bab i, ii & dafpus
DESCRIPTION
Stase SarafTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 STATUS PENDERITA
A. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. I
Umur : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : 4 Ulu
Agama : Islam
MRS Tanggal : 8 Desember 2015
B. ANAMNESA (Autoanamnesa dan Alloanamnesa)
Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena sulit untuk
berjalan dikarenakan kelemahan tungkai kanan dan lengan kanan yang terjadi secara
tiba-tiba.
Sejak ± 1 hari SMRS, saat penderita ke kamar mandi tiba-tiba mengalami
kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan tanpa disertai penurunan kesadaran.
Saat serangan terjadi penderita tidak mengalami sakit kepala, tidak ada mual dan
muntah, tidak ada kejang dan ada gangguan rasa pada sisi yang lemah. Saat serangan
penderita tidak mengalami jantung berdebar-debar dan tidak ada sesak nafas.
Kelemahan pada tungkai dan lengan kanan dirasakan sama berat. Sehari-hari
penderita menggunakan tangan kanan. Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya
secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang
diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut penderita sedikit
mengot dan ada pelo.
Riwayat darah tinggi diketahui sejak 3 tahun yang lalu dan berobat tidak rutin.
Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat
trauma disangkal. Riwayat merokok disangkal. Riwayat minum alkohol disangkal.
1
2
Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
C. PEMERIKSAAN (Tanggal 08 Desember 2015)
Status Praesens Status Internus
Kesadaran : CM, E4M6V5 Jantung : HR:96x/menit,gallop(-),murmur(-)
Suhu Badan : 37,0ºC Paru-paru: vesikuler(+),wheezing(-),ronchi(-)
Nadi : 80 x/m Hepar : tidak teraba
Pernapasan : 24 x/m Lien : tidak teraba
TD : 150/100 mmHg Genitalia : tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap : kooperatif Ekspresi Muka : wajar
Perhatian : ada Kontak Psikis : ada
Status Neurologikus
A. KEPALA
Bentuk : Mesocephali
Ukuran : Normocephali
Simetris : Simetris
B. LEHER
Sikap : tegak lurus Deformitas : tidak ada
Torticolis : tidak ada Tumor : tidak ada
Kaku kuduk : tidak ada Pembuluh darah : tidak terlihat
C. SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius K anan Kiri
Penciuman tidak ada kelainan tidak ada kelainan
3
Anosmia tidak ada tidak ada
Hyposmia tidak ada tidak ada
Parosmia tidak ada tidak ada
N.Opticus Kanan Kiri
Visus 6/60 6/60
Campus visi
- Anopsia tidak ada tidak ada
- Hemianopsia tidak ada tidak ada
Fundus Oculi
- Papil edema tidak diperiksa tidak diperiksa
- Papil atrofi tidak diperiksa tidak diperiksa
- Perdarahan retina tidak diperiksa tidak diperiksa
Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens
Kanan Kiri
Diplopia tidak ada tidak ada
Celah mata simetris simetris
Ptosis tidak ada tidak ada
Sikap bola mata
- Strabismus tidak ada tidak ada
- Exophtalmus tidak ada tidak ada
- Enophtalmus tidak ada tidak ada
- Deviation conjugae tidak ada tidak ada
Gerakan bola mata tidak terhambat ke segala arah
Pupil
- Bentuknya bulat bulat
4
- Besarnya Ø 3 mm Ø 3 mm
- Isokori/anisokor isokor
- Midriasis/miosis tidak ada tidak ada
- Refleks cahaya
- Langsung ada ada
- Konsensuil ada ada
- Akomodasi ada ada
- Argyl Robertson tidak ada tidak ada
N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit normal normal
- Trismus tidak ada tidak ada
- Refleks kornea normal normal
Sensorik
- Dahi normal normal
- Pipi normal normal
- Dagu normal normal
N.Facialis Kanan Kiri
Motorik
Mengerutkan dahi : simetris
Menutup mata : lagophtalmus tidak ada lagophtalmus tidak ada
Menunjukkan gigi : normal normal
Lipatan nasolabialis : lipat nasolabialis tertinggal mengot ke kanan
Bentuk Muka
- Istirahat : Simetris kanan kiri
- Berbicara/bersiul : Simetris kanan kiri
5
Sensorik
2/3 depan lidah tidak dilakukan pemeriksaan
Otonom
- Salivasi Tidak dilakukan pemeriksaan
- Lakrimasi Tidak dilakukan pemeriksaan
- Chvostek’s sign Tidak dilakukan pemeriksaan
N. Cochlearis Kanan Kiri
Suara bisikan : terdengar terdengar
Detik arloji : terdengar terdengar
Tes Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tes Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. Glossopharingeus dan N. Vagus Kanan Kiri
Arcus pharingeus : simetris
Uvula : ditengah
Gangguan menelan : tidak ada
Suara serak/sengau : tidak ada
Denyut jantung : normal
Refleks
- Muntah : tidak dilakukan pemeriksaan
- Batuk : ada
- Okulokardiak : tidak dilakukan pemeriksaan
- Sinus karotikus: tidak dilakukan pemeriksaan
Sensorik
- 1/3 belakang lidah: tidak dilakukan pemeriksaaan
N. Accessorius Kanan Kiri
Mengangkat bahu : lemah kuat
Memutar kepala : tidak ada hambatan
6
N. Hypoglossus Kanan Kiri
Menjulurkan lidah : deviasi kekanan
Fasikulasi : tidak ada
Atrofi papil : tidak ada
Disartria : ada
D. COLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : tidak ada
Lordosis : tidak ada
Gibbus : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Tumor : tidak ada
Meningocele : tidak ada
Hematoma : tidak ada
Nyeri ketok : tidak ada
E. BADAN DAN ANGGOTA GERAK
FUNGSI MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan kurang cukup
Kekuatan 3 5
Tonus kenyal normal
Refleks fisiologis
- Biceps meningkat normal
- Triceps meningkat normal
- Periost radius meningkat normal
- Periost ulna meningkat normal
Refleks patologis
- Hoffman Ttromner negatif
7
Trofik eutrofi
TUNGKAI Kanan Kiri
Gerakan kurang cukup
Kekuatan 3 5
Tonus meningkat normal
Klonus
- Paha + +
- Kaki + +
Refleks fisiologis
- K P R meningkat normal
- A P R meningkat normal
Refleks patologis
- Babinsky + -
- Chaddock + -
- Oppenheim - -
- Gordon - -
- Schaeffer - -
- Rossolimo - -
- Mendel Bechterew - -
Refleks kulit perut
- Atas tidak ada kelainan
- Tengah tidak ada kelainan
- Bawah tidak ada kelainan
SENSORIS
Tidak ada kelainan pada dermatom
8
GAMBAR
Keterangan: Hemiparese dextra tipe spastik
FUNGSI VEGETATIF
Miksi : tidak ada kelainan
Defekasi : tidak ada kelainan
Ereksi : tidak diperiksa
F. GEJALA RANGSANG MENINGEAL
Kanan Kiri
Kaku kuduk negatif (-)
Kernig negatif (-)
Gerakan : kurangKekuatan : 3Refleks fisiologismeningkat
Gerakan : kurangKekuatan : 3Refleks fisiologis meningkatRefleks patologis : Babinsky (+) Chaddock (+)
Gerakan : kurangKekuatan : 3Refleks fisiologismeningkat
Gerakan : kurangKekuatan : 3Refleks fisiologis meningkatRefleks patologis : Babinsky (+) Chaddock (+)
Lipat nasolabialis tertinggal mengot ke kananDisatria (+)Deviasi lidah (+) kanan
9
Lasseque negatif (-)
Brudzinsky
- Neck negatif (-)
- Cheek negatif (-)
- Symphisis negatif (-)
- Leg I negatif (-)
- Leg II negatif (-)
G. GAIT DAN KESEIMBANGAN
Gait Keseimbangan dan Koordinasi
Ataxia : tidak diperiksa Romberg : tidak diperiksa
Hemiplegic : tidak diperiksa Dysmetri :
Scissor : tidak diperiksa - jari-jari : tidak ada
Propulsion : tidak diperiksa - jari hidung : tidak ada
Histeric : tidak diperiksa - tumit-tumit : tidak diperiksa
Limping : tidak diperiksa
Steppage : tidak diperiksa Trunk Ataxia : tidak diperiksa
Astasia-Abasia: tidak diperiksa Limb Ataxia : tidak diperiksa
H. GERAKAN ABNORMAL
Tremor : tidak ada
Chorea : tidak ada
Athetosis : tidak ada
Ballismus : tidak ada
Dystoni : tidak ada
Myocloni : tidak ada
10
I. FUNGSI VEGETATIF
Miksi : tidak ada kelainan
Defekasi : tidak ada kelainan
Ereksi : tidak diperiksa
J. FUNGSI LUHUR
Afasia motorik : tidak ada
Afasia sensorik : tidak ada
Apraksia : tidak ada
Agrafia : tidak ada
Alexia : tidak ada
Afasia nominal : tidak ada
LABORATORIUM (8/12/2015)
DARAH
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hb 15,5 g/dl P=12-14 g/dl
Leukosit 8.700 /uL 5.000-10.000 /uL
Trombosit 330.000 /uL 150.000-400.000/uL
Ht 40 % 37-43%
GDS 106 mg/dl <180
Trigliserid 46 mg/dl <200
Kolesterol total 165 mg/dl <200
HDL 32 mg/dl >50
LDL 123 mg/dl <130
Ureum 20 mg/dl
Creatinine 1,00 mg/dl
Uric Acid 5,78 mg/dl 3,4-7
11
URINE : tidak diperiksa
FAECES : tidak diperiksa
LIQUOR CEREBROSPINALIS : tidak diperiksa
PEMERIKSAAN KHUSUS
Rontgen foto cranium : tidak diperiksa
Rontgen foto thoraks : tidak diperiksa
Rontgen foto columna vertebralis : tidak diperiksa
Electro Encephalo Graphy : tidak diperiksa
Arteriography : tidak diperiksa
Electrocardiography : tidak diperiksa
Pneumography : tidak diperiksa
Lain-lain (CT-Scan) : infark lama pada nucleus lentiformis kanan
Infark pada nucleus lentiformis kiri, korona
radiate kanan kiri.
1.2. RINGKASAN
ANAMNESA
Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI karena sulit untuk
berjalan dikarenakan kelemahan tungkai kanan dan lengan kanan yang terjadi secara
tiba-tiba.
Sejak ± 1 hari SMRS, saat penderita ke kamar mandi tiba-tiba mengalami
kelemahan pada tungkai kanan dan lengan kanan tanpa disertai penurunan kesadaran.
Saat serangan terjadi penderita tidak mengalami sakit kepala, tidak ada mual dan
muntah, tidak ada kejang dan ada gangguan rasa pada sisi yang lemah. Saat serangan
penderita tidak mengalami jantung berdebar-debar dan tidak ada sesak nafas.
Kelemahan pada tungkai dan lengan kanan dirasakan sama berat. Sehari-hari
penderita menggunakan tangan kanan. Penderita dapat mengungkapkan isi pikirannya
secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat mengerti isi pikiran orang lain yang
12
diungkapkan secara lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut penderita sedikit
mengot dan ada pelo.
Riwayat darah tinggi diketahui sejak 3 tahun yang lalu dan berobat tidak rutin.
Riwayat kencing manis disangkal. Riwayat penyakit jantung disangkal. Riwayat
trauma disangkal. Riwayat merokok disangkal. Riwayat minum alkohol disangkal.
Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini.
PEMERIKSAAN
Status Praesens
Kesadaran : CM, E4M6V5
Suhu Badan : 37,0ºC
Nadi : 80 x/m
Pernapasan : 24 x/m
TD : 150/100 mmHg
Pemeriksaan motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan kurang cukup
Kekuatan 3 5
Tonus kenyal normal
Refleks fisiologis
- Biceps meningkat normal
- Triceps meningkat normal
- Periost radius meningkat normal
- Periost ulna meningkat normal
Refleks patologis
- Hoffman Ttromner negatif
Trofik eutrofi
13
TUNGKAI Kanan Kiri
Gerakan kurang cukup
Kekuatan 3 5
Tonus kenyal normal
Klonus
- Paha + +
- Kaki + +
Refleks fisiologis
- K P R meningkat normal
- A P R meningkat normal
Refleks patologis
- Babinsky + -
- Chaddock + -
- Oppenheim - -
- Gordon - -
- Schaeffer - -
- Rossolimo - -
- Mendel Bechterew - -
DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIK : Hemiparese dextra + parese nervus VII & XII tipe sentral
DIAGNOSA TOPIK : Capsula interna hemisferium cerebri sinistra
DIAGNOSA ETIOLOGI : Trombosis cerebri
PENGOBATAN
Perawatan
• Bed rest
• Diet nasi biasa
14
Medikamentosa
IVFD Ringer Laktat gtt xv makro
Citikoline 2 x 500 mg iv
Ranitidin 2 x 1 amp iv
Aspilet 2 x 80 mg
Neurodex 1 x 1 tab
Simvastatin 1 x 10 mg
PROGNOSA
Quo ad Vitam : ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal / Pukul Perjalanan Penyakit Instruksi/ rencana terapi9 Des 201506.00 WIB
S : kelemahan lengan dan tungkai kanan (+)O : sens : somnolen (E:3 M:5 V:x)Vital sign : TD 120/80mmHgN 82x/m, RR 22x/m, T 36,5oC.Nn.Craniales :N.VII :lipat nasolabialis tertinggal ke kananN.XII : menjulurkan lidah deviasi ke kanan, disatria (+)
Lka Lki Tka TkiMotorikKekuatan Krg Ckp Krg CkpGerakan 3 5 3 5Tonus NKlonus NBicep NTricep Np.Ulna Np.Radius NKPR N NAPR N NBabinsky + -
P :Medikamentosa
- IVFD Ringer Laktat gtt xv makro
- Citikoline 2 x 500 mg iv
- Ranitidin 2 x 1 amp iv- Aspilet 2 x 80 mg- Neurodex 1 x 1 tab - Simvastatin 1 x 10 mg
15
Chaddock + -Oppenheim - -Gordon - -Schaffer - -Rosolimo - -Hoffman- - -Tromner - -Fungsi Luhur : -Fungsi vegetatif : -Fungsi sensorik : -GRM : kaku kuduk (-), kernig (-), lasseque (-)
A : Hemiparese dextra tipe spastik + parese N.VII dan N.XII dextra tipe sentral ec Stroke Non Hemoragik.
16
1.3 DISKUSI
A. Diagnosis Banding Klinis
Hemiparese Dextra tipe Spastik
LMN (Perifer)
Flaksid
UMN (Central)
Spastik
Pada penderita ditemukan
gejala
Hipotonus Hipertonus Hipertonus
Hiporeflexi Hiperreflexi Hiperrefleksi
Refleks patologis (-) Refleks patologis (+) Refleks patologis (+)
Atrofi otot (+) Atrofi otot (-) Atrofi otot (-)
Jadi tipe kelemahan yang di alami penderita adalah tipe spastik
Gejala parese N. VII sentral Pada penderita ditemukan gejala
Otot dahi tidak lumpuh Tidak ada
Otot orbicularis oculi bagian atas tidak lumpuh Tidak ada
Otot orbicularis oculi bagian bawah lumpuh Tidak ada
Otot mimik di daerah pipi dan dagu lumpuh Ada
Jadi, penderita mengalami parese N. VII dextra sentral
Gejala parese N. XII sentral Pada penderita ditemukan gejala
Kelumpuhan otot lidah ½ bagian yang
kontralateral lesi (penderita menjulurkan
lidah, tampak deviasi kea rah otot yang
lumpuh)
Ada deviasi lidah
Tidak ada atrofi papil lidah Tidak ada
Tidak ada fasikulasi / fibrilasi lidah Tidak ada
Jadi, penderita mengalami parese N.XII dextra sentral
17
2. DIAGNOSA TOPIK
Diagnosa banding topik
1. Lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
2. Lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra
3. Lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra
1. Lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
Gejala Pada pasien ditemukan
Hemiparese/ hemiplegic tipikal Hemiparese dextra tipe spastic
Parese N.VII dextra sentral Terjadi parese N.VII dextra sentral
Parese N.XII dextra sentral Terjadi parese N.XII dextra sentral
Kelemahan di lengan dan tungkai sama
berat
Terjadi kelemahan di lengan dan
tungkai sama berat
Jadi, pada pasien ini lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
2. Lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra
Gejala Pada pasien ditemukan
Defisit motorik Hemiparese dextra tipe spastik
Afasia motorik murni pada
hemisferium dominan
Tidak ada afasia
Jadi, lesi di subkorteks hemisferium cerebri sinistra dapat disingkirkan
3. Lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra
Gejala Pada Pasien ditemukan
Defisit motorik Hemiparese dextra tipe spastik
Gejala iritatif kejang pada sisi
yang lumpuh
Tidak ada kejang pada lengan dan
tungkai kanan
Gejala fokal kelemahan pada sisi
yang lumpuh tidak sama berat
Kelemahan pada lengan dan tungkai
kanan sama berat
Defisit sensorik pada sisi yang lumpuh Tidak ada kelainan
18
Afasia motorik Tidak ada Afasia motorik
Jadi, kemungkinan lesi di korteks hemisferium cerebri sinistra dapat
disingkirkan
Kesimpulan diagnosa Topik : Lesi di capsula interna hemisferium cerebri sinistra
3. DIAGNOSA ETIOLOGI
Diagnosa banding etiologi :
1. Emboli cerebri
2. Thrombosis cerebri
3. Haemorrhagic cerebri
1. Emboli cerebri
Gejalanya Pada pasien ditemukan
Kehilangan kesadaran < 30 menit Tidak ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat aktivitas Terjadi saat berjalan ke kamar
mandi
Ada atrial fibrilasi Tidak ada atrial fibrilasi
Jadi, kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan
2. Trombosis cerebri
Gejalanya Pada pasien ditemukan
Tidak ada kehilangan kesadaran Tidak ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat istirahat Terjadi saat berjalan ke kamar mandi
Jadi, kemungkinan etiologi thrombosis cerebri belum dapat disingkirkan
3. Haemorrhagic cerebri
Gejalanya Pada pasien ditemukan
Kehilangan kesadaran > 30 menit Tidak ada kehilangan kesadaran
Terjadi saat aktivitas Terjadi saat berjalan ke kamar mandi
Didahului sakit kepala, mual dan Tidak ada sakit kepala, mual dan
19
muntah muntah
Riwayat hipertensi Riwayat hipertensi 3 tahun yang lalu
Jadi, kemungkinan etiologi haemorrhagic cerebri dapat disingkirkan
Kesimpulan diagnose etiologi : Trombosis cerebri
BAB II
20
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi
Otak mendapatkan suplai darah dari dua pembuluh darah besar, yaitu arteri
carotis atau sirkulasi anterior dan arteria vertebralis atau sirkulasi posterior. Arteri
karotis terdiri dari arteri karotis komunis kanan dan kiri, sedangkan arteri
vertebralis terdiri dari a. vertebralis kanan dan kiri. Masing-masing karotis
membentuk bifurkasi untuk membentuk arteri karotis interna dan eksterna. Dari
kedua pembuluh darah (arteri karotis dan arteri vertebralis), akan terbentuk
kolateral yang disebut sirkulus Willisi. Penyaluran darah selanjutnya melalui
sistem vena yang akan bermuara ke dalam sinus duramatris (Snell, 2006).
Sirkulus Willisi adalah area dimana percabangan arteri basiler dan karotis
interna bersatu. Sirkulasi terdiri dari dua arteri serebral, arteri komunikans
anterior, kedua artero serebral posterior, dan kedua arteri komunikans anterior
(Snell, 2006).
Gambar 1. Sirkulus Willisi
2.2 Fisiologi
21
Segala aktivitas susunan saraf pusat yang dapat dilihat, didengar, direkam
dan diperiksa berwujud gerak otot. Otot-otot skeletal dan neuron-neuron menyusun
susunan neuromuscular voluntary, yaitu system yang mengurus dan sekaligus
melaksanakan gerakan yang dikendalikan oleh kemauan. Secara anatomi sistem
tersebut terdiri atas 1) Upper Motor Neuron (UMN), 2) Lower Motor Neuron
(LMN), 3) penghubung antara unsur saraf dan otot serta 4) otot skeletal.
(Mardjono dan Sidharta, 2012).
Korteks motorik adalah semua neuron yang menyalurkan impuls motorik
secara langsung ke LMN atau melalui interneuronnya. Neuron-neuron tersebut
berapa pada girus presentralis. Masing-masing neuron memiliki hubungan dengan
gerak otot tertentu. Neuron dikorteks motorik yang menghadap ke fisura
longitudinalis serebri mempunyai koneksi dengan gerak otot kaki dan tungkai
bawah. Neuron-neuron korteks motorik yang dekat dengan fisura lateralis serebri
mengurus gerak otot larynx, faring, dan lidah. Penyelidikan dengan
elektrostimulasi mengungkapkan bahwa gerak otot seluruh belahan tubuh dapat
dipetakan pada seluruh kawasan korteks motorik sisi kontralateral. Peta itu dikenal
sebagai Homunkulus motorik (Mardjono dan Sidharta, 2012).
2.3 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai
suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24, atau dapat
menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Stroke digunakan untuk menamakan sindrom hemiparese atau hemiparalisis
akibat lesi vascular yang bias bangkit dalam beberapa detik sampai hari,
tergantung pada jenis penyakit yang menjadi kausanya. Daerah otak yang tidak
berfungsi disebabkan karena secara tiba-tiba tidak menerima jatah darah lagi
karena arteri yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat. Penyumbatan itu
bias terjadi secara mendadak, secara berangsur-angsur ataupun tiba-tiba namun
hanya berlangsung sementara (Mardjono dan Sidharta, 2012).
22
2.4 Etiologi
Lesi vascular regional yang terjadi diotak sebagian besar disebabkan oleh
proses oklusi pada lumen arteri serebral, sebagian lainnnya disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah. Penyakit vascular utama yang menimbulkan
penyumbatan ialah aterosklerosisdan arteriosklerosis. (Mardjono dan Sidharta,
2012).
Daerah otak yang secara tiba-tiba tidak menerima jatah darah karena arteri
yang memperdarahi daerah itu putus atau tersumbat akan mengalami kematian sel.
Penyumbatan ini dapat terjadi akibat trombus dan emboli. Trombus terdiri dari
trombosit, fibrin, sel eritrosit dan lekosit. Trombus yang lepas dan menyangkut di
pembuluh darah lebih distal disebut embolus. Sedang emboli dapat terbentuk dari
gumpalan darah, kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara, tumor, metastase,
bakteri, benda asing (Mardjono dan Sidharta, 2012).
Jika suatu cabang arteri serebral pecah, maka daerah perdarahannya tidak
mendapat darah lagi dan daerah ekstravasal tertimbun sehingga merupakan proses
desak ruang akut. Hipertensi merupakan faktor etiologi paling umum (Mardjono
dan Sidharta, 2012).
2.5 Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian tersering ketiga pada orang dewasa di
Amerika Serikat. Insiden stroke secara nasional diperkirakan adalah 750.000
pertahun, dengan 200.000 merupakan stroke rekuren (Price dan Wilson, 2005).
Di Indonesia jumlah penderita gangguan peredaran darah otak (GPDO)
selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat inap. Trombosis
lebih sering pada umur 50-an hingga 70-an. GPDO pada anak muda banyak
dijumpai akibat infark karena emboli, yaitu mulai dari usia di bawah 20 tahun dan
meningkat pada dekade ke-4 hingga ke-6 dari usia, lalu menurun dan jarang
dijumpai pada usia yang lebih tua (Aliah, dkk, 2003).
23
2.6 Klasifikasi
Stroke dibedakan menjadi dua yaitu stroke non hemoragik dan stroke hemoragik.
1. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik
a. Berdasarkan waktu :
- Serangan Iskemik Sepintas / Transient Ischemic Attack (TIA)
- Defisit Neurologik Iskemik Sepintas (Reversible Ischemic Neurological
Deficit)
b. Berdasarkan etiologi :
- Stroke Trombotik
- Stroke Emboli
2. Klasifikasi Stroke Hemoragik
Menurut WHO, dalam International Statistical Classification of Diseases and
Related Health Problem 10th Revision (ICD 10), stroke hemoragik dibagi atas:
- Perdarahan Intraserebral (PIS), perdarahan primer yang berasal dari pembuluh
darah parenkim otak.
- Perdarahan Subaraknoid (PSA), keadaan terdapatnya atau masuknya darah ke
dalam ruang subaraknoid karena pecahnya aneurisma, malformasi arteriovena
(AVM), atau sekunder dari perdarahan PIS.
2.7 Patofisiologi
Penyumbatan pembuluh darah merupakan 80% kasus dari kasus stroke.
Penyumbatan sistem arteri umumnya disebabkan oleh terbentuknya trombus pada
ateromatous plaque pada bifurkasi dari arteri karotis. Erat hubungannya dengan
aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis.
Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacam-macam manifestasi klinik dengan
cara :
1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran
darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya trombus atau perdarahan
aterom.
24
3. Merupakan terbentuknya trombus yang kemudian terlepas sebagai emboli.
4. Menyebabkan dinding pembuluh menjadi lemah dan terjadi aneurisma yang
kemudian dapat robek.
Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari otak akan terjadi kerusakan
(baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron di daerah tersebut tentu akan
mati, dan neuron yang rusak ini akan mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan
membanjiri sel-sel disekitarnya. Glutamat ini akan menempel pada membran sel
neuron di sekitar daerah primer yang terserang. Glutamat akan merusak membran sel
neuron dan membuka kanal kalsium (calcium channels). Kemudian terjadilah influks
kalsium yang mengakibatkan kematian sel. Sebelumnya, sel yang mati ini akan
mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri lagi neuron-neuron
disekitarnya (Dewanto dan George, 2009).
2.8 Diagnosis
Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Adapun garis besarnya sebagai berikut (Dewanto dan
George, 2009):
1. Skor stroke : skor stroke siriraj atau skor gadjah mada
2. Laboratorium darah :
- hemoglobin, hematokrit, eritrosit, leukosit, hitung jenis, trombosit dan laju
endap darah.
- Agregasi trombosit dan fibrinogen.
- Gula darah.
- Profil lipid, kolestreol dan asam urat.
3. EKG dan Ekokardiograf untuk mengetahui pencetus stroke akibat penyakit
jantung.
4. Foto toraks untuk membantu melihat kelainan pada jantung.
5. CT-Scan dan MRI untuk melihat daerah kepala yang mengalami lesi.
25
Skor Siriraj
Skor Gajah Mada
Penurunan Kesadaran Nyeri Kepala Babinski Jenis Stroke
+ + + Hemoragik
+ - - Hemoragik
- + - Hemoragik
- - + non hemoragik
- - - non hemoragik
2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (Permenkes, 2014).
a. Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
b. Perimbangkan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau gagal nafas.
c. Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam
(jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air dan SALIN
0,45% karena dapat memperhebat edema otak.
d. Berikan O2 : 2-4 liter/menit via kanul hidung.
e. Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.
Stroke Hemoragik
26
a. Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang pada orang
yang dasarnya normotensif (tensi normal) diturunkan sampai sistolik 160
mmHg, pada orang dengan hipertensi sedikit lebih tinggi.
b. Tekanan dalam ronggo tengkorak diturunkan dengan cara meninggikan posisi
kepala 15-30% (satu bantal) sejajar dengan bahu.
Pasien dirujuk setelah kondisi lebih stabil.
Rencana tindak lanjut
a. Memodifikasi gaya hidup sehat
1. Memberi nasehat untuk tidak merokok atau menghindari lingkungan
perokok.
2. Menghentikan atau mengurangi konsumsi alkohol.
3. Mengurangi berat badan pada penderita atroke yang obes.
4. Melakukan aktivitas fisik sedang pada pasien stroke iskemik atau TIA.
Intensitas sedang dapat didefinisikan sebagai aktivitas fisik yang cukup
berarti hingga berkeringat atau meningkatkan denyut jantung 1-3 kali
perminggu.
b. Mengontrol faktor risiko
1. Tekanan darah
2. Gula darah pada pasien DM
3. Kolesterol
4. Trigliserida
5. Jantung
c. Pada pasien stroke iskemik diberikan obat-obat antiplatelet : asetosal dan
klopidogrel
Konseling dan Edukasi
a. Mengedukasi keluarga agar membantu pasien untuk tidak terjadinya serangan
kedua
b. Jika terjadi serangan berikutnya segera mendatangi pelayanan primer
c. Mengawasi agar pasien teratur minum obat
27
d. Membantu pasien menghindari faktor risiko
2.10 Komplikasi
Komplikasi dini (0-48 jam pertama) (Sudoyo, dkk, 2007):
1.Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya
menimbulkan kematian.
2. Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama) (Sudoyo, dkk, 2007) :
1. Pneumonia : Akibat immobilisasi lama.
2. Infark miokard.
3.Emboli paru : Cenderung terjadi 7 -14 hari pasca stroke, seringkali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
4. Stroke rekuren : Dapat terjadi pada setiap saat.
Komplikasi Jangka Panjang (Sudoyo, dkk, 2007) :
1. Kelemahan otot (Sequele)
2.11 Pencegahan
Primer : Mengendalikan faktor resiko, gizi seimbang dan olahraga teratur.
Sekunder : Mengendalikan faktor resiko, medikamentosa, dan tindakan invasif
bila perlu.
2.12 Prognosis
28
Prognosis bergantung dari usia pasien, penyebab stroke dan kondisi medis lain
yang mengawali dan menyertai stroke. Penderita yang selamat akan memiliki resiko 2
kali untuk menjadi stroke di kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aliah A., Kuswara FF., Limoa RA., Wuysang. Gangguan Peredaran Darah
Otak. Kapita Selekta Neuorologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
2003: 79-102.
29
Dewanto, George dkk. 2009. Panduan Praktis : Diagnosis dan Tatalaksana
Penyakit Saraf . EGC. Jakarta.
Israr, Y. 2008. Stroke. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran Universitas
Riau. Rumah Sakit Umum Arifin Achmas Pekanbaru.
Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta. 2012. Neurologi Klinis Dasar.
Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Price, Silvia Anderson dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran.
Jakarta: EGC.
Sudoyo, Aru W dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam, Edisi 4, Balai
Penerbitan FKUI, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.5 Tahun 2014. Panduan
Praktis Klinis Dokter Di fasilitas Pelayanan Primer.