bab 2 tinjauan teoritis 1. konsep teman sebaya 1.1. defenisi
TRANSCRIPT
8
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
1. Konsep Teman Sebaya
1.1. Defenisi Teman Sebaya
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, teman sebaya diartikan sebagai kawan,
sahabat atau orang yang sama-sama bekerja atau berbuat. Menurut Santrock
(2007) mengatakan bahwa kawan-kawan sebaya adalah anak-anak atau remaja
yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang kurang lebih sama. Dari
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah
hubungan individu pada anak-anak atau remaja dengan tingkat usia yang sama
serta melibatkan keakraban yang relatif besar dalam kelompoknya.
Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau
lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan
antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan
untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati,
kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian (Irwan Kawi, 2010). Dengan
berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung
seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan
temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya
hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan
ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.
Universitas Sumatera Utara
9
Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman sebayanya.
Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku
teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Di dalam kelompok
sebaya, remaja berusaha menemukan konsep dirinya. Disini ia dinilai oleh teman
sebayanya tanpa memerdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya
memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja melakukan sosialisasi di mana
nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan
oleh teman seusianya (Depkes, 2012).
1.2. Karakteristik Berteman
Adapun karakteristik dari berteman (Parlee dalam Siregar, 2010) adalah
sebagai berikut :
1. Kesenangan, yaitu suka menghabiskan waktu dengan teman
2. Penerimaan, yaitu menerima teman tanpa mencoba mengubah mereka
3. Percaya, yaitu berasumsi bahwa teman akan berbuat sesuatu sesuai dengan
kesenangan individu
4. Respek, yaitu berpikiran bahwa teman membuat keputusan yang baik
5. Saling membantu, yaitu menolong dan mendukung teman dan mereka juga
melakukan hal yang demikian
6. Menceritakan rahasia, yaitu berbagi pengalaman dan masalah yang bersifat
pribadi kepada teman
7. Pengertian, yaitu merasa bahwa teman mengenal dan mengerti dengan
baik seperti apa adanya individu
Universitas Sumatera Utara
10
8. Spontanitas, yaitu merasa bebas menjadi diri sendiri ketika berada di dekat
teman
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri berteman
terdiri dari sukarela, unik, kedekatan dan keintiman. Dalam pertemanan harus
dipelihara agar dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling
membantu, menceritakan rahasia, pengertian, serta spontanitas.
1.3. Peran Teman Sebaya
Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima kawan
sebaya atau kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila
diterima dan sebaliknya akan merasa sangat tertekan dan cemas apabila
dikeluarkan dan diremehkan oleh kawan-kawan sebayanya. Bagi remaja,
pandangan kawan-kawan terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting.
Menurut Santrock (2007) mengatakan bahwa peran terpenting dari teman
sebaya adalah :
a. Sebagai sumber informasi mengenai dunia di luar keluarga.
b. Sumber kognitif, untuk pemecahan masalah dan perolehan pengetahuan.
c. Sumber emosional, untuk mengungkapkan ekspresi dan identitas diri.
Melalui interaksi dengan teman-teman sebaya, anak-anak dan remaja
mempelajari modus relasi yang timbal-balik secara simetris. Bagi beberapa
remaja, pengalaman ditolak atau diabaikan dapat membuat mereka merasa
kesepian dan bersikap bermusuhan. Dari uraian tersebut maka dapat diketahui
bahwa teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan
Universitas Sumatera Utara
11
yang cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya. Teman sebaya
memberikan sebuah dunia tempat para remaja melakukan sosialisasi dalam
suasana yang mereka ciptakan sendiri (Piaget dan Sullivan dalam Santrock, 2007).
1.4. Fungsi Pertemanan
Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003), mengatakan bahwa ada
enam fungsi perteman yaitu :
1. Berteman (Companionship)
Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk
menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama
melakukan suatu aktivitas.
2. Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition)
Pada dasarnya, berteman akan memberi rangsangan seseorang untuk
mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalam
situasi sosial. Artinya melalui teman seseorang memperoleh informasi
yang menarik, penting dan memicu potensi, bakat ataupun minat agar
berkembang dengan baik.
3. Dukungan Fisik (Physicial Support)
Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan
menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang
menghadapi suatu masalah.
Universitas Sumatera Utara
12
4. Dukungan Ego
Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi
seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga dirahasiakan, dipikirkan dan
ditanggung oleh orang lain (temannya).
5. Perbandingan Sosial (Social Comparison)
Berteman akan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk
mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian
seseorang.
6. Intimasi/Afeksi (Intimacy/Affection)
Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu
sama lain. Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat untuk
menyakiti orang lain karena mereka saling percaya, menghargai dan
menghormati keberadaan orang lain.
1.5. Aspek Perkembangan Remaja
Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan nurture. Konsep
nature mengungkapkan bahwa masa remaja adalah masa badai dan tekanan.
Periode perkembangan ini individu banyak mengalami gejolak dan tekanan
karena perubahan yang terjadi dalam dirinya. Konsep nurture menyatakan tidak
semua remaja mengalami masa badai dan tekanan tersebut. Hal tersebut
tergantung pada pola asuh dan lingkungan di mana remaja itu tinggal (Kusmiran,
2011).
Universitas Sumatera Utara
13
1.6. Perkembangan Sosial
Terjadinya tumpang tindih pola tingkah laku anak dan perilaku dewasa
merupakan kondisi tersulit yang dihadapi remaja. Remaja diharuskan dapat
menyesuaikan diri dengan peran orang dewasa dan melepaskan diri dari peran
anak-anak. Remaja dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang dewasa
di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
1.7. Kuatnya Teman Sebaya
Keinginan menjadi mandiri akan timbul dari dalam diri remaja. Salah satu
bentuk kemandirian itu adalah dengan mulai melepaskan diri dari pengaruh
orangtua dan ketergantungan secara emosional pada orangtua.
Berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki seperti menjadi egosentris, kebinggungan
peran dan lain-lain, seseorang menghabiskan lebih banyak waktu bersama teman
sebayanya dibandingkan bersama dengan orangtuanya, sehingga wajar saja jika
tingkah laku dan norma/aturan-aturan yang dipegang banyak dipengaruhi oleh
kelompok sebayanya. Namun, tampaknya remaja sangat bergantung pada teman
sebayanya, pada remaja sendiri terdapat sikap ambivalen. Di satu sisi ingin
membuktikan kemandiriannya dengan melepaskan diri dari orangtuanya, tetapi di
sisi lain mereka masih tergantung kepada orangtuanya.
Remaja akan tetap meminta pertimbangan dari orangtuanya ketika menghadapi
masalah yang berat atau harus menentukan sesuatu yang berkaitan dengan masa
depannya yang berakibat jangka panjang. Hal ini merupakan bentuk
ketergantungan remaja kepada orangtua. Ketergantungan pada teman sebaya lebih
Universitas Sumatera Utara
14
mengarah pada hal-hal yang berkaitan dengan relasi sosial atau penerimaan
lingkungan (misalnya tingkah laku/kebiasaan sehari-hari, kesukaan, aktivitas yang
dipilih, gaya bahasa dan lainnya).
Namun, perilaku mengikuti kelompok akan semakin berkurang sesuai dengan
bertambahnya kematangan karena remaja semakin ingin menjadi individu yang
mandiri dan unik serta lebih selektif dalam memilih sahabat.
Tingkat konformitas remaja dengan kelompok sebayanya bervariasi menurut
kualitas relasi yang terjadi dalam keluarga. Remaja yang berasal dari keluarga
yang terlalu hangat, memberikan perlindungan dan keamanan secara berlebihan,
melibatkan emosi yang sangat kuat cenderung memengaruhi remaja menjadi
malas menjalin ikatan lain di luar keluarga atau mengalami kesulitan dalam
berinteraksi di lingkungan selain keluarganya. Umumnya remaja ini lebih senang
menyendiri atau bergaul dengan orang-orang tertentu saja, ada juga yang menjadi
minder dan sulit berinteraksi dengan sebayanya. Sementara keluarga yang tidak
memberikan kehangatan dan ikatan emosi kepada anak, cenderung memengaruhi
remaja berusaha keras mengikatkan diri pada lingkungan lain (yang berarti
baginya) dan secara penuh mengikuti aturan kelompok tersebut (tanpa
membedakan mana tingkah laku yang salah atau benar).
Keluarga yang memberikan kehangatan serta ikatan emosi dalam kadar yang
tidak berlebihan dan senantiasa memberikan dukungan positif dapat membantu
anak mengembangkan ikatan lain di luar keluarga secara lebih baik. Ia mampu
menentukan kapan ia harus mengikuti kelompoknya dan kapan harus menolak
Universitas Sumatera Utara
15
ajakan dari teman sebayanya sehingga remaja tersebut akan terbebas dari tekanan
teman sebaya untuk melakukan hal-hal negatif.
Perubahan dalam perilaku sosial ditunjukkan dengan :
a. Minat dalam hubungan heteroseksual yang lebih besar.
b. Kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan kedua jenis kelamin.
c. Bertambahnya wawasan sehingga remaja memiliki penilaian yang lebih
baik serta lebih bisa mengerti orang lain. Remaja juga mengembangkan
kemampuan sosial yang mendorongnya lebih percaya diri dan aktif dalam
aktivitas sosial.
d. Berkurangnya prasangka dan diskriminasi, mereka cenderung tidak
mempersoalkan orang yang tidak cocok latar belakang budaya dan
pribadinya.
1.8. Aspek-aspek Kualitas Pertemanan
Menurut Mappiare dalam Handayani, 2006 aspek-aspek kualitas pertemanan
adalah sebagai berikut :
a. Pengakuan dan Saling Menjaga
Yaitu remaja diakui teman, adanya perilaku saling menjaga, mendukung
dan saling memberi perhatian.
b. Terjadinya Konflik
Yaitu munculnya perbedaan atau perselisihan faham hal-hal yang
membangkitkan kemarahan dan ketidakpercayaan.
Universitas Sumatera Utara
16
c. Pertemanan dan Rekreasi
Yaitu menghabiskan waktu bersama-sama teman, baik di luar maupun di
dalam lingkungan sekolah.
d. Membantu dan Memberi Petunjuk
Yaitu usaha seorang teman untuk membantu temannya yang lain dalam
menyelesaikan tugas rutin yang menantang.
e. Berbagi Pengalaman dan Perasaan
Yaitu adanya saling keterbukaan akan perasaan pribadi, berbagi
pengalaman diantara remaja dan temannya.
f. Pemecahan Konflik
Yaitu munculnya perdebatan atau perselisihan faham dan adanya jalan
keluar pemecahan masalah secara baik dan efisien.
2. Masa Pubertas
2.1. Defenisi Masa Pubertas
Bawaan pubertas bukanlah suatu insiden lingkungan, kemunculan pubertas
telah diprogram di dalam gen setiap manusia (Adair dalam Santrock, 2010).
Pubertas tidak berlangsung di usia 2 atau 3 tahun maupun di usia 20-an. Di masa
depan, studi genetik molekuler mungkin dapat mengidentifikasi gen-gen spesifik
yang berkaitan dengan muncul dan berkembangan pubertas. Meskipun demikian,
faktor-faktor lingkungan juga turut mempengaruhi kemunculan dan lamanya masa
pubertas yang pada sebagian individu berlangsung antara usia 9 hingga 16 tahun
ini.
Universitas Sumatera Utara
17
Menurut Salzman, remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung
(dependence) terhadap orangtua kearah kemandirian (independence), minat-minat
seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu
moral (Yusuf, 2004). Batasan masa remaja meliputi; remaja awal : 12-15 tahun,
remaja madya : 15-18 tahun, dan remaja akhir : 19-22 tahun (Konopka dalam
Yusuf, 2004).
Remaja atau “adolescence” (Inggris), berasal dari bahasa latin “adolescere”
yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12-24 tahun. Menurut Depkes RI
adalah antara 10-19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10-19
tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dan masa anak ke masa dewasa.
Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik
(organobiologik) secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan
perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini
umumnya membinggungkan remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi
para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan,
dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya, agar dalam sistem perubahan
tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, sehingga kelak
remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani, rohani, dan
Universitas Sumatera Utara
18
sosial. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan
dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan
remaja sehingga diperlukan perhatian khusus (Yani, 2010).
Sebelum mencapai masa remaja, individu telah mengalami serangkaian-
serangkaian perkembangan dan memperoleh banyak pengalaman. Tidak ada anak
perempuan atau anak laki-laki yang memasuki masa remaja dalam bentuk daftar
kosong, yang hanya memiliki kode genetik yang akan menentukan berbagai
pikiran, perasaan, dan perilakunya. Namun kombinasi antara faktor keturunan,
pengalaman masa kanak-kanak dan pengalaman masa remaja, menentukan
rangkaian perkembangan remaja. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri
memasuki masa dewasa. Sebetulnya, masa depan dari seluruh budaya tergantung
pada seberapa efektifnya pengasuhan itu (Larson dkk, 2002).
Pandangan lama mengatakan bahwa masa remaja merupakan satu-satunya
periode transisi menuju dunia dewasa. Pendekatan baru menekankan variasi
transisi dan peristiwa yang menentukan periode tersebut seperti halnya waktu dan
urutannya (Larson ; Sarigiani dan Peterson dalam Santrock, 2007). Sebagai
contoh, peristiwa pubertas dan peristiwa sekolah dipandang sebagai transisi pokok
yang menandai masuknya masa remaja, menamatkan sekolah atau bekerja purna-
waktu untuk pertama kalinya merupakan peristiwa transisi pokok yang menandai
berakhirnya masa remaja dan masuknya orang ke masa dewasa.
Kini, para ahli berkembang tidak lagi percaya bahwa perubahan itu berakhir di
masa remaja (Batles; Demick dan Andreoletti; Overton; Santrock, 2006). Ingatlah
bahwa perkembangan didefinisikan sebagai suatu proses seumur hidup. Masa
Universitas Sumatera Utara
19
remaja merupakan bagian dari rangkaian kehidupan dan bukan merupakan suatu
periode perkembangan yang yang tidak berkaitan dengan periode-periode lainnya.
Meskipun para remaja memiliki karakteristik yang unik, hal-hal yang terjadi
selama masa remaja berkaitan dengan perkembangan dan pengalaman di masa
kanak-kanak maupun masa dewasa.
2.2. Perubahan Fisik Wanita pada Masa Remaja
Pubertas tidak sama dengan remaja, bagi sebagian besar di antara kita, masa
pubertas berakhir jauh sebelum masa remaja selesai. Meskipun demikian, masa
pubertas merupakan awal penting yang menandai masa remaja. Pubertas (puberty)
adalah sebuah periode di mana kematangan fisik berlangsung pesat, yang
melibatkan perubahan hormonal dan tubuh, yang terutama berlangsung di masa
remaja awal (Santrock, 2007).
Perubahan fisik yang terjadi di antaranya timbul proses pematangan organ
reproduksi, selain itu juga terjadi perubahan secara psikologis. Salah satu tanda
yang khas pada remaja adalah terjadinya pubertas. Pubertas pada anak perempuan
akan muncul pada umur 10 sampai 16 tahun (Evelyn, 2006). Hal ini
mengakibatkan perubahan sikap dan tingkah laku seperti mulai memperhatikan
penampilan diri, mulai tertarik dengan lawan jenis, berusaha menarik perhatian
dan muncul perasaan cinta yang kemudian akan timbul dorongan seksual. Karena
pada masa remaja cenderung memiliki tingkat seksual yang tinggi sehubungan
dengan mulai matangnya hormon seksual dan organ-organ reproduksi.
Universitas Sumatera Utara
20
Di antara perubahan tubuh yang menyolok, perubahan apakah yang pertama
kali muncul? dari perubahan fisik pada perempuan : pertama, membesarnya
payudara atau tumbuhnya rambut kemaluan. Selanjutnya, tumbuhnya rambut di
ketiak. Seiring dengan perubahan ini, tubuh perempuan bertambah tinggi, pinggul
berkembang menjadi lebih lebar dibandingkan tubuhnya. Menstruasi pertama
(menarche) terjadi di akhir siklus pubertas. Awalnya, siklus menstruasi
berlangsung sangat tidak teratur dan selama beberapa tahun pertama, remaja
perempuan mungkin tidak mengalami ovulasi di setiap siklus. Dalam beberapa
kasus, remaja perempuan belum subur sampai dua tahun setelah periode dimulai.
Perempuan tidak mengalami perubahan suara seperti yang dialami oleh laki-
laki. Di akhir masa pubertas, payudara perempuan menjadi lebih penuh. Dua
aspek yang paling terlihat selama perubahan masa pubertas perempuan adalah
tumbuhnya rambut kemaluan dan berkembangnya payudara. Ingatlah bahwa
dimulainya dan kecepatan pubertas antara individu yang satu dengan individu
lainnya cenderung bervariasi (Santrock, 2007).
Pada masa remaja itu, terjadinya suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai
banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi
(organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan
kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada
pertumbuhan tersebut dikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut (Yani, 2010).
1. Tanda-tanda Seks Primer pada Wanita
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Tetapi tingkat
kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Sebagai tanda kematangan organ
Universitas Sumatera Utara
21
reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari
serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus
secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus
sampai menjelang masa menopause.
2. Tanda-tanda Seks Sekunder pada Wanita
a. Rambut
Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja
laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah
mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-
mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, labih
kasar, lebih gelap dan agak keriting.
b. Pinggul
Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini
sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya
lemak di bawah kulit.
c. Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting
susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan
berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara
menjadi lebih besar dan lebih bulat.
d. Kulit
Universitas Sumatera Utara
22
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada
wanita tetap lebih lembut.
e. Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat
Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif, sumbatan
kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan
baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
f. Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g. Suara
Suara berubah semakin merdu, akan tetapi suara serak jarang terjadi
pada wanita.
2.3. Perkembangan Perilaku Remaja
Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan-
perubahan akibat pubertas (Papalia, 2008) yaitu :
1. Perkembangan Perilaku Pengetahuan Remaja
Perkembangan pengetahuan remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang
ahli perkembangan pengetahuan) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam
tahap pertumbuhan pengetahuan. Pada periode ini, para remaja sudah memiliki
pemikiran dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang nyata dan tidak
nyata. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga
Universitas Sumatera Utara
23
mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak cara pemecahan masalah
beserta kemungkinan akibat atau hasil yang diperoleh.
Para remaja bukan hanya menerima informasi apa adanya, akan tetapi mereka
akan memproses informasi itu serta mengubahnya dengan pemikiran mereka
sendiri. Para remaja juga mampu menggabungkan pengalaman masa lalu dan
pangalaman sekarang untuk mengubahnya menjadi pendapat.
2. Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, karena pada masa ini
suasana hati bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan suasana hati para
remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu
merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa
remaja mengalami perubahan yang secara tiba-tiba dalam kesadaran diri mereka
(self awareness). Para remaja sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena
remaja menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik
mereka seperti mereka mengagumi diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat
remaja sangat memperhatikan diri mereka dan gambaran diri mereka sendiri.
Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perempuan
daripada remaja laki-laki, sebagian disebabkan karena remaja perempuan biasanya
lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena banyak
hambatan-hambatan sosial mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan
untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. Perubahan pada masa puber
akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada kemampuan dan
kemauan remaja puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya
Universitas Sumatera Utara
24
kepada orang lain, sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan yang
baru dan yang lebih baik. Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan
oleh kemampuan untuk berkomunikasi. Remaja yang merasa sulit atau tidak
mampu berkomunikasi dengan orang lain akan lebih banyak berperilaku negatif
daripada remaja yang mampu dan mau berkomunikasi.
Akibat dari perubahan masa puber pada para remaja adalah sebagai berikut
(Monks, 2009) :
1. Ingin Menyendiri
Saat perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri
dari teman-teman dan dari berbagai kegiatan keluarga dan seringnya bertengkar
pada teman-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber sering melamun,
sering tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik. Gejala menarik diri
ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam masa
remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud
untuk menemukan dirinya ataupun identitas diri.
2. Bosan
Remaja pubertas akan merasa bosan dengan permainan yang sebelumnya
sangat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial dan kehidupan
pada umumnya. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi karena
sering timbul perasaan akan keadaan fisik yang tidak normal.
3. Inkoordinasi
Pertumbuhan cepat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi
gerakan, dan remaja akan merasa tidak terbiasa bergaul dengan orang lain selama
Universitas Sumatera Utara
25
beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, maka koordinasi tersebut akan
kembali membaik secara bertahap.
4. Antagonisme Sosial
Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan
menentang. Permusuhan terbuka antara dua jenis kelamin yang berlainan
diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan
berlanjutnya masa puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat
bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.
5. Emosi yang Tinggi
Munculnya reaksi murung, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk
menangis karena pengaruh yang sangat kecil merupakan ciri-ciri bagian awal
masa puber. Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah.
Sedih, mudah marah, dan suasana hati yang negatif sangat sering terjadi selama
masa pramenstruasi dan awal periode menstruasi. Dengan semakin matangnya
keadaan fisik remaja, ketegangan lambat laun akan berkurang dan remaja sudah
mulai mampu mengendalikan emosinya.
6. Hilangnya Kepercayaan Diri
Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri akan menjadi kurang
percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik yang menurun dan
karena adanya pengaruh yang negatif datang dari orangtua maupun dari teman-
temannya.
7. Terlalu Sederhana
Universitas Sumatera Utara
26
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi
sangat sederhana dalam segala penampilannya karena takut orang lain akan
memperhatikan perubahan yang dialaminya dan akan memberi komentar yang
buruk.
2.4. Masa Transisi Remaja
Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami. Masa transisi
tersebut menurut Gunarsa dalam disertasi PKBI (2000) adalah sebagai berikut:
1. Transisi Fisik Berkaitan dengan Perubahan Bentuk Tubuh
Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi belum
sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa. Hal ini
menyebabkan kebinggungan peran, didukung pula dengan sikap
masyarakat yang kurang konsisten.
2. Transisi dalam Kehidupan Emosi
Perubahan hormonal dalam tubuh remaja berhubungan erat dengan
peningkatan hubungan emosi. Remaja sering memperlihatkan
ketidakstabilan emosi. Remaja tampak sering gelisah, cepat tersinggung,
melamun, dan sedih, tetapi di lain sisi akan gembira, tertawa ataupun
marah-marah.
3. Transisi dalam Kehidupan Sosial
Lingkungan sosial anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, di mana
lingkungan teman sebaya mulai memegang peranan penting. Pergeseran
Universitas Sumatera Utara
27
ikatan pada teman sebaya merupakan upaya remaja untuk mandiri
(melepaskan ikatan dengan keluarga).
4. Transisi dalam Nilai-nilai Moral
Remaja mulai meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-
nilai yang dianut orang dewasa. Saat ini remaja mulai meragukan nilai-
nilai yang diterima pada waktu anak-anak dan mulai mencari nilai sendiri.
5. Transisi dalam Pemahaman
Remaja mengalami perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai
mengembangkan kemampuan berpikir abstrak.
2.5. Masalah Umum Remaja
Menurut McAllister membagi remaja menjadi beberapa kelompok yaitu :
a. Remaja normal.
b. Remaja bermasalah.
c. Remaja bermasalah patologis.
Dua kelompok yang pertama merupakan problem teenager group dengan
didasari asumsi bahwa tidak ada remaja yang tidak bermasalah dalam mengadapi
transisi dalam berbagai aspek perkembangan serta menghadapi transisi dalam
berbagai aspek perkembangan serta menghadapi lingkungan. Remaja memiliki
masalah umum dibedakan dengan remaja yang memiliki masalah yang patologis
(pathologic teenager). Berikut adalah masalah umum yang dialami remaja
berkaitan dengan tumbuh kembangnya.
Universitas Sumatera Utara
28
1. Masalah yang berkaitan dengan lingkungan rumahnya seperti relasi
dengan anggota, keluarga, disiplin, dan pertentangan dengan orangtua.
2. Masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan sekolah.
3. Kondisi fisik (kesehatan atau latihan), penampilan (berat badan, ciri-ciri
daya tarik, bau badan, jerawat, kesesuaian dengan jenis kelamin).
4. Emosi (temperamen yang meledak-ledak, suasana hati berubah-ubah).
5. Penyesuaian sosial (minder, sulit bergaul, pacaran, penerimaan oleh teman
sebaya, peran pemimpin).
6. Masalah pekerjaan (pilihan pekerjaan, pengangguran).
7. Nilai-nilai (moral, penyalahgunaan obat-obatan, dan hubungan seksual).
8. Masalah yang berkaitan dengan hubungan lawan jenis (heteroseksual),
seperti putus pacar, proses pacaran, backstreet, sulit punya pacar, dan lain-
lain.
2.6. Defenisi Kecemasan
Cemas (ansietas) merupakan hal yang akrab dalam hidup manusia. Ansietas
bukanlah hal yang aneh karena setiap orang pasti pernah mengalami ansietas
dengan berbagai variannya. Ansietas sangat berhubungan dengan perasaan tidak
pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau
keadaan.
Menurut Sriwindari (2004), kecemasan dalam menghadapi masa pubertas
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan yang didapat mengenai
menstruasi dan faktor kesiapan. Perubahan fisik dan pentingnya peran teman atau
Universitas Sumatera Utara
29
persahabatan pada remaja menggambarkan adanya penolakan pada diri sendiri
yang berlangsung pada tubuh mereka setelah melalui proses pertumbuhan di masa
kanak-kanak pertengahan dan akhir. Para remaja putri tersebut mengungkapkan
rasa kecemasan mengenai perubahan fisik mereka.
Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada individu yang bersangkutan (Corey, 2005). Dapat pula
ansietas menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya
selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan.
Manifestasi kecemasan menurut Sue (2010), terjadi dalam empat hal yaitu :
1. Kognitif
Kecemasan yang terwujud dalam pikiran seseorang seringkali memikirkan
tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
2. Motorik
Kecemasan seseorang terwujud dalam gerakan tidak menentu seperti
gemetar.
3. Somatik
Kecemasan terwujud dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin,
diare, sering BAK, ketegangan otot, peningkatan tekanan darah dan lain-
lain. Hampir semua tekanan kecemasan menunjukkan peningkatan tekanan
jantung, respirasi, keteganggan otot dan tekanan darah.
4. Afektif
Universitas Sumatera Utara
30
Kecemasan diwujudkan dalam perasaan gelisah, dan perasaan tegang yang
berlebihan.
2.7. Tanda-tanda Umum Kecemasan
Keluhan atau tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan
oleh seseorang sangat bervariasi, tergantung dari beratnya kecemasan yang
dirasakan oleh individu tersebut. Secara umum keluhan yang sering dikemukakan
oleh seseorang saat mengalami kecemasan antara lain adalah pernyataan cemas/
khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, takut
sendirian, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, gangguan pola tidur, mimpi-
mimpi yang menakutkan, gangguan konsentrasi dan daya ingat. Keluhan-keluhan
somatik misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, pendengaran
berdenging, sesak nafas, gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit
kepala (Hawari, 2004).
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku. Intensitas perilaku meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat
kecemasan.
Berikut adalah tingkat kecemasan yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada
tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada,
tetapi individu masih mampu untuk memecahkan masalah. Gejala-gejala yang
ditemui pada kecemasan tingkat ringan ini adalah sesekali nafas pendek, nadi dan
Universitas Sumatera Utara
31
tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar,
lapangan persepsi meluas, mampu menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah, penyelesaian masalah secara efektif, tidak dapat duduk
tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi.
2. Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain, ditandai
dengan sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, diare dan konstipasi, gelisah, lapangan persepsi menyempit, tidak
mampu menerima rangsangan dari luar, berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya, gerakan tersentak-sentak atau meremas tangan, bicara banyak dan
lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak nyaman.
3. Kecemasan Berat
Persepsi menjadi lebih sempit, individu cenderung memikirkan hal yang kecil
saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan dan tuntunan ditandai dengan, napas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur,
ketegangan, lapangan persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan
masalah, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya, gerakan tersentak-sentak
atau meremas tangan, bicara cepat, blokking, perasaan tidak nyaman.
2.8. Penyebab Kecemasan pada Remaja
Universitas Sumatera Utara
32
Menurut Mighwar (2006), secara psikologis kecemasan tersebut merupakan
perkembangan-perkembangan negatif berbagai masalah sebelumnya yang
semakin menguat yang diakibatkan oleh tiga hal, yaitu :
a. Kurangnya pengetahuan sehingga kurang mampu menyesuaikan diri
dengan pertumbuhan dan perkembangan serta tidak mampu menerima apa
yang dialaminya.
b. Kurangnya dukungan dari orangtua, teman sebaya atau lingkungan
masyarakat sekitar.
c. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan tekanan yang ada.
2.9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respon Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah :
1. Usia
Usia mempengaruhi psikologi seseorang, semakin tinggi usia semakin
baik tingkat emosi seseorang serta kemampuan dalam menghadapi
persoalan.
2. Status Kesehatan Jiwa dan Fisik
Kelelahan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme pertahanan
seseorang.
3. Nilai-nilai Budaya dan Spiritual
Universitas Sumatera Utara
33
Nilai-nilai budaya dan spiritual mempengaruhi cara pemikiran seseorang.
Religusitas yang tinggi menjadikan seseorang berpandangan positif atas
masalah yang dihadapi.
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan rendah pada seseorang akan menyebabkan orang
tersebut mudah mengalami kecemasan, semakin tinggi tingkat
pendidikannya akan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir.
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami kecemasan,
ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif sebagai
penyebab tersedianya perilaku patologis.
6. Dukungan Sosial
Dukungan sosial dan lingkungan sebagai sumber koping, dimana
kehadiran orang lain dapat membantu seseorang mengurangi kecemasan
dan lingkungan mempengaruhi area berpikir seseorang.
7. Tahap Perkembangan
Pada tingkat perkembangan tertentu terdapat jumlah dan intensitas stressor
yang berbeda sehingga resiko terjadinya stress pada tiap perkembangan
berbeda. Pada tingkat perkembangan individu membentuk kemampuan
adaptasi yang semakin baik terhadap stressor.
8. Pengalaman Masa Lalu
Universitas Sumatera Utara
34
Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang menghadapi
stressor yang sama.
9. Pengetahuan
Ketidaktahuan dapat menyebabkan kecemasan dan pengetahuan dapat
digunakan untuk mengatasi masalah.
2.10. Faktor Pencetus Kecemasan
Faktor yang dapat menjadi pencetua seseorang merasa cemas dapat berasal dari
diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal).
Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan
terhadap kebutuhan dasarnya.
2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat
mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri,
dan hubungan interpersonal (Asmadi, 2008).
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang disertai oleh
berkembangnya kapasitas intelektual, stress dan harapan-harapan baru yang
dialami remaja membuat remaja mudah mengalami gangguan baik berupa
gangguan fikiran, perasaan maupun gangguan perilaku (Nur, 2010). Sehingga
dalam periode ini terjadi perubahan yang sangat pesat dalam dimensi fisik, mental
dan sosial. Umumnya proses kematangan fisik lebih cepat dari pematangan
Universitas Sumatera Utara
35
psikososialnya. Karena itu seringkali terjadi ketidakseimbangan yang
menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap cemas. Kecemasan
sebagai salah satu bentuk dampak perubahan psikis yang di alami hampir setiap
remaja.
Biasanya kecemasan muncul sebagai reaksi normal terhadap suatu yang
menekan, dan karena itu berlangsung sebentar (Ramaiah, 2006). Kecemasan bisa
berpengaruh buruk pada seseorang jika frekuensi timbulnya sering kali.
Kecemasan dapat timbul dengan sendirinya atau bergabung dengan gejala-gejala
lain dari berbagai gangguan emosi. Kecemasan suatu keadaan emosional yang
ditandai oleh rangsangan fisiologis, perasaan-perasaan tegang yang tidak
menyenangkan, perasaan ketakutan, persangkaan (firasat) serta perasaan ngeri
terhadap masa depan (Semiun, 2006).
Dampak tersebut dapat mencakup keadaan fisik maupun psikis, antara lain :
1. Dari segi fisik akan berpengaruh pada penurunan kondisi kesehatan secara
umum, meliputi gangguan denyut jantung, peredaran darah, gangguan
pernafasan, sistem daya tahan tubuh, sistem metabolisme dan seterusnya.
2. Dari segi psikis dapat memunculkan gejala-gejala tingkah laku, seperti
adanya kecenderungan menarik diri dari kehidupan sosial, berhalusinasi,
berfantasi, menutup diri, pesimis, merasa tidak bahagia, cemas, depresi,
merasa tidak dicintai, stress, kesulitan berkonsentrasi, agresif dan
bertemperamen panas.
Gangguan kecemasan pada umumnya adalah suatu kondisi penyebab
kegelisahan atau ketegangan yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan
Universitas Sumatera Utara
36
secara berlebihan sering kali tanpa ada faktor pemicunya. Kecemasan sendiri lebih
sering dialami wanita daripada pria (Ramaiah, 2006). Gejala-gejala gangguan
kecemasan secara umum antara lain senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was
yang sifatnya tidak menentu (diffuse unessinnes), terlalu peka (mudah
tersinggung) dalam pergaulan, sering merasa tidak mampu, minder, depresi serba
sedih, sulit konsentrasi dalam mengambil keputusan, serba takut salah, rasa
tegang menjadikan yang bersangkutan bersikap tegang-lamban yakni bereaksi
secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba, adanya
keluhan otot tegang khususnya bagian leher dan sekitar bagian atas bahu,
mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, gangguan tidur
berupa insomnia atau mimpi buruk, mengeluarkan keringat dan telapak tangan
sering basah, sering berdebar-debar dan tekanan darah tinggi, sering mengalami
gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas (Supraktik,
2006).
Kecemasan merupakan gangguan mental yang digolongkan ke dalam gangguan
kecemasan dan gejala-gejala khusus lainnya, seperti insomnia, berkurangnya
kemampuan konsentrasi, dan berbagai macam gangguan sistem saraf otonom
tidak merupakan gejala yang dominan. Kecemasan yang dialami bisa mengarah
pada objek tertentu. Yang dimaksud dengan objek bisa berupa benda tetapi bisa
juga berupa situasi. Ini biasanya mengarah pada phobia. Kecemasan juga bisa
dialami meskipun objeknya tidak jelas atau tidak bisa dikenali. Jadi individu tiba-
tiba merasa cemas tetapi tidak begitu memahami apa yang dicemaskannya. Gejala
kecemasan juga bisa beralih dari satu objek ke objek lainnya. Ini yang menjadi
Universitas Sumatera Utara
37
penanda, bahwa sebenarnya kecemasan terjadi karena adanya konflik dalam diri
individu yang bersangkutan, bukan karena situasi riilnya. Ada juga kecemasan
yang dipusatkan pada kesehatan tubuh dan fungsi-fungsinya. Penderitanya
seringkali mengeluh mengalami gejala sakit pada bagian tubuh tertentu atau juga
bisa berganti pada bagian tubuh lainnya. Atau penderitanya sering mengkuatirkan
ada yang tidak beres dengan bagian tubuh tertentu (Siswanto, 2007).
Universitas Sumatera Utara