bab i pendahuluan 1.1 latar belakangi (1).pdf · semakin rendah derajat kesehatan dari masyarakat...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta untuk membangun
masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur merupakan hakikat
pembangunan nasional yang dilaksanakan berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2000 tentang program
pembangunan nasional yang didalamnya tercantum Visi Indonesia sehat 2015.
Salah satu misi pembangunan kesehatan 2015 yaitu memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau (Depkes RI,
2008). Menurut Soleha (2009), Pembangunan di bidang kesehatan perlu
dilaksanakan dan terus ditingkatkan sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional, karena pada dasarnya pembangunan nasional di bidang kesehatan
berkaitan erat dengan peningkatan mutu sumber daya manusia yang merupakan
modal dasar dalam melaksanakan pembangunan. Salah satu indikator yang dapat
menentukan keberhasilan pembangunan di sektor kesehatan masyarakat suatu
bangsa dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi.
Morbiditas (kesakitan), merupakan salah satu indikator yang digunakan
untuk mengukur derajat kesehatan penduduk selain mortalitas/angka kematian
serta umur harapan hidup dari penduduk. Semakin tinggi angka morbiditas, berarti
tingkat kesehatan penduduk semakin buruk. Sebaliknya semakin rendah angka
morbiditas (kesakitan) menunjukkan tingkat kesehatan penduduk yang semakin
baik. Semakin banyak penduduk yang mengalami keluhan kesehatan berarti
2
semakin rendah derajat kesehatan dari masyarakat bersangkutan. Adapun berbagai
macam penyakit mengancam masyarakat yang timbul sebagai akibat lemahnya
daya resistensi antara lain malaria, tuberkulosis, penyakit mata, kwasioskor, dan
penyakit lainnya. Kondisi kesakitan menyebabkan usia harapan hidup penduduk
pendek dan tingkat kematian penduduk juga tinggi .
Angka Morbiditas merupakan angka yang menunjukan tingkat kesakitan
akibat gangguan struktur maupun fungsi tubuh seseorang yang merupakan derajat
sakit, cedera maupun gangguan pada populasi yang merupakan penyimpangan
dari status sehat atau kesejahteraan suatu masyarakat. Angka Morbiditas
merupakan indikator yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat kesehatan
masyarakat umum yang dilihat dari persentase penduduk dengan keluhan
kesehatan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu. Adapun keluhan
kesehatan yang sering dialami penduduk antara lain panas, sakit kepala, batuk,
pilek, diare, asma/sesak nafas, sakit gigi sedangkan bagi masyarakat yang
menderita penyakit kronis dianggap memiliki keluhan kesehatan walaupun pada
waktu survei (satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya.
World Health Organisation (WHO) sudah menetapkan tiga ukuran utama dari
angka morbiditas yakni jumlah orang sakit, lamanyanya sakit, perode sakit. Pada
Tahun 2013 Angka Morbiditas di Provinsi Bali masih sangat tinggi, jauh diatas
nasional yang sebesar 13,46 persen sedangkan Provinsi Bali sudah mencapai
20,43 persen, menduduki posisi ke 2 setelah Nusa Tenggara Timur. Hal ini dapat
dilihat pada Grafik 1.1.
3
Grafik 1.1
Posisi Relatif Angka Morbiditas Nasional
Tahun 2013 (%)
Sumber : BPS Jakarta, 2015 (diolah).
Posisi angka morbiditas Provinsi Bali jika dibandingkan dengan provinsi
lain yang tinggi serta angka yang mengalami posisi nomor 2 tentunya sangat
dipengaruhi oleh banyak hal mulai dari faktor kebiasaan masyarakat, faktor
pendidikan dari kepala keluarga, faktor lingkungan, dan tingkat kemiskinan.
Meningkatnya angka morbiditas juga sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
kesehatan lingkungan yang pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya
status kesehatan yang optimum. Ruang lingkup lingkungan yang paling dekat
dengan kegiatan manusia adalah rumah, dimana rumah sebagai tempat tinggal dan
segala aktifitas manusia. Ketika masyarakat dalam kondisi kesehatan tidak fit dan
sakit maka masyarakat tidak bisa menjalankan kehidupan dan bekerja, sehingga
penurunan kemiskinan melambat.
4
Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang sangat mendasar dan
diperlukan langkah – langkah yang sistematis, terpadu, menyeluruh dan
terkoordinasi baik itu dari sektor pemerintah, masyarakat maupun swasta dalam
menuntaskannya sehingga tujuan pembangunan nasional serta misi dari Indonesia
dapat tercapai. Langkah langkah tersebut tertuang dalam Dokumen rencana
pembangunan 5 (lima) tahun di Provinsi Bali yang selanjutnya ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali Tahun 2014-
2018. Dokumen ini memuat program penanggulangan kemiskinan di Provinsi Bali
dengan melibatkan berbagai bidang terkait dalam penanggulangan kemiskinan
yang merupakan prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan khususnya di
Provinsi Bali. Langkah-langkah yang diambil pemerintah pusat dalam
penanggulangan kemiskinan secara nasional dituangkan dalam Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Nasional (SPKN), sedangkan di daerah khususnya
Provinsi Bali dituangkan dalam Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
(SPKD) Provinsi Bali. Strategi ini memuat empat kluster dengan program
program penanggulangan kemiskinan yang disesuaikan dengan kondisi
masyarakat miskin.
Persentase tingkat kemiskinan provinsi Bali pada Maret 2013 berada pada
titik 4,49 persen, Posisi Bali berada dibawah rata-rata Nasional sebesar 11,66
persen, namun jika dibandingkan dengan target penurunan tingkat kemiskinan
Provinsi Bali yang merupakan prioritas utama dalam RPJMD 2008-2013 sebesar
4,38 persen, maka penurunan persentase tingkat kemiskinan Provinsi Bali Tahun
5
2013 belum melampui target yang ditetapkan. Untuk lebih jelasnya tentang posisi
tingkat kemiskinan Provinsi Bali dibandingkan dengan Provinsi lainnya di
Indonesia dapat dilihat pada Grafik 1.2.
Grafik 1.2.
Posisi Relatif Tingkat Kemiskinan Nasional
Tahun 2013( %)
Sumber : BPS Jakarta, 2015(diolah)
Dilihat dari tingkat kemiskinan, Pemerintah Provinsi Bali sudah
mengeluarkan berbagai upaya untuk menuurunkannya, namun berbagai upaya
tersebut ternyata belumlah optimal sehingga pada dua tahun terakhir tingkat
kemiskinan di Provinsi Bali mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat pada
Grafik 1.3.
6
Grafik 1.3
Perkembangan Tingkat Kemisknan Provinsi Bali
Tahun 2002 – 2013 (%)
Sumber : BPS Jakarta, 2015(diolah)
Tingkat pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan
memperoleh berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit
terpenuhinya berbagai keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk
menghindar dari penyakit, sehingga tidak mengherankan apabila tingkat kematian
bayi tinggi. Lingkungan merupakan tolak ukur mengenai derajat kesehatan
masyarakat, sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat juga akan menentukan tinggi rendahnya derajat lingkungan. Hendrik
L.Blum dalam Notoatmodjo (1997), mengungkapkan ada empat faktor yang
mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat ataupun perorangan. Faktor-
faktor tersebut antara lain, faktor lingkungan, perilaku, kesehatan, dan keturunan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
antara lain kualitas fisik air minum, akses terhadap sumber air minum berkualitas,
akses pembuangan tinja layak sesuai MDGs, pelayanan pembuangan akhir tinja
7
dan kriteria rumah sehat. Dilihat dari posisi persentase rumah tangga dengan
sanitasi layak pada tahun 2013, Provinsi Bali berada pada posisi kedua setelah
DKI Jakarta yakni pada angka 85,21 persen dan berada diatas rata rata nasional
60.45 persen. Kondisi persentase rumah tangga dengan sanitasi layak menunjukan
bahwa di Provinsi Bali pada Tahun 2013, rumah tangga di Provinsi Bali sebesar
85,21 persen telah menggunakan sanitasi yang layak dengan cakupan sanitasinya
mulai dari penggunaan jamban serta jarak sumur dengan tempat pembuangan
akhir tinja. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 1.4.
Dilihat dari posisi persentase rumah tangga dengan air minum layak pada
tahun 2013, Provinsi Bali berada pada posisi keenam setelah Daerah Istimewa
Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, dan Sulawesi
Tenggara yakni pada angka 50.20 persen dan berada diatas rata rata nasional
40.82 persen. Posisi ini menggambarkan bahwa penduduk di Provinsi Bali telah
menggunakan sumber air yang yang layak terlindung seperti sumur terlindung,
ledeng meteran, ledeng eceran, pompa untuk keperluan air minumnya. Hal ini
dapat dilihat pada Grafik 1.5. Perilaku masyarakat juga sangat berpengaruh
terhadap derajat kesehatan masyarakat. Perilaku manusia ini tidak terlepas dari
kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, ekonomi dan hal hal lain yang
melekat pada diri manusia, terutama faktor pendidikan kepala keluarga yang akan
memberikan informasi kepada anggota keluarganya. Pada faktor ekonomi, Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Upah Minimum Kabupaten adalah faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan dan angka morbiditas.
Menurunnya kondisi kesehatan masyarakat yang berlangsung terus menerus
8
dapat disebabkan oleh penurunan tingkat kemiskinan yang mengalami
perlambatan, padahal jika dibandingkan dengan provinsi lain posisi tingkat
kemiskinan di Provinsi Bali sangat rendah, bahkan termasuk nomor dua terendah
di Indonesia.
Grafik 1.4
Posisi Relatif Rumah Tangga Dengan Sanitasi Layak
Tahun 2013 (%)
Sumber : BPS Jakarta, 2015 (diolah)
.
Grafik 1.5
Posisi Relatif Rumah Tangga Dengan Air Minum Layak
Tahun 2013 (%)
Sumber : BPS Jakarta, 2015 (diolah)
9
Provinsi Bali telah banyak mengelontorkan dana untuk peningkatan
kesehatan masyarakat, bukan hanya bagi golongan masyarakat miskin melainkan
bagi semua lapisan masyarakat. Kondisi meningkatnya angka morbiditas Provinsi
Bali tentunya menjadi pertanyaan bagi banyak pihak karena sampai menempati
posisi kedua tertinggi di Indonesia melebihi rata-rata angka morbiditas secara
nasional. Dilihat dari tingkat kemiskinan, posisi persentase tingkat kemiskinan
Provinsi Bali yang menempati posisi kedua di Indonesia. Kondisi lingkungan
yang dilihat dari proporsi rumah tangga dengan sanitasi layak dan proporsi rumah
tangga dengan air minum layak telah berada pada posisi melebihi rata rata
nasional. Strata pendidikan yang dilihat dari angka melek huruf Provinsi Bali
yang telah mencapai angka 91 persen yang berarti hampir 91 persen dari total
jumlah penduduk di Provinsi Bali telah mengenal huruf. Dilihat dari rata-rata
lama sekolah penduduk di Provinsi Bali hanya mencapai 8,58 tahun yang berarti
penduduk di Provinsi Bali rata rata hanya berpendidikan dasar dan tidak tamat
pendidikan menengah. Kondisi ini membuat para kepala keluarga tidak memiliki
pengetahuan yang cukup baik mengenai kesehatan, dan lingkungan. Ditinjau dari
faktor keturunan, derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh kondisi mulai ibu
mengandung sampai membesarkan anak anaknya. Pada kondisi ini bisa dilihat
dari kasus kematian ibu melahirkan dan kelahiran yang ditolong oleh tenaga
kesehatan, karena apabila bayi telah mendapatkan asupan gizi yang baik dan
cukup selama kehamilan serta tumbuh kembangnya maka angka kesakitan dapat
ditekan.
10
Berdasarkan asumsi di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Peningkatan Angka Morbiditas di Provinsi Bali”
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan dan pemaparan di atas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut .
1) Bagaimanakah pengaruh lingkungan, pendidikan, dan ekonomi terhadap
tingkat kemiskinan di Provinsi Bali?
2) Bagaimanakah pengaruh lingkungan, pendidikan dan ekonomi terhadap angka
morbiditas di Provinsi Bali?
3) Apakah lingkungan, pendidikan dan ekonomi berpengaruh tidak langsung
terhadap angka morbiditas melalui tingkat kemiskinan di Provinsi Bali?
4) Bagaimanakah pengaruh tingkat kemiskinan terhadap angka morbiditas di
Provinsi Bali?
1.3 Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut .
1) Untuk menganalisis pengaruh lingkungan, pendidikan, dan ekonomi terhadap
tingkat kemiskinan di Provinsi Bali.
2) Untuk menganalisis pengaruh lingkungan, pendidikan, dan ekonomi terhadap
angka morbiditas di Provinsi Bali.
3) Untuk menganalisis pengaruh tidak langsung lingkungan, pendidikan, dan
ekonomi terhadap angka morbiditas melalui tingkat kemiskinan di Provinsi
Bali.
11
4) Untuk menganalisis pengaruh tingkat kemiskinan terhadap angka morbiditas
di Provinsi Bali.
1.2 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang diajukan dalam penelitin ini, maka
manfaat penelitian ini adalah.
1) Secara teoritis penelitian ini bermanfaat sebagai berikut.
(1) Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan
dan kemiskinan, terutama pengaruh dari lingkungan, pendidikan dan
ekonomi.
(2) Digunakan sebagai bahan informasi dan kajian teoritis bagi pengembangan
ilmu pendidikan, perencanaan dan pengendalian serta pengentasan
kemiskinan terutama sebagai bahan acuan bagi pelaksanaan penelitian –
penelitian yang relevan dengan angka morbiditas, tingkat kemiskinan,
lingkungan, pendidikan dan ekonomi.
2) Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi.
(1) Pemangku kepentingan dalam menetapkan peraturan dan mengambil
kebijakan untuk mempercepat pelaksanaan program penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
(2) Memberikan masukan kepada pemerintah dalam hal ini Tim Koordinasi
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) Provinsi Bali
dan kabupaten/kota se Bali tentang faktor faktor yang memberikan pengaruh
terhadap tingkat kemiskinan terutama dalam bidang kesehatan sehingga
12
dapat memberikan apa program kegiatan serta regulasi yang harus
digulirkan.
(3) Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga
derajat kesehatan, mengenyam pendidikan, tidak malas bekerja, pentingnya
menjaga kebersihan air minum .