bab. i pendahuluan 1.1. latar...
TRANSCRIPT
1
BAB. I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sumber daya alam Indonesia memiliki potensi yang sangat
berlimpah karena memiliki wilayah hutan tropis terluas ketiga dunia
disertai dengan cadangan minyak, gas alam, emas, tembaga dan
mineral lainnya. Terumbu karang dan kehidupan laut memperkaya ke-
17.000 pulaunya, selain itu Indonesia memiliki area daratan dan lautan
yang luas yang kaya dengan berjenis-jenis ekologi.
Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan Lingkungan,
Indonesia adalah negara yang memiliki pesisir terpanjang di dunia.
Panjang seluruh pesisir di Indonesia mencapai 81.000 kilometer, dan ini
merupakan 14% dari seluruh pesisir di dunia. Ekosistem kelautan yang
dimiliki oleh Indonesia sungguh sangat bervariasi, dan mendukung
kehidupan kumpulan spesies yang sangat besar. Indonesia memiliki
hutan bakau yang paling luas, dan memiliki terumbu karang yang paling
spektakuler di kawasan Asia. Hutan bakau paling banyak dijumpai di
Pesisir Timur Sumatra, Pesisir Kalimat dan Papua (yang memiliki 69%
dari seluruh habitat hutan bakau di Indonesia). Sedangkan lautan biru di
Maluku dan Sulawesi menaungi ekosistem yang sangat kaya akan ikan,
terumbu karang, dan organisasi terumbu karang yang lain.
Walaupun kekayaan sumber daya alam Indonesia begitu berlimpah
bukan berarti pengelolaan dari sumber daya itu harus terabaikan, justru
2
pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan secara terus menerus
sebagai usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan kesejahteraan rakyat tentu harus memperhatikan
lingkungan, karena pengelolaan alam yang hanya berorientasi ekonomi
hanya akan membawa efek positif secara ekonomi tetapi menimbulkan
efek negatif bagi kelangsungan kehidupan umat manusia (Firmansyah
dan Gunawan, 2007). Oleh sebab itu pengelolaan sumber daya alam
perlu diperhatikan kelestarian lingkungan dengan bertanggung jawab
(Yoeti, 2000).
Pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara dan salah satunya yaitu dengan menjadikan sebagai
destinasi wisata. Pemanfaatan sumber daya alam yang dijadikan
sebagai suatu destinasi wisata tentunya juga memiliki dampak terhadap
lingkungan sekitarnya. Gee (1989) dalam bukunya yang berjudul “The
Travel Industry”, mengatakan bahwa “as tourism grows and travelers
increases, so does the potential for both positive and negative impacts”.
Gee mengatakan adanya dampak atau pengaruh yang positif maupun
negatif karena adanya pengembangan pariwisata dan kunjungan
wisatawan yang meningkat. Dampak akibat adanya tempat wisata, tentu
mempengaruhi ke lingkungan sekitarnya. Sehingga yang terkena
dampak positif dan negatifnya adalah masyarakat, lingkungan, ekonomi
dan sosial. Masyarakat dalam lingkungan suatu destinasi wisata
sangatlah penting, karena dalam kehidupan suatu destinasi wisata
3
memiliki kultur sehingga dapat menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Adanya dukungan masyarakat terhadap destinasi wisata berupa sarana
kebutuhan pokok untuk tempat daya tarik wisata, tenaga kerja yang
memadai di mana pihak pengelola destinasi wisata memerlukannya
untuk menunjang keberlangsungan hidup destinasi wisata dan
memuaskan masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat
kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Pengembangan suatu
destinasi wisata yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan
pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat (Fritgen,
1996).
Menurut Kusudianto Hadinoto, suatu destinasi wisata yang
direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan
ekonomi yang memperbaiki taraf, kualitas dan pola hidup komunitas
setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang
lebih baik. Menurut Mill (2000) dalam bukunya yang berjudul “The
Tourism, International Business”, “pariwisata dapat memberikan
keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan dapat
menaikkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa
ke kawasan tersebut”.
Destinasi wisata bila dikelola dengan benar dan tepat, maka
destinasi tersebut dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat
meminimalkan permasalahan. Penduduk setempat mempunyai peran
yang sangat penting dalam upaya pengembangan destinasi wisata,
4
karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam
aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah
tersebut, misalnya bertindak sebagai tuan rumah yang ramah,
penyelanggara atraksi wisata dan budaya khusus (tarian adat, upacara-
upacara agama, ritual, dan lain-lain), produsen cindera mata yang
memiliki kekhasan dari daya tarik wisata tersebut dan turut menjaga
keamanan lingkungan sekitar sehingga membuat wisatawan yakin,
tenang, aman selama mereka berada di daya tarik wisata tersebut. Akan
tetapi apabila suatu daya tarik wisata tidak dikembangkan atau ditangani
dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat
menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-
dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial. Menurut Hadinoto
(1996) suatu tempat wisata apabila tidak direncanakan dengan baik
maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan fisik, barang-barang
sejarah, dan menimbulkan ketidaksukaan penduduk sekitar terhadap
wisatawan maupun daya tarik wisata tersebut dimana pada akhirnya
menimbulkan kerugian bagi pengelola tempat wisata tersebut. Penulis
mengutip pernyataan Coccossis dalam Swarbrooke (1999) dalam buku
“Sustainable Tourism Management” bahwa “An important characteristic
of interaction between tourism and environment is the existence of
strong feedback mechanism : tourism often has adverse effects on
quantity and quality of natural and cultural resources”. Teori ini
memperkuat teori dari Prof. Ir. Kusudianto Hadinoto tentang hubungan
5
tempat wisata dan lingkungan dimana bila ditangani dengan baik maka
akan terjadi peningkatan lingkungan ke arah yang lebih baik tetapi
apabila tidak ditangani dengan baik bisa merusak. Dengan
keberagaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa
Indonesia, tentunya hal ini menjadi pertimbangan baik pemerintah untuk
mendirikan Industri Pariwisata yang nantinya mampu memberikan
kontribusi secara multidimensi bagi pemerintah dan masyarakat pada
umumnya.
Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu provinsi Indonesia
yang memiliki potensi wisata yang patut untuk dikembangkan, arus
kunjungan wisatawan ke daerah ini selalu mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Salah satu Kabupaten yang memiliki potensi wisata
yang cukup terkenal adalah kabupaten Lombok Barat, dimana
kabupaten ini merupakan salah satu kabupaten di Provinsi NTB yang
memiliki beberapa kawasan wisata yang cukup terkenal yaitu: destinasi
wisata pantai seperti Pantai Senggigi, Pantai Sire, Objek wisata Tiga Gili
(Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan); destinasi wisata peninggalan
sejarah seperti : Taman Narmada, Lingsar dan Batu Bolong; destinasi
wisata alam seperti : Sesaot, Danau Segara Anak, air terjun Sindang
Gile dan lainnya.
6
Berdasarkan hasil identifikasi Masyarakat Ekowisata Indonesia
(MEI) Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah
tujuan ekowisata (Yoeti, 1997) yang banyak dikunjungi wisatawan, baik
wisatawan asing maupun domestik. Hal ini disebabkan oleh
keanekaragaman objek wisata yang dimiliki dan juga letak geografis
provinsi NTB yang berada diantara jalur segi tiga emas pusat pariwisata
Indonesia yaitu Pulau Bali, Pulau Komodo dan Taman Laut Bunaken di
Sulawesi Utara.
Salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lombok Barat
adalah kawasan Pantai Senggigi, yang berlokasi Kecamatan Gunung
Sari, Desa Senggigi, Kab. Lombok Barat - NTB.
Gambar 1.1. Peta Pulau Lombok
Sumber: http://peta-kota.blogspot.com
S
7
Ada beberapa alternatif untuk mencapai Pantai Senggigi, yaitu: melalui
darat, laut dan udara. Misalnya dari Bali bisa melalui laut; Tiba di
Pelabuhan Lembar, kemudian dapat langsung menuju pantai Senggigi
dengan menggunakan bis 3/4 atau mencarter mobil. Melalui udara:
Setelah tiba di Bandara Internasional Lombok menggunakan bis Damri,
travel dan taxi jika ingin langsung menuju Senggigi, langsung pergi ke
arah barat, sekitar + 1 jam / 60 km. Di tengah perjalanan wisatawan
dapat melihat transportasi tradisional yang biasa di sebut Cidomo
karena banyak sudut-sudut Mataram yang belum terjangkau oleh
Gambar 1.2. Letak Pantai Senggigi
Sumber: https://desnantara-tamasya.blogspot.com
8
kendaraan roda empat dan persawahan. Sebelumnya Pantai Senggigi
melewati pasar traditional Ampenan (Kebon Roek), pasar ini adalah
pasar yang terdekat dari daerah Senggigi.
Panorama Pantai Senggigi tak kalah menarik dibanding pantai lain
di Pulau Bali. Pantai ini memiliki panjang 13 km dari Desa Senggigi
Kecamatan Gunung Sari hingga desa Pemenang, Kecamatan Tanjung,
di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Sepanjang kiri pantai
berderet ribuan pohon kelapa dan nyiur yang melambai.
Pemandangan alam bebas pantai Senggigi bisa dinikmati pula di-
gazebo yang dibangun pengusaha resort maupun hotel-hotel
berbintang. Hampir semua resort maupun hotel di situ memilih lokasinya
berdekatan dengan bibir pantai. Bahkan pemandangan pantai Senggigi
dicipta menyatu dengan resort dan hotel, tanpa ada pagar pembatas.
Di sepanjang pantai ini, para nelayan setempat menawarkan wisata
bahari dengan menyewakan perahu layar per jam Rp 50 ribu. Tak sedikit
wisman maupun wisnus yang tiap hari berlayar ke tengah laut dengan
perahu-perahu layar nelayan. Pemandangan pantai Senggigi
sebenarnya belum seberapa jika dibandingkan dengan keindahan
wisata bahari yang ditawarkan oleh beberapa pulau kecil yang
mengelilingi Pulau Lombok. Sebut saja Gili Meno, Gili Trawangan, Gili
Air, maupun Pantai Kute (bukan Pantai Kuta yang terletak di Pulau Bali).
Wisatawan yang datang ke Pantai Senggigi adalah kebanyakan
wisatawan yang berlibur, mengadakan rapat, maupun bisnis.
9
Kawasan Pantai Senggigi mampu mengundang animo wisatawan
lokal maupun mancanegara karena keindahan alamnya, sebagai
gambarannya banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Lombok barat,
maka tabel di bawah akan memberikan informasi:
Gambar 1.3. Pantai Senggigi
Sumber: http://lombokdihati.wordpress.com
10
Tabel.1.1. Pertumbuhan Jumlah Kunjungan Wisatawan
ke Kabupaten Lombok Barat Tahun 2001-2010
No Tahun Pertumbuhan Wisatawan
Nusantara Mancanegara Jumlah
1. 2001 54.540 40.098 94.638
2. 2002 104.898 51.606 156.504
3. 2003 72.593 73.410 146.006
4. 2004 96.107 104.133 200.240
5. 2005 88.199 134.531 222.730
6. 2006 87.819 131.461 229.280
7. 2007 122.260 131.352 253.612
8. 2008 229.114 315.387 544.501
9. 2009 232.120 387.250 619.370
10. 2010 240.120 435.130 675.250 Sumber : Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan LOBAR
Dari tabel di atas terlihat sekali bahwa kunjungan wisatawan
Nusantara dan Mancanegara di Kabupaten Lombok Barat dalam kurun
waktu 2001-2010, memiliki trend kenaikan, hanya pada tahun 2003
sedikit penurunan di sebabkan Bom Bali pertama yang terjadi pada
September tahun 2002. Jika dibandingkan kunjungan witawan
Nusantara dengan wisatawan Mancanegara, lebih dominan wisatawan
Mancanegara, hanya pada tahun 2001 dan 2002 wisatawan Nusantara
labih unggul.
11
0
100
200
300
400
500
600
700
2001 2003 2005 2007 2009
Jumlah
Wisman
Wisnus
Gambar di atas menunjukkan peningkatkan kunjungan
wisatawan nusantara dan mancanegara di Kabupaten Lombok Barat
dalam kurun waktu 2001-2010. Melihat dari hal tersebut, jika destinasi
wisata di Kabupaten Lombok Barat semakin didengungkan maka
diharapkan jumlah wisatawan baik wisatawan nusantara maupun
mancanegara akan semakin meningkat. Salah satu cara perbaikan pada
destinasi wisata adalah dengan memperhatikan keinginan dari para
wisatawan. Perhatian-perhatian tersebut dapat dijadikan sebagai
panduan untuk membuat segmentasi pasar pada masing-masing
destinasi wisata yang ada di Kabupaten Lombok Barat termasuk di
Kawasan Pantai Senggigi.
Gambar 1.4. Perkembangan Jumlah kunjungan Wisatawan ke Lombok Barat
Sumber: Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan LOBAR
12
Mendasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka segmentasi
pasar untuk peningkatkan destinasi wisata perlu dilakukan. Perlunya
dilakukan segmentasi pasar terutama di Kawasan Pantai Senggigi ini
karena belum optimalnya destinasi wisata Pantai Senggigi sehingga
belum mampu memberikan kontribusi pada pemasukan daerah serta
peningkatan kesejahteraan penduduk sekitar. Setelah dilakukan
pengembangan destinasi wisata Kawasan Pantai Senggigi berdasarkan
segmentasi pasar tersebut, maka diharapkan minat berkunjung baik
wisatawan domistik maupun wisatawan manca negara semakin tinggi.
1.2. Perumusan Masalah
1. Secara sociodemografis, karakteristik wisatawan seperti apa yang
datang ke Senggigi?
2. Secara psikografis karakteristik wisatawan seperti apa yang datang
ke Senggigi?
3. Berdasarkan pada analisis pasar di atas bagaimanakah implikasi
pengembangan destinasi wisata di Pantai Senggigi Kabupaten
Lombok Barat-NTB?
13
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik wisatawan yang datang ke Senggigi
berdasarkan sosiodemografis.
2. Mengetahui karakteristik wisatawan yang datang ke Senggigi
berdasarkan psikografis.
3. Merekomendasikan arah pengembangan produk wisata di Pantai
Senggigi Kabupaten Lombok Barat-NTB, berdasarkan pada hasil
analisis segmentasi pasar.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi kalangan, hasil dari penelitian ini diharapkan memunculkan
ide-ide baru yang menstimulus munculnya peneliti-peneliti baru
dari kalangan akademisi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Bagi pengambil keputusan, diharapkan memberikan panduan
terhadap berbagai factor-faktor yang perlu untuk
dipertimbangkan dalam perencanaan dan pengembangan
pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan yang lebih
baik.
3. Bagi perencana pariwisata dan investor, hasil dari penelitian ini
diharapkan akan memberikan gambaran dan masukan terhadap
berbagai factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
meningkatkan segmentasi pasar dalam kunjungan wisata.
14
4. Bagi masyarakat lokal khususnya bagi otoritas lokal agar sesuai
dengan arahan-arahan perencanaan dan diharapkan tumbuhnya
kesadaran terhadap partisipasi aktif untuk ikut serta dalam
perencanaan dan pengembangan pariwisata guna meningkatkan
kunjungan wisata.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis pengaruh segmentasi
pasar, dalam hal ini secara spesifik yakni pengembangan Objek
Wisata Pantai Senggigi di Lombok Barat. Adapun batasan wilayah
yang diteliti adalah objek wisata yang masih wilayah Kab. Lombok
Barat-NTB.
1.6. Review Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan maupun terkait dengan objek wisata pantai
senggigi maupun sekitar diantaranya:
1. Peneliti/tahun: Gatot Yulianto, Achmad Fahrudin, Nellyana
Kusmaningsih, 2007.
Judul : Analisis Permintaan Rekreasi Dan Strategi
Pengembangan Wisata Bahari di Gili Trawangan
Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
15
Pariwisata adalah aktivitas bersantai atau aktivitas waktu luang.
Lombok merupakan pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa
Tenggara yang dipisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah
Barat dan Selat Alas di sebelah Timur dari Sumbawa. Pulau ini
mempunyai luas 4,725 km2, dengan segala potensi keindahan
alam, keramahtamahan penduduk, kesenian serta kebudayaan
yang dimiliki, Lombok dapat diandalkan sebagai sumber
peningkatan pendapatan dari sektor pariwisata yang sebagian
besar berupa daya tarik wisata bahari. Salah satu daerah
pariwisata bahari di Lombok berupa pulau-pulau kecil. Gili Air, Gili
Meno dan Gili Trawangan (gili dalam bahasa Sasak berarti pulau)
merupakan kelompok dari tiga buah pulau keeil di Lombok Barat
bag ian utara. baya tarik kawasan Gili Trawangan adalah
kehidupan desa yang tenang, kondisi perairan pantai yang cocok
untuk aktivitas berenang, snorkeling, diving, olahraga kano" dan
memancing, serta memiliki sumberdaya hayati laut yang dicirikan
dengan adanya ekosistem terumbu karang dan keanekaragaman
hayati laut. Di daerah ini udaranya belum tercemar polusi. Di
wilayah ini telah dibangun perhotelan, restoran, dive school dan
fasilitas lain yang dapat digunakan untuk mendukung
pengembangan wisata. Dengan menggunakan pendekatan linier
berganda, diperoleh model permintaan untuk wisatawan
mancanegara dan nusantara sebagai berikut:
16
Ln Q = - 0,773 -0,068Ln XI +0,051Ln X 2 + 0,773Ln X3 -0,358D
Nilai elastisitas permintaan sebesar -0,068 yang menunjukkan
bahwa fungsi permintaan bersifat elastis. Berdasar1<an data
BKSDA, jumlah wisatawan mancanegara dan nusantara yang
melakukan kunjungan ke kawasan Gili Trawangan sebanyak
14.968 orang pada tahun 2006. Dengan demikian, nilai surplus
konsumen di kawasan tersebut adalah US$8.724.613,25 per
tahun. Strategi pengembangan wisata bahari yang dapat
dilakukan di Gili Trawangan yaitu: Pertama, memperbaiki citra
kawasan wisata untuk meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan
di saat situasi Indonesia mulai stabil. Kedua, menjalin komunikasi
dengan instansi terkait untuk mengelola sumberdaya yang ada..
Ketiga, mempertahankan persepsi wisatawan terhadap Gili
Trawangan dengan memanfaatkan potensi alam dan fasilitas
yang ada, sehingga dapat memberikan dampak positif bagi
masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan wisata.
2. Peneliti/tahun: Rissa Novita Sari, 2008
Judul : Analisis Segmentasi Pasar pada UNIVERSITY INN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik
segmen pasar pada University Inn Universitas Muhammadiyah
Malang. Variabel segmentasi yang di gunakan meliputi variabel
17
geografis, variabel demografis, variabel psikografis, dan variabel
perilaku.
Alat analisis cluster dengan menggunakan skala likert untuk
pengukuran variabel segmentasi. Analisis cluster didapatkan 3
cluster, cluster I terdiri dari 3 orang (3%), cluster II terdiri dari 26
orang (26%) dan cluster III terdiri dari 71 orang (71%)., masing-
masing cluster tersebut mempunyai karakteristik-karakteristik
yang berbeda. Karakteristik masing-masing cluster telah di beri
nama, cluster I dengan nama segmen The Loners, cluster II
dengan nama segmen The Affluent, cluster III dengan nama
segmen The Strives.