bab 2 revision
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Audit
2.1.1 Pengertian Audit
Istilah audit berasal dari bahasa latin “audire” yang dalam bahasa
Inggris berarti “to hear” yaitu mendengar. Dalam bahasa Indonesia
sekarang ini audit disebut sebagai pemeriksaan akuntansi. Pada
dasarnya, audit dilakukan untuk membandingkan antara kenyataan
yang ditemukan berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan dengan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan.
Ada beberapa definisi audit yang diberikan oleh beberapa ahli
di bidang akuntansi, diantaranya antara lain :
Menurut Elder, Beasley, dan Beasley (2008, p.4), “Auditing is
the accumulation and evaluating of evidence about information to
determine and report on the degree of correspondence between the
information and established criteria. Auditing should be done by a
competent, independent person.”
Menurut Agoes (2004, p.3), “Audit adalah suatu pemeriksaan
yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan dan bukti-bukti pendukungnya,
8
9
dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan tersebut.”
Menurut Willy Susilo (2002, p.52), “Audit adalah kegiatan
mengumpulkan informasi faktual dan signifikan melalui interaksi
(pemeriksaan, pengukuran, dan penilaian serta penarikan kesimpulan)
secara sistematis, objektif, dan terdokumentasi yang berorientasi pada
azaz nilai manfaat”.
Menurut Boyton, Johnson, dan Kell (2001, p.4), “Auditing is a
systematic process of objectively obtaining and evaluating evidence
regarding assertions about economic actions and events to ascertain
the degree of correspondence between those assertions and establish
criteria and communicating the result to interested user.”
Menurut www.wikipedia.com, “Audit is an evaluation of a
person, organization, system, process, project or product”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
audit merupakan suatu proses sistematis yang dilakukan oleh orang
yang memiliki kompetensi dan independensi untuk mengevaluasi dan
mendapatkan bukti-bukti audit mengenai suatu peristiwa ekonomi dan
mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
dengan membuat sebuah laporan audit.
10
2.1.2 Jenis-jenis Audit
Elder et al (2008, pp.11-13), menyebutkan tiga jenis auditing yang
umum dilaksanakan. Ketiga jenis auditing tersebut adalah :
a. Audit Operasional/ Manajemen (Operational Audit)
Operasional atau manajemen audit merupakan pemeriksaan atas
semua atau sebagian prosedur dan metode operasional suatu
organisasi untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
keekonomisannya. Audit operasional dapat menjadi alat
manajemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja
perusahaan. Hasil dari audit operasional berupa rekomendasi-
rekomendasi perbaikan bagi manajemen.
b. Audit Ketaatan (Compliance Audit)
Audit ketaatan merupakan suatu pemeriksaan untuk mengetahui
apakah suatu prosedur dan aturan yang telah ditetapkan sudah
dijalankan oleh organisasi atau perusahaan. Audit ketaatan
biasanya tidak dipublikasikan karena digunakan oleh intern
perusahaan. Audit ini biasanya ditugaskan oleh otoritas
berwenang yang telah menetapakan prosedur/ peraturan dalam
perusahaan.
c. Audit Atas Laporan Keuangan (Financial Audit)
Pemeriksaan terhadap laporan keuangan merupakan suatu
evaluasi terhadap kewajaran laporan keuangan yang disajikan
oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan dengan
11
standar akuntansi yang berlaku umum. Hasil audit dari laporan
keuangan adalah opini auditor yaitu Unqualified Opinion, Qualified
Opinion, Disclaimer Opinion, dan Adverse Opinion.
2.2 Audit Manajemen
2.2.1 Pengertian Audit Manajemen
Audit manajemen sering juga disebut dengan audit operasional
(operational audit), penilaian kinerja (performance audit), pemeriksaan
sistem, dan lain-lain. Menurut beberapa ahli, audit manajemen
didefinisikan sebagai berikut :
Menurut Darwin J. Casler dan James R. Crockett yang dikutip
oleh Boynton, Johnson dan Kell dalam bukunya yang berjudul Modern
Auditing (2001, p.846), “Operational auditing is a systematic process
of evaluating an organization’s effectiveness, efficiency, and economy
of operations under management’s control and reporting to
appropriate persons the results of the evaluation along with
recommendations for improvement.”
Menurut Carmichael, Willingham, dan Schaller (1996, p.625),
“A systematic review of an organization’s activities, or of a stipulated
segment of them, in relation to specified objectives for the purpose of
assessing performance, identifying opportunities for improvement, or
developing recommendations for improvement or further action.”
12
Menurut Alexander Hamilton (1982, p.1), “The management
audit technique covers a broad spectrum of procedures, method of
evaluation, policies and approaches. It is designed to analyze,
evaluate, review, and appraise the performance or the firm in relation
to either a set of predetermined standards or some generally accepted
rules of guideliness of the company”.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Audit manajemen merupakan suatu proses yang sistematis untuk
mengevaluasi kegiatan operasional perusahaan.
2. Audit manajemen bertujuan untuk menilai efisiensi, efektivitas, dan
keekonomisan operasi dari suatu organisasi atau unit-unit dalam
organisasi. Efektivitas mengacu pada pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Efisiensi mengacu pada penggunaan sumber-
sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan. Keekonomisan
menekankan pada cara-cara menggunakan sumber daya
tersebut.
3. Audit manajemen juga membuat laporan mengenai hasil dari
evaluasi yang telah dilakukan dan disertai dengan memberikan
saran-saran atau rekomendasi untuk perbaikan bagi operasi
perusahaan.
4. Evaluasi atas kegiatan operasional harus didasarkan pada kriteria
atau standar yang sudah ditetapkan di awal. Dalam audit
13
manajemen, kriteria yang ada seringkali adalah standar kerja yang
ditetapkan oleh manajemen. Walaupun dalam beberapa hal ada
standar yang dikeluarkan oleh industri dan pemerintah. Kriteria ini
memang tidak sejelas standar pada audit laporan keuangan, audit
manajemen meneliti tingkat kesesuaian dan kinerja aktual dengan
standar.
2.2.2 Tujuan dan Manfaat Audit Manajemen
Tujuan utama pelaksanaan audit manajemen adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan operasional
perusahaan. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2003, p.33), tujuan dari
audit manajemen adalah :
1. Penilaian performa perusahaan yaitu membandingkan dengan
kebijakan, standar, dan tujuan yang ditetapkan manajemen atau
kriteria pengukuran tepat yang lain.
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan dari penilaian
performa. Auditor pada umumnya mengetahui kesempatan baik
untuk meningkatkan keekonomisan, efisiensi, dan efektivitas
organisasi.
3. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan
yang lebih jauh. Rekomendasi akan bervariasi tergantung pada
sifat masalah dan kesempatan untuk perbaikan.
14
Sedangkan manfaat audit manajemen menurut Hamilton (1986) dan
Boynton et al (2001), yaitu :
1. Mengidentifikasi tujuan, kebijakan, saran, peraturan, prosedur, dan
struktur organisasi yang belum ditentukan sebelumnya.
2. Mengidentifikasi kriteria pengukuran pencapaian tujuan organisasi
dan penilaian prestasi manajemen.
3. Menilai prestasi individual dan kegiatan organisasi secara obyektif
dan independen.
4. Menentukan apakah organisasi mematuhi tujuan, kebijakan, saran,
peraturan, prosedur, dan struktur organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
5. Menentukan masalah organisasi yang timbul dan jika mungkin
menentukan penyebabnya.
6. Menentukan efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi dari sistem
perencanaan dan pengendalian manajemen.
7. Mengidentifikasi realibilitas dan manfaat berbagai laporan
pengendalian manajemen.
8. Mengidentifikasi kendala potensial yang mungkin terjadi di masa
mendatang dan mencari cara untuk mengatasinya.
9. Mengidentifikasi kesempatan potensial untuk meningkatkan saldo.
10.Menyediakan saluran komunikasi tambahan antara manajemen
pelaksanana dan top management.
15
2.2.3 Ruang Lingkup Audit Manajemen
Menurut Mardiasmo (2002, pp. 120-131), ruang lingkup audit
manajemen secara umum mencakup aspek-aspek berikut :
1. Aspek Efektivitas
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian
tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Standar efektivitas
merupakan hubungan antara output dengan tujuan atau sasaran
yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila
mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).
Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan
dampak (outcome) dari keluaran (output) dalam mencapai tujuan
program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan
terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka
semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.
2. Aspek Efisiensi
Pengertian standar efisiensi berhubungan erat dengan konsep
produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan
menggunakan perbandingan output yang dihasilkan dengan input
yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional
dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja
tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan
dana yang serendah-rendahnya (spending well).
16
Indikator efisiensi menggambarkan hubungan antara masukan
sumber daya oleh suatu unit organisasi dan keluaran yang
dihasilkan. Indikator tersebut memberikan informasi tentang
konversi masukan menjadi keluaran.
3. Aspek Ekonomis
Ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa input dengan
tingkat kualitas tertentu pada harga terbaik yang dimungkinkan
(spending less). Pengertian standar ekonomi (hemat/tepat guna)
sering disebut kehematan yang mencakup juga pengelolaan
secara hati-hati atau cermat (prudency) tidak ada pemborosan.
Suatu kegiatan operasional dikatakan ekonomis bila dapat
mengurangkan atau menghilangi biaya-biaya yang tidak perlu.
Dengan demikian, pada hakekatnya ada beberapa pengertian
serupa antara efisiensi dengan ekonomi, karena keduanya
menghendaki penghapusan atau penurunan biaya (cost
reduction). Terjadinya peningkatan biaya harusnya terkait dengan
peningkatan manfaat yang lebih besar.
2.2.4 Jenis Audit Manajemen
Ada tiga kategori audit manajemen menurut Elder et al (2008, pp.844-
845) yaitu :
17
1. Audit Fungsional
Audit fungsional merupakan suatu audit manajemen yang memiliki
hubungan dengan satu atau lebih fungsi-fungsi tertentu dalam
perusahaan. Misalnya dalam perusahaan terdapat fungsi
akuntansi, tetapi juga terdapat fungsi penerimaan kas,
pengeluaran kas, dan pembayaran gaji.
2. Audit Organisasi
Audit organisasi berkaitan dengan keseluruhan unit dalam
organisasi, seperti departemen dan anak perusahaan. Audit ini
menekankan pada seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi
dalam organisasi saling berinteraksi.
3. Penugasan Khusus
Umumnya penugasan khusus terjadi karena permintaan dari pihak
manajemen, seperti dilakukannya penyelidikan atas kemungkinan
fraud dalam suatu divisi.
2.2.5 Tahapan Pelaksanaan Audit Manajemen
Menurut Agoes (2004, pp.11-12), ada empat tahap dalam
pelaksanaan Audit Manajeme yaitu:
1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)
Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran
mengenai bisnis perusahaan yang dilakukan melalui tanya
18
jawab dengan manajemen dan staf perusahaan serta
penggunaan daftar pertanyaan (questionnaires).
2. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian
Manajemen (Review and Testing of Management Control
System)
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi dan menguji efektivitas
dari pengendalian manajemen yang terdapat di perusahaan.
Biasanya digunakan management control questionnaires,
diagram alir (flowchart), dan penjelasan naratif serta dilakukan
pengetesan atas beberapa transaksi.
3. Pengujian Terinci (Detailed Examination)
Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan terhadap transaksi
perusahaan untuk mengetahui apakah prosesnya sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen. Dalam hal
ini auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari
fungsi-fungsi yang terdapat di perusahaan.
4. Pengembangan Laporan (Report Development)
Dalam tahap ini auditor membuat laporan yang berisi temuan
pemeriksaan mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap
kriteria atau standar yang berlaku yang menimbulkan
inefisiensi, inefektivitas, dan pemborosan dan kelemahan
dalam sistem pengendalian manajemen perusahaan. Selain itu
auditor juga memberikan saran-saran perbaikan.
19
2.2.6 Teknik Pelaksanaan Audit Manajemen
Menurut Elder et al (2008, p.112), ada enam teknik yang dilakukan
dalam pelaksanaan audit manajemen, yaitu: wawancara,
pengamatan, analisa, penyelidikan, verifikasi, dan evaluasi. Teknik
yang pertama adalah wawancara. Wawancara merupakan upaya
untuk mendapatkan informasi secara lisan. Akan tetapi, dalam arti
luas wawancara juga dapat dilakukan secara tertulis, yaitu dengan
memberikan kuesioner kepada pihak yang diwawancarai.
Teknik yang kedua adalah pengamatan. Pengamatan dilakukan
dengan memperhatikan suatu obyek dan lingkungan dengan hati-hati
dan secara ilmiah.
Teknik yang ketiga adalah analisa. Analisa berarti menguraikan
informasi ke dalam unsur-unsurnya. Analisa juga dapat menunjukkan
hubungan antara satu unsur dengan unsur yang lain yang
sebelumnya tidak tampak.
Teknik yang keempat adalah penyelidikan. Penyelidikan
merupakan suatu proses untuk mendalami suatu indikasi dengan cara
menjabarkan, menguraikan, atau menyelidiki masalah untuk
menemukan pelaksanaan yang tidak sehat.
Teknik yang kelima verifikasi. Verifikasi adalah suatu usaha
pembuktian kebenaran, kecermatan, dan keaslian sesuatu. Pada
umumnya digunakan untuk mengukuhkan apa yang tertulis dengan
20
fakta yang ada atau untuk membuktikan kebenaran dari suatu
pernyataan.
Teknik yang keenam adalah evaluasi. Evaluasi berarti cara
untuk menarik kesimpulan dengan merangkum berbagai informasi
yang diperoleh. Evaluasi merupakan tahap akhir sebelum menarik
kesimpulan.
2.2.7 Laporan Audit Manajemen
Setelah melaksanakan audit manajemen, auditor harus melaporkan
pelaksanaan audit tersebut kepada pihak yang berkepentingan.
Dalam menyusun laporan audit manajemen tidak ada standar yang
baku. Namun biasanya laporan audit akan tetap sama.
Menurut Elder et al (2008, pp.46-48), bagian laporan tersebut
terdiri dari :
1. Judul laporan
Standar auditing mengharuskan pemberian judul pada laporan dan
judul itu harus memuat kata independen, dimaksudkan untuk
meyakinkan pemakai bahwa dalam semua aspek penugasan
tersebut tidak memihak.
2. Alamat yang dituju laporan
Laporan biasanya ditujukan kepada perusahaan bersangkutan,
pemegang saham, atau dewan direksi dan komisarisnya.
21
3. Paragraf pendahuluan
Paragraf ini menyatakan bahwa auditor intern telah melakukan
audit. Lalu menyatakan bahwa tanggung jawab auditor adalah
untuk menyatakan suatu pendapat berdasarkan suatu audit.
4. Paragraf lingkup audit
Paragraf ini menyatakan bahwa auditor bersangkutan mengikuti
standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
5. Paragraf pendapat
Paragraf ini memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit.
Paragraf pendapat ini dengan tegas menyatakan bahwa yang
diberikan adalah suatu pendapat dan bukan suatu pernyataan
mutlak atau jaminan. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa
kesimpulan tersebut didasarkan atas pertimbangan profesional.
6. Tanda tangan dan nama akuntan publik
Nama ini menunjukkan partner akuntan publik atau auditor yang
bertanggung jawab atas audit yang dilakukan.
7. Tanggal laporan audit
Tanggal yang dipakai di dalam laporan ini adalah tanggal saat
auditor telah menyelesaikan bagian terpenting dari prosedur audit
di lapangan.
22
2.3 Sistem Pengendalian Intern
2.3.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Menurut Elder et al (2008, p.270), Sistem Pengendalian Intern
merupakan “A system of internal control system consists of policies
and procedures designed to provide management with reasonable
assurance that the company achieves its objectives and goals.”
Sedangkan menurut Committee of Sponsoring Organization
(COSO), yang dikutip Boynton et al (2001, p.254) :
Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors, mangement, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories :
1. Reliability of financial reporting2. Compliance with applicable laws and
regulations3. Effectiveness and efficiency operations
Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik pengertian
mengenai pengendalian intern, yaitu :
1. Merupakan suatu alat bagi manajemen untuk mencapai tujuan
2. Merupakan seluruh perencanaan, metode, dan kebijakan yang
diterapkan dalam kegiatan operasional perusahaan.
3. Pengendalian intern adalah usaha untuk mengamankan atau
menjaga kekayaan perusahaan dengan kategori efektivitas,
efisiensi, dan ketaatan pada hukum dan peraturan yang berlaku.
23
2.3.2 Tujuan Sistem Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern meliputi organisasi, metode, dan ukuran
yang dikoordinasikan untuk menjaga aktiva organisasi, mengecek
ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Harahap (1994, p.119), berdasarkan tujuannya sistem
pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pengendalian intern akuntansi merupakan bagian dari sistem
pengendalian intern yang meliputi struktur organisasi, metode, dan
ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk :
a. Menjaga aktiva perusahaan
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
2. Pengendalian intern administratif (internal administrative control)
meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran yang
dikoordinasikan terutama untuk :
a. Mendorong efisiensi
b. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut Michell Suharli (2006, p.54) pengendalian intern harus
memiliki keyakinan bahwa seluruh transaksi telah mendapat otorisasi
dan dilaksanakan dengan benar sesuai kebijakan perusahaan, serta
pencatatan transaksi tersebut dengan benar. Di bawah ini terdapat
lima tujuan pengendalian intern atas transaksi, yaitu :
24
1. Otoritas (wewenang)
Setiap transaksi harus mendapat otorisasi berdasarkan struktur
organisasi perusahaan. Dalam hal khusus dimungkinkan untuk
dilakukannya otorisasi khusus.
2. Pencatatan
Pencatatan dalam sebuah transaksi harus dilakukan sebagaimana
mestinya dan pada waktu yang tepat. Selain itu pencatatan
transaksi harus benar-benar terjadi dan lengkap.
3. Perlindungan
Untuk harta berwujud tidak boleh di bawah pengawasan/
penjagaan dari pihak yang bertanggung jawab. Dalam hal ini
pengendalian intern memperkecil resiko terjadinya kecurangan
oleh karyawan/ manajemen sekaligus.
4. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi secara kontinu atau periodik antara pencatatan
dengan fisik harus dilakukan misalnya mencocokkan jumlah
persediaan barang antara kartu stok.
5. Penilaian
Harus dibuat ketentuan agar memberikan kepastian bahwa
seluruh harta perusahaan dicatat berdasarkan nilai yang wajar.
25
2.3.3 Hubungan Audit Manajemen dengan Pengendalian Intern
Audit manajemen merupakan alat bantu pengendalian manajemen,
sedangkan sistem pengendalian intern adalah suatu fungsi penilaian
independen yang dibentuk di dalam suatu organisasi yang memeriksa
dan menilai kegiatan-kegiatannya sebagai suatu pelayanan jasa bagi
organisasi. Tujuan dari sistem pengendalian intern adalah membantu
anggota organisasi dalam pelaksanaan tanggung jawabnya secara
efektif. Untuk mencapai tujuan ini, sistem pengendalian intern
melengkapi mereka dengan analisa, penilaian, rekomendasi, nasihat
dan informasi yang berkaitan dengan kegiatann yang ditelaah.
Pemeriksaan intern merupakan suatu fungsi penilaian
independen yang dibentuk dan ditetapkan oleh perusahaan untuk
memeriksa dan mengevaluasi kegiatan atau aktivitas organisasi
sebagai pelayanan jasa bagi organisasi dengan cara membantu
manajer perusahaan dalam meningkatkan kinerjanya.
Biasanya manajemen memiliki pertimbangan dalam merancang
pengendalian intern yang efektif yaitu :
1. Kepatuhan dengan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku
yang harus diikuti oleh suatu organisasi. Hanya beberapa saja
yang secara tidak langsung berhubungan dengan akuntansi.
Pelanggaran dengan Undang-undang tersebut dikenai hukuman
yang berat, yaitu denda maupun penjara.
26
2. Efisiensi dan efektivitas operasi, yakni pengendalian di dalam
organisasi dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan sumber
daya termasuk manusia yang efisien dan efektif. Suatu bagian
yang penting dari pengendalian ini adalah informasi yang akurat
untuk pengambilan keputusan intern.
Pertimbangan yang terakhir tersebut berhubungan langsung
dengan audit manajemen. Tujuan utama dari audit manajemen adalah
untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari pengendalian intern
dan membuat rekomendasi pada manajemen.
2.4 Sekolah Bertaraf Internasional
2.4.1 Pengertian Sekolah Bertaraf Internasional
SBI adalah sekolah nasional yang menyiapkan peserta didiknya
berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) Indonesia dan
bertaraf internasional sehingga lulusannya memiliki kemampuan daya
saing internasional.
Dengan pengertian ini, SBI dapat dirumuskan sebagai berikut :
SBI = SNP + X
Di mana SNP adalah standar nasional pendidikan (SNP) yang
meliputi: kompetensi lulusan, isi proses, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, dana, pengelolaan, dan
penilaian; dan X merupakan penguatan, pengayaan, pengembangan,
perluasan, pendalaman melalui adapsi atau adopsi terhadap standar
27
pendidikan, baik dari dalam maupun luar negeri, yang diyakini telah
memiliki reputasi mutu yang diakui secara internasional.
Lulusan SBI diharapkan, selain menguasai SNP di Indonesia,
juga menguasai kemampuan-kemampuan kunci global agar setara
dengan rekannya dari negara-negara maju. Untuk itu pengakraban
peserta didik terhadap nilai-nilai progresif yang diunggulkan dalam era
global perlu digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan SBI.
Nilai-nilai progresif tersebut akan dapat mempersempit
kesenjangan antara Indonesia dengan negara-negara maju,
khususnya dalam bidang ekonomi dan teknologi. Perkembangan
ekonomi dan teknologi sangat tergantung pada penguasaan disiplin
ilmu keras (hard science) dan disiplin ilmu lunak (soft science). Disiplin
ilmu keras (hard science) meliputi matematika, fisika,kimia, biologi,
astronomi, dan terapannya yaitu teknologi komunikasi, transportasi,
manufaktur, konstruksi, bio energi, dan bahan. Disiplin ilmu lunak (soft
science) meliputi sosiologi, ekonomi, bahasa asing (Inggris
utamanya), dan etika global.
2.4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah Bertaraf Internasional
Mengacu pada visi pendidikan nasional dan visi Depdiknas, maka visi
SBI adalah “terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan kompetitif
secara internasional”. Visi tersebut memiliki implikasi bahwa
penyiapan manusia Indonesia yang memiliki kompetensi bertaraf
28
internasional memerlukan upaya-upaya yang dilakukan secara intensif
terarah, terencana, dan sistematik agar dapat mewujudkan bangsa
yang maju, sejahtera, damai, dihormati, dan diperhitungkan oleh
bangsa-bangsa lain.
Berdasarkan visi tersebut, maka misi SBI adalah mewujudkan
manusia Indonesia cerdas dan kompetitif secara internasional, yang
mampu bersaing dan berkolaborasi secara global.
Penyelenggaraan SBI bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang
berkelas nasional dan internasional sekaligus. Lulusan yang berkelas
nasional secara jelas telah dirumuskan dalam UU No. 20/2003 dan
dijabarkan dalam PP 19/2005, dan lebih dirincikan lagi dalam
Permendiknas No. 23/2006 tentang standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang bunyinya sebagai berikut :
Pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Perlu dicatat bahwa sebagai upaya untuk mengembangkan
pendidikan bertaraf internasional, SBI harus tetap memegang teguh
untuk mengembangkan jati diri/ nilai-nilai bangsa Indonesia.
29
2.4.3 Ikhtisar Penjaminan Mutu Sekolah Bertaraf Internasional
No.OBYEK
PENJAMINANINDIKATOR KINERJA
KUNCI MINIMALINDIKATOR KINERJA KUNCI
TAMBAHAN1 Akreditasi Berakreditasi minimal A
dari Badan Akreditasi Nasional – Sekolah dan Madrasah (BAN- S/M)
Berakreditasi tambahan dari badan akreditasi sekolah pada salah satu negara anggota Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
2 Kurikulum Menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana setiap saat siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing.
Menerapkan sistem satuan kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK.
Memenuhi Standar Isi Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muata pelajaran yang sama pada sekolah unggul dari salah satu negara OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan
Menerapkan standar kelulusan dari sekolah yang lebih tinggi dari Standar Kompetensi Lulusan.
3 Proses Pembelajaran
Memenuhi Standar Proses
Proses pembelajaran pada semua mata pelajaran menjadi teladan bagi sekolah/ madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneural, jiwa patriot, dan jiwa inovator.Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
30
Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran.Pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia.
Pembelajaran dengan bahasa Inggris untuk mata pelajaran kelompok sains dan matematika untuk SD/MI baru dapat dimulai pada Kelas IV.
4 Penilaian Memenuhi Standar Penilaian
Diperkaya dengan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/ atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
5 Pendidik Memenuhi Standar Pendidikan
Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK.Guru mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa Inggris.
Minimal 10% guru berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SD/MI.
Minimal 10% guru berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMP/MTs.
Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari Perguruan Tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMA/SMK/MA/MAK.
31
6 Tenaga Kependidikan
Memenuhi Standar Tenaga Kependidikan
Kepala Sekolah/ Madrasah berpendidikan minimal S2 dari Perguruan Tinggi yang program studinya berakreditasi A dan telah menempuh pelatihan Kepala Sekolah/ Madrasah dari lembaga pelatihan kepala sekolah yang diakui oleh pemerintah.
Kepala Sekolah/ Madrasah mampu berbahasa Inggris secara aktif.Kepala Sekolah/ Madrasah bervisi internasional, mampu membangun jejaring internasional, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan entrepreneural yang kuat.
7 Sarana dan Prasarana
Memenuhi Standar Sarana dan Prasarana
Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK.
Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia.
Dilengkapi dengan ruang multimedia, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain sebagainya.
8 Pengelolaan Memenuhi Standar Pengelolaan
Meraih sertifikat ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO 14000
Merupakan sekolah/ madrasah multi-kultural.Menjalin hubungan "sister school" dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri.
Bebas narkoba dan rokok.Bebas kekerasan (bullying).Menerapkan prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah.
32
Meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni, dan olah raga.
9 Pembiayaan Memenuhi Standar Pembiayaan
Menerapkan model pembiayaan yang efisien untuk mencapai berbagai target Indikator Kunci Tambahan.
2.5 Sekolah Bertaraf Internasional Sebagai Suatu Sistem
Sebagaimana sekolah sebagai suatu sistem, maka Sekolah Bertaraf
Internasional (SBI) memiliki Masukan (Input) yang berasal dari proses
sebelumnya yang disebut sebagai Pemasok (Supplier) dan masukan
tersebut terdiri atas beberapa Sumber Daya (Resources). SBI juga
memiliki Proses (Process) atau Aktivitas (Activity) yang harus
merupakan aktivitas bernilai tambah (value-added activity). Antara
keluaran dengan masukan terdapat hubungan Umpan Balik
(Feedback) sebagai respon atas pengendalian terhadap kinerja
proses atau kapabilitas proses. Ukuran Kinerja (Operational Metrics)
disebut efisien (bernilai tambah) jika berkaitan dengan penggunaan
sumber daya dan disebut efektif (akurat dan presisi) jika berkaitan
dengan produk yang dihasilkan.
Proses akan mengubah masukan menjadi Keluaran (Output)
berupa Produk (Product), yang apabila produk tersebut sesuai dengan
karakteristik atau spesifikasi yang dipersyaratkan disebut sebagai
Hasil (Outcome), dan harus berdampak positif (Positive Impact)
terhadap proses berikutnya, yang disebut Pelanggan (Customer).
33
Ukuran kinerja antara lain hasil (outcome) terhadap visi, misi dan
sasarsan disebut sebagai ukuran strategis (strategic metrics) proses,
yang diantaranya merupakan proses berdaya tahan (sustainable) dan
berdaya saing (competitiveness).
Masukan dari Sistem Pembelajaran
Adapun Sumber Daya (Resources) yang berperan sebagai Masukan
(Input) dari sistem pembelajaran sebagai berikut:
1. Peserta Didik
Diawali dengan proses seleksi yang sesuai meliputi Seleksi
Administrasi, Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosi
(EQ), dan Kecerdasan Rohani (SQ), serta Kecerdasan Daya
Juang (AQ) agar memperoleh calon peserta didik sebagai sumber
daya bahan baku proses yang harus memiliki potensi kecerdasan
dan kompetensi atau spesifikasi awal yang harus sesuai dengan
kualifikasi (ukuran) yang telah dipersyaratkan.
2. Kurikulum
Mutu setiap Sekolah Bertaraf Internasional dijamin dengan
keberhasilan melaksanakan kurikulum secara tuntas. Kurikulum
merupakan acuan dalam penyusunan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Masukan kurikulum berupa kurikulum
yang diperkaya dari Standar Internasional (misalnya dari
Cambridge atau International Baccalaureate Organization) serta
34
dari sekolah yang berasal dari negara-negara dalam kelompok
OECD.
3. Pendidik
Mutu setiap Sekolah Berstandar Internasional dijamin dengan guru
yang menunjukkan kinerja yang optimal (efektif) sesuai dengan
tugas profesionalnya. Pendidik memiliki peranan yang strategis
karena mempunyai tugas profesional untuk merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Proses
peningkatan kompetensi peserta didik sangat dipengaruhi oleh
pendidik/ guru yang efektif yaitu dapat memotivasi peserta didik,
bukan karena takut kepada gurunya. Di samping itu juga memiliki
komitmen sebagai pendidik yang ditunjukkan dengan
kebermaknaan dalam hidup (meaning), kebersamaan sebagai
anggota satuan pendidikan (membership) dan pengetahuan untuk
menjadi pendidik yang unggul (mastery, professional, integrity)
serta memenuhi kualifikasi sebagaimana yang telah ditetapkan
dalam pedoman.
4. Suasana Akademik
Proses pembelajaran aktif, kreatif, interaktif, menyenangkan,
gembira, produktif, menantang, memotivasi, yang memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian yang
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
35
psikologis peserta didik, tidak akan tercipta apabila tidak didukung
oleh adanya suasana akademik nyaman dan menunjang, sebagai
sumber daya lingkungan (environment).
5. Sarana dan Prasarana
Mutu setiap Sekolah Bertaraf Internasional dijamin dengan
kewajiban sekolah memiliki dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran
yang teratur dan berkesinambungan. Tersedianya Sarana dan
Prasarana yang mendukung penyelenggaraan Sekolah Bertaraf
Internasional sebagaimana ditetapkan dalam pedoman serta
dalam keadaan mutakhir (up-to-date) dan lengkap.
Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran, sebagaimana diamanatkan pada Standar
Nasional Pendidikan tentang Standar Proses, maka proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minatm dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk memenuhi amanat proses pembelajaran secara aktif,
inspiratif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan, gembira, dan
produktif tersebut, maka diselenggarakan dengan menerapkan proses
36
pembelajaran secara Revolusi Belajar (Learning Revolution),
Pengajaran dan Belajar Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning), Pengajaran dan Belajar Kuantum (Quantum Learning and
Teaching) serta yang dapat memfasilitasi Kecerdasan Majemuk
(Multiple Intelligence). Sumber Daya yang berperan pada proses
adalah Sumber Daya Akademik yang merupakan bagian dari Sumber
Daya Lingkungan.
Keluaran dari Sistem Pembelajaran
Secara spesifik, menurut Madi (2009), Keluaran sekolah
mencakup output dan outcome. Output sekolah adalah hasil belajar
yang merefleksikan seberapa baik peserta didik mampu mengikuti
proses pembelajaran. Idealnya, hasil belajar harus mengekspresikan
tiga unsur kemampuan, yaitu daya pikir, daya kalbu, dan daya fisik.
Pertama, kemampuan daya pikir tidaklah semata-mata hanya Ujian
Akhir Sekolah Bertaraf Nasional (UASBN), akan tetapi harus juga
mengukur kemampuan berpikir ganda, seperti berpikir kritis, kreatif,
mengukur prestasi belajar berupa nalar, eksploratif, diskoveri, dan
berpikir sistem. Kedua, hasil belajar harus juga mengukur kemampuan
daya kalbu, yang pada dasarnya adalah mengukur kualitas karakter
manusia, seperti misalnya iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kasih sayang, kejujuran, kesopanan, toleransi,
tanggungjawab, keberanian moral, komitmen, disiplin diri, dan
37
estetika. Ketiga, hasil belajar harus juga mengukur daya fisik, yang
meliputi keterampilan olahraga (atletik, sepakbola, badminton, dsb.),
kesehatan (daya tahan, bebas penyakit), dan kesenian (musik, visual,
teater, dan kriya). Oleh karena itu, tidaklah cukup jika hasil belajar
hanya diukur dengan hasil tes berupa nilai akhir UASBN.
Outcome adalah dampak jangka panjang dari output/hasil
belajar, baik dampak bagi tamatan maupun bagi masyarakat.
Idealnya, hasil belajar selalu terkait erat dengan outcome. Dalam
kenyataan, tidak selalu demikian karena outcome dipengaruhi oleh
banyak faktor di luar hasil belajar. Sekolah yang baik mempersiapkan
dan memberikan kesempatan/akses kepada tamatannya untuk
meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan dapat
mengembangkan diri dalam kehidupan.
Standar Keluaran: Sekolah menghasilkan output/hasil belajar
yang memadai dalam prestasi akademik dan prestasi non-akademik
(olah raga, kesenian, keagamaan, keterampilan kejuruan, dsb.).
Sekolah menggunakan alat evaluasi yang relevan untuk mengukur
hasil belajar ganda (prestasi akademik dan prestasi non-akademik),
yang dibuktikan oleh tingkat validitas, reliabilitas, obyektivitas, dan
otentisitas yang tinggi.
38
2.6 Audit Manajemen Atas Sistem Pembelajaran
Keberhasilan suatu lembaga pendidikan dipengaruhi oleh sistem
pendidikan yang telah diterapkan dan kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh lembaga pendidikan tersebut. Untuk menilai efisiensi dan
efektivitas suatu sistem pembelajaran maka dilakukan audit atas
sistem pembelajaran. Tahapannya adalah :
1. Survei Pendahuluan
Tahap pertama yang dilakukan auditor adalah melakukan survei
pendahuluan untuk mengenal kegiatan operasional yang diaudit.
Disini auditor menggunakan daftar pertanyaan yang ditujukan
kepada Direktur Sekolah serta observasi secara langsung.
2. Pengumpulan Data-data
Tujuan pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data
yang faktual. Kemudian data faktual yang ada dibandingkan
dengan peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah. Hal ini
dilakukan dengan cara observasi dan wawancara yang dilakukan
dengan kepala sekolah, guru, dan siswa sekolah tersebut.
3. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Intern
Penelaahan dan pengujian atas sistem pembelajaran dilakukan
melalui perbandingan atas peraturan yang telah ditapkan oleh
pemerintah dengan praktek yang dilakukan di lapangan. Hal ini
dilakukan dengan membuat daftar Internal Control Questionnaire
dan Compliance Test. Dari hasilnya dapat diketahui apakah sistem
39
pembelajaran yang diterapkan di sekolah tersebut telah sesuai
dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
4. Pengujian Terinci
Pada tahap pengujian ini akan dilakukan pengujian dengan teknik
Uji Ketaatan (Compliance Test). Hal ini dilakukan untuk menguji
daftar Internal Control Questionnaire dan Compliance Test yang
telah dilakukan sebelumnya. Jawaban pihak manajemen sekolah
atas Internal Control Questionnaire yang diberikan harus diuji
kebenarannya dengan mengambil beberapa sampel untuk
dilakukan tes.
5. Melaporkan Hasil Audit Manajemen
Laporan audit manajemen merupakan langkah terakhir dalam audit
manajemen pada sistem pembelajaran. Di dalam laporan tersebut
auditor akan memaparkan mengenai temuan-temuan, saran, dan
kesimpulan.