bab i pendahuluan 1.1 latar belakangrepository.umpalopo.ac.id/629/2/bab_1685201101.pdf1 bab i...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi dapat memberikan pengeruh
yang positif di berbagai bidang kegiatan. Kemajuan teknologi yang paling
berpengaruh adalah di bidang multimedia berupa media audio visual (video). Hal
ini dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan dengan menampilakan materi
latihan kepada peserta ekstrakurikuler melalui media visual dan suara. Sehingga
proses latihan dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Dengan adanya media
berupa media dan visual pada proses latihan, diharapkan dapat membantu pelatih
dalam meningkatkan prestasi olahraga pada peserta didik.
Pendidikan merupakan bagian dari program pendidikan umum yang
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara
menyeluruh, baik pendidikan formal maupun non formal. Salah satu pendidikan
nor formal adalah kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan kagiatan
pendidikan diluar jam pelajaran yang ditunjukkan untuk membantu perkembangan
peserta didik.
Madarasah Aliah Negeri Palopo adalah salah satu sekolah di Kota Palopo
yang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga. Dengan adanya kegiatan
ekstrakurikuler olahraga, diharapkan peserta didik mampu menyalurkan bakat dan
mengaplikasikan kemampuannya dalam bidang olahraga. Salah satu kegiatan
ekstrakurikuler olahraga yang aktif di Madrasah Aliah Negeri Palopo adalah
pencak silat.
2
Pencak silat adalah salah satu olahraga prestasi yang dipertandingkan
dengan 2 (dua) kategori, yaitu kategori tanding dan kategori seni. Kategori seni
terbagi lagi menjadi 3 (tiga) ketegori, salah satunya adalah seni tunggal. Kategori
seni tunggal merupakan pertandingan yang dilakukan dengan cara memperagakan
jurus tunggal baku oleh seorang atlet silat denga benar dan penuh penjiwaan baik
dengan tangan kosong maupun dengan senjata.
Melalui kegiatan ekstrakurikuler olahraga pencak silat, diharapkan peserta
didik dapat memperoleh manfaat seperti peningkatan kemampuan fisik berupa
kecepatan, kelincahan, keseimbangan, ketepatan dan stamina. Disamping itu,
peserta didik juga dibekali kerjasama dan solidaritas yang tinggi, dan menghargai
orang lain. Demi tercapainya tujuan yang diharapakan dalam kegiatan
ekstrakurikuler pencak silat, tidak hanya dapat dilakukan dengan penggunaan
media saja, guru juga harus mendemonstrasikan materi secara langsung
khususnya materi pencak silat kategori tunggal.
Model latihan langsung (direct intruction) sangat diperlukan dalam proses
latihan agar peserta ektrakurikuler dapat melihat dan mempraktekkan secara
langsung gerakan pencak silat kategori tunggal dibawah bimbingan pelatih.
Namun, kenyataan dilapangan waktu yang digunakan untuk melakukan model
latihan langsung (direct intruction) tidaklah cukup untuk menguasai gerakan
pencak silat kategori tunggal. Mengingat jadwal latihan di Madrasah Aliah Negeri
Palopo hanya 3 (tiga) kali pertemuan setiap minggunya. Untuk menguasai gerakan
pencak silat kategori tunggal, dibutuhkan latihan yang continue dan setiap
gerakannya harus sering diulang.
3
Berdasarkan hal tersebut diatas penulis mencoba melakukan penelitian
dengan menggunakan Media Audio Visual (video), diharapkan peserta didik lebih
mudah mengembangkan interval, ekspresi, dan kemantapan gerak kapanpun dan
dimanapun. Penelitian ini dilakasanakan pada masa Pandemi Covid-19, sehingga
metode ini dirasa sangat cocok dengan kondisi tersebut, dimana seluruh aktivitas
peserta didik dilakukan secara daring/online, baik itu proses belajar mengajar
maupun aktivitas ekstrakurikuler.
Hal inilah yang menjadi latar belakang peneliti untuk mencoba melakukan
penelitian menggunakan Media Audio Visual dengan judul, “Pengaruh Media
Audio Visual Terhadap Penguasaan Gerak Pencak Silat Kategori Tunggal Pada
Peserta Ekstrakurikuler Pencak Silat MAN Palopo”.
1.2 Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti
merumuskan masalah yang diteliti, yaitu adakah Pengaruh Penggunaan Media
Audio Visual (video) Terhadap Penguasaan Gerak Pencak Silat Kategori Tunggal
Pada Peserta Ekstrakurikuler Pencak Silat MAN Palopo?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah yang
diteliti adalah untuk Mengetahui Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual
(video) Terhadap Penguasaan Gerak Pencak Silat Kategori Tunggal Pada Peserta
Ekstrakurikuler Pencak Silat MAN Palopo.
4
1.4 Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai
pengaruh latihan menggunakan media audio visual (video) pada penguasaan gerak
pencak silat kategori tunggal.
b. Secara Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan tentang variasi
latihan atau melatih menggunakan Media Audio Visual (video) khusunya bagi
pelatih atlet pencak silat dalam mengajarkan gerak pencak silat kategori tunggal.
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk memberikan kemudahan para pembaca dalam memahami maksud dan isi
dari pembahasan penelitian ini, maka penulis mengemukakan sistematika
penyusunan yang terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu bagian pertama, bagian utama
dan bagian akhir.
Bagian pertama, terdiri dari: halaman sampul, halaman pengesahan, daftar
isi, daftar tabel dan daftar gambar, daftar lampiran, intisari, abstrac. Bagian
utama, terdiri dari 5 (lima) bab dan masing-masing bab berisi sub-sub bab, antara
lain:
Bab I Pendahuluan, terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan
masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat peneltian, (e) ) sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, terdiri dari: (a) hakekat media, (b) media audio
visual, (c) model latihan langsung (direct instruction), (d) ekstrakurikuler, (e)
pencak silat (f) penelitan terdahulu, (g) kerangka berfikir, (h) hipotesis.
5
Bab III Metode Penelitian, terdiri dari: (a) desain penelitian, (b) lokasi dan
waktu, (c) populasi dan sampel, (d) jenis dan sumber data, (e) teknik
pengumpulan data, (f) Variabel penelitian dan Definisi operasional, (g) Instrumen
Penelitian, (h) analisis data.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, terdiri dari: (a) Deskripsi Data, (b) Hasil
Analisis Data, (c) Latihan dengan metode media audio visual, (d) latihan dengan
metode direct intruction.
Bab V Penutup, terdiri dari: (a) Kesimpulan, (b) Implikasi Hasil Penelitian,
(c) Keterbatasan Penelitian, (d) saran. Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan
lampiran.
Demikian sistematika penulisan dari proposal skripsi yang berjudul
“Pengaruh Media Audio Visual (Video) Terhadap Penguasaan Gerak Pencak Silat
Kategori Tunggal”.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pencak Silat
Pencak silat merupakan jenis beladiri/sistem pertahanan diri di dunia yang berasal
dari Indonesia walaupun ada sebagian orang yang menyebutkan negara-negara
rumpun Melayu. Pencak silat merupakan salah satu warisan kekayaan budaya
bangsa Indonesia yang memiliki empat aspek, yaitu aspek spiritual, aspek seni,
aspek bela diri, dan aspek olahraga.
Selain itu menurut Dahlan, F. dkk (2018: 223-464) terdapat elemen-elemen
sasaran yang akan dan mampu dicapai dengan jelas pada olahraga pencaksilat
yakni elemen kemampuan fisik karena dalam setiap rangkaian geraknya
merupakan gerakan-gerakan yang tergolong dalam gerakan aerobic yang mampu
melatih dan meningkatkan kemampuan Daya Tahan kardiovaskular (VO2Max).
Aspek-aspek dan bahkan pendidikan karakter yang terkandung di dalam
pencak silat menunjukkan keunggulannya sebagai sebuah bela diri. Sebagai
contoh bahwa pencak silat mengajarkan untuk menghormati lawan. Dalam pencak
silat kita mengenal istilah sikap pasang, hal ini bukan hanya sebagai bagian dari
persiapan dalam penyerangan dan pertahanan, tetapi juga penghormatan kepada
lawan, karena siapapun lawan yang dihadapi tidak boleh dianggap remeh.
2.1.1 Pengertian Pencak Silat
Menurut Kriswanto, E.S. (2015: 13) Pencak silat merupakan beladiri yang
diwariskan oleh nenek moyang sebagai budaya bangsa Indonesia yang perlu
7
dilestarikan, dibina, dan dikembangkan. Atau pencak silat sering diartikan juga
sebagai ilmu bela diri tradisional yang berpusat di Indonesia.
Menurut Sutrisno (2014: 83) “pencak silat dapat diartikan sebagai gerak-
bela serang yang teratur menurut sistem, waktu, tempat, dan iklim dengan selalu
menjaga kehormatan masing-masing secara ksatria, tidak mau melukai perasaan”.
Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (PB IPSI) serta
Badan Koordinasi Intelejen Negara (BAKIN) pada tahun 1975 (dalam Mulyono,
2013: 84) mendefinisikan pencak silat sebagai berikut: Pencak silat adalah hasil
budaya manusia Indonesia untuk membela, mempertahankan eksistensi
(kemandiriannya), dan integritasnya (manunggal) terhadap lingkungan hidup
sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan pendapat beberpa yang ahli yang telah dijelaskan dapat
disimpulkan bahwa pencak silat adalah beladiri tradisional Indonesia yang
bertujuan untuk pertahanan diri dengan tetap berlandaskan iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Perkembangan pencak silat khususnya di Indonesia tidak lepas dari
hubungannya dengan berdirinya Organisasi Induk Pencak Silat di Indonesia yaitu
Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di
Kota Solo, Surakarta. Pada kongres Ikatan Pencak Silat Indonesia tanggal 21-23
Desember 1950 di Yogyakarta telah diambil berbagai keputusan, salah satunya
adalah meminta ketegasan kepada Pmerintah apakah pencak silat masuk dalam
kebudayaan atau Olahraga. Dengan berbagai upaya akhirnya pencak silat diterima
8
sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dalam PON VIII 1973,
maka sejak saat itu cabang olahraga pencak silat sejajar kedudukannya dengan
cabang olahraga yang lain.
2.1.2 Pertandingan Pencak Silat
Pertandingan pencak silat dimainkan sesuai ketentuan kategori yang telah
ditentukan dan disetujui pada Musyawarah Nasional Ikatan Pencak Silat Indonesia
(MUNAS IPSI) tahun 2012. Berikut empat kategori yang dipertandingkan pada
cabang olahraga pencak silat:
a. Kategori Tanding merupakan kategori yang menampilkan 2 pesilat dari sudut
yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan
dan serangan.
b. Kategori Tunggal adalah kategori yang menampilkan seorang pesilat
memperagakan kemahiran dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat, dan
mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong serta bersenjata dengan
ketentuan dan peraturan yang berlaku
c. Kategori Ganda adalah kategori yang menampilkan 2 orang pesilat dari tim
yang sama memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik serang bela yang
dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis,
mantap dan logis.
d. Kategori Regu adalah kategori yang menampilkan 3 orang pesilat dari tim yang
sama, memperagakan kemahiran dalam jurus regu baku secara benar, tepat,
mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk
kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku.
9
Berdasarkan ketentuan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dapat
disimpulkan bahwa dalam cabang olahraga pencak silat hanya ada 4 (empat)
kategori yang dapat dipertandingkan, salah satunya adalah kategori tunggal.
2.1.3 Pencak Silat Kategori Tunggal
Pencak silat kategori tunggal adalah kategori yang diperlombakan dengan cara
menampilkan gerak pencak silat kategori tunggal berupa gerakan jurus tangan
kosong dan gerak jurus dengan senjata (golok dan toya). Seperti dijelaskan dalam
buku peraturan pertandingan Ikatan Pencak Silat Indonesia (2012: 1), kategori
tunggal adalah kategori yang menampilkan seorang pesilat memperagakan
kemahiranya dalam jurus tunggal baku secara benar, tepat dan mantap, penuh
penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada peraturan
yang berlaku untuk kategori tunggal.
Jumlah jurus tangan kosong terdiri dari 7 (tujuh) jurus, jurus bersenjata
(golok) terdiri dari 3 (tiga) jurus dan jurus bersenjata (toya) terdiri dari 4 (empat)
jurus. Total keseluruhan 14 jurus dengan jumlah gerakan keseluruhan 100
gerakan.
Prinsip penilaian pada kategori tunggal berdasarkan peraturan pertandingan
yang dikutip dari buku Pencak Silat karya Kriswanto, E.S (2015: 132) meliputi,
“kebenaran gerak, penjiwaan, kemantapan gerak, dan kebenaran urutan gerak”.
Dengan demikian kebenaran gerakan menjadi hal yang paling penting pada
kategori ini.
10
2.1.4 Perlengkapan Bertanding
Perlengkapan pertandingan untuk pencak silat kategori tunggal, juga telah
ditetapkan di Musyawarah Nasional Ikatan Pencak Silat Indonesia (MUNAS
IPSI) tahun 2012, ketetapan tersebut terdiri dari pakaian, senjata, ketentuan
pertandingan, hukuman dan cara penilaian.
a. Pakaian
1 2 3
Gambar 2.1 Pakaian/Seragam Pencak Silat Kategori Tuggal
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Keterangan:
1. Pakaian Standar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)
2. Aksesoris kepala dan pinggang.
3. Pakaian Lengkap.
Pakaian pencak silat model standar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI), warna
bebas dan polos (celana dan baju boleh dengan warna yang sama atau berbeda).
Memakai ikat kepala (jilbab bukan merupakan ikat kepala, tidak boleh menutup
11
muka, warna hendaklah hitam polos tidak boleh bercorak) dan kain samping
warna polos atau bercorak. Pilihan dan kombinasi warna diserahkan kepada
peserta. Boleh memakai lambang daerah di dada sebelah kiri dan diperkenakan
memakai lambang IPSI di dada kanan, nama daerah dibelakang baju.
b. Senjata
Gambar. 2.2 Sentaja Toya
(Dokumentasi Peneliti)
Gambar. 2.3 Senjata Golok
(Dokumentasi Peneliti)
1. Untuk usia dini dan pra-remaja, golok atau perang terbuat dari logam atau
kayu, tidak tajam dan tidak runcing dengan ukuran antara 20 cm hingga 30 cm.
Ukuran lebar 2 cm hingga 3,5 cm. Tongkat/toya terbuat dari rotan dengan
ukuran panjang antara 100 cm hingga 150 cm dengan garis tengah 1,5 cm
hingga 2,5 cm.
2. Untuk remaja, dewasa dan pendekar, golok atau parang terbuat dari logam,
tidak tajam dan tidak runcing dengan ukuran antara 30 cm hingga 40 cm dan
12
ukuran lebar 2,5 cm hingga 4 cm. tongkat terbuat dari rotan dengan panjang
antara 150 cm hingga 180 cm, dengan garis tengah 2,5 cm hingga 3,5 cm.
c. Ketentuan Bertanding
1. Peserta menampilkan jurus tunggal baku selama 3 (tiga) menit terdiri atas
tangan kosong dan selanjutnya menggunakan senjata golok/parang dan
dilanjutkan dengan tongkat/toya.
2. Toleransi kelebihan atau kekurangan waktu adalah 10 (sepuluh) detik usia dini,
praremaja, dan pendekar. 5 (lima) detik untuk remaja dan dewasa. Bila
penampilan lebih dari batas toleransi waktu yang diberikan akan dikenakan
hukuman.
3. Jurus tunggal baku diperagakan menurut urutan gerak, kebenaran rincian
teknik jurus tangan kosong dan bersenjata, irama gerak, kemantapan, dan
penjiwaan yang ditetapkan untuk jurus ini.
4. Bila pensilat tidak dapat melanjutkan penampilannya karena kesalahannya,
peragaan dihentikan oleh ketua pertandingan dan pensilat yang bersangkutan
dinyatakan diskualifikasi.
5. Mengeluarkan suara diperbolehkan
d. Hukuman
Pengurangan nilai dijatuhkan kepada peserta karena kesalahan, terdiri atas:
1. Faktor kesalahan dalam rincian gerakan dan jurus.
Nilai akan dikurangin 1 (satu) setiap kali apabila :
a) Melakukan kesalahan dalam rincian gerak,
b) Gerakan yang ditinggalkan (tidak ditampilkan),
13
c) Senjata terlepas dari pegangan, namun tidak jatuh kematras, pengurangan
nilai 1 bagi setiap pegerakan yang salah atau tambahan pada gerak.
2. Faktor Waktu
a) Melebihi waktu toleransi 10 (sepuluh) hingga 15 (lima belas) mendapat
pengurangan nilai 10 bagi usia dini, praremaja dan pendekar.
b) Melebihi waktu toleransi 5 (lima) hingga 10 (sepuluh) detik mendapat
pengurangan nilai 10 bagi remaja dan dewasa.
3. Faktor Lain-Lain
a) Keluar dari gelanggang (10 m x 10 m) – kurang nilai 5
b) Senjata terjatuh dari pegangan – kurang nilai 5
c) Memakai pakian yang tidak ikut penetapan – kurangan nilai 5 (memakai
aksesoris, ikat kepala dan/atau samping terlepas).
d) Senjata patah atau terlepas dari ganggangnya, tongkat pecah atau patah akan
didiskualifikasi. Peragaan langsung diberhentikan.
Dewan juri berhak mengesahkan atau membatalkan hukuman. Pengurangan
nilai boleh disahkan setelah 3 dari 5 juri memberikan pengurangan dan jika hanya
2 atau 1 juri yang memberikan pengurangan nilai.
e. Penilaian
Penilaian terdiri atas nilai kebenaran yang mencakup unsur :
1. Kebenaran gerakan dalam setiap jurus,
2. Kebenaran urutan gerak,
3. Kebenaran urutan jurus,
14
Nilai diperhitungkan dari jumlah gerakan jurus tunggal baku (100 gerakan)
dikurangin nilai kesalahan.
f. Nilai kemantapan yang mencakup unsur
1. Kemantapan gerak,
2. Kemantapan irama gerak,
3. Kemantapan penghayatan gerak,
4. Kemantapan tenaga dan stamina,
Pemberian nilai antara 50 (lima puluh) sampai 60 (enam puluh). Total nilai
diperoleh dari total keempat unsur tersebut.
2.1.5 Penguasaan Gerak Pencak Silat Kategori Tunggal
Menurut Widada, H.R (2010:137) penguasaan berasal dari kata kuasa yang
artinya kemampuan atau kesanggupan untuk melakukan sesuatu. Penguasaan
gerak pencak silat kategori tunggal disini merupakan penguasaan yang dibuktikan
dengan kemampuan untuk mendemonstrasikan gerak pencak silat kategori tunggal
yang terdiri dari 100 gerakan.
Setiap gerakan terbagi dalam 14 jurus, yaitu tangan kosong 7 jurus, senjata
(golok) 3 jurus dan senjata (toya) 4 jurus. Gerak pencak silat kategori tunggal
didemonstrasikan menurut urutan gerak, dimulai dari jurus tangan kosong
dilanjutkan dengan jurus senjata (golok) dan selanjutnya jurus senjata (toya)
selama 3 (tiga) menit. Toleransi untuk kekurangan atau kelebihan waktu yang
ditentukan telah ditetapkan dalam aturan bertanding sesuai dengan hasil Musyarah
Nasional Ikatan Pencak Silat Indonesia (MUNAS IPSI) tahun 2012, mulai dari
usia dini, pra-remaja, remaja dan dewasa.
15
2.2 Ekstrakukrikuler
Sekolah sebagai institusi pendidikan sesungguhnya tidak hanya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam hal-hal yang
bersifat akademik, tapi juga berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam hal-hal yang bersifat non-akademik, dalam artian
pembinaan siswa yang tidak secara langsung berhubungan dengan pelajaran.
Pada tataran non-akademik, sekolah harus memberikan tempat bagi tumbuh
kembangnya beragam bakat dan kreativitas siswa sehingga mampu membuat
siswa menjadi manusia yang memiliki kebebasan berkreasi yang salah satunya
melalui kegiatan ekstrakurikuler.
2.2.1 Pengertian Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah pendidikan non-formal yang dilaksanakan oleh sekolah
diluar jadwal kurikulum standar. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan pengayaan
yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan, bakat dan kepribadian
peserta didik bidang non-akademik yang berkaitan dengan program kokurikuler
dan intrakurikuler. Ekstrakurikuler dapat berbentuk olahraga, seni atau kegiatan
lain sebagai media untuk pengembangan dan kemajuan peserta didik.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah “Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan
kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik diluar jam belajar kegiatan
intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, dibawah bimbingan dan pengawasan
satuan pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat,
16
kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara
optimal untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan”. Kegiatan
ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam pelajaran sebagai upaya untuk
membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Menurut Noor, R.M (2012: 75) ekstrakurikuler adalah Kegiatan pendidikan
di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan
peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah.
Menurut Sudirman, A (2015: 43) “Ekstrakurikuler dalam pendidikan
dimaksudkan sebagai jawaban atas tuntutan dari kebutuhan peserta didik,
membantu mereka yang kurang, memperkaya lingkungan belajar dan
memberikan stimulasi kepada mereka agar lebih kreatif”
Kegiatan ekstrakurikuler ini dilaksanakan diluar jam pelajaran wajib.
Kegiatan ini memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menentukan kegiatan
sesuai dengan bakat dan minat mereka. Berdasarkan penjelasan tentang
ekstrakurikuler tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler adalah
kegiatan diluar jam pelajaran yang dilakukan, baik di sekolah ataupun di luar
sekolah yang bertujuan untuk memperdalam dan memperkaya pengatahuan siswa,
mengenal hubungan antar berbagai pelajaran, serta menyalurkan bakat dan minat.
17
2.2.2 Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler
Tujuan dalam ekstrakurikuler dijelaskan oleh Nasrudin, R (2010: 12) berikut ini:
a. Siswa dapat memperdalam dan memeperluas pengetahuan keterampilan
mengenai hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan
minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya yang:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Berbudi pekerti luhur
3. Memiliki pengetahuan dan keterampilan
4. Sehat rohani dan jasmani
5. Berkepribadian yang mantap dan mandiri
6. Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
b. Siswa mampu memanfaatkan pendidikan kepribadian serta mengaitkan
pengetahuan yang diperolehnya dalam program kurikulum dengan kebutuhan
dan keadaan lingkungan.
Hal ini sejalan dengan tujuan ektrakurikuler menurut Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) tahun 2013 yaitu sebagai berikut: a.
Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotor peserta didik. b. Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat
mengembangkan bakat dan minat peserta didik dalam upaya pembinaan pribadi
menuju pembinaan manusia seutuhnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut diatas pada dasarnya menjelaskan tentang
tujuan dari ekstrakurikuler yaitu untuk kepentingan peserta didik itu sendiri,
18
karena didalam kegiatan ekstrakurikuler terdapat nilai-nilai pendidikan bagi
peserta didik dalam upaya pembinaan manusia seutuhnya.
2.3 Medel Latihan Langsung (Direct Intruction)
Dalamp proses latihan, pelatih harus memberikan materi sesuai dengan cara/gaya
latihan anak latih sehingga tujuan latihan dapat dicapai dengan optimal. Ada
berbagai model latihan, dalam prakteknya pelatih harus ingat bahwa tidak ada
model latihan yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi.
Oleh karena itu, dalam memilih model latihan yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi peserta, sifat materi bahan ajar, fasilitas/media yang
tersedia, dan kondisi pelatih itu sendiri.
2.3.1 Pengertian Model Latihan Langsung (Direct Instruction)
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang dirancang khusus
untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat
diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi selangkah.
(Setyosari, P. 2012).
Menurut Arends (dalam Trianto, 2011:29) model pembelajaran langsung
(Direct Instruction) merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik sehingga
dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap.
Sependapat Suprijono (2012:50) model Direct Instruction merupakan salah
satu model yang dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedural,
19
pengetahuan deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai keterampilan.
Sedangkan menurut Rachmawati, A (2015:173) model Direct Instruction adalah
proses pendidikan dimana siswa mengembangkan pengetahuan, kemampuan
berfikir dan kemampuan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber
belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan
pembelajaran.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan model Direct Instruction adalah
model yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan berfikir
dan kemampuan psikomorik peserta didik melalui interaksi langsung dengan
sumber belajar dan dilakukan secara bertahap.
2.3.2 Karakteristik Model Latihan Langsung (Direct Instruction)
Menurut Rachmawati (2015:174) karakteristik model Direct Instruction adalah:
a. Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar.
b. Memiliki sintak atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
c. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pengajaran.
Beberapa situasi yang memungkinkan model Direct Instruction cocok
untuk diterapkan dalam pembelajaran apabila:
a. Guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan
memberikan garis besar pelajaran dengan mendefinisikan dan menunjukkan
keterkaitan antarkonsep-konsep.
b. Guru akan mengajari siswa suatu keterampilan atau prosedur yang memiliki
struktur yang jelas dan pasti.
20
c. Guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-
keterampilan dasar yang diperlukan dalam kegiatan yang berpusat pada siswa.
d. Guru ingin menunjukkan sikap dan pendekatan intelektual.
e. Subjek pembelajaran yang akan diajarkan cocok untuk dipresentasikan dengan
pola penjelasan, pemodelan, pertanyaan, dan penerapan.
f. Guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
g. Guru harus menunjukkan teknik atau prosedur tertentu sebelum siswa
melakukan kegiatan praktik.
h. Guru ingin menyampaikan kerangka parameter-parameter untuk memandu
siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran kelompok atau independen.
i. Siswa menghadapi kesulitan yang sama dan dapat diatasi dengan penjelasan
yang terstruktur.
j. Lingkungan mengajar tidak sesuai dan tidak memiliki waktu untuk melakukan
pendekatan yang berpusat pada siswa.
2.3.3 Sintak Model Latihan Langsung (Direct Instruction)
Rachmawati (2015:178) menjelaskan langkah-langkah dalam Model Direct
Instruction dalam tabel berikut:
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Direct Instruction
Langkah Tingkah Laku Guru
Orientasi
1. Membahas pembelajaran sebelumnya
2. Memperkenalkan konsep-konsep baru
3. Menjelaskan sasaran-sasarannya
4. Menjelaskan isi materi serta prosedurnya
Pemaparan
Materi/Topik Bar
1. Memaparkan sedikit demi sedikit
2. Memberikan contoh secara visual
3. Memberikan contoh yang banyak dan
bervariasi
21
4. Menghindari penyimpangan dari pokok
materi
5. Mengulangi penjelasan pada point-point
yang sulit
6. Mengecek pemahaman siswa
7. Memberikan tanggapan untuk feedback
Latihan Terstruktur
Guru mengarahkan siswa tentang latihan
terstruktur tahap demi tahap melalui contoh
dan latihan soal
Latihan Terpimpin
Siswa melakukan latihannya sendiri, sementara
guru mengawasi, memberikan masukan, dan
perbaikan.
Latihan Bebas Siswa melakukan latihannya sendiri tanpa
pengawasan langsung dari guru.
Cek Pemahaman
Siswa
Mengecek sampai sejauh mana pemahaman
siswa
Penutupan Membahas konsep dan sasaran utama
Pada model Direct Instruction terdapat lima fase yang sangat penting
yaitu:
a. Orientasi
Selama fase ini, guru menyampaikan tujuan, menjelaskan tugas-tugas dalam
pembelajaran, dan menentukan tanggung jawab siswa. Untuk mencapai tujuan
pada fase ini, langkah penting yang harus dilakukan guru adalah: (1) guru
memaparkan maksud dari penjelasan dan tingkat-tingkat performa dalam praktik;
(2) guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya; (3) guru mendiskusikan prosedur-prosedur pelajaran
yakni bagian yang berbeda antara pelajaran dan tanggung jawab siswa selama
aktivitas-aktivitas berlangsung.
22
b. Presentasi (Demonstrasi)
Pada fase presentasi ini guru menjelaskan konsep atau keahlian baru dan
memberikan pemeragaan serta contoh. Tugas lain guru dalam tahap ini adalah
menguji apakah peserta didik telah memahami informasi baru sebelum mereka
mengaplikasikannya dalam praktik.
c. Praktik Terstruktur
Guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktik dan langkah-langkah di
dalamnya. Peran guru dalam tahap ini adalah memberi respon balik terhadap
siswa, baik untuk menguatkan respon yang sudah tepat maupun memperbaiki.
d. Praktik di Bawah Bimbingan
Pada tahap ini guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktik
dengan kemauan mereka sendiri. Peran guru dalam tahap ini adalah mengontrol
kerja siswa dan memberikan respon korektif ketika dibutuhkan.
e. Praktik Mandiri
Praktik ini dimulai saat siswa telah mencapai level 85 hingga 90 persen dalam
praktik di bawah bimbingan. Dalam praktik mandiri, siswa melakukan praktik
dengan caranya sendiri tanpa bantuan dan respon balik dari guru.
Secara ringkas, menurut Suprijono (2012: 50) sintaks model Direct
Instruction dapat disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Sintaks Model Direct Instruction
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1: Establishing Set Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa Menjelaskan Tujuan pembelajaran,
informasi latar belakang pelajaran,
mempersiapkan siswa untuk
belajar.
23
Fase 2: Demonstrating
Mendemonstrasikan pengetahuan
atau keterampilan
Mendemonstrasikan keterampilan
yang benar, menyajikan informasi
tahap demi tahap.
Fase 3: Guided Practice Membimbing
pelatihan Merencanakan dan memberi
pelatihan awal.
Fase 4: Feed back Mengecek pemahaman
dan memberikan umpan balik Mengecek apakah siswa telah
berhasil melakukan tugas dengan
baik, memberikan umpan balik.
Fase 5: Extended Practice Memberikan
kesempatan untuk pelatihan
lanjutan dan penerapan
Mempersiapkan kesempatan
melakukan pelatihan lanjutan,
dengan perhatian khusus pada
penerapan situasi yang lebih
kompleks dalam kehidupan sehari-
hari.
2.3.4 Kelebihan Model Latihan Langsung (Direct Instruction)
Menurut teori dari Joyce, Weil dan Calhoun (dalam Rachmawati, 2015:183-184)
Model Direct Instruction memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
a. Dengan model Direct Instruction, guru mengendalikan isi materi dan urutan
informasi sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus
dicapai oleh siswa.
b. Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan eksplisit kepada siswa.
c. Model ini dapat digunakan untuk membangun model pembelajaran dalam
bidang studi tertentu. Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan
dapat didekati, dianalisis, dan suatu pengetahuan dihasilkan.
d. Model Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan dan mengamati
melalui demonstrasi.
e. Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kecil.
f. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
24
g. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
h. Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik.
i. Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
j. Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
k. Model ini dapat digunakan untuk menekankan point-point penting atau
kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.
l. Model ini dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual dan terstruktur.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan kelebihan model Direct Instruction
yaitu model yang cocok untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan eksplisit dengan kegiatan mendengarkan dan mengamati melalui
demonstrasi sehingga akan efektif bila digunakan pada pembelajaran
ekstrakurikuler pencak silat karena materi ini menekankan pada aspek
keterampilan pada siswa.
2.4 Media
Media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Anugrah, M.D 2012:7).
Sedangkan menurut Gagne yang dikutip dari skripsi Anugrah, M.D (2012:7)
menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Menurut (National Education Association/NEA) yang dikutip dari skripsi
Erlinawati, N (2013: 14) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik dalam
bentuk cetak maupun audio video beserta peralatanya, media hendaknya dapat
25
dimanipulasi, dilihat, dan didengar. Disamping sebagai sistem penyampai atau
pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah
mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan
yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi
pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan
pesan-pesan pengajaran (Arsyad, A. 2010: 3).
Pengertian media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar baik di
dalam maupun diluar kelas, lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran
adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi
intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar
(Arsyad, A. 2011).
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat
menyampaikan atau menyalurkan pesan dari sumber secara terencana, sehingga
terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif (Asyar, R. 2012: 8)
Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan komunikasi, maka
media pembelajaran bisa dipahami sebagai media komunikasi yang digunakan
dalam proses komunikasi tersebut, media pembelajaran memiliki peranan penting
sebagai sarana untuk menyalurkan pesan pembelajaran.
2.5 Media Audio Visual
“Media audio visual adalah media penyampaian informasi yang memiliki
karakteristik audio (suara) dan visual (gambar)” (Arsyad, A. 2011: 3). Sedangkan
Menurut Snaky (2010: 105) Media Audio Visual adalah seperangkat alat yang
26
dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Paduan antara gambar dan
suara membentuk karakter sama dengan obyek aslinya.
Media audio visual merupakan kombinasi dari media audio dan media
visual atau biasa disebut media pandang dengar yang menjadikan penyajian isi
tema pembelajaranakan semakin lengkap (Andayani, 2014:352). Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media audio visual
adalah perantara atau peraga yang digunakan yang pengunaan materi
penyerapannya melalui pandangan (gambar) dan pendengaran (suara).
Pada penelitian ini peneliti memilih media audio visual berupa video yang
menampilakan gerak dan suara sebagai fokus penelitian. Arsyad, A (2011: 49)
menyatakan bahwa video merupakan gambar-gambar dalam frame, di mana frame
demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada
layar terlihat gambar hidup. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa
video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan
suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang
sesuai.
2.6 Penelitian Terdahulu
a. Penelitian yang dilakukan oleh Ardana Neswari (2016) dengan judul
“Pengaruh Media Audio Visual Terhadap Hasil Pembelajaran Pencak Silat
Jurus Tunggal Tangan Kosong”. Dari data yang diperoleh diketahuai rata-rata:
30,9 dan simpangan baku: 4,1, Normalitas sig: 0,169 > 0,05, Homogenitas Sig:
0,270 > 0,05. Analisis data uji signifikansi dari hasil pengolahan data uji t
diperoleh T-hitung = -32,168 < T-tabel = 1,76 dengan demikin Ho diterima. Dapat
27
disimpulkan bahwa Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran
pencak silat jurus tunggal tangan kosong tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar siswa di SMP Plus Dar Al-Tauhid
Arjawinangun Cirebon.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Setiyo Wiyono (2015) tentang “Peningkatan
Hasil Belajar Tendangan Sabit Pencak Silat Melalui Media Audio Visual Dan
Alat Bantu Pembelajaran Pada Siswa Kelas Viii B SMP Al Irsyad Surakarta
Tahun Pelajaran 2014/2015”. Proses pembelajaran prasiklus bersifat
konvensional sehingga hasil belajar tendangan sabit pencak silat siswa hanya
menunjukkan ketuntasan sebesar 25% (5 siswa).
Pada siklus I diterapkan pembelajaran melalui media audio visual dan
alat bantu pembelajaran sehingga terjadi peningkatan terhadap hasil belajar
tendangan sabit pencak silat siswa walaupun belum optimal yaitu sebesar 70%
(14 siswa). Pelaksanaan siklus II yang merupakan upaya perbaikan dari siklus I
menciptakan proses pembelajaran yang lebih aktif, efektif, efisien, dan
menyenangkan sehingga bisa mendukung suatu proses pembelajaran yang
berkualitas dan dapat meningkatkan ketuntasan belajar tendangan sabit pencak
silat siswa yaitu sebesar 85% (17 siswa).
Kesimpulan penelitian ini adalah melalui media audio visual dan alat bantu
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar tendangan sabit pencak silat
pada siswa kelas VIII B SMP Al Irsyad Surakarta pada tahun pelajaran
2014/2015.
28
c. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfikar Ali Ridho (2014) tentang Pengaruh
Penggunaan Media Visual Gerak Pada Pelatihan Jurus Nomor Tunggal Pencak
Silat. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data peningkatan untuk
kelompok A dari hasil tes awal diperoleh nilai rata-rata 409, tes akhir
mendapatkan nilai rata-rata 420,9 selisih dari tes awal dan tes akhir
memperoleh nilai sebesar 11,9 atau 2,47% . Sedangkan kelompok B rata-rata
nilai tes awal 407,5, rata-rata tes akhir 410,8, dan selisih tes awal dan akhir
sebesar 3,2 atau 0,6,8%. Sedangkan uji hipotesis dengan uji signifikansi dua
rata-rata (berpasangan) diperoleh t-hitung 9,6 ˃ ttabel 2,45 untuk kelompok
media visual gerak dengan demikian hipotesisnya ditolak, artinya terjadi
peningkatan yang signifikan.
Sedangkan untuk kelompok tanpa bantuan media visual gerak diperoleh
thitung 4,4 > t-tabel 2,45 dengan demikian hipotesis ditolak, artinya terjadi
peningkatan yang signifikan. Maka penulis mengambil kesimpulan latihan
dengan menggunakan media visual gerak memberikan pengaruh yang lebih
signifikan terhadap peningkatan prestasi jurus tunggal pencak silat dari pada
latihan dengan tidak menggunakan media visual gerak terhadap peningkatan
prestasi jurus tunggal pencak silat.
2.7 Kerangka Berfikir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan menggunakan Media
Audio Visual (video) terhadap penguasaan gerak pencak silat kategori tunggal.
Penelitian ini merangkum peserta ekstrakurikuler Mandrasa Aliah Negeri Palopo
sebagai sampel. Sebelum diberikan treatmen (perlakuan), terlebih dahlu dilakukan
29
pre-test (tes awal). Peserta ekstrakurikuler memperagakan gerak pencak silat
kategori tunggal dan di nilai oleh juri secara daring/online.
Setelah dilakukan pretest (tes awal) selanjutnya peserta ekstrakurikuler
diberikan treatmen (perlakukan). Treatmen (perlakuan) dilakukan secara
daring/online dengan cara memberikan link youtube gerakan pencak silat kategori
tunggal kepada peserta ekstrakurikuler secara bertahap sesuai dengan jadwal
latihan yang telah ditetapkan selama 16 kali pertemuan.
Setelah peserta ekstrakurikuler diberikan treatman (perlakuan), dilakukan
post-test (tes akhir). Pelaksanaanya sama dengan pre-test (tes awal) yaitu Peserta
ekstrakurikuler memperagakan gerak pencak silat kategori tunggal dan di nilai
oleh juri secara daring/online.
Setelah dilakukan post-test (tes akhir) selanjutnya dilakukan analisis data
untuk mengetahui apakah media audio visual berpengaruh terhadap penguasaan
gerak pencak silat kategori tunggal terhadap peserta ekstrakurikuler Madrasah
Aliah Negeri Palopo. Kerangka pikir penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4 Kerangka Berfikir
Sumber: Data Primer
Peserta Ekstrakurikuler
Mandrasah Aliah Negeri Palopo
Pree-test Post-Test
Pengaruh Media
Audio Visual (video)
Treatment
30
2.8 Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat ditemukan
sebuah hipotesis yaitu:
H0 : Diduga ada pengaruh Media Audio Visual Terhadap Penguasaan Gerak
Pencak Silat Kategori Tunggal Pada Peserta Ekstrakurikuler Pencak Silat
MAN Palopo.
Ha : Diduga tidak ada pengaruh Media Audio Visual Terhadap Penguasaan
Gerak Pencak Silat Kategori Tunggal Pada Peserta Ekstrakurikuler Pencak
Silat MAN Palopo.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini akan dilakukan pada peserta ekstrakurikuler Madrasah Aliah Negeri
Palopo yang beralamat di Jalan Dr. Ratulangi, Balandai, Kecamatan Bara, Kota
Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan. Pretest, Treatment dan posttest akan
dilaksanakan di Madrasah Aliah Negeri Palopo. Waktu yang dibutuhkan untuk
penelitian ini adalah 6 minggu atau 15 kali pertemuan. Frekuensi latihan
(treatment) dalam 1 minggu sebanyak 3 kali pertemuan, 1 kali pertemuan untuk
pre-test (test awal) dan 1 kali pertemuan untuk post-test (tes akhir) sehingga
jumlah pertemuan seluruhnya 17 kali pertemuan.
3.2 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta ekstrakurikuler pencak silat di
Madrasah Aliah Negeri Palopo yang berjumlah 45 orang. Menurut Suharsimi
Arikunto (2013: 175) dikutip dari skripsi Hidayat, R.R. 2016, populasi adalah
keseluruhan dari subjek penelitian yang akan diteliti. Menurut Nursalam (2013:
169) populasi merupakan subjek yang memenuhi kriteria atau persyaratan yang
telah ditetapkan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.
3.3 Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Menurut Sugiyanto (2013: 124) “purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pada penelitian ini, total
32
pupulasi terdiri dari 45 orang anak dan di ambil sampel sebanyak 30 anak dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Memiliki dasar pencak silat,
2. Telah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat selama minimal 6
bulan,
3. Kehadiran tidak kurang dari 75% pada kegiatan ekstrakurikuler pencak silat
Madrasah Aliah Negeri Palopo,
Menurut Arikunto S. (2013: 173), sampel adalah sebagian atau sekelompok
kecil yang mewakili populasi yang diteliti. Menurut Nursalam (2013: 171) sampel
adalah bagian dari populasi yang digunakan oleh peneliti sebagai subjek
penelitian.
Baley dalam Mahmud (2011, hlm. 159) yang menyatakan bahwa untuk
penelitian yang menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling
minimum adalah 30. Senada dengan pendapat tersebut, Roscoe dalam Sugiono
(2012, hlm. 91) menyarankan tentang ukuran sampel untuk penelitian sebagai
berikut:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap kategori
minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
33
Pretest Treatment Posttest
O1 X O2
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5
(independen + dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-
masing antara 10 s/d 20.
3.4 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experimental dengan one group pretest
posttest design. Penelitian ini tidak menggunakan kelas pembanding namun sudah
menggunakan tes awal sehingga besarnya efek atau pengaruh penggunaan mind
mapping dapat diketahui secara pasti. Dalam penelitian ini, subyek penelitian
terlebih dahulu diberikan tes awal (pretest) untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan (treatment).
Setelah diberikan tes awal, selanjutnya kepada siswa tersebut diberikan
perlakuan, yaitu pembelajaran model direct intruction dan video gerak seni
tunggal pencak silat. Selanjutnya kepada seluruh siswa diberikan tes akhir
(posttest) untuk mengetahui sejauh mana pengaruh perlakuan (treatment) yang
diberikan terhadap penguasaan gerak siswa. Secara sederhana, desain penelitian
yang digunakan dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1 One group pretest-posttest design (Sugiyono, 2012: 111)
Sumber: Data Sekunder
Keterangan:
O1 : Tes Awal (Pretest)
O2 : Tes Akhir (Posttest)
X : Perlakuan (Video Gerak Seni Tunggal Pencak Silat)
34
3.5 Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang
berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk
angka. (Sugiyono, 2010). Dalam hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah
hasil pretest dan posttest gerak pencak silat kategori tunggal.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah data primer,
yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dengan pihak-pihak yang
terkait dalam bidang yang diteliti.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, cara untuk mengumpulkan data yaitu menggunakan data
Primer. Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti
atau data yang berasal dari sumber aslinya dan terkait secara langsung dengan
topik penelitinya. Pengumpulan data primer dapat menggunakan observasi dan
angket atau dengan pola lain yang diperlukan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan observasi sebagai penunjang dalam pengumpulan data.
Observasi adalah pengmatan langsung ke lokasi penelitian yang dilakukan
dengan memperhatikan, mempelajari dan mencatat berbagai hal yang dapat
dijadikan objek penelitian serta mengumpulkan data dari berbagai dokumen.
35
3.6.1 Tes Awal (Pre-test)
Gambar 3.2. Tes Awal (Pre-Test)
Pretes dilaksanakan di Mandrasah Aliah Negeri Palopo. Sebelum melakukan tes,
sampel diberikan arahan tentang proses tes tersebut. Setelah sampel mengerti, tes
dapat dimulai dengan menampilkan sampel secara bergantian dalam
memperakagan gerakan pencak silat kategori tunggal. Tes awal (pretest)
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan sampel terhadap gerak
pencak silat kategori tunggal.
3.6.2 Pemberian Perlakuan (Treatment)
Sampel dilatih dengan model pembelajaran langsung (direct inturction) kemudian
sampel diberikan file video (link youtube) gerak pencak silat kategori tunggal
untuk diperlajari dirumah masing-masing. Berikut ini adalah link youtube yang
diberikan kepada sampel setiap kali pertemuan, mulai jurus 1 hingga jurus 14:
1. https://www.youtube.com/watch?v=rn9PXExydcU&list=PLTnyBzWhmFKGG
2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai
2. https://www.youtube.com/watch?v=OxSADaXggJU&list=PLTnyBzWhmFKG
G2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=7
36
3. https://www.youtube.com/watch?v=LQc3oeHyR2c&list=PLTnyBzWhmFKG
G2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=6
4. https://www.youtube.com/watch?v=TCVWZhW5JPw&list=PLTnyBzWhmFK
GG2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=5
5. https://www.youtube.com/watch?v=lPgIOzce3so&list=PLTnyBzWhmFKGG2
KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=4
6. https://www.youtube.com/watch?v=5LpBHgyICko&list=PLTnyBzWhmFKG
G2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=3
7. https://www.youtube.com/watch?v=557GhjtqSo4&list=PLTnyBzWhmFKGG2
KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=2
8. https://www.youtube.com/watch?v=Iez2JlnxZlU&list=PLTnyBzWhmFKGG2
KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=14
9. https://www.youtube.com/watch?v=j2nw5XTYIjk&list=PLTnyBzWhmFKGG
2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=13
10. https://www.youtube.com/watch?v=pjtgqxwojUc&list=PLTnyBzWhmFKGG
2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=12
11. https://www.youtube.com/watch?v=adpk13j4bpE&list=PLTnyBzWhmFKGG
2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=11
12. https://www.youtube.com/watch?v=e9EeNkHgSuk&list=PLTnyBzWhmFKG
G2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=10
13. https://www.youtube.com/watch?v=JrxxQFBcMvk&list=PLTnyBzWhmFKG
G2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=9
37
14. https://www.youtube.com/watch?v=IVAxB1Kvqno&list=PLTnyBzWhmFK
GG2KK8jvbtfKdoEuQ4jTai&index=8
Jenis kegiatan setiap kali pertemuan digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Program Latihan Daring/Online
Pertemuan ke /
Hari Tanggal Jenis Kegiatan Keterangan
Pertemuan Ke-I
Senin, 20 April 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Jurus 1 (7 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-2
Rabu, 22 April 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan Jurus 1
• Jurus 2 (6 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-3
Jum’at, 24 April
2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 2
• Jurus 3 (5 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-4
Senin, 27 April 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1- 3.
• Jurus 4 (7 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-5
Rabu, 29 April 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1- 4
• Jurus 5 (6 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-6
Jum’at, 1 Mei 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
38
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1- 5
• Jurus 6 (8 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-7
Senin, 4 Mei 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 6
• Jurus 7 (11 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-8
Rabu, 6 Mei 2020
Pendahuluan• Penjelasan
Materi• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 7
• Jurus 8 (7 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-9
Jum’at, 8 Mei 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 8
• Jurus 9 (6 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-10
Senin, 11 Mei 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 9
• Jurus 10 (12 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-11
Rabu, 13 Mei 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 10
• Jurus 11 (6 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-12
Jum’at, 15 Mei 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 11
• Jurus 12 (5 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
39
Pertemuan Ke-13
Senin, 18 Mei 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 12
• Jurus 13 (5 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-14
Rabu, 20 Mei 2020
Pendahuluan
• Penjelasan Materi
• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 - 13
• Jurus 14 (9 Gerakan)
Diberikan link youtube video
gerakan pencak silat kategori
tunggal
Pertemuan Ke-15
Jum’at, 22 Mei 2020
Pendahuluan• Penjelasan
Materi• Motivasi
Penyampaian singkat, jelas
dan mudah dipahami
Latihan Inti :
• Pengulangan jurus 1 – 14
(100 Gerakan)
Sumber: data Sekunder
3.6.3 Tes Akhir (Post-Test)
Pelaksanaan tes akhir (posttest) tidak berbeda dengan tes awal (pretest). Secara
bergantian sampel menampilkan gerak pencak silat kategori tunggal dihadapan 2
(dua) juri. Posttest dilkukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan sampel
terhadap gerak pencak silat kategori tunggal setelah diberikan perlakuan
(treatment).
Gambar 3.3 Tes Akhir (Post-Test)
40
3.7 Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas atau Independent Variable
Pada penelitian ini ada dua variabel bebas, yaitu media audio visual (video)
2. Variabel Terikat atau Dependent Variable
Variable terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan gerak pencak silat
kategori tunggal.
3.8 Definisi Operasional
Adapun definisi oprasional variabel dijelaskan sebagai berikut:
1. Media Audio Visual merupakan perantara yang penyerapannya melalui
pandangan dan pendengaran. Media Audio Visual yang dimaksudkan dalam
penelitian ini yaitu berupa video gerak pencak silat kategori tunggal. Adapun
penggunaannya yaitu dengan membagikan link video gerak pencak silat
kategori tunggal.
2. Pencak silat Kategori Tunggal yaitu penguasaan teknik yang benar sesuai
dengan peraturan pertandingan pencak silat kategori tunggal. Adapun
pelaksanaanya yaitu dengan memberikan/mambagikan link Video gerakan
baku Pencak silat Kategori Tunggal kepada peserta didik.
3.9 Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto, S. (2013: 136) “instrumen adalah alat atau fasilitas yang
digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah”.
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes gerak teknik
pencak silat kategori tunggal sebanyak 14 rangkaian jurus gerak, dengan adanya
41
penilaian menggunakan form penilaian pertandingan pencak silat kategori
tunggal.
Berikut petunjuk instrument dalam penelitian ini :
a. Tes
Karena penelitian ini ditujukan untuk mengukur tingkat penguasaan gerak pencak
silat pada kategori tunggal, maka pada kegiatan pretest dan posttest digunakan
instrument berupa form penilaian khusus dipakai dalam pertandingan pencak silat
katergori tunggal. Form penilaian tersebut merupakan hasil MUNAS IPSI 2012
Revisi 2016.
Gambar 3.4. Desain Area Pretest dan Posttest
Sumber: Data Primer
Tes dilakukan dengan cara menampilkan sampel secara bergantian dalam
memperagakan gerak pencak silat kategori tunggal di area pretest, sampel
memperagakan gerak menghadap juri.
b. Juri
Juri berjumlah 2 (dua) orang sekaligus sebagai petugas pencatat hasil yang dicapai
sample. Pada pretest dan posttest, masing-masing sampel akan dinilai oleh 2 (dua)
juri yang sama. Kedua juri berada pada tempat yang sudah disiapkan seperti
42
gambar 3.2 di atas. Juri merupakan anggota wasit dan juri Pencak Silat Kota
Palopo yang telah memiliki lisensi sebagai juri Nasional dan Daerah.
c. Peralatan Tes
1) Form Penilaian Kategori Tunggal dan pulpen,
2) Meja dan Kursi,
3) Sumpritan,
4) Senjata (golok dan toya).
d. Prosedur Tes
1) Seluruh sampel dikumpul dan diberi arahan mengenai alur pelaksanaan tes
sekaligus pemberian nomor undian,
2) Sampel secara bergantian dipanggil sesuai nomor undian
3) Masing-masing sampel memperagakan gerak pencak silat kategori tunggal
setelah di diberi aba-aba,
4) Kedua juri mencatat nilai sampel berdasarkan kebenaran gerak,
5) Nilai berkisar 1-100 sesuai dengan jumlah gerakan yang ada pada gerak
pencak silat kategori tunggal.
6) Nilai tes akhir diperoleh dari penjumlahan nilai kedua juri.
3.10 Analisis Data
3.10.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan hasil
penelitian dari masing-masing variabel. Statistik deksriptif dapat membantu
menggambarkan hasil data penelitian agar lebih mudah di pahami.
43
3.10.2 Analisis Statistik Inferensial
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah hasil data yang diteliti
terdistribusi normal. Pengujian normalitas menggunakan dengan uji Kolmogorov-
Smirnov. Normal atau tidaknya suatu hasil data adalah jika ρ > 0,05 (5%) maka
dinyatakan normal, dan jika ρ < 0,05 (5%) maka hasil data dikatakan tidak
normal.
b. Uji Homogenitas
Selain pengujian hasil data, perlu ada uji homogenitas data yang akan dianalisis.
Uji ini diguanakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang homogen.
Kriteria yang digunakan Pada uji homogenitas adalah jika ρ > 0,05 dan t-hitung < t-
tabel, maka tes dinyatakan homogen, jika ρ < 0,05 dan t-hitung > t-tabel, maka tes
dikatakan tidak homogen.
c. Uji Hipotesis
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh media audio visual dan metode latihan
langsung (direct intruction) terhadap penguasaan gerak pencak silat katergori
tunggal, maka digunakan teknik analisis Paired Sample t tes. Pada Paired Sample
t tes digunakan uji beda untuk satu sampel yang diberikan perlakuan yang
berbeda.
Jumlah sampel harus sama, dan pengujiannya juga sama dengan
sebelumnya untuk melihat perbedaan nilai dari sampel tersebut sebelum dan
sesudah diberi perlakuan dan manakah yang lebih tinggi/rendah apakah sampel
44
yang sebelum /sesudah diberi perlakuan. Uji Paired Sample t tes dalam penelitian
ini menggunakan aplikasi SPSS 26.
Setelah hasil t-hitung sudah diketahui yang peneliti harus lakukan adalah
membandingkan t-hitung dengan t-tabel untuk mengetahui pengaruh penggunaan
media audio visual (video) terhadap penguasaan gerak pencak silat kategori
tunggal pada peserta ekstrakurikuler pencak silat Madrasah Aliah Negeri Palopo.
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Deskripsi Data
Sampel penelitian ini adalah siswa peserta ekstrakurikuler Madrasah Aliyah
Negeri Kota Palopo, yang beralamat di Jalan Dr. Ratulangi, Balandai, Kecamatan
Bara, Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan yang berjumlah 15 orang. Penelitian
ini terlaksana pada tanggal 20 April - 21 Mei 2020. Pretest dilaksanakan tanggal
18 April 2020 sedangkan posttest dilaksanakan tanggal 22 Mei 2020. Pelaksanaan
Treatment dilaksanakan sebanyak 14 kali pertemuan dengan jadwal latihan 3
(tiga) kali dalam 1 (satu) minggu, yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Jum’at.
Tes untuk penguasaan gerak pencak silat pada kategori tunggal
dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana penguasaan gerak sample peneltian.
Tes dilakukan dengan menampilkan sample secara bergantian didepan 2 (dua) juri
pencak silat dalam memperagakan gerakan pencak silat kategori tunggal.
Pemberian nilai menggunakan instrumen penilaian yang dikhususkan untuk gerak
pencak silat kategori tunggal. Jumlah kebenaran gerak merupakan nilai akhir dari
tes yang dilakukan.
Sampel diberi latihan menggunakan metode audio visual. Adapun hasil dari
penelitian penguasaan gerak pencak silat kategori tunggal disajikan kedalam
masing-masing tabel sebagai berikut:
46
Tabel 4.1. Hasil Analisis Deskriptif Data Pre-Test
Penguasaan
Gerak Pencak
Silat Kategori
Tunggal N Mean Range Minimum Maximum
Std.
Daviation
Variabel
Pretest 15 43,13 178 0 178 58,897
Sumber: Data Sekunder, 2020
Keterangan:
N : Jumlah Sampel.
Mean : Nilai rata-rata pre-test.
Range : Rentang nilai terkecil dan nilai terbesar pada pre-test.
Minimum : Nilai terkercil pada pre-test.
Maximum : Nilai terbesar pada pre-test.
Std. Daviation : Simpangan baku dari rata-rata pre-test.
Hasil analisis deskriptif data Pre-Test dapat dijelaskan sebagai berikut, nilai
rata-rata = 43,13, nilai range = 178, niliai minimal = 0, nilai maksimal = 178 dan
nilai standar daviasi = 58,897.
Tabel 4.2. Hasil Analisis Deskriptif Data Post-Test
Penguasaan
Gerak Pencak
Silat Kategori
Tunggal N Mean Range Minimum Maximum
Std.
Daviation
Variabel
Posttest 15 112,13 131 62 193 39,397
Sumber: Data Sekunder, 2020
Keterangan:
N : Jumlah Sampel.
Mean : Nilai rata-rata post-test.
Range : Rentang nilai terkecil dan nilai terbesar pada post-test.
Minimum : Nilai terkercil pada post-test.
Maximum : Nilai terbesar pada post-test.
Std. Daviation : Simpangan baku dari rata-rata posttest.
47
Hasil analisis deskriptif data Post-Test dapat dijelaskan sebagai berikut,
nilai rata-rata = 112,13, nilai range = 131, nilai minimal = 62, nilai maksimal =
193 dan nilai standar daviasi = 39,397.
4.1.2 Hasil Analisis Data
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variable dalam penelitian
terdistribusi normal atau tidak. Menurut Santoso, S. (2012: 293) dasar
pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic
Significance), yaitu:
1. Jika nilai Sig. > 0,05, maka variable dalam penelitian terdistribusi normal.
2. Jika nilai Sig. < 0,05, maka variable dalam penelitian tidak terdistribusi
normal.
Penghitungan uji normalitas pada penelitian ini menggunakan bantuan
rumus Kolmogorov-Smirnov, dengan pengolahan data menggunakan aplikasi
SPSS 26 dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Jenis Test Test Statistic Std. Daviation Sig. (2-tailed)
PreTest - PostTest 0,125 14,19940210 0,200c,d
Sumber: Hasil olah data SPSS 26, 2020.
Keterangan:
Jenis tes : uji yang dilakukan untuk mendapatkan nilai residual yang
selanjutnya di uji normal dengan menggunakan bantuan aplikasi
SPSS 26.
Test statistic : nilai absolut yang di ambil dari perbandingan antara positif dan
negatif pada hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS
26.
Std. Daviation : Simpangan baku dari rata-rata.
Sig.(2-tailed) : merupakan taraf signifikan pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat.
48
Berdasarkan tabel hasil keluaran aplikasi SPSS 26, uji normalitas dengan
rumus Kolmogorov-Smirnov diketahui memiliki nilai Sig. (2-tailed) adalah ,200 >
0.05, maka variable dalam penelitian terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan sampel yaitu seragam atau
tidak varian sampel yang diambil dari populasi. Menurut Joko Widiyanto
(2010:51) dasar atau pedoman pengambilan keputusan dalam uji homogenitas
adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai Sig. < 0.05, maka dikatakan bahwa varians dari dua atau lebih
kelompok populasi data adalah tidak sama (tidak homogen).
2. Jika nilai Sig. > 0.05, maka dikatakan bahwa varians dari dua atau lebih
kelompok pupulasi data adalah sama (homogen).
4.4. Tabel Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Lavene Statistic Df1 Df2 Sig.
1,433 1 28 ,241
Sumber: Hasil olah data SPSS 26, 2020.
Keterangan:
Levene Statistic : Uji tingkat keragaman data.
df1 : Derajat kebebasan dengan rumus k-1 (jumlah variabel - 1)
df2 : Derajat kebebasan dengan rumus n-k (sampel-jumlah variabel)
Sig. : Taraf signifikan hubungan (varian) variabel bebas terhadap variabel terikat.
Berdasarkan tabel hasil keluaran aplikasi SPSS 26, uji homogenitas yang
dilakukan memiliki nilai p (sig) 0.241, nilai tersebut > 0.05 maka data bersifat
homogen. Sehingga dapat disimpulkan pengujian variabel Penguasaan gerak
pencak silat kategori tunggal dengan menggunakan Media Audio Visual
mempunyai varian yang sama atau homogen.
49
c. Uji Hipotesis atau Uji t
Uji hipotesis dalam penelitian ini diuji menggunakan paired sample t test dengan
menggunakan bantuan SPSS 26. Paired sample t-test digunakan peneliti untuk
mengetahui pengaruh metode Media Audio Visual terhadap penguasaan gerak
pencak silat kategori tunggal. Menurut Singgih Santoso (2014:265), pedoman
pengambilan keputusan dalam uji paired sample t-test berdasarkan nilai
signifikansi (Sig.) hasil ouput SPSS 26, adalah sebagai berikut:
1. Jika nila Sig. (2-tailed) < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
2. Sebaliknya, jika nilai Sig. (2-tailed) > 0.05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Tabel 4.5 Hasil Uji t (Paired Sampel Test)
Mean Std. Daviation t df Sig.
(2-tailed)
69,000 26,309 -10,158 14 ,000
Sumber: Hasil olah data SPSS 26, 2020.
Keterangan:
Mean : Selisih rata-rata hasil pretest dan postest
Std. Daviation : Simpangan baku dari rata-rata
t : Nilai hasil uji t
df : Derajat Kebebasan dengan rumus n-1 (jumlah sampel-1)
Sig. (2-tailed) : Taraf signifikan hipotesis.
Berdasarkan tabel hasil keluaran aplikasi SPSS 26, uji “Paired Sample Test”
di atas, diketahui nilai Sig. (2-tailed) adalah .000 < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima dan t-hitung lebih besar dari t-tabel (-10,158 < 1,76131) sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penggunaan Media Audio
Visual terhadap penguasaan gerak pencak silat kategori tunggal.
50
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Latihan Dengan Metode Media Audio Visual
Peningkatan yang terjadi pada sampel dalam penguasaan gerak pencak silat
kategori tunggal disebabkan metode audio visual mampu melatih gerak sample
secara berulang-ulang dengan memperlihatkan gerak pencak silat kategori tunggal
secara benar. Pengulangan tersebut dilakukan agar sampel dapat menganalisis dan
menghayati setiap gerakan. Video ini bisa dimiliki oleh sampel sebagai media
visualisasi diluar jadwal latihan, sehingga sampel bisa mengulang video jika ada
salahsatu gerakan yang terlupa pada satu jurus. Olehnya itu sampel akan lebih
mudah dalam menghafal.
Menurut Snaky media ini sangat baik untuk pencapaian tujuan belajar
psikomotorik karena menyajikan objek belajar secara kongkret atau pesan
pembelajaran yang realistik, sehingga baik untuk menambah pengalaman belajar,
namun sebaliknya, anak latih akan tergoda untuk menayangkan video-video
lainya yang bersifat hiburan pada penggunaan media audio visual menggunakan
video player (Snaky 2013:124).
Menurut Azhar Arsyad (2013:123) latihan menggunakan media audio visual
dapat meningkatkan kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement)
atau pengetahuan hasil yang dicapai, dalam hal ini adalah penguasaan gerak
pencak silat kategori tunggal.
Penelitian Muhammat Rizal Kurniawan (2013:563) memperkuat penelitian
ini, bahwa penggunaan media audio visual secara keseluruhan menunjukkan
adanya hasil belajar gerak yang meningkat dari pretest ke posttest. Dari uji t
51
terlihat bahwa nilai t tabel pada uji t-test for Equality of Means dengan taraf
signifikan kedua kelas tersebut 1,697. Untuk data pretest dan posttest nilai kritis t
untuk taraf nyata 0,05 dan df = 35 adalah 29.076 dan 39.346. Dimana1,697 ≤
29,076 dan 39,346 atau t tabel ≤ t hitung, maka H0 ditolak sehingga H1 diterima,
artinya terdapat perbedaan rata-rata hasil pretest dan posttest siswa dalam
penerapan media audio visual terhadap hasil belajar gerak.
4.2.2 Latihan Dengan Metode Pembelajaran Langsung (Direct Intruction)
Latihan dengan media audio visual berupa video masih mempunyai banyak
kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain yaitu sudut pandang hanya sebatas
pada tiga arah, depan, samping kanan dan kiri. Sementara untuk tampak dari
belakang belum ada. Sehingga menyebabkan penguasaan gerakan dengan
menggunakan media audio mengalami banyak kesalahan.
Penyebab utama kekeliruan yang terjadi oleh sebagian besar sampel dalam
meniru gerakan adalah video yang tampak dari depan. Sampel meniru video yang
tampak dari depan dengan apa adanya, karena tidak ada pendamping pada saat
latihan sehingga sampel tidak bisa berkomunikasi secara langsung dengan pelatih.
Begitupun dengan pendapat Ummyssalam (2017: 8) bahwa, kekurangan media
audio visual diantaranya adalah materi yang disampaikan tidak dapat berubah dan
komunikasi hanya dapat dilakukan satu arah sehingga tidak ada interaksi.
Latihan langsung (direct intruction) dapat menutupi kekurangan-
kekurangan yang ada pada latihan menggunakan media audio visual begitupun
sebaliknya. Sehingga kombinasi dua metode latihan ini sangat efektif dan efisien
dari segi waktu latihan, baik untuk anak latih maupun pelatih.
52
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa:
a. Ada pengaruh latihan menggunakan media audio visual yang signifikan
terhadap penguasaan gerak pencak silat kategori tunggal.
b. Metode latihan menggunakan media audio visual dan langsung langsung
(direct intruction) lebih efektif dan efisien terhadap penguasaan gerak pencak
silat kategori tunggal.
5.2 Implikasi Hasil Penelitian
Berdasarkan kesimpulan di atas, hasil penelitian ini berimplikasi yaitu: jika atlet
dan pelatih mengetahui metode audio visual dan metode latihan langsung (direct
intruction) dapat digunakan dalam meningkatkan penguasaan gerak pencak silat
kategori tunggal anak latih, maka kedua latihan ini bisa digunakan sebagai salah
satu variasi bentuk latihan.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan semaksimal mungkin, namun peneliti, sample
penelitian dan kondisi lingkungan tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan
yang ada, yaitu:
a. Sampel dan pelatih tidak bertemu secara langsung karena pandemi COVID-19,
sehingga latihan diluar treatment tidak dapat dikontrol langsung.
b. Dalam penelitian ini subjek yang diteliti sangat sedikit, sebatas pada siswa
yang memiliki handphone android dan data internet.
53
c. Peneliti tidak dapat mengontrol faktor- faktor lain yang mempengaruhi hasil tes
penguasaan gerak pencak silat katgori tunggal, seperti kondisi fisik, psikologis,
kesiapan, dan sebagainya.
d. Program latihan kurang bervariasi yang mengakibatkan kejenuhan pada subjek
penelitian.
5.4 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat
disampaikan yaitu:
a. Bagi atlet pencak silat pemula, audio visual dapat digunakan diluar latihan
dengan pelatih untuk membantu meningkatkan penguasaan gerak pencak silat
kategori tunggal dimanapun dan kapanpun.
b. Bagi pelatih pencak silat, agar dapat memanfaatkan audio visual sebagai
penunjang dalam meningkatkan penguasaan gerak anak latihnya dan latihan
langsung (direct intruction) sebagai wadah evaluasi dari pemanfaatan media
audio visual serta selalu memberikan program latihan yang efektif dan efisien
kepada anak latihnya, khususnya program untuk penguasaan gerak pencak silat
kategori tunggal.
Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan-
kekurangan yang perlu diperbaiki, karena itu harapan peneliti terhadap peneliti
selanjutnya hendaknya mengembangkan media audio visual yang berupa video
tutorial gerak pencak silat kategori tunggal yang tampak dari empat arah.
54
DAFTAR RUJUKAN
Anugrah, M.D. 2012. Pengaruh Media Audio Visual (Video) Terhadap
Kemampuan Teknik Menembak Jump Shoot Pada Atlet Putra Klub
Bola Basket Wisnu Murti Sleman [Skripsi].Yogyakarta. FIK UNY
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Asyhar, R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada (GP) Press Jakarta
Arsyad, A. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
. 2011. Media Pembelajaran. cetakan ke-15. Jakarta. Rajawalli
Pers
. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Arends. 2011. dalam Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.
Ed ke 4. (hal.41) Jakarta : Kencana
Dahlan, F. dkk (2018). Meningkatkan Vo2max Melalui Latihan Pencaksilat Pada
Warga Lansia Di Kota Palopo Vol.4, No.1
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta. Gava Media
Erlinawati, N. 2013. Persepsi Siswa Kelas Viii Terhadap Media Gambar Dalam
Pembelajaran Bola Basket Di Smp N 2 Bambanglipuro [Skripsi].
Yogyakarta. FIK UNY.
Fitrianto, D. 2010. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Renang Melalui Media
Audio Visual Siswa Kelas VI SD Muhammadiyah Domban II Tempel di
Sleman [Skripsi]. Yogyakarta. FIK UNY.
Hidayat, R.R. 2016. Pengaruh Latihan PNF (Prophio Neuromuscular Facilities)
Terhadap Tingkat Fleksibilitas Atlet Usia 14 – 17 Tahun PPS Betako
Merpati Putih Cabang Cirebon. [Skripsi]. Cirebon. FIK UNY
Kriswanto, E.S. 2015. Pencak Silat. Sejarah Dan Perkembangan Pencak Silat,
Teknik-Teknik Dalam Pencak Silat, Pengetahuan Dasar Pertandingan
Pencak Silat. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
55
Mulyana. 2013. Pendidikan Pencak Silat: Membangun Jati Diri dan Karakter
Bangsa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pendekatan Praktis.
Jakarta. Salemba Medika
Nasrudin, R. 2010. Pengaruh Partisipasi Siswa Dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Terhadap Motif Berprestasi Siswa SMK N 2 Garut [Skripsi]. Bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Noor, R.M. 2012. The Hidden Curriculum Membangun Karakter Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler. Yogyakarta: Insan Madani
PB. IPSI. 2012. Peraturan Petandingan Pencak Silat. Jakarta. IPSI.
Rachmawati, A. 2015. Keefektifan Model Direct Instruction terhadap Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bermain Alat Musik Melodis di
Kelas IV SDN Kepandean 03 Kabupaten Tegal
Ridho, Z.A. 2014. Pengaruh Penggunaan Media Visual Gerak Pada Pelatihan
Jurus Nomor Tunggal Pencak Silat [Skripsi]. Bandung. UPI
Rozaq, A. 2014. Perbandingan Latihan Menggunakan Metode Audio Visual
Dengan Demonstrasi Langsung Terhadap Keterampilan Service Atas
Bola Voli [Skripsi]. Bandung. UPI
Santoso, Singgih. 2012. Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo.
Santoso, Singgih. 2014. Statistik Parametrik Edisi Revisi. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Setyosari, P. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Grup
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sutrisno. 2014. Buku Bahan Ajar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Bogor: PPPPTK Penjas & BK
Snaky. 2010. Media Audio visual. Jakarta. Bina Aksara
. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
56
Suprijono, As. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogykarta: Pustaka Pelajar
Ummyssalam. 2017. Buku Ajar Kurikulum Bahan dan Media Pembelajaran PLS.
Yogyakarta: Deepublish.
Widada, H.R. 2010 . Mudah Membuat Media Pembelajaran Multimedia Interaktif
. Yogyakarta . Pustaka Widyatama.
Widiyanto, Joko. 2010. SPSS For Windows. Surakarta: BP-FKIP UMS.
Permendikbud. 2013. Permendikbud No 81A tentang Implementasi Kurikulum :
Pedoman Ekstrakurikuler. Jakarta: Mendikbud : Dirjen Dikdasmen.
Sudirman, A. 2015. Management of Student Development. Riau: Yayasan
Indragiri.
Sundayana, R. 2016. Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, 2010. Statistik untuk Pendidikan. Bandung. Alfabeta, h.15.
Agus, S. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakrta:
Pustaka Pelajar.