bab 3 metode perancangan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab3/2012-2-00171-di...
TRANSCRIPT
79
BAB 3
METODE PERANCANGAN
3.1 Studi Fisik Bangunan dan Lingkungan
3.1.1 Analisa Makro Bangunan dan Lingkungan
Nama denah : Sekolah Pastry dan Bakery
Lokasi : Sekolah Tzu Chi – Yayasan Buddha Tzu Chi
Indonesia
Alamat : Jl. Kompleks Tzu Chi Center
Pantai Indah Kapuk
Boulevard Jakarta Utara 14470
Indonesia
Luas tanah : ± 6.000 m2
Luas bangunan : ± 1.460 m2
Arah bangunan : Menghadap Tenggara
Gambar 3.1 Peta kecamatan Penjaringan Jakarta Utara
(Sumber: http://tatakota-jakartaku.net/ )
80
Lokasi sekolah Buddha Tzu Chi yang bertempat di kawasan
Pantai Indah Kapuk sangat strategis karena berada di pintu keluar Tol
Kapuk (dari Tol Bandara Soekarno Hatta) dan outer ringroad. Di samping
itu, sekolah Buddha Tzu Chi juga dekat dengan Rumah Sakit Pantai Indah
Kapuk, The Golf PIK, Waterboom, dan lain-lain. Kawasan Pantai Indah
Kapuk sebagian besarnya merupakan kawasan kompleks perumahan dan
ruko-ruko sentral bisnis, seperti perkantoran, perbankan, sekolah,
pertokoan dan restoran.
Gambar 3.2 Lingkungan sekitar perancangan sekolah memasak
(Sumber: http://rumahsemua.files.wordpress.com/2012/02/pik221.jpg)
Gambar 3.3 Tampak depan bangunan
81
Gambar 3.4 Tampak Samping bangunan
3.1.2 Analisa Mikro Bangunan dan Lingkungan
3.1.2.1 Analisa Struktur Bangunan
Bangunan yang digunakan untuk perancangan interior
sekolah pastry dan bakery ini merupakan bangunan 1 lantai yang
menggunakan struktur bentang lebar dengan sistem konstruksi
atap rangka baja ringan.
3.1.2.2 Analisa pemandangan
Pantai Indah Kapuk merupakan kawasan yang
dikembangkan dengan penataan penghijauan yang sangat baik.
Adanya penataan penghijauan, seperti penanaman pepohonan di
sepanjang jalan menambah keasrian kawasan tersebut.
Berikut analisa lingkungan bangunan yang
diidentifikasi berdasar arah mata angin:
1) Utara : Laut Jawa
2) Timur : Kompleks perumahan Pantai Indah Kapuk
3) Selatan : Damai Indah Golf and Country Club
4) Barat : Kamal Muara Drain
82
Gambar 3.5 Pemandangan depan gedung sekolah
(Foto: Melissa, 2013)
3.1.2.3 Analisa Pencahayaan
Denah yang digunakan merupakan denah bangunan
free standing yang dibangun pada lahan seluas ± 3.000 m2. Hal
ini memberikan keuntungan pada pencahayaan di dalam
bangunan yang tidak terhalang oleh keberadaan bangunan lain di
sekitarnya, sehingga memungkinkan pencahayaan alami untuk
masuk ke dalam gedung.
Sisi depan bangunan yang menghadap ke arah Tenggara
mendapat cahaya matahari yang cukup di pagi hari namun tidak
terlampau panas seperti apabila bangunan menghadap langsung
ke arah Timur. Kondisi yang sama juga berlaku pada saat
menjelang matahari terbenam, tepatnya di sore hari.
Pencahayaan alami yang cukup, dapat membantu
penghematan penggunaan energi di dalam bangunan. Namun
Pencahayaan yang berlebih pun dapat mengganggu
berlangsungnya kegiatan di dalam bangunan. Perencanaan yang
tepat akan dapat memaksimalkan pencahayaan alami dan
meminimalisasikan efek silau berlebih yang diterima bangunan.
83
Gambar 3.6 Letak bangunan terhadap sumber sinar matahari
3.1.2.4 Analisa Kebisingan
Bangunan yang digunakan untuk perencanaan sebuah
sekolah memasak, menjadikan faktor kebisingan bukan hal yang
menjadi perhatian utama. Dengan lokasinya yang berada di
kawasan kompleks perumahan dan tidak terlalu padatnya lalu
lintas kendaraan di sekitar bangunan, tingkat kebisingan dapat
dikatakan cukup rendah, meskipun bangunan berada tepat di sisi
jalan utama.
Gambar 3.7 Letak bangunan terhadap sumber kebisingan
84
3.1.2.5 Analisa Penghawaan
Lokasi bangunan yang berada di Utara kota Jakarta dan
berdekatan dengan daerah pantai menyebabkan angin yang berhembus
cukup besar. Namun yang tetap harus diperhatikan adalah angin yang
berhembus merupakan angin laut dengan hawa panas, jadi bangunan
sendiri memerlukan penghawaan buatan, seperti unit pendingin udara.
Angin laut akan berhembus pada pagi hingga sore hari dan angin darat
akan berhembus pada malam hari.
Gambar 3.8 Letak bangunan terhadap pantai
(Sumber: http://rumahsemua.files.wordpress.com/2012/02/pik221.jpg)
3.1.2.6 Analisa Pencapaian
Kawasan Pantai Indah Kapuk adalah kawasan dengan
perencanaan akan penataan daerahnya yang sangat baik, salah satunya
adalah mengenai akses menuju daerah tersebut. Pencapaian menuju
lokasi ini tidak sulit. Adanya akses pintu masuk tol yang langsung
berada dalam kawasan PIK, akses pintu keluar tol Bandara Soekarno-
Hatta, pintu masuk tol dalam kota, akses jalan menuju Pluit dan Kebon
Jeruk Kamal.
85
3.2 Studi Aktifitas Manusia
3.2.1 Data Pemakai
Dalam sebuah institusi pendidikan, selain pihak pengajar dan
peserta didik, tentu perlu keterlibatan pihak lain yang akan mendukung
terlaksananya kegiatan belajar-mengajar tersebut sehingga dapat berjalan
dengan lancar. Penjabaran mengenai pihak-pihak yang beraktifitas atau
terlibat di dalam sekolah kulinari adalah sebagai berikut:
1) Pemilik/chef
2) Manajer
3) Staf bagian kesiswaan
4) Staf bagian pengadaan bahan dan peralatan
5) Chef
6) Asisten chef
7) Office Boy
8) Dishwasher
9) Peserta didik
10) Supplier
3.2.2 Tugas dan Tanggung Jawab
Dari penjabaran di atas mengenai pihak-pihak pemakai gedung
sekolah, maka di bawah ini akan diberikan penjelasan lebih lanjut
mengenai tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak tersebut:
1) Kepala sekolah/chef
86
Pemilik dari institusi pendidikan kulinari. Bertugas memimpin dan
mengelola lembaga tersebut secara sepenuhnya, baik dari
pengambilan keputusan dan lain-lain. Penyusunan program
pendidikan juga dilakukan oleh kepala sekolah yang didiskusikan
bersama-sama dengan tenaga pengajar lainnya.
2) Manajer
Perwakilan kepala sekolah di dalam lembaga pendidikan yang
bertugas mengawasi kinerja setiap divisi di bawahnya.
Menyampaikan setiap permasalahan yang berhubungan dengan proses
belajar-mengajar kepada kepala sekolah.
3) Staf bagian kesiswaan
Divisi bagian kesiswaan bertugas mengurus segala keperluan peserta
didik, terlebih yang berhubungan dengan keperluan administrasi.
4) Staf bagian pengadaan bahan dan peralatan
Sesuai dengan namanya, staf divisi ini bertugas mengecek setiap
persediaan keperluan bahan-bahan, perlengkapan, dan peralatan
kebutuhan sekolah sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berjalan
dengan baik dan lancer.
5) Chef
Tenaga pengajar profesional yang dipekerjakan sesuai dengan bidang
ahlinya. Umumnya pihak pengajar merupakan koki hotel bintang 5
ataupun koki restoran ternama. Koki tersebut bertugas memberikan
pengajaran kepada peserta didik sesuai dengan kurikulum yang telah
ditetapkan sekolah sesuai dengan bidang ilmu yang dikuasainya.
6) Asisten chef
87
Bertugas membantu beban kerja chef dalam mengawasi dan
membimbing, serta mengarahkan peserta didik yang mengalami
kesulitan, terutama dalam jenis kelas praktek. Membantu menyiapkan
bahan-bahan masakan bagi kelas anak-anak dan membantu peserta
didik anak-anak dalam tahapan mematangkan pastry dan bakery.
7) Office boy
Bertugas menjaga kebersihan sekolah seutuhnya, membelikan atau
menyiapkan makan siang bagi setiap karyawan, menyediakan
minuman bagi karyawan maupun tamu sekolah, melayani permintaan
penggandaan dokumen/faksimili, dan lain-lain.
8) Dishwasher
Dishwasher bertugas membantu preparasi sebelum operasional
sekolah, menyiapkan bahan dan alat yang akan digunakan pada dapur,
membantu mengontrol perssediaan bahan baku untuk operasional,
menjaga kebersihan area dapur, menjaga dan merawat setiap peralatan
dan perlengkapan memasak, melaporkan kepada divisi pengadaan
bahan dan peralatan jika ada persediaan yang kurang ataupun rusak.
9) Peserta didik
Pihak yang mendapat pengajaran dari institusi pendidikan. Peserta
didik tidak boleh menyalahgunakan peralatan dan perlengkapan
sekolah, juga memiliki tanggung jawab dalam pemeliharaan peralatan
dan perlengkapan sekolah.
10) Supplier
88
Badan usaha yang bekerjasama dengan pihak sekolah dalam
menyalurkan atau memasarkan produk yang dimilikinya dalam jangka
waktu tertentu.
3.2.3 Pola Aktifitas Peserta Didik
Identifikasi pola aktifitas peserta didik dilakukan untuk
mengetahui interaksi antara hubungan aktifitas dengan karakter fisik
bangunan. Aktifitas peserta didik yang tercatat melalui proses
pengamatan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Pola aktifitas peserta didik
Kegiatan Kebutuhan Ruang
Datang Entrance
Parkir Parkiran
Administrasi Area resepsionis
Ruang karyawan
Penitipan barang dan
berganti pakaian Loker
Belajar
Demonstration kitchen
Teaching kitchen
Ruang kelas
Function Hall
Istirahat
Student Lounge
Cafe
Library
89
Apabila terjadi kecelakaan Klinik
Pengambilan barang dan
berganti pakaian
Ruang loker
Ruang ganti
Pulang Parkiran
(Sumber: Observasi lapangan, 2013)
Kegiatan para peserta didik dimulai dari datang ke sekolah baik
itu menggunakan kendaraan pribadi ataupun diantar oleh orang tua,
khususnya anak-anak. Area parkir yang memadai dapat menjadi salah
satu pertimbangan pemilihan sekolah tersebut.
Selanjutnya proses administrasi akan dilakukan di area
resepsionis. Pada tahap ini, penjelasan mengenai klasifikasi kelas
memasak akan didapatkan lebih rinci lagi. Setelah penentuan jenis
program pendidikan yang akan diikuti, maka dilanjutkan dengan proses
pendaftaran serta pembayaran oleh pihak peserta didik. Seluruh data
peserta didik kemudian akan diproses ke bagian pengadaan alat dan
bahan, administrasi, kesiswaan, hingga kepala sekolah. Masing-masing
akan menjalankan tanggung jawabnya sesuai denga peranannya dalam
sekolah, baik itu pengurusan asuransi peserta didik dan penyiapan alat
memasak, seragam, dan keperluan peserta didik lainnya.
Sebelum mengikuti kelas, peserta didik dapat menitipkan barang
pribadinya pada area loker yang telah disediakan pihak sekolah demi
kenyamanan aktifitas belajar peserta didik. Selain itu, peserta didik juga
diharapkan untuk menggunakan seragam yang telah disediakan oleh
pihak sekolah sesuai dengan standar seorang calon koki profesional.
90
Jenis kelas yang akan diterima oleh peserta didik dapat berupa
kelas teori, kelas praktek, ataupun kelas demo. Kelas teori akan diterima
oleh peserta didik pada awal pertemuan sebagai pengenalan teoritis
mengenai bahan, peralatan dan perlengkapan yang berhubungan dengan
pastry dan bakery. Kelas demo dilakukan oleh pihak pengajar sebagai
pengenalan lebih lanjut tentang pastry dan bakery. Di sini, peserta didik
diperkenankan bertanya apa saja yang berhubungan dengan kegiatan
demo tersebut untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Selanjutnya,
peserta didik akan diajak untuk mempraktekkan secara langsung bahan
pengajaran yang telah diberikan dalam pengawasan pihak pengajar dalam
jenis kelas praktek.
Pada akhir kelas pengajaran, peserta didik wajib mengambil
program skripsi sebagai uji kompeten sebelum peserta didik dinyatakan
lulus dan mendapat gelar seorang koki profesional. Untuk membantu para
peserta didik dalam melewati uji kompeten tersebut, maka fasilitas
perpustakaan disediakan di dalam sekolah.
Pada jam istirahat, disediakan fasilitas cafe bagi para peserta
didik untuk dapat menikmati makan siang ataupun waktu jedanya dengan
bersantai dan bersenda gurau. Selain itu, fasilitas pantry juga disediakan
pada area student lounge untuk menunjang kegiatan di dalamnya.
Kecelakaan mungkin terjadi pada saat kelas praktek
berlangsung. Demi meminimalisir kemungkinan yang tidak diharapkan,
maka fasilitas klinik disediakan sebagai tindakan pertolongan pertama
sebelum peserta didik mendapat perawatan lebih lanjut.
91
3.2.4 Pola Aktifitas Pengajar
Identifikasi pola aktifitas pengajar dilakukan untuk mengetahui
interaksi antara hubungan aktifitas dengan karakter fisik bangunan.
Melalui identifikasi ini pula dapat terlihat kebutuhan ruang setiap
pengguna fisik bangunan. Aktifitas pengajar yang tercatat melalui proses
pengamatan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2 Pola aktifitas pengajar
Kegiatan Kebutuhan Ruang
Datang Entrance
Parkir Parkiran
Penitipan barang dan
berganti pakaian
Ruang ganti pakaian
Loker
Mengurus administrasi
Ruang Kepala Sekolah
Ruang rapat
Ruang karyawan
Persiapan pengajaran Food storage
Central gas supply
Mengajar
Demonstration kitchen
Teaching kitchen
Ruang kelas
Istirahat
Chef Lounge
Cafe
Library
Beribadah Mushola
92
Mengajar
Demonstration kitchen
Teaching kitchen
Ruang kelas
Pengambilan barang dan
berganti pakaian
Ruang loker
Ruang ganti
Pulang Parkiran
(Sumber: Observasi lapangan, 2013)
Pengajar yang merupakan pekerja lepas/freelance, memberikan
pengajaran kepada para peserta didik berdasarkan jadwal kerja yang telah
ditentukan. Penentuan jadwal ditetapkan berdasarkan kesepakatan pihak
sekolah dengan pengajar yang juga merupakan juru masak di hotel-hotel
ternama.
Kegiatan pihak pengajar diawali dengan datang ke sekolah dan
langsung menuju area loker untuk berganti pakaian dan menyimpan
barang-barang pribadi. Kemudian pihak pengajar akan menyiapkan
materi pembelajaran yang akan disampaikan pada pertemuan saat itu,
begitu pula dengan memeriksa persiapan bahan-bahan, peralatan dan
perlengkapan memasak untuk kelas praktek yang akan dibantu oleh
asisten chef. Ada kalanya pihak pengajar berkumpul untuk mendiskusikan
tentang kurikulum yang akan diberikan kepada peserta didik.
Jenis pengajaran yang diberikan berupa kelas teori, kelas demo
dan kelas praktek. Pihak pengajar akan dibantu oleh asisten chef dalam
setiap kegiatannya. Ada kalanya pihak pengajar juga diundang sebagai
pembicara dalam kegiatan seminar, ataupun sebagai juri dalam acara
kontes memasak dengan tema tertentu yang diadakan oleh pihak sekolah.
93
Pada jam istirahat, disediakan fasilitas cafe bagi pihak pengajar
untuk dapat menikmati jam makan siangnya. Begitu pula dengan fasilitas
mushola bagi yang akan melaksanakan kewajiban ibadahnya.
3.2.5 Pola Aktifitas Pengelola
Identifikasi pola aktifitas pengelola dilakukan untuk mengetahui
interaksi antara hubungan aktifitas dengan karakter fisik bangunan.
Melalui identifikasi ini pula dapat terlihat kebutuhan ruang setiap
pengguna fisik bangunan. Aktifitas pengelola yang tercatat melalui proses
pengamatan adalah sebagai berikut.
Tabel 3.3 Pola aktifitas pengelola
Kegiatan Kebutuhan Ruang
Datang Entrance
Parkir Parkiran
Penitipan barang dan berganti
pakaian
(dishwasher dan office boy)
Ruang loker
Administrasi dan pengurusan
kebutuhan sekolah
(Kepala Sekolah, Manajer dan Staf)
Ruang kantor
Ruang rapat
Membersihkan peralatan,
perlengkapan dan ruang
Dishwashing area
Potwashing area
Janitor room
Istirahat Staff’s pantry
94
Beribadah Mushola
Pengecekan
ketersediaan/kelengkapan
perlengkapan dan peralatan
Food storage
Receiving area
Central gas supply
Pengambilan barang Loker
Pulang Parkiran
(Sumber: Observasi lapangan, 2013)
Pengelola sekolah yang dimaksud di sini adalah kepala sekolah,
manajer, staf kantor dan staf kebersihan sekolah. Staf kebersihan sekolah
biasanya tiba lebih awal untuk membersihkan dan merapikan fasilitas-
fasilitas di sekolah sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Staf
kebersihan sendiri memiliki area loker pribadi untuk menyimpan barang
pribadinya serta untuk berganti pakaian.
Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh para peserta
didik di setiap kelasnya, akan dibersihkan oleh dishwasher pada area cuci.
Begitu pula dengan ruang kelas yang telah digunakan, akan dibersihkan
oleh janitor di setiap jeda jadwal pertemuan.
Pada jam istirahat, disediakan area khusus bagi para staf untuk
menikmati makan siang dan jam istirahatnya. Namun bagi staf kantor dan
kepala sekolah, dapat menikmati makan siangnya bersama-sama dengan
peserta didik dan pengajar di area cafeteria.
Pemesanan produk kepada supplier dan penerimaan barang-
barang dari supplier, akan diproses oleh staf purchasing. Barang-barang
yang tiba akan dilakukan pemeriksaan ulang sebelum menuju area
penyimpanan oleh staf purchasing, yang akan dilanjutkan dengan proses
95
pembayaran. Barang-barang yang tiba, akan diturunkan pada area
terpisah, bukan dari pintu utama gedung sekolah.
3.2.6 Pola Aktifitas Pengunjung
Identifikasi pola aktifitas pengunjung yang dilakukan melalui
pengamatan dapat membantu menentukan kebutuhan ruang dan dalam
menentukan hubungan kedekatan antar ruang nantinya. Berikut adalah
pola aktifitas tamu/pengunjung sekolah.
Tabel 3.4 Pola aktifitas pengunjung
Kegiatan Kebutuhan Ruang
Datang Entrance
Parkir Parkiran
Menurunkan barang, mengurus
administrasi dan transaksi
(supplier)
Back door
Receiving area
Purchasing area
Menanyakan informasi dan
administrasi (pengunjung) Receptionist area
Membeli merchandise
(pengunjung) Shopping area
Membeli kue
(pengunjung) Cafe
Pulang Parkiran
(Sumber: Observasi lapangan, 2013)
96
Pengunjung sekolah dapat dibagi menjadi dua, yaitu tamu dan
supplier bahan baku. Bagi supplier yang datang, langsung diarahkan
menuju pintu belakang sekolah yang langsung berhubungan dengan area
penerimaan serta bagian pembayaran dan tempat penyimpanan. Bagi
pengunjung umum, akses menuju area dalam gedung sekolah melalui
pintu depan.
Pengunjung yang datang dapat terbagi menjadi pengunjung yang
memang hanya ingin berbelanja pada shopping area dan café ataupun
tamu yang diundang dalam kegiatan tertentu, misalnya tamu media,
pembicara seminar, peserta seminar, juri kontes dan peserta kontes.
3.2.7 Pola Aktifitas Barang
Identifikasi pola aktifitas barang yang dilakukan melalui
pengamatan dapat membantu menentukan kebutuhan ruang dan dalam
menentukan hubungan kedekatan antar ruang nantinya. Berikut adalah
pola aktifitas bahan baku makanan dari tahap penerimaan hingga tahap
pemasakan.
Gambar 3.9 Pola aktifitas bahan baku makanan
(Sumber: Observasi lapangan, 2013)
Office Receiving
Refrigerated storage
Frozen storage
Dry storage
Preparation and cooking
Serving Dishwashing
Potwashing
97
3.3 Studi Fasilitas Ruang
3.3.1 Program Aktifitas dan Fasilitas
Penyusunan program aktifitas dan fasilitas akan membantu
dalam perhitungan kisaran kebutuhan minimal luas setiap ruang. Luasan
setiap ruang akan didapatkan dengan cara penjumlahan luas minimal
fasilitas dan sirkulasi aktifitas penghuni. Berikut perhitungan luas
kebutuhan minimal ruang dengan luas perbesaran ruang yang terjadi.
Tabel 3.5 Program kebutuhan ruang
123
3.3.2 Matriks Hubungan Antar Ruang
Matriks hubungan antar ruang menggambarkan kedekatan setiap
ruang fasilitas di dalam sekolah dalam bentuk tabel. Kedekatan hubungan
antar ruang ditentukan berdasarkan hubungan aktifitas di dalamnya yang
saling berkaitan ataupun tidak berkaitan sama sekali.
Tabel 3.7 Hubungan antar ruang
3.3.3 Diagram Sirkulasi Antar Ruang
Jalur aktifitas setiap penghuni di dalam sekolah, digambarkan
dalam sebuah diagram bubble sebagai berikut. Area yang dihubungkan
dengan garis menandakan adanya interaksi sirkulasi secara langsung antar
ruang.
125
3.3.4 Zoning
Berikut di bawah ini adalah pembagian zona ruang yang dibuat
berdasarkan perhitungan luas kebutuhan ruang, hubungan antar ruang dan
diagram sirkulasi antar ruang beserta analisanya.
3.3.4.1 Alternatif Pertama
Gambar 3.11 Alternatif zoning pertama
Analisa kelebihan zoning pertama:
• Zona semi publik mendapat akses masuk pintu utama
• Zona semi publik berdekatan dengan semi privat
• Zona semi publik dan semi privat mendapat pemandangan
langsung sekitar bangunan
• Zona semi privat berhubungan langsung dengan zona privat
dan service
• Zona service mendapat akses pintu belakang bangunan
• Zona service berdekatan dengan zona privat
126
• Zona privat berada di utara bangunan dan tidak terkena
penyinaran matahari terik secara langsung
• Zona privat mendapat penghawaan dari luar bangunan
3.3.4.2 Alternatif Kedua
Gambar 3.12 Alternatif zoning kedua
Analisa kelebihan zoning kedua:
• Zona semi publik mendapat akses langsung pintu utama
• Zona semi publik berdekatan langsung dengan zona semi
privat
• Zona semi private mendapat akses pintu belakang bangunan
• Zona semi private berdekatan langsung dengan zona privat
dan service
• Zona semi publik dan semi privat mendapat pemandangan
langsung sekitar bangunan
• Zona service berdekatan dengan zona privat
127
• Zona privat mendapat penghawaan dari luar bangunan
Analisa kekurangan zoning kedua:
• Zona service tidak mendapatkan akses pintu belakang
• Zona service tidak mendapat akses keluar bangunan
• Zona service berjauhan dengan jalur pembongkaran produk-
produk dari supplier
3.3.4.3 Alternatif Ketiga
Gambar 3.13 Alternatif zoning ketiga
Analisa kelebihan zoning ketiga: • Zona semi publik mendapat akses langsung pintu utama
• Zona semi publik berdekatan dengan zona semi private
• Zona semi privat dan semi publik mendapat pemandangan
langsung bangunan sekitar
128
• Zona semi privat berdekatan langsung dengan zona service
dan privat
• Zona service berdekatan dengan zona privat
• Zona service mendapat akses pintu belakang
Analisa kekurangan zoning ketiga:
• Zona privat tidak mendapatkan jendela
• Zona service berjauhan dengan jalur pembongkaran produk-
produk dari supplier
3.3.5 Grouping
Berikut di bawah ini adalah pembagian group ruang berdasarkan
zona terpilih beserta analisanya.
3.3.5.1 Alternatif Pertama
Gambar 3.14 Alternatif grouping pertama
129
Analisa kelebihan grouping pertama:
• Area resepsionis mendapatkan akses pintu utama
• Shopping area dan café dapat langsung diakses melalui area
resepsionis
• Café dan function hall mendapat pemandangan langsung
sekitar bangunan
• Function hall dan library berdekatan dengan student lounge
• Area loker dapat diakses langsung dari student lounge
• Area kantor sekolah mendapat pemandangan langsung sekitar
bangunan
• Area kantor sekolah berdekatan dengan ruang staff pantry dan
meeting room
• Area chef lounge dapat langsung mengakses ruang staff pantry
• Restroom, mushola dan janitor room berada di tengah
bangunan yang dapat dengan mudah diakses penghuni sekolah
• Penempatan restroom yang berdekatan dengan café
• Receiving area berdekatan dengan food storage dan
purchasing area
• Purchasing area dan ruang loker staf sekolah mendapat
pemandangan langsung sekitar bangunan
• Ruang klinik yang berdekatan dengan teaching kitchen,
demonstration kitchen, restroom, locker room dan student
lounge
130
• Food storage, central gas supply dan dish/pot washing area
yang berdekatan langsung dengan teaching kitchen dan
demonstration kitchen
• Classroom dan demonstration kitchen mendapat pemandangan
langsung sekitar bangunan
• Receiving area dan dish/pot washing area mendapat akses
langsung pintu belakang bangunan
3.3.5.2 Alternatif Kedua
Gambar 3.15 Alternatif grouping kedua
Analisa kelebihan grouping kedua:
• Area resepsionis mendapat akses pintu utama
• Shopping area dan café dapat diakses langsung melalui area
resepsionis
• Area café mendapat pemandangan sekitar bangunan
131
• Area perpustakaan, area loker dan function hall dapat diakses
langsung melalui student lounge
• Chef lounge mendapat pemandangan sekitar bangunan
• Area klinik berdekatan dengan teaching kitchen,
demonstration kitchen, classroom, chef lounge dan locker
room
• Demonstration kitchen berdekatan dengan dish/pot washing
area
• Ruang office berdekatan dengan area staff pantry
• Receiving area berdekatan dengan purchasing area dan food
storage
• Receiving area dan dish/pot washing area mendapat akses
pintu belakang
Analisa kekurangan grouping kedua:
• Area restroom sulit dijangkau
• Area restroom tidak berdekatan dengan ruang klinik
• Chef lounge tidak berdekatan dengan staff pantry
• Teaching kitchen tidak berdekatan dengan dish/pot washing
area
• Area office tidak mendapat pemandangan sekitar gedung
132
3.3.5.3 Alternatif Ketiga
Gambar 3.16 Alternatif grouping ketiga
Analisa kelebihan grouping ketiga:
• Area resepsionis mendapat akses pintu utama
• Bakery café, shopping area, student lounge dan restroom
dapat diakses langsung melalui area resepsionis
• Perpustakaan dan function hall berhubungan langsung dengan
student lounge
• Area perpustakaan, function hall dan café mendapat
pemandangan sekitar bangunan
• Area klinik berdekatan dengan demonstration kitchen,
teaching kitchen, classroom dan area loker
• Area office mendapat pemandangan sekitar bangunan dan
berdekatan dengan area staff pantry
133
• Receiving area berhubungan langsung dengan purchasing
area dan food storage
• Dish/pot washing area mendapat akses pintu belakang
• Dish/pot washing area berdekatan langsung dengan
demonstration kitchen dan teaching kitchen
Analisa kekurangan grouping ketiga:
• Meeting room susah untuk dijangkau
• Chef lounge berjauhan dengan area office dan staff pantry
• Untuk menuju food storage harus melewati area loker staf
3.4 Studi Permasalahan Khusus Interior
Studi lebih lanjut mengenai ketentuan-ketentuan yang berhubungan
dengan perencanaan interior sekolah memasak dapat dilihat dari hal-hal seperti
berikut.
3.4.1 Tinjauan Spacial Planning
Perencanaan ruang harus diperhatikan dari proses penyimpanan
makanan hingga proses produksi. Perencanaan dapur yang baik haruslah:
1) Menyediakan tempat penyimpanan yang memadai untuk bahan baku
2) Menyediakan ruang yang cukup untuk pengerjaan makanan di area
tersebut
3) Menyediakan area yang cukup untuk proses fermentasi makanan
4) Menjadikan pergerakan penghuni yang beraktifitas di dalamnya lebih
efisien dan efektif
134
5) Menyediakan tempat penyimpanan yang memadai untuk peralatan
dan alat-alat memasak
Menurut Building Code of Australia, disarankan bahwa di dalam
dapur setiap orang membutuhkan area gerak 10m2.
Berikut adalah tabel presentasi luas sirkulasi antara kegiatan
pekerja di dapur dengan fasilitasnya.
Tabel 3.8 Working aisles and traffic lanes
600-800 mm Space for person working at preparation table, sink or
countertop cooking
1200-1400 mm Space in front of equipment with drop down door and for
tilting equipment
750 mm Minimum for work aisle
1500 mm Minimum for main traffic lane
1000-1500 mm Allows two persons to pass
1500-1800 mm Allow trolley to pass one person
1500-1800 mm Allow trolley to pass between two persons working back to
back
900 mm Minimum clearance between equipment and work tables
(preparation area located opposite equipment)
1000-1200 mm Minimum in front of cooking equipment to which food is
conveyed by trolley
800-900 mm Person with tray
(Sumber: Buku Kitchen Planning and Management, p188)
Hubungan kedekatan antar ruang menurut standar persyaratan
fasilitas adalah sebagai berikut :
135
1) Penempatan area penyimpanan peralatan bersih harus dekat dengan
fasilitas mencuci untuk meminimalkan gerakan berlebih di dalam
dapur
2) Harus ada ruang yang dialokasikan untuk pembuangan limbah
makanan dekat dengan pintu keluar, berdekatan dengan fasilitas
mencuci
3) Fasilitas mencuci tangan harus disediakan dekat dengan pintu masuk
dapur
4) Pemisahan area antara tahap persiapan dengan bahan-bahan makanan
yang masih mentah dan tahap penyelesaian dengan makanan yang
siap dikonsumsi
5) Pemisahan penyimpanan bahan makanan dengan bahan-bahan kimia
untuk sanitasi, mencegah terjadinya proses kontaminasi makanan
6) Fasilitas wastafel dengan area persiapan makanan tidak boleh terlalu
jauh dan kulkas harus dekat dengan pintu masuk area dapur
7) Peletakan proof box sebaiknya berdekatan dengan oven dan juga
working table. Peralatan seperti mixer, pastry stove, harus berdekatan
dengan working table.
8) Perencanaan area dapur dan area penyimpanan sebaiknya diletakkan
pada bagian bangunan yang dingin (menghadap utara atau barat laut)
dan dengan pencahayaan yang alami.
Hal-hal mengenai metode pembersihan dan penyimpanan
peralatan adalah sebagai berikut :
1) Bangku penyimpanan panci dan peralatan masak
136
2) Rak berbahan stainless steel untuk pengeringan dan penyimpanan
panci, piring dan peralatan memasak lainnya
3) Laci berbahan stainless steel untuk penyimpanan sendok dan garpu
4) Sistem drainase pada lantai
5) Pengadaan fan exhaust
6) Pembedaan bak pembuangan sampah sesuai dengan jenis limbah
Berikut di bawah ini adalah dimensi-dimensi yang berhubungan
dengan area kerja:
1) Penyediaan sirkulasi selebar 1200 mm untuk jalur di depan area
penyimpanan dengan pintu geser
2) Persyaratan tinggi standar penempatan kompor adalah 920 mm dari
lantai
3) Penempatan outlet listrik berada pada ketinggian minimal 400 mm
dari permukaan lantai
4) Penempatan outlet listrik untuk perlatan dapur berada pada ketinggian
1050 mm di atas permukaan lantai
5) Penempatan switch hood harus pada posisi yang mudah dijangkau
Gambar 3.17 Alokasi area di dalam dapur
(a) Main areas as a percentage of total area
137
(b) Stores areas as a percentage of allocated storage area
(Sumber: Buku Kitchen Planning and Management, p181)
3.4.2 Tinjauan Access and Egress
Dalam perencanaan desain dapur komersil, berikut hal-hal yang
harus diperhatikan:
1) Keamanan dan kenyamanan gerak pada area kerja
2) Keamanan jalur jalan keluar pada kondisi darurat
3) Keamanan dalam mengakses setiap bagian dari tempat kerja
Dalam perencanaan yang berhubungan dengan kondisi darurat,
hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Penempatan pintu keluar darurat di setiap titik 20 m dan mengarah
pada area terbuka
2) Ketinggian ceiling pada jalur emergency tidak boleh di bawah 2000
mm
3) Lebar jalan untuk jalur emergency tidak boleh kurang dari 1000 mm
3.4.3 Tinjauan Fixture, Fittings and Equipment
Berikut peralatan-peralatan yang dibutuhkan dalam menunjang
aktivitas di dapur :
138
1) Freezer dan kulkas untuk penyimpanan bahan makanan yang
membutuhkan suhu dingin
2) Meja kerja untuk persiapan makanan di dapur. Persyaratan tinggi
meja preparasi bagi para pekerja adalah (Grandjean,1973) :
850 mm hingga 900 mm bagi wanita
900 mm hingga 950 mm bagi pria
Nilai yang setara untuk area kerja yang berat:
700 mm hingga 850 mm bagi wanita
850 mm hingga 900 mm bagi pria
3) Oven, salamander, fryer, mixer, dan peralatan lain untuk pengolahan
pastry dan bakery.
4) Hot and cool food display
Kondisi setiap peralatan dalam perencanaan dapur komersil
sebaiknya :
1) Dapat dengan mudah dipindahkan dan dibersihkan
2) Instalasi pada dinding dengan kondisi benar-benar rapat agar terhindar
dari pertumbuhan hama
3) Setiap sambungan sebaiknya tertutup dengan baik
4) Persyaratan material setiap peralatan di dapur adalah bebas dari
permukaan yang kasar, bercelah, berpori, berongga atau memiliki
retakan yang dapat dengan mudah menyimpan kotoran
139
Permukaan yang memiliki kontak langsung dengan produk
makanan harus mudah dibersihkan dan disterilkan. Tidak mampu
menyerap partikel seperti lemak makanan atau air.
1) Stainless steel: material yang umumnya digunakan sebagai bahan
pembuatan peralatan-peralatan dapur karena stainless steel dapat
menahan bahan kimia dan awet
2) Aluminium: dapat digunakan sebagai bahan pembuatan peralatan
masak, tetapi tidak dianjurkan untuk memiliki kontak langsung
dengan zat asam
3) Tembaga, kuningan dan perunggu: tidak cocok untuk digunakan
ataupun memiliki kontak langsung dengan makanan kecuali dilapisi
dengan timah
4) Besi dan baja ringan: bahan ini dapat menimbulkan korosi dan tidak
boleh digunakan, terlebih kontak langsung dengan makanan
5) Produk kayu: hanya cocok digunakan pada tahap tertentu pembuatan
roti
6) Plastik: plastik dan material dengan permukaan yang padat cocok
digunakan pada tahap persiapan makanan. Namun tekstur permukaan
tetap harus diperhatikan agar mudah dalam pembersihan.
Kondisi peralatan dikatakan bersih dan steril adalah ketika
peralatan-peralatan tersebut telah melewati tahap aplikasi panas dan
bahan kimia terhadapnya, sehingga jumlah mikro-organisme di peralatan
memasak telah berkurang ke tingkat yang tidak membahayakan
140
keselamatan makanan dan kecil kemungkinan untuk terjadinya penularan
penyakit melalui media makanan.
Bak pencucian sebaiknya berbahan stainless steel dan harus
dilengkapi dengan penyediaan air dingin dan air panas. Jika dalam tahap
memasak melibatkan penggunaan peralatan makan, maka sebaiknya
menggunakan jenis pencucian three compartment sink atau commercial
dishwasher.
1) Manual dishwashing
Pencucian peralatan pada tahap wash menggunakan air hangat dengan
kisaran 43°C hingga 49°C; pada tahap sanitize menggunakan air
panas dengan suhu 77°C selama 30 detik. Pengeringan tidak boleh
menggunakan kain, namun dengan media udara.
Gambar 3.18 Three-compartment sink
(Sumber: http://hotelmule.com/html/55/n-2555-13.html)
2) Mechanical dishwashing
Tahap pencucian peralatan oleh mesin, sama dengan tahap pencucian
secara manual, kecuali pada tahap pencucian, pembilasan dan
pensterilan yang dilakukan oleh mesin.
141
Gambar 3.19 Heat sanitizing dishwasher dan chemical sanitizing dishwasher
(Sumber: http://www.centralrestaurant.com/bg-dishwashers.html)
Fasilitas mencuci tangan harus berjarak kurang dari 5 m dari
meja preparasi makanan. Penyediaan dispenser sabun, hand dryer atau
tisu dan tempat pembuangan tisu (harus tertutup) harus terletak
berdekatan dengan basin. Penggunaan kain handuk tidak dianjurkan
karena bakteri dapat menempel pada bahan tersebut.
Instalasi pipa gas menuju peralatan memasak dapat dilihat pada
lampiran gambar di bawah ini. Pengaplikasian multiple gas outlets dapat
dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.20 Multiple gas outlets
(Sumber: Flexible Gas Piping Design Guide and Installation Instruction, p31)
142
Gambar 3.21 Gambar potongan instalasi pipa gas pada lantai
(Sumber: Flexible Gas Piping Design Guide and Installation Instruction article, p33)
Gambar 3.22 Long unsupported tubing runs within a wall partition
(Sumber: Flexible Gas Piping Design Guide and Installation Instruction article, p32)
Gambar 3.23 Termination outlet
(Sumber: Flexible Gas Piping Design Guide and Installation Instruction article, p33)
143
Gambar 3.24 Stainless steel gas connection to a movable gas appliances
(Sumber: Flexible Gas Piping Design Guide and Installation Instruction article, p36)
Sebagian besar peralatan memasak saat ini menggunakan gas sebagai
bahan bakar. Jenis yang paling umum digunakan adalah LPG atau yang sering
disebut dengan elpiji. Untuk penggunaan gas elpiji pada restoran dan industri
makanan, sebaiknya tabung gas tidak terletak di area dapur.Hal ini dikarenakan
selain membuat ruangan menjadi sempit, juga lebih berbahaya terhadap resiko
kebakaran. Oleh karena itu, sebaiknya tabung gas diletakkan di luar pada area
terbuka dan gas disalurkan melalui pipa besi menuju ke area memasak.
Gambar 3.25 Sambungan pipa pada tabung gas
(Sumber: http://trijayakitchen.blogspot.com/2012_07_01_archive.html
Faktor keamanan dalam pemasangan instalasi gas menjadi hal pertama
yang harus diperhatikan, pipa besi yang digunakan adalah pipa seamless
(tidak ada sambungan di dalamnya) yang dipasang mulai dari tabung gas
144
atau gas meter sampai ke area dapur dengan cara mengelas pipa. Untuk
dalam ruangan dapat menggunakan pipa blacksteel namun untuk luar
ruangan dan instalasi panjang sebaiknya menggunakan pipa carbon steel.
Instalasi dilengkapi dengan regulator, pressure gauge sebagai penunjuk
tekanan dan alarm pendeteksi kebocoran serta selenoid yang akan
menutup gas secara otomatis apabila terdapat kebocoran.
Gambar 3.26 Control panel
(Sumber: http://trijayakitchen.blogspot.com/2012_07_01_archive.html)
Panel kontrol bertugas memutuskan aliran listrik ke selenoid
apabila terjadi kebocoran, penel ini dapat juga di hubungkan dengan panel
gas induk alarm atau panel alarm kebakaran ( mcfa ) untuk memberi
informasi letak titik yang mengalami kebocoran gas agar segera
mematikan aliran gas central gedung.
Ukuran diameter pipa harus di sesuaikan dengan volume gas
yang akan di gunakan, tergantung banyaknya jumlah kompor dan tekanan
gas yang di gunakan pada kompor tersebut. Tekanan gas yang digunakan
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1) Low pressure
145
Tekanan yang biasa di pakai pada kompor rumah tangga atau kompor
restoran yang tidak memerlukan api besar atau panas tinggi
2) Medium pressure
Tekanan sedang untuk kompor kecil namun memerlukan kecepatan
dan panas lebih tinggi.
3) High pressure
Tekanan tinggi untuk kompor yang memerlukan api besar dan panas
yang tinggi.
Gambar 3.27 Detail of kitchen gas piping
(Sumber: www.psdmagazine.org, Plumbing System and Design, p14)
3.4.4 Tinjauan Storage
Jumlah ruang penyimpanan dan jenis penyimpanan akan
bergantung pada:
1) Ukuran dapur
2) Volume bisnis
3) Frekuensi pengiriman bahan baku
4) Lama penyimpanan
146
5) Jenis penyimpanan (beku, didinginkan atau kering)
Jumlah dan jenis ruang-ruang penyimpanan khusus ditetapkan
melalui pertimbangan kebutuhan penghuni di dalamnya. Selain itu, area
penyimpanan harus diperhatikan keamanannya. Jenis-jenis penyimpanan
yang mungkin dibutuhkan dalam sebuah sekolah memasak adalah sebagai
berikut:
1) Penyimpanan bahan baku makanan kering
2) Penyimpanan bahan baku makanan dengan kondisi suhu dingin
3) Penyimpanan buah-buahan segar
4) Penyimpanan bagi peralatan memasak
5) Penyimpanan bahan-bahan kimia dan peralatan kebersihan
6) Penyimpanan bagi pakaian dan barang-barang pribadi staf dan peserta
didik
7) Penampungan sampah dan bahan daur ulang
Persentase area penyimpanan makanan adalah 15 – 25% dari
area dapur. Area penyimpanan bahan-bahan makanan kering umumnya
memiliki luas seperempat dari total luas keseluruhan area penyimpanan
dengan sistem rak berbahan logam.
Perhatian lebih terhadap klasifikasi penyimpanan bahan-bahan
makanan yang berbeda dapat mencegah makanan tersebut terkontaminasi
dan mencegah tumbuhnya bakteri yang memang sudah terkandung di
dalam makanan. Kebutuhan untuk ruang penyimpanan bahan makanan
bergantung pada skala dapur. Jenis-jenis penyimpanan bahan makanan:
147
1) Dry food storage
Media penyimpanan bahan-bahan dasar seperti tepung, gula dan
garam, gandum, roti, dan lain-lain. Setiap bahan makanan dan
peralatan harus disimpan minimal 6 inci (15 cm) dari permukaan
lantai. Penyimpanan bahan kimia dan produk makanan dilakukan
secara terpisah
2) Freezer storage
Menjaga kondisi suhu makanan dibawah -18°C
3) Refrigerator storage
Media penyimpanan bahan makanan dalam periode waktu yang
singkat
Perhitungan kebutuhan area penyimpanan untuk ukuran restoran
sedang (Neufert Architectural Data 3rd Edition p.640). Dipakai sebagai
acuan perhitungan luas zona penyimpanan pada sekolah memasak.
Tabel 3.9 Perhitungan zona penyimpanan (m2/seat)
Area m2/seat
Waste/Refuge storage 0.04 – 0.06 m2/seat
Chilled good storage 0.21 – 0.26 m2/seat
Ambient (dry good) storage 0.21 – 0.26 m2/seat
Total 0.46 – 0.58 m2/seat
(Sumber: Buku Hospitality Facilities Management and Design)
Peralatan-peralatan memasak sebaiknya di simpan di rak bawah
atau di dalam laci karena peralatan yang disimpan dengan cara digantung
148
dapat tertempel debu dan lemak, terutama jika terletak dekat dengan kipas
angin atau hood. Selain itu dapat membahayakan pekerja di bawahnya.
3.4.5 Tinjauan Walls and Ceilings
Ketinggian rata-rata ceiling dapur komersil sebaiknya tidak
kurang dari 2400 mm. Hal ini mencakup semua area di dalam dapur, baik
area preparasi maupun area penyimpanan.
Permukaan langit-langit sebaiknya tidak memiliki perforasi dan
tidak memiliki sambungan. Hal ini untuk mencegah adanya kontaminasi
makanan dan tidak menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Penggunaan
acoustic ceiling sangat tidak dianjurkan pada area penyiapan makanan
dan area penyajian karena acoustic ceiling sangat sulit dalam hal
pembersihannya.
Pertemuan antara dinding dan ceiling harus benar-benar rapat
dan tertutup sehingga partikel debu, minyak atau makanan tidak
tersimpan di celah tersebut. Penutup celah antara dinding dan ceiling
harus terbuat dari bahan yang kedap air dan bisa dibersihkan.
Pengecatan dinding dan ceiling sebaiknya menggunakan warna-
warna terang. Kotoran dan lemak yang tertempel akan lebih mudah
terlihat dan dapat segera dibersihkan. Penggunaan material flush
plasterboard finishing paint adalah salah satu yang dianjurkan.
149
Gambar 3.28 Anti-ligarure/plasterboard frame
(Sumber: http://www.spcoils.co.uk/Products/RadiantCeilingPanels.aspx)
Bahan finishing dinding harus memiliki ketahanan terhadap air,
lemak, dan partikel makanan. Permukaan dinding harus rata dan halus, tidak
bertekstur atau berpola dan mudah dibersihkan.
Material yang dianjurkan penggunaannya pada dinding adalah
sebagai berikut:
1) Plasterboard finishing paint
2) Ceramic tiles dengan nat berbahan epoksi
3) Stainless steel atau aluminium sheet dengan sambungan las
4) Laminated plastic sheeting
5) PVC sheeting yang di las pada bagian sambungannya
3.4.6 Tinjauan Ventilation
Bentuk paling sederhana dari ventilasi alami adalah melibatkan
penggunaan jendela, pintu, ventilasi, dan skylight. Ventilasi inlet dan
outlet harus diposisikan untuk memaksimalhan ventilasi silang.
Sistem pembuangan terdiri dari kinerja beberapa unit yang
terdiri dari exhaust hood, exhaust fan, make-up air units dan package
rooftop HVAC (Heating Ventilation Air Conditioning) units. Sebuah
sistem pembuangan yang efektif harus mampu menyingkirkan:
1) Panas
150
2) Partikulat
3) Uap yang mengandung lemak
4) Uap masakan
Exhaust hood harus ditempatkan di atas setiap peralatan
memasak sehingga sampah udara yang dihasilkan oleh peralatan
memasak dapat dihisap. Exhaust fan harus mampu mengeluarkan sampah
udara di dalam ruangan, dan make-up air units harus mampu
menggantikan volume udara setara dengan yang dikeluarkan. Penggunaan
tipe exhaust yang berbeda antara memasak dengan menggunakan elemen
listrik dan memasak dengan menggunakan elemen gas.
Gambar 3.29 Tipe exhaust hood untuk memasak dengan elemen gas
(Sumber:http://www.steamatic.ca/cleaning-services/kitchen-hood-cleaning/)
Gambar 3.30 Canopy dimensions
(Sumber: Report article by Department for Environment Food and Rural Affairs, p43)
151
Sebuah unit pendingin udara biasanya diperlukan dalam dapur
komersil karena ventilasi alami tidak memberikan suhu yang konsisten
terlebih pada lokasi beriklim hangat. Untuk mengurangi konsumsi energi
unit pendingin udara dapat memanfaatkan penggunaan ventilasi alami dan
memaksimalkan penghijauan.
3.4.7 Tinjauan Lighting
Pencahayaan yang memadai sangat diperlukan untuk menunjang
kinerja setiap aktifitas di dalam dapur agar dapat berjalan dengan efisien.
Setiap bagian dari dapur, baik itu area preparasi, memasak dan
membersihkan makanan serta peralatan, membutuhkan penerangan yang
baik. Penerangan yang baik berarti bebas dari silau dan refleksi yang
tidak diinginkan.
Rancangan sistem pencahayaan pada area dapur, harus
mempertimbangkan:
1) Tersedianya cahaya alami
2) Reflektansi permukaan
3) Kebutuhan pencahayaan darurat
4) Kebutuhan lux untuk setiap aktifitas yang dikerjakan
Level penerangan yang disarankan adalah 160 lux untuk wilayah
kerja secara umum, 240 lux untuk area persiapan makanan, memasak, dan
mencuci. Sedangkan area untuk menghias kue/presentasi makanan
membutuhkan pencahayaan 400 – 800 lux (Douglas, hlm. 32-33). Dan
idealnya jendela di dapur tidak boleh kurang dari 10% dari total luas
lantai.
152
Reflektansi sebagai akibat dari pantulan permukaan material,
dapat menyebabkan tingkat visibilitas berkurang dan akan sangat
mengganggu. Pemantulan diharapkan terjadi pada ceiling hingga 70%
karena ceiling menempati sejumlah besar bidang pandang. Disarankan
finishing ceiling menggunakan warna putih atau warna mendekati putih.
Sedangkan bagi dinding dan lantai, dianjurkan finishing non-glossy
material.
Perihal fitting lampu, jenis suspended fittings tidak dianjurkan
karena dapat menyimpan debu dan menjadi sumber kontaminasi
makanan. Penggunaan lampu neon T5 dengan elektronik ballast untuk
penerangan area masak dan penyimpanan, serta pada papan signage dapat
membantu mengurangi konsumsi energi sebagai pertimbangan terhadap
lingkungan.
Lampu darurat harus diposisikan di pintu keluar, di setiap titik di
mana terdapat potensi bahaya, misalnya terdapat perubahan tingkat lantai.
Penandaan jalan keluar yang jelas, pencahayaan yang memadai di area
kerja dan di koridor.
3.4.8 Tinjauan Flooring
Lantai pada area dapur, harus dapat dibersihkan secara efektif,
tidak dapat menyerap zat lemak makanan ataupun air. Berikut adalah
daftar material yang cocok digunakan pada dapur komersil:
1) Stainless steel dengan profil non-slip dan sambungan las
2) Ceramic tiles dengan nat epoksi
3) Quarry tiles dengan sealer tahan air
153
4) Polyvinyl sheet or tiles dengan sambungan las panas
5) Steel trowel case hardened concrete dengan sealant epoksi
Namun penggunaan material PVC harus dihindari berdekatan
dengan alat fryer. Semua lantai area dapur komersial harus berbahan anti-
slip.
Pertemuan antara lantai dan dinding dapat menjadi sumber
kontaminasi melalui penumpukan minyak dan kotoran. Dianjurkan bahwa
sambungan lantai dan dinding menggunakan coved skirting.
Gambar 3.31 Coved skirting
(Sumber: http://www.dorsetwoolliscroft.com/coves-fittings/flushfit-cove-skirting/)
3.4.9 Tinjauan Water Supply and Drainage
Pasokan air yang disediakan pada dapur komersil diperlukan
untuk hal-hal sebagai berikut:
1) Minum
2) Memasak
3) Pembuatan es
4) Mencuci
154
5) Proses pensterilan
6) Personal hygiene
7) Sistem pencegah kebakaran (sprinkler)
Drainase pada lantai harus terletak berdekatan dengan area basah di
dapur, terutama dengan area cuci peralatan memasak.
3.4.10 Tinjauan Food Preparation
Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab dari bagian
pengadaan bahan makanan untuk memastikan hanya menerima makanan
yang bebas dari kontaminasi. Pengecekan suhu bahan makanan yang
diterima.
Ketika melakukan pengangkutan makanan, yang harus
diperhatikan adalah:
1) Melindungi makanan dari kemungkinan terkontaminasi
2) Transportasi makanan di bawah kontrol suhu yang tepat
3) Memastikan bahwa bahan makanan yang dimaksudkan untuk
diangkat dalam kondisi beku, tetap beku selama transportasi
3.4.11 Tinjauan Waste
Harus ada fasilitas pembuangan limbah yang berbeda di area
sekolah, yaitu:
1) Di daerah persiapan makanan
2) Dekat daerah mencuci untuk bahan makanan yang belum diolah
Fasilitas limbah sampah biasanya dilapisi dengan kantong
plastik sekali pakai yang disimpan di bawah permukaan meja kerja.
155
Fasilitas pembuangan limbah sampah idealnya harus dapat diakses dari
lubang di permukaan meja kerja di atas tempat sampah.
Tempat pembuangan limbah khusus umumnya berada di luar
pintu belakang atau terdapat di ruang terpisah. Jika ruang internal yang
digunakan, maka seharusnya:
1) Berada jauh dari lokasi penyimpanan makanan untuk menghindari
kontaminasi
2) Memiliki ventilasi yang memadai
3) Memastikan air yang telah digunakan dalam proses pencuciannya
hanya keluar melalui saluran pembuangan dan tidak mengalir ke
daerah lain
Dan pada saat pengangkutan sampah menuju tempat
pembuangan akhir sebaiknya tidak melewati area dapur dan memiliki
jalur terpisah dari jalur masuk makanan menuju dapur.
Setiap dapur komersil membutuhkan tempat pembuangan
limbah sampah internal dan eksternal untuk membuang sampah daur
ulang yang dihasilkan. Untuk mengurangi kemungkinan bahwa
pengumpulan sampah akan menyebabkan kontaminasi makanan, maka
wadah limbah harus:
1) Memiliki volume yang sesuai dengan kebutuhan
2) Terbuat dari bahan kedap air (plastik)
3) Diidentifikasikan dengan jelas
4) Dapat dibersihkan dengan mudah
Hal-hal yang juga perlu diperhatikan pada lantai pada area
pengumpulan sampah, harus:
156
1) Memiliki konstruksi yang solid
2) Terbuat dari bahan kedap air
3) Saluran drainase pada lantai
Hal ini dikarenakan area pengumpulan sampah dan limbah perlu dicuci
secara teratur. Untuk alasan ini, harus ada sambungan selang dan keran di
sekitar wilayah ini.
Dapur komersil maupun dapur rumah tangga umumnya banyak
menghasilkan limbah yang tidak bisa diurai secara alami, yaitu lemak
(grease). Sumber lemak tersebut umumnya berasal dari bahan-bahan
makanan seperti minyak goreng, mentega, susu, keju, dan sebagainya.
Jika limbah lemak dapur ini dibiarkan terlalu lama dan tidak ditangani
secara cepat, maka akan menyebabkan:
1. Penyumbatan saluran pipa pembuangan akibat lemak yang membeku
2. Apabila mencapai saluran kota, akan menyebabkan bau yang tidak
sedap (pencemaran lingkungan) dan dapat menimbulkan penyakit
Pengelolaan limbah minyak dan lemak menggunakan grease trap adalah
salah satu bagian yang terpenting dari pengelolaan air limbah dan telah
digunakan di hampir semua proyek konstruksi, salah satunya adalah
restoran dan dapur komersil.
Grease trap atau sering disebut juga dengan grease interceptor
merupakan alat perangkap sampah minyak atau lemak dapur yang
umumnya dipasang di bawah bak pencuci piring dan peralatan dapur.
Grease trap sendiri berfungsi sebagai penyaring atau perangkap lemak
dan kotoran dapur lainnya, memisahkan lemak dan minyak dari air
157
sebelum memasuki sistem pembuangan. Umumnya grease trap terbuat
dari bahan stainless steel sehingga aman dari korosi.
Gambar 3.32 Perangkat grease trap
(Sumber:www.pmengineer.com/articles/86282-fog-s-place-is-in-the-kitchen?v=preview)
Semua air pencucian peralatan dan perlengkapan dapur melalui
bak cuci, akan mengalir masuk ke dalam grease trap. Sampah padat
bekas cucian akan tersaring pada basket strainer. Setelah melalui basket
strainer, air dan minyak akan masuk ke ruang 2. Di sini, minyak akan
naik ke permukaan air secara gravitasi karena berat jenis minyak yang
lebih ringan daripada air, sedangkan bagi sampah-sampah padat
berukuran kecil yang ikut masuk ke ruang 2 akan mengendap di dasar
grease trap. Kemudian air yang berada di bawah lapisan minyak akan
keluar melalui pipa menuju saluran pembuangan.
158
Gambar 3.33 Cara kerja grease trap
(Sumber: http://store.park-usa.com/ProductDetails.asp?ProductCode=GTM-C35)
Untuk selalu dapat berfungsi dengan baik, grease trap harus
secara berkala dibersihkan dan dipelihara. Untuk grease trap jenis
portable dengan instalasi di atas permukaan lantai, dapat dibersihkan oleh
staf dengan menggunakan tangan. Namun apabila jenis grease trap yang
digunakan adalah yang berskala besar dan diinstalasi di bawah permukaan
lantai, maka pembersihan dilakukan dengan bantuan mesin pompa.
3.4.12 Tinjauan Pest Control
Berikut langkah-langkah yang harus diambil untuk
meminimalkan resiko hama memasuki tempat makanan:
1) Menutupi ventilasi eksternal dengan wiremesh
2) Menghindari/memangkas pohon yang menggantung di atap
3) Memastikan jendela terpasang dengan baik tanpa celah
4) Memastikan lantai di area basah benar tidak akan menyebabkan
penggenangan air
159
5) Perbaikan terhadap dinding retak yang dapat menjadi tempat
berkembangnya hama
6) Penempatan posisi rak 60 mm dari dinding
7) Pengaplikasian sistem exhaust yang tepat
3.4.13 Tinjauan Signage
Penandaan memiliki peranan penting dalam kondisi darurat.
Penandaan harus terpasang dengan jelas dan mudah dimengerti.
Disarankan bahwa tanda-tanda dipasang berdekatan dengan peralatan
yang dijelaskan, termasuk di dalamnya persyaratan keselamatan dan
prosedur untuk kebersihan.
3.4.14 Tinjauan Staff Amenities
Penyediaan fasilitas penyimpanan barang-barang pribadi bagi
karyawan dan peserta didik sangat diperlukan. Loker harus berada jauh
dari area dapur untuk mencegah terjadinya kontaminasi makanan.
Ruang ganti khusus juga perlu disediakan bagi staf dan peserta
didik. Spesifik pembedaan gender antar ruang sangat diperlukan. Ruang
ganti dapat disatukan dengan daerah toilet. Namun area ini tidak perlu
berdekatan langsung dengan area dapur.
Akses menuju toilet diperlukan bagi para staf. Jika kondisi di
mana staf tidak melebihi 10 orang, maka toilet unisex dapat diterapkan.
Namun apabila jumlah staf telah melebihi 10 orang, maka toilet terpisah
harus disediakan. Toilet sendiri harus mempunyai ventilasi yang baik.
160
Ruang penyimpanan dokumen untuk keperluan kantor juga
perlu disediakan. Ruang penyimpanan ini hanya dapat diakses oleh staf
sekolah bagian divisi tertentu dan letaknya berjauhan dengan area dapur
dan penyimpanan bahan makanan.
3.4.15 Tinjauan Fire Safety
Penyebab paling umum dari kebakaran yang serius di dapur
komersial adalah atas pemanasan minyak penggorengan. Disarankan
bahwa semua pemadam yang digunakan di dapur adalah cocok untuk
kebakaran minyak panas. Alat pendetektor asap tidak ditempatkan dengan
jarak lebih dari 20 m dan tidak lebih dari 10 m dari dinding.
Penandaan disarankan untuk membedakan jenis-jenis dari fire
extinguisher. Berikut pengenalan akan jenis fire extinguisher dan
kegunaannya :
1) Class A fires: kayu, kertas, kain
2) Class B fires: cairan yang terbakar, seperti minyak dan bensin
3) Class C fires: peralatan elektrik
Jumlah fire extinguishers yang dibutuhkan tergantung pada
ukuran dapur. Penempatan fire extinguishers yang baik adalah:
1) Berada di sepanjang jalur evakuasi
2) Harus mudah dijangkau
3) Diposisikan dengan ketinggian 100 mm dari lantai, bagian atas alat
pemadam harus berada pada ketinggian 1200 mm dari lantai
4) Untuk jenis kebakaran listrik, alat pemadam harus berada 40 m lebih
dekat dari peralatan
161
5) Untuk kebakaran jenis minyak goring dan lemak, alat pemadam harus
ditempatkan 10 m dari sumber resiko terjadinya kebakaran.
3.4.16 Tinjauan First Aid
First aid kit harus ditempatkan di lokasi yang mudah diakses.
Setiap staf harus memiliki first aid kit dalam posisi 100 m dari pekerjaan
rutin mereka.
Sebuah ruang klinik juga diperlukan untuk pertolongan pertama.
Ruangan ini harus terletak di posisi yang mudah diakses untuk
transportasi darurat. Luasan minimal adalah 14 m2 dengan penerangan
dan ventilasi yang baik. Ruang klinik juga harus memiliki akses yang
mudah menuju fasilitas toilet.
Fasilitas-fasilitas yang harus disediakan dalam ruang klinik
adalah sebagai berikut:
1) Wastafel dengan dilengkapi pasokan air panas dan dingin
2) Lemari tempat penyimpanan obat-obatan
3) Lemari tempat penyimpanan peralatam
4) Dressing trolley
5) Kursi
6) Tandu portabel
7) Pesawat telepon untuk sistem panggilan darurat
8) Meja