bab 2 landasan teori - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab2/2011-2-00054-aksi...
TRANSCRIPT
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Informasi Akuntansi
2.1.1 Pengertian Sistem
Sistem merupakan sekumpulan elemen-elemen terstruktur yang saling terkait dan
saling mempengaruhi satu sama lain dalam melakukan kegiatan bersama untuk
mencapai suatu tujuan. Menurut Romney dan Steinbart (2008, p.4), sistem adalah
serangkaian dari dua atau lebih komponen yang saling berhubungan untuk mencapai
sebuah tujuan.
Menurut Gelinas dan Dull (2008, p.11), sistem merupakan sekumpulan elemen
yang saling berhubungan secara bersama untuk mencapai tujuan spesifik. Sistem juga
bisa dikatakan sebagai kumpulan dari bagian yang saling berhubungan ataupun
terintegrasi. Sedangkan menurut Indrajani (2011, p.48), sistem adalah sekelompok
elemen yang saling berhubungan, berinteraksi, dan terintegrasi satu sama lain hingga
membentuk satu satuan untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta
menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur.
Menurut Fatta (2007, p.5) untuk memahami atau mengembangkan sistem, maka
perlu membedakan unsur-unsur dari sistem yang membentuknya. Berikut adalah
karakteristik sistem yang dapat membedakan suatu sistem dengan sistem yang lainnya :
- Batasan (boundary) adalah penggambaran dari suatu elemen atau unsur mana yang
termasuk didalam sistem dan mana yang di luar sistem
- Lingkungan (environment) adalah segala sesuatu di luar sistem, lingkungan yang
menyediakan asumsi, kendala, dan input terhadap suatu sistem.
11
- Masukan (input) adalah sumber daya (data, bahan baku, peralatan, energi) dari
lingkungan yang dikonsumsi dan dimanipulasi oleh suatu sistem.
- Keluaran (output) adalah sumber daya atau produk (informasi, laporan, dokumen,
tampilan layar komputer, barang jadi) yang disediakan untuk lingkungan sistem oleh
kegiatan dalam suatu sistem.
- Komponen (component) adalah kegiatan-kegiatan atau proses dalam suatu sistem yang
mentransformasikan input menjadi bentuk setengah jadi output. Komponen ini bisa
merupakan subsistem dari sebuah sistem.
- Penghubung (interface) adalah tempat dimana komponen atau sistem dan lingkungan
bertemu atau berinteraksi.
- Penyimpanan (storage) adalah area yang dikuasai dan digunakan untuk penyimpanan
sementara dan tetap dari informasi, energi, bahan baku, dan sebagainya. Penyimpanan
merupakan suatu media penyangga diantara komponen tersebut bekerja dengan
berbagai tingkatan yang ada dan memungkinkan komponen yang berbeda dari
berbagai data yang sama.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kumpulan dari komponen-
komponen atau unsur-unsur yang saling berhubungan dan saling terkait satu sama lain
untuk dapat mencapai suatu tujuan tertentu dengan proses penerimaan input dan
menghasilkan output.
2.1.2 Pengertian Informasi
Informasi adalah data yang telah diolah sehingga menghasilkan output yang
memiliki arti dan nilai bagi pengguna dalam pengambilan keputusan. Contohnya adalah
12
informasi tentang penjualan per wilayah yang dapat membantu manajer penjualan dalam
menyusun dan membuat keputusan strategi penjualan perusahaan ke depan.
Menurut Bodnar dan Hoopwood (2006, p.1), informasi adalah data yang berguna
untuk dapat diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan yang
tepat. Menurut Stair dan Reynolds (2006, p.4), informasi adalah suatu kumpulan bukti
yang telah diolah sedemikian rupa sehingga memiliki nilai tambah daripada nilai dari
bukti itu sendiri.
Sedangkan menurut Gelinas dan Dull (2008, p.17), informasi didefinisikan
sebagai data yang disajikan dalam bentuk yang membantu dalam aktivitas pengambilan
keputusan. Informasi tersebut mempunyai nilai kepada pengambil keputusan karena
mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan pengetahuan akan area tertentu yang
menjadi perhatian.
Karakteristik informasi yang berguna menurut Hall (2008, p.14) adalah
relevance, timelines, accuracy, dan completeness. Penjelasan dari karakteristik informasi
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Relevance (Relevan)
Relevan dapat berarti sesuai dengan hal yang dimaksud atau diperlukan. Oleh karena
itu, isi dari sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan yaitu
memenuhi kebutuhan pengguna informasi. Dengan demikian laporan atau dokumen
yang bersangkutan dapat mendukung keputusan manager atau petugas administrasi.
b) Timelines (Tepat Waktu)
Informasi yang berguna adalah informasi yang digunakan tepat pada waktunya.
Misalnya, untuk menghitung limit kredit pelanggan maka diperlukan informasi-
informasi mengenai transaksi historis pelanggan maksimal enam bulan sebelum dan
13
sampai tanggal penilaian, agar limit kredit yang dihasilkan sesuai dengan kapasitas
pelanggan pada saat tanggal penilaian tersebut.
c) Accuracy (Akurat)
Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Material dalam hal ini
dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat penting dan memiliki dampak yang
signifikan apabila informasi tersebut berubah. Misalnya, informasi yang terdapat pada
nota penjualan, sales order dan bukti pembayaran harus selalu tepat dan akurat
karena selain berdampak pada pembuatan laporan periodik juga berdampak ketika
dilakukan penilaian pelanggan untuk penentuan limit kredit.
d) Completeness (Lengkap)
Tidak boleh ada bagian informasi yang penting bagi pengambilan keputusan atau
pelaksanaan tugas yang hilang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa informasi adalah hasil dari pengolahan data yang
melalui berberapa proses sehingga dapat membantu para pengguna dalam membuat dan
mengambil keputusan. Informasi yang dihasilkan dapat dikatakan bermanfaat bagi para
penggunanya jika informasi tersebut relevan, tepat waktu, akurat, dan lengkap sehingga
hasil keputusan yang diambil untuk memecahkan suatu masalah merupakan suatu
keputusan yang tepat.
2.1.3 Pengertian Akuntansi
Akuntansi dapat dikatakan sebagai alat yang dapat menyediakan informasi dari
transaksi yang berlangsung di suatu organisasi untuk menghasilkan sebuah laporan
keuangan. Laporan tersebut berasal dari peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi sehari-
14
hari sehingga laporan keuangan dapat memberikan informasi yang lengkap kepada
pihak-pihak yang membutuhkannya.
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011, p.4), akuntansi adalah sistem
informasi keuangan yang menyediakan pengetahuan atau wawasan untuk memahami
semua organisasi jenis apapun. Tiga kegiatan dasar yang dimiliki organisasi tersebut
yaitu mengindentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
ekonomi dari suatu organisasi untuk pengguna yang tertarik.
Menurut Gade (2005, p.5), akuntansi adalah ilmu pengetahuan terapan dan seni
pencatatan yang dilakukan secara terus menerus menurut sistem tertentu. Fungsinya
untuk mengolah dan menganalisis catatan tersebut sehingga dapat disusun menjadi suatu
laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban pimpinan perusahaan atau lembaga
terhadap kinerjanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah ilmu pengetahuan yang
mengajarkan cara mencatat transaksi, mengolah, dan menganalisis catatan tersebut
sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan. Hasil tersebut berupa laporan
keuangan yang harus dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
2.1.4 Pengertian Sistem Informasi
Sistem informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras, perangkat lunak,
prosedur atau aturan yang saling terintegrasi dan diolah sebagaimana mestinya.
Kumpulan-kumpulan yang saling terintegrasi tersebut dapat menghasilkan berbagai
informasi untuk pihak-pihak yang membutuhkan dalam pengambilan sebuah keputusan
sehingga masalah yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.
15
Menurut Jimmy dan Gaol (2008, p.366), sistem informasi dapat didefinisikan
sebagai satuan komponen yang saling berhubungan, yang mengumpulkan, memproses,
menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan
dan kendali dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut O’Brien (2008, p.5), sistem
informasi merupakan kombinasi dari pengguna, perangkat keras, piranti lunak, jaringan
komunikasi dan sumber daya data. Semuanya digunakan untuk mengumpulkan,
mengubah dan menyebarkan informasi dalam perusahaan.
Setiap organisasi harus menyesuaikan sistem informasi dengan kebutuhan
penggunanya. Tentunya tujuan sistem informasi berbeda antara perusahaan satu dengan
perusahaan lainnya. Tujuan pokok dari sistem informasi menurut Hall (2008, p.14),
adalah untuk:
- Mendukung fungsi kepengurusan manajemen
- Mendukung pengambilan keputusan manajemen
- Mendukung operasi perusahaan sehari-hari
Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah sistem yang terdiri dari
rangkaian subsistem, hardware, software, jaringan komunikasi dan sumber daya data
yang dapat menghasilkan sebuah informasi. Informasi tersebut sangat bermanfaat bagi
pengguna untuk pengambilan keputusan dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi.
Setiap bisnis yang dijalankan perusahaan perlu didukung oleh aliran informasi
yang cepat sehingga dapat membantu para pengambil keputusan. Aliran informasi ini
berasal dari pihak internal yaitu dari perusahaan itu sendiri dan pihak external
perusahaan seperti customer, supplier, dan stakeholder yang memiliki kepentingan
16
secara langsung dengan perusahaan. Berikut adalah gambaran aliran informasi yang
terdapat pada gambar 2.1, biasa dikenal sebagai piramida sistem informasi.
Gambar 2.1 Piramida Sistem Informasi (Sumber: Hall, p.3)
2.1.5 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi dapat dikatakan sebagai suatu komponen yang
mengumpulkan, mengolah, dan menghasilkan informasi yang berhubungan dengan
akuntansi dan keuangan sehingga dapat membantu pihak-pihak terkait dalam
pengambilan keputusan atas hasil yang telah didapatkan. Menurut Gelinas dan Dull
(2008, p.14), sistem informasi akuntansi adalah spesialisasi subsistem dari SI untuk
mengumpulkan, memproses, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek
keuangan dari kejadian bisnis.
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008, p.6), sistem
informasi akuntansi adalah suatu subsistem dari SIM (Sistem Informasi Manajemen)
yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, juga informasi lain yang
diperoleh dari pengolahan rutin atas transaksi akuntansi. Sedangkan menurut Sarosa
(2009, p.13), sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang dapat
17
mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses suatu data menjadi sebuah
informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Akuntansi adalah sebuah sistem
berbasis komputer yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data
atas transaksi akuntansi rutin. Tujuannya untuk menghasilkan informasi akuntansi dan
keuangan yang berguna bagi pihak internal dan ekternal untuk pengambilan keputusan
dan dapat dipertanggungjawabkan.
2.1.6 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008, p.7-8) ada
lima macam penggunaan informasi akuntansi :
1. Membuat laporan eksternal
Perusahaan menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan-
laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi dari para investor, kreditor,
dinas pajak, badan-badan pemerintah, dan yang lain. Laporan-laporan ini mencakup
laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) pajak, dan laporan yang diperlukan
oleh badan-badan pemerintah yang mengatur perusahaan dalam industri perbankan
dan utilitas.
2. Mendukung aktivitas rutin
Para manajer memerlukan satu sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas
operasi rutin sepanjang siklus operasi perusahaan.
3. Mendukung pengambilan keputusan
Informasi juga diperlukan untuk mendukung pengambilan keputusan yang tidak
rutin pada semua tingkat dari suatu organisasi. Contohnya antara lain mengetahui
18
produk-produk yang penjualannya bagus dan pelanggan mana yang paling banyak
melakukan pembelian. Informasi ini sangat penting untuk merencanakan produk
baru, memutuskan produk-produk apa yang harus ada di persediaan, dan
memasarkan produk kepada para pelanggan.
4. Perencanaan dan pengendalian
Suatu sistem informasi juga diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian. Informasi mengenai anggaran dan biaya standar disimpan oleh sistem
informasi, dan laporan dirancang untuk membandingkan angka anggaran dengan
jumlah aktual.
5. Menerapkan pengendalian internal
Pengendalian internal (internal control) mencakup kebijakan-kebijakan, prosedur-
prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi aset-aset
perusahaan dari kerugian atau korupsi, dan untuk memelihara keakuratan data
keuangan.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p12), sebuah sistem informasi akuntansi
yang dirancang dengan baik dapat memberikan kegunaan, sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya dari barang dan jasa.
2. Meningkatkan efisiensi
3. Berbagi pengetahuan
4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari supply chain-nya
5. Meningkatkan struktur pengendalian internal
6. Meningkatkan kemudahan pembuatan keputusan
19
2.1.7 Siklus Pemrosesan Transaksi pada Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Sarosa (2009, p.17), sudut pandang sistem informasi akuntansi sebagai
siklus pemrosesan transaksi sejalan dengan pendekatan basis data, setiap siklus transaksi
saling berhubungan satu sama lain. Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh
Wibowo (2008, p.22-23), bahwa proses bisnis dapat disusun menjadi tiga siklus
transaksi utama yaitu sebagai berikut:
- Siklus pemerolehan/pembelian (acquisition/purchasing cycle) mengacu pada proses
pembelian barang dan jasa.
- Siklus konversi (conversion cycle) mengacu pada proses mengubah sumber daya
yang diperoleh menjadi barang dan jasa.
- Siklus pendapatan (revenue cycle) mengacu pada proses menyediakan barang dan
jasa untuk para pelanggan.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.30), siklus pemrosesan transaksi pada
suatu sistem adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh peusahaan dalam
melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, sampai penjualan barang
dan jasa. Berikut gambar 2.2 yang menggambarkan siklus transaksi akuntansi.
Gambar 2.2 Siklus Transaksi Akuntansi Sumber : Romney & Steinbart (2006)
20
Penjelasan dari gambar 2.2 di atas adalah sebagai berikut :
1. Pada siklus pendapatan, perusahaan menjual produknya (barang dan jasa) dengan
imbalan uang tunai (kas) atau piutang. Uang tunai yang diperoleh memasuki siklus
pembiayaan
2. Dalam siklus pembiayaan perusahaan memperoleh dana untuk pembiayaan
operasional maupun investasi melalui instrumen keuangan seperti saham atau
obligasi. Dalam siklus pembiayaan juga terjadi transaksi pembayaran dividen dan
bunga. Aliran dana dari siklus pembiayaan menuju siklus pengeluaran dan
penggajian.
3. Dalam siklus pengeluaran, perusahaan mengeluarkan uang untuk membeli bahan
baku, bahan penolong, dan membayar berbagai pengeluaran yang diperlukan untuk
kegiatan perusahaan.
4. Dalam siklus penggajian perusahaan membayar gaji dan upah sebagai ganti tenaga
kerja yang diberikan oleh para pegawainya
5. Siklus produksi mengubah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan sumber daya lain
yang dibutuhkan menjadi produk yang siap dijual.
2.2 Sistem Informasi Akuntansi Siklus Pendapatan
2.2.1 Pengertian Penjualan
Penjualan dapat dikatakan sebagai suatu usaha untuk memperoleh laba sehingga
suatu usaha dapat berjalan terus menerus dan berkembang. Caranya yaitu dengan
memindahkan barang atau memberikan jasa dari penjual ke pembeli dengan harga yang
telah ditentukan oleh penjual atau berdasarkan kesepakatan bersama antara penjual
dengan pembeli.
21
Ikatan Akuntansi Indonesia (2007, PSAK No.23.1) mendefinisikan penjualan
barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual. Selain itu juga barang
yang dibeli untuk dijual kembali seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah
properti lain yang dibeli untuk dijual kembali.
Sedangkan menurut Rangkuti (2009, p.206), penjualan adalah pemindahan hak
milik atas barang atau pemberian jasa yang dilakukan penjual kepada pembeli dengan
harga yang disepakati bersama. Harga yang telah disepakati bersama merupakan jumlah
yang dibebankan kepada pelanggan dalam penjualan barang atau jasa dalam suatu
periode akuntansi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah transaksi pemidahan hak milik
atas barang atau jasa dari penjual ke pembeli dengan jumlah yang telah disepakati
bersama dan untuk mendapat keutungan bagi penjual. Namun tidak semua penjualan
dapat memberikan pendapatan bagi penjual karena dapat memungkinkan terjadinya
pengembalian barang oleh pembeli akibat salah satu faktor.
2.2.2 Pengertian Pendapatan
Pendapatan dapat dikatakan sebagai hasil dari penjualan barang dan jasa, bunga,
sewa, dan royalty yang dapat digunakan sebagai alat untuk membeli kembali persediaan
sehingga kegiatan proses bisnis dapat berjalan terus menerus. Pendapatan juga dapat
dipakai untuk memberikan upah kepada karyawan-karyawan yang berkerja untuk suatu
organisasi sehingga kegiatan proses bisnisnya dapat berjalan dengan baik.
Menurut Kuswadi (2006, p.58-59), pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul akibat aktivitas normal perusahaan selama satu periode,
arus masuk itu mengakibatkan kenaikan modal (ekuitas) dan tidak berasal dari
22
kontribusi penanaman modal. Arus masuk bruto atau pendapatan adalah hasil dari
penjualan produk yang hanya diterima oleh perusahaan. Berdasarkan penjelasan
tersebut, pendapatan timbul karena terjadinya transaksi dan peristiwa ekonomi berikut :
a. Penjualan barang
b. Penjualan jasa
c. Penggunaan harta perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan
dividen.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007, PSAK No.23.1), pendapatan adalah
suatu penghasilan yang timbul dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang biasa atau
dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga,
dividen, royalti, dan sewa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah jumlah uang atau hasil yang
didapatkan dari aktivitas perusahaan seperti menjual produk atau jasa dan pengunaan
harta perusahaan oleh pihak lain yang menghasilkan bung, royalty, dan dividen.
Pendapatan juga merupakan suatu hal penting bagi perusahaan untuk mendapatkan
penghasilan.
2.2.3 Pengertian Piutang Dagang
Piutang dagang dapat dikatakan sebagai harta yang belum didapatkan oleh suatu
perusahaan dari pelanggan yang membeli secara kredit atau cicilan, dimana harta
tersebut dapat dicairkan menjadi bentuk kas. Kas yang diperoleh akan digunakan
perusahaan untuk melakukan proses bisnis yaitu membeli persediaan kembali dan
melakukan pembayaran atas beban-beban yang ditanggung perusahaan.
23
Menurut Suandy dan Jessica (2008, p.17) mengemukakan pengertian piutang
dagang merupakan tagihan kepada individu atau perusahaan lain yang diharapkan akan
diterima dalam bentuk kas. Klasifikasi piutang dagang adalah sebagai berikut :
1. Piutang usaha, terdiri dari piutang dagang (trade receivable) dan wesel tagih (notes
receivable), merupakan piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara
kredit dalam kegiatan normal perusahaan.
2. Piutang lain-lain, mencakup piutang bunga, piutang pegawai, piutang pajak, dan lain-
lain.
Menurut Wibowo dan Arif (2008, p.133-134), piutang dagang (account
receivable) dinilai dan dilaporan sebesar nilai kas yang diharapkan akan diperoleh pada
masa yang akan datang (net realizable value). Dalam menentukan penghapusan piutang
ada dua metode, yaitu :
a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method)
Jumlah piutang merupakan bagian yang relatif kecil dari total aktiva lancarnya.
Dalam hal demikian, lebih baik menangguhkan pengakuan atas ketidaktertagihan
sampai periode yang jumlah tersebut dianggap tidak berharga dan benar-benar
dihapuskan sebagai beban
b. Metode Penyisihan (Allowance for Doubtful Account)
Nilai yang dapat direalisasi merupakan nilai piutang dikurangi dengan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih (allowance for doubtful accounts). Allowance for
doubtful accounts dapat ditentukan dengan dua pendekatan, seperti berikut :
24
1. Pendekatan Laba Rugi (Income Statement Approach)
Estimasi penyisihan piutang tak tertagih dihitung dengan cara mengalikan
persentase tertentu dengan penjualan kredit tahun berjalan.
2. Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)
Estimasi penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan saldo piutang
berdasarkan analisis umur piutang (aging schedule analysis).
Jadi dapat disimpulkan bahwa piutang dagang merupakan piutang yang timbul
dari penjualan kredit barang atau jasa yang merupakan usaha pokok perusahaan yang
diharapkan akan menjadi kas. Kas yang diperoleh digunakan perusahaan untuk
menjalankan proses bisnis seperti membeli persediaan kembali dan membayar beban-
beban yang ditanggung oleh perusahaan.
2.2.4 Analisis Pemberian Kredit Kepada Customer
Calon debitur harus memenuhi beberapa syarat seperti yang dikemukakan oleh
Munawir (2007, p.235), sehingga dapat memperkecil tingkat resiko dalam pemberian
kredit, yaitu :
1. Character
Keterangan mengenai sifat pribadi customer, watak, dan kejujuran dalam memenuhi
kewajiban finansialnya. Adapun keterangan ini didapatkan dari beberapa petunjuk
seperti mengenal secara dekat pribadi customer, kumpulan keterangan dari aktivitas
perbankan, dan pendapat dari berbagai pihak seperti rekan-rekan, karyawan, dan
saingan mengenai reputasi, kebiasaan, dan pergaulan sosialnya.
25
2. Capacity
Hal ini menyangkut kemampuan customer sebagai pemimpin perusahaan beserta
karyawannya, baik kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang
usahanya. Kapasitas customer dapat dilihat dari angka hasil produksi, angka
penjualan atau pembelian, perhitungan laba rugi, dan laporan finansial lainnya.
3. Capital
Hal ini menunjukkan pada posisi finansial perusahaan secara menyeluruh yang
ditunjukkan dalam laporan keuangan dan rasio finansial lainnya. Dalam melakukan
penilaian ini, perlu diperhatikan rasio likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas dari
calon customer.
4. Collateral
Collateral merupakan jaminan. Hal ini menunjukkan besarnya aktiva yang akan
dijadikan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan kepada customer. Oleh karena
itu, diperlukan ketelitian dalam menilai kemampuan jaminan untuk dijadikan uang
dalam waktu yang relatif singkat serta pengikatan barang yang menjadi kepentingan
jaminan.
5. Conditions
Hal ini mengacu pada kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor usaha
dari segi customer yang dapat mempengaruhi perkembangan usahanya serta
kemampuan customer untuk membayar utangnya.
2.2.5 Pengertian Penerimaan Kas
Penerimaan kas dapat dikatakan perolehan harta dalam bentuk kas yang diterima
oleh perusahaan dari customer ketika membeli barang. Penerimaan kas ini akan
26
digunakan perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya dalam membeli
persediaan kembali sehingga perusahaan dapat memproduksi kembali barang yang dijual
dan untuk membayar segala biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan seperti
biaya tenaga kerja, penyusutan, dan biaya tak terduga lainnya.
Menurut Romney dan Steinbart (2006, p.371), Aktivitas terakhir di dalam siklus
pendapatan berhubungan dengan penerimaan kas. Kasir akan melaporkan penerimaan,
menangani remittance pelanggan dan akan menyetorkan uang ke bank”. Sedangkan
menurut
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011, p.344), kas adalah asset yang
paling cair, merupakan media pertukaran standar dan dasar untuk pengukuran dan
akuntansi untuk semua item lainnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penerimaan kas merupakan sebuah transaksi
keuangan yang menyebabkan aset perusahaan berupa kas atau setara kas bertambah.
Penerimaan kas dapat diperoleh dari penjualan barang atau jasa, penagihan piutang,
maupun hal-hal yang dapat dijadikan kas oleh perusahaan seperti bangunan yang dapat
disewakan kepada pihak lain.
2.2.6 Retur Penjualan
Retur penjualan dapat dikatakan sebagai salah satu aktivitas perusahaan yaitu
terjadinya proses pengembalian barang dari pelanggan ke perusahaan. Pengembalian
barang tersebut dapat terjadi barang yang diterima pelanggan tidak sesuai dengan
permintaan, barang yang diterima ternyata mengalami kerusakan, dan beberapa faktor
lainnya.
27
Menurut Hall (2007, p.235), retur penjualan merupakan pengembalian barang
yang sudah dibeli oleh pelanggan dan biasanya pelanggan meminta perusahaan untuk
mengembalikan pembayaran dari barang yang tidak diinginkan tersebut. Retur penjualan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
- Penjual mengirimkan barang yang salah.
- Barang yang dikirim ternyata rusak atau cacat.
- Barang tersebut ternyata rusak pada saat pengiriman
- Pembeli menolak barang yang dikirim karena keterlambatan dalam pengiriman.
2.3 Sistem Informasi Akuntansi Persediaan
2.3.1 Pengertian Persediaan
Persediaan dapat dikatakan sebagai suatu aktiva yang penting di dalam
perusahaan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Persediaan terdiri dari
bahan baku yang digunakan untuk memproduksi barang sehingga menjadi persediaan
dalam bentuk barang jadi yang akan dipasarkan dan dijual kepada pelanggan.
Menurut Himayati (2008, p.17), persediaan adalah harta perusahaan yang
digunakan untuk melakukan transaksi penjualan. Sedangkan menurut Sulistiyowati
(2010, p.122), persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk kegiatan biasa dan proses
produksi seperti penjualan atau dalam bentuk bahan dan perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Jadi dapat disimpulkan persediaan adalah aset perusahan yang dapat berupa
bahan mentah, barang dalam proses, maupun barang jadi yang tersedia untuk dijual oleh
perusahaan kepada pelanggan. Persediaan juga dapat digunakan perusahaan dalam
memberikan pelayanan jasa.
28
2.3.2 Metode Pencatatan Persediaan
Menurut Suandy dan Jessica (2008, p.17) pencatatan persediaan dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1. Metode persediaan periodik, tidak mencatat perubahan pada persediaan setiap kali
terjadi transaksi penambahan atau pengurangan sehingga untuk mengetahui saldo
persediaan perlu dilakukan perhitungan fisik, biasanya diakhir periode.
2. Metode persediaan perpetual, mencatat semua transaksi persediaan setiap terjadi
penambahan dan pengurangan persediaan, sehinga saldo fisik persediaan dapat
diketahui sewaktu-waktu.
Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011, p.255-257), terdapat 2 asumsi
mengenai metode cost flow yang dapat digunakan perusahaan sesuai dengan
kebutuhannya yaitu :
1. Metode FIFO (first in first out)
Barang yang dibeli paling awal oleh perusahaan merupakan barang yang dijual
pertama. FIFO sering kali disejajarkan dengan actual physical flow dari merchandise,
umumnya adalah praktik bisnis yang baik untuk menjual unit yang pertama dibeli.
Berdasarkan metode FIFO, perusahaan mendapatkan biaya persediaan akhir dengan
mengambil unit biaya pembelian tersebut yang paling terbaru dan bekerja mundur
sampai semua unit persediaan telah dihitung biayanya
2. Metode Rata-rata (average method)
Metode biaya rata-rata mengalokasikan biaya barang yang tersedia untuk dijual
berdasarkan biaya unit rata-rata tertimbang yang terjadi. Perusahaan menerapkan
biaya unit rata-rata tertimbang untuk unit yang ditangan dalam menentukan biaya
persediaan akhir.
29
2.3.3 Reorder Point (ROP)
Reorder point dapat dikatakan sebagai salah satu cara penghitungan untuk
mengetahui titik pemesanan kembali persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal
tersebut berguna agar proses bisnis perusahaan seperti penjualan dapat berjalan terus
tanpa harus mengalami kehabisan persediaan yang menyebabkan pelanggan tidak jadi
melakukan pembelian.
Menurut Render dan Heizer (2006, p.476), reorder point merupakan tingkat
persediaan yang berada di suatu titik tertentu dimana harus melakukan pemesanan untuk
mengisi kembali persediaan. Hal-hal yang mempengaruhi ROP antara lain adalah lead
time, permintaan per hari, dan safety stock. Safety Stock itu sendiri adalah unit tambahan
di persediaan yang digunakan sebagai stok pengaman sebelum mencapai tahap reorder
point.
Perhitungan ROP menggunakan rumus sebagai berikut:
ROP = (d x L) + safety stock
Dimana:
d = jumlah permintaan (unit), atau daily quantity required
L = lead time atau waktu pengiriman pesanan (dalam hari)
Permintaan per hari, d, dapat dicari dengan membagi permintaan tahunan, D, dengan
jumlah hari kerja per tahun, sebagai berikut:
d = D / jumlah hari kerja per tahun
2.3.4 Economic Order Quantity (EOQ)
Economic order quantity dapat dikatakan sebagai salah satu cara penghitungan
untuk mengetahui titik maksimal dalam melakukan pemesanan persediaan agar tidak
30
melebihi kapasitas dalam penyimpanan persediaan. Selain itu, cara ini juga dapat
digunakan perusahaan dalam mengendalikan pengeluaran biaya agar tidak melebihi
anggaran yang menyebakan kerugian bagi perusahaan.
Menurut Render dan Heizer (2006, p.472), economic order quantity teknik
pengendalian yang meminimalkan total pemesanan dan biaya penyimpanan. Perhitungan
EOQ menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana :
EOQ = Jumlah optimal pemesanan barang
D = Permintaan tahunan atas barang persediaan dalam unit
S = Biaya pesan per pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per tahun
2.4 Sistem Pengendalian Internal Siklus Pendapatan dan Persediaan
2.4.1 Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Romney dan Steibart (2006, p195), laporan COSO (The Committee of
Sponsoring Organization of The Treadway Commission) mendefinisikan pengendalian
internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh suatu entitas dewan dari direktur,
manajemen, dan personal-personal lainnya yang menyediakan jaminan yang layak untuk
memperhatikan pencapaian dari tujuan-tujuan.
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo (2008, p.132),
pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh
31
dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk
memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengendalian internal merupakan suatu proses
yang dipengaruhi oleh suatu entitas seperti sumber daya manusia dan sistem teknologi
informasi. Hal tersebut terdiri atas kebijakan dan prosedur dalam operasional perusahaan
yang dirancang untuk pencapaian tujuan.
2.4.2 Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Menurut Hall yang diterjemahkan oleh Fitriasari dan Kwary (2007, p.181),
sistem pengendalian internal (internal control system) terdiri atas berbagai kebijakan,
praktik, dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan
umumnya :
1. Menjaga aktiva perusahaan
2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi
3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan
4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang diterapkan oleh pihak
manajemen
2.4.3 Komponen Sistem Pengendalian Internal
Menurut Rama dan Jones yang diterjemahkan oleh Wibowo(2008, p.134),
Laporan COSO mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang
berpengaruh terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran pengendalian
internal, yaitu :
32
1. Lingkungan Pengendalian
Mengacu pada faktor-faktor umum yang menetapkan sifat organisasi dan
mempengaruhi kesadaran karyawannya terhadap pengendalian. Faktor-faktor ini
meliputi integritas, nilai-nilai etika, serta filosofi dan gaya operasi manajemen. Juga
meliputi cara manajemen memberikan wewenang dan tanggung jawab, mengatur, dan
mengembangkan karyawannya, serta perhatian dan arahan yang diberikan oleh dewan
direksi.
2. Penentuan Risiko
Indentifikasi dan analisis risiko yang mengganggu pencapaian sasaran pengendalian
internal.
3. Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menghadapi
risiko. Aktivitas pengendalian meliputi hal-hal berikut :
a. Penelaahan kinerja merupakan aktivitas-aktivitas yang mencakup analisis kinerja.
b. Pemisahaan tugas mencakup pembebanan tanggung jawab untuk otorisasi
transaksi, pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi, dan pemeliharaan aset
kepada karyawan yang berbeda-beda.
c. Pengendalian aplikasi diterapkan pada masing-masing aplikasi sistem informasi
akuntansi
d. Pengendalian umum adalah pengendalian umum yang berkaitan dengan banyak
aplikasi.
4. Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan prosedur (otomasi dan manual)
dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan
33
kejadian pada proses entitas. Komunikasi meliputi penyediaan pemahaman mengenai
peran dan tanggung jawab individu.
5. Pengawasan
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa
pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan.
2.5 Object Oriented Analysis and Design
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.14), Object Oriented
Analysis and Design (OOAD) terbagi ke dalam empat aktivitas, antara lain: analisis
problem-domain, analisis application domain, architecture design, dan component
design. Notasi standar yang digunakan dalam OOAD adalah UML (Unified Modeling
Languange). UML digunakan hanya sebagai notasi dan bukan sebagai metode dalam
melakukan modeling.
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.5), keuntungan dari
OOAD adalah :
- Menyediakan informasi yang jelas mengenai konteks sistem
- Suatu metode yang mempunyai hubungan di antara :
a. Analisis berorientasi objek,
b. Desain berorientasi objek,
c. Tampilan berorientasi objek, dan
d. Pemrograman berorientasi objek.
- Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodel hampir semua
fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language)
- Mengurangi biaya maintenance
34
- Memudahkan untuk mencari hal yang akan diubah
- Membuat perubahan menjadi lokal, tidak berpengaruh pada modul yang lainnya
Mengacu kepada Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.18), ada
empat prinsip umum dalam menganalisis dan merancang sebuah sistem yaitu:
1. Pemodelan konteks (Model the Context)
Konteks dari sebuah sistem dapat dilihat dari dua perspektif yang saling melengkapi
yaitu problem domain dan application domain. Problem domain merupakan bagian
dari konteks yang diatur, diawasi atau dikendalikan oleh sebuah sistem. Application
domain merupakan sebuah organisasi yang mengelola, mengawasi atau
mengendalikan suatu problem domain. Kesuksesan dan kegagalan sebuah sistem
tergantung dari seberapa baik application domain dan problem domain terhubung
bersama-sama ke dalam fungsi keseluruhan.
2. Penekanan pada Arsitektur (Emphasize the Architecture)
Analisis dan perancangan berorientasi objek menekankan arsitektur sistem sebagai
sebuah tantangan utama, memfokuskan kepada kemudahan untuk dipahami,
fleksibilitas dan kegunaannya sebagai kualitas perancangan yang penting. Sebuah
arsitektur sistem harus mudah untuk dipahami karena menyediakan sebuah dasar
bagi keputusan dan sebagai alat komunikasi serta alat kerja pada tugas
pengembangan selanjutnya. Arsitektur sistem harus fleksibel karena pengembangan
sistem terjadi pada lingkungan yang bergejolak. Terakhir, arsitektur sistem harus
dapat bermanfaat karena kesuksesan sebuah sistem tergantung dari bagaimana sistem
dapat berperan dalam organisasi pengguna.
Dalam analisis dan perancangan berorientsi objek, ada tiga komponen arsitektur
dasar yaitu : model component, function component dan interface component. Model
35
component berisi sebuah model dinamis dari problem domain sistem. Function
component berisi fasilitas-fasilitas bagi user untuk melakukan update dan
menggunakan model component. Interface component merangkaikan sistem ke
dalam konteksnya dengan dua cara. Cara pertama, interface mencakup monitor
dengan teks dan grafik-grafik, printouts, dan fasilitas lain yang membuat user dapat
mengaktifkan fungsi-fungsi sistem. Cara kedua, interface terhubung secara langsung
dengan teknikal sistem lain seperti radar dan sensor.
3. Penggunaan kembali Pola-pola (Reuse Patterns)
Cara mendasar untuk memastikan kualitas dan efisiensi dalam analisis dan
perancangan adalah dengan menggunakan kembali ide-ide yang telah diuji dan
digunakan dalam situasi-situasi lain. Analisis dan perancangan berorientasi objek
menginspirasikan penggunaan kembali ini dengan dua cara, yaitu dengan
menggunakan objek dan komponen dan dengan menggunakan pola analisis dan
perancangan.
4. Penyesuaian Metode (Tailor the Method)
OOAD adalah kumpulan dari pedoman umum untuk melakukan analisis dan
perancangan sistem. Oleh sebab itu, harus dilakukan penyesuaian terhadap
organisasi dan proyek. Untuk membuat metode lebih berguna, perancangan harus
dilakukan dengan sedemikian rupa sehingga adaptasi, perbaikan, dan penggantian
bagian lebih mudah untuk diimplementasikan. OOAD merefleksikan empat
perspektif sentral pada suatu sistem dan konteksnya, yaitu isi informasi dari sistem,
bagaimana sistem akan digunakan, sistem sebagai keseluruhan dan komponen-
komponen dari sistem. Perpektif-perspektif tersebut terhubung dengan aktivitas-
aktivitas utama dari analisis dan perancangan berorientasi objek, yaitu problem
36
domain analysis, application domain analysis, architectural design dan component
design, secara berturut-turut.
2.5.1 Object
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage ( 2000, p.51), objek adalah
sebuah entity yang memiliki identitas, state, dan behaviour atau sesuatu yang dapat
disentuh atau dirasakan. Selain itu, objek juga menjelaskan tentang user yang mana
menyerupai data dan kombinasi behavior di antara mereka serta suatu entity yang
mempunyai indentitas, state, dan behavior.
Sedangkan menurut Bennet, McRobb, dan Farmer (2006, p.69), objek adalah
gambaran tentang sesuatu pada problem domain yang menjelaskan kemampuan sistem
dalam menyimpan berbagai informasi dan saling berinteraksi satu sama lain atau kedua-
duanya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa objek merupakan suatu entitas yang memiliki
identitas dan dapat disentuh atau dirasakan, status, serta perilaku yang menjelaskan
kemampuan sistem dalam menyimpan berbagai informasi serta berinteraksi satu sama
lain atau kedua-duanya.
2.5.2 Rich Picture
Rich picture merupakan salah satu langkah dalam pengembangan sistem dengan
cara memahami proses bisnis yang sedang berjalan dalam suatu perusahaan, sehingga
rich picture dapat digunakan untuk menggambarkan proses bisnis yang sedang berjalan
tersebut. Rich picture dapat digambarkan secara menyeluruh atau masing-masing
prosedur perusahaan.
37
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage ( 2000, p.25 ), rich picture
merupakan sebuah gambaran informal yang digunakan oleh pengembang sistem untuk
menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung.
Rich picture juga dapat digunakan sebagai alat yang berguna untuk memfasilitasi
komunikasi yang baik antara pengguna dalam sistem. Jadi rich picture menggambarkan
proses bisnis di dalam suatu perusahaan, yang di dalamnya dapat terdiri dari orang,
benda, peraturan dan organisasi.
Gambar 2.3 Rich Picture
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.23)
2.5.3 System Definition
System definition menggambarkan berbagai solusi dari masalah yang ada secara
terkomputerisasi. System definition dapat berupa narasi singkat mengenai sistem yang
akan dikembangkan berdasarkan kegunaan dan kebutuhan dari sistem yang akan
dikembangkan agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan informasi di dalam perusahaan.
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000,p.24), system definition
adalah sebuah deskripsi singkat dari sistem yang terkomputerisasi yang dijelaskan
38
dalam bahasa natural. Tujuan dari system definition adalah untuk memilih sistem aktual
yang akan dikembangkan.
2.5.4 FACTOR Criteria
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000,p.39), FACTOR Criteria
terdiri dari 6 elemen, yaitu :
- Functionality
Berkaitan dengan fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain
- Application Domain
Berkaitan dengan bagian dari suatu organisasi yang mengadministrasi, memonitor,
ataupun mengendalikan problem domain
- Conditions
Berkaitan dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan digunakan
- Technology
Berkaitan dengan semua teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan
menjalankan sistem dan teknologi
- Objects
Berkaitan dengan objek-objek utama di dalam problem domain
- Resposibility
Berkaitan dengan tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan dalam
hubungannya dengan konteks sistem
39
2.5.5 Problem Domain Analysis
Problem domain analysis fokus terhadap berbagai informasi yang perlu ditangani
oleh sistem. Pemodelan ini menyediakan gambaran mengenai kebutuhan sistem untuk
menjawab informasi yang penting dalam kegiatan analisis.
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.45), problem domain
merupakan bagian dari context yang diatur, dimonitor, atau dikendalikan oleh sebuah
sistem. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasikan kebutuhan- kebutuhan untuk model
dari sistem atau apa yang kita buat untuk sebuah sistem. Fokus pada informasi apa yang
harus ditangani oleh sistem dan menghasilkan sebuah model yang merupakan gambaran
dari class, objek, struktur dan behaviour yang ada dalam problem domain.
Gambar 2.4 Aktivitas dalam Problem Domain Analysis
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.46)
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.48), problem domain
analysis dibagi menjadi tiga aktivitas. Pada problem domain analysis terdapat tiga
aktivitas utama yaitu:
1. Classes, aktivitas ini meliputi pendefinisian dan pembuatan karakteristik problem
domain dengan memilih class dan event yang menghasilkan event table.
40
2. Structure, aktivitas ini menekankan pada penggambaran hubungan antara class dan
object yang ada pada problem domain sehingga menghasilkan class diagram.
3. Behavior, aktivitas ini menggambarkan properti yang dinamis dan atribut-atribut dari
setiap class yang dipilih. Tujuan dari behavior adalah untuk membuat pemodelan
dinamis dari suatu problem domain.
2.5.5.1 Classes
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage ( 2000, p.53 ), Class adalah
kumpulan dari objek yang mempunyai structure, behavior pattern, dan atribut yang
bersamaan untuk memanipulasi atau mengelola atribut. Kegiatan class merupakan
kegiatan pertama dalam analisis problem domain. Langkah-langkah dalam menentukan
class, terdiri dari : abstraksi fenomena dari problem domain dalam objek dan event,
klasifikasikan objek dan event, memilih class dan event yang akan dipelihara
informasinya oleh sistem.
2.5.5.2 Structure
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.69), structure
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan struktural antara
kelas-kelas dan objek-objek pada problem domain. Ada empat tipe hubungan struktural
dimana keempatnya dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
1. Class structure, meliputi:
a. Generalization adalah suatu kelas yang umum (kelas super) yang menggambarkan
properti umum untuk suatu group yang memiliki kelas khusus (sub kelas).
41
b. Cluster adalah kumpulan dari class yang akan membantu kita untuk mencapai dan
menyediakan gambaran tentang domain masalah. Cluster digambarkan dengan
notasi file folder yang mencakup kelas-kelas di dalamnya. Class dalam cluster
yang sama dihubungkan dengan generalisasi ataupun agregasi, sedangkan class
yang berada pada cluster yang berbeda dihubungkan dengan asosiasi.
2. Object structure, meliputi:
a. Aggregation : Menggambarkan hubungan antara 2 atau lebih objek untuk
menunjukan bahwa suatu objek adalah suatu pokok dan menjelaskan bagian dari
objek yang lain.
b. Association : hubungan yang berarti antar sejumlah objek. Hasil dari kegiatan
stuktur ini adalah class diagram. Class Diagram menghasilkan ringkasan model
problem-domain yang jelas dengan menggambarkan semua struktur hubungan
statik antar kelas dan objek yang ada dalam model dari sistem yang berubah-ubah.
2.5.5.3 Behaviour
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage ( 2000, p.89 ), behavior
merupakan kegiatan yang terakhir dalam analisa problem domain yang bertujuan untuk
memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dalam problem domain sistem
sepanjang waktu. Behavior berhubungan dengan sesuatu yang dapat dilakukan objek dan
ini berhubungan dengan fungsi yang dilakukan pada data objek (atribut). Tugas utama
dalam kegiatan ini adalah menggambarkan pola prilaku (behavioural pattern) dan atribut
dari setiap class. Hasil dari kegiatan ini adalah statechart diagram.
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.93) ada 3 notasi
untuk behavioural pattern yaitu sebagai berikut:
42
• Sequence, dimana event muncul satu per satu secara berurutan.
• Selection, dimana terjadi pemilihan satu event dari sekumpulan event yang muncul.
• Iteration, dimana sebuah event muncul sebanyak nol atau beberapa kali.
2.5.6 Apllication Domain Analysis
Application domain analysis berfokus pada penggunaan target sistem sehingga
fungsi sistem dan interface perlu didefinisikan secara tepat dan benar untuk menjawab
kebutuhan sistem agar hasilnya sesuai dengan keinginan pengguna.
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.115), application
domain adalah suatu organisasi yang mengatur, memonitor, atau mengendalikan
problem domain. Hasil dari application domain adalah list lengkap dari kebutuhan
pengguna sistem secara keseluruhan. Tujuannya untuk mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan fungsi dan interproses dari sistem atau bagaimana cara menggunakannya.
Gambar 2.5 Application Domain Analysis Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.117)
43
2.5.6.1 Usage
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.119-121), tujuan dari
usage adalah untuk menentukan bagaimana actor-actor berinteraksi di dalam sistem.
Actor merupakan sebuah abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi
dengan sistem target. Usecase adalah sebuah pola untuk interaksi antara sistem dan
actor-actor dalam application domain. Hubungan antara actors dengan usecase dapat
diilustraksikan dengan actor table atau usecase diagram
Jadi dapat dikatakan bahwa usecase diagram adalah sebuah diagram yang
menggambarkan pola hubungan interaksi antara actor dengan sistem, serta menjelaskan
apa saja yang actor lakukan dengan menggunakan sistem. Actor tidak hanya
berhubungan dengan satu sistem saja melainkan bisa dengan beberapa sistem.
2.5.6.2 Function
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.137-138), tujuan dari
kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan sistem memproses informasi.
Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar lengkap dari fungsi-fungsi dengan
spesifikasi dari fungsi yang kompleks.
Kegiatan function merupakan kegiatan kedua dari application domain. Function
adalah suatu fasilitas untuk membuat suatu model yang berguna untuk actors. Function
memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam
melaksanakan pekerjaan mereka. Function memiliki empat tipe berbeda yaitu:
a. Update, fungsi ini disebabkan oleh event problem domain dan menghasilkan
perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut.
44
b. Signal, fungsi ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model yang
dapat menghasilkan reaksi pada konteks.
c. Read, fungsi ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan aktor dan
mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan dengan informasi
dalam model.
d. Compute, fungsi ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan aktor dan
berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disebabkan oleh aktor atau model,
hasil dari fungsi ini adalah tampilan dari hasil komputasi.
2.5.6.3 Interfaces
Interface merupakan kegiatan ketiga dari analisis application domain yang
bertujuan untuk menentukan system’s interface. Interface biasanya digunakan oleh
actor untuk berinteraksi dengan sistem.
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.151-164), interface
merupakan suatu fasilitas yang membuat suatu model dan fungsi-fungsi dari sistem yang
tersedia bagi aktor. Interface terdiri dari 2 macam, yaitu:
a. User Interface, yang menghubungkan actor (manusia) dengan sistem. Terdapat 4
jenis pola dialog yang penting dalam menentukan interface pengguna, yaitu :
- Pola menu-selection, yang terdiri dari daftar pilihan yang mungkin dalam interface
pengguna.
- Pola fill-in , merupakan pola klasik untuk entry data
- Pola command-language, yang mana user memasukkan dan memulai format
perintah sendiri
45
- Pola direct-manipulation, dimana user dapat memilih objek dan melaksanakan
function atas objek dan melihat hasil dari interaksi mereka tersebut dengan segera.
b. Sistem Interface, yang menghubungkan sistem (system actor) dengan sistem lain
yang sedang dikembangkan. System actor tersebut dapat berupa external device
(misalnya sensor, switch, dan lain-lain) dan sistem komputer yang kompleks sehingga
dibutuhkan suatu protokol komunikasi. Sistem interface dispesifikasikan sebagai
class diagram dari external device dan sebagai protokol dalam berinteraksi dengan
sistem lain.
2.5.6.4 Sequence Diagram
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.340), sequence
diagram menjelaskan tentang interaksi di antara beberapa objek dalam jangka waktu
tertentu. Sequence diagram melengkapi class diagram, yang menjelaskan situasi yang
umum dan statis. Sebuah sequence diagram dapat mengumpulkan rincian situasi yang
kompleks dan dinamis melibatkan beberapa dari kebanyakan object yang
digeneralisasikan dari class pada class diagram.
Menurut Meixia Zhu , Hanpin Wang , Xikui Liu , dan Xiaoqiong Han (2012)
dalam jurnalnya yang berjudul “Formal Analysis of Sequence Diagram with Time
Constraints by Model Transformation” menjelaskan bahwa sequence diagram
merupakan satu dari dynamic diagram yang paling penting. Selain itu, sequence
diagram SD yang pertama diusulkan dalam Unified Modeling Language (UML).
Menurut Kenny Wong and Dabo Sun (2006) dalam jurnalnya yang berjudul “On
Evaluating The Layout of UML Diagrams for Program Comprehension” menjelaskan
46
bahwa class UML dan sequence diagram sangat membantu untuk memahami struktur
statis dan perilaku dinamis dari suatu sistem perangkat lunak.
Dalam sequence diagram yang diadaptasi dari Bennet, McRobb, dan Farmer
(2006, p.252), terdapat satu buah notasi yang disebut fragment. Fragment ini biasa
digunakan dalam setiap tipe UML diagram. Fragment yang digunakan pada sequence
diagram dimaksudkan untuk memperjelas bagaimana sequence ini saling
dikombinasikan. Fragment terdiri dari beberapa jenis interaction operator yang
menspesifikasikan tipe dari kombinasi fragment. Tipe-tipe interaction operator yang ada
dalam sequence diagram dibahas dalam Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tipe Interaction Operator yang Digunakan dalam Fragment Interaction Operator
Penjelasan dan Penggunaan
Alt Alternatives ini mewakili alternative behaviour yang ada, setiap behaviour ditampilkan dalam operasi yang terpisah.
Opt Option ini merupakan pilihan tunggal atas operasi yang hanya akan dieksekusi bila batasan interaksi bernilai true.
break Break mengindikasi bahwa dalam combined fragment ditampilkan sementara oleh sisa dari interaction fragment yang terlampir.
Par Parallel mengindikasi bahwa eksekusi operasi dalam combined fragment biasa digabungkan dalam sequence manapun.
Seq Weak Sequencing menampilkan dalam urutan dari tiap operasi yang telah dimaintain tetapi keterjadian suatu event adalah berbeda operasinya dalam perbedaan lifeline yang dapat terjadi dalam urutan apapun.
Strict Strict Sequencing membuat sebuah strict sequence berada dalam eksekusi sebuah operasi tapi tidak termasuk urutan dalam operasi.
Neg Negative menggambarkan sebuah operasi yang bersifat invalid.
Critical Critical Region mengadakan sebuah batasan dalam sebuah operasi yang tidak memiliki event yang terjadi dalam lifeline.
Ignore Ignore menandakan tipe pesan, spesifikasi sebagai parameter, yang seharusnya diabaikan dalam sebuah interaksi.
47
Consider Consider merupakan keadaan dimana pesan-pesan seharusnya dipertimbangkan dalam sebuah interaksi.
Assert Assertion merupakan keadaan bahwa sebuah sequence dari pesanan dalam operasi hanyalah satu-satunya yang memiliki lanjutan yang bersifat sah.
Loop Loop digunakan untuk mengindikasi sebuah operasi yang diulang berkali-kali sampai batasan interaksi untuk pengulangan berakhir.
Sumber : Bennet, et al. (2006, p270)
2.5.7 Architecture Design
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.173), keberhasilan
suatu sistem ditentukan berdasarkan kekuatan desain arsitekturalnya. Tujuan utama dari
sebuah Architecture Design adalah untuk menstrukturkan sebuah sistem yang
terkomputerisasi.
Gambar 2.6 Aktivitas dalam Architectural Design
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.176)
2.5.7.1 Criteria
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.177), tujuan dari
sebuah criteria adalah untuk mempersiapkan prioritas dari sebuah perancangan. Sebuah
48
perancangan yang baik harus memperhatikan criteria-criteria seperti terlihat pada tabel
2.2 berikut ini:
Tabel 2.2 Tabel Kriteria Umum Criterion Ukuran dari
Usable Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan konteks, organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis.
Secure Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas.
Efficient Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis. Correct Pemenuhan dari kebutuhan. Reliable Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan
fungsi. Maintainable Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan. Testable Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat
melaksanakan fungsi yang dibentuk.
Flexible Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Comprehensible Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman
terhadap sistem. Reusable Kemungkinan untuk menggunakan bagian sistem pada
sistem lain yang berhubungan.
Portable Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda.
Interoperable Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain. Sumber : Mathiassen et al. (2000, p.178)
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.186), sebuah desain
yang baik memiliki ciri-ciri yaitu :
1. Tidak memiliki kelemahan.
Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas berdasarkan
review, eksperimen, dan membantu dalam menentukan prioritas dari criteria yang
akan mengatur dalam kegiatan desain yang berorientasi object.
49
2. Menyeimbangkan beberapa criteria.
Conflict sering terjadi antar criteria. Oleh sebab itu, untuk menentukan criteria mana
yang akan diutamakan dan bagaimana cara untuk menyeimbangkan dengan criteria-
criteria yang lain bergantung pada situasi sistem tertentu.
3. Usable, flexible, dan comprehensible.
Kriteria-kriteria ini bersifat umum dan digunakan pada hampir setiap proyek
pengembangan sistem.
2.5.7.2 Component Architecture
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.189-200), component
architecture adalah sebuah sistem terstruktur yang terdiri dari komponen-komponen
yang saling berhubungan. Komponen merupakan sekumpulan bagian-bagian program
yang membentuk suatu kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas. Sebuah component
architecture yang baik membuat sistem menjadi mudah untuk dipahami,
mengorganisasikan pekerjaan desain, menggambarkan stabilitas dari konteks sistem, dan
mengubah tugas desain menjadi beberapa tugas yang tidak terlalu kompleks.
Beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur :
• Arsitektur layered
Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah arsitektur layered
terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan dimana lapisan
yang berada di atas bergantung kepada lapisan yang ada di bawahnya. Perubahan
yang terjadi pada suatu lapisan akan mempengaruhi lapisan di atasnya.
• Arsitektur generic
50
Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari antar muka, function,
dan komponen-komponen model. Dimana komponen model terletak pada lapisan
yang paling bawah, diikuti dengan function system dan komponen interface di
atasnya.
• Arsitektur client-server
Pola ini pada mulanya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem di
antara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur
ini adalah sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab daripada server adalah
untuk menyediakan database dan resources yang dapat disebarkan kepada client
melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan antar
muka lokal untuk setiap penggunanya.
Berikut adalah beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server dimana U
(user interface), F (function), M (model) :
Tabel 2.3 Jenis Arsitektur Client-Server Client Server Architecture
U U+F+M Distributed presentation U F+M Local presentation U+F F+M Distributed functionality U+F M Centralized data U+F+M M Distributed data
Sumber : Mathiassen, et.al. (2000, p.200)
2.5.7.3 Process Architecture
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.209-219), process
architecture adalah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling
tergantung. Beberapa pola distribusi dalam kegiatan desain process architecture :
51
• Centralized pattern
Pada pola ini semua data ditempatkan pada server dan client hanya menghandle user
interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi bergantung pada server, dan
client hanya berperan seperti terminal.
• Distributed pattern
Pola ini merupakan kebalikan dari centralized pattern. Semua didistribusikan kepada
client dan server hanya diperlukan untuk melakukan update model di antara clients.
• Decentralized pattern
Pola ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari kedua pola sebelumnya. Pada pola
ini, client mengimplementasikan model yang local, sedangkan server-nya memakai
model common (umum).
2.5.8 Component Design
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.231), component
design bertujuan untuk menentukan implementasi kebutuhan dalam sebuah kerangka
arsitektural. Kegiatan component design bermula dari spesifikasi arsitektural dan
kebutuhan sistem, sedangkan hasil dari kegiatan ini adalah spesifikasi dari komponen
yang saling berhubungan.
52
Gambar 2.7 Component Design
Sumber: Mathiassen et al. (2000, p.232)
2.5.8.1 Model Component
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.235-236), tujuan dari
komponen model adalah untuk mengirimkan data saat ini dan historis untuk function,
interface, pengguna, dan sistem yang lain. Pengertian dari moodel component itu sendiri
adalah suatu bagian dari sistem yang mengimplementasikan problem domain.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam model component adalah
mempresentasikan private event, mempresentasikan common event, dan restrukturisasi
class. Hasilnya adalah revised class diagram dari kegiatan analisis yang terdiri dari
kegiatan penambahan class, atribut, dan struktur baru yang mewakili event.
2.5.8.2 Function Component
Menurut Mathiassen, Madsen, Nielsen dan Stage (2000, p.251-252), tujuan dari
komponen function adalah untuk memberikan akses bagi user interface dan komponen
sistem lainnya ke model, oleh karena itu function component adalah penghubung antara
model dan usage. Pengertian dari function component itu sendiri adalah bagian dari
sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional.
53
Hasil utama dari function component adalah class diagram dengan operation dan
specification dari operation yang kompleks. Sub kegiatan ini biasanya menghasilkan
kumpulan operasi yang dapat mengimplementasikan fungsi sistem seperti yang telah
ditentukan dalam analisis problem domain dan function list.