bab i jjjj

33
KATA PENGANTAR Puji syukur kami sampaikan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Anak dengan gangguan sistem pernafasan: Asfiksia Neonatorum”. Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yusnaini Siagian, S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan anak. Penulis menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna memperbaiki makalah untuk di masa yang akan datang, semoga ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya tenaga kesehatan. Tanjungpinang, 12 Oktober 2012 Penyusun

Upload: hany-krisbianti

Post on 25-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTARPuji syukur kami sampaikan atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nyapenulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul makalah ini adalah Asuhan Keperawatan Anak dengan gangguansistem pernafasan: Asfiksia Neonatorum.Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada IbuYusnaini Siagian, S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah keperawatan anak.Penulis menyadari dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna memperbaiki makalah untuk di masa yang akan datang, semoga ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya tenaga kesehatan.

Tanjungpinang, 12Oktober2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.iDAFTAR ISI....iiBAB IPENDAHULUANA.LatarBelakang.... 1B.TujuanPenulisan....1C.Metode Penulisan...........3BAB IITINJAUAN TEORITIS1.Pengertian.. 42.Anatomi Fisiologi...................................... 43.Etiologi... 74.Patofisiologi............................................... 85.Klasifikasi..................................................86.Tanda dan Gejala.... 117.Manifestasi Klinik......................................108.Komplikasi.....109.Pemeriksaan Penunjang..............................1210.Penatalaksaan Medis dan Keperawatan......1211.Asuhan Keperawatan..................................15a.Pengkajian................15b.Diagnosa...........17c.Intervensi..18BAB IIITINJAUAN KASUS SECARA TEORITIS.....22BAB IVPEMBAHASAN.....37BAB VKESIMPULAN & SARAN...............................40DAFTAR FUSTAKA.......iii

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangAsfiksia adalah keadaan diman bayi yang baru diahirkan tidak segera bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dan rahim yang berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan dan setelah lahir.Di Indonesia, angka kematian neonatal sebesar 25 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal dini (0-7 hari) sebesar 15 per 1000 kelahiran hidup. Dari hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 penyebab utama kematian neonatal dini adalah BBLR (35%), asfiksia (33,6%), tetanus (31,4%). Sebagian kasus asfiksia pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterin. Maka dari itu, diagnosa dini pada penderita asfiksia mempunyai arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan. Setelah bayi lahir, diagnosis asfiksia dapat dilakukan dengan menetapkan nilai APGAR. Penilaian menggunakan skor APGAR masih digunakan karena dengan cara ini derajat asfiksia dapat ditentukan sehingga penatalaksanaan pada bayi pun dapat disesuaikan dengan keadaaan bayi. Dari sumber lain juga ditemukan bahwa prematuritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayu baru lahir. Jadi, terdapat hubungan yang erat antara persalinan preterm dengan kejadian asfiksia. Di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 persalinan sebanyak 1972 orang dimana pada tahun tersebut terdapat 163 bayi yang lahir diantaranya mengalami asfiksia neonatorum, dan 78 bayi lahir kurang bulan dan 85 (52,6 %) diantaranya mengalami asfiksia neonatorum.

2.2Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorum ?2. Apa yang menyebabkan terjadinya asfiksia neonatorum ?3. Bagaimana tanda dan gejala terjadinya asfiksia neonatorum ?4. Bagaimana patofisiologi terjadinya asfiksia neonatorum ?5. Sebutkan klasifikasi dari asfiksia neonatorum?6. Bagaimana komplikasi dari asfiksia neonatorum ?7. Bagaimana penatalaksanaan asfiksia neonatorum ?8. Bagaimana asuhan keperawatan asfiksia neonatorum ?

2.3Tujuan Penulisan1.Tujuan UmumDiharapkan mahasiswa dapat memahami rencana asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem pernafasan : asfiksia neonatorum.2.Tujuan Khususa.Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada anak asfiksia neonatorumb.Mahasiswa mampu melakukan analisa data, serta menetukan diagnosa keperawatan pada anak asfiksia neonatorumc.Mahasiswa mampu melakukan intervensi yang sesuai dengan masalah pada anak asfiksia neonatorumd.Mahasiswa mampu melakukan evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada anak asfiksia neonatorume.Mahasiswa mampu melakukan pembahasan pada anak dengan asfiksia neonatorum

BAB IIPEMBAHASAN

2.1.PengertianAsfiksia neonatorium ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan hipoksia janin dalam uterus danhipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah lahir(Ilmu Kebidanan, 2002).Akibat-akibat asfiksia akan bertanbah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.

2.2 Etiologi dan Faktor PredisposisiHipoksia janin yang menyebakan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas secara transpor O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini adapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain. Pada keadaan terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan oksigenasi serta kekurangan penberian zat-zat makanan berhubungan dengan gangguan fungsi plasenta. Hal ini dapat dicegah atau dikurangi dengan melakukan pemerikasaan antenatal yang sempurna, sehingga perbaikan sedini-dininya dapat diusahakan.Faktor-faktor yang dimbuk dalam persalinan bersifat lebih mendadak dan hampir selalu mengakibatkan anoksia atau hioksia janin dan berakhir dengan asfiksia bayi. Faktor itu diantaranya :a.Faktor-faktor dari pihak janin:1)Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat,2)Deprei pernafasan karena obat-obat anestesia/analgetika yang diberikan kepada ibu, perdarahan intrakranial, dan kelainan bawaanb.Faktor dari pihak ibu:1)Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetani2)Hiptensi mendadak pada ibu karena perdarahan3)Hipertensi pada eklamsia4)Gangguan mendadak pada plasenta, seperti solusio plasenta5)Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.c.Faktor plasentaPertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta,plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel.d.Faktor persalinanMeliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.

2.3PatofisiologiBila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah rangsangan dari nervus simpatikus. Denyut jantung janin menjadi lebih cepat akhirnya irreguler dan menghilang.Secara klinis tanda-tanda asfiksia adalah denyut jantung janin yang lebih cepat dari 160x / menit atau kurang dari 100x / menit, halus dan irreguler dan menghilang, serta adanya pengeluaran mekonium.Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam asfiksia.a.Jika denyut jantung janin normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksiab. Jika denyut jantung janin lebih dari 160x / menit dan ada mekonium : janin sedang asfiksiac.Jika denyut jantung janin kurang dari 100x / menit dan ada mekonium : janin dalam keadaan gawat.

Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin, dan bila kita periksa kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.

2.4Klasifikasi AsfiksiaKlasifikasi klinik nilai APGAR :Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:a.Asfiksia Ringan (vigorus baby)Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakanistimewa.b.Asfiksia sedang (mild moderate asphyksia)Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.c.Asfiksia Berat Tanda012Jumlah Nilai

Frekwensi jantungTidak adaKurang dari 100 X/menitLebih dari 100 X/menit

Usaha bernafasTidak adaLambat,tidak teraturMenangis kuat

Tonus ototLumpuhEkstremitas fleksi sedikitGerakan aktif

RefleksTidak adaGerakan sedikitMenangis

WarnaBiru / pucatTubuh kemerahan, ekstremitas biruTubuh dan ekstremitas kemerahan

Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.Tabel. 1.1 Daftar penilaian keadaan bayi secara penilaian apgarDilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar).1)Penilaian apgar scorePenilaian apgar ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan mortalitas bayi baru lahir. Patokan klinik yang dinilai adalah :a)Mengihitung frekuensi jantungb)Melihat usaha bernafasc)Melihat tinus ototd)Melihat refleks terhadap rangsangane)Memperhatikan warna kulit.

6.Manifestasi KlinisApabila asfiksia berlanjut bayi akan menunjukan megap-megap yang dalam, denyut jantung cepat, dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apnue yang disebut apnue sekunder, selama apnue sekunder ini denyut jantung, tekanan darah, dan kadar oksigen dalam darah(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi kecuali apabila resusitasi dengan pernafasan buatan dan pemberian oksigen dimulai dengan segera. Gejala dan tanda-tanda asfiksia termasuk tidak bernafas atau bernafas megap-megap, warna kulit kebiruan, kejang, dan penurunan kesadaran.

6.Komplikasi AsfiksiaKomplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :a.Edema otak & Perdarahan otakPada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan otak.b.Anuria atau oliguriaDisfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.c.KejangPada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.d.KomaApabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan meyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

2.7Pemeriksaan Penunjanga.Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari :1)Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb cenderung turun karena O2dalam darah sedikit.2)Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.3) Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)4)Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.b.Nilai analisa gas darah pada bayi post asfiksi terdiri dari :1)pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis metabolik.2)PCO2(normal 35-45 mmHg) kadar PCO2pada bayi post asfiksia cenderung naik sering terjadi hiperapnea.3)PO2(normal 75-100 mmHg), kadar PO2pada bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.4)HCO3(normal 24-28 mEq/L)5)UrineNilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari :Natrium (normal 134-150 mEq/L). Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)6)Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.

8.Penatalaksanaan KeperawatanPenatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia sedang menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut :a.Tindakan umum1)Pengawasan suhuBayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu BBL dengan :a)Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.b)Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.c)Bungkus bayi dengan kain kering.2)Pembersihan jalan nafasSaluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lendir.3)Rangsangan untuk menimbulkan pernafasanRangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.

b.Tindakan khusus1)Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu dengan :a)Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2secara langsung dan berulang atau dengan melakukan intubasi endotracheal dan O2dimasukkan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml. Hal ini mencegah terjadinya iritasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi ruptur aveoli. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara ke dalam kateter dari mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa.b)Memberikan natrikus bikarbonat dengan dosis 2-4 mEQ/kg BBc)Masase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur 80-100 x/mnt. Tindakan ini berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap 5 x masase diikuti 1x pemberian nafas. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan kemungkinan timbulnya komplikasi pneumotoracks jika tindakan ini dilakukan bersamaan.d)Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis 0,5- 1 cc secara intravena (sebegai obat inotropik) dan kalsium glukonat 50-100 mm/kg BB secara intravena, untuk meningkatkan frekuensi jantung.2)Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)Dilakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan:a)Melakukan rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR 1 menit.b)Melakukan nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam hidung, O2dialirkan dengan kecepatan 1-2 liter/menit. Bayi diletakkan dengan kepala dalam dorsofleksi, dilakukan dengan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut disertai dengan menggerakkan dagu ke atas dan kebawah dalam frekuensi 20 x/ menit.c)Melakukan pernafasan mulut ke mulut yag seharusnya dalam mulut bayi dimasukkan pharingeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan, sebelum mulut penolong diisi O2sebelum peniupan, peniupan dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 x/menit.

c.Tindakan lain dalam resusitasi1)Pengisapan cairan lambung dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada bayi prematur, sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang mendapatkan anastesia dalam persalinan.2)Penggunaan obat Nalorphin diberikan pada bayi yang disebabkan oleh penekanan pernafasan akibat morfin atau petidin yang diberikan selama proses persalinan.Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain1)Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)Caranya:a)Bayi dibungkus dengan kain hangatb)Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir padahidung kemudian mulutc)Bersihkan badan dan tali pusat.d)Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.2)Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)Caranya :a)Bersihkan jalan napas.b)Berikan oksigen 2 liter per menit.c)Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).d)Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc.Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.3)Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)a)Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.b)Berikan oksigen 4-5 liter per menit.c)Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube)d)Bersihkan jalan napas melalui ETT.e)Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

2.9Asuhan Keperawatana.Pengkajian1)Sirkulasia)Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).b)Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum pada ruang intercosta III/ IV.c)Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.d)Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.2)Eliminasia)Dapat berkemih saat lahir.3)Makananataucairana)Berat badan : 2500-4000 gramb)Panjang badan : 44-45 cmc)Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)4)Neurosensoria)Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.b)Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).c)Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang)5)Pernafasana)Skor APGAR : 1 menit. 5 menit skor optimal harus antara 7-10.b)Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.c)Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.6)Keamanana)Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada usia gestasi).b)Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps), atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal)

b.Diagnosa KeperawatanDiagnosakeperawatandiagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien post asfiksia berat antara lain:1)Gangguan pemenuhan kebutuhan O2berhubungan dengan post asfiksia beratekspansi yang kurang adekuat.2)Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan obstruksi mekanis (adanya secret)3)Resiko terjadinya hipotermib.dadanya proses persalinan yang lama dengan ditandai akral dingin suhu tubuh dibawah 36 C4)Resiko gangguan penemuankebutuhan nutrisi berhubungan dengan reflek menghisap lemah.5)Hipertermiberhubungan dengan transisi lingkungan ekstra uterinneonatus6)Resiko terjadinya hipoglikemiab.dmetabolisme yang meningkat.7)Gangguan hubungan interpersonal antara ibu dan bayib.drawatterpisah

c.Intervensi KeperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasional

1.Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 berhubungan dengan post asfiksia berat, ekspansi yang kurang adekuatSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kebutuhan O2 bayi terpenuhiKriteriaHasil:1.Pernafasan normal 40-60 kali permenit;2.Pernafasan teratur;3.Tidak cyanosis;4.Wajah dan seluruh tubuh warna kemerahan;5.Gas darah normal.

1.Letakkan bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahuterangkat 2-3 cm.2.Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.

3.Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.4.Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas darah arteri.1.Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas

2.Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna3.Deteksi dini adanya kelainan.

4.Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama untuk jantung dan otak. Dan peningkatankadar PCO2 menunjukkan hypoventilasi.

2.Resiko terjadinya hipotermi b.d adanya proses persalinan yang lama dengan dintadai akral dingin suhu tubuh dibawah 36 C

Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi hipotermia.Kriteria Hasil:1.Suhu tubuh 36,5 37,5C;2.Akral hangat;3.Warna seluruh tubuh kemerahan.1.Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant warmer).

2.Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan tubuh, letakkan bayi diatas handukataukain yang kering dan hangat.3.Observasi suhu bayi tiap 6 jam.4.Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.1.Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.2.Mencegah kehilangan cairan tubuh melalui konduksi

3.Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat hipotermia.4.Mencegah terjadinya hipoglikemia

3.Resiko gangguan penemuankebutuhan nutrisib.dreflek menghisap lemah.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharpkankebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria Hasil :1.Bayi dapat minum ppersonde dengan baik;2.Berat badan tidak turun lebih dari 10%;3.Retensi tidak ada

1. Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi serta konsistensi.

2. Monitor turgor dan mukosa mulut

3.Monitor intake dan out put.

4.Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.

5.Lakukan control berat badan setiap hari.1.Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera mendapat tindakan / perawatan yang tepat2.Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa mulut.3.Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).4.Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.5.Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.

4.Resiko terjadinya hipoglikemiaberhubungan dengan metabolisme yang meningkat.Setealah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi hipoglikemia selama masa perawatan.KriteriaHasil1.Akral hangat2.Tidak cyanosis3.Tidak apnea4.Suhu normal (36,5C -37,5C);1.Berikan nutrisi secara adekuat dan catat serta monitor setiap pemberian nutrisi

2.Beri selimut dan bungkus bayi serta perhatikan suhu lingkungan.

3.Observasi gejala kardinal (suhu, nadi, respirasi).4.Kolaborasi dengan team medis untuk pemeriksaan laborat yaitu distrostikterapy yang di jalani.1.Mencegah pembakaran glikogen dalam tubuh dan untuk pemantauan intake dan out put.2.Menjaga kehangatan agar tidak terjadi proses pengeluaran suhu yang berlebihan sedangkan suhu lingkungan berpengaruh pada suhu bayi3.Deteksi dini adanya kelainan.

4.Untuk mencegah terjadinya hipoglikemia lebih lanjut dan kompli-kasi yang ditimbulkan pada organ - organ tubuh yang lain.

e.EvaluasiSetelah dilakukan implementasi, semua masalah belum terasi danintervensidilanjutkan. Masalah yang belum teratasi adalah sebagai berikut : gangguan pemenuhan kebutuhan O2b.dpost asfiksia berat,ekspansi yang kurang adekuat, hipertermib.d transisi lingkungan ekstra uterinneonates, resiko gangguan penemuankebutuhan nutrisi.b.dreflek menghisap lemah.

BAB IIIPENUTUP

3.1KesimpulanAsfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas dengan spontan dan teratur segera setelah lahir.Untuk menentukan derajat asfiksia dapat menggunakan APGAR score.Dalam pelaksanaan asuhankeperawatanpada bayi dengan asfiksiadiperlukan perawatan dan penatalaksanaan yang tepat dan cepat sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi / keadaan bayi yang bertambah buruk. Sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Bayi dengan asfiksia pertolongan pertamanya dapat di lakukan dengan tindakan Resusitasi. Resusitasi(respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. Asfiksasi neonatorum paling banyak terjadi pada pada bayi dalam persalinan pretern.

3.2SaranSelumnyakamimengucapkan terimakasih kepadaIbu Yusnaini Siagian,S.Kep, Ns selaku dosen pembimbing,karena dengan adanya tugas asuhan keperawatan anak dengangangguanasfiksia neotorumini, kami bisamemahami dan mempelajarinyaproses keperawatanya. Walaupun makalah ini masih banyak kurangnya tapi kritik bagi pembaca khususnya dosen pembimbing kami harapkan. Dan saran dari kami, dengan adanya pelajaran ini, kami harap mahasiswa- mahasiswi dapat mengerti dan memahami apa ituasfiksia neotorumdan mengerti asuhan keperawatan anak dengan gangguanasfiksia neoturum.

DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa (2002).Edisi 3 Ilmu Kandungan. Editor Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH. Jakarta: VTNovita, Regina (2011).Keperawatan Arif, Mansjoer, 2000.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi III. Jakarta: FKUI.Carpenito, Lynda Juall. 2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi. 8.Jakarta: EGC.Doengoes, Marilynn. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III.Jakarta: EGC.