bab i pendahuluan - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab1/bab...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia
Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat untuk membentuk
sebuah pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir tahun 2015. Ini dilakukan
agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi China dan India untuk
menarik investasi asing.
Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan. Pembentukan
pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini
nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke
negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan barang
atau jasa, tetapi juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara,
akuntan, dan lainnya. Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita
Indah Sari, menjelaskan bahwa MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-
aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing. Pembatasan,
terutama dalam sektor tenaga kerja profesional, didorong untuk dihapuskan sehingga
pada intinya, MEA akan lebih membuka peluang
2
tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang
tertutup atau minim tenaga asingnya. (www.bbc.com)
Menurut data World Economic Forum, posisi daya saing Indonesia tahun
2013–2014 berada pada urutan ke 38 dari 148 negara yang disurvei. Di posisi ini,
Indonesia berada jauh di bawah Singapura yang menempati urutan ke-2, Malaysia
(24), Brunei Darussalam (26), dan Thailand (37). Peringkat daya saing tersebut
diukur melalui 12 kriteria yaitu institusi, infrastruktur, makro ekonomi, kesehatan dan
pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar produk, efisiensi
pasar tenaga kerja, perkembangan financial market, kesiapan akan teknologi, ukuran
pasar, sofistikasi bisnis, dan inovasi.
Tabel 1.1 Peringkat Daya Saing Indonesia
Sumber: The Global Competitiveness Index 2013-2014
Dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tenaga kerja di
Indonesia harus mampu mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan dengan
tenaga kerja asing dari negara-negara Asean lainnya.
Negara 2011–2012 2012–2013 2013–2014
Singapura
Malaysia
Brunei
Darussalam
Thailand
3
1.1.2 Pendidikan sebagai Faktor Pendorong Keberhasilan
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya saing suatu bangsa
diantaranya adalah pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, juga kesiapan
teknologi. Pendidikan dan pelatihan keterampilan yang tepat memiliki peran
strategis dalam memberi kontribusi siginifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan
transformasi sosial. Masyarakat dengan pendidikan beserta keterampilan yang baik
dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatannya, yang secara kolektif akan
meningkatkan pendapatan negara. Saat ini dan di masa mendatang, sumber daya alam
bukan lagi menjadi daya saing utama suatu bangsa, melainkan penguasaan atas ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Berdasarkan laporan Putting Higher Education to Work: Skills and Research
for Growth in Asia (Penerapan Hasil Pendidikan Tinggi dalam Dunia Kerja:
Keterampilan dan Penelitian untuk Pertumbuhan di Asia) yang menyoroti peranan
penting perguruan tinggi di Indonesia dan di seluruh kawasan regional dikatakan
bahwa perguruan-perguruan tinggi di negara-negara berkembang di Asia masih
kurang membekali para lulusan mereka dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh
perusahaan. (www.worldbank.org)
Sementara itu, tuntutan dunia kerja saat ini semakin tinggi.Tidak hanya
mampu dalam bidang akademis saja, tapi yang lebih dicari adalah orang-orang yang
mempunyai softskill. Para pencari kerja umumnya lebih menyukai orang-orang yang
mempunyai kemampuan lengkap, misalnya tidak hanya cerdas tapi juga ahli
4
dibidang IT, penguasaan bahasa asing, team work, leadership, komunikasi, dan
sebagainya. Inilah yang menjadi permasalahan, tidak semua lulusan mempunyai
kapasitas dan ketrampilan seperti yang dibutuhkan dunia kerja tersebut. Menurut
Hough & Wiranta (1994) rendahnya kualitas sumber daya Indonesia
dikarenakan “there are twin problems of quality and relevance: graduates are
widely such lacking skills that employers need and as having had no practical work
experience "
Adanya ketidaksesuaian antara kualitas pendidikan tinggi dengan relevansinya
dalam dunia kerja, menyebabkan banyaknya produk-produk pendidikan yang
kesulitan untuk memasuki dunia kerja. Meskipun saat ini jumlah lulusan Perguruan
Tinggi yang mempunyai “title” sarjana meningkat dibandingkan beberapa tahun yang
lalu, terdapat lulusan sarjana yang masih banyak menganggur karena kurangnya
keterampilan.
Gambar 1.1 Pengangguran Lulusan Perguruan Tinggi
Sumber: Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) BPS2008–2012
Generasi muda sekarang perlu mengingat bahwa belum semua ketrampilan
yang dibutuhkan dalam dunia kerja dapat mereka miliki hanya dengan mengandalkan
5
pendidikan formal. Kondisi semakin diperparah dengan terbatasnya lapangan
pekerjaan yang ada, dan jika ada pun yang diambil adalah lulusan SMK atau diploma
yang dinilai udah mempunyai ketrampilan yang lebih baik dibandingkan dengan
lulusan sarjana.Selain itu lulusan SMK atau diploma merupakan tenaga kerja yang
umumnya mau dibayar lebih murah dan tidak menuntut hal-hal di luar kemampuan
perusahaan.
Apabila dilihat dari kuantitas lulusan pendidikan tinggi, sebenarnya terdapat
hal yang kontroversial. Di satu sisi Indonesia kekurangan tenaga kerja yang
berpendidikan sarjana, tetapi disisi lain kita memiliki pengangguran sarjana dalam
jumlah yang amat besar. Hal ini dapat menjadi indikasi bahwa lulusan Perguruan
Tinggi belum memiliki keterampilan yang diperlukan oleh pasar kerja. (Mastuti,
2009)
1.1.3 Peningkatan Permintaan Pendidikan di Indonesia
Data yang didapat dari World Bank menyatakan bahwa pada tahun 2014
terdapat sekitar 252,8 juta jiwa di Indonesia. Dimana dengan jumlah penduduk
sebanyak itu Indonesia menempati peringkat keempat di dunia setelah China, India,
dan Amerika Serikat sebagai negara dengan populasi manusia paling banyak.
(www.data.worldbank.org).
Pada tahun 2014, terdapat 28,5% dari populasi yang merupakan anak
berusia anak usia 0-14 tahun dan diperkirakan Indonesia akan mengalami surplus
6
demografi pada tahun 2030 dimana jumlah populasi manusia usia produktif akan
lebih besar daripada usia non-produktif.
Gambar 1.2 Persentasi Kelompok Usia 0-14 Tahun (2014)
Sumber: www.bps.go.id
Seiring dengan perkembangan penduduk akan muncul kebutuhan
masyarakat akan pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Dalam tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) sendiri terlihat adanya peningkatan
jumlah dari tahun 2012-2014. Jumlah total Sekolah Menengah Atas (SMA) baik
negeri maupun swasta di Indonesia pada tahun 2012-2013 berada diangka 12.107.
Pada tahun 2013-2014 mengalami peningkatan ke angka 12.409 (Pusat Data dan
Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral)
7
Tabel 1.2 Gambaran Umum Keadaan SMA Tiap Provinsi tahun 2012-2013
Sumber: Pusat Data dan Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan
Tabel 1.3 Gambaran Umun Keadaan SMA Tiap Provinsi tahun 2013-2014
Sumber: Pusat Data dan Statistik, Pendidikan Sekretariat Jendral, Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan
8
Tidak hanya dalam tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA),menurut Edy
Suandi Hamid, Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI),
yang dikutip dari nasional.tempo.co mengatakan jumlah perguruan tinggi
berkembang sangat pesat di Indonesia. Peningkatan pertumbuhan itu dimulai sejak
2005 dimana dalam 10 tahun terakhir, satu perguruan tinggi muncul di Indonesia tiap
dua hari, kata Edy Suandi Hamid di Menara Kadin pada Kamis, 4 Juni 2015.
9
Menurut beliau, pada tahun 2005, ada 2.408 perguruan tinggi yang tercatat
di Indonesia. Jumlah ini meningkat sekitar dua kali lipat dalam kurun waktu sepuluh
tahun. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh forlap.dikti.go.id, pada semester
genap 2015/2016 total perguruan tinggi swasta dan negeri mencapai angka 4300. Hal
ini menunjukan bahwa ada minat dan permintaan masyarakat akan pendidikan.
Tabel 1.4 Jumlah Perguruan Tinggi di Indonesia
Rekap Nasional Semester 2015/2016 Genap
Sumber: http://forlap.dikti.go.id/
Sebagai bagian dari kelompok negara berpenghasilan menengah dan
berteknologi menengah ke bawah, Indonesia sudah mulai mencapai jenjang
teknologi yang lebih tinggi dan memfasiltasi asimilasi teknologi dengan menjadi
lebih terbuka, mempromosikan industrialisasi, membangun infrastruktur dan
meningkatkan industri manufaktur. Namun, kapasitas untuk melakukan inovasi
10
masih sangat lemah. Dalam konteks ini, pendidikan dapat memainkan peranan
penting dalam mendukung peningkatan daya saing dan pertumbuhan karena
pendidikan tinggi menyediakan keterampilan dan penelitian tingkat tinggi untuk
menerapkan teknologi saat ini maupun mengasimilasi, menyesuaikan dan
mengembangkan teknologi-teknologi baru. Keterampilan dan penelitian merupakan
dua faktor pendorong produktivitas. (www.worldbank.org)
1.1.4 Pendidikan sebagai Lifestyle
Pendidikan di Indonesia mulai mengalami pergeseran kebutuhan, ke arah
lifestyle atau untuk gaya hidup. Dengan banyaknya fokus dan pemberian perhatian
kepada pendidikan ini, timbullah institusi pendidikan, dan juga permintaan dari
masyarakat terhadap pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu upaya bangsa dalam meningkatkan derajat
dan kualitas sumber daya manusia untuk sejajar dengan bangsa maju lainnya di dunia.
Pendidikan merupakan jalan awal dalam menuju kemajuan dan pencapaian
kesejahteraan sosial dan ekonomi. Dengan pendidikan akan melahirkan manusia yang
berkualitas. Dan melalui pendidikan manusia akan memperoleh pengetahuan dan
dengan pengetahuannya itulah manusia dapat membangun hidupnya dengan lebih
baik.
Melalui pendidikan seseorang dapat meningkatkan dan mengembangkan
dirinya sehingga status sosialnya berubah. Pada masyarakat Indonesia umumnya
beranggapan bahwa dengan menempuh pendidikan merupakan salah satu cara dalam
meningkatkan derajat statusnya di dalam masyarakat. Maka hal ini wajar jika adanya
11
anggapan dari masyarakat mengenai hal tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini
akan dibahas mengenai peran pendidikan sebagai kunci meningkatkan keberhasilan
seseorang dalam kehidupan karirnya.
1.1.5 Siswa di Persimpangan Jalan
Bagi setiap siswa siswi kelas XII yang telah mengikuti Ujian Nasional (UN),
mereka harus segera menentukan langkah mereka selanjutnya apakah itu terjun
langsung kedalam dunia kerja atau meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Bagi mereka yang hendak meneruskan pendidikan masuk ke jenjang
pendidikan perguruan tinggi, tentunya mereka sudah harus menyiapkan jurusan apa
yang akan diambil nanti. Untuk beberapa anak, masih banyak yang mengalami
kendala dalam memutuskan utuk memilih perguruan tinggi dan jurusan yang akan
diambil. Hal ini dikarenakan sebagian besar anak belum mengetahui bakat dan
minatnya sendiri dan juga kurangnya pengetahuan mengenai berbagai program
jurusan perkuliahan dan pilihan karir yang dapat diambil dimasa depan.
Tidak sedikit anak yang memilih jurusan kuliah atas dasar ikut-ikutan
temannya yang sudah kuliah, maupun karena dorongan dan paksaan dari orang
tuanya. Untuk mengetahui bakat dan minat secara tepat, dapat dilakukan hal seperti
berikut, ketika seseorang masih kecil, bakat dan minat dapat terlihat dari observasi
orangtua terhadap hal yang disenangi oleh anaknya. Sedangkan untuk anak usia
remaja, yang telah memiliki kesenangan diberbagai bidang, seringkali merasa
kesulitan untuk menentukan hal yang paling diminati karena merasa minat disemua
bidang. Untuk itu, mengetahui secara pasti bakat dan minatnya menjadi hal yang
penting. Salah satu cara yang paling akurat untuk mengetahui bakat dan minatnya
12
adalah melalui tes bakat dan minat. Mengetahui bakat dan minat dapat menjadi modal
dasar untuk menentukan pilihan jurusan kuliah yang tepat.1
Satu hal yang pasti ketika seseorang salah memilih jurusan pada waktu kuliah,
hal tersebut akan membawa dampak yang signifikan terhadap kehidupannya dimasa
mendatang. Setidaknya terdapat 3 dampak negatif yang dapat terjadi, diantaranya :
Problem Psikologis
Mempelajari sesuatu yang tidak sesuai minat, bakat dan kemampuan,
merupakan pekerjaan yang sangat tidak menyenangkan, apalagi kalau itu bukan
kemauan / pilihan anak, tapi desakan orang tua. Belajar karena terpaksa itu akan sulit
dicerna otak karena sudah ada blocking emosi. Kesal, marah, sebal, sedih, itu semua
sudah memblokir efektivitas kerja otak dan menghambat motivasi. Memilih jurusan
kuliah sesuai dengan saran teman atau trend, padahal tidak sesuai dengan minat diri
juga punya dampak psikologis, yakni menurunnya daya tahan terhadap tekanan,
konsentrasi dan menurunnya daya juang. Apalagi kalau pelajaran kian sulit, masalah
semakin bertambah, bisa menyebabkan kuliah terancam terhenti di tengah jalan.
Problem Akademis
Problem akademis yang bisa terjadi jika salah mengambil jurusan kuliah
yaitu, seperti prestasi yang tidak optimum, banyak mengulang mata kuliah yang
berdampak bertambahnya waktu dan biaya, kesulitan memahami materi, kesulitan
memecahkan persoalan, ketidakmampuan untuk mandiri dalam belajar, dan
1 http://tesbakatindonesia.com/pentingnya-mengetahui-bakat-minat/
13
buntutnya adalah rendahnya nilai indeks prestasi. Selain itu, salah memilih jurusan
kuliah bisa mempengaruhi motivasi belajar dan tingkat kehadiran. Kalau makin
sering tidak masuk kuliah, makin sulit memahami materi, makin tidak suka dengan
perkuliahannya akhirnya makin sering bolos. Padahal, tingkat kehadiran
mempengaruhi nilai.
Problem Relasional
Salah memilih jurusan kuliah membuat anak tidak nyaman dan tidak percaya
diri. Ia merasa tidak mampu menguasai materi perkuliahan sehingga ketika hasilnya
tidak memuaskan, ia pun merasa minder karena merasa dirinya bodoh, dsb hingga dia
menjaga jarak dengan teman lain, makin pendiam, menarik diri dari pergaulan, lebih
senang mengurung diri di kamar, takut bergaul karena takut kekurangannya
diketahui, dsb. Atau, anak bisa jadi agresif karena kompensasi dari inferioritas di
pelajaran. Karena dia merasa kurang di pelajaran, maka dia berusaha tampil hebat di
lingkungan sosial dengan cara missal, mendominasi, mengintimidasi anak yang
dianggap lebih pandai, dsb.2
1.1.6 Peran Stakeholder dalam membangun Industri Pendidikan
Stakeholder pendidikan dibagi dalam 3 kategori utama, yaitu:
2 http://belajarpsikologi.com/tips-memilih-jurusan-kuliah/
14
1. Sekolah, termasuk di dalamnya adalah para guru, kepala sekolah, murid dan
tata usaha sekolah.
2. Pemerintah, diwakili oleh para pengawas, penilik, dinas pendidikan, walikota,
sampai menteri pendidikan nasional.
3. Masyarakat, sedangkan masyarakat yang berkepentingan dengan pendidikan
adalah orangtua murid, pengamat dan ahli pendidikan, lembaga swadaya
masyarakat, perusahaan atau badan yang membutuhkan tenaga terdidik
(DUDI), toko buku, kontraktor pembangunan sekolah, penerbit buku,
penyedia alat pendidikan, dan lain-lain.
Peran serta stakeholder pendidikan dalam suatu perencanaan adalah hal yang sangat
urgen sehingga akan dampak pada peningkatan profesionalitas guru. Hal ini sesuai
dengan keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 bahwa stakeholder
pendidikan yaitu dewan pendidikan dan komite sekolah dalam kaitannya dengan hal
di atas mereka memiliki 4 peran, yaitu;
1. Peran Sebagai Pemberi Pertimbangan Atau Nasihat (Advisory Agency)
Peran sebagai pemberi pertimbangan atau nasihat (Advisory Agency) menunjukkan
respon dan keikutsertaan dewan pendidikan dan komite sekolah memajukan dan
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di daerah dan di sekolah.
15
2. Peran Sebagai Badan Pendukung (Supporting Agency)
Peran pendukung dewan pendidikan dan komite sekolah berkaitan dengan internal
manajemen sekolah;
3. Peran Sebagai Pengontrol (Controling Agency)
Peran sebagai pengontrol (controlling agency) sesuai peran dewan pendidikan dan
komite sekolah, sebagai badan pengawas terhadap kegiatan sekolah termasuk
pelaksanaan dan penggunaan Rencana Kegiatan Sekolah (RKS) dan Rencana
Kegiatan Tahunan (RKT). Fungsi pengontrol (controling agency) menunjukkan
bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah melakukan aktifitas;
4. Peran Sebagai Penghubung (Mediating Agency)
Pusat pendidikan adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat harus saling bekerja sama
secara sinergis untuk meningkatkan mutu pendidikan. Untuk dapat bekerja secara
sinergis harus ada yang menghubungkan antara keluarga, sekolah dan masyarakat.
Itulah sebabnya salah satu peran dewan pendidikan dan komite sekolah adalah peran
penghubung (mediating agency).Jika ada kerja sama antara keluarga, sekolah, dan
masyarakat, maka dari beberapa banyak program yang inovatif dapat dicoba untuk
dilaksanakan oleh sekolah. Peran penghubung atau mediating agency menunjukkan
bahwa dewan pendidikan dan komite sekolah;
Keempat peran dewan pendidikan dan komite sekolah tersebut dalam
melakukan aktifitas bukanlah melakukan dan perannya secara terpisah-pisah, tetapi
16
berlangsung secara simultan. Dalam melakukan aktifitasnya, mereka
mengedepankan peningkatan kualitas pendidikan, bukan menyalurkan kehendaknya
pribadi apalagi melakukan pemerasan. Dalam melaksanakan perannya dilakukan
secara seimbang dengan memperhatikan etika dan aturan yang berlaku serta focus
pada perolehan mutu yang kompetitif
1.2 Definisi Masalah
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada masalah dalam kualitas
lulusan perguruan tinggi dimana banyak ditemukan pengangguran intelektual akibat
minimnya keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Tidak hanya itu saja,
masalah juga tidak hanya dialami kelompok demografi lulusan perguruan tinggi
namun juga dialami oleh kelompok anak usia SMA (15-18 tahun). Dimana
ditemukan definisi masalah, sebagai berikut:
1. Masih ada siswa yang mengalami kendala dalam memutuskan perguruan
tinggi dan jurusan kuliah.
2. Belum adanya Institusi yang mengerjakan dan berkecimpung dalam layanan
pengembangan minat dan bakat siswa, khususnya untuk usia SMA.
3. Bagaimana membangun layanan yang dapat memenuhi kebutuhan siswa-siswi
tersebut, dan profitable untuk pelaku usaha.
17
1.3 Tujuan dan Keuntungan
1.3.1 Tujuan bisnis
Tujuan bisnis Teen Edu adalah untuk menjawab kebutuhan siswa dan siswi
untuk mendapatkan dan menentukan perguruan tinggi dan jurusan kuliah yang
tepat serta pengetahuan mengenai beragam pilihan karir yang dapat mereka
pertimbangkan di masa depan. Yang dituangkan dalam tujuan utama dari
Teen Edu, yaitu:
1. Inspiring – Integrating – Assisting – Nurturing students.
2. Menciptakan institusi yang mengerjakan dan berkecimpung dalam
layanan pengembangan minat dan bakat siswa, khususnya untuk usia
SMA.
3. Menciptakan bisnis baru yang layak dan dapat diterima (feasible) serta
dapat bertahan (sustainable) seiring dengan berjalannya waktu.
1.3.2 Keuntungan untuk pelaku bisnis
1. Pelaku bisnis dapat menjangkau siswa dan siswi yang sesuai dengan target
yang diinginkan.
2. Teen Edu membuka lapangan pekerjaan baru dan mendapatkan profit dan
bisnis yang berkelanjutan.
1.3.3 Keuntungan untuk konsumen
1. Menuntun dalam memilih jurusan perkuliahan sesuai dengan bakat dan
minat.
18
2. Menuntun generasi muda untuk bisa menemukan panggilan profesi yang
sesungguhnya.
3. Mencetak generasi muda yang percaya diri, berintegritas, beretika,
berdaya saing, dan memiliki jiwa kepemimpinan
1.4 Ruang Lingkup
Dalam pembuatan bisnis ini ditetapkan target market adalah siswa SMA
berusia rata-rata 15-18 tahun dengan pertimbangan bahwa pengembangan potensi
harus dilakukan dengan sedini mungkin. Program-program pembelajaran dan
pelatihan yang ditawarkan Teen Edu dapat dipilih sesuai dengan bakat dan
minat.Sistem pembelajaran bersifat inovatif, menggunakan practical approach
berupa industry insight sharing, simulasi, dan kasus dunia kerja nyata, didukung oleh
teknologi berbasis IT, serta tenaga pengajar yang berpengalaman. Tidak hanya itu
saja para siswa pun disediakan channel ke lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan,
dan institusi lain baik dalam maupun luar negri yang semuanya diciptakan untuk satu
tujuan yaitu mendukung keberhasilan mereka dimasa mendatang.
1.5 Ide Bisnis
Berdasarkan pembahasan sebelumnya diperoleh pengetahuan bahwa ada
tantangan dan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan SDM yang berkualitas,
meningkatkan daya saing tenaga kerja di Masyarakat Ekonomi Asean, perkiraan
mengenai surplus demografi, kurangnya bimbingan dan keterampilan bagi siswa
SMA yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dan menentukan karir, serta
19
peningkatan permintaan akan pendidikan, diperoleh beberapa pilihan yang dapat
dilakukan generasi muda sebagai berikut:
1. Bimbingan konseling untuk menentukan jurusan bagi siswa SMA yang
hendak melanjutkan ke perguruan tinggi.
2. Mendatangi universitas-universitas untuk mengetahui lebih mendalam
jurusan yang tersedia.
3. Tes bakat dan minat oleh psikolog untuk menentukan jurusan dan karir
yang dapat dipilih
4. Mengikuti pelatihan berupa training profesi
5. Mengikuti seminar mengenai dunia pekerjaan
6. Membangun network dengan professional, lembaga, perusahaan, dan
institusi.
Apabila pilihan diatas dilakukan seluruhnya, siswa harus menyiapkan biaya
yang besar, waktu yang panjang, dan usaha yang besar. Oleh karena itu Teen Edu
hadir memberi innovative integrated solution bagi generasi muda untuk
mengembangkan potensi, bakat, dan minat secara efisien dan efektif menggunakan
practical approach berupa industry insight sharing, simulasi, dan kasus dunia kerja
nyata, didukung oleh teknologi berbasis IT, tenaga pengajar yang berpengalaman dan
penyediaan channel ke lembaga-lembaga pendidikan, perusahaan, dan institusi lain
baik dalam maupun luar negri yang semuanya diciptakan untuk satu tujuan yaitu
mendukung keberhasilan mereka dimasa mendatang.
20
Gambar 1.3 Framework Bisnis Teen Edu
Tidak hanya bermanfaat bagi siswa yang mengikuti program saja, namun
karena terjadi peningkatan permintaan pendidikan, bisnis Teen Edu dapat menjadi
pelopor dibidangnya dan terus hadir secara berkesinambungan membimbing generasi
muda Indonesia demi terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dan
berpotensi.