bab i, ii, iii tumor otak
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
1/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangTumor otak atau tumor intrakranial merupakan neoplasma atau proses
desak ruang (space occupying lession atau space taking lession) yang timbul di
dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen supratentorial maupun
infratentorial. Jika dilihat dari jenis tumornya, baik tumor otak ganas maupun
tumor jinak akan memberikan masalah yang sama beratnya karena otak terletak
dalam rongga tengkorak yang luasnya terbatas.1,2
Berdasarkan data statistik, angka insidensi tahunan tumor intrakranial di
Amerika adalah 16,5 per 100.000 populasi per tahun, dimana separuhnya (17.030)
adalah kasus tumor primer yang baru dan separuh sisanya (17.380) merupakan
lesi-lesi metastasis. Di Indonesia masih belum ada data registrasi terperinci yang
berkaitan dengan hal ini, namun dari pengalaman RSPP dijumpai frekuensi tumor
otak sebanyak 200-220 kasus/tahun dimana 10% darinya adalah lesi metastasis.
Insidensi tumor otak primer bervariasi sehubungan dengan kelompok umur
penderita. Angka insidens ini mulai cenderung meningkat sejak kelompok usia
dekade pertama yaitu dari 2/100.000 populasi/tahun pada kelompok umur 10
tahun menjadi 8/100.000 populasi/tahun pada kelompok usia 40 tahun; dan
kemudian meningkat tajam menjadi 20/100.000 populasi/tahun pada kelompok
usia 70 tahun untuk selanjutnya menurun lagi. 1,2,3
Diagnosa tumor otak ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi.
Dengan pemeriksaan klinis kadang sulit menegakkan diagnosa tumor otak apalagi
membedakan yang benigna dan yang maligna, karena gejala klinis yang
ditemukan tergantung dari lokasi tumor, kecepatan pertumbuhan masa tumor dan
cepatnya timbul gejala tekanan tinggi intrakranial serta efek dari masa tumor ke
jaringan otak yang dapat menyebabkan kompresi, infasi dan destruksi dari
jaringan otak. Walaupun demikian ada beberapa jenis tumor yang mempunyai
predileksi lokasi sehingga memberikan gejala yang spesifik dari tumor otak.
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
2/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 2
Dengan pemeriksaan radiologi dan patologi anatomi hampir pasti dapat dibedakan
tumor benigna dan maligna.3
Penderita tumor otak lebih banyak pada laki-laki (60,74 persen) dibanding
perempuan (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 sampai 60 tahun
(31,85 persen); selebihnya terdiri dari berbagai kelompok usia yang bervariasi
dari 3 bulan sampai usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100
penderita (74,1 persen) yang dioperasi dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan
operasi karena berbagai alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase
(sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen),
sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar,
medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple.
Dari hasil pemeriksaan Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang
dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari berbagai jenis
tumor dan lain-lain yang tak dapat ditentukan. 4
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
3/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi OtakOtak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal menyerupai agar
dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang, yaitu cranium
(tengkorak), yang secara absolut tidak dapat bertambah volumenya, terutama pada
orang dewasa. Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang
lebih 100 triliun neuron atau dapat diibaratkan sejumlah bintang di langit. Masing-
masing neuron mempunyai 1000 sampai 10.000 korteks sinaps dengan sel saraf
lainnya, sehingga mungkin jumlah keseluruhan sinaps di dalam otak dapat
mencapai 100 triliun.1 Gambar penampang otak dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Gambaran Penampang Otak
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
4/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 4
Jaringan otak dillindungi oleh beberapa pelindung, mulai dari permukaan
luar adalah kulit kepala, tulang tengkorak, meningens (selaput otak), dan likuor
serebrospinal. Meningens terdiri dari tiga lapisan, yaitu : Duramater(meningens
cranial terluar), arakhnoid (lapisan tengah antara duramater dan piamater), dan
piamater (lapisan selaput otak yang paling dalam). Di tempat-tempat tertentu
duramater membentuk sekat-sekat rongga cranium dan membaginya menjadi tiga
kompartemen. Tentorium merupakan sekat yang membagi rongga cranium
menjadi supratentorial dan infratentorial, memisahkan bagian posterior-inferior
hemisfer serebri dari serebelum.1
Korteks serebrum mempunyai pola individual (yang berbeda antara
manusia satu dan lainnya) yang ditandai dengan celah-celah yang disebut sulkus
dan birai-birai yang dikenal dengan nama girus. Dengan adanya sulkus di atas,
serebrum dapat dibagi menjadi beberapa lobus ; (1) Lobus frontalis di fosa
anterior; pusat fungsi perilaku, pengambilan keputusan, dan control emosi; (2)
Lobus temporalis di fosa media; pusat pendengaran, keseimbangan, dan emosi-
memori; (3)Lobus oksipitalis di belakang dan di atas tentorium; pusat penglihatan
dan asosiasi; (4) Lobus parietalis di antara ketiganya; pusat evaluasi sensorik
umum dan rasa kecap.1
2.2 Definisi Tumor OtakTumor otak merupakan suatu lesi ekspansifyang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada
jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase.
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak
primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti ; kanker paru,
payudara, prostat, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder. 1
Penegakkan diagnosis pasti tumor otak adalah berdasarkan hasil
pemeriksaan patologi anatomi. Klasifikasi tumor otak primer dan sekunder
berdasarkan patologi anatomi dapat dilihat pada tabel 2.2
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
5/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 5
2.3 Etiologi Tumor OtakPenyebab tumor otak hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti,
walaupun telah banyak penyelidikan yang dilakukan. Adapun faktor-faktor yang
perlu ditinjau sebagai penyebab tumor otak, sebagai berikut:2
1. HerediterRiwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada
anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-
Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma
tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-
faktor herediter yang kuat pada neoplasma.2
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh.
Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam
tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan
abnormal itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial
dan kordoma.
2
Gambar 2.2 Klasifikasi Tumor Otak PrimerTumor Otak Sekunder
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
6/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 6
3. RadiasiJaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat
memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma
terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.2
4. VirusBanyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus
dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan
hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem
saraf pusat.2
5. Substansi-substansi KarsinogenikPenyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.2
2.4 Klasifikasi Tumor OtakKlasifikasi tumor otak diawali oleh konsep Virchow berdasarkan tampilan
sitologinya, dan dalam perkembangan selanjutnya dikemukakan berbagai variasi
modifikasi peneliti-peneliti lain dari berbagai negara. Klasifikasi universal awal
dipelopori oleh Bailey dan Cushing (1926) berdasarkan histogenesis sel tumor
dari sel embrional yang dikaitkan dengan diferensia-sinya pada berbagai
tingkatan. Korelasi klasifikasi ini dengan klinis penderita diperankan oleh faktor-
faktor seperti: lokasi tumor, efek radiasi, usia penderita, dan tindakan operasi yang
dilakukan. Tumor-tumor yang diferensiasinya buruk dan struktur sel condong ke
tahap yang lebih primitif, tumbuh lebih cepat daripada tumor yang sel-selnya
lebih matang. 1
Tahap perkembangan selanjutnya klasifikasi ini juga mengalami
modifikasi seperti oleh Tokoro dari Jepang, Zulch dari Jerman, Russel-Rubinstein
(1959), dan lainnya. Klasifikasi yang berkaitan dengan gradasi keganasan
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
7/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 7
berkembang secara luas seperti konsep pembagian dari Borders (1915) yang
mengelompokkan tumor otak (yang struktur selulernya sejenis) menjadi empat
tingkat anaplasia seluler.1
Grade I : diferensiasi sel 75100% Grade II : diferensiasi sel 5075% Grade III : diferensiasi sel 2550% Grade IV : diferensiasi sel 025%
Klasifikasi tumor otak berdasarkan World Health Organization (WHO):1
1. TUMOR NEUROEPITHELIAL1. Tumor Glial
a. Astrositomai. Astrositoma Pilositikii.Astrositoma Difusiii.Astrositoma Anaplastikiv.Glioblastomav.Xantoastrositoma Pleomorfikvi.Astrositoma Subependimal Sel Raksasa
b. Tumor Oligodendrogliali. Oligodendrogliomaii.Oligodendroglioma Anaplastik
c.
Glioma campuran (Mixed Glioma
)i. Oligoastrositomaii.Oligoastrositoma Anaplastik
d. Tumor Ependimali. Ependimoma Myxopapilariii.Subependimomaiii.Ependimomaiv.Ependimoma Anaplastik
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
8/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 8
e. Tumor Neuroepithelial lainnyai.
Astroblastomaii.Glioma Koroid dan ventrikel IIIiii.Gliomatomosis serebri
2.Tumor Neuronal dan campuran neuronalglial
a. Ganglisitomab. Gangligliomac. Astrositoma desoplastik Infantiled. Tumor Disembrioplastik Neuroepithelial (BNET)e. Neurositoma operasif. Liponeurositoma Serebelarg. Paraganglioma
3.Tumor Non-glial
a. Tumor Embrionali. Ependimoblastomaii. Meduloblastomaiii. Tumor Primitif Neuroektodermal Supratentorial (PNET)
b. Tumor Pleksus Khoroideusi. Papiloma Pleksus Khoroideusii. Karsinoma Pleksus Khoroideus
c. Tumor Parenkim Pineali. Pineoblastomaii. Pineositomaiii. Tumor Parenkim Pineal dengan Diferensiasi Intermediet
2. TUMOR MENINGEAL1.Meningioma2.Hemangoperisitoma3.Lesi Melanositik
3. TUMOR GERM CELL1. Germinoma
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
9/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 9
2. Karsinoma Embrional3.
Tumor Sinus Endodermal (Yolk sac)
4. Khoriokarsinoma5. Teratoma6. Tumor Germ cell bercamputan
4. TUMOR SELLAi. Adenoma hiposififii. Karsinoma Prostatiii. Kraningofaringoma
5. Tumor dengan Histogenesis yang Tidak Jelasi. Hemangioblastoma Kapiler
6. Limfoma Sistem Saraf Pusat Primer7. Tumor Nervus Perifer yang mempengaruhi SSP8. Tumor Metastasis
1. TUMOR EPITHELIAL1. Tumor Glial
a. AstrositomaAstrositoma merupakan tumor susunan saraf pusat otak primer
nomor dua terbanyak setelah glioblastoma, dengan frekuensi kasus 17-
30% dari semua glioma dan 11-13% dari seluruh tumor otak. Tumor ini
berasal dari sel astrosit yang merupakan bagian dari jaringan penunjang
otak. Sel ini dinamakan astrosit karena bentuknya yang menyerupai
bintang.
Tumor jenis ini mulai dikenal pada awal tahun 1860 (Virchow) dan
selanjutnya diperinci lebih lanjut oleh Bailey dan Cushing (1926) menjadi
beberapa sub tipe. Elvidge dan kawan-kawan membagi astrositoma
menjadi tipe-tipe: piloid, gemistositik dan difusl; namun system gradai
yang popular adalah pembagian atas Grade I sampai IV (bukan
berdasarkan tipe di atas). Kernohan dan kawan-kawan menggabungkan
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
10/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 10
Grade III dan IV dan menamakannya menjadi astrositoma anaplastik atau
glioblastoma (sesuai dengan derajat anaplasianya). WHO membagi
astrositoma atas subtype:fibriler, protoplasmic, dangemistositik, dan tipe-
tipepilositik, subependymal giant cell, astroblastoma, anaplastik.
Astrositoma serebri dapat terjadi pada semua golongan umur
dengan usia kasus rata-rata berkisar antara 35-40 tahun. Astrositoma yang
diferensiasinya baik cenderung pada kelompok usia yang lebih muda;
sedangkan yang anaplastik lebih sering kelompok usia menengah.
Predileksi jenis kelamin kasus usia dewasa didominasi oleh laki-laki.
Durasi gejala astrositoma Grade I rata-rata: 21 bulan sedangkan
Grade II: 11 bulan. Walaupun sakit kepala dan muntah bukanlah
merupakan keluhan yang tersering, namun 72% astrositoma serebrum
mempunyai keluhan ini, dimana 11% diantaranya cenderung melibatkan
nyeri sebelah saja (75% darinya ipsilateral terhadap tumor). Muntah
dijumpai pada kira-kira 31% kasus. Gejala awal yang sering adalah kejang
(40-75%), baik kejang umum maupun fokal. Kejang ini merupakan akibat
insufisiensi aliran darah yang sesaat menimbulkan elektrik yang
berlebihan. 19% penderita menunjukkan gejala paresis atau paralisa, 55%
parese fasial dan 41% parese tungkai.
Gambaran histopatologi pada low grade astrocytoma adalah
memiliki gambaran sel multipolar dan multinuklear yang atipik (Gambar
2.2). Sedangkan, gambaran CT-Scan yang merupakan suatu revolusi
dalam mendiagnosis astrositoma dengan akurasi 100% pada low grade
astrocytoma tergambar lesi yang hipodens dengan sedikit atau bahkan
tidak terdapat massa tumor (Gambar 2.3).
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
11/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 11
Gradasi Astrositoma :
GradeI (Astrositoma Pilositik)Tumor ini tumbuh secara lambat dan sering berkista.
Tumor ini sering dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda.
Tumor ini merupakan tumor glial yang tersering pada anak, sekitar
10% melibatkan bagian serebral dan 85% mengenai serebellum.
Lokasi yang paling sering dijumpai, pada: nervus optikus, kiasma
optikum, hipotalamus, ganglia basalis, hemisfer serebri,
serebellum, dan batang otak. Gambaran histologinya: berupa sel-
sel bipolar dengan serat Rosenthal dan sel-sel multipolar yang
Gambar 2.4 Gambaran CT-ScanLow
Grade Astrocytoma 11
Gambar 2.3 Gambaran HistopatologiLow Grade Astrocytoma11
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
12/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 12
tampak kehilangan teksturnya dengan mikro kista dan granular
bodies.
GradeII (Astrositoma Difus)Karakteristik tumor ini adalah tumbuhnya lambat dan
menginfiltrasi struktur otak di dekatnya. Sekitar 35% tumor otak
astrositik adalah jenis ini. Biasanya mengenai orang-orang usia
dewasa muda dan cenderung untuk menjadi ganas ke arah
astrositoma anaplastik da glioblastoma. Lokasi tumor ini bisa di
mana saja, namun paling sering di daerah serebelar.
Gambaran histopatologis tumor ini berupa fibrilasi yang
berdiferensiasi baik atau gemistositik neoplastik astrosit. Terdapat
varian histologis: astrositoma fibrilari, astrositoma gemistositik.
Grade III (Astrositoma Anaplastik) dan Grade IV(Glioblastoma Multiforme)
Termasuk astrositoma maligna. Biasanya muncul secara
sporadik tanpa kecenderungan familial maupun keterlibatan faktor
lingkungan. Akan tetapi, keduanya dapat menjadi faktor penyulit
pada beberapa kelainan genetic seperti neurofibromatosis tipe 1
dan 2, syndrome Li-Fraumeni, dan syndrome Turcot. Gambaran
mikroskopis tumor ini; tampak adanya peningkatan selularitas,
nukleus atipik, dan aktifitas mitosis yang meningkat dibandingkan
dengan astrositoma difus (Grade II). Sedangkan pada glioblastoma
multiforme, secara mikroskopik akan tampak bersifat anaplastik,
seluler glioma berdiferensiasi buruk, dan juiga seringkali terlihat
sel tumor astrosit pleomorfik dengan nukleus atipik dan aktifitas
mitosis yang tinggi.
Penanganan astrositoma ditujukan untuk menegakkan diagnose
pasti dan perbaikan prognosa, mengurangi-pemulihan gejala serta
memperpanjang harapan hidup. Radioterapi tampaknya cukup berperan
bagi tumor-tumor ini, dimana banyak peneliti yang mengemukakan
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
13/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 13
adanya harapan hidup yang lebih panjang pada penderita-penderita tumor
yang pascabedahnya diberikan radiasi . 1
Five Year Survival Astrositoma
Peneliti (+) Radioth/ (-) Radioth/
Bloom dkk 49% 36%
Leibel dkk 35% 23%
Levy & Elvige 36% 26%
Uihlein dkk 54% 65%
Contoh kasus: Gambar 2.5 Pasien laki-laki 43 tahun datang dengan
gejala klinis berupa kejang fokal. Tumor ini sulit direseksi, namun total
reseksi pun dapat berhasil dilakukan pada pasien ini. Histopatologi tumor
adalah Astrositoma Grade II. Follow up pasien ini dilakukan dengan
melihat kemungkinan gejala klinis yang timbul kembali, dan saat itu pula
radioterapi dapat langsung direncanakan untuk dilaksanakan. 11
Gambar 2.5 Gambaran MRI T1Axial. Preoperatif dan postoperatif
pasien Laki-laki, 43 tahun. 11
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
14/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 14
b. Tumor OligodendrogliomaTumor ini banyak ditemukan pada usia dewasa dengan puncak
insiden antara dekade ke empat dan keenam. Derajat rendah muncul pada
usia yang sedikit lebih muda. Pada laki-laki sedikit lebih dominan
dibandingkan wanita. Oligondendroglioma merupakan tumor yang
pertumbuhan nya lambat dan mungkin hanya menyebabkan kejang. Jika
lebih ganas (astrositoma anaplastik dan oligodendroglioma anaplastik).
Bisa menyebabkan kelainan fungsi otak, seperti kelemahan, hilangnya rasa
dan langkah yang goyah.
Contoh kasus : Gambar 2.6 Pasien perempuan, 28 tahun. Pasien
datang dengan keluhan kejang yang sifatnyagrand mal seizure. Dari hasil
gambaran MRI menunjukkan adanya tumor pada lobus temporal kiri.
Pasien ini berhasil dilakukan pengangkatan total tumor. Dari hasil
histopatologi didapatkan gambaran oligodendroglioma. 11
Gambar 2.6 Gambaran MRI T1Axial. Preoperatif dan postoperatif
pasien Perempuan, 28 tahun. 11
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
15/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 15
c. Tumor EpendimomaTumor ini merupakan neoplasma glial yang susunannya
didominasi oleh sel-sel ependim dan mempunyai frekuensi kira-kira 5%
dari seluruh glioma. Pada ependimoma klasik, secara makroskopisnya
tumor tampak padat dengan batas yang tegas dan berasal dari lantai
ventrikel IV. Tumor dapat meluas hingga sudut serebro pontin melalui
foramen Luscka, sisterna magna, dan foramen magendi.serta dapat
mencapai batang otak jika sudah melalui foramen magnum. Secara
histologis akan tampak sel kolumnar uniform dan sel astrosyte like fibriler
yang membentuk barisan ependimal roossete. Gejala yang ditemukan
mual, muntah, dan nyeri kepala dengan intensitas yang terasa lebih berat
di pagi hari, diplopia, ataksia, hemiparesis dan paresis nervus kranialis.
Pada Gambar 2.7 Dari hasil pemeriksaan CT-Scan dan MRI akan
tampak kontras mengisi daerah tumor di ventrikel lateral. Pasien didapati
mengalami hidrosefalus. 12
Gambar 2.7 Gambaran
Penumpukan zat Kontras pada
Tumor di Ventrikel Lateral
Ependimoma12
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
16/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 16
2. Tumor Non-Glial Tumor Primitive Neuroektodermal Suratentorial (PNET)
Tumor embrional maligna yang memiliki diferensiasi yang
divergen dengan derejat yang bervariasi yang berasal dari matriks
germinal dariprimitive neural tube.
Tumor Plexus KhoroideusPleksus khoroid secara embriologis berasal dari lapisan ependimal
tabung neural. Tumor ini dapat terjadi pada semua kelompok usia
termasuk bayi. 35-45% usia < 20 tahun dan kasus tertua 74 tahun. Rasio
pria dan wanita seimbang. Persentasi gejala tumor pleksus khoroid
biasanya hanya berupa tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial tanpa
disertai gejala neurologis fokal. Gambar 2.7 Gambaran MRI, pasien
dengan Keluhan nyeri kepala dan menunjukkan pasien mengalami
hidrosefalus. Tumor intraventikel IV kadang juga menimbulkan gejala
nistagmus dan ataksia. Secara makroskopis, permukaan tumor plexus
khoroideus berwarna kuning kecoklatan, dengan struktur yang tampak
seperti brokoli dengan batas tegas pada ventrikel, dan disertai adanya
kalsifikasi. Penanganan tumor ini berupa operasi pengangkatan tumor.
Gambar 2.8 Gambaran MRIT1Sagital. Postkontras.
Tumor Plexus Khoroideus. 11
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
17/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 17
MeduloblastomaTumor ini sering terjadi pada anak, dan bahkan merupakan tumor
primer maligna yang solid dan paling banyak pada anak 30%. Sekitar 75%
kasus tumor ini terjadi pada anak usia kurang 15 tahun. Sedangkan pada
orang dewasa, meduloblastoma sangat jarang yaitu sekitar 1%. Di
Amerika Serikat, insiden tahunan dari tumor ini diperkirakan sekitar 0,5
setiap 100.000 anak. Tumor ini sebagian besar berasal dari vermis
serebelar (75%) yang meluas hingga ventrikel IV dan dapat mengisi
seluruh ventrikel. Sedangkan sekitar 25% terjadi pada bagian lateral
serebelum. Pada pemeriksaan fisik, dapat dijumpai papiledema, nistagmus,
dan diplopia akibat paresis nervus IV dan VI. Selain itu, dapat terjadi
ataksia, disdiadukokinesia, hipotonia, dismetria. Pada bayi, keluhan klinis
dapat berupa letargi, irritable, dan dapat terjadi makrosefali yang progresif
dengan fontanella anterior yang membonjol. Durasi rata-rata gejala
sebelum operasi adalah 4-5 bulan yang kemudian akan secara progresif
memburuk setelah onset. Penanganan pada tumor ini dapat berupa operasi
yang dikombinasikan dengan radiasi. Tindakan operasi pengangkatan
diharapkan minimal dilakukan sampai sumbatan saluran likuor dapat
lancer kembali. Radioterapi secara bermakna dapat meningkatkan five
years survivalpenderita.
Gambar 2.9 Gambaran MRI
Meduloblastoma di
Cerebellum 13
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
18/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 18
2. TUMOR MENINGEAL1. Meningioma
Tumor jinak yang berasal dari selaput yang membungkus otak
(meningen), bisa menyebabkan berbagai gejala yang tergantung kepada
lokasi pertumbuhannya. Para ahli masih belum memastikan apa penyebab
meningioma, namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar
menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya
meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningioma berisi kromosom 22
yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2).
Tumor ini tumbuhnya lambat sehingga sering gejala klinisnya tidak
begitu menonjol. Bisa terjadi kelemahan atau mati rasa, kejang, gangguan
penciuman, penonjolan mata dan gangguan penglihatan. Pada penderita
lanjut usia bisa menyebabkan hilang ingatan dan kesulitan dalam berfikir,
mirip dengan yang terjadi pada penyakit Alzheimer.
Gejala pada pasien meningioma dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :1
Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkaiMeningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal,perubahan status mental
Gambar 2.10 Gambaran Histopatologik Sel Rosettepseudorosette pada pasien
dengan Meduloblastoma13
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
19/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 19
Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguanlapangan pandang, kebutaan, dan penglihatan ganda.
Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalahvisus.
Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, danspasme otot-otot wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan,
gangguan gaya berjalan,
Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visusSpinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lenganMeningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mataMeningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing
Terapi operatif radikal yang maksimal merupakan penanganan
terpilih untuk tumor ini, peranan radiasi untuk meningioma yang tidak
berhasil diangkat seluruhnya masih belum terlalu jelas, mengingat secara
umum meningioma merupakan tumor yang relatif radioresisten. Pada
umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena pengangkatan tumor
yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang permanen. Pada
orang dewasa snrvivalnya relatif lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak,
dilaporkan survival rate lima tahun adalah 75%. Pada anak-anak lebih
agresif, perubahan menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi
sangat besar. Pada penyelidikan pengarang-pengarang barat lebih dari 10%
meningioma akan mengalami keganasan dan kekambuhannya tinggi.1
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
20/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 20
2. HemangioperisitomaTumor ini termasuk golongan tumor yang vaskuler, dengan terapi
definitifnya adalah reseksi. Seperti pada meningioma, peranan angiografi
dan embolisasi juga diharapkan akan meningatkan efektifitas dankeamanann dari reseksi yang dilakukan.
3. TUMOR SELLA1. Kraniofaringioma
Termasuk jenis tumor yang tumbuh lambat dan merupakan tumor
epithelial jinak region sellar. Secara embriologi, tumor ini berasal dari sisa
Gambar 2.11 Gambaran CT-
Scan venogrampotongan
koronal Meningioma di Sinus
Sagitalis Superior11
Gambar 2.12 Gambaran
Tekhnik pengangkatan
Meningioma11
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
21/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 21
sel epitel squamosa duktus kraniofaringeal. Pada minggu keempat gestasi,
divertikulum stomadeum yang berasal dari atap kavum oral akan
membentuk kantung rathke (Rathke Pouche) yang akan bermigrasi kea rah
cranial membentuk vesikel Rathke dan bersatu dengan infundibulum.
Vesikel Rathke ini akan membentuk adenohipofisis yang terdiri dari pars
distalasis, tuberalis, dan intermedia pada jalur sepanjang lintasan
migrasinya akan terbentuk duktus kraniofaringeal.
2. Adenoma HipofisisTumor ini cukup banyak ditemukan. Bahkan ada yang menyatakan
sebagai jenis tumor ketiga terbanyak setelah glioma dan mengioma.
Beberapa literature menyebutkan tumor ini merupakan 10-15% dari tumor
primer intrakranial. Insiden pertahunnya sekitar 0,5-8,2% per 100.000
individu dengan perbandingan kejadian pada pria dan wanita yang tidak
berbeda.
Kelenjar hipofisis merupakan organ yang berada dalam fossa
hiposfisis atau sela tursika, dan mempunyai berat sekitar 0,5 gr. Organ ini
terdiri dari dua bagian yang berasal dari sel embrional yang berbeda, yaitu
Gambar 2.13 Gambaran MRI T1Postkontras Potongan Koronal (A) dan
Sagital (B) Tumor Kistik Selar dan Supraselar Kraniofaringioma. Pasien
mengalami penurunan penglihatan 11
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
22/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 22
adenohipofisis yang merupakan lobus anterior kelenjar hipofisis, yang
berasal dari kantung Rathke; lobus posteriornya, neurohipofisis yang
berasal dari hipothalamus ventral.
Tanda dan gejala klinis yang tampil pada penderita adenoma hipofise
diakibatkan oleh hipersekresi atau hiposekresi satu atau beberapa hormone
hipofise. Keluhan gangguan penglihatan perlahan dan nyeri kepala pada
20% penderita. Penanganan adenoma pituitari mempunyai tujuan: (1)
dekompresi struktur saraf khususnya traktus penglihatan dan (2) restorasi
sekresi hormonal yang normal.
Contoh kasus : Perempuan, 54 tahun dengan multinodular goiter.
Pasien didapati mengalami akromegali karena terjadi peningkatan IGF
level 1 (Insulin like Growth Factor). Gambaran MRI postkontras Potongan
Koronal pada sella tursika menunjukkan area hipointensitas dengan
adenoma ptuitari, yang mana dapat dilakukan operatif trans sphenoid.11
Gambar 2.14 Gambaran Adenoma HipofisePasien Perempuan 54
tahun dengan multinodular goiter11
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
23/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 23
Gambar 2.16 Gigantisme pada
Seorang Penderita Tumor
Adenoma Hipofise
Gambar 2.15 Akromegali pada Seorang Penderita Tumor
Adenoma Hipofise
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
24/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 24
2.5 Tingkah Laku Biologis dan Keganasan Tumor OtakKeganasan tumor otak yang memberikan implikasi pada prognosisnya
didasari oleh morfologi sitologi tumor dan konsekuensi klinis yang berkaitan
dengan tingkah laku biologis. Sifat-sifat keganasan otak secara klasik didasari
oleh hasil evaluasi morfologi makroskopis dan histologis neoplasma,
dikelompokan atas kategori-kategori:
1. Benigna (jinak) dimana morfologi tumor tersebut makroskopismenunjukkan batas yang jelas, tidak infiltratif dan hanya mendesak organ-
organ sekitarnya. Di samping itu, biasanya juga dijumpai adanya
pembentukan kapsul serta tidak adanya metastasis maupun rekurensi
setelah dilakukan pengangkatan total. Tampilan histologisnya
menunjukkan struktur sel yang regular, pertumbuhan lambat tanpa mitosis,
densitas sel yang rendah dengan diferensiasi struktur yang jelas
parenkhim, stroma yang tersusun teratur tanpa adanya formasi yang baru.
2. Maligna (ganas), ditandai oleh tampilan makroskopis yang infiltrativeatau ekspansi destruktif tanpa batas yang jelas, tumbuh cepat serta
cenderung membentuk metastasis dan rekurensi pasca-pengangkatan total.
Gambaran histologis menunjukkan meningkatnya selularitas,
pleomorfisme walaupun susunan sel dan jaringannya masih baik,
diferensiasi sel kurang begitu jelas , disporporsi rasio nukleus terhadap
sitoplasma, multinukleus, formasi sel-sel raksasa, tumbuh cepat dengan
mitosis yang banyak, area nekrosis, pertumbuhan patologis dan
neoformasi terutama seperti bentuk-bentuk fistula atau sinusoidal (pintas
arteri-vena). 1
2.6 Manifestasi Klinis Tumor OtakPerubahan pada parenkhim intrakranial baik difus maupun regional akan
menampilkan gejala dan tanda gangguan neurologis sehubungan dengan
gangguan pada nukleus spesifik tertentu atau serabut traktus pada tingkat
neurofisiologi dan neuroanatomi tertentu seperti gejala-gejala: kelumpuhan,
gangguan mental, gangguan endokrin, dan sebagainya. Persentasi klinis sering
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
25/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 25
kali dapat mengarahkan perkiraan kemungkinan lokasi tumor otak. Secara umum
persentasi klinis pada kebanyakan kasus tumor otak merupakan manifestasi dari
peninggian tekanan intrakranial; namun sebaliknya gejala neurologis yang bersifat
progresif, walaupun tidak jelas ada tanda-tanda peninggian tekanan intrakranial,
perlu dicurigai adanya tumor otak. 1,2
Tekanan Tinggi Intrakranial
Trias gejala klasik dari sindroma tekanan tinggi intrakranial adalah: nyeri
kepala, muntah proyekil, danpapiledema. Keluhan nyeri kepala disini cenderung
bersifat intermittent, tumpul, berdenyut dan tidak begitu hebat terutama di pagi
hari karena selama tidur malam PCO2 serebral meningkat sehingga
mengakibatkan peningkatan CBF (Cerebral Blood Flow) dan dengan demikian
mempertinggi tekanan intrakranial. Juga lonjakan sejenak seperti karena batuk,
mengejan atau berbangkis memperberat nyeri kepala. Nyeri dirasa berlokasi di
sekitar daerah frontal atau oksipital. Penderita sering kali disertai muntah yang
menyemprot (proyektil) dan tidak didahului oleh mual. Hal ini terjadi oleh
karena tekanan Intrakranial yang menjadi lebih tinggi selama tidur malam, akibat
PCO2 serebral meningkat. Tumor otak pada bayi yang menyumbat aliran likuor
serebrospinal sering kali ditampilkan dengan pembesaran lingkar kepala yang
progresif dan ubun-ubun besar yang menonjol; sedangkan pada anak-anak yang
lebih besar di mana suturanya relative sudah merapat, biasanya gejala papiledema
terjadi lebih menonjol. Papiledema dapat timbul pada tekanan intrakranial yang
meninggi atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung.
Papiledema memperlihatkan kongesti venosa yang jelas, dengan papil yang
berwarna merah tua dan perdarahan-perdarahan di sekitarnya. 1,2
Teori mekanisme peninggian tekanan intrakranial, pada tumor otak:
1. Karena adanya obstruksi pada system ventrikel sehingga menghalangiliquor cerebrospinalis,
2. Adanya massa tumor yang membesar, padahal kapasitas tengkorakterbatas untuk otak dan liquor saja,
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
26/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 26
3. Tenaga penyerapan terhadap liquor cerebrospinal terganggu,4. Karena adanya obstruksi pada system vena, sehingga aliran darah yang
kembali ke vena terhalang,
5. Karena tumor sendiri merupakan stimulasi produksi liquorcerebrospinalis, sehingga terjadi produksi yang berlebihan, seperti
pada papiloma plexus.
Kejang
Gejala kejang pada tumor otak khususnya di daerah supratentorial dapat
berupa kejang umum, psikomotor ataupun kejang fokal. Kejang dapat merupakan
gejala awal yang tunggal dari neoplasma hemisfer otak dan menetap untuk
beberapa lama sampai gejala lainnya timbul. 1,2
Perlu dicurigai penyebab bangkitan kejang adalah tumor otak bila:
Bagkitan kejang pertama kali pada usia lebih dari 25 tahun Mengalami post iktal paralisis Mengalami status epilepsi Resisten terhadap obat-obat epilepsi Bangkitan disertai dengan gejala TTIK lain Bangkitan kejang ditemui pada 70% tumor otak di korteks, 50% pasien
dengan astrositoma, 40% pada pasen meningioma, dan 25% pada
glioblastoma.
Perdarahan Intrakranial
Bukanlah suatu hal yang jarang bahwa tumor otak diawali dengan
perdarahan intrakranial-subarakhnoid, intraventrikuler atau intraserebral. 1,2
Gejala Disfungsi Umum
Abnormalitas umum dari fungsi serebrum bervariasi mulai dari gangguan
fungsi intelektual yang tak begitu hebat sampai dengan koma. Penyebab umum
dari disfungsi serebral ini adalah tekanan intrakranial yang meninggi dan
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
27/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 27
pergeseran otak akibat gumpalan tumor dan edema perifokal di sekitarnya atau
hidrosefalus sekunder yang terjadi. 1,2
Gejala Neurologis Fokal
Perubahan personalitas atau gangguan mentalbiasanya menyertai tumor-
tumor yang terletak di daerah frontal, temporal, dan hipotalamus, sehingga sering
kali penderiita-penderita tersebut diduga sebagai penyakit nonorganik atau
fungsionil. Gejala afasia agak jarang dijumpai, terutama pada tumor yang berada
di hemisfer kiri (dominan). Tumor-tumor daerah supraselar, nervus optikus dan
hpotalamus dapat mengganggu akuitas visus. Kelumpuhan saraf okulomotorius
merupakan tampilan khas dari tumor-tumor paraselar, dan dengan adanya tekanan
intracranial yang meninggi kerap disertai dengan kelumpuhan saraf abdusens.
Nistagmus biasanya timbul pada tumor-tumor fosa posterior; sedangkan tumor-
tumor supraselar atau paraselar kadang (jarang sekali) menyebabkan
gejalapatognomonik berupa nistagmus gergaji (seesaw nystagmus); gerakan
mata diskonjugat, ventrikal dan rotasional di mana masing-masing mata geraknya
saling berlawanan. Kelemahan wajah dan hemiparesis yang berkaitan dengan
gangguan sensorik serta kadang ada efek visual merupakan refleksi kerusakan
yang melibatkan kapsula interna atau korteks yang terkait. Ataksia trukaladalah
pertanda suatu tumor fosa posterior yang terletak di garis tengah. Gangguan
endokrin menunjukkan adanya kelainan pada hipotalamus-hipofise. 1,2
2.7 Pemeriksaan Penunjang Tumor OtakPemeriksaan sken magnet (MRI) dan sken tomografi computer merupakan
pemeriksaan terpilih untuk mendeteksi adanya tumor-tumor intrakranial. Dalam
hal ini dapat diketahuisecara terperinci letak lokasi tumor dan pengaruhnya
terhadap jaringan sekitarnya, bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat pula diduga
jenisnya dengan akurasi yang hamper tepat. Pemeriksaan konvensional seperti:
foto polos kepala, EEG, ekhoensefalografi, dan pemeriksaan penunjang diagnostic
yang invasive seperti: angiografi serebral, pneumoensefalografi sudah jarang
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
28/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 28
diterapkan, kecuali pada keadaan-keadaan darurat dengan Kendala fasilitas
pemeriksaan mutakhir di atas tidak ada atau sebagai pembantu perencanaan teknik
pembedahan otak. 1,2
2.8 Jenis Tumor Otak pada Lokasi Spesifik1,7,8 Tumor pada Sistem Ventrikel
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan
kepalamenimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi
peninggian tekanan intrakranial mendadak, pasien dapat tiba-tiba nyeri
kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran.
Masing-masing ventrikel mempunyai kecenderungan sebagai
predileksi tumor jenis tertentu. Jenis tumor yang sering dijumpai pada
ventrikel lateral adalah Ependimoma (berasal dari ependim), Papiloma
(berasal dari pleksus khoroideus) dan tumor-tumor kongenital/embrional
(epidermoid, teratoma, oligodendroglioma). Ventrikel III (diensefalon)
biasanya merupakan predileksi lokasi bagi tumor-tumor: ependimoma,
kraniofaringioma, dan kista koloid; sedangkan di bagian belakang
ventrikel III kerap merupakan predileksi bagi pinealoma, ependimoma,
papiloma atau meningioma. Tumor ventrikel IV umumnya melibatkan
usia anak-anak dengan jenis tumor: ependimoma, papiloma,
medulloblastoma, menigioma, atau epidermoid.
Tumor pada Daerah TalamusTumor di lokasi ini berjumlah sekitar 1-2% dari seluruh tumor otak.
Jenis yang sering dijumpai adalah astrositoma, glioblastoma, dan
ependimoma, yang presentasi klinisnya merupakan gejala peninggian
tekanan intracranial yang disertai dengan gejala thalamus. Tindakan
operatif umumnya hanya dilakukan dekompresi, kecuali untuk kista
koloid atau tumor noninfiltratif.
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
29/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 29
Tumor pada Khiasma/Sella TursikaLesi masa pada daerah sella dan parasellar dapat dicurigai sebagai
tumor jenis: adenoma hipofise/pituitary, kraniofaringioma,
meningioma, glioma optic, epidermoid, pinealoma ektopik, atau
arakhnoiditis opto-khiasmatika.
Tumor pada daerah Pineal/EpifiseTumor yang paling sering dijumpai pada daerah ini adalah pinealoma.
Di samping itu jenis lainnya adalah: teratoma, ependimoma,astrositoma, glioblastoma, dan sebagainya. Gejala klinis yang menonjol
adalh peninggian tekanan intrakranial, tanda Perinaud, fenomena Bell,
fenomena Puppenkoft (Dolls eye test), pupil Argyl Robertson,pubertas
prekoks, diabetes insipidus dan gejala-gejala serebelar lainnya.
Tumor Batang OtakTumor yang terletak di daerah ganglia basalis ( korpus striatum,
nukleus kaudatus, nucleus lentiformis, putamen dan globus palidus),
mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Jenis-jenis tumor ini antara
lain: astrositoma, glioblaastoma, ependimoma, metastasis, khordoma,
dan sebagainya. Biasanya kasus tumor di daerah ini tampir dengan
kesadaran menurun, gangguan N.III, sindrom Weber, Sindrome Benedict
dan Sindrome Claude. Ekstensi tumoe ke daerah medulla oblongata akan
menimbulkan hangguan menelan, gangguan bicara, paralisa lidah
(sindrome Avelli, sindrome Jackson).
Tumor Daerah SerebelumUmumnya tumor daerah ini menimbulkan suatu obstruksi langsung
aliran likuor di akuaduktus sehingga gejala peninggian tekanan
intrakranial menjadi amat prominen. Bahaya herniasi serebelar yang
mengancam merupakan suatu indikasi tindakan operasi yang segera. Jenis
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
30/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 30
tumor yang sering dijumpai adalah: meduloblastoma, astrositoma, dan
hemangioblastoma.
Tumor Sudut Serebelo-PontinBiasanya keluhan yang menonjol adalah gangguan N.V, N.VII, N. VI.
Jenis yang tersering adalah neurinoma akustik (90%) disusul oleh jenis
lainnya seperti: meningioma, epidermoid, glioma, dan papiloma.
Tumor Kongenital
Tumor ini merupakan tumor yang tumbuh dari sisa-sisa jaringan
embrional, yaitu: kraniofaringioma, khordoma (berasal dari notochord),
tumor pearly (Perlee/epidermoida/Kholesteatoma yang berasal dari
ectoderm), dermoid, dan teratoma.
Tumor Metastatik pada OtakBerjumlah 4,2%-10% dari seluruh tumor otak. Fokus primer yang
tersering dari adalah tumor paru (karsinooma bronkhogenik), tiroid,
payudara, ginjal, kulit, prostat, nasofaring, usus, leukemia, dan lainnya.
Kebanyakan tumor metastasis ditampilkan sebagai lesi masa intrakranial
yang multiple, dan merupakan suatu refleksi dari stadium terminal suatu
keganasan.
Gambar 2.17 Gambaran MRI
Postkontras Potongan
aksial Pasien dengan Tumor
Metastasis dariRenal Cell
Carcinoma
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
31/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 31
2.9 Diagnosis Tumor OtakAnamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
Bagi seorang ahli bedah saraf dalam menegakkan diagnosis tumor otak
adalah dengan mengetahui informasi jenis tumor, karakteristiknya, lokasinya,
batasnya, hubungannya dengan sistem ventrikel, dan hubungannya dengan
struktur vital otak misalnya; sirrkulus willisi dan hipotalamus. Selain itu, juga
diperlukan periksaan radiologis canggih yang invasive maupun non invasive.
Pemeriksaan non invasive mencakup CT-Scan dan MRI bila perlu diberikan
kontras agar dapat mengetahui batas-batas tumor. Pemeriksaan invasif seperti
angiografi serebral yang dapat memberikan gambaran sistem pendarahan tumor,
dan hubungannya dengan sistem pembuluh darah sirkulus willisi.
-Penegakkan diagnosis pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak
yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik neurologik yang teliti. Dari
anamnesis kita dapat mengetahui gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yang
mungkin sesuai dengan gejala-gejala yang telah diuraikan di atas. Misalnya; ada
tidaknya nyeri kepala, muntah dan kejang. Sedangkan melalui pemeriksaan fisik
neurologik mungkin ditemukan adanya gejala seperti edema papil dan deficit
lapangan pandang. 4,5
Setelah diagnosa klinik ditentukan, harus dilakukan pemeriksaan yang
spesifik untuk memperkuat diagnosa dan mengetahui letak tumor.
Elektroensefalografi (EEG) Foto polos kepala Arteriografi Magnetic Resonance Imaging (MRI) Computerized Tomografi (CT Scan)
CT Scan merupakan alat diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen
yang diduga menderita tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor
yang berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran
CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa massa
yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak dikelilingi
jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih rendah. Adanya
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
32/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 32
kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan dengan jaringan sekitarnya
karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis tumor akan terlihat lebih nyata
bila pada waktu pemeriksaan CT Scan disertai dengan pemberian zat kontras.
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
Tanda proses desak ruang:
Pendorongan struktur garis tengah otak Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel Kelainan densitas pada lesi:
Hipodens Hiperdens atau kombinasi
Kalsifikasi, perdarahan Edema perifokal
2.10 Diagnosis Banding Tumor Otak6Gejala yang paling sering dari tumor otak adalah peningkatan tekanan
intrakranial, kejang dan tanda deficit neurologik fokal yang progresif. Setiap
proses desak ruang di otak dapat menimbulkan gejala di atas, sehingga agak sukar
membedakan tumor otak dengan beberapa hal berikut :
Abses intraserebralAbses pada umumnya terjadi akibat masuknya organisme ke dalam
susunan saraf pusat akibat trauma kepala, prosedur operasi, atau melalui
proses penyebaran langsung atau metastasis dari fokus-fokus infeksi.1
Gambar 2.18 Gambaran
Abses Serebri
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
33/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 33
Epidural hematom (EDH)Epidural Hematome merupakan salah satu perdarahan intrakranial akibat
terjadinya trauma. Pada EDH ini terjadi disrupsi vaskuler duramater atau
pembuluh-pembuluh darah tulang timbul oleh karena adanya fraktur
tulang atau deformitas tengkorak yang diakibatkan oleh suatu benturan.
Gambaran EDH akut pada MRI berupa lesi berbentuk bikonveks atau
lentiformis yang hipointens pada T1 dan hipointens pada T2 (sesuai
gambaran bekuan darah segar), sedangkan EDH subakut dan kronik akan
memberikan gambaran hiperintens T1 (karena adanya met Hb dan
degradasi besi). 1
2.11 Penanganan Tumor OtakPemilihan tindakan penanganan yang dapat dilakukan pada penderita
tumor otak tergantung dari beberapa faktor, antara lain :9
Kondisi umum penderita Tersedianya alat yang lengkap Pengertian penderita dan keluarga Luasnya metastasis
Gambar 2.10 CT-ScanEpidural Hematome pada
Anak Laki-laki 10 tahun
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
34/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 34
Adapun terapi dan modalitas penanganan terhadap tumor otak mencakup
tindakan-tindakan:
Terapi KortikosteroidBiasanya deksametason diberikan 4 20 mg intravena setiap 6 jam untuk
mengatasi edema vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan TTIK.
Peranan nya masih kontroversial dalam terapi TTIK. Beberapa efek
samping yang dapat timbul adalah berkaitan dengan penggunaan steroid
lama seperti: penurunan kekebalan, supresi adrenal, hiperglikemia,
hipokalemia, alkalosis metabolic, retensi cairan, penyembuhan luka yang
terlambat, psikosis, miopatia, ulserasi lambung, dan hipertensi. 1
Terapi operatifTindakan yang bertujuan untuk mendapatkan diagnosa pasti dan
dekompresi internal, mengingat bahwa obat-obatan antiedema otak tidak
dapat diberikan secara terus-menerus. Persiapan prabedah, penanganan
pembiusan, teknik operasi dan penanganan pascabedah sangat berperan
penting dalam menentukan keberhasilan penanganan operatif terhadap
tumor otak.
Terapi konservatifo Radioterapi
Tindakan ini untuk tumor-tumor susunan saraf pusat kebanyakan
menggunakan sinar X dan sinar Gamma, disamping juga radiasi
lainnya seperti: proton, partikel alfa, neutron, dan pimeson.
Keberhasilan terapi radiasi pada tumor ganas otak diperankan oleh
beberapa faktor:
1. Terapi yang baik dan tidak melukai struktur kritis lainnya2. Sensitivitas sel tumor dengan sel normal3. Tipe sel yang disinar4. Metastasis yang ada5. Kemampuan sel normal untuk repopulasi, dan6. Restrukturisasi dan reparasi sel kanker sewaktu interval
antarfraksi radiasi.
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
35/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 35
o KemoterapiPeranan kemoterapi tunggal untuk tumor ganas otak masih belum
mempunyai nilai keberhasilan yang bermakna sekali. Saat ini yang
menjadi titik pusat perhatian modalitas terapi ini adalah tumor-
tumor otak jenis astrositoma (Grade III dan IV) glioblastoma dan
astrositoma anaplastik beserta variannya. Ada beberapa obat
kemoterapi untuk tumor ganas otak yang saat ini beredar di
kalangan medis yaitu: HU (hidroksiurea), 5-FU (5-Fluorourasil),
PCV (prokarbazin, CCNU, Vincristine), Nitrous Urea (PCNU,
BCNU/Karmustin, CCNU/lomustin, MTX (metotrksat), DAG
(dianhidrogalaktitol) dan sebagainya. Potensi kemoterapi pada
susunan saraf di samping didasarkan oleh farmakologi sendiri juga
perlu dipertimbangkan aspek farmakokinetiknya (transportasi obat
mencapai target) mengingat adanya sawar darah otak. Pemberian
kemoterapi dapat dilakukan melalui intra-arterial (infuse, perfusi),
melalui intratekal/intraventrikuler (punksi lumbal, punksi sisterna,
via pudentz/omyama reservoir); atau intra tumoral.1
o ImmunoterapiYang mendasari modalitas terapi ini adalah anggapan bahwa
tumbuhnya suatu tumor disebabkan oleh adanya gangguan fungsi
immunologi tubuh sehingga diharapkan dengan melakukan
restorasi sistem imun dapat menekan dapat menekan pertumbuhan
tumor. 1
2.12 Prognosis Tumor OtakPrognosis tergantung jenis tumor spesifik. Berdasarkan data di Negara-
negara maju, dengan diagnosis dini dan juga penanganan yang tepat melalui
pembedahan dilanjutkan dengan radioterapi, angka ketahanan hidup 5 tahun (5
years survival) berkisar 50-60% dan angka ketahanan hidup 10 tahaun (10 years
survival) berkisar 30-40%.1,4
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
36/37
*CRS 13* Tumor Otak* Keep Fighting!^_^ 36
BAB III
KESIMPULAN
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Penyebab tumor otak
hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah banyak
penyelidikan yang dilakukan.
Tumor otak termasuk penyakit yang sulit terdiagnosa secara dini. Secara
klinis sukar membedakan antara tumor otak yang benigna atau yang maligna,
karena gejala yang timbul ditentukan pula oleh lokasi tumor, kecepatan
tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial dan efek masa tumor ke
jaringan otak. Dipikirkan menderita tumor otak bila didapat adanya gangguan
cerebral umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial
dan adanya gejala sindrom otak yang spesifik Pemeriksaan radiologi, dalam hal
ini CT Scan berperan dalam diagnosa tumor otak, sedang diagnosa pasti tumor
otak benigna atau maligna dengan pemeriksaan patologi anatomi.
-
7/22/2019 Bab i, II, III Tumor Otak
37/37
DAFTAR PUSTAKA
1. Satyanegara. Tumor Otak. Dalam: ilmu bedah saraf. Listiono, L.Djoko,editor. Edisi ke-tiga. Jakarta: Gramedia pustaka utama; 1980. hal. 115;
126; 20749.
2. Mardjono, Mahar. Proses neoplasmatik di susunan saraf. Dalam: neurologiklinis dasar. Jakarta: PT. Dian Rakyat; 2008. hal. 390402.
3. Berttolone SJ. Tumor of the central nervous system concepts in cancermedicine. 1982:64959.
4. Hakim A.A. Tindakan Bedah pada Tumor Cerebellopontine Angle,Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No 3; 2005.
5. Adams and Victors. Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disordersin Manual of edisi 7, McGraw Hill, New York, 2002 : 25863.
6. Tumor Otak dalam Buku Ajar Neurologi Klinis edisi I. Yogyakarta; GajahMada University Press; 1999. hal: 2017.
7. Lindsay, Kenneth W. Neurology and neurosurgery illustrated. Edinburgh2nd ed. London: Churchill Livingstone. 1991. p. 292340.
8. Bernstein, Mark. Neuro-oncology the essentials. Thieme MedicalPublisher; 2000. p. 30299.
9. Black PB. Brain tumor, review article. The NEJM. 1991 (324):1471-210.Snell, Richard S. Neuroanatomi klinik. Jakarta: EGC; 2007.11.Demonte Franco, dkk. Tumors of the brain and spine. Texas: The
University of Texas M. D Anderson Cancer Center; 2007.
12.Kaye, Andrew H. Essential Neurosurgery. Third Ed. Australia: BlackwellPublishing; 2005.
13.MacDonal, Tobey. Pediatric Medulloblastoma (serial online) 2012 March1st (diakses 21 Juli 2012). Diunduh dari: URL :
http://emedicine.medscape.com/article/987886-overview.
http://emedicine.medscape.com/article/987886-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/987886-overview