bab i jangir

26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Air untuk Irigasi dan Sistem Jaringan Irigasi Dalam tugas ini, kita akan mempelajari bagaimana memanfaatkan sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan air adalah sumber daya alami terbesar yang dianugrahkan Tuhan pada umat manusia. Manusia sangat membutuhkan air untuk mempertahankan hidupnya. Tercatat dalam sejarah bahwa permulaan peradaban di muka bumi ini pada daerah yang dilalui aliran sungai seperti sungai Nil di Mesir, sungai Indus di India dan sungai Hwang-Ho di Cina. Dalam penggunaannya dalam kebutuhan air sehari-hari, sebanyak kurang lebih 80% di bumi ini digunakan untuk lahan bercocok tanam. Terdapat dua sumber air yang dapat kita kenal, Sumber air yang berasal dari permukaan (surface water) seperti danau, aliran sungai dan lain-lain. Dan sumber mata air yang berasal dari dalam tanah (ground water) seperti mata air. Pemanfaatan sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan dengan kata irigasi. Irigasi memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil pangan. Dewasa ini hanya sekitar 15 % tanah yang memadai untuk lahan pertanian menerima irigasi 1

Upload: andita-widyaningtyas

Post on 28-Dec-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

jaringan irigasi

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I Jangir

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pengertian Air untuk Irigasi dan Sistem Jaringan Irigasi

Dalam tugas ini, kita akan mempelajari bagaimana memanfaatkan sumber-

sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan

bercocok tanam, atau biasa diistilahkan air adalah sumber daya alami terbesar yang

dianugrahkan Tuhan pada umat manusia. Manusia sangat membutuhkan air untuk

mempertahankan hidupnya. Tercatat dalam sejarah bahwa permulaan peradaban di

muka bumi ini pada daerah yang dilalui aliran sungai seperti sungai Nil di Mesir, sungai

Indus di India dan sungai Hwang-Ho di Cina.

Dalam penggunaannya dalam kebutuhan air sehari-hari, sebanyak kurang lebih

80% di bumi ini digunakan untuk lahan bercocok tanam. Terdapat dua sumber air yang

dapat kita kenal, Sumber air yang berasal dari permukaan (surface water) seperti danau,

aliran sungai dan lain-lain. Dan sumber mata air yang berasal dari dalam tanah (ground

water) seperti mata air. Pemanfaatan sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan

dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan

dengan kata irigasi. Irigasi memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan

hasil pangan. Dewasa ini hanya sekitar 15 % tanah yang memadai untuk lahan pertanian

menerima irigasi yang terjamin. Masih banyak lahan pertanian yang belum tersentuh

irigasi.

Jaringan irigasi berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran, dan lengkapnya

fasilitas dibagi menjadi tiga tingkat sebagi berikut.

1

Page 2: BAB I Jangir

2

1. Irigasi non teknis/sederhana

Dalam sistem irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur,

air lebih akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air tergabung dalam

satu kelompok sosial yang sama, dan tidak diperlukan keterlibatan pemerintah di

dalam organisasi jaringan ini. Persediaan air biasanya melimpah dan

kemiringan berkisar antara sedang sampai curam. Oleh karena itu hampir tidak

diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air. Pada intinya irigasi non

teknis hampir tidak mempunyai saluran-saluran dan bangunan-bangunan irigasi.

Walaupun organisasinya mudah jaringan irigasi non teknis memiliki beberapa

kelemahan. Kelemahan pertama adalah banyaknya air yang terbuang, karena

terletak di daerah yang tinggi banyak air yang tidak sampai di daerah rendah

yang subur. Kelemahan kedua adalah membuang biaya, karena setiap desa

melakukan pengambilan sendiri-sendiri.

Gambar 1.1. Irigasi Non Teknis/SederhanaSumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01

Page 3: BAB I Jangir

3

2. Irigasi semi teknis

Pengaliran air ke sawah dapat diatur, tetapi banyaknya aliran tidak dapat

diukur. Pembagian air tidak dapat dilakukan dengan seksama. Memiliki sedikit

bangunan permanen. Dan hanya ada satu alat pengukur aliran yang biasanya

ditempatkan pada bangunan bendung. Sistem pemberian air dan sistem

pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah. Dalam banyak hal, perbedaan

satu-satunya antara jaringan irigasi sederhana dan semiteknis adalah bahwa yang

belakangan ini bendungnya terletak di sungai lengkap dengan pengambilan dan

bangunan pengukur di bagian hilirnya. Sistem pembagian air biasanya serupa

dengan jaringan irigasi sederhana, sehingga ada kemungkinan pengambilan

dipakai untuk melayani atau mengaliri daerah yang lebih luas. Oleh karena itu,

biasanya ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya lebih

rumit dan jika bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai ,

maka diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini

Departemen Pekerjaan Umum. Dapat disimpulkan jaringan irigasi semi teknis

mempunyai saluran-saluran dan bangunan-bangunan namun tidak lengkap.

Gambar 1.3. Irigasi Semi TeknisSumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01

Page 4: BAB I Jangir

4

3. Irigasi teknis

Merupakan jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah dengan

jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur, dan terkontrol

pada beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat permanen. Luas

daerah irigasinya di atas 500ha. Pada irigasi teknis mempunyai saluran primer,

sekunder, tersier dan kuarter serta bangunan pelengkap lainnya. Beberapa

contohnya ialah sistem irigasi Jatiluhur, Pemail Comal, dan Sampean.

Dalam jaringan irigasi teknis, petak tersier menduduki fungsi sentral. Sebuah

petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang

umumnya berkisar antara 50-100ha, kadang sampai 150ha. Petak tersier

menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu

jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Pembagian air di dalam

petak tersier kapada para petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter

mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan

saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan

pembuang primer.

Gambar 1.3. Irigasi TeknisSumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01

Tabel 1.1 Perbandingan macam-macam jaringan

Page 5: BAB I Jangir

5

Klasifikasi jaringan irigasiTeknis Semiteknis Sederhana

Bangunan utama Banguan permanen

Bangunan permanen atau semi permanen

Bangunan sementara

Kemampuan bangunan dalam mengukur & mengatur debit

Baik Sedang Jelek

Jaringan saluran Saluran irigasi dan pembuang terpisah

Saluran irigasi dan pembuang tidak sepenuhnya terpisah

Saluran irigasi dan pembuang jadi satu

Petak tersier Dikembangkan sepenuhnya

Belum dikembangkan atau densitas bangunan tersier jarang

Belum ada jaringan terpisah yang dikembangkan

Efisiensi secara keseluruhan

50-60% 40-50 % <40%

Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha Tak lebih dari 500 ha

Page 6: BAB I Jangir

6

Macam Jaringan Irigasi :

1. Jaringan irigasi utama

Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke

patok-patok tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada

bangunan bagi yang terakhir. Saluran primer melayani petak primer.

Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier

yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah

pada bangunan sadap terakhir.

Saluran pembawa membawa air irgasi dari sumber air lain (bukan sumber

yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan irigasi primer.

Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak

tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini termasuk

dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu pemeliharaannya menjadi

tanggung jawabnya.

2. Jaringan saluran irigasi tersier

Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama

ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah

boks bagi kuarter yang terakhir.Panjang saluran tersier sebaiknya kurang

dari 1500 m.

Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap

tersier atau parit sawah ke sawah-sawah. Panjang saluran kuarter sebaiknya

di bawah 500m dan luasnya antara 8-15ha.

Gambar 1.5. Jaringan Irigasi

Sumber: Standar Kriteria Perencanaan Irigasi KP-01

Page 7: BAB I Jangir

7

1.2. Maksud dan Tujuan Irigasi

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 1 tahun 1982, tujuan irigasi

disediakan dan dimanfaatkan adalah untuk memperoleh hasil produksi yang optimal

dari semua usaha pertanian yang mendapatkan manfaat dari air irigasi. Menurut

Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 2 tahun 1982, maksud irigasi disediakan adalah

untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi usaha pertanian dalam jumlah dan waktu

yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan bagi semua tanaman menurut tata yang telah

ditetapkan. Tujuan irigasi secara teknis adalah menampung dan mengumpulkan air serta

melancarkan jalannya air dari daerah-daerah tergenang (inundasi). Tujuan irigasi secara

langsung adalah untuk membasahi tanah agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik

untuk pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan prosentase kandungan air dan

udara sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah. Irigasi menunjang

produksi pertanian melalui cara-cara berikut :

a. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah yang suhu tanahnya terlalu

tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman maka suhu tanah tersebut

dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang bertujuan menurunkan

suhu.

b. Pemberantasan hama, sebagai salah satu contohnya adalah dengan

penggenangan air irigasi maka liang atau lubang tempat tikus bersarang akan

direndam oleh air dan tikus akan keluar sehingga lebih mudah dalam

pemberantasannya.

c. Membersihkan tanah, yaitu dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat adanya

unsur-unsur racun dalam tanah. Salah satu usaha untuk membersihkan tanah,

antara lain dengan menggenangkan air sawah untuk melarutkan unsur-unsur

berbahaya tersebut kemudian air genangan tersebut dialirkan ke tempat

pembuangannya.

d. Memperbaiki permukaan air tanah, misalnya dengan perembesan melalui

dinding-dinding saluran, permukaan air tanah dapat mempertinggi dan

memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui akar-akar meskipun

permukaan tanah tidak dibasahi.

e. Membersihkan bangunan air kotor, misalnya dengan prinsip pengeceran, karena

tanpa pengeceran tersebut air kotor dari kota akan berpengaruh jelek bagi

pertumbuhan tanaman.

Page 8: BAB I Jangir

8

f. Kulmatasi, yaitu menimbun tanah-tanah rendah dengan jalan mengalirkan air

berlumpur dan sebagai akibat dari endapan lumpur tersebut maka tanah yang

rendah akan menjadi cukup tinggi, sehingga genangan yang terjadi selanjutnya

tidak terlampau dalam kemudian dimungkinkan adanya usaha pertanian.

g. Dengan adanya irigasi diharapkan air dari sungai dan hujan dapat dimanfaatkan

untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sehingga kebutuhan air tanaman

dapat dijaga keberadaannya yang akan dapat meningkatkan produksi tanaman.

Dengan demikian masalah kekurangan pangan dan sandang dapat diatasi. Lebih

lanjut, peningkatan produksi tanaman ini akan meningkatkan pendapatan petani.

1.3. Keuntungan Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.

Dengan adanya irigasi, diharapkan air dari sungai dan hujan dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, sehingga kebutuhan air tanaman dapat dijaga

keberadaanya yang akan dapat meningkatkan produksi tanaman. Pada perencanaan

penyediaan air irigasi, selain dimasukkan rencana penyediaan air untuk tanaman sebagai

tujuan utama, juga untuk kebutuhan air keperluan rumah tangga dalam memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari, peternakan, perikanan air tawar, dan penggelontoran

daerah permukiman. Irigasi juga dapat digunakan sebagai penanggulangan bahaya

kebakaran. Masyarakat selalu diperkenankan menggunakan air yang berada pada

saluran-saluran irigasi, karena hal ini dianggap merupakan suatu keharusan untuk

mengatasi bahaya yang ditimbulkan oleh kebakaran tersebut demi pengamanan dan

kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan ataupun yang berada di sekelilingnya, juga

dapat digunakan sebagai untuk transportasi.

Beberapa keuntungan dari adanya suatu proyek-proyek tentang irigasi sebagai

berikut.

a. Perkembangan secara umum negeri tersebut dan kesehatan bangsa.

b. Perlindungan terhadap kelaparan dan persediaan pangan tercukupi.

c. Kemajuan dalam lahan bercocok tanam dan apresiasi dalam nilai tanah.

d. Pembangkit tenaga hidro-elektrik. Air terjun kadang bisa digunakan untuk

membangkitkan tenaga.

e. Pelayaran dalam negeri. Memungkinkan beberapa terusan-terusan besar

dikembangkan untuk kepentingan navigasi.

Page 9: BAB I Jangir

9

f. Penyediaan air domestik. Pada tempatnya saluran-saluran air merupakan satu-

satunya sumber air untuk kebutuhan air lokal.

g. Kemajuan dalam komunikasi. Jalan tidak berpermukaan diperlukan sepanjang

saluran-saluran penting, terutama untuk jalan inspeksi, dapat bermanfaat untuk

kepentingan pokok juga.

h. Perkebunan. Tumbuhan ditanam sepanjang pinggiran saluran, batas lapangan,

dan sebagainya meningkatkan bahan bakar kayu dan persediaan buah-buahan.

i. Penambahan persediaan air bawah tanah. Saluran dan air irigasi meresap ke

dalam tanah dan menjadi air tanah.

1.4 Syarat Utama Irigasi

Irigasi memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil pangan

karena dengan irigasi kebutuhan air untuk tanaman dapat terpenuhi. Sehingga proses

pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Syarat utama irigasi yang merupakan

tempat unsur fungsional pokok yang harus ada dalam irigasi, sebagai berikut.

a. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petak-petak

tersier.

b. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan

kolektif, air irigasi dibagi dan di alirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air

ditampung di dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier.

c. Sistem pembuang yang ada di luar daeah irigasi untuk membuang kelebihan air

di sungai atau saluran-saluran alamiah.

d. Tersedianya sumber air dan air yang berlimpah untuk dapat mengalirkan air agar

dapat berguna bagi makhluk hidup. Karena jika tidak tersedia air yang melimpah

atau cukup banyak, maka air tidak bisa didistribusikan untuk memenuhi

kebutuhan makhluk hidup.

Dengan adanya bangunan-bangunan utama, jaringan pembawa, petak-petak

tersier, dan sistem pembuang dapat mengorganisir air agar dapat cukup untuk

memenuhi kebutuhan. Karena apabila tidak terdapat empat unsur fungsional pokok

irigasi, air tidak dapat terorganisir dengan baik dan terjadi pemborosan air, serta bisa

saja air tidak sampai ke daerah yang lebih tinggi dari sumber.

1.5 Syarat Utama Air, Tanah, dan Tanaman untuk Irigasi

Page 10: BAB I Jangir

10

Air penting dalam pertumbuhan tanaman. Jumlah air yang diperlukan sebanding

dengan tumbuhan yang berkembang. Sebagai contoh pada penggunaan air pada

tanaman jagung:

Air sebagai unsur pokok 0,9 %

Air sebagai bahan reaksi 0,1 %

Air yang hilang dalam transpirasi 98,9 %

Air di dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian sebagai berikut.

a. Air Higroskopis

Biasa ditahan sebagai partikel tanah oleh gaya tarik molekular dan tidak

terpengaruh oleh gerakan gaya gravitasi ataupun gerakan kapilaritas. Air ini

tidak cocok untuk tanaman.

b. Air Kapiler

Berada pada pori-pori kapiler tanah dan ditahan oleh gaya permukaan.

Cocok untuk digunakan di pertanian dengan syarat adanya sistem irigasi yang

baik.

c. Air Gravitasi

Merupakan air yang berlimpah dalam tanah yang dapat keluar dengan gaya

gravitasi dan juga turun hingga ke muka air tanah.

Air juga dapat diklasifikasikan berdasarkan atas ketersediaan air tanah bagi

tumbuhan yang terbagi atas tidak tersedia (unavailable), tersedia (available), dan

berlebihan (superflous). Klasifikasi air tanah sendiri terbagi atas bagian berikut.

a. Field capacity (kapasitas lahan)

Jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah kelebihan air gravitasi dibuang dan

setelah gerakan air untuk material telah menipis.

b. Permanent wilting point (titik laju penanaman)

Disebut juga koefesien laju, merupakan air dimana tanaman tidak dapat lagi

mengambil air dari tanah untuk pertumbuhannya. Merupakan tingkat paling

rendah pada jangkauan uap air yang tersedia. Untuk sebagian besar tanah,

nilainya sekitar 15% dari air higroskopis.

c. Avaible moisture (uap air yang tersedia)

Merupakan perbedaan jumlah air dalam tanah antara field capacity dan

permanent wilting. Air yang tersedia ini sangat berguna bagi tumbuhan.

d. Moisture equivalent (persamaan uap air)

Page 11: BAB I Jangir

11

Merupakan prosentase dari uap air yang terkumpul dalam sampel kecil dari tiap

kedalaman 1cm tanah kering dengan pengaruh gravitasi tiap 1000 kali dengan

periode 30 menit. Rumus perhitungannya sebagai berikut :

Persamaan Uap Air = kapasitas lahan (field capacity)

(Moisture Equivalent) = 1,8 hingga 2 titik laju permanen

= 2,7 hingga 3 nilai koefisien higroskopis

Tanah merupakan proses penguraian batuan yang terdiri dari proses mekanik

disintegrasi dan proses kimia dekomposisi. Ada beberapa jenis tanah yang mempunyai

komposisi mineral yang sama dengan batu asalnya atau beberapa mineral baru karena

dimungkinkan bersenyawa dengan air, karbondioksida dan mineral organik lainnya.

Tanah mendukung pertumbuhan tanaman dengan menyediakan air dan oksigen yang

sangat berguna bagi tanaman. Di dalam tanah selain terdapat air tanah juga terdapat

udara, mineral, dan karbonat bebas yang tersimpan pada lapisan teratas bumi. Juga

terdapat sisa-sisa tanaman dan hewan (fosil) dengan berbagai macam tingkatan

dekomposisi.

Sifat fisik tanah mempengaruhi kesuburan tanah dan daya tumbuh tanaman. Sifat

fisik terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah tekstur tanah dan

struktur tanah. Menurut ukurannya butiran tanah dibedakan atas pasir, lumpur, dan

tanah liat. Untuk mendapatkan mutu tanah yang baik dan lahan yang baik untuk untuk

irigasi perlu diperhatikan ciri fisik dan ciri kimianya, yaitu:

Sedangkan jenis tanah dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Uraian bagian

tersebut sebagai berikut.

a. Red soil (tanah merah)

Tekstur dari tanah merah kebanyakan sandy loam dan sandy lay yang

mempunyai derajat kapur rendah dan punya warna merah di permukaannya.

Page 12: BAB I Jangir

12

Biasanya kekurangan kadar nilai praktis yang tinggi dalam pengolahannya.

Selain itu juga dalam hal penggunaan irigasi, pupuk hijau, pupuk kimia, dan

lain-lain.

b. Laterit soil (tanah laterit)

Banyak dijumpai di puncak-puncak bukit, tekstur tanahnya terbuka dan berpori

namun seperti tekstur karang. Di tempat-tempat tersebut tanah laterit dibuat

sebagai bahan bangunan. Laterit punya kadar nitrogen, kadar phospor, potasium

dan kapur yang rendah.

c. Aluvial soil (tanah aluvial)

Biasa ditemui sepanjang aliran sungai dan biasanya datang bersamaan dengan

banjir. Teksturnya kekurangan nitrogen dan biasanya respon dengan pupuk

phospor. Tanah semacam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman beras, tebu

atau jagung.

d. Black soil (tanah hitam)

Pada umumnya tanah hitam punya tampilan bongkah-bongkah yang pecah

dimusim kering. Juga pada bagian-bagian tertentu punya kandungan kapur

dengan kedalaman tertentu pula. Tanah hitam respon terhadap penggunaan

pupuk nitrogen dan phospor. Juga dapat pula digunakan pupuk buatan dan

pupuk hijau (kompos).

e. Desert soil (tanah gurun)

Pada umumnya berpasir, punya curah hujan yang rendah, kadar garam yang baik

dan rendah kandungan organik yang lainnya. Tanah ini akan sangat produktif

jika diterapkan irigasi.

f. Sakine and alkaline soil

Terdapat pada daerah yang curah hujannya lebih tinggi dari tanah berpasir

(desert soil). Apabila pada tanah ini diterapkan sistem irigasi maka harus

diterapkan sistem drainasi yang baik pula. Karena, apabila tidak maka akan

terjadi pengendapan pada suatu daerah yang tidak dapat ditumbuhi tanaman.

g. Peaty and marshy soil

Tanah ini terbentuk oleh tanaman yang dapat tumbuh di tempat yang basah.

Tanaman yang mati tidak dapat segera terurai karena adanya kelebihan air.

Setelah beberapa tahun kemudian barulah proses penguraian berjalan. Jika ada

pemupukan dan pengairan yang baik maka tanah ini dapat menghasilkan dengan

baik.

Page 13: BAB I Jangir

13

Sedangkan dalam suatu proyek irigasi sangat penting untuk mengetahui kualitas

air dalam penggunaannya untuk pertanian. Parameter yang umumnya dapat

mempengaruhi kualitas air irigasi adalah nilai pH (pH rate) dan jumlah total padatan

terlarut (total dissolved solids). Kesesuaian air untuk irigasi dalam hubungan antara

TDS dan nilai pH dapat dilihat pada table berikut.

Sumber : http://balitanah.litbang.deptan.go.id/buku/tanahsawah/tanahsawah7.pdf

Sumber: http://rudy-dblues.blogspot.com/2010/tingkatan-salinitas-pada-air-dan.html

Kriteria U.S.D.A.

Air irigasi dengan kandungan kalsium dan ion magnesium dalam jumlah yang

seimbang atau melebihi sodium, sejumlah konsentrasi dari kalsium atau magnesium

akan tertahan pada partikel lempung dari tanah untuk mempertahankan kemiringan

yang baik dan permeabilitas. Berdasarkan beberapa faktor yang berpengaruh, The U.S

Salinity Laboratory pada tahun 1954 memakai kriteria SAR dengan menghitung

konsentrasi ion.

Nilai 24 keatas : tinggi (S1,S2,S3)

Nilai 10 – 18 : menengah (S2)

Nilai dibawah 10 : rendah (S1)

2

magnesiumcalcium

sodiumSAR

Page 14: BAB I Jangir

14

Dengan penambahan gypsum (CaSO4) pada air dapat menurunkan nilai SAR.

Sedangkan kualitas air yang baik adalah dengan penurunan C1-C2 dan S1-S2. Nilai C2-

S2, C1-S2 dan C3-S1 merupakan nilai air yang cukup baik.

1.6 Kedudukan Irigasi dalam UU Pengairan, Kepres & Peraturan-Peraturan

Daerah Sumber Air Irigasi

A. Peraturan Pemerintah

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2006

tentang Irigasi Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 2 dan 3 yang berbunyi :

Ayat 2 : “Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan

yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah”

Ayat 3 : “Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan

air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi

irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi

pompa, dan irigasi tambak.”

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992

Tentang Irigasi Bab I pasal 1 yang berbunyi :

- “Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang

pertanian”

- “Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu

kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari

penyediaan, pengambilan pembagian, pemberian, dan

penggunaannya.”

- “Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu

jaringan irigasi.”

- “Penyediaan air irigasi adalah penentuan banyaknya air yang dapat

dipergunakan untuk pertanian.”

- “Pembagian air irigasi adalah penyaluran air yang dilaksanakan oleh

pihak yang berwenang dalam jaringan irigasi utama hingga saluran

tersier.”

- “Pemberian air irigasi adalah penyaluran jatah air dari jaringan utama

ke petak tersier. Penggunaan irigasi adalah pemanfaatan air di tingkat

usaha tani.”

Page 15: BAB I Jangir

15

B. Peraturan Daerah

Kewenangan Daerah Provinsi Jawa Timur dalam bidang Pekerjaan Umum

Pengairan yang tercantum pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah,  yang secara keseluruhan telah dapat

dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai Peraturan Daerah No. 23 Tahun

2000 tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Timur,

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Jawa Timur,   meliputi  :

1. Pengaturan penggunaan air irigasi2. Penyediaan dukungan / bantuan untuk pengelolaan sumberdaya air

permukaan, pelaksanaan O&P jaringan irigasi dan drainase lintas kabupaten/kota

3. Pelaksanaan pembangunan dan perbaikan jaringan utama irigasi lintas kabupaten / kota beserta bangunan pelengkapnya

4. Perijinan untuk mengadakan perubahan dan atau pembongkaran bangunan dan saluran, jaringan dan prasarana dan sarana lintas kabupaten / kota

5. Penetapan Standar Pengelolaan Sumberdaya Air permukiman lintas kabupaten / kota

6. Pedoman penyelenggaraan pengurusan erosi, sedimentasi dan produktivitas

7. Pengaturan tentang pengamanan dan pelestarian sumberdaya air lintas kabupaten / kota

C. Keputusan Presiden

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1980 Tentang

Kebijakan Mengenai Pencetakan Sawah.

Pasal 1

Dalam Keputusan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Pencetakan sawah adalah kegiatan mengubah fungsi areal tanah bukan

sawah menjadi sawah beririgasi, yang khusus dilaksanakan menurut

Keputusan Presiden ini.

2. Lokasi kegiatan pencetakan sawah adalah daerah dalam kawasan

jaringan irigasi yang dibangun oleh Pemerintah, dimana terdapat areal

tanah untuk dijadikan sawah irigasi.

Page 16: BAB I Jangir

16

D. Undang-undang

Pasal 40, Pasal 41 dan Pasal 45 UU no 7/2004, mendorong meningkatnya

peran swasta dalam pengelolaan air dan pada saat yang bersamaan

mengurangi peran negara dalam sektor ini. Pengelolaan air oleh swasta

menurut Undang-undang ini dapat dilakukan dalam berbagai aspek, antara

lain penyelenggaraan sistem air minum (pasal 40), penyediaan air baku

bagi irigasi pertanian (pasal 41) dan pengelolaan sumber-sumber air (pasal

45). Walaupun dalam pasal per pasal tersebut di atas tidak disebutkan kata

“privatisasi”, namun pelibatan swasta dalam berbagai bentuk dan tahap

pengelolaan air menunjukkan adanya agenda privatisasi dalam UU No.7

Tahun 2004.

Gambar 1.6. Diagram Alir Pengerjaan Tugas Besar Perencanaan Jaringan Irigasi

Page 17: BAB I Jangir

17

Sumber: Hasil analisa