bab i jangir
DESCRIPTION
jaringan irigasiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Air untuk Irigasi dan Sistem Jaringan Irigasi
Dalam tugas ini, kita akan mempelajari bagaimana memanfaatkan sumber-
sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan
bercocok tanam, atau biasa diistilahkan air adalah sumber daya alami terbesar yang
dianugrahkan Tuhan pada umat manusia. Manusia sangat membutuhkan air untuk
mempertahankan hidupnya. Tercatat dalam sejarah bahwa permulaan peradaban di
muka bumi ini pada daerah yang dilalui aliran sungai seperti sungai Nil di Mesir, sungai
Indus di India dan sungai Hwang-Ho di Cina.
Dalam penggunaannya dalam kebutuhan air sehari-hari, sebanyak kurang lebih
80% di bumi ini digunakan untuk lahan bercocok tanam. Terdapat dua sumber air yang
dapat kita kenal, Sumber air yang berasal dari permukaan (surface water) seperti danau,
aliran sungai dan lain-lain. Dan sumber mata air yang berasal dari dalam tanah (ground
water) seperti mata air. Pemanfaatan sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan
dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan
dengan kata irigasi. Irigasi memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan
hasil pangan. Dewasa ini hanya sekitar 15 % tanah yang memadai untuk lahan pertanian
menerima irigasi yang terjamin. Masih banyak lahan pertanian yang belum tersentuh
irigasi.
Jaringan irigasi berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran, dan lengkapnya
fasilitas dibagi menjadi tiga tingkat sebagi berikut.
1
2
1. Irigasi non teknis/sederhana
Dalam sistem irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur,
air lebih akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air tergabung dalam
satu kelompok sosial yang sama, dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah di
dalam organisasi jaringan ini. Persediaan air biasanya melimpah dan
kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir tidak
diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. Pada intinya irigasi non
teknis hampir tidak mempunyai saluran-saluran dan bangunan-bangunan irigasi.
Walaupun organisasinya mudah jaringan irigasi non teknis memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan pertama adalah banyaknya air yang terbuang, karena
terletak di daerah yang tinggi banyak air yang tidak sampai di daerah rendah
yang subur. Kelemahan kedua adalah membuang biaya, karena setiap desa
melakukan pengambilan sendiri-sendiri.
Gambar 1.1. Irigasi Non Teknis/SederhanaSumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01
3
2. Irigasi semi teknis
Pengaliran air ke sawah dapat diatur, tetapi banyaknya aliran tidak dapat
diukur. Pembagian air tidak dapat dilakukan dengan seksama. Memiliki sedikit
bangunan permanen. Dan hanya ada satu alat pengukur aliran yang biasanya
ditempatkan pada bangunan bendung. Sistem pemberian air dan sistem
pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah. Dalam banyak hal, perbedaan
satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan semiteknis adalah bahwa yang
belakangan ini bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pengambilan dan
bangunan pengukur di bagian hilirnya. Sistem pembagian air biasanya serupa
dengan jaringan irigasi sederhana, sehingga ada kemungkinan pengambilan
dipakai untuk melayani atau mengaliri daerah yang lebih luas. Oleh karena itu,
biasanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya lebih
rumit dan jika bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai ,
maka diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini
Departemen Pekerjaan Umum. Dapat disimpulkan jaringan irigasi semi teknis
mempunyai saluran-saluran dan bangunan-bangunan namun tidak lengkap.
Gambar 1.3. Irigasi Semi TeknisSumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01
4
3. Irigasi teknis
Merupakan jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan
jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur, dan terkontrol
pada beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat permanen. Luas
daerah irigasinya di atas 500ha. Pada irigasi teknis mempunyai saluran primer,
sekunder, tersier dan kuarter serta bangunan pelengkap lainnya. Beberapa
contohnya ialah sistem irigasi Jatiluhur, Pemail Comal, dan Sampean.
Dalam jaringan irigasi teknis, petak tersier menduduki fungsi sentral. Sebuah
petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
umumnya berkisar antara 50-100ha, kadang sampai 150ha. Petak tersier
menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu
jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Pembagian air di dalam
petak tersier kapada para petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter
mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan
saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan
pembuang primer.
Gambar 1.3. Irigasi TeknisSumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01
Tabel 1.1 Perbandingan macam-macam jaringan
5
Klasifikasi jaringan irigasiTeknis Semiteknis Sederhana
Bangunan utama Banguan permanen
Bangunan permanen atau semi permanen
Bangunan sementara
Kemampuan bangunan dalam mengukur & mengatur debit
Baik Sedang Jelek
Jaringan saluran Saluran irigasi dan pembuang terpisah
Saluran irigasi dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah
Saluran irigasi dan pembuang jadi satu
Petak tersier Dikembangkan sepenuhnya
Belum dikembangkan atau densitas bangunan tersier jarang
Belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan
Efisiensi secara keseluruhan
50-60% 40-50 % <40%
Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha Tak lebih dari 500 ha
6
Macam Jaringan Irigasi :
1. Jaringan irigasi utama
Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke
patok-patok tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir. Saluran primer melayani petak primer.
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier
yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah
pada bangunan sadap terakhir.
Saluran pembawa membawa air irgasi dari sumber air lain (bukan sumber
yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer.
Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak
tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk
dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi
tanggung jawabnya.
2. Jaringan saluran irigasi tersier
Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama
ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah
boks bagi kuarter yang terakhir.Panjang saluran tersier sebaiknya kurang
dari 1500 m.
Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap
tersier atau parit sawah ke sawah-sawah. Panjang saluran kuarter sebaiknya
di bawah 500m dan luasnya antara 8-15ha.
Gambar 1.5. Jaringan Irigasi
Sumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01
7
1.2. Maksud dan Tujuan Irigasi
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 1 tahun 1982, tujuan irigasi
disediakan dan dimanfaatkan adalah untuk memperoleh hasil produksi yang optimal
dari semua usaha pertanian yang mendapatkan manfaat dari air irigasi. Menurut
Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 2 tahun 1982, maksud irigasi disediakan adalah
untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi usaha pertanian dalam jumlah dan waktu
yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan bagi semua tanaman menurut tata yang telah
ditetapkan. Tujuan irigasi secara teknis adalah menampung dan mengumpulkan air serta
melancarkan jalannya air dari daerah-daerah tergenang (inundasi). Tujuan irigasi secara
langsung adalah untuk membasahi tanah agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik
untuk pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan prosentase kandungan air dan
udara sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah. Irigasi menunjang
produksi pertanian melalui cara-cara berikut :
a. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah yang suhu tanahnya terlalu
tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman maka suhu tanah tersebut
dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang bertujuan menurunkan
suhu.
b. Pemberantasan hama, sebagai salah satu contohnya adalah dengan
penggenangan air irigasi maka liang atau lubang tempat tikus bersarang akan
direndam oleh air dan tikus akan keluar sehingga lebih mudah dalam
pemberantasannya.
c. Membersihkan tanah, yaitu dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat adanya
unsur-unsur racun dalam tanah. Salah satu usaha untuk membersihkan tanah,
antara lain dengan menggenangkan air sawah untuk melarutkan unsur-unsur
berbahaya tersebut kemudian air genangan tersebut dialirkan ke tempat
pembuangannya.
d. Memperbaiki permukaan air tanah, misalnya dengan perembesan melalui
dinding-dinding saluran, permukaan air tanah dapat mempertinggi dan
memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui akar-akar meskipun
permukaan tanah tidak dibasahi.
e. Membersihkan bangunan air kotor, misalnya dengan prinsip pengeceran, karena
tanpa pengeceran tersebut air kotor dari kota akan berpengaruh jelek bagi
pertumbuhan tanaman.
8
f. Kulmatasi, yaitu menimbun tanah-tanah rendah dengan jalan mengalirkan air
berlumpur dan sebagai akibat dari endapan lumpur tersebut maka tanah yang
rendah akan menjadi cukup tinggi, sehingga genangan yang terjadi selanjutnya
tidak terlampau dalam kemudian dimungkinkan adanya usaha pertanian.
g. Dengan adanya irigasi diharapkan air dari sungai dan hujan dapat dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sehingga kebutuhan air tanaman
dapat dijaga keberadaannya yang akan dapat meningkatkan produksi tanaman.
Dengan demikian masalah kekurangan pangan dan sandang dapat diatasi. Lebih
lanjut, peningkatan produksi tanaman ini akan meningkatkan pendapatan petani.
1.3. Keuntungan Irigasi
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
Dengan adanya irigasi, diharapkan air dari sungai dan hujan dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, sehingga kebutuhan air tanaman dapat dijaga
keberadaanya yang akan dapat meningkatkan produksi tanaman. Pada perencanaan
penyediaan air irigasi, selain dimasukkan rencana penyediaan air untuk tanaman sebagai
tujuan utama, juga untuk kebutuhan air keperluan rumah tangga dalam memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, peternakan, perikanan air tawar, dan penggelontoran
daerah permukiman. Irigasi juga dapat digunakan sebagai penanggulangan bahaya
kebakaran. Masyarakat selalu diperkenankan menggunakan air yang berada pada
saluran-saluran irigasi, karena hal ini dianggap merupakan suatu keharusan untuk
mengatasi bahaya yang ditimbulkan oleh kebakaran tersebut demi pengamanan dan
kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan ataupun yang berada di sekelilingnya, juga
dapat digunakan sebagai untuk transportasi.
Beberapa keuntungan dari adanya suatu proyek-proyek tentang irigasi sebagai
berikut.
a. Perkembangan secara umum negeri tersebut dan kesehatan bangsa.
b. Perlindungan terhadap kelaparan dan persediaan pangan tercukupi.
c. Kemajuan dalam lahan bercocok tanam dan apresiasi dalam nilai tanah.
d. Pembangkit tenaga hidro-elektrik. Air terjun kadang bisa digunakan untuk
membangkitkan tenaga.
e. Pelayaran dalam negeri. Memungkinkan beberapa terusan-terusan besar
dikembangkan untuk kepentingan navigasi.
9
f. Penyediaan air domestik. Pada tempatnya saluran-saluran air merupakan satu-
satunya sumber air untuk kebutuhan air lokal.
g. Kemajuan dalam komunikasi. Jalan tidak berpermukaan diperlukan sepanjang
saluran-saluran penting, terutama untuk jalan inspeksi, dapat bermanfaat untuk
kepentingan pokok juga.
h. Perkebunan. Tumbuhan ditanam sepanjang pinggiran saluran, batas lapangan,
dan sebagainya meningkatkan bahan bakar kayu dan persediaan buah-buahan.
i. Penambahan persediaan air bawah tanah. Saluran dan air irigasi meresap ke
dalam tanah dan menjadi air tanah.
1.4 Syarat Utama Irigasi
Irigasi memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil pangan
karena dengan irigasi kebutuhan air untuk tanaman dapat terpenuhi. Sehingga proses
pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Syarat utama irigasi yang merupakan
tempat unsur fungsional pokok yang harus ada dalam irigasi, sebagai berikut.
a. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak
tersier.
b. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi dan di alirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air
ditampung di dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier.
c. Sistem pembuang yang ada di luar daeah irigasi untuk membuang kelebihan air
di sungai atau saluran-saluran alamiah.
d. Tersedianya sumber air dan air yang berlimpah untuk dapat mengalirkan air agar
dapat berguna bagi makhluk hidup. Karena jika tidak tersedia air yang melimpah
atau cukup banyak, maka air tidak bisa didistribusikan untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup.
Dengan adanya bangunan-bangunan utama, jaringan pembawa, petak-petak
tersier, dan sistem pembuang dapat mengorganisir air agar dapat cukup untuk
memenuhi kebutuhan. Karena apabila tidak terdapat empat unsur fungsional pokok
irigasi, air tidak dapat terorganisir dengan baik dan terjadi pemborosan air, serta bisa
saja air tidak sampai ke daerah yang lebih tinggi dari sumber.
1.5 Syarat Utama Air, Tanah, dan Tanaman untuk Irigasi
10
Air penting dalam pertumbuhan tanaman. Jumlah air yang diperlukan sebanding
dengan tumbuhan yang berkembang. Sebagai contoh pada penggunaan air pada
tanaman jagung:
Air sebagai unsur pokok 0,9 %
Air sebagai bahan reaksi 0,1 %
Air yang hilang dalam transpirasi 98,9 %
Air di dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
a. Air Higroskopis
Biasa ditahan sebagai partikel tanah oleh gaya tarik molekular dan tidak
terpengaruh oleh gerakan gaya gravitasi ataupun gerakan kapilaritas. Air ini
tidak cocok untuk tanaman.
b. Air Kapiler
Berada pada pori-pori kapiler tanah dan ditahan oleh gaya permukaan.
Cocok untuk digunakan di pertanian dengan syarat adanya sistem irigasi yang
baik.
c. Air Gravitasi
Merupakan air yang berlimpah dalam tanah yang dapat keluar dengan gaya
gravitasi dan juga turun hingga ke muka air tanah.
Air juga dapat diklasifikasikan berdasarkan atas ketersediaan air tanah bagi
tumbuhan yang terbagi atas tidak tersedia (unavailable), tersedia (available), dan
berlebihan (superflous). Klasifikasi air tanah sendiri terbagi atas bagian berikut.
a. Field capacity (kapasitas lahan)
Jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah kelebihan air gravitasi dibuang dan
setelah gerakan air untuk material telah menipis.
b. Permanent wilting point (titik laju penanaman)
Disebut juga koefesien laju, merupakan air dimana tanaman tidak dapat lagi
mengambil air dari tanah untuk pertumbuhannya. Merupakan tingkat paling
rendah pada jangkauan uap air yang tersedia. Untuk sebagian besar tanah,
nilainya sekitar 15% dari air higroskopis.
c. Avaible moisture (uap air yang tersedia)
Merupakan perbedaan jumlah air dalam tanah antara field capacity dan
permanent wilting. Air yang tersedia ini sangat berguna bagi tumbuhan.
d. Moisture equivalent (persamaan uap air)
11
Merupakan prosentase dari uap air yang terkumpul dalam sampel kecil dari tiap
kedalaman 1cm tanah kering dengan pengaruh gravitasi tiap 1000 kali dengan
periode 30 menit. Rumus perhitungannya sebagai berikut :
Persamaan Uap Air = kapasitas lahan (field capacity)
(Moisture Equivalent) = 1,8 hingga 2 titik laju permanen
= 2,7 hingga 3 nilai koefisien higroskopis
Tanah merupakan proses penguraian batuan yang terdiri dari proses mekanik
disintegrasi dan proses kimia dekomposisi. Ada beberapa jenis tanah yang mempunyai
komposisi mineral yang sama dengan batu asalnya atau beberapa mineral baru karena
dimungkinkan bersenyawa dengan air, karbondioksida dan mineral organik lainnya.
Tanah mendukung pertumbuhan tanaman dengan menyediakan air dan oksigen yang
sangat berguna bagi tanaman. Di dalam tanah selain terdapat air tanah juga terdapat
udara, mineral, dan karbonat bebas yang tersimpan pada lapisan teratas bumi. Juga
terdapat sisa-sisa tanaman dan hewan (fosil) dengan berbagai macam tingkatan
dekomposisi.
Sifat fisik tanah mempengaruhi kesuburan tanah dan daya tumbuh tanaman. Sifat
fisik terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah tekstur tanah dan
struktur tanah. Menurut ukurannya butiran tanah dibedakan atas pasir, lumpur, dan
tanah liat. Untuk mendapatkan mutu tanah yang baik dan lahan yang baik untuk untuk
irigasi perlu diperhatikan ciri fisik dan ciri kimianya, yaitu:
Sedangkan jenis tanah dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Uraian bagian
tersebut sebagai berikut.
a. Red soil (tanah merah)
Tekstur dari tanah merah kebanyakan sandy loam dan sandy lay yang
mempunyai derajat kapur rendah dan punya warna merah di permukaannya.
12
Biasanya kekurangan kadar nilai praktis yang tinggi dalam pengolahannya.
Selain itu juga dalam hal penggunaan irigasi, pupuk hijau, pupuk kimia, dan
lain-lain.
b. Laterit soil (tanah laterit)
Banyak dijumpai di puncak-puncak bukit, tekstur tanahnya terbuka dan berpori
namun seperti tekstur karang. Di tempat-tempat tersebut tanah laterit dibuat
sebagai bahan bangunan. Laterit punya kadar nitrogen, kadar phospor, potasium
dan kapur yang rendah.
c. Aluvial soil (tanah aluvial)
Biasa ditemui sepanjang aliran sungai dan biasanya datang bersamaan dengan
banjir. Teksturnya kekurangan nitrogen dan biasanya respon dengan pupuk
phospor. Tanah semacam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman beras, tebu
atau jagung.
d. Black soil (tanah hitam)
Pada umumnya tanah hitam punya tampilan bongkah-bongkah yang pecah
dimusim kering. Juga pada bagian-bagian tertentu punya kandungan kapur
dengan kedalaman tertentu pula. Tanah hitam respon terhadap penggunaan
pupuk nitrogen dan phospor. Juga dapat pula digunakan pupuk buatan dan
pupuk hijau (kompos).
e. Desert soil (tanah gurun)
Pada umumnya berpasir, punya curah hujan yang rendah, kadar garam yang baik
dan rendah kandungan organik yang lainnya. Tanah ini akan sangat produktif
jika diterapkan irigasi.
f. Sakine and alkaline soil
Terdapat pada daerah yang curah hujannya lebih tinggi dari tanah berpasir
(desert soil). Apabila pada tanah ini diterapkan sistem irigasi maka harus
diterapkan sistem drainasi yang baik pula. Karena, apabila tidak maka akan
terjadi pengendapan pada suatu daerah yang tidak dapat ditumbuhi tanaman.
g. Peaty and marshy soil
Tanah ini terbentuk oleh tanaman yang dapat tumbuh di tempat yang basah.
Tanaman yang mati tidak dapat segera terurai karena adanya kelebihan air.
Setelah beberapa tahun kemudian barulah proses penguraian berjalan. Jika ada
pemupukan dan pengairan yang baik maka tanah ini dapat menghasilkan dengan
baik.
13
Sedangkan dalam suatu proyek irigasi sangat penting untuk mengetahui kualitas
air dalam penggunaannya untuk pertanian. Parameter yang umumnya dapat
mempengaruhi kualitas air irigasi adalah nilai pH (pH rate) dan jumlah total padatan
terlarut (total dissolved solids). Kesesuaian air untuk irigasi dalam hubungan antara
TDS dan nilai pH dapat dilihat pada table berikut.
Sumber : http://balitanah.litbang.deptan.go.id/buku/tanahsawah/tanahsawah7.pdf
Sumber: http://rudy-dblues.blogspot.com/2010/tingkatan-salinitas-pada-air-dan.html
Kriteria U.S.D.A.
Air irigasi dengan kandungan kalsium dan ion magnesium dalam jumlah yang
seimbang atau melebihi sodium, sejumlah konsentrasi dari kalsium atau magnesium
akan tertahan pada partikel lempung dari tanah untuk mempertahankan kemiringan
yang baik dan permeabilitas. Berdasarkan beberapa faktor yang berpengaruh, The U.S
Salinity Laboratory pada tahun 1954 memakai kriteria SAR dengan menghitung
konsentrasi ion.
Nilai 24 keatas : tinggi (S1,S2,S3)
Nilai 10 – 18 : menengah (S2)
Nilai dibawah 10 : rendah (S1)
2
magnesiumcalcium
sodiumSAR
14
Dengan penambahan gypsum (CaSO4) pada air dapat menurunkan nilai SAR.
Sedangkan kualitas air yang baik adalah dengan penurunan C1-C2 dan S1-S2. Nilai C2-
S2, C1-S2 dan C3-S1 merupakan nilai air yang cukup baik.
1.6 Kedudukan Irigasi dalam UU Pengairan, Kepres & Peraturan-Peraturan
Daerah Sumber Air Irigasi
A. Peraturan Pemerintah
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006
tentang Irigasi Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 dan 3 yang berbunyi :
Ayat 2 : “Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan
yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah”
Ayat 3 : “Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan
air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi
irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak.”
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
Tentang Irigasi Bab I pasal 1 yang berbunyi :
- “Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian”
- “Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari
penyediaan, pengambilan pembagian, pemberian, dan
penggunaannya.”
- “Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.”
- “Penyediaan air irigasi adalah penentuan banyaknya air yang dapat
dipergunakan untuk pertanian.”
- “Pembagian air irigasi adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh
pihak yang berwenang dalam jaringan irigasi utama hingga saluran
tersier.”
- “Pemberian air irigasi adalah penyaluran jatah air dari jaringan utama
ke petak tersier. Penggunaan irigasi adalah pemanfaatan air di tingkat
usaha tani.”
15
B. Peraturan Daerah
Kewenangan Daerah Provinsi Jawa Timur dalam bidang Pekerjaan Umum
Pengairan yang tercantum pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, yang secara keseluruhan telah dapat
dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai Peraturan Daerah No. 23 Tahun
2000 tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur,
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur, meliputi :
1. Pengaturan penggunaan air irigasi2. Penyediaan dukungan / bantuan untuk pengelolaan sumberdaya air
permukaan, pelaksanaan O&P jaringan irigasi dan drainase lintas kabupaten/kota
3. Pelaksanaan pembangunan dan perbaikan jaringan utama irigasi lintas kabupaten / kota beserta bangunan pelengkapnya
4. Perijinan untuk mengadakan perubahan dan atau pembongkaran bangunan dan saluran, jaringan dan prasarana dan sarana lintas kabupaten / kota
5. Penetapan Standar Pengelolaan Sumberdaya Air permukiman lintas kabupaten / kota
6. Pedoman penyelenggaraan pengurusan erosi, sedimentasi dan produktivitas
7. Pengaturan tentang pengamanan dan pelestarian sumberdaya air lintas kabupaten / kota
C. Keputusan Presiden
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1980 Tentang
Kebijakan Mengenai Pencetakan Sawah.
Pasal 1
Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan:
1. Pencetakan sawah adalah kegiatan mengubah fungsi areal tanah bukan
sawah menjadi sawah beririgasi, yang khusus dilaksanakan menurut
Keputusan Presiden ini.
2. Lokasi kegiatan pencetakan sawah adalah daerah dalam kawasan
jaringan irigasi yang dibangun oleh Pemerintah, dimana terdapat areal
tanah untuk dijadikan sawah irigasi.
16
D. Undang-undang
Pasal 40, Pasal 41 dan Pasal 45 UU no 7/2004, mendorong meningkatnya
peran swasta dalam pengelolaan air dan pada saat yang bersamaan
mengurangi peran negara dalam sektor ini. Pengelolaan air oleh swasta
menurut Undang-undang ini dapat dilakukan dalam berbagai aspek, antara
lain penyelenggaraan sistem air minum (pasal 40), penyediaan air baku
bagi irigasi pertanian (pasal 41) dan pengelolaan sumber-sumber air (pasal
45). Walaupun dalam pasal per pasal tersebut di atas tidak disebutkan kata
“privatisasi”, namun pelibatan swasta dalam berbagai bentuk dan tahap
pengelolaan air menunjukkan adanya agenda privatisasi dalam UU No.7
Tahun 2004.
Gambar 1.6. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Besar Perencanaan Jaringan Irigasi
17
Sumber: Hasil analisa