakerjaan
dalam hal pengupahan.
1.6.2 Manfaat praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat sebagai pedoman bagi mahasiswa,
pemerintah, praktisi maupun perusahaan yang terkait khususnya Bank
CIMB NIAGA di Denpasar agar dapat melakukan pelaksanaan sistem
pengupahan pekerja outsourcing dengan baik dan dapat menyelesaikan
masalah sejenis, serta dapat menerapkan sistem pengupahan yang sesuai
dengan pengaturan peraturan perundang-undangan di Indonesia.
1.7 Landasan Teoritis
Landasan Teoritis yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan teori-
teori dasar yang relevan dengan masalah hukum dan asas-asas yang berhubungan
dengan penelitian ini. Asas yang dimaksudkan antara lain berupa asas-asas yang
13
tercantum dalam: pengertian pengupahan, pengertian pekerja, pengertian
outsourcing dan pengertian perjanjian kerja yang dapat di jelaskan sebagai
berikut:
1.7.1 Pekerja
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang no. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah “Setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain”.
Sedangkan pengertian pengusaha dalam Undang-Undang No. 13 Tahun
2003 dijelaskan dalam Pasal 1 angka 5 yaitu6 :
a. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri;
b. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan
perusahaan bukan miliknya;
c. Orang perorangan, persekutuan atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan-perusahaan sebagaimana tersebut
dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luar negri.
Dari pengertian pekerja tersebut jelaslah bahwa tenaga kerja yang sudah
bekerja yang dapat disebut pekerja/buruh. Istilah pekerja/buruh yang
sekarang disandingkan muncul karena dalam undang-undang yang lahir
sebelumnya yakni Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Buruh/Pekerja menyandingkan kedua istilah tersebut. Munculnya istilah
6Lalu Husni, 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Ed. Revisi, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, Selanjutnya disebut Lalu Husni I, h.31.
14
buruh/pekerja yang disejajarkan disebabkan selama ini pemerintah
menghendaki agar istilah buruh selaun berkonotasi pekerja kasar juga
menggambarkan kelompok yang selalu berlawanan dengan pihak majikan.
Karena itulah pada Orde Baru istilah Serikat Buruh diganti dengan istilah
Serikat Pekerja.7
1.7.2 Pengupahan
Pengertian "UPAH" dalam UU 13/2003 Pasal 1 angka (30) :
Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam
bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha8 atau 9pemberi kerja kepada
pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian
kerja, kesepakatan, atau peraturan perundangundangan, termasuk
tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah10 :
1. Tingkat Persaingan
2. Biaya Keperluan Hidup
3. Peraturan UU tentang UMR
4. Perbedaan jenis pekerjaan
5. Produktifitas marginal
7 Lalu Husni I Ibid, h.32-33.
8 Lalu Husni, 2012, Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta. Selanjutnya disebut Lalu Husni II, h.92.
9 Lalu Husni II Ibid
10 Lalu Husni II Ibid
15
Syarat dan tujuan pemberian upah:
Syarat dalam pemberian upah adalah mampu memberikan kepuasaan
kepada pekerja artinya mampu memberikan upah yang sebanding dengan
perusahaan yang sama, adil, dan menyadari fakta bahwa setiap orang
memiliki perbedaan akan kebutuhan. Sedangkan tujuan dalam pemberian
upah adalah untuk memacu ketertarikan para tenaga kerja yang berbakat
untuk masuk keperusahaan. Meningkatkan loyalitas dan mempertahankan
karyawan yang berbakat serta memberikan motivasi kepada karyawan.
Sistem upah di Indonesia: 11
Sistem pemberian upah di indonesia dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sistem upah menurut waktu
Sistem ini pembayaran upahnya berdasarkan waktu waktu kerja
pekerja misalnya ditentukan perjam, perhari, perminggu atau
perbulan.
2. Sistem upah borongan
Sistem ini berdasarkan balas jasa atas suatu pekerjaan yang
dipaketkan/ siborongkan. Keuntungan sistem ini pekerja mengetahu
dengan pasti jumlah upah yang diterima, majikan jidak perlu
berhubungan lansung dengan pekerja.
3. Sistem Co-Partnership
11 Djuamaidi, 2008, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, h.13.
16
Sistem ini memberikan upah kepada pekerjanya berupa saham atau
obligasi perusahaan. Dengan saham atau obligasi tersebut, para
pekerja merasa memiliki sendiri perusahaan tersebut
4. Sistem upah premi
Sistem pemberuian upah berdasrkan prestasi ditambah premi
Contoh : Jika sebadu menyelesaikan 200 potong kain dalam satu jam,
dibayar Rp 5000 dan jika dapat kelebihan dari 200 potong kain maka
diberikan premi misalnya prestasi kerjanya 210 potong perjam maka
5000 ditambah (10/200 x Rp 5000) = Rp 5250
5. Sistem upah berkala
Upah ditentukan berdasarkan tinmgkat kemajuan atau kemunduran
hasil penjualan. Jika penjualan meningkat maka upah juga meningkat
dan begitu sebaliknya.
6. Sistem bonus
Selain upah tetap , pekerja mendapatkan ubah tambahan sebagai
partisipasi dalam meajukan perusahaan. Biasany upah tambhan ini
dilakukan akhir tahun setelah tutup buku.12
1.7.3 Outsourcing
Dalam bidang ketenagakerjaan, outsourcing diartikan sebagai pemanfaatan
tenaga kerja untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh
suatu perusahaan, melalui perusahaan penyedia/pengerah tenaga kerja.13
Ini berarti ada perusahaan yang secara khusus melatih/mempersiapkan
12 Ibid, h.23.24.
13 A. Ridwan Halim, 1985, Hukum Perburuhan Dalam Tanya Jawab, Ghalia Indonesia,
Jakarta, h.85.
17
menyediakan, mempekerjakan tenaga kerja untuk kepentiangan perushaan
lain. Perusahaan inilah yang mempunyai hubungan kerja secara langsung
dengan buruh/pekerja yang dipekerjakan dalam bidang manajemen,
outsourcing diberikan pengertian pendelegasian operasi dan manajemen
harian suatu proses bisnis pada pihak luar (perusahaan penyedia jasa
outsourcing). Outsourcing awalnya merupakan istilah dalam dunia bisnis
untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja suatu perusahaan dengan
mendatangkan dari luar perusahaan.14 Outsourcing merupakan bisnis
kemitraan dengan tujuan memperoleh keuntungan bersama, membuka
peluang bagi berdirinya perusahaan-perusahaan baru dibidang jasa
penyedia tenaga kerja, serta efisiensi bagi dunia usaha. Pengusaha tidak
perlu disibukkan dengan urusan yang tidak terlalu penting yang banyak
memakan waktu dan pikiran karena hal tersebut bisa diserahkan kepada
perusahaan yang khusus bergerak di bidang itu. Sumber hukum
Outsourcing adalah KUHPerdata dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
1.7.4 Perjanjian Kerja
Perjanjian kerja yang dalam bahasa Belanda disebutkan
Arbeidsoverenkoms, mempunyai beberapa pengertian. Pasal 1601 a
KUHPerdata memberikan pengertian sebagai berikut:
14 Ibid, h.86.
18
“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (si buruh),
mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak lain, si majikan untuk
suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah”15
Undang-Undang no. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1
angka 14 memberikan pengertian yakni16 :
“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja buruh dan
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan
kewajiban kedua belah pihak.”
Menyimak pengertian perjanjian kerja menurut KUHPerdata seperti
tersebut di atas tampak bahwa ciri khas perjanjian kerja adalah “di bawah
perintah pihak lain,” di bawah perintah ini menunjukkan bahwa hubungan
antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan bawahan dan atasan
(subordinasi). Pengusaha sebagai pihak yang lebih tinggi secara sosial-
ekonomi memberikan perintah kepada pihak pekerja/buruh yang sosial-
ekonomi mempunyai kedudukan yang lebih rendah untuk melakukan
pekerjaan tertentu. Adanya wewenang perintah inilah yang membedakan
antara perjanjian kerja dengan perjanjian lainnya17
Sedangkan pengertian perjanjian kerja menurut Undang-Undang No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sifatnya lebih umum. Dikatakan
lebih umum karena menunjuk pada hubungan antara pekerja dan
pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para
pihak. Syarat kerja berkaitan dengan pengakuan terhadap serikat pekerja,
15 Ibid.
16 Lalu Husni II, op.cit, h.92.
17 A. Ridwan Halim, op.cit, h.86.
19
sedangkan hak & kewajiban para pihak seperti, waktu kerja, jaminan
sosial, keselamatan dan kesehatan kerja, upah, dan lainnya.18
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan, maka jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris. Sering
pula disebut dengan penelitian lapangan atau penelitian hukum empiris
yang mengkaji pelaksanaan dan implementasi ketentuan perundang-
undangan di lapangan.19 Penelitian ini digunakan untuk mengetahui sistem
pengupahan pekerja outsourcing pada Bank CIMB NIAGA Di Denpasar.
1.8.2 Sifat Penelitian
Penelitian dalam kaitannya dengan penulisan usulan penelitian ini bersifat
deskriptif, yaitu penelitian yang berupaya untuk menggambarkan secara
tepat mengenai sifat-sifat individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu,
atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, dan atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala, dengan gejala lain
dalam masyarakat.20
1.8.3 Data dan Sumber Data
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari :
18 Lalu Husni II, loc.cit. 19Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, h.54. 20 Amirudin, Zainal Asikin, 2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, h.25.
20
1.8.3.1 Data Primer atau data dasar yaitu data yang diperoleh langsung
dari lokasi penelitian melalui wawancara dengan pihak-pihak
yang terkait langsung.
1.8.3.2 Data Sekunder (secondary data) yaitu data yang diperoleh
peneliti dari penelitian kepustakaan/ library research, yaitu
dari berbagai macam sumber bahan hukum yang dapat
diklasifikasikan atas 3(tiga) jenis, yaitu :
a. Bahan-Bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan
seperti UUD 1945, KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan.
b. Bahan-bahan hukum sekunder berupa bahan-bahan yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari buku-buku
dan artikel-artikel hasil penelitian dibidang hukum ketenagakerjaan
yang berkaitan dengan pembahasan tersebut diatas.
c. Bahan hukum tersier berupa bahan-bahan hukum yang dapat
memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer
maupun hukum sekunder seperti berasal dari kampus dan sebagainya.
1.8.4 Teknik pengumpulan data
1.8.4.1 Teknik Studi dokumen
Merupakan data yang dilakukan dengan mengumpulan bahan-bahan
pustaka seperti dokumen-dokumen hukum maupun peraturan
perundang-undangan yang ada kaitannya dengan pengupahan.
21
1.8.4.2 Teknik Wawancara (interview)
Penelitian lapangan yang dilakukan dengan wawancara, adapun
wawancara merupakan suatu cara untuk memperoleh informasi dengan
bertanya langsung pada yang diwawancarai/respond dan informaso, untuk
memperoleh data yang otentik tentang gambaran pengupahan karyawan
outsourcing.
1.8.5 Teknik penentuan informan penelitian
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Probability
Sampling dimana teknik pengambilan tidak memberikan peluang atau
kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. Pada penelitian ini, teknik penentuan informan yang
digunakan adalah Purposive, yaitu penentuan informan dengan
pertimbangan tertentu dimana informan atau narasumber telah ditentukan
sebelumnya. Sedangkan untuk informan pekerja outsourcing digunakan
bentuk Acciedental sampling, yang merupakan teknik penentuan informan
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai informan, bila dipandang
orang yang kebetulan ditemui cocok atau memenuhi syarat sebagai sumber
data.21
1.8.6 Teknik Pengelolaan dan analisis data
Terhadap data yang sudah terkumpul, baik data lapangan maupun
kepustakaan selanjutnya data tersebut diolah secara deskriptif yaitu dengan
21Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Pendidikan, Alfabeta, Bandung, h.124.