bab i - juriyah | universitas trunojoyo madura · web viewsetelah membaca bab ini, mahasiswa...
TRANSCRIPT
TEORI KEBIJAKAN MONETER
Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami tentang konsep dasar dan pengertian Kebijakan Moneter
2. Memahami tentang konsep tenggang waktu (lag) efek dari kebijakan
moneter terhadap perkembangan perekonomian
3. Menjelaskan tentang kerangka strategis kebijakan moneter
4. Menjelaskan tentang mekanisme transmisi kebijakan moneter
5. Menjelaskan tentang kerangka operasional kebijakan moneter
6. Memahami konsep penargetan inflasi atau Inflation Targeting Framework
(ITF)
Deskripsi Singkat:
Paba bab 9: Kebijakan Moneter, menguraikan tentang konsep-konsep
dasar dan pengertian kebijakn moneter, adanya tenggang waktu (lag) efek
dari kebijakan moneter terhadap perkembangan perekonomian, kerangka
strategis kebijakan moneter, beberapa mekanisme transmisi kebijakn
moneter anatara lain melalui jalur suku bunga, jalur harga aset, jalur kredit,
dan jalur ekspektasi, cara kerja kebijakan moneter yang dijelaskan melalui
kerangka kerja kebijakan moneter, dan konsep penargetan inflasi atai
Inflation Targeting Framework sebagai konsep baru dalam kebijakan
moneter.
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 91
BAB 9
9.1. Konsep dan Pengertian
Kebijakan Moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral
dalam bentuk pengendalian besaran moneter dan atau suku bunga untuk mencapai
perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Pada dasarnya tujuan
kebijakan moneter adalah dicapainya keseimbangan interen (internal balance) dan
keseimbangan ekstern (external balance). Keseimbangan interen biasanya
diwujudkan oleh terciptanya kesempatan kerja yang tinggi, dan laju inflasi yang
rendah. Sedangkan keseimbangan ekstern ditujukan agar neraca pembayaran
internasional seimbang.
Kebijakan moneter dibagi dalam dua jenis, yaitu kebijakan moneter
ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah
kebijakan moneter yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara
lain dilakukan melalui peningkatan jumlah uang beredar. Sedangkan kebijakan
moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk memperlambat
kegiatan ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui penurunan jumlah uang
beredar.
9.2. Tenggang Waktu (Lag) Efek dari Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter untuk tujuan stabilisai ekonomi tergantung pada,
kuat/tidaknya hubungan antara perubahan kebijakan moneter dengan kegiatan
ekonomi dan jangka waktu antara perubahan kebijakan moneter dan efeknya
terhadap kegiatan ekonomi. Jangka waktu antara perubahan kebijakan dengan
perubahan kegiatan ekonomi sering disebut tenggang waktu (lag).
Ada dua macam lag dalam kebijakan moneter, yaitu inside lag dan outside
lag. Yang dimaksud dengan inside lag adalah jarak waktu dari timbulnya
permasalahan di dalam perekonomian sampai dengan dimulainya tindakan
kebijakan untuk mengatasinya. Inside lag terdiri dari tiga macam lag. Pertama,
adalah jarak waktu mulai dari timbulnya masalah sampai dengan saat para pembuat
kebijakan menyadari bahwa memang ada masalah. Ini disebut recognition lag.
Kedua, adalah jarak waktu antara saat diketahuinya ada masalah dan saat
diputuskannya suatu tindakan. Disebut dengan decision lag. Ketiga adalah jarak
waktu antara saat keputusan kebijakn diambil dan saat keputusan tersebut mulai
dilaksanakan. Ini disebut action lag. Sedangkan outside lag adalah jarak waktu
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 92
antara saat mulai dilaksanakannya langkah kebijakan dan saat timbulnya akibat
pada perekonomian.
Masalah lag menjadi sangat penting terutama dalam kaitannya dengan
kebijakan stabilisasi. Lag ini menunjukkan efisiensi kebijakan moneter, karena
dengan adanya lag, seringkali kebijakan moneter yang ditujukan untuk stabilisasi
kegiatan ekonomi justru berakhir dengan ketidakstabilan.
Kebijakan moneter pada umumnya diterapkan sejalan dengan siklus
kegiatan ekonomi (business cycle). Kebijakan moneter yang diterapkan pada
kondisi ketika perekonomian sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat
(boom) tentu berbeda dengan kebijakan moneter yang diterapkan pada saat
perekonomian sedang melambat (resesi). Kebijakan moneter yang ekspansif
diyakini dapat mendorong kegiatan ekonomi yang sedang mengalami resesi.
Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif dapat memperlambat laju inflasi yang pada
umumnya terjadi pada saat kegiatan perekonomian sedang mengalami boom.
Gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi tersebut dapat dilihat pada grafik
dibawah ini
Gambar 9.1Siklus Kegiatan Ekonomi
Pada situasi dalam kurun waktu atau fase kegiatan perekonomian sedang
mengalami resesi (misalkan dari A ke B), bank sentral dapat memperpendek
periode resesi dengan melakukan kebijakan moneter yang ekspansif sehingga
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter
Output
Waktu
trend
A
B
C
F
ED
GFase Ekspansif
93
perekonomian dapat lebih cepat mengalami pemulihan kembali (recovery) dan
sebaliknya. Namun, dengan adanya lag sering mengakibatkan mekanisme tersebut
tidak berjalan dengan baik.
Kebijakan moneter yang ekspansif diambil pada saat perekonomian lesu.
Karena efek kebijakan ini ada tenggang waktu, maka baru terasa justru pada waktu
perekonomian membaik dan bahkan kegiatan ekonomi dapat lebih melonjak
dibandingkan dengan apabila tidak diambil kebijakan moneter yang ekspansif.
Kegiatan ekonomi terus meningkat dan inflasi mungkin dapat timbul. Untuk
mencegahnya, maka diambil kebijakan moneter yang kontraktif. Karena adanya lag,
maka efeknya terasa pada waktu kegiatan ekonomi menurun, dan bahkan
menurunnya lebih tajam.
9.3. Kerangka Strategis Kebijakan Moneter
Kerangka strategis kebijakan moneter pada dasarnya terkait dengan
penetapan tujuan akhir kebijakan moneter dan strategi untuk mencapainya.
Permasalahan yang sering terjadi adalah bahwa sasaran akhir yang ingin dicapai
dari suatu kebijakan moneter sangat banyak dan belum tentu semua dapat dicapai
secara bersamaan dan bahkan bisa saling kontradiktif. Misalnya, upaya untuk
mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja pada
umumnya dapat mendorong peningkatan harga sehingga pencapaian stabilitas
ekonomi makro tidak optimal. Menyadari hal ini, beberapa negara secara bertahap
telah bergeser menerapkan kebijakan moneter yang lebih memfokuskan pada
sasaran tunggal.
Secara prinsip terdapat beberapa strategi dalam mencapai tujuan kebijakan
moneter. Masing-masing strategi memiliki karakteristik sesuai dengan indikator
tertentu yang digunakan sebagai nominal anchor ”jangkar nominal” atau ”sasaran
antara” dalam mencapai tujuan akhir. Beberapa strategi kebijakan moneter tersebut,
antara lain:
1. Penargetan Nilai Tukar (Exchange Rate Targeting)
Strategi kebijakan moneter dengan penargetan nilai tukar mendasarkan pada
keyakinan bahwa nilai tukarlah yang paling dominan pengaruhnya terhadap
pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter. Pada umumnya, strategi ini
ditempuh oleh negara-negara yang perekonomiannya relatif kecil tetapi sangat
terbuka seperti Singapura dan Belanda.
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 94
Dalam pelaksanaannya, terdapat tiga alternatif yang dapat ditempuh:
a. dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap harga komoditas
tertentu yang diakui secara internasional
b. dengan menetapkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara-
negara besar yang mempunyai laju inflasi yang rendah
c. dengan menyesuaikan nilai mata uang domestik terhadap mata uang negara
tertentu ketika perubahan nilai mata uang diperkenankan sejalan dengan
perbedaan laju inflasi diantara kedua negara.
Kelebihan dari strategi penargetan nilai tukar adalah:
a. dapat meredam laju inflasi yang berasal dari perubahan harga barang-
barang impor
b. dapat mengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi
c. dapat memberikan kaidah baku (rules) dan dapat mendisiplinkan
pelaksanaan kebijakan moneter
d. penargetan nilai tukar bersifat cukup sederhana dan jelas sehingga mudah
dipahami oleh masyarakat
Sedangkan kelemahan dari strategi penargetan nilai tukar adalah:
a. Penargetan nilai tukar dalam kondisi perekonomian suatu negara sangat
terbuka dan mobilitas dana luar negeri sangat tinggi akan menghilangkan
independensi kebijakan moneter domestik dari pengaruh luar negeri
b. Dapat menyebabkan setiap gejolak struktural yang terjadi di negara lain
akan berdampak secara langsung pada stabilitas perekonomian domestik
c. Rentan terhadap tindakan spekulasi dalam pemegangan mata uang
domestik
2. Penargetan Besaran Moneter (Monetary Targeting)
Penargetan besaran moneter dilakukan dengan menetapkan pertumbuhan
jumlah uang beredar sebagai sasaran antara, serta kredit. Kelebihan utama dari
penargetan besaran moneter adalah dimungkinkannya kebijakan moneter yang
independen sehingga bank sentral dapat memfokuskan pencapaian tujuan yang
ditetapkan.
3. Penargetan Inflasi (Inflation Targeting)
Penargetan inflasi dilakukan dengan mengumumkan kepada public mengenai
target inflasi jangka menengah dan komitmen bank sentral untuk mencapai
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 95
stabilitas harga sebagai tujuan jangka panjang dari kebijakan moneter. Dengan
menargetkan inflasi sebagai jangkar nominal, bank sentral dapat menjadi lebih
kredibel dan lebih fokus didalam mencapai kestabilan harga sebagai tujuan
akhir.
4. Strategi Kebijakan Moneter tanpa jangkar yang tegas (implicit but not explicit anchor)
Dalam rangka mencapai kinerja perekonomian yang memuaskan , beberapa
Negara lebih memilih strategi kebijakan moneter tanpa mengungkapkan
penargetan secara tegas. Akan tetapi, bank sentral tetap memberikan perhatian
dan komitmen untuk mencapai tujuan akhir kebiajakn moneter.
9.4. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Kerangka strategis kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral banyak
dipengaruhi oleh keakinan bank sentral yangb bersangkutan terhadap suatu proses
tertentu mengenai bagaimana kebijakan moneter berpengaruh terhadap
perekonomian. Proses ini dikenal dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter.
Ada beberapa jalur moneter yang mempengaruhi kegiatan ekonomi,
diantaranya:
1. Jalur suku bunga
Mekanisme transmisi melalui jalur suku bunga menekankan bahwa kebijakan
moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melaui perubahan suku
bunga. Pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan pada
suku bunga jangka menengah-panjang melalui mekanisme penyeimbangan sisi
permintaan dan penawaran di pasar uang. Perkembangan suku bunga tersebut
akan mempengaruhi cost of capital (biaya modal) yang pada gilirannya akan
mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi yang merupakan
komponen dari permintaan agregat.
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 96
Gambar 9.2Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Suku Bunga
2. Jalur nilai tukar
Mekanisme transmisi melalui jalur nialai tukar menekankan bahwa pergerakan
nilai tukar dapat mempengaruhi perkembangan penawaran dan permintaan
agregat, dan selanjutnya output dan harga.
Gambar 9.3Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Nilai Tukar
3. Jalur harga aset
Mekanisme transmisi melalui jalur harga aset menekankan bahwa kebijakan
moneter berpengaruh pada perubahan harga aset dan kekayaan masyarakat
yang selanjutnya mempengaruhi pengeluaran investasi dan konsumsi. Apabila
bank sentral melakukan kebijakan moneter kontraktif, maka hal tersebut akan
mendorong peningkatan suku bunga, dan pada gilirannya akan menkan harga
pasar aset perusahaan. Penurunan harga aset dapat berakibat pada dua hal.
Pertama, mengurangi kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspansi.
Kedua, menurunkan nilai kekayaan dan pendapatan, yang pada gilirannya
mengurangi pengeluaran konsumsi. Secara keseluruhan kedua hal tersebut
berdampak pada penurunan pengeluaran agregat.
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
Jumlah Uang Beredar
Biaya Modal
Suku Bunga
Investasi/konsumsi
Kebijakan Moneter
Jumlah Uang Beredar
Harga Realtif Impor
Nilai Tukar
Harga
Permintaan Agregat
97
Gambar 9.4Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Harga Aset
4. Jalur kredit
Mekanisme transmisi melalui jalur kredit menekankan bahwa pengaruh
kebijakan moneter terhadap output dan harga terjadi melalui kredit perbankan.
Transmisinya dibedakan menjadi dua jalur. Pertama, bank lending channel (jalur
pinjaman bank) yang menekankan pengaruh kebijakan moneter pada kredit
karena kondisi keuangan bank , khususnya sisi aset. Kedua, firm balance sheet
channel (jalur neraca perusahaan) yang menekankan pengaruh kebijakan
moneter pada kondisi keuangan perusahaan seperti cash flow (arus kas) dan
leverage (rasio utang terhadap modal) dan selanjutnya mempengaruhi akses
perusahaan untuk mendapatkan kredit.
Menurut jalur pinjaman bank, selain sisi aset, sisi liabilitas bank juga
penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Apabila bank sentral
melaksanakan kebijakan moneter kontraktif, maka melalui rasio giro wajib
minimum di bank sentral, cadangan yang ada di bank akan mengalami
penurunan sehingga dana yang dapat dipinjamkan (loanable fund) oleh bank
akan mengalami penurunan. Apabila hal tersebut tidak diatasi dengan
melakukan penambahan dana/pengurangan surat-surat berharga, maka
kemampuan bank untuk memberikan pinjaman akan menurun. Kondisi ini
menyebabkan investasi dan selanjutnya mendorong penurunan output.
Sedangkan jalur neraca perusahaan menekankan bahwa kebijakan
moneter yang dilakukan oleh bank sentral akan mempengaruhi kondisi
keuangan perusahaan. Apabila bank sentral melakukan kebijakan moneter yang
ekspansif, maka suku bunga di pasar akan turun, dan mendorong harga saham
meningkat dengan demikian nilai pasar dari modal perusahaan akan meningkat
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
Jumlah Uang Beredar
Harga Aset
Suku Bunga
Investasi/konsumsi
98
dan rasio leverage perusahaan akan menurun sehingga dapat memperbaiki
tingkat kelayakan permohonan kredit yang diajukan perusahaan kepada bank.
Kondisi ini mendorong pemberian kredit oleh bank, selanjutnya meningkatkan
investasi dan pada akhirnya meningkatkan output.
Gambar 9.5Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Kredit
5. Jalur ekspektasi
Mekanisme transmisi melalui jalur ekspektasi menekankan bahwa kebijakan
moneter dapat diarahkan untuk mempengaruhi pembentukan ekspektasi
mengenai inflasi dan kegiatan ekonomi. Kondisi tersebut mempengaruhi
perilaku agen-agen ekonomi dalam melakukan keputusan konsumsi dan
investasi, yang pada gilirannya akan mendorong perubahan permintaan dan
inflasi.
Gambar 9.6Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui Jalur Ekspektasi
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
Jumlah Uang Beredar
Ketersediaan Kredit Bank
Liabilitas Bank
Investasi
Pemberian Kredit Bank
Nialai Bersih Perusahaan
Suku Bunga/Harga Saham
Kebijakan Moneter
Jumlah Uang Beredar
Ekspektasi Inflasi/Kegiatan Ekonomi
KeputusanInvestasi/konsumsi
99
9.5. Kerangka Operasional Kebijakan Moneter
Untuk mengetahui bagaimana suatu kebijakan moneter dilaksanakan, maka
perlu dipahami tentang kerangka operasional kebijakan moneter yang pada
umumnya mencakup instrumen, sasaran operasional, dan sasaran antara yang
dipergunakan untuk mencapai sasaran akhir yang telah ditetapkan.
Gambar 9.7Kerangka Kerja Kebijakan Moneter
Implementasi kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir dapat
dilakukan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatankuantitas
besaran moneter (quantity based approach) dan suku bunga sebagai harga besaran
moneter (price based approach). Pendekatan berdasarkan kuantitas dilakukan
dengan menetapkan sasaran operasional ug primer dan sasaran antara jumlah
uang beredar atau kredit pada tingkat tertentu. Sedangkan pendekatan berdasarkan
suku bunga dilakukan dengan mentapkan sasaran oparional suku bunga jangka
pendek pada tingkat tertentu, tetapi perkembangn suku bunga jangka menengah
tidak ditetapkan secara tegas sebagai sasaran antara. Pengaruh perubahan
sasaran operasional ditransmisikan pada perubahan sasaran akhir melalui
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter
Instrumen Sasaran Operasional
Sasaran Antara Sasaran Akhir
Kerangka Kerja Kebijakan Moneter
Kerangka Operasional Kerangka Strategis
“Jangkar” Nominal
- Nilai tukar Besaran moneter Inflasi (inflation targeting) Output nominal No explicit nominal anchor
Penargetan
100
- OPT - sk bunga jk. pd - sk. bunga jk. pj - Inflasi - Fas. Diskonto - uang primer - M1, M2, kredit - Pertumbuhan Ek. - Giro Wajib Min
perkembangan beragam variabel informasi yang berfungsi sebgai indikator utama
dari perkembangan kegiatan ekonomi dan tekanan inflasi.
Sasaran antara diperlukan karena untuk mencapai sasaran akhir yang
ditetapkan, terdapat tenggang waktu antara pelaksanaan kebijakan moneter dan
hasil pencapaian sasaran akhir. Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator-
indikator yang lebih segera dapat dilihat untuk mengetahui indikasi arah pergerakan
ekonomi dan inflasi ke depan dan respon kebijakan moneter yang diperlukan, yang
biasanya disebut sasaran antara. Selain itu, sasaran antara yang dipilih harus
memiliki kestabilan hubungan dengan sasaran akhir. Beberapa sasaran antara yang
dapat digunakan antara lain adalah besaran moneter seperti M1, M2, kredit, dan
suku bunga.
Selanjutnya, untuk mencapai sasaran antara tersebut, bank sentral
memerlukan sasaran-sasaran yang bersifat operasional agar proses transmisi dapat
berjalan sesuai dengan rencana. Sasaran operasional yang dpilih harus memiliki
kestabilan hubungan dengan sasaran antara, dapat dikendalikan bank sentral, dan
informasi tersedia lebih awal daripada sasaran antara. Beberapa sasaran
operasional yang dapat digunakan antara lain adalah uang primer (M0) dan suku
bunga jangka pendek.
Sedangkan, instrumen moneter adalah instrumen yang dimiliki oleh bank
sentral yang dapat digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk
mempengaruhi sasaran-sasaran operasional yang telah ditetapkan. Instrumen
kebijakan moneter dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu instrumen kebijakan
moneter langsung (direct monetary policy instrument) dan instrumen kebijakan
moneter tidak langsung (indirect monetary policy instrument).
1. Instrumen Kebijakan Moneter Langsung
Instrumen kebijakan moneter langsung adalah instrumen pengendalian moneter
yang digunakan bank sentral untuk mempengaruhi jumlah uang beredar secara
langsung, atau dengan kata lain adalah instrumen pengendalian moneter yang
dapat secara langsung mempengaruhi sasaran operasional yang diinginkan
oleh bank sentral. Instrumen kebijakan moneter langsung yang biasa digunakan
oleh bank sentral, anatara lain adalah:
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 101
a. Pagu Kredit (credit ceilling)
Pagu kredit adalah penentuan jumlah batas maksimal kredit yang
diperbolehkan untuk disalurkan oleh masing-masing bank yang ditetapkan
oleh bank sentral. Penentuan jumlah pagu kredit dapat ditetapkan
berdasarkan jumlah modal yang dimiliki oleh bank atau dikaitkan dengan
jumlah dana pihak ketiga yang dikelola bank. Kebijakan pagu kredit ini
pernah dilakukan di Indonesia sampai pada era deregulasi atau kebijakan
moneter dan perbankan 1 Juni 1983.
b. Penetapan tingkat bunga (interest rate ceilling)
Penetapan tingkat bunga dilakukan dengan menentukan besarnya tingkat
bunga yang diberikan atau dikenakan oleh bank kepada nasabahnya, baik
nasabah deposan atau penabung maupun nasabah debitur. Pengunaan
instrumen ini pernah dilakukan Indonesia sampai dengan pertengahan 1983
bersamaan dengan ditinggalkannya kebiajakn pagu kredit 1 Juni 1983.
c. Penurunan nilai uang
Salah satu kebijakan pengendalian moneter yang berdampak langsung
terhadap pengurangan jumlah uang beredar adalah dengan menurunkan
nilai uang yang ada di tangan masyarakat atau perbankan. Penurunan nilai
uang biasanya dilakukan dengan prosentase tertentu dari nilai nominal uang,
tergantung pada kebijakan pemerintah atau bank sentral. Pengurangan uang
itu tidak mendapat penggantian dari pemerintah. Pada akhir tahun 1950-an
pemerintah Indonesia pernah melakukan penurunan nilai uang dengan cara
menggunting uang menjadi hanya bernilai 50% saja.
d. Kredit langsung (direct loan)
Kredit langsung dimaksudkan untuk membantu pembiayaan sektor-sektor
usaha tertentu yang merupakan sektor yang diprioritaskan untuk
dikembangkan dan telah diprogram oleh pemerintah. Kredit ini disalurkan
langsung oleh pemerintah melalui lembaga keuangan (perbankan) sebagai
agen pemerintah. Pemerintah Indonesia telah banyak menyalurkan kredit
langsung pada tahun 1980-an untuk memacu perkembangan sektor usaha
kecil menengah, yaitu kredit modal kerja permanen dan kredit investasi kecil.
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 102
2. Instrumen Kebijakan Moneter Tidak Langsung
Instrumen kebijakan moneter tidak langsung adalah instrumen pengendalian
moneter yang secara tidak langsung mempengaruhi sasaran operasional ke
arah yang ditargetkan oleh bank sentral sebagi otoritas moneter. Instrumen tidak
langsung yang digunakan bank sentral adalah sebagai berikut:
a. Likuiditas Wajib Minimum (Statutory Reserve Requirements)
Likuiditas wajib minimum adalah ketentuan yang mewajibkan setiap bank
memelihara sejumlah minimum alat likuid yang dinyatakan dalam prosentase
tertentu dari jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun atau kewajiban lancer
bank. Di Indonesia sampai dengan Pakto 27, 1988, alat likuid yang wajib
dipelihara terdiri dari kas dan giro pada Bank Indonesia sebesar 15% dari
kewajiban segera bank. Selanjutnya, ketentuan likuiditas wajib minimum
berdasarkan Pakto 27, 1988 mengalami perubahan. Komponen alat likuid
yang wajib dipelihara bank hanyalah saldo giro pada BI sebesar minimum
2% dari dana pihak ketiga. Sedangkan komponen kas yang sebelumnya
menjadi komponen alat likuid pengelolaannnya diserahkan ke masing-
masing bank. Oleh karena itu, ketentuan likuiditas wajib minimum juga
disebut sebagai Giro Wajib Minimum (GWM).
b. Fasilitas Diskonto (Discount Facility)
Fasilitas diskonto adalah fasilitas yang diberikan kepada perbankan dalam
bentuk pinjaman dengan menggunakan surat-surat berharga yang dimiliki
sebagai jaminan. Tingkat diskonto (discount rate) untuk fasilitas pinjaman ini
sangat dipengaruhi oelh arah kebijakan moneter.
c. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka (OPT) adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang
dilakukan oleh bank sentral dengan bank dan pihak lain dalam rangka
pengendalian moneter. OPT dilakukan melalui kegiatan: penerbitan Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), jual beli surat berharga dalam rupiah yang meliputi
SBI, Surat Utang Negara dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan
mudah dicaikan, penyediaan Fasilitas Simpanan Bank Indonesia dalam
rupiah (FASBI), dan jual beli valas.
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 103
d. Himbauan Moral (Moral Persuasion)
Cara kerja instrument ini adalah bank sentral memberikan himbauan kepada
bank-bank, biasanya terutama kepada bank-bank utama saja (leading bank),
agar menjalankan himbauan atau perintaan bank sentral sesuai dengan
kebijakan moneter yang dijalankannya.
9.6. Inflation Targeting Framework (ITF)
Inflation Targeting Framework merupakan suatu kerangka kerja kebijakan
moneter yang mempunyai cirri-ciri utama, yaitu adanya pernyataan resmi dari bank
sentral dan dikuatkan dengan undang-undang bahwa tujuan akhir kebijakan
moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah, serta
pengumuman target inflasi kepada publik.
Prinsip dasar yang melandasi kerangka kerja ITF adalah bahwa sasaran
akhir dari kebijakan moneter diutamakan untuk mencapai dan memelihara laju
inflasi yang rendah dan stabil. Hal ini didasarkan pada dua pertimbangan pokok.
Pertama, laju inflasi yang tinggi menimbulkan biaya sosial yang harus ditanggung
oleh masyarakat karena menurunnya daya beli atas pendapatan yang diperolehnya
maupun meningkatnya ketidakpastian yang dapat mempersulit perencanaan usaha
dan memperburuk kegiatan perekonomian. Kedua, perkembangan teori ekonomi
dalam literatur dan temuan empiris di berbagai negara menunjukkan bahwa
kebijakan moneter dalam jangka menengah-panjang hanya berpengaruh pada
inflasi.
Konsep dasar kebijakan moneter dengan ITF dapat dijelaskan dengan
pokok-pokok kerangka kerja berikut:
1. Sasaran Inflasi
Kerangka ITF dimulai dengan penetapan dan pengumuman sasaran inflasi yang
ingin dicapai oleh bank sentral. Penetapan sasaran inflasi mempertimbangkan
berbagai faktor dan perkembangan ekonomi makro negara yang bersangkutan,
terutama besarnya kerugian sosial yang ditimbulkan oleh pengaruh tingginya
inflasi terhadap penurunan daya beli masyarkat. Selain itu, harus
dipertimbangkan pula efektivitas pencapaiannya melalui pelaksanaan kebijakan
moneter bank sentral, termasuk jenis inflasi yang dipergunakan dan jangka
waktu pencapaiannya.
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 104
2. Kebijakan moneter mengarah ke depan
Dengan inflasi sebagai sasaran akhir, perumusan kebijakan moneter diarahkan
untuk mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan untuk jangka waktu beberapa
tahun ke depan. Mengingat adanya lag dari pengaruh kebijakan moneter
terhadap inflasi, maka kebijakan moneter yang dilakukan sekarang
merupakanlangkah yang bersifat antisipatif, bukan reaktif, atas akan terjadinya
tekanan inflasi di masa yang akan datangdibandingkan dengan sasaran inflasi
yang telah ditetapkan.
3. Transparansi
Penerapan ITF menuntut transparansi (keterbukaan) yang tinggi dari bank
sentral. Transparansi bank sentral diperlukan untuk menjelaskan kebijakan
moneter yang ditempuhnya kepada masyarakat. Transparansi juga merupakan
sarana untuk menunjukkan komitmen bank sentral dalam mengatasi maslah
inflasi. Dengan demikian pelaku ekonomi akan semakin memahami dan
meyakini dasar pertimbangan dan arah kebijakan moneter yang ditempuh bank
sentral dalam mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Pemahaman ini akan
mengarahkan ekspektasi masyarakat terhadap inflasi kearah sasaran inflasi
yang diinginkan oleh bank sentral.
4. Akuntabilitas dan Kredibilitas
Dengan mengumumkan sasaran inflasi secara eksplisit kepada masyarakat
berarti melekat akuntabilitas karena pada akhirnya bank sentral harus
mempertanggungjawabkan pencapaian sasaran tersebut kepada masyarakat.
Kredibilitas bank sentral dengan demikian akan sangat tergantung pada
komitmen dan kemampuannya dalam mencapai target inflasi yang ditetapkan.
Beberapa syarat keberhasilan penerapan ITF, yaitu:
1. Kemandirian bank sentral terutama dalam melaksanakan kebijakan moneter
harus di atur dalam undang-undang dan dapat diwujudkan oleh bank sentral
yang bersangkutan
2. penerapan ITF biasanya disertai dengan sistem nilai tukar yang
mengambang.
3. Adanya suatu indikator harga yang relevan dengan sasaran kebijakan
moneter
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 105
4. Bank sentral harus mampu membangun metodologi proyeksi inflasi yang
baik.
5. Tidak adanya dominasi sektor fiskal dalam arti bahwa bank sentral harus
dilindungi dengan undang-undang dan dibebaskan dari segala pengaruh
atau kewajiban untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
Kelebihan kebijakan ITF, yaitu:
a. Kebijakan moneter lebih jelas dan terfokus
b. Membantu menurunkan atau mengarahkan ekspektasi inflasi dan lebih baik
dalam membatasi kejutan inflasi
c. Komunikasi, transparansi, dan akuntabilitas secara bersama diperkuat
d. Membantu dalam menurunkan volatilitas output dalam jangka menengah
e. Teruji dalam menghadapi kejutan ekonomi yang kurang menguntungkan
f. Relatif fleksibel dalam mengakomodasi kejutan inflasi temporer yang tidak
mengganggu pencapaian sasaran inflasi jangka menengah
g. Sejalan dengan independensi bank sentral dalam melaksanakan kebijakan
moneter diperkuat.
Soal-soal:1. Jelaskan pengertian kebijakan moneter dan apakah tujuan dari adanya
kebijakan moneter!
2. Untuk tujuan stabilisai ekonomi tergantung pada, kuat/tidaknya hubungan antara
perubahan kebijakan moneter dengan kegiatan ekonomi dan jangka waktu (lag)
antara perubahan kebijakan moneter dan efeknya terhadap kegiatan ekonomi.
Jelaskan tentang pembagian lag efek kebijakan moneter terhadap
perkembangan perekonomian!
3. Agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai, maka perlu ada kerangka
strategis dalam kebijakan moneter. Jelaskan berbagai pilihan kerangka strategis
yang dapat diambil agar tujuan kebijakan moneter dapat tercapai!
4. Jelaskan tentang berbagai mekanisme transmisi kebijakan moneter yang dapat
dipilih oleh otoritas moneter!
Daftar Pustaka1. Bank Indonesia (2004), Bank Indonesia Bank Sentral Republik Indonesia:
Sebuah Pengantar, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, BI. Jakarta.
2. Pohan, Aulia (2008), Kerangka Kebijakan Moneter, Rajawali Press, Jakarta.
Bab 9: Teori Kebijakan Moneter 106