bab 2 landasan teori -...

37
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Internet, Intranet dan Ekstranet 2.1.1 Internet Konsep Internet berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.98), mengacu pada jaringan fisik yang menghubungkan komputer di seluruh dunia. Bentuk ini terdiri dari infrastruktur jaringan server dan link komunikasi antara mereka yang digunakan untuk menyimpan dan mengangkut informasi antara PC client dan server web. Konsep Internet berdasarkan Martin et al (2009, p.112), yaitu serangkaian jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP dengan koneksi yang mengarah ke lebih dari satu jaringan yang tidak menggunakan protokol TCP/IP. Jadi Internet adalah serangkaian jaringan fisik yang menggunakan protocol TCP/IP yang terdiri dari infrastruktur jaringan server dan link komunikasi untuk menyimpan dan berbagi informasi. 2.1.2 Intranet Konsep Intranet berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.12), yaitu sebuah jaringan pribadi dalam satu perusahaan yang menggunakan standar internet untuk memungkinkan karyawan untuk mengakses dan berbagi informasi dengan menggunakan teknologi penerbitan web. Konsep Intranet berdasarkan Stair dan Reynolds (2010, p.10) adalah sebuah jaringan internal yang berbasis pada teknologi web yang memperbolehkan orang- orang di dalam organisasi untuk saling bertukar informasi dan mengerjakan proyek. Jadi Intranet adalah suatu jaringan pribadi internal dalam perusahaan yang berbasis pada teknologi web yang bermanfaat untuk karyawan dalam mengakses dan berbagi informasi dalam mengerjakan suatu proyek.

Upload: hoangnhi

Post on 09-Aug-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Internet, Intranet dan Ekstranet

2.1.1 Internet

Konsep Internet berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.98), mengacu pada

jaringan fisik yang menghubungkan komputer di seluruh dunia. Bentuk ini terdiri

dari infrastruktur jaringan server dan link komunikasi antara mereka yang digunakan

untuk menyimpan dan mengangkut informasi antara PC client dan server web.

Konsep Internet berdasarkan Martin et al (2009, p.112), yaitu serangkaian

jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP dengan koneksi yang mengarah ke

lebih dari satu jaringan yang tidak menggunakan protokol TCP/IP.

Jadi Internet adalah serangkaian jaringan fisik yang menggunakan protocol

TCP/IP yang terdiri dari infrastruktur jaringan server dan link komunikasi untuk

menyimpan dan berbagi informasi.

2.1.2 Intranet

Konsep Intranet berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.12), yaitu sebuah

jaringan pribadi dalam satu perusahaan yang menggunakan standar internet untuk

memungkinkan karyawan untuk mengakses dan berbagi informasi dengan

menggunakan teknologi penerbitan web.

Konsep Intranet berdasarkan Stair dan Reynolds (2010, p.10) adalah sebuah

jaringan internal yang berbasis pada teknologi web yang memperbolehkan orang-

orang di dalam organisasi untuk saling bertukar informasi dan mengerjakan proyek.

Jadi Intranet adalah suatu jaringan pribadi internal dalam perusahaan yang

berbasis pada teknologi web yang bermanfaat untuk karyawan dalam mengakses dan

berbagi informasi dalam mengerjakan suatu proyek.

8

2.1.3 Ekstranet

Konsep Ekstranet berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.15), yaitu layanan

yang disediakan melalui internet dan teknologi web yang disampaikan dengan

memperluas intranet di luar perusahaan untuk pelanggan, pemasok dan kolaborator.

Konsep Ekstranet berdasarkan Stair dan Reynolds (2010, p.15) yaitu sebuah

jaringan yang berbasis pada teknologi web yang memungkinkan pihak –pihak luar

yang terpilih, seperti mitra bisnis dan konsumen, untuk mengakses sumber daya yang

diijinkan oleh intranet sebuah perusahaan.

Jadi Ekstranet adalah sebuah layanan jaringan yang berbasis pada teknologi

web dengan cara memperluas intranet perusahaan untuk mitra bisnis perusahaan.

2.2 Sistem Informasi

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi

Konsep Sistem Informasi berdasarkan Stair dan Reynolds (2010, p.10) bahwa

sistem informasi adalah seperangkat elemen yang saling terhubung atau komponen-

komponen yang mengumpulkan, memanipulasi, menyimpan dan menyebarkan data

dan informasi. Dan juga menyiapkan feedback untuk mencapai suatu objektif yang

diperlukan.

Konsep Sistem Informasi berdasarkan O’Brien (2005, p.7) adalah gabungan

suatu kegiatan yang terorganisir dari user, hardware, software, jaringan komunikasi

dan sumber data.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi

adalah suatu kegiatan yang saling terhubung dari berbagai komponen – komponen

yang mendapatkan, menyimpan dan mengolah data.

A. Komponen Sistem Informasi

1. Komponen Input

Input merupakan data yang masuk ke dalam sistem informasi.

2. Komponen Model

Kombinasi prosedur,logika,dan model matematika yang memproses data

yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah di tentukan untuk

menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3. Komponen Output

9

Output informasi yang berkualitas dan dokumentasi yang berguna untuk

semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.

4. komponen Teknologi

Teknologi merupakan alat dalam sistem informasi, teknologi digunakan

untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data,

menghasilkan dan mengirimkan output dan memantu pengendalian sistem.

5. Komponen Basis Data

Merupakan kumpulan data yang saling berhubungan yang tersimpan di dalam

komputer dengan menggunakan software database.

6. Komponen Kontrol

Pengendalian yang dirancang untuk menanggulangi gangguan terhadap

sistem informasi.

B. Karakter Sistem informasi

1. Sistem informasi memiliki komponen yang berupa sub sistem yang

merupakan elemen-elemen yang lebih kecil yang membentuk sistem

informasi tersebut misalnya bagian input, proses, output. Contoh input adalah

salesman memasukan data penjualan bulan ini, maka disana terdapat manusia

yang melakukan pekerjaan input dengan menggunakan hardware keyboard

dan menggunakan interface sebuah aplikasi laporan penjualan yang sudah di

sediakan oleh sistem informasi tersebut.

2. Ruang lingkup sistem informasi yaitu ruang lingkup yang ditentukan dari

awal pembuatan yang merupakan garis batas lingkup kerja sistem tersebut

sehingga sistem informasi tersebut tidak bersinggungan dengan sistem

informasi lainnya.

3. Tujuan sistem informasi adalah hal pokok yang harus ditentukan dan dicapai

dengan menggunakan sistem informasi tersebut, sebuah informasi dianggap

berhasil apabila dapat mencapai tujuan tersebut.

10

4. Lingkungan sistem informasi yaitu sesuatu yang berada diluar ruang lingkup

sistem informasi yang dapat mempengaruhi sistem informasi, hal ini urut

dipertimbangkan pada saat perencanaan sistem informasi.

2.3 Data

Konsep data menurut Malhotra (2010, p.132) terbagi atas dua, yaitu primary

data dan secondary data. Primary data yaitu data yang berasal dari peneliti khusus

untuk mengatasi masalah penelitian. Secondary data yaitu data yang dikumpulkan

untuk beberapa tujuan lain selain masalah yang dihadapi. Secondary data terbagi atas

internal data dan eksternal data. Internal data adalah data yang tersedia dalam

sebuah penelitian pada suatu organisasi yang sedang berjalan. Eksternal data adalah

data yang berasal dari luar organisasi.

Data adalah fakta mentah yang menggambarkan karakteristik dari suatu

peristiwa atau obyek. Sebelum era informasi, manajer yang mengumpulkan secara

manual dan menganalisis data, memakan waktu dan tugas yang rumit tanpa itu

mereka akan memiliki sedikit wawasan tentang bagaimana untuk menjalankan bisnis

mereka. Data yang kurang akurat , manajer sering menemukan diri mereka membuat

keputusan bisnis tentang berapa banyak karyawan untuk disewa berdasarkan pada

perasaan intuisi atau usus. Dalam era informasi, manajer yang sukses

mengkompilasi, menganalisis dan memahami data dalam jumlah besar setiap hari,

yang membantu mereka membuat keputusan bisnis yang lebih sukses.

Memahami data merupakan bagian penting dari bentuk disiplin dalam

analisis sistem, dan harus dilihat seperti itu. Analisis sistem melibatkan studi dari

(antara lain) dataflow dan penyimpanan data. Dataflow bekerja dengan bagaimana

data bergerak melalui organisasi, dari orang ke orang dan tempat ke tempat. Ia

berkonsentrasi pada proses data yang harus dijalani dan bagaimana hal itu diubah

oleh proses-proses tersebut. Perhatian utama di sini adalah dengan penyimpanan data

dan kita menggunakan istilah database untuk menggambarkan semua data yang

tersimpan dalam sistem.

Sebuah elemen data adalah setiap bagian data yang perusahaan butuhkan

seperti hal –hal Nama Pelanggan, Alamat, Nomor telepon, Quantity di saham,

Warna, Tinggi, Waktu Kedatangan, dan sebagainya

11

Dalam sistem komputer elemen data harus didefinisikan sangat erat. Sebagai

manusia kita memiliki pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menyimpulkan

hal-hal dari data yang ambigu atau tidak konsisten. Dalam sistem komputer, semua

data harus dijelaskan ke sistem, dan akan memperlakukan setiap nilai yang berbeda

dari elemen data sebagai dasarnya hal yang berbeda. Sistem komputer dibatasi untuk

definisi data lebih ketat daripada yang diperlukan dalam sistem manual.

2.4 Analisis dan Perancangan Sistem

2.4.1 Pengertian Analisis Sistem

Konsep analisis berdasarkan Satzinger (2010, p.4) adalah sebuah proses

dalam memahami dan menangkap sistem informasi secara detail agar ke depannya

dapat merekomendasikan sistem yang lebih baik dan fungsional dari saat ini.

Konsep analisis berdasarkan Bentley dan Whitten (2007, p.32) adalah sebuah

pembelajaran mengenai masalah suatu bisnis dalam merekomendasikan

pengembangan dan mendefinisikan suatu persyaratan yang dibutuhkan dalam suatu

solusi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis

adalah sebuah proses pembelajaran yang isinya memahami dan menangkap sistem

informasi secara detail agar suatu masalah dalam bisnis dapat ditemukan solusinya

dengan sebuah pemikiran yang mengarah ke pengembangan.

2.4.2 Pengertian Perancangan Sistem

Konsep perancangan berdasarkan Satzinger (2010, p.33) adalah sebuah

proses dalam menentukan suatu hal secara detail bagaimana komponen-komponen

dapat diimplementasikan.

Konsep perancangan berdasarkan Bentley dan Whitten (2007, p.33) adalah

sebuah pengembangan atau sebuah hal yang spesifikasi dari solusi teknikal.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

perancangan adalah sebuah proses pengembangan dalam menentukan suatu hal

secara detail dan spesifikasi dalam komponen-komponen yang nantinya akan

diimplementasikan

12

2.5 e-Commerce dan e-Business

2.5.1 Pengertian e-Commerce

Konsep e-commerce berdasarkan Laudon dan Traver (2012, p.49) adalah

proses kegiatan transaksi dalam hal membeli ataupun memasarkan suatu produk baik

barang ataupun jasa yang dilakukan secara elektronik, dalam hal ini pihak penjual

adalah suatu organisasi dan pihak pembeli adalah perorangan atau bisa disebut juga

business to customer.

Konsep e-commerce berdasarkan Turban (2010, p.46) adalah suatu proses

membeli, menjual, memindahkan, atau menukar produk, jasa dan informasi melalui

jaringan komputer.

Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa e-commerce

yaitu suatu proses kegiatan transaksi baik itu berupa barang maupun jasa yang

dilakukan melalui jaringan komputer.

E-commerce sering hanya dianggap untuk merujuk pada membeli dan

menjual menggunakan internet, orang langsung berpikir pembelian ritel konsumen

dari perusahaan seperti Amazon. Tapi e-commerce melibatkan lebih dari elektronik

yang melayani transaksi keuangan antara organisasi dan pelanggan. E-commerce

harus dipertimbangkan karena semua transaksi elektronik yang melayani antara

organisasi dan pihak ketiga berhubungan dengan itu. Dengan definisi ini, transaksi

non finansial seperti permintaan pelanggan untuk informasi lebih lanjut juga akan

dianggap sebagai bagian dari e-commerce.

2.5.2 Pengertian e-Business

Konsep e-business berdasarkan Rainer dan Cegielski (2011, p.201) adalah

sebuah konsep yang ruang lingkupnya lebih luas dari e-commerce. Selain pembelian

dan penjualan barang dang jasa, e-business juga mengacu dalam hal melayani

pelanggan, berkolaborasi dengan mitra bisnis dan melakukan kegiatan transaksi

elektronik dalam sebuah organisasi.

Konsep e-business berdasarkan Dave Chaffey (2011, p.13) adalah kegiatan

mediasi yang menggunakan elektronik untuk bertukar informasi yang mencakup

dalam organisasi dan stakeholder yang berada di luar perusahaan dan masih dalam

ruang lingkup proses bisnis.

13

Jadi konsep e-business adalah semua bentuk kegiatan pertukaran informasi

secara elektronik yang melayani baik di dalam organisasi dan dengan pemangku

kepentingan eksternal yang mendukung berbagai proses bisnis. Inti dari e-business

yaitu sebagai konsep yang dapat diterapkan untuk strategi dan operasi.

2.6 Supply Chain Management

2.6.1 Pengertian Supply Chain Management

Konsep Supply Chain Management berdasarkan Satzinger (2010, p.9) adalah

sebuah sistem yang dengan halus mengintegrasikan suatu pengembangan produk,

akuisisi produk, manufaktur, dan manajemen persediaan.

Konsep Supply Chain Management berdasarkan Turban (2010, p.289) adalah

proses yang kompleks yang membutuhkan koordinasi dari berbagai kegiatan agar

pengiriman barang dan jasa dari supplier ke pelanggan dilakukan secara efektif dan

efisien bagi seluruh pihak yang berkaitan.

Supply Chain Management terdiri dari semua pihak yang terlibat langsung

maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan. Supply Chain

meliputi tidak hanya produsen dan pemasok, tetapi juga pengangkut, gudang,

pengecer, dan bahkan pelanggan sendiri. Dalam setiap organisasi, seperti produsen,

Supply Chain mencakup semua fungsi yang terlibat dalam menerima dan mengisi

permintaan pelanggan. Fungsi-fungsi ini meliputi pada, pengembangan produk baru,

pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan.

Supply Chain yang khas mungkin melibatkan berbagai tahapan, termasuk

yang berikut:

•Pelanggan

•Pengecer

•Grosir/Distributor

•Produsen

•Pemasok bahan baku

Setiap tahap dalam rantai pasokan dihubungkan melalui aliran produk, informasi dan

dana. Arus ini sering terjadi di kedua arah dan dapat dikelola oleh salah satu tahapan

atau perantara.

14

Tujuan dari Supply Chain adalah untuk memaksimalkan nilai keseluruhan

yang dihasilkan. Nilai (juga dikenal sebagai surplus dari Supply Chain) Supply Chain

menghasilkan perbedaan antara nilai produk akhir kepada pelanggan dan biaya

Supply Chain.

Supply Chain Surplus = Customer Value – Supply Chain Cost

Nilai produk akhir dapat bervariasi dari setiap pelanggan dan dapat

diperkirakan dengan jumlah maksimum pelanggan yang bersedia membayar untuk

itu. Selisih antara nilai produk dan harga tetap sesuai dengan pelanggan sebagai

surplus konsumen. Sisa surplus Supply Chain menjadi profitabilitas rantai pasokan,

perbedaan antara pendapatan yang dihasilkan dari pelanggan dan biaya keseluruhan

di seluruh rantai pasokan.

2.6.2 Konsep Supply Chain Management

Terdapat dua konsep yang banyak digunakan dan dikembangkan dalam

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pergerakan barang menurut Indrajit dan

Djokopranoto (2006, p.9) yaitu:

1. Mengurangi jumlah supplier :

Konsep ini dikembangkan sejak akhir taun 1980-an yang bertujuan mengurangi

perbedaan, biaya-biaya negoisasi dan pelacakan (tracking). Konsep ini adalah awal

bentuk dari konsep multiple supplier ke single supplier. Dengan demikian cara lama

yang dahulu dianggap ampuh dengan cara tender terbuka menjadi tidak popular,

karena tender terbuka tidak menjamin terbatasnya jumlah supplier.

2. Mengembangkan supplier partnership / strategic alliance :

Konsep ini dikembangkan pada pertengahan 1990-an dan masih digunakan

sampai saat ini. Konsep ini menganggap bahwa dengan supplier partnership, key

suppliers untuk barang tertentu merupakan sumber strategi yang dapat diandalkan

dan dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam supply chain. Pada konsep

ini selalu dijalankan secara bersama dengan konsep perbaikan dalam biaya dan

kualitas barang.

15

Konsep model ini disebut juga sebagai The Interenterprise Supply Chain Model.

Model ini merupakan suatu mata dari supply chain yang disebut Four Step Model,

yang terdiri dari :

a. Supplier

b. Manufacturers (Terdiri dari beberapa unit)

c. Distributors (Terdiri dari distribution center, wholesaler)

d. Retailers

2.6.3 Push and Pull Supply Chain Models

Konsep push and pull supply chain models menurut Chopra dan Meindl

(2013, p.22) adalah semua proses dalam supply chain yang jatuh ke dalam salah satu

dari dua kategori tergantung pada waktu eksekusi mereka yang relatif untuk

mengakhiri permintaan pelanggan. dengan proses Pull, eksekusi dimulai untuk

mengantisipasi pesanan pelanggan berdasarkan ramalan.

Berbagai jenis sistem memerlukan jenis informasi yang berbeda. Sistem Push

dimulai dengan perkiraan yang digunakan untuk membangun jadwal produksi master

dan gulung kembali, membuat jadwal untuk pemasok dengan jenis bagian, jumlah,

dan tanggal pengiriman. Tarik sistem memerlukan informasi mengenai permintaan

aktual untuk ditransmisikan sangat cepat sepanjang seluruh rantai sehingga produksi

dan distribusi produk dapat mencerminkan kebutuhan riil akurat.

Proses Pull juga dapat disebut sebagai proses reaktif karena mereka bereaksi

terhadap permintaan pelanggan. Proses mendorong juga dapat disebut sebagai proses

spekulatif karena mereka menanggapi berspekulasi (atau diperkirakan) daripada

permintaan yang sebenarnya.

2.6.4 Komponen Utama Supply Chain Management

Konsep utama dalam supply chain management terbagi atas tiga berdasarkan Turban

(2013, p.288) yaitu :

1. Upstream Supply Chain

Kegiatan transaksi antara suatu organisasi atau perusahaan dengan

pemasok dan perantaranya. Procurement merupakan aktivitas utama

dalam kegiatan ini.

2. Internal Supply Chain

16

Seluruh kegiatan proses internal yang digunakan untuk mengubah input

dari supplier menjadi output pada perusahaan. Aktivitas supply chain

yang terdapat disini seperti manajemen produksi, memproduksi ,dan

mengendalikan stock. Seluruh aktivitas pada internal supply chain

membahas value chain perusahaan yang berisi tentang aktivitas utama

dan aktivitas pendukung perusahaan yang dijalankan perusahaan.

3. Downstream Supply Chain

Kegiatan transaksi antara suatu organisasi atau perusahaan dengan

pemasok dan perantaranya.

2.6.5 Faktor Penentu Keberhasilan Supply Chain Management

Konsep faktor penentu keberhasilan supply chain management berdasarkan

Anatan dan Ellitan (2008, p.101) adalah :

1. Proses Informasi

Aliran pembagian informasi pada supply chain perlu diperhatikan agar dapat

mengatasi masalah Bullwhip Effect. Perusahaan perlu mengaplikasikan

teknologi informasi ke dalam infrastruktur organisasi untuk mendukung

proses produksi, jaringan kerja dan penyimpanan data.

2. Biaya Transaksi

Ketidaktentuan permintaan yang melonjak tinggi dapat menimbulkan biaya

interaksi lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena kemungkinan dapat

menimbulkan rush order atau stock out lebih besar. Berbeda apabila

permintaan konsumen relatif stabil dan dapat diprediksi maka biaya

transaksinya akan semakin rendah.

3. Integrasi Aliran Persediaan

Suatu supply chain harus mampu mengintegrasikan aliran, baik itu dari awal

sampai akhir. Strategi aliran persediaan pada supply chain yang terintegrasi

bertujuan untuk mencegah timbulnya optimasi lokal. Tujuan utama dalam

mengkoordinasikan aliran barang dalam Supply chain management untuk

mengurangi, persediaan, meminimalkan biaya dan menyamakan kedudukan

antara penawaran dengan permintaan.

4. Information Sharing

Dalam information sharing terbagi atas dua yaitu Upstream dan Downstream.

Informasi upstream berisi mengenai pemesanan, peramalan dan informasi

17

penjualan, dan matriks kinerja supply chain. Informasi downstream berisi

mengenai perubahan informasi tentang kapasitas penyimpanan, jadwal

pengiriman, dan informasi produk. Dibutuhkan koordinasi dan integrasi

supply chain dalam proses produksi yang bertujuan untuk merespon

perubahan permintaan konsumen yang cepat.

2.7 e- Supply Chain Management

Pengertian e-Supply Chain Management berdasarkan Turban (2010, p.289)

yaitu suatu bentuk penggabungan dalam penggunaan teknologi dalam memperluas

proses business to business (B2B) dan meningkatkan kecepatan kinerja,

pengendalian tepat waktu dan kepuasan pelanggan. Selain itu tujuan utamanya

adalah untuk meningkatkan kegiatan operasi dan manajemen supply chain.

Konsep e-Supply Chain Management adalah suatu konsep manajemen

dimana dalam mengintegrasikan mitra kerja perusahaan, terutama hal-hal yang

berkaitan dengan supplier dengan memanfaatkan internet dan teknologi informasi

yang ada. Pengertian tersebut menurut Indrajit dan Djonopranoto (2006, p.169).

Berdasarkan jurnal yang dibuat Ivanovska dan Kaleshovska. 2013,

“ Implementation of e-Supply Chain Management” bahwa e-SCM adalah dimensi

baru yang dikembangkan dari hasil evolusi teknologi informasi dalam proses bisnis

organisasi terhadap partner organisasi yang dihubungkan dengan internet.

Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep e-supply chain management adalah

suatu kegiatan dalam proses bisnis yang menggabungkan penggunaan teknologi

dalam kegiatan bisnis dengan mitra kerja perusahaan dalam meningkatkan kinerja

dan kepuasan pelanggan.

2.7.1 Prinsip Dasar Dalam e-SCM

Prinsip dasar dalam e-Supply Chain Management berdasarkan Indrajit (2006,

p.130) terbagi atas tiga dalam perencanaannya dalam perusahaan, yaitu:

1. Dapat melihat bahwa hakikat informasi dalam hal ini harus merupakan

pengganti atau substitusi dari keberadaan inventory. Jadi sebuah informasi

harus diperlakukan sama dengan manajemen inventory.

18

2. Informasi yang mengalir dari mitra perusahaan ke perusahaan dan sebaliknya

harus sesuai informasi yang diberikan sehingga memberikan manfaat yang

signifikan terhadap proses e-SCM. Informasi tersebut keberadaannya harus

tepat waktu pada saat yang dibutuhkan karena dalam pengambilan keputusan

dibutuhkan informasi yang tepat waktu dan data yang dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Manajemen harus dapat mempertanggungjawabkan hubungan dengan mitra

perusahaan, karena hubungan dengan mitra perusahaan merupakan aset yang

berharga dan harus dibina sebaik-baiknya. Tujuan dari hal tersebut agar

menghasilkan kinerja dalam kerja sama yang saling menguntungkan.

2.7.2 Keuntungan dari e-SCM

Keuntungan dari penggunaan e-SCM terbagi atas enam hal berdasarkan Dave

Chaffey (2011, p.289), diantaranya adalah:

1. Reduce order to delivery time

2. Reduce costs of manufacturing

3. Manage inventory more effectively

4. Improve demand forecasting

5. Reduce time to introduce new products

6. Improve aftermarket / post sales operations

2.7.3 Komponen e-SCM

Konsep e-SCM yang baik adalah memiliki komponen yang saling

mendukung. Berdasarkan Indrajit (2006, p.172) komponen tersebut adalah:

1. Supply Chain Replenishment

Suatu proses yang berkaitan dengan bagaimana cara pemasok saling

bekerja sama dalam menyediakan produk atau bahan – bahan yang

dibutuhkan oleh perusahaan sehingga memenuhi taget dan service level

yang direncanakan.

2. Collaborative Planning

Suatu proses yang memfokuskan diri pada aktivitas perencanaan yang

berkaitan dengan operasi, produksi, inventory, dan distribusi sehingga

keseluruhan bagian dalam perusahaan mengetahui fungsinya masing-

19

masing untuk mencegah adanya konflik yang dapat mengakibatkan tidak

terpenuhinya kebutuhan pelanggan.

3. Collaborative Product Development

Suatu proses mengenai aktivitas penciptaan suatu produk atau jasa yang

membutuhkan kerja sama antara berbagai mitra perusahaan dengan

perusahaan agar kualitas produk atau jasa dapat terpenuhi sesuai dengan

yang telah disepakati.

4. E-Procurement

Bentuk manifestasi baru dari proses pengadaan konvensional dimana

dalam aktivitas ini penerapan teknologi internet dan bentuk e-business

benar-benar di aplikasikan.

5. E-Logistic

Konsepnya sama dengan e-procurement, hanya saja ruang lingkup disini

berhubungan dengan aktivitas manajemen, pergudangan dan transportasi.

2.7.4 Preliminary Step

Konsep pengertian preliminary step berdasarkan Ross (2003, p.131-138)

yaitu untuk menerapkan strategi e-supply chain management yang membutuhkan

langkah – langkah dari preliminary step. Tujuan dari langkah – langkah preliminary

step adalah untuk memfokuskan perusahaan terhadap dampak dari arti e-business

pada semua orang, baik itu di dalam organisasi maupun mitra perusahaan dalam

jaringan supply chain. Preliminary step pada pengembangan strategi e-SCM

memiliki lima langkah pendekatan yaitu:

Step 1: Energize the Organization

Mempersiapkan organisasi untuk e-SCM sangat penting sebelum strategi bisnis yang

komprehensif dapat diaplikasikan. Dalam mempersiapkan organisasi untuk e-SCM

dibutuhkan dua inisiatif utama sumber daya manusia, yaitu membuat manajemen

tingkat atas untuk memulai usaha dan mengintegrasikan orang – orang di dalam

perusahaan ke dalam teknologi e-SCM.

Langkah-langkah berikut ini yang harus diikuti untuk menginformasi dan

mengaktifkan tim manajemen tingkat atas:

20

1. Edukasi SCM dan e-business

2. Bertindak sebagai sponsor atau penyokong

3. Mengembangkan strategi SCM

4. Mengembangkan sumber daya manusia pada perusahaan

5. Berinvestasi pada peningkatan supply chain

Bentuk inisiatif kedua dalam pengembangan strategi e-SCM selanjutnya

adalah dengan meningkatkan tingkat kemauan dalam bekerja pada orang-orang di

perusahaan. Terdapat 6 faktor utama dalam mengintegrasikan e-SCM dan orang-

orang di perusahaan. Faktor pendorong pertama berfungsi sebagai tema dalam

strategi bisnis, sedangkan 5 faktor lainnya sebagai pendukung.

1. Meningkatkan cara bekerja orang-orang di perusahaan

2. Membangun proses multi enterprise yang kuat dengan IT yang tepat

3. Menyeimbangkan peran antara manusia dengan teknologi

4. Mengatur proses multi enterprise secara fleksibel dan dinamis

5. Mengelola strategi perusahaan

6. Meningkatkan efektivitas individu

Step 2: Enterprise Vision

Melihat kekuatan daya saing bisnis adalah langkah selanjutnya dalam

membangun strategi e-SCM yang efektif. Dalam langkah ini berisi tentang

bagaimana mendefinisikan sifat kompetensi yang sifatnya kompetitif yang dimiliki

dalam infrastruktur saat ini. Dalam mendefinisikan visi tim eksekutif perusahaan

perlu dipikirkan beberapa faktor seperti :

1. Seperti apa sifat dahulu perusahaan ?

2. Bagaimana cara terdahulu perusahaan tersebut dalam mendekati pasar ?

3. Proses apa yang memberikan nilai lebih kepada pelanggan ?

4. Bagaimana perkembangan hubungan dengan supplier dengan seiringnya

waktu ?

5. Bagaimana sifat dari sisi internal organisasi ?

6. Apa saja kekuatan dan kelemahan dari mitra bisnis ?

7. Apa kemampuan yang paling penting dalam menciptakan dan

mempertahankan keunggulan kompetitif ?

21

Tujuan dari proses ini adalah untuk memastikan tingkat kesadaran yang

mendalam pada bagian tim eksekutif, mengenai apa artinya e-business untuk

perusahaan, langkah apa saja yang diperlukan perusahaan untuk membangun model

strategi e-SCM yang efektif dan bagaimana peran internet dalam suatu proses

tertentu.

Step 3: Supply Chain Value Assessment

Metode yang paling efektif untuk memulai penggabungan inisiatif internet,

proses bisnis, dan visi yang strategis adalah dengan menggunakan supply chain value

assessment (SCVA). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan

memprioritaskan langkah e-business yang harus dilakukan dan dapat memberikan

manfaat bagi perusahaan dan mitra bisnis perusahaan.

Dalam menerapkan SCVA yang efektif terbagi menjadi tiga hal pokok,

yaitu:

1. Tim kolaboratif yang terbentuk dari mitra supply chain perusahaan. Dasar

operasi tim ini adalah untuk mengintegrasikan supply chain, proses bisnis dan

pengetahuan e-business. Hal tersebut merupakan tanggung jawab tim untuk

mengidentifikasi perusahaan dan isu-isu bisnis supply chain dengan

menyiapkan proses model yang kompetitif dan mulai merinci implikasi

evolusioner dibandingkan pendekatan revolusioner untuk memanfaatkan e-

business demi keunggulan kompetitif.

2. Pada langkah yang kedua, tim SCVA memecahkan temuan mereka menjadi

critical performance indicator (KPIs) dan supply network opportunities.

Ketika garis besar solusi e-business kemungkinan menjadi jelas, maka tim

akan mulai mengidentifikasi dan membuat pendekatan yang mendetail dalam

solusi dan masalah, hambatan dan resiko , dan dijadikan tolak ukur untuk

memvalidasi kinerja masa depan.

3. Pada langkah yang ketiga, tim SCVA mulai mencocokkan KPIs dengan

aplikasi internet yang diusulkan untuk menentukan keputusan sebagai titik

objektif dari sebuah inisiatif, risk / return profil, faktor resiko utama, hasil

metrik, value adding processes impacted, nilai kompetensi yang dibutuhkan

dan dampak keseluruhan tentang organisasi dan supply chain. Ketika latihan

22

telah dilaksanakan, perusahaan dan mitra bisnis supply chain yang

mendukung kegiatan tersebut harus diberikan ringkasan yang detail tentang

kemungkinan memilih alternatif e-business. Dan kemudian daftar – daftar

tersebut yang akan digunakan dalam proses prioritasi yang akan datang.

Step 4: Opportunity Identification

Pada tahapan ini hal yang dilakukan adalah dengan memprioritaskan

kemungkinan alternative e-business. Untuk menyelesaikan tugas ini dibutuhkan tim

SCVA untuk membagikan inisiatif ke model yang evolutionary dan model

revolutionary. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memulai proses dalam

menentukan jenis implementasi e-SCM yang diinginkan, berbagai rangkaian peluang

kompetitif yang tersedia, dan perkiraan biaya untuk perusahaan dan mitra supply

chain.

Step 5: Strategy Decision

Setelah kesuluruhan tahap telah dilaksanakan, para eksekutif perusahaan

dapat memulai proses perencanaan inisiatif jaringan atau kelompok inisiatif

pendukung. Terlepas dari solusi yang diajukan melibatkan taktik evolusi atau strategi

berbasis web, keputusan harus fokus pada keuntungan yang diharapkan. Apakah

inisiatif e-SCM tersebut difokuskan pada mengotomatisasi dan mengintegrasikan

proses, mengurangi biaya dan meningkatkan arus informasi melalui supply chain,

atau melahirkan seluruh bisnis baru dan bentuk nilai pelanggan yang tidak penting.

Yang penting adalah pemahaman tim eksekutif dengan sendirinya bahwa

teknologi tidak menyelesaikan apa-apa, dan bahwa tujuan sebenarnya dari inisiatif e-

SCM adalah dengan memanfaatkan kekuatan mitra dagang untuk memperkuat

keuntungan pasar yang ada.

Pada tahap ini, langkah awal yang diperlukan untuk perencanaan strategi

jaringan nilai e-SCM telah selesai. Setelah ini bagian tim eksekutif mengalihkan

perhatian mereka untuk memilih strategi e-SCM perusahaan dan diatur dalam suatu

mekanisme untuk meninjau strategi yang berkelanjutan.

23

2.7.5 Bullwhip Effect

Konsep pengertian bullwhip effect berdasarkan Anatan dan Ellitan

(2008,p.99) adalah peramalan jumlah permintaan yang terjadi akan berfluktuasi

secara terus menerus jika sistem informasi dalam e-SCM buruk, artinya apabila

kondisi manufakur perusahaan semakin ke hulu, sehingga perusahaan tidak dapat

men-supply kuantitas permintaan yang ada.

Konsep pengertian bullwhip effect berdasarkan Pujawan (2005,p.193) adalah

sebuah permintaan yang relatif stabil di tingkat pelanggan akhir yang berubah

menjadi fluktuatif di bagian hulu supply chain dan semakin ke hulu peningkatannya

semakin besar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bullwhip

effect adalah jumlah permintaan yang realtif stabil namun berubah menjadi fluktuatif

di bagian hulu supply chain yang disebabkan jika sistem informasi dalam e-SCM

berjalan buruk.

Penyebab timbulnya bullwhip effect disebabkan oleh 4 faktor, yaitu:

1. Permintaan yang tidak stabil, hal ini membuat perusahaan mengambil

langkah antisipasi dengan membuat safety stock. Hal tersebut dikarenakan

proses sharing information yang tidak tepat.

2. Order Batching, dapat terjadi pada saat penumpukan order sehingga

perusahaan melakukan pemesanan secara periodik. Salah satu masalah yang

dihadapi untuk melakukan pemesanan secara periodik adalah masalah

transportasi, dimana perusahaan akan merugi apabila jika pemesanan yang

ada namun muatan pengirimannya tidak penuh.

3. Fluktuasi harga, hal ini terjadi karena adanya permintaan yang tinggi yang

disebabkan oleh promosi harga barang tersebut. Hal ini akan menyebabkan

rush order material meningkat dan mengakibatkan biaya pemesanan menjadi

tinggi.

4. Rationing, suatu kondisi dimana permintaan meningkat melebihi persediaan

yang ada sehingga menimbulkan kekacauan di supply chain management

yang ada.

24

2.8 Persediaan

Konsep persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan

untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Persediaan

terdiri dari barang setengah jadi dan barang jadi. Pengertian tersebut menurut

Ristono (2009, p.1).

Konsep persediaan menurut Alexandri (2009, p.135) adalah suatu aktiva yang

meliputi barang – barang milik perusahaan dengan tujuan untuk dijual dalam suatu

periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan

atau proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya

dalam suatu proses produksi.

Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah

barang-barang yang disimpan atau akan digunakan dalam waktu yang akan datang

atau periode tertentu. Baik itu barang yang sudah siap dipakai atau masih dalam

proses produksi.

2.8.1 Jenis Persediaan

Jenis persediaan dapat dibagi menjadi tiga macam berdasarkan tujuannya, hal

tersebut menurut Ristono (2009, p.7) yang diantaranya adalah:

a. Persediaan Pengamanan (Safety Stock)

Persediaan pengamanan atau yang sering disebut safety stock adalah

persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian dari

permintaan dan persediaan. Apabila safety stock tidak mampu

mengantisipasinya maka akan menyebabkan kekurangan persediaan

(stockout).

Faktor-faktor yang menentukan besarnya safety stock yaitu:

- Penggunaan bahan baku rata-rata

- Faktor lama atau procurement time.

b. Persediaan Antisipasi (Stabilization Stock)

Persediaan antisipasi atau stabilization stock merupakan persediaan

yang dilakukan untuk menghadapi hal fluktuasi permintaan yang telah

diperlukan sebelumnya

c. Persediaan Dalam Pengiriman (Transit Stock)

25

Persediaan dalam pengiriman disebut work in process stock yaitu

persediaan yang masih dalam pengiriman. Transit Stock dibagi atas dua jenis,

diantaranya adalah:

- Eksternal Transit Stock, yaitu persediaan yang masih berada dalam

transportasi

- Internal Transit Stock, yaitu persediaan yang masih menunggu untuk proses

atau menunggu sebelum dipindahkan.

2.8.2 Biaya Dalam Persediaan

Konsep faktor biaya dalam persediaan menurut Ristono (2009, p.4) dibagi

menjadi tiga, yaitu:

a. Biaya penyimpanan di gudang, semakin banyak barang yang disimpan

maka akan semakin besar biaya penyimpanannya.

b. Resiko kerusakan barang, semakin lama barang disimpan di gudang maka

semakin tinggi resiko kerusakan barang tersebut.

c. Resiko kadaluarsa barang, barang-barang yang tersimpan lama di gudang

semakin lama akan kadaluarsa atau out of date.

2.8.3 Fungsi dan Tujuan Dalam Persediaan

Fungsi persediaan dibagi menjadi tiga fungsi, pengertian tersebut menurut

Sumayang (2003, p.201-203), yang diantaranya adalah:

a. Menghilangkan pengaruh ketidakpastian

Dalam menghadapi ketidakpastian dalam sistem inventory ditetapkan

persediaan darurat yang disebut safety stock. Apabila sumber

ketidakpastian ini dapat dihilangkan, maka jumlah inventory maupun

safety stock dapat dikurangi.

b. Memberikan waktu luang untuk pengelolaan produksi dan pembelian

Pada proses memproduksi barang dalam jumlah besar memang

ekonomis, maka dari itu disimpan sebagai persediaan. Selama persediaan

masih ada maka proses produksi akan dihentikan dan akan dimulai lagi

apabila persediaan telah menipis. Beberapa pertimbangan berikut

memberikan kemudahan yang diantaranya adalah:

- Memberikan keuntungan untuk menyebarkan dan meratakan beban

biaya investasi pada sejumlah besar produk.

26

- Memungkinkan pengunaan satu peralatan untuk menghasilkan

bermacam-macam jenis produk.

c. Mengantisipasi demand dan supply

Persediaan disiapkan untuk menghadapi beberapa kondisi yang

menunjukkan perubahan pada demand dan supply , yaitu:

- Apabila ada perkiraan perubahan harga dan persediaan bahan baku.

- Sebagai persiapan dalam menghadapi promosi pasar dimana sejumlah

barang besar jadi disimpan untuk menunggu penjualan tersebut.

- Perusahaan yang melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan

mengalami perubahan produk pada kondisi permintaan yang rendah atau pada

kondisi musim lesu atau low season. Kelebihan produk ini akan disimpan

sebagai persediaan yang akan digunakan nanti apabila output tidak dapat

memenuhi lonjakan permintaan pada musim ramai atau peak season.

Tujuan dalam persediaan menurut Ristono (2009, p.4) adalah:

- Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat.

- Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan

tidak mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan

terhentinya proses produksi.

- Untuk mempertahankan dan apabila memungkinkan untuk

meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.

- Menjaga agar pembelian secara skala kecil dihindari karena dapat

membebani ongkos pengiriman.

- Menjaga agar penyimpanan dalam emplacement tidak terlalu besar

karena akan menyebabkan biaya menjadi besar.

2.9 Metode Analisa Bisnis

2.9.1 Value Chain Analysis

Konsep value chain analysis berdasarkan Pearce II dan Robinson (2008,

p.208) adalah sebuah metode yang digunakan untuk memahami bagaimana suatu

kegiatan bisnis dapat menciptakan nilai bagi pelanggannya dari berbagai aktivitas

27

yang ada. Kegiatan aktivitas disini terbagi menjadi dua yaitu aktivitas utama dan

aktivitas pendukung.

a. Aktivitas Utama

Aktivitas utama dalam perusahaan berkaitan dengan hal –hal yang terkait

tentang penciptaan barang jadi dari produk, pemasaran dan layanan

dengan customer. Aktivitas utama terdiri atas 5, diantaranya adalah,

1. Inbound Logistic

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan

perolehan bahan bakar, energy, bahan baku, suku cadang, barang

dagangan, dan perlengkapan lainnya dari pemasok, penerimaan,

penyimpanan, dan distribusi dari supplier.

2. Operation

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan asset yang berkaitan dengan

konversi input menjadi bentuk produk akhir (produksi, perakitan,

pengemasan, pemeliharaan peralatan, operasi fasilitas, penjaminan

mutu, perlindungan lingkungan)

3. Outbound Logistic

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan

barang jadi dari produk kepada pembeli.

4. Sales and Marketing

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan

upaya tenaga penjualan, iklan dan promosi, riset dan perencanaan

pasar, serta dukungan bagi dealer/distributor.

5. Service

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan

penyediaan bantuan bagi pembeli, seperti instalasi, pengiriman suku

cadang, pemeliharaan dan perbaikan, bantuan teknis, penanganan atas

pertanyaan dan keluhan dari customer.

28

b. Aktivitas Pendukung

Aktivitas pendukung adalah bentuk aktivitas dalam perusahaan yang

membantu perusahaan secara keseluruhan dengan cara menyediakan

infrastruktur atau masukan yang memungkinkan aktivitas-aktivitas primer

dilakukan secara berkelanjutan. Aktivitas pendukung terbagi atas

berbagai kegiatan, diantaranya adalah,

1. Firm Infrastructure

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan

manajemen umum, akuntansi dan keuangan, hukum dan masalah

peraturan, keselamatan dan keamanan, sistem informasi manajemen,

dan fungsi-fungsi “overhead” lainnya.

2. Human Resource Management

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan

perekrutan, pelatihan, pengembangan, dan kompensasi dari seluruh

jenis karyawan, aktivitas hubungan dengan karyawan, pengembangan

keahlian yang berbasis pengetahuan.

3. Technological Development

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan

produk, proses, perbaikan desain proses, desain peralatan,

pengembangan software komputer, sistem telekomunikasi, desain dan

rekayasa dengan bantuan komputer, kapabilitas basis data , dan

pengembangan sistem pendukung yang terkomputerisasi.

4. Procurement

Suatu rangkaian aktivitas, biaya, dan aset yang berkaitan dengan

pembelian dan penyediaan bahan baku, perlengkapan, jasa.

29

Gambar 2. 1 Value Chain

Sumber: Pearce II dan Robinson (2008, p. 209)

2.9.2 Five Forces Porter

Untuk mengetahui lingkungan kompetitif pada perusahaan dapat diketahui

melalui lima kekuatan yang ada. Berdasarkan teori Five Forces Porter (2011, p.106)

dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Ancaman persaingan dari perusahaan lain

Persaingan antara perusahaan yang telah ada merupakan kekuatan utama

dalam sebuah persaingan. Sesuatu yang dilakukan perusahaan hanya akan

berarti apabila hasil yang didapat dapat memberikan keunggulan yang

kompetitif terhadap pesaing.

Di bawah ini ada beberapa hal yang menyebabkan persaingan yang tinggi

di antara perusahaan adalah:

• Jumlah pesaing yang banyak

• Perusahaan pesaing yang memiliki kemampuan yang sama

• Penurunan permintaan

30

• Perusahaan pesaing memiliki produk yang sama

• Pelanggan dapat berganti ke merek lain dengan mudah

b. Ancaman persaingan dari perusahaan baru

Pada saat perusahaan baru dapat dengan mudah masuk ke dalam suatu

industry, maka otomatis persaingan yang ada pada industry tersebut akan

meningkat. Perusahaan yang telah ada akan mengidentifikasi ancaman

perusahaan baru dan akan melakukan tindakan yang diperlukan untuk

mengantisipasi ancaman dari perusahaan baru. Tindakan yang umum

dilakukan adalah dengan menurunkan harga, meningkatkan pelayanan,

dan menambahkan suatu bentuk fitur terbaru.

c. Ancaman dari produk substitusi

Bentuk persaingan dari produk substitusi semakin meningkat pada saat

harga produk pesaing menjadi lebih murah dan switching cost pelanggan

menjadi menurun. Kekuatan kompetitif dari produk substitusi dapat

dinilai dari pangsa produk tersebut dan kemampuan perusahaan dalam

meningkatkan kapasitasnya serta melakukan penetrasi pasar.

d. Ancaman kekuatan daya tawar menawar supplier

Daya tawar menawar supplier dapat mempengaruhi tingkat persaingan

dalam suatu industry, terutama pada saat terdapat sedikit supplier namun

hanya ada sedikit substitusi dari bahan baku, atau switching cost untuk

bahan baku yang tinggi. Untuk mengatasi kekuatan persaingan dari daya

tawar menawar supplier banyak perusahaan yang melakukan kerjsasama

dengan supplier.

e. Ancaman kekuatan daya tawar menawar konsumen

Ancaman persaingan dari daya tawar menawar konsumen meningkat pada

saat jumlah pembeli sedikit dan pembeli yang ada membeli dalam jumlah

besar. Hal ini dapat mengakibatkan perusahaan dalam industri bersaing

semakin ketat dalam memperebutkan pelanggan.

2.10 Object Oriented Analysis and Design (OOAD)

Konsep object oriented analysis and design menurut Satzinger (2010, p.60)

adalah menentukan semua objek yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan dalam

31

sistem dan untuk berkomunikasi dengan orang-orang. Hal tersebut bertujuan untuk

menunjukkan bagaimana objek melakukan tugas hingga mampu diimplementasikan.

Konsep object oriented analysis and design menurut Whitten et al (2004,

p.31) adalah alat dan teknologi dalam mengembangkan sistem yang akan

.mengutilisasi objek untuk membangun sistem dan software nya.

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa object

oriented analysis and design adalah suatu metode dalam menentukan objek yang

dilakukan dalam melakukan pekerjaan dalam sistem dan untuk berkomunikasi

dengan orang-orang dengan cara menganalisis dan merancang sistem tersebut hingga

dapat diimplementasikan.

2.11 Unified Modeling Language (UML)

UML adalah singkatan dari Unified Modeling Language. Artinya UML

adalah bahasa. Sebagai bahasa, UML dapat digunakan untuk menggambarkan sistem

informasi yang dikembangkan menggunakan paradigm tradisional atau salah satu

dari banyak versi dari paradigma berorientasi objek, termasuk Unified Process.

Dengan kata lain, UML adalah notasi bukan metodologi. Notasi ini dapat digunakan

untuk berhubungan dengan metodolig apapun, konsep UML tersebut adalah menurut

Schach (2005, p.189-190).

Konsep UML berdasarkan Bennet et al (2010, p.118-119) adalah sebuah

grafik yang merupakan terdiri dari berbagai jenis bentuk yang dikenal dengan node,

dan dihubungkan dengan garis yang dikenal sebagai path.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa UML

merupakan suatu bahasa yang berupa grafik untuk menggambarkan pengembangan

suatu sistem informasi.

2.11.1 Activity Diagram

Konsep Activity Diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.141) menjelaskan

bahwa Activity Diagram hanyalah sebuah diagram alur kerja yang menggambarkan

kegiatan berbagai pengguna (atau sistem), orang yang melakukan setiap kegiatan dan

urutan dari berbagai aliran aktivitas mereka. Activity Diagram adalah salah satu dari

32

diagram UML yang berhubungan dengan pendekatan yang berorientasi dengan

objek, namun dapat digunakan juga pada pendekatan suatu pembangunan.

Konsep Activity Diagram berdasarkan Bennet et al (2010, p.113) bahwa

Activity Diagram digunakan untuk menggambarkan proses pembangunan dalam

Unified Process. Activity Diagram sangat berguna dalam menggambarkan urutan –

urutan dari proses bisnis dalam sebuah organisasi.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Activity

Diagram adalah bagian dari salah satu diagram UML yang menggambarkan alur

kerja pada suatu aktivitas maupun menggambarkan proses pembangunan dalam

Unified Process.

Gambar 2.2 menunjukan notasi-notasi dasar yang digunakan dalam

menggambarkan Activity Diagram.

Gambar 2. 2 Notasi Activity Diagram

Sumber: Satzinger (2010, p.142)

2.11.2 Use Case Diagram

Konsep Use Case Diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.242) bahwa Use

Case Diagram digunakan untuk mengidentifikasi kegunaan atau untuk

mengidentifikasi bagaimana sistem tersebut akan digunakan. Sebuah use case

diagram adalah cara yang nyaman untuk mendokumentasikan suatu kegiatan sistem.

33

Konsep Use Case Diagram berdasarkan Bennet et al (2010, p.154) adalah

suatu penjelasan fungsionalitas sistem dari sudut pandang pengguna. Yang dimaksud

dengan penjelasan fungsionalitas apabila sistem menyediakan dan menggambarkan

user mana yang berkomunikasi dengan sistem dalam cara menunjukkan

fungsionalitas.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Use Case

Diagram adalah sebuah diagram yang digunakan untuk mengidentifikasi kegunaan

atau mengidentifikasi bagaimana sistem tersebut akan digunakan secara fungsional.

Gambar 2.3 menunjukan notasi-notasi dasar yang digunakan dalam

menggambarkan Use Case Diagram.

Gambar 2. 3 Notasi Untuk Use Case Diagram

Sumber : Satzinger (2010, p.244)

2.11.3 Event Table

Konsep Event Table berdasarkan Satzinger (2010, p.168) adalah sebuah

katalog usecase yang berisi daftar peristiwa dalam baris dan potongan kunci

informasi tentang setiap peristiwa dalam kolom.

Konsep Event Table berdasarkan Muhairat, Al-Qutaish, dan Abdelqader (

2010, p253 ) adalah sebuah dokumentasi dari hasil analisa kejadian mengenai

kumpulan kegiatan dari proses usecase dan class diagram.

34

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Event Table

adalah sebuah dokumentasi yang berupa katalog yang berisi tentang kegiatan dan

peristiwa kunci informasi yang terdapat pada usecase.

Gambar 2.4 Menggambarkan penjelasan pada kolom-kolom yang terdapat di

dalam Event Table.

Gambar 2. 4 Event Table

Sumber: Satzinger (2010, p.169)

2.11.4 Class Diagram

Konsep Class Diagram berdasarkan Bennet et al. (2010, p.134) adalah bahwa

setiap use case analysis diuraikan secara terpisah untuk memasukkan detil sebuah

rancangan yang relevan. Model – model yang terpisah ini lalu diintegrasikan untuk

menghasilkan suatu rancangan class diagram yang detil.

Konsep Class Diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.60) yaitu model grafis

yang digunakan dalam perorientasian objek yang digunakan dalam pendekatan untuk

menunjukkan kelas dari objek dalam suatu sistem.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Class

Diagram yaitu sebuah model grafis yang terdiri dari bagian – bagian use case

analysis yang diintegrasikan untuk menghasilkan suatu rancangan.

Class Diagram terbagi atas tiga menurut Satzinger, diantaranya adalah:

35

a. Domain Model Class Diagram

Class Diagram digunakan untuk menunjukkan kelas objek untuk

suatu system. UML yang telah menjadi standar untuk model yang digunakan

dengan sistem pengembangan object oriented. Salah satu jenis class diagram

UML menunjukkan hal dalam users work domain atau disebut domain model

class diagram. Tipe lain dari notasi UML class diagram digunakan untuk

membuat design class diagrams ketika merancang suatu software. Simbol

domain kelas adalah rectangle dengan dua bagian. Bagian atas berisi nama

kelas dan bagian bawah berisi daftar atribut kelas. Nama kelas selalu diawali

dengan huruf kapital dan nama atribut selalu dengan huruf kecil. Hal tersebut

menurut Satzinger (2010, p,187).

Gambar 2.5 menggambarkan Domain Model Class Diagram.

Gambar 2. 5 Domain Model Class Diagram

Sumber: Satzinger (2010, p.187)

b. First Cut Design Class Diagram

First Cut Design Class Diagram dikembangkan dengan memperluas

domain model class diagram. Hal ini membutuhkan dua langkah yaitu

menguraikan pada atribut dengan jenis dan nilai awal informasi dan

menambahkan panah navigation visibility. Hal ini menurut Satzinger (2010,

p.413).

Terdapat beberapa panduan dalam menentukan arah panah navigation

visibility menurut Satzinger (2010, p.415), diantaranya adalah:

36

- One to Many Relationships yang menunjukkan hubungan

superior/subordinate biasanya dinavigasikan dari atas ke bawah. Contohnya

dari Order ke Order Item. Kadang-kadang hubungan ini membentuk hierarki

rantai navigasi,Contohnya dari catalog ke product item lalu ke inventory item.

- Mandatory Relationships, dimana objek dalam suatu kelas tidak bisa ada

tanpa objek kelas lain. Biasanya dinavigasi dari independent class ke

dependent class. Contohnya, dari Customer ke Order.

- Ketika sebuah objek membutuhkan informasi dari objek lain, panah

navigasi mungkin diperlukan untuk menunjuk baik ke objek itu sendiri atau

perusahaan induknya dalam suatu hirarki.

- Arah panah navigasi juga memungkinkan dua arah.

Gambar 2.6 menggambarkan First Cut Design Class Diagram.

Gambar 2. 6 First Cut Design Class Diagram

Sumber : Satzinger (2010, p.414)

c. Updating and Packaging The Design Classes

Untuk metode yang terakhir ini, pertama kita harus menambahkan method

signatures sebelum memfinalisasi tampilan. Terdapat tiga jenis metode yang

ditemukan di sebagian class, yaitu constructor methods, data get and set

methods, dan usecase specific methods. Data get and set methods mengambil

dan memperbarui nilai atribut. Karena setiap class harus mempunyai

constructor dan sebagian besar biasanya memiliki data get and set method,

hal ini merupakan pilihan untuk memasukkan method signatures ke dalam

37

desain class diagram. Yang ketiga yaitu usecase specific methods harus

dimasukkan ke dalam desain class diagram. Hal ini menurut Satzinger (2010,

p.457).

Gambar 2.7 menggambarkan Updating and Packaging The Design Classes.

Gambar 2. 7 Updating and Packaging The Design Classes

Sumber : Satzinger (2010, p.458)

2.11.5 Sequence Diagram

Konsep sequence diagram berdasarkan Bennet et al. (2010, p.262) adalah

ekuivalen semantic untuk mengkomunikasikan diagram dalam interaksi yang

sederhana dan menunjukkan sebuah interaksi diantara objek-objek yang disusun

dalam sebuah urutan waktu. Aplikasi umum dari sebuah sequence diagram adalah

mewakili interaksi yang terjadi untuk satu use case atau untuk satu operasi.

38

Konsep sequence diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.242) bahwa

digunakan untuk input dan output dan menunjukkan urutan dari messages antara

eksternal aktor dan sistem dalam use case atau skenario.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sequence

diagram yaitu sebuah diagram yang digunakan untuk input dan output dalam

menunjukkan urutan dari messages dan untuk mengkomunikasikan diagram dalam

interaksi yang sederhana dan menunjukkan sebuah interaksi pada objek-objek yang

disusun.

Terdapat empat tahapan dalam melakukan sequence diagram , diantaranya

adalah :

a. System Sequence Diagram (SSDs)

Diagram yang menunjukkan urutan pesan antara aktor eksternal dan

sistem selama kasus penggunaan atau scenario. Hal ini menurut Satzinger

(2010, p.242).

Gambar 2.8 menggambarkan System Sequence Diagram (SSDs).

Gambar 2. 8 System Sequence Diagram (SSDs)

Sumber : Satzinger (2010, p.253)

39

b. First Cut Sequence Diagram

Dalam memulai first cut sequence diagram harus sesuai dengan

elemen-elemen dari system sequence diagram (SSDs). Yang pertama dengan

mengganti objek sistem dengan use case controller. Selanjutnya

menambahkan objek lain yang diperlukan use case. Langkah yang terakhir

menentukan message, termasuk objek yang harus menjadi sumber dan tujuan

dari setiap message untuk mengumpulkan semua informasi yang dibutuhkan.

Hal tersebut menurut Satzinger (2010, p.316).

Gambar 2.9 menggambarkan First Cut Sequence Diagram

Gambar 2. 9 First Cut Sequence Diagram

Sumber : Satzinger (2010, p.439)

c. Three Layer Design Sequence Diagram

Konsep pengertian three layer design sequence diagram berdasarkan

Satzinger (2010, p.320-322) adalah gambaran lengkap dari sequence diagram

dan juga merupakan pengembangan dari first cut sequence diagram yang

terdiri berbagai tambahan layer sebagai berikut :

- View Layer

40

View Layer melibatkan antara interaksi manusia dan computer dan

membutuhkan rancangan user interface dalam setiap use case.

- Data Access Layer

Dalam data access layer pemisahan tanggung jawab juga berlaku.

Desain multilayer penting dalam mendukung jaringan multitier

dimana pada saat database dalam satu server. Cara baru dalam

merancang sistem yang tidak hanya menciptakan sistem yang lebih

kuat namun sistem yang lebih fleksibel.

Gambar 2.10 menggambarkan Three Layer Design Sequence Diagram

Gambar 2. 10 Three Layer Design Sequence Diagram

Sumber : Satzinger (2010, p.454)

2.11.6 Navigation Diagram

Konsep Navigation Diagram berdasarkan Satzinger (2010, p.504) adalah

proses mengakses objek dengan menampilkan objek pengenal dengan objek lain

yang saling berkaitan.

41

Konsep Navigation Diagram berdasarkan Christian dan Azzahra (2011, p.42)

adalah suatu jenis khusus dari statechart diagram yang berfokus pada alur dinamika

suatu user interface.

2.11.7 User Interface

User Interface merupakan komponen penting dari setiap sistem baru yang

akan digunakan. User Interface merupakan bagian dari sistem informasi yang

memerlukan interaksi langsung pada system user dalam membuat input dan output.

Pengertian tersebut menurut Satzinger (2010, p.531).

Dalam membuat user interface terdapat aturan yang disebut eight golden

rules. Eight golden rules bermanfaat dalam merancang user interface yang interaktif.

Hal tersebut diantara lain adalah:

a. Strive for Consistency

Merancang sebuah interface yang berfungsi secara konsisten merupakan

salah satu tujuan desain yang paling penting. Cara agar informasi dapat

diatur pada bentuk, nama dan pengaturan komponen menu, ukuran dan

bentuk icon, dan urutan diikuti untuk melaksanakan tugas harus konsisten

di seluruh sistem.

b. Enable Frequent Users to Use Shortcuts

User yang bekerja dengan satu aplikasi sepanjang hari harus bersedia

dalam menginvestasikan waktunya untuk mempelajari shortcut. Shortcut

mengurangi jumlah interaksi untuk pekerjaan tertentu. Dan juga seorang

desainer harus menyediakan fasilitas macro bagi pengguna untuk

membuat shortcut-nya sendiri.

c. Offer Informative Feedback

Setiap tindakan pada user harus dapat menghasilkan beberapa jenis

feedback dari komputer sehingga user mengetahui bahwa tindakan

tersebut diakui.

d. Design Dialogs to Yield Closure

Setiap interaksi dengan sistem harus diatur dengan urutan yang jelas yaitu

awal, tengah, dan akhir. Setiap tugas yang jelas memiliki urutan awal,

tengah, dan akhir, sehingga penggunan tugas di komputer seharusnya juga

merasakan hal seperti itu.

42

e. Offer Simple Error Handling

Kesalahan pada user membutuhkan biaya, baik dalam waktu yang

dibutuhkan untuk memperbaiki hasil kesalahannya. Perancang sistem

harus dapat mencegah user dari membuat kesalahan bila memungkinkan.

Sebuah cara utama untuk melakukan ini adalah membatasi pilihan yang

tersedia dan memungkinkan user untuk memilih dari pilihan yang valid

pada setiap titik dalam dialog. Feedback yang memadai, seperti yang

dibahas sebelumnya juga membantu mengurangi kesalahan.

f. Permit Easy Reversal of Actions

User harus merasa bahwa mereka dapat mengeksplorasi pilihan dan

mengambil tindakan yang dapat dibatalkan atau dibatalkan tanpa

kesulitan. Ini adalah salah satu cara user belajar tentang sistem dengan

melakukan percobaan. Hal ini juga merupakan cara untuk mencegah

kesalahan.

g. Support Internal Locus of Control

User yang berpengalaman merasa bahwa mereka bertanggung jawab atas

sistem dan bahwa sistem merespon perintah mereka. Mereka seharusnya

tidak dipaksa untuk melakukan sesuatu atau dibuat merasa seolah-olah

sistem mengendalikan mereka. Sistem harus membuat user merasa bahwa

mereka memutuskan apa yang harus dilakukan. Desainer dapat

memberikan banyak fasilitas dalam hal ini dan bentuk pengendalian

melalui kata-kata petunjuknya dan pesan.

h. Reduce Short Term Memory Load

Orang-orang memiliki banyak keterbatasan, dan memori jangka pendek

adalah salah satu yang terbesar. Interface desainer tidak bisa berpendapat

bahwa user akan mengingat apa pun dari form ke form, atau dialog box

untuk dialog box, selama interaksi dengan sistem.

43

2.12 Kerangka Pikir

Analisis SCM PT. Bina Mentari Tunggal

Metode Pengumpulan Data

Data Primer

(Observasi &

Wawancara)

Data Sekunder

(Studi Pustaka)

Identifikasi Masalah

Preliminary Steps

Perencanaan Strategi

Perencanaan OOAD

Perancangan User

Interface

1. Energize The Organization

2. Enterprise Vision

3. Supply Chain Value Assesment

4. Opportunity Identification

5. Strategy Decision

1. Activity Diagram

2. Usecase Diagram

3. Class Diagram

4. Sequence Diagram

Gambar 2. 11 Kerangka Pikir