bab 2 landasan teorilibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/2014-2-00123... · 2015. 9. 30. ·...

40
11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Definisi sistem menurut Hall (2011 : 5) berpendapat bahwa “A system is a group of two or more interrelated components or subsystems that serve a common purpose.” Artinya sistem adalah sekelompok komponen atau sub sistem yang memiliki tujuan yang sama. Sedangkan menurut Satzinger, Jackson & Burd (2012 : 6), ”System is a collection of interrelated components that function together to achieve some outcome.” Terjemahannya adalah, ”Sistem merupakan kumpulan dari komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai beberapa tujuan.” Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu bentuk kesatuan yang terdiri dari beberapa unsur atau elemen yang berinteraksi sesuai alur kerjanya masing – masing untuk melakukan suatu proses atau pekerjaan guna mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya. 2.2. Informasi Menurut Reynolds dan Stair (2010 : 5), ”Information is a collection of facts organized so that they have additional value beyond the value of the individual facts”. Terjemahannya adalah, ”Informasi adalah kumpulan fakta yang terorganisir sehingga memiliki nilai tambah di luar nilai fakta dari individu”. Kemudian informasi menurut Gellinas dan Wheeler (2012 : 18), ”Information is data presented in a form that is useful in a decision-making activity”. Apabila diterjemahkan menjadi, ”Informasi merupakan data yang ditampilkan dalam sebuah formulir yang berfungsi dalam aktivitas pembuatan keputusan”. Jadi, informasi adalah sekumpulan dari data – data yang telah diproses dan diubah menjadi sesuatu yang berharga, berguna serta memiliki arti bagi penggunanya. Dalam hal ini informasi sangat berharga bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan didalam perusahaan.

Upload: others

Post on 03-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 11

    BAB 2

    LANDASAN TEORI

    2.1. Sistem

    Definisi sistem menurut Hall (2011 : 5) berpendapat bahwa “A system is a

    group of two or more interrelated components or subsystems that serve a

    common purpose.” Artinya sistem adalah sekelompok komponen atau sub

    sistem yang memiliki tujuan yang sama.

    Sedangkan menurut Satzinger, Jackson & Burd (2012 : 6), ”System is a

    collection of interrelated components that function together to achieve some

    outcome.” Terjemahannya adalah, ”Sistem merupakan kumpulan dari

    komponen yang saling terkait yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai

    beberapa tujuan.”

    Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan

    suatu bentuk kesatuan yang terdiri dari beberapa unsur atau elemen yang

    berinteraksi sesuai alur kerjanya masing – masing untuk melakukan suatu proses

    atau pekerjaan guna mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan

    sebelumnya.

    2.2. Informasi

    Menurut Reynolds dan Stair (2010 : 5), ”Information is a collection of facts

    organized so that they have additional value beyond the value of the individual

    facts”. Terjemahannya adalah, ”Informasi adalah kumpulan fakta yang

    terorganisir sehingga memiliki nilai tambah di luar nilai fakta dari individu”.

    Kemudian informasi menurut Gellinas dan Wheeler (2012 : 18),

    ”Information is data presented in a form that is useful in a decision-making

    activity”. Apabila diterjemahkan menjadi, ”Informasi merupakan data yang

    ditampilkan dalam sebuah formulir yang berfungsi dalam aktivitas pembuatan

    keputusan”.

    Jadi, informasi adalah sekumpulan dari data – data yang telah diproses dan

    diubah menjadi sesuatu yang berharga, berguna serta memiliki arti bagi

    penggunanya. Dalam hal ini informasi sangat berharga bagi pihak manajemen

    untuk mengambil keputusan didalam perusahaan.

  • 12

    2.3. Sistem Informasi

    Sebuah sistem yang baik memerlukan dukungan dari beberapa informasi.

    Apabila informasi yang tersedia semakin lengkap maka akan semakin baik pula

    kualitas dari sistem yang akan dihasilkan. Gellinas dan Wheeler (2012 : 11)

    mengungkapkan bahwa sistem informasi adalah suatu sistem yang terdiri dari

    seperangkat komponen yang berbasis komputer dan komponen manual yang

    dibangun untuk mengumpulkan, menyimpan, dan mengelola data serta

    menghasilkan informasi bagi pengguna.

    Menurut Gellinas dan Wheeler (2012 : 12), terdapat beberapa karakteristik

    informasi yang berkualitas, seperti:

    a. Effectiveness, berkaitan dengan informasi yang relevan dan berkaitan dengan

    proses bisnis yang disampaikan dengan tepat waktu, benar, konsisten, dan

    dapat digunakan.

    b. Efficiency, menyangkut penyediaan informasi melalui penggunaan (paling

    produktif dan ekonomis) yang optimal dari sumber daya.

    c. Confidentially, menyangkut perlindungan sensitivitas informasi dari

    pengungkapan yang tidak sah.

    d. Integrity, berkaitan dengan keakuratan dan kelengkapan informasi serta

    validitas sesuai dengan nilai-nilai bisnis dan harapan.

    e. Availability, berkaitan dengan informasi yang tersedia pada saat diperlukan

    oleh proses bisnis baik sekarang maupun di masa depan. Hal ini juga

    menyangkut pengamanan sumber daya yang diperlukan dan kemampuan

    yang terkait.

    f. Compliance, berkaitan dengan mematuhi undang-undang: peraturan, dan

    perjanjian kontrak di mana proses bisnis merupakan subjek.

    g. Reliability, berkaitan dengan penyediaan informasi yang tepat bagi

    manajemen untuk mengoperasikan entitas dan melaksanakan tanggung

    jawab serta tata kelola.

    Jadi, sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

    merupakan kombinasi dari sumber daya manusia, fasilitas, teknologi, prosedur –

    prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jaringan

    komunikasi yang penting, memproses tipe transaksi secara terintegrasi,

    memberikan laporan kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian –

  • 13

    kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar

    informasi untuk pengambilan keputusan.

    2.4. Akuntansi

    Akuntansi berperan penting didalam setiap perusahaan baik perusahaan yang

    berbadan hukum maupun yang tidak. Pengertian akuntansi menurut Weygandt,

    Kimmel, dan Kieso (2013 : 5) adalah: "Accounting is an information system that

    identifies, records, and communicates the economic events of an organization to

    interested users." Definisi ini mengandung beberapa pengertian, yaitu:

    1. Bahwa akuntansi merupakan proses yang terdiri dari pengidentifikasian,

    pencatatan dan pengkomunikasian kejadian – kejadian ekonomi;

    2. Bahwa informasi tentang kejadian ekonomi suatu organisasi yang dihasilkan

    oleh akuntansi diharapkan berguna bagi pihak – pihak yang berkepentingan.

    Sedangkan, definisi akuntansi yang diungkapkan oleh Bodnar dan Hopwood

    (2010 : 5), sebagai berikut: “Accounting as an information system, identifies,

    collects, processes, and communicates economic information about an entity to

    a wide variety of people”.

    Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, akuntansi sebagai suatu sistem

    informasi, mengidentifikasikan, mengumpulkan, dan mengkomunikasikan

    informasi ekonomik mengenai suatu badan usaha ke berbagai macam pihak

    yang berkepentingan sebagai bahan dalam mengambil keputusan didalam suatu

    organisasi atau perusahaan.

    2.5. Sistem Informasi Akuntansi

    Sistem informasi akuntansi membantu perusahan dalam mendapatkan

    informasi yang relevan mengenai keuangan dan akuntansi yang terdapat di

    dalam perusahaan. Soudani (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “The

    Usefulness of an Accounting Information System for Effective Organizational

    Performance” mengatakan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan alat

    yang dibuat untuk membantu mengatur dan mengendalikan hal – hal yang

    berkaitan dengan bagian keuangan perusahaan.

    2.5.1. Definisi

  • 14

    Menurut Hall (2011 : 7), sistem informasi akuntansi adalah suatu subsistem

    yang memproses transaksi keuangan dan non-keuangan yang berpengaruh secara

    langsung terhadap pemrosesan transaksi keuangan. Sedangkan, menurut Al-

    Dalabeeh, El-Rahman kh. International Journal of Business and Management

    7.12 (2012 : 97-106). “Accounting information systems necessary to meet the

    requirements of modern management”, yang artinya, sistem informasi akuntansi

    sangat diperlukan untuk menunjang persyaratan dari manajemen modern.

    Kemudian, definisi sistem informasi akuntansi Menurut Gellinas dan Wheeler

    (2012 : 14), “Accounting information system is a specialized subsystem of the IS

    that collects, processes, and reports information related to the financial aspects

    of business events”. Apabila diterjemahkan menjadi, “Sistem informasi akuntansi

    adalah subsistem khusus dari sistem informasi yang mengumpulkan, memproses,

    dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan aspek keuangan dari setiap

    kejadian bisnis”.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan

    subsistem dari sistem informasi yang mengumpulkan, memproses, dan

    menyediakan informasi – informasi yang berkaitan dengan transaksi akuntansi

    perusahaan. Sistem informasi akuntansi memiliki komponen sistem berbeda –

    beda fungsinya tetapi tetap bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Ada

    komponen yang berfungsi untuk menerima input, ada komponen yang untuk

    memproses, ada komponen untuk menghasilkan output, ada komponen untuk

    mengendalikan jalannya masing – masing komponen sistem dan ada komponen

    untuk menyimpan data.

    2.5.2. Komponen

    Menurut Hall (2011 : 13-18), elemen – elemen dari sistem informasi akutansi

    adalah sebagai berikut :

    a. End User

    Dalam pemakai akhir dibagi ke dalam dua kelompok umum, yaitu:

    1. Pemakai eksternal meliputi para kreditur, para pemegang saham, para

    investor potensial, agen – agen pemuat peraturan, otoritas pajak, para

    pemasok, dan pelanggan.

    2. Para pemakai internal adalah pihak manajemen di setiap tingkat

    organisasi, juga personil operasi. Berlawanan dengan pelaporan

  • 15

    eksternal, organisasi memiliki cukup kebebasan dalam memenuhi

    kebutuhan pemakai internal.

    b. Central Data

    Sumber data adalah transaksi keuangan yang memasuki sistem

    informasi dari sumber internal dan eksternal. Transaksi keuangan eksternal

    merupakan sumber data yang umum bagi kebanyakan organisasi. Termasuk

    dalam transaksi ini adalah pertukaran ekonomis dengan entitas bisnis lainnya

    dan individu dari luar perusahaan. Misalnya, penjualan barang-barang dan

    jasa, pembelian persediaan, penerimaan kas, dan pengeluaran kas (termasuk

    gaji). Transaksi keuangan internal melibatkan pertukaran dan pergerakan

    sumber daya dalam organisasi.

    c. Data Collecting

    Pengumpulan data merupakan tahap operasional pertama dalam sistem

    informasi. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa data-data peristiwa

    yang memasuki sistem itu sah (valid), lengkap dan bebas dari kesalahan

    material. Jika transaksi yang salah memasuki pengumpulan data tanpa

    terdeteksi, sistem mungkin akan memproses kesalahan dan menghasilkan

    output yang keliru dan tidak dapat diandalkan.

    d. Data Process

    Tugas dari pemrosesan data bervariasi dari yang sederhana sampai

    kompleks. Misalnya adalah prosedur – prosedur untuk menglompokkan dan

    merangkumkan yang digunakan dalam aplikasi akuntansi.

    e. Database Management

    Database organisasi merupakan tempat penyimpanan fisik data keuangan

    dan non – keuangan. Manajemen database memiliki tiga tugas mendasar,

    yaitu penyimpanan, perbaikan (retrieval), dan penghapusan.

    f. Penghasil informasi

    Penghasil informasi merupakan proses mengumpulkan, mengatur,

    menformat, dan menyajikan informasi untuk para pemakai. Tanpa

    memperhatikan bentuk fisiknya, informsi yang berguna memiliki

    karakteristik berikut ini :

    1. Relevan

    Isi dari sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan.

    2. Tepat Waktu

  • 16

    Informasi harus tidak lebih lama dari periode waktu tindakan yang di

    dukungnya.

    3. Akurat

    Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material.

    4. Lengkap

    Tidak boleh ada bagian informasi yang esensial bagi pengambilan

    keputusan atau pelaksanaan tugas yang hilang.

    5. Rangkuman

    Informasi harus diagregasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakai.

    g. Feedback

    Umpan balik adalah suatu bentuk output yang dikirimkan kembali ke

    sistem sebagai suatu sumber data. Umpan balik dapat bersifat internal atau

    eksternal dan digunakan untuk memulai atau mengubah suatu proses.

    2.5.3. Kegunaan

    Menurut Rama dan Jones (2010 : 9), Lima kegunaan Sistem informasi

    akuntansi yaitu :

    1. Menyusun laporan eksternal perusahaan

    Bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan

    laporan – laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor,

    kreditor, petugas pajak, agen pengatur dan lain-lain.

    2. Menangani transaksi rutin

    Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani

    aktivitas operasional yang rutin dalam siklus operasi perusahaan. Contohnya

    seperti, melayani pemesanan pelanggan, pengiriman barang dan jasa,

    penagihan kepada pelanggan, dan penerimaan kas.

    3. Membantu para manajer membuat keputusan baik rutin maupun tidak rutin

    Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan tidak rutin pada

    semua level dari organisasi. Contohnya seperti, mengetahui barang yang

    penjualannya baik dan pelanggan yang paling banyak melakukan pembelian.

    4. Membantu perencanaan dan pengendalian

    Sebuah sistem informasi dibutuhkan untuk aktivitas perencanaan dan

    pengendalian.

    5. Memelihara pengendalian internal

  • 17

    Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur dan sistem informasi

    yang digunakan untuk melindungi harta (asset) perusahaan dari kerugian atau

    pencurian dan untuk memelihara keakuratan data keuangan.

    2.5.4. Siklus Transaksi

    Siklus pemrosesan transaksi pada sistem menurut Hall (2011 : 12), adalah

    suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan

    bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, hingga penjualan barang dan

    jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dapat dibagi kedalam beberapa subsistem,

    yaitu:

    a. Revenue Cycle (siklus pendapatan), terjadi dari transaksi penjualan hingga ke

    penerimaan kas.

    b. Expenditure Cycle (siklus pengeluaran), terdiri dari transaksi pembelian dan

    pengeluaran kas.

    c. Payroll Cycle (siklus gaji dan upah), terdiri dari peristiwa yang berhubungan

    dengan pemenuhankewajiban perusahaan atas pembayaran gaji untuk tenaga

    kerja.

    d. Conversion cycle (siklus konversi), terdiri dari peristiwa yang berhubungan

    dengan pengubahan bahan mentah menjadi produk/jasa yang siap untuk

    dipasarkan.

    e. Financing, siklus yang terjadi dari kegiatan penerimaan modal yang

    dilakukan

    oleh perusahaan.

    2.6. Siklus Pendapatan

    Siklus pendapatan menurut Hall (2011 : 146) adalah perusahaan menjual

    barangnya ke customer melalui siklus pendapatan, yang meliputi proses

    penerimaan kas dari penjualan, penjualan kredit, dan penerimaan kas dari

    penagihan piutang. Siklus pendapatan meliputi proses pencatatan transaksi

    penjualan, penerimaan kas hingga pembukuan transaksi tersebut.

    Siklus Pendapatan (Revenue Cylce) menurut Jones dan Rama (2010 : 443)

    adalah sebagai berikut:

  • 18

    1. Merespon permintaan informasi dari pelanggan. Informasi untuk pelanggan

    dimaksudkan agar pelanggan dapat memahami atas produk perusahaan

    sehingga pelanggan dapat memilih produk yang disediakan.

    2. Mengembangkan kesepakatan dengan pelanggan untuk menyediakan barang

    atau jasa di masa mendatang, yang dimaksud kesepakatan di sini adalah

    pemesanan pelanggan atas barang atau jasa dan kontrak antara perusahaan

    dengan pelanggan untuk dapat menyediakan produk atau jasa di masa datang.

    3. Menyediakan layanan atau mengirim barang kepada pelanggan. Pada

    perusahaan jasa, karyawan berfungsi sebagai penyedia jasa layanan,

    sedangkan pada perusahaan dagang, petugas warehouse dan pengirim barang

    memainkan peran penting dalam proses pengiriman barang kepada

    pelanggan.

    4. Menagih pelanggan atas barang atau jasa yang disediakan. Tahap ini

    merupakan tahap dimana perusahaan melakukan klaim kepada pelanggan

    dengan mencatat piutang dan menagih kepada pelanggan.

    5. Mengumpulkan pembayaran. Selama siklus penjualan, kas dari pembayaran

    pelanggan

    6. dikumpulkan.

    7. Menyetor uang ke bank. Kas yang diterima selama siklus penjualan, disetor

    ke bank.

    8. Menyiapkan laporan. Ada berbagai macam laporan yang harus dipersiapkan

    untuk pembuatan laporan penjualan termasuk di dalamnya daftar pesanan,

    daftar pengantaran dan daftar piutang.

    2.6.1. Pendapatan

    Ada beberapa hal yang mempengaruhi pendapatan yaitu mempengaruhi

    perusahaan dalam membiayai biaya operasional dan administrasinya serta untuk

    mengelola modalnya agar dapat melakukan pengembangan usahanya. Menurut

    Godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton dan Holmes (2010 : 292) pengertian

    pendapatan menururt IAS 18/AASB 118 paragraf ke – 7, pendapatan diartikan

    sebagai pemasukan kotor atau bruto dari keuntungan ekonomis selama periode

    munculnya aktifitas dari sebauh entitas ketika pemasukkan itu berdampak pada

    peningkatan ekuitas, selain yang berkaitan dengan kontribusi dari perserta

    ekuitas.

  • 19

    Sedangkan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2011 : 955)

    pendapaatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi selama satu periode

    yang timbul dalam aktivitas normal suatu entitas ketika arus masuk

    mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain kenaikan yang berkaitan dengan

    kontribusi dari peserta ekuitas.

    Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah

    penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang dikenal dengan sebutan

    yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalti

    dan sewa.

    2.6.2. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

    2.6.2.1. Penjualan

    Menurut Warren, Reeve dan Duchac (2012 : 271), penjualan adalah total

    biaya yang dibebankan kepada pelanggan atas barang yang telah dijual oleh

    perusahaan, baik penjualan tunai maupun kredit. Dengan kata lain penjualan

    merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan

    keuntungan atau pendapatan.

    Prosedur penjualan tunai dalam siklus pendapatan menurut Rama,

    Dasaratha dan Frederick (2010 : 165) adalah :

    1. Merespon pertanyaan pelanggan

    Pertanyaan pelanggan bisa ditangani oleh tenaga penjual. Tenaga penjualan

    memainkan peran penting dalam membantu para pelanggan untuk memahami

    suatu produk perusahaan dan memilih produk yang sesuaiuntuknya.

    2. Membuat perjanjian dengan para pelanggan untuk menyediakan barang dan

    jasa di masa yang akan datang.

    Perjanjian yang dilakukan dapat meliputi pesanan pelanggan untuk produk

    atau jasa serta kontrak antara perusahaan dengan pelanggan untuk dapat

    penyerahan barang atau jasa di masa depan. Dalam hal ini, peran karyawan

    merupakan hal yang penting untuk melakukan pencatatan pesanan.

    3. Menyediakan jasa atau mengirim barang ke pelanggan

    Kegiatan yang dilakukan dalam proses ini sangat penting dalam siklus

    pendapatan. Untuk jasa, karyawan berperan penting sebagai penyedia layanan.

    4. Mengakui klaim atas barang dan jasa yang disediakan

  • 20

    Perusahaan mengakui klaimnya terhadap pelanggandengan mencatat

    piutang dan memberikan tagihan kepada pelanggan.

    5. Menerima kas

    Pada suatu waktu dalam siklus pendapatan, kas diperoleh dari pelanggan.

    6. Menyetorkan kas ke bank

    Agen yang terlibat di sini adalah kasir dan bank.

    7. Menyusun laporan

    Berbagai laporan dapat dihasilkan dari siklus pendapatan. Antara lain

    mencakup daftar pesanan, daftar pengiriman, dan daftar penerimaan kas.

    2.6.2.2. Fungsi-fungsi yang Terkait dalam Siklus Penjualan

    Menurut Mulyadi (2008 : 211) siklus penjualan pada perusahaan

    melibatkan beberapa fungsi yang terkait, antara lain :

    1. Fungsi Penjualan

    Fungsi penjualan merupakan fungsi yang bertanggung jawab untuk

    menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pelanggan untuk

    menambahkan informasi yang belum terdapat pada surat order, meminta

    otorisasi kredit, menentukan tanggal pengiriman dan asal gudang darimana

    barang akan dikirim, dan mengisi surat order pengiriman. Fungsi penjualan

    juga bertanggung jawab untuk membuat "back order" jika persediaan di

    gudang tidak memenuhi order pelanggan.

    2. Fungsi Kredit

    Fungsi kredit merupakan suatu fungsi di bawah fungsi akuntansi yang

    bertanggung jawab untuk meneliti status kredit pelanggan dan memberikan

    otorisasi pemberian kredit kepada pelanggan.

    3. Fungsi Gudang

    Fungsi gudang bertanggung jawab untuk meyimpan dan menyiapkan

    barang yang dipesan oleh pelanggan serta menyerahkan ke bagian pengiriman.

    4. Fungsi Pengiriman

    Fungsi pengiriman bertanggung jawab untuk mengirim barang kepada

    pelanggan.

    5. Fungsi Penagihan

  • 21

    Fungsi penagihan bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimakan

    faktur penjalan kepada pelanggan.

    6. Fungsi Akuntansi

    Fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang muncul

    dari transaksi penjualan.

    2.6.3. Sistem Informasi Akuntansi Persediaan

    2.6.3.1. Persediaan

    Persediaan menurut Samiaji (2009 : 53), yang dimaksud data persediaan

    yang dibahas kali ini adalah tentang informasi mengenai persediaan barang

    yang telah siap dijual kepada pelanggan. Informasi yang terkait dengan

    persediaan harus disimpan pada tabel persediaan agar informasi yang tersedia

    bersifat konsisten. Sedangkan menurut Render (2009 : 220), persediaan

    merupakan sumber yang disimpan yang digunakan untuk memuaskan

    kebutuhan masa kini atau masa depan.

    Maka kesimpulannya persediaan merupakan harta dari perusahan yang

    dapat berupa raw material inventory, work in process inventory, dan finished

    good inventory yang tersedia untuk dijual oleh perusahaan kepada

    pelanggannya sehingga perusahaan dapat memperoleh laba atas transaksi

    penjualan tersebut. Persediaan barang juga digunakan dalam menunjang

    kegiatan pelayanan jasa perusahaan kepada para pelanggan.

    Secara umum, istilah persediaan menunjuk pada barang yang dimiliki

    perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam proses pemberian jasa.

    Menurut Stice dan Skousen (2009 : 571), ”Persediaan adalah istilah yang

    diberikan untuk aktiva yang akan dijual dalam kegiatan normal persahaan atau

    aktiva yang dimasukkan secara langsung atau tidak langsung kedalam barang

    yang akan diproduksi dan kemudian dijual”. Kesimpulannya adalah bahwa

    persediaan merupakan suatu istilah yang menunjukan segala sesuatu dari sumber

    daya yang ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap

    segala kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada

    masalah lain.

    Persediaan memiliki beberapa fungsi penting bagi perusahaan :

    a. agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan terjadi,

    b. untuk menyeimbangkan antara produksi dan distribusi,

  • 22

    c. untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena pembeli

    d. dalam jumlah yang banyak ada diskon,

    e. untuk menghindari kekurangan persediaan yang dapat terjadi karena cuaca,

    f. kekurangan pasokan, mutu, dan ketidak tepatan pengiriman,

    g. untuk menjaga kelangsungan operasi dengan cara persediaan dalam proses.

    Biaya persediaan terdiri dari seluruh pengeluaran, baik yang langsung

    maupun yang tidak langsung, yang berhubungsn dengan pembelian, persiapan,

    dan penempatan persediaan untuk dijual. Biaya persediaan bahan baku atau

    barang yang diperoleh untuk dijual kembali, biaya termasuk harga pembelian,

    pengiriman, penerimaan, penyimpanan dan seluruh biaya yang terjadi sampai

    barang siap untuk dijual.

    2.6.3.2. Sistem Pencatatan Persediaan

    Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode

    periodik. Metode perpetual disebut juga metode buku, karena setiap jenis

    persediaan mempunyai kartu persediaan, sedangkan metode periodik disebut

    juga metode fisik. Dikatakan demikian karena pada akhir periode dihitung fisik

    barang untuk mengetahui persediaan akhir yang nantinya akan dibuat jurnal

    penyesuaian. Menurut Stice dan Skousen (2009 : 667), ”ada beberapa macam

    metode penilaian persediaan yang umum digunakan, yaitu : identifikasi khusus,

    biaya rata – rata (average), first in first out (FIFO), last in first out (LIFO)”.

    a. Identifikasi Khusus

    Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama

    periode berjalan dan ke barang yang ada ditangan pada akhir periode

    berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan untuk

    mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus,

    arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.

    b. Metode Biaya Rata – rata (average)

    Metode ini membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode

    ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan

    dengan 36 biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli

    pada tiap harga. Metode rata-rata mengutamakan yang mudah terjangkau untuk

    dilayani, tidak peduli apakah barang tersebut masuk pertama atau masuk

    terakhir.

  • 23

    c. Metode First In First Out (FIFO)

    Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang

    terlebih dahulu masuk. Selain itu, didalam FIFO unit yang tersisa pada

    persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang

    dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantiaan diakhir

    periode.

    d. Metode Last In First Out (LIFO)

    Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang

    terjual. Metode LIFO sering dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah

    metode yang paling baik dalam penggantian biaya persediaan dengan

    pendapatan. Apabila metode LIFO digunakan selama periode inflasi atau harga

    naik, LIFO akan menghasilkan harga pokok yang lebih tinggi, jumlah laba kotor

    yang lebih rendah dan nilai persediaan akhir yang lebih rendah.

    2.6.3.3. Metode Pencatatan Persediaan

    Dalam siklus persediaan, dikenal dua metode pencatatan persediaan, yaitu :

    1. Metode mutasi persediaan (perpetual inventory method)

    Pada metode mutasi persediaan, setiap perpindahan persediaan akan dicatat

    pada kartu persediaan.

    a. Tidak terdapat perkiraan pembelian retur pembelian, potongan pembelian

    dan biaya angkut pembelian.

    b. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya

    angkut pembelian dicatat dalam perkiraan persediaan barang dagang.

    c. Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan harga pokok

    penjualan.

    d. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau distributor dengan

    sedikit macam barang yang diperdagangkan dan mudah untuk menentukan

    besarnya harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat.

    2. Metode persediaan fisik (physical inventory method)

    Pada metode persediaan fisik, yang dicatat pada kartu persediaan hanya

    pertambahan persediaan akibat adanya pembelian saja. Sedangkan,

    berkurangnya persediaan akibat pemakaian tidak dicatat pada kartu persediaan.

    a. Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan

    biaya angkut pembelian.

  • 24

    b. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian dan biaya

    angkut pembelian dicatat dalam perkiraan masing-masing.

    c. Setiap terjadi penjualan tidak perlu dilakukan pencatatan harga pokok

    penjualan. Harga pokok penjualan dihitung pada akhir periode secara

    agregat.

    d. Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/retail yang mempunyai

    banyak macam persediaan barang dagangan dan sulit untuk ditentukan

    harga pokok setiap terjadi penjualan.

    2.6.3.4. Sistem dan Prosedur Sistem Akuntansi Persediaan

    Dalam sistem akuntansi persediaan, terdapat sistem-sistem dan prosedur –

    prosedur yang berkaitan, yaitu :

    1. Prosedur pencatatan produk jadi.

    2. Prosedur pencatatan harga pokok yang dijual.

    3. Prosedur pencatatan harta pokok produk jadi yang diterima kembali dari

    pembeli.

    4. Prosedur pencatatan tambahan dan penyesuaian kembali harga pokok

    persediaan produk dalam proses.

    5. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dibeli.

    6. Prosedur pencatatan harga pokok persediaan yang dikembalikan kepada

    pemasok.

    7. Prosedur permintaan dan pengeluaran barang gudang.

    8. Prosedur pencatatan tambahan harga pokok persediaan karena

    pengembalian barang gudang.

    9. Sistem penghitungan fisik persediaan.

    2.6.3.5. Dokumen yang Digunakan Sistem Informasi Akuntansi Persediaan

    Menurut Mulyadi (2008 : 576) dokumen yang digunakan untuk merekam,

    meringkas, dan membukukang hasil pengitungan fisik adalah :

    1. Kartu penghitungan fisik

    2. Daftar hasil penghitungan fisik

    3. Bukti memorial

    2.6.3.6 Kepemilikan Persediaan

  • 25

    Sebagai pedoman umum, barang yang masuk sebagai persediaan adalah

    barang yang benar-benar dimiliki oleh perusahaan tanpa memandang lokasi

    persediaan tersebut. Masalah yang mungkin terjadi pada akhir periode dalam

    rangka menentukan status kepemilikan persediaan, yakni antara lain:

    1. Barang dalam perjalanan (Goods in transit)

    Masalah yang timbul apabila barang masih dalam perjalanan adalah sulitnya

    menentukan apakah barang tersebut masih menjadi hak milik penjual atau sudah

    menjadi hak milik pembeli. Untuk mengatasi hal ini, maka dua syarat penyerahan

    barang digunakan sebagai dasar penentuan, yaitu FOB Shipping Point atau FOB

    Destination.

    a. FOB Destination Point

    FOB Destination Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang

    penjual sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak penjual. Ini berarti

    bahwa barang-barang dalam perjalanan masih merupakan hak milik penjual.

    b. FOB Shipping Point

    FOB Shipping Point, artinya biaya angkut barang dimulai dari gudang penjual

    sampai gudang pembeli ditanggung oleh pihak pembeli, ini berarti pembeli

    adalah pemilik dari barang-barang yang masih dalam perjalanan. Oleh karena

    itu, dalam menentukan saldo persediaan untuk satu periode perusahaan harus

    mencatat jumlah barang dagangan dalam perjalanan.

    2. Barang Konsinyasi

    Perjanjian konsinyasi mengijinkan suatu perusahaan lain untuk menyimpan

    persediaan dalam gudang mereka namun mereka tidak harus membeli persediaan

    tersebut. Dengan perjanjian ini, pemasok memberikan persediaan untuk dijual

    kembali dengan menahan kepemilikan persediaan sampai terjualnya persediaan

    tersebut. Barangbarang konsinyasi masih tetap dilaporkan sebagai bagian dari

    persediaan pemiliknya sampai barang tersebut dijual kepada pihak ketiga.

    Barangbarang ini dilaporkan sebesar harga perolehannya (cost) di tambah biaya -

    biaya yang dikeluarkan untuk memindahkan barang tersebut dari gudang pemilik

    ke gudang perusahaan yang menjualkannya.

    3. Barang yang dijual secara cicilan

    Penjualan cicilan (installment sales) adalah penjualan yang pembayarannya

    dicicil secara periodik selama periode tertentu. Dalam penjualan cicilan biasanya

    penjual menahan hak legal atas barang sampai seluruh pembayaran dilakukan.

  • 26

    Dalam penjualan cicilan, persediaan berpindah dari penjual kepada pembeli pada

    saat ditandatanganinya kontrak penjualan cicilan walaupun hak legal atas

    kepemilikan barang tersebut belum berpindah.

    2.6.4. Penerimaan Kas

    Definisi penerimaan kas menurut Romney dan Steinbart (2012 : 373)

    mengatakan “Aktivitas terakhir di dalam siklus pendapatan berhubungan dengan

    penerimaan kas. Kasir akan melaporkan penerimaan, menangani remittance

    pelanggan dan akan menyetorkan uang ke bank”. Sedangkan definisi menurut

    Hall (2010 : 220) pengeluaran kas memproses pembayaran berbagai kewajiban

    yang timbul dari sistem pembelian. Jadi Siklus pengeluaran kas adalah rangkaian

    kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan

    dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa.

    Prosedur penerimaan kas menurut Hall (2010 : 173), menyebutkan ada 5

    (lima) prosedur yang terlibat dalam sistem penerimaan kas, yaitu :

    1. Remittance entry

    Pada tahap ini, kasir akan mengumpulkan semua cek dan mencocokan

    dengan remittance advice yang diterima, kemudian menjumlahkan semua cek

    yang diterima. Kemudian remittance list, yang berisi daftar remittance advice

    secara keseluruhan dibuat.

    2. Depositing receipts

    Salah satu salinan dari remittance list dikirimkan ke kasir yang akan

    membandingkan dan merekonsiliasi. Kemudian, kasir ini akan membuat deposit

    slip dan cash receipt transaction listing (jurnal). Setelah itu, barulah semua cek

    disetorkan ke bank.

    3. Update Accounts Receivable

    Remittance advice digunakan untuk mengirim ke rekening nasabah dalam

    buku besar pembantu piutang. Secara berkala, perubahan saldo rekening

    dirangkum dan diteruskan kefungsi buku besar.

    4. Update General Ledger

    Setelah menerima voucher jurnal dan ringkasa akun, fungsi buku besar umum

    dituliskan ke rekening kas dan rekening kendali piutang dan file voucher jurnal.

    5. Reconcile Cash Receipts and Deposits

  • 27

    Secara berkala (mingguan atau bulanan), seorang pegawai dari kantor

    pengawas (atau karyawan tidak terlibat dengan prosedur penerimaan kas)

    menyatukan penerimaan kas dengan membandingkan dokumen – dokumen

    berikut:

    a. Salinan prelist yang terkait.

    b. Slip penyetoran yang diterima dari bank.

    c. Jurnal voucher yang terkait.

    2.7. Jurnal

    Menurut Kieso, Kimmel dan Weygandt (2011 : 55), jurnal disebut sebagai

    buku entri asli. untuk setiap transaksi jurnal menunjukan efek debit dan kredit

    pada akun tertentu. Dengan kata lain, jurnal merupakan catatan yang timbul

    sebagai efek dari transaksi yang terjadi dimana terdapat debit dan kredit untuk

    mencatatnya dengan akun spesifik. Jurnal – jurnal yang berhubungan dengan

    transaksi penjualan, piutang usaha dan peneriman kas adalah sebagai berikut :

    a. Jurnal penjualan tunai

    Dr. Cash xxxxx

    Cr. Sales xxxxx

    b. Jurnal Persediaan

    Dr. Cost On Goods Sold (COGS) xxxxx

    Cr. Inventory xxxxx

    Sedangkan Yulius (2012 : 23) menjelaskan bahwa “Jurnal mempunyai fungsi

    yaitu mencatat segala transaksi yang terjadi dalam kegiatan operasional

    perusahaan dalam periode waktu tertentu yang berkesinambungan. Jurnal

    khusus yang ada dalam siklus pendapatan dapat dibagi dua yaitu :

    1. Jurnal penjualan adalah jurnal yang bertujuan untuk mencatat semua

    transaksi penjualan barang dagang atau pendapatan lain yang dilakukan

    secara kredit yang menimbulkan piutang dagang pada si penjual.

    2. Jurnal penerimaan kas adalah jurnal yang berfungsi untuk mencatat segala

    pemasukan (penerimaan kas secara tunai) yang berhubungan dengan usaha

    dagang.“

  • 28

    2.8. Pajak Pertambahan Nilai

    Pajak pertambahan nilai merupakan pengganti dari pajak penjualan. Alasan

    penggantian ini karena pajak penjualan dirasa sudah tidak lagi memadai untuk

    menampung kegiatan masyarakat dan belum mencapai sasaran kebutuhan

    pembangunan, antara lain untuk meningkatkan penerimaan negara, mendorong

    ekspor, dan pemerataan pembebanan pajak begitulah definisi pajak Menurut

    Resmi (2011 : 5) PPn merupakan pajak tidak langsung, artinya pajak yang pada

    akhirnya dapat dibebankan atau dialihkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

    Pihak-pihak yang mempunyai kewajiban memungut, menyetor, dan

    melaporkan PPn terdiri atas:

    a. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan BKP dan/atau

    JKP di dalam Daerah Pabean dan melakukan ekspor BKP Berwujud/BKP

    Tidak Berwujud/JKP.

    b. Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP.

    Sementara itu, menurut Waluyo (2011 : 16) Pajak Pertambahan Nilai

    dikenakan atas:

    1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan

    oleh

    Pengusaha;

    2. Impor Barang Kena Pajak;

    3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

    Pengusaha;

    4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di

    dalam Daerah Pabean.

    5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

    Pabean;

    6. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

    7. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak;

    dan

    8. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

    Menurut Sukrisno (2010 : 166) tarif PPN umumnya adalah 10%, tetapi

    dengan peraturan pemerintah dapat diubah serendah – rendahnya 5% dan

    setinggi-tingginya 15%.

    Jurnal PPN yang digunakan menurut Yulius (2012 : 38) sebagai berikut:

  • 29

    Jurnal Penjualan Tunai

    Dr. Cash xxxxx

    Cr. Sales xxxxx

    Cr. PPn Keluaran xxxxx

    Standar Akuntansi

    PSAK 23 UNTUK PENDAPATAN

    PSAK 23 (Revisi 2010) merevisi PSAK 23 (1994): Pendapatan dan

    merupakan adopsi IAS 18 (2009): Revenue. Tujuan dan ruang lingkup PSAK

    23 (Revisi 2010) terlihat pada Tabel II.23. Secara umum PSAK 23 (Revisi

    2010) tidak mengalami banyak perubahan dari PSAK sebelumnya. PSAK 23

    yang direvisi tahun 2010 ini mulai berlaku efektif 1 Januari 2011.

    PSAK 14 UNTUK PERSEDIAAN

    Persediaan adalah aktiva:

    1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

    2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

    3. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam

    proses produksi atau pemberian jasa.

    Nilai realisasi bersih adalah taksiran harga penjualan dalam kegiatan usaha

    normal dikurangi taksiran biaya penyelesaian dan taksiran biaya yang

    diperlukan untuk melaksanakan penjualan. Persediaan meliputi barang yang

    dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya, barang dagang dibeli oleh

    pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya

    untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi barang jadi yang telah

    diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi

    perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan

    dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa

    seperti diuraikan dalam paragraf 16, di mana pendapatan yang bersangkutan

    belum diakui perusahaan. (lihat Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.

    23 tentang Pendapatan).

  • 30

    2.9 Sistem Pengendalian Internal

    Sistem pengendalian di dalam perusahaan merupakan aspek yang sangat

    penting untuk mencegah terjadinya fraud yang bisa saja dilakukan oleh karyawan

    perusahaan untuk kepentingan dan keuntungan pribadinya. Kieso, Kimmel dan

    Weygandt (2013 : 285) menjelaskan pengendalian internal terdiri dari semua

    metode dan langkah – langkah yang diadopsi dalam sebuah organisasi untuk

    menjaga aset, meningkatkan keandalan pencatatan akuntansi, meningkatkan

    efisiensi operasional dan memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

    terkait. Sedangkan Rama dan Jones (2010 : 134) mengatakan lebih spesifik

    tentang pengendalian internal berdasarkan laporan COSO. “Laporan COSO

    mengidentifikasikan lima komponen pengendalian internal yang memiliki

    pengaruh terhadap kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan pengendalian

    internal, yaitu sebagai berikut:

    1. Control environment

    Mengarah kepada beberapa faktor yang disusun oleh organisasi untuk

    mengendalikan kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut meliputi integritas,

    nilai etika, dan filosofi manajemen serta cara operasi. Juga termasuk di dalamnya

    cara pihak manajemen menentukan otoritas dan tanggung jawab, mengatur dan

    mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan petunjuk dari board

    of directors.

    2. Risk Assessment

    Risk Assessment merupakan proses mengidentifikasi dan menganalisis

    beberapa resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis

    untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur. Karena kondisi ekonomi,

    industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk

    mengidentifikasi dan menghadapi resiko – resiko terkait dengan perubahan

    tersebut yang dapat menghambat pencapaian tujuan dari pengendalian internal.

    3. Control Activities

    Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi

    untuk menangani risiko yang mungkin dan risiko yang telah ada. Control

    activities mencakup :

    a. Performance reviews, kegiatan yang memiliki hubungan dengan analisis

    terhadap kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat

    dengan anggaran, standar perhitungan, dan data pada periode sebelumnya.

  • 31

    b. Segregation of duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk

    mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan juga

    untuk menjaga aset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda.

    c. Application control, berkaitan dengan aplikasi sistem informasi akuntansi.

    d. General control, berkaitan dengan pengawasan yang lebih luas yang

    berhubungan dengan berbagai aplikasi.

    4. Information and communication

    Pada setiap informasi yang berkaitan harus diidentifikasi, tergambar dan

    terkomunikasi dalam sebuah form dan timeframe yang memungkinkan

    orang-orang menjalankan tanggung jawabnya. Sistem informasi

    menghasilkan laporan, yang berisi informasi operasional, finansial, dan

    terpenuhinya keperluan sistem, yang membuatnya mungkin untuk

    menjalankan dan mengendalikan bisnis. Informasi dan Komunikasi tidak

    hanya menghadapi data-data yang dihasilkan internal, tetapi juga kejadian

    eksternal, kegiatan dan kondisi yang diperlukan untuk memberikan

    informasi dalam rangka pembuatan keputusan bisnis dan laporan eksternal.

    Komunikasi yang efektif juga harus terjadi dalam hal yang lebih luas,

    mengalir ke bawah, ke samping dan ke atas organisasi.

    5. Monitoring

    Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk

    menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini

    terselesaikan melalui kegiatan pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi

    yang terpisah atau kombinasi dari keduanya. Kegiatan ini termasuk

    manajemen dan supervisi yang reguler, dan kegiatan lainnya yang dilakukan

    personel dalam menjalankan tugasnya. Luas dan frekuensi evaluasi yang

    terpisah, akan tergantung pada terutama penaksiran resiko dan efektifnya

    prosedur monitoring yang sedang berlangsung. Ketergantungan sistem

    pengendalian harus dilaporkan kepada atasan, dengan masalah yang serius

    juga dilaporkan kepada manajemen teratas dan dewan direksi.

    2.9.1. Komponen Sistem Pengendalian Internal

    Sistem pengendalian internal yang diterapkan dalam organisasi terdiri

    dari beberapa komponen atau unsur yang terdapat di dalamnya. Komponen

    atau unsur – unsur tersebut menurut Mulyadi (2008 : 164 ) adalah :

  • 32

    1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara

    tegas. Pemisahan tanggung jawab fungsional dalam suatu organisasi harus

    ditetapkan secara tegas. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam

    organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :

    a. Fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan harus dipisahkan dengan

    fungsi akuntansi. Fungsi operasi berwenang dalam suatu kegiatan,

    fungsi penyimpanan berwenang dalam menyimpan aktiva perusahaan,

    dan fungsi akuntansi berwenang untuk mencatat peristiwa keuangan

    perusahaan.

    b. Suatu fungsi tidak boleh bertanggung jawab penuh atas semua tahap

    dalam suatu transaksi.

    2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang melindungi kekayaan,

    utang, pendapatan, dan biaya. Setiap transaksi hanya dapat terjadi atas

    dasar otorisasi dari pejabat yang berwenang. Oleh sebab itu setiap

    organisasi harus memilki pembagian wewenang otorisasi untuk setiap

    transaksi.

    3. Praktik yang sehat dalam menjalankan tugas dan fungsi setiap unit.

    Pembagian tanggung jawab fungsional, sistem wewenang dan

    prosedur pencatatan dapat berjalan dengan baik jika ada cara – cara

    untuk menjamin praktik yang sehat dalam pelaksanaannya, diantaranya :

    a. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak.

    b. Pemeriksaan mendadak untuk mendorong karyawan selalu

    melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.

    c. Setiap transaksi tidak boleh dilakukan oleh satu orang atau fungsi

    organisasi dalam setiap tahapannya.

    d. Perputaran jabatan untuk menjaga independensi pejabat dan

    menghindari persengkongkolan.

    4. Karyawan yang kompeten sesuai dengan tanggung jawabnya. Karyawan

    yang melaksanakan fungsi-fungsi pada organisasi harus kompeten sesuai

    tanggung jawabnya masing-masing sehingga dapat mendukung sistem

    pengendalian internal. Karyawan yang kompeten akan melaksanakan

    tugasnya dengan baik dan jujur serta dapat melaksanakan tugasnya

    dengan efektif dan efisien.

  • 33

    2.9.2. Tujuan Pengendalian Internal

    Menurut Romney dan Steinbart (2006 : 196), berdasarkan COSO,

    tujuan sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut:

    1. menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya;

    2. menghasilkan operasi yang efektif dan efisien;

    3. mentaati hukum dan peraturan yang ditetapkan.

    Sementara itu, COSO (2013 : 3) dalam framework terbarunya

    menyatakan mengenai tujuan – tujuan pengendalian internal yaitu “The

    Framework provides for three categories of objectives, which allow

    organizations to focus on differing aspects of internal control :

    1. Operations Objectives – These pertain to effectiveness and efficiency of

    the entity's operations, including operational and financial performance

    goals, and safeguarding assets against loss.

    2. Reporting objectives – These pertain to internal and external financial

    and non-financial reporting and may encompass reliability, timelines,

    transparency or other terms as set forth by regulators. recognized

    standard setters, or the entity's policies.

    3. Compliance Objectives – These pertain to adherence to laws and

    regulations to which the entity is subject.”

    Dapat disimpulkan berdasarkan konsep dari COSO di atas, bahwa

    pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tiga kategori tujuan yang

    memungkinkan organisasi untuk fokus pada aspek pengendalian internal yang

    berbeda, yang mencakup tujuan – tujuan operasi, pelaporan dan ketaatan.

    2.9.3. Pengendalian Internal pada Siklus Penjualan

    Pengendalian internal pada siklus penjualan di dalam perusahaan dapat

    terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

    1. Organisasi

    Aspek organisasi dalam pengendalian internal siklus penjualan

    mencakup pemisahan fungsi penjualan dengan fungsi kredit dan fungsi

    akuntansi, pemisahan fungsi akuntansi dengan fungsi kas, dan pelaksanaan

    transaksi harus dilakukan oleh lebih dari satu orang.

    2. Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan

    Aspek sistem otorisasi dan prosedur pencatatan mengatur bahwa

  • 34

    semua transaksi dalam siklus penjualan harus mendapat otorisasi dari pihak

    yang berwenang dan menggunakan prosedur pencatatan tertentu.

    3. Praktik yang sehat

    Pengendalian internal pada siklu penjualan juga mengatur praktik yang

    sehat dalam operasional sehari – hari seperti :

    a. Penggunaan formulir bernomor urut.

    b. Pengadaan rekonsiliasi secara periodik terhadap kartu piutang.

    2.9.4. Pengendalian Internal pada Siklus Persediaan

    Dalam siklus persediaan, menurut Mulyadi (2008 : 581) terdapat pengendalian

    internal yang harus perhatikan. Secara garis besar ada tiga pengendalian internal

    yang ada pada siklus persediaan, yaitu :

    1. Organisasi

    Dari sisi organisasi, pengendalian internal pada siklus persediaan adalah :

    a. Penghitungan fisik persediaan harus dilakukan oleh panitia gabungan dengan

    tiga fungsi, yaitu fungsi pemegang kartu penghitungan fisik, fungsi

    penghitung, dan fungsi pengecek. Fungsi penghitung dan fungsi pengecek

    bertugas menghitung barang dan mengecek mutunya secara independen.

    Sedangkan fungsi pemegang kartu penghitungan fisik bertanggung jawab akan

    formulir yang digunakan dalam penghitungan persediaan, perbedaan data yang

    dihasilkan penghitung dan pengecek, serta penyalinan data dari kartu

    penghitungan fisik ke dalam daftar hasil penghitungan fisik.

    b. Panitia gabungan ini harus terdiri dari orang-orang di luar fungsi gudang serta

    fungsi akuntansi persediaan dan biaya. Hal ini bertujuan untuk menjamin

    ketelitian dan keakuratan data perhitungan persediaan sehingga dapat

    mengevaluasi fungsi gudang serta fungsi akuntansi persediaan secara obyektif.

    2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan

    Dari sisi sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, ada empat pengendalian

    internal yang harus diperhatikan, yaitu :

    a. Penandatanganan daftar hasil penghitungan fisik persediaan oleh ketua panitia

    penghitungan fisik persediaan sebagai bentuk otorisasi pada hasil penghitungan

    fisik persediaan.

    b. Hasil penghitungan fisik persediaan yang dicatat harus sesuai dengan kartu

    penghitungan fisik dan telah diperiksa oleh pemegang kartu persediaan.

  • 35

    c. Harga satuan yang dicatat pada daftar hasil penghitungan fisik sesuai dengan

    kartu persediaan barang tersebut.

    d. Perubahan kartu persediaan harus berdasarkan informasi tiap jenis persediaan

    yang terdapat pada daftar penghitungan fisik.

    3. Praktik yang sehat

    Dari sisi praktik yang sehat ada 4(empat) pengendalian internal, yaitu :

    a. Penggunaan kartu penghitungan fisik bernomor urut tercetak yang dapat

    dipertanggungjawabkan oleh fungsi pemegang kartu penghitungan fisik.

    b. Penghitungan fisik setiap jenis persediaan dilakukan masing – masing satu kali

    oleh fungsi penghitung dan fungsi pengecek. Penghitungan oleh setiap fungsi ini

    dilakukan secara independen.

    c. Pencocokan kuantitas dan data persediaan pada bagian ke-2 dan bagian ke-3

    kartu penghitungan fisik sebelum data tersebut dicatat pada daftar hasil

    penghitungan fisik. Pencocokan ini dilakukan oleh fungsi pemegang kartu

    penghitungan fisik.

    d. Penggunaan peralatan dan metode yang jelas dan ketelitian yang terjamin untuk

    mengukur dan menghitung kuantitas persediaan.

  • 36

    2.10. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Berorientasi Objek

    2.10.1. Pengertian Object Oriented Analysis System (OOAD)

    Menurut Shelly dan Rosenblatt (2012 : 727), Object-Oriented Analysis

    and Design adalah sebuah metode yang digunakan untuk membuat benda-

    benda yang disebut pelaku, yang mewakili pengguna manusia yang akan

    berinteraksi dengan sistem.

    Sedangkan menurut Pandey, Singh dan Kansal ( 2011 : 143), “Study of

    Object Oriented Analysis and Design Apporach” Journal of Computer Science

    7(2): 143-147, Object Oriented Analysis and Design (OOAD) adalah sebuah

    metode yang terdiri dari proses (method describing “how to”), teknik

    (formalisms, models, notation), dan alat (contoh : CASE).

    Jadi kesimpulan dari pengertian Object Oriented Analysis and Design

    (OOAD) adalah sekumpulan metode yang terdiri dari proses, teknik dan alat

    yang digunakan untuk membuat benda – benda yang disebut pelaku yang

    mewakili pengguna yang akan berinteraksi dengan sistem.

    2.10.2. Pengertian Proses Bisnis

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010 : 134-135), Proses bisnis

    adalah suatu sistem yang harus dimengerti oleh seorang analis untuk

    memecahkan masalah pada sistem serta meningkatkan efektifitas dan efisiensi

    dari sistem yang sebelumnya dengan mencari fakta yang komprehensif. Proses

    bisnis dibagi menjadi tiga event yang berbeda, yaitu:

    a. Operating events

    Merupakan kegiatan-kegiatan pengoperasian yang dijalankan di dalam

    sebuah proses bisnis untuk menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan.

    b. Information events

    Dibedakan menjadi tiga kegiatan, yakni:

    1. Recording events

    Melibatkan pengumpulan data yang menggambarkan operating events dan

    menyimpannya di dalam data repository.

    2. Maintaining events

    Kegiatan penyimpanan referensi - referensi data terkini mengenai

    sumber daya yang dimiliki, pihak eksternal yang melakukan kegiatan bisnis

    dengan organisasi, dan karyawan yang bekerja.

  • 37

    3. Reporting events

    Pembuatan laporan memberikan informasi serta pengukuran untuk

    mendukung kegiatan – kegiatan organisasi seperti planning, controlling,

    dan evaluating

    c. Decision/management events

    Merupakan aktivitas-aktivitas di mana manajemen membuat keputusan

    mengenai planning, controlling, dan evaluating proses-proses bisnis.

    2.10.3. Unified Modeling Language (UML) Diagram

    2.10.3.1. Pengertian UML Diagram

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 46) UML adalah himpunan

    standar model dan notasi yang didefinisikan oleh Object Management Group

    (OMG), yaitu sebuah organisasi standar untuk pengembangan sistem.

    .Jadi Unified Modeling Language (UML) adalah sebuah bahasa yang

    digunakan untuk menentukan, memvisualisasikan, membangun dan

    mendokumentasikan sistem informasi. UML dikembangkan sebagai suatu alat

    untuk analisis dan desain beorientasi objek.

    2.10.3.2. Pengertian Activity Diagram

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 57) Activity diagram

    merupakan sebuah tipe dari diagram workflow yang menggambarkan tentang

    aktivitas dari pengguna ketika melakukan setiap kegiatan dan aliran

    sekuensial.

    Gambar 2.1 Activity Diagram Symbols

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

  • 38

    2.10.3.3. Pengertian Use case Diagram

    Use case menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 78) merupakan

    suatu aktivitas yang dilakukan oleh sistem, biasanya merupakan sebuah respon

    untuk permintaan dari pengguna sistem. Satzinger, Jackson dan Burd (2012 :

    81) menjelaskan bahwa aktor tidak selalu sama dengan sumber dari peristiwa

    di event table karena aktor di use case merupakan orang yang berinteraksi

    dengan sistem yang mana sistem harus meresponnya.

    Gambar 2.2 Use Case Symbols

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

    Gambar 2.3 Use Case Diagram

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

  • 39

    2.10.3.4. Pengertian Use case Description Fully Developed

    Use case description merupakan deskripsi yang mencatat mengenai detil

    pemrosesan dari suatu use case Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 122). Use

    case memiliki urutan yang lengkap dari tahapan – tahapan untuk

    menyelesaikan bisnis proses. Setiap Use case harus dijelaskan alur prosesnya

    melalui sebuah deskripsi, atau sekenario use case. Use case description terdiri

    dari

    a. Nama use case yaitu penamaan use case yang menggunakan kata kerja.

    b. Scenario use case yaitu untuk mengidentifikasi nama use case.

    c. Triggering Event mengidentifikasi pemicu yang menjalankan use case

    sama seperti yang terdapat pada event table.

    d. Brief Description yaitu penjelasan secara general tentang jalannya sistem.

    e. Actor mengidentifikasikan setiap pengguna sistem tersebut.

    f. Related Use Case mengidentifikasikan use case lain yang berhubungan

    serta hubungan mereka.

    g. Stakeholders mengidentifikasi kumpulan yang berhubungan tidak

    langsung dengan sistem.

    h. Pre-condition yaitu kondisi – kondisi yang perlu ada sebelum use case

    dilakukan.

    i. Post-condition yaitu kondisi – kondisi yang sudah dipenuhi ketika use

    case sudah dilaksanakan.

    j. Flow of events yaitu alur yang menceritakan semua aktivitas dalam use

    case. Flow of events dibagi kedalam 2 (dua) kolom yaitu, kolom kerja

    yang dilakukan oleh actor dan respon yang diberikan oleh system.

    k. Exception Condition menuliskan tentang adanya pengecualian yang

    terjadi didalam aktivitasnya.

  • 40

    Gambar 2.4 Use Case Description Fully Developed

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

    2.10.3.5. Pengertian Domain Model Class Diagram

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 168) Class diagram

    digunakan untuk menunjukkan objek class untuk sistem. Notasinya dari

    Unified Modelling Language (UML), yang telah menjadi standar untuk model

    yang digunakan dengan pengembangan system object oriented. Sebuah class

    diagram terdiri dari sejumlah kelas yang dihubungkan dengan garis yang

    menunjukan hubungan antar kelas yang disebut dengan Associations.

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 102), class diagram adalah

    kumpulan object yang menunjukan object class dan hubungan yang terlibat

    di sebuah use case. Hubungan antar class diagram terdiri dari :

    1. Zero or many ( 0..*)

    2. Zero or one relationship (0...1)

    3. One and only one relationship ( 1 )

    4. One or many relationship ( 1..*)

  • 41

    Jadi kesimpulan bahwa Class Diagram adalah kumpulan object yang

    menggambarkan sruktur statis dari sebuah sistem yang menunjukan object

    class dan hubungannya yang digunakan dengan pengembangan system object

    oriented

    Gambar 2.5 Domain Model Class Diagram

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

    2.10.3.6. Pengertian Developing the First Cut Design Class Diagram

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 313) First Cut Design Class

    Diagram dikembangkan dengan memperluas model domain class diagram dan

    memerlukan dua langkah :

    a. Melakukan elaborasi atribut dengan informasi type and initial value.

    Semua atribut tetap tak terlihat atau private, ditujukan oleh tanda minus

    dalam diagram.

    b. Menambahkan navigasi visibility arrow.

  • 42

    Gambar 2.6 First Cut Design Class Diagram

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

    2.10.3.7 Pengertian System Sequence Diagram

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 332) System Sequence

    Diagram (SSD) digunakan untuk menggambarkan aliran dari informasi yang

    masuk dan keluar dari sistem yang terotomatisasi. system sequence diagram

    merupakan tipe dari interaction diagram yaitu communication diagram atau

    sequence diagram yang menunjukkan interaksi diantara objek. Sequence

    Diagram memiliki tujuan utama untuk mengidentifikasi kolaborasi kelas dan

    apakah kelas tersebut harus mengirim pesan antara satu sama lain.

    Diagram ini menampilkan sekumpulan peran dan pesan – pesan yang

    dikirim dan diterima oleh instansi yang memegang peranan tersebut. Dalam

    UML objek dalam sequence diagram digambarkan dengan segiempat yang

    berisi nama objek yang diberi garis bawah. Objek dapat diberi nama dengan

    tiga cara :

    a. Nama objek,

    b. Nama objek dan class,

    c. atau hanya nama class.

  • 43

    Gambar 2.7 Multilayer Sequence Diagram

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

    2.10.3.8 Pengertian Update Class Diagram

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 409) Update class diagram

    adalah ringkasan dari gambaran akhir yang telah dikembangkan menggunakan

    detailed sequence diagram dan digunakan secara langsung ketika

    mengembangkan programming code. Design class diagram memiliki

    kompartemen baru dibawah yang menentukan sebuah method dari kelas.

  • 44

    Gambar 2.8 Update Class Diagram

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

    2.10.3.9 Pengertian Package Diagram

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2012 : 355) Package diagram

    adalah suatu diagram tingkat tinggi yang sederhana yang memungkinkan

    perancang untuk menghubungkan kelas – kelas dengan grup yang terelasi.

    Package diagram adalah sebuah bentuk pengelompokan yang

    memungkinkan untuk mengambil sebuah bentuk di UML dan

    mengelompokkan elemen – elemennya dalam tingkatan unit yang lebih tinggi.

    Kemampuan package yang paling umum adalah untuk mengelompokan class.

    Diagram ini mengilustrasikan three – design layer, yaitu view layer,

  • 45

    domain layer, and data access layer, dan memperlihatkan setiap lapisan

    sebagai paket yang terpisah.

    Gambar 2.9 Package Diagram

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2012)

    2.10.3.10 Pengertian Event Table

    Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010 : 168), Event Table

    merupakan katalog use case yang mengurutkan event dalam bentuk baris dan

    bagian kunci dari informasi mengenai event tersebut dalam kolom. Event table

    mendeskripsikan kegiatan dari proses bisnis berjalan dalam bentuk tabel.

    Gambar 2.10 Event Table

    Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2010)

  • 46

    2.10.3.11 Pengertian User Interface

    Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2012 : 189) User Interface adalah

    bagian dari sebuah sistem informasi yang membutuhkan interaksi pengguna

    untuk membuat input dan ouput. Perbedaan system interface dengan user

    interface :

    a. User Interface, yaitu tampilan yang menghubungkan pengguna dengan

    sistem.

    b. System Interface, yaitu tampilan yang menghubungkan sistem satu dengan

    sistem lain.

    Menurut Shneiderman dan Plaisant (2010 : 88–89) mengemukakan

    delapan aturan yang dapat digunakan sebagai dasar petunjuk yang baik untuk

    merancang UI. Delapan aturan ini disebut dengan The Eight Golden rules for

    designing interactive interfaces, yaitu :

    a. Berusaha konsisten.

    Konsistensi dilakukan pda urutan tindakan, perintah, dan istilah yang

    digunakan pada prompt, menu, serta layar bantuan.

    b. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut.

    Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan

    kecepatan interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungi, perintah

    tersembunyi, dan fasilitas makro.

    c. Memberikan umpan balik informative.

    Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem

    umpan balik. Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol

    pada waktu memasukkan data atau muncul pesan kesalahan.

    d. Merancang dialog untuk mengasilkan suatu penutupan

    Umpan balik informative akan memberikan indikasi penutupan bahwa

    cara yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan langkah

    berikutnya.

    e. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana

    Sedapatnya mungkin sistem dirancang segingga pengguna tidak dapat

    melakukan kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat

    mendeteksi kesalahgan dengan cepat dan memberikan mekanisme yang

    sederhana dan mudah dipahami untuk penanganan kesalahan.

    f. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya

  • 47

    Hal ini dapat mengurangi ke khawatiran pengguna, karena pengguna

    mengetahui kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan, sehingga

    pengguna tidak takut untuk mengeksplorasi pilihan – pilihan lain yang

    belum biasa digunakan.

    g. Mendukung tempat pengendalian internal

    Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon

    tindakan yang dilakukan pengguna dari pada pengguna merasa bahwa

    sistem mengontrol pengguna.

    h. Mengurangi beban ingatan jangka pendek

    Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan sederhana atau

    banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan

    cukup waktu pelatihan untuk kode, dan urutan tindakan.

    2.10.3.12 Pengertian Database

    Menurut John dan Satzinger (2012 : 373), database adalah koleksi

    terpusat data yang dapat diakses oleh banyak pengguna dan sistem pada saat

    yang sama.

    Menurut Whitten, Bentley dan Dittman (2009 : 518), database adalah

    kumpulan file yang saling terkait, dimana file adalah kumpulan record yang

    serupa. Dua macam file dalam database : master file yaitu file yang akan terus

    ada selama hidup dari sistem informasi yang record nya relatif statis, jarang

    berubah nilainya, transaction file yaitu file yang merekam data dari hasil suatu

    transaksi yang terjadi, record nya tidak akan sama untuk setiap transaksi yang

    berbeda.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa database adalah sekumpulan data yang

    dapat diakses oleh pengguna sistem.

    2.10.3.13 Pengertian Form

    Menurut Connolly (2010 : 65), database adalah kumpulan data dan

    deskripsi data yang terhubung secara logika serta dirancang untuk memenuhi

    kebutuhan informasi untuk suatu organisasi.

    Menurut Connolly (2010 : 466), perancangan database adalah proses

    untuk menciptakan desain database yang akan mendukung kebutuhan dan

  • 48

    tujuan suatu perusahaan. Perancangan database dibagi dalam 3 (tiga) jenis

    fase, yaitu :

    a. Conceptual Database Design

    b. Logical Database Design

    c. Physical Database Design

    Jadi formulir adalah suatu dokumen yang diisi oleh pengguna sehingga

    memberikan informasi dari transaksi tertentu.

    2.10.4 Pengertian Report

    Menurut Whitten, Bentley dan Dittman (2009 : 550), Reports atau outputs

    menggambarkan informasi bagi pengguna sistem. Output adalah komponen

    yang dapat dilihat dari sistem informasi yang bekerja atau berfungsi. Menurut

    Connolly dan Begg (2010 : 235), Report adalah jenis khusus dari continuous

    form yang dirancang khusus untuk mencetak.

    Jadi Report adalah informasi yang berisi data yang telah diolah dari sistem

    informasi sehingga bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam suatu

    organisasi.

    Bentuk dari laporan yang dihasilkan oleh sistem informasi, yang paling

    banyak digunakan adalah dalam bentuk tabel dan berbentuk grafik atau bagan.

    Berikut ini adalah jenis-jenis laporan:

    1. Laporan Untuk Level Manajemen yang Berbeda (Laporan Berhirarki)

    Laporan yang dibuat untuk masing-masing level manajemen untuk

    menerima informasi sesuai dengan permintaan khusus, tanpa memberikan

    detail yang tidak relevan. Para eksekutif akan melihat trend, kecenderungan,

    dan pola-pola dari laporan tersebut. Mereka ingin mengetahui apakah masing-

    masing bagian sudah mencapai tujuan. Ada dua macam laporan berhirarki :

    a. Filter Report

    Laporan yang dirancang untuk memfilter elemenelemen data yang dipilih

    dari database, sehingga pengambil keputusan akan memperoleh laporan

    yang sesuai dengan kebutuhannya. Biasanya data disaring pada level atas.

    b Responsibility Report

    Laporan yang dibuat untuk memutuskan siapa yang bertanggung jawab

    terhadap suatu laporan, apakah CEO, manajer pemasaran, atau spesialis

    media, dan lain-lain.

  • 49

    2. Laporan Yang Membandingkan Data

    Laporan ini dibuat untuk membantu manajer dan user lain dalam memilih

    dua atau lebih item untuk menyusun kesamaan atau ketidaksamaan

    (perbedaan). Dengan perbandingan ini, user berada pada posisi terbaik untuk

    membuat keputusan yang rasional. Ada tiga macam laporan yang

    membandingkan data :

    a. Horizontal Report

    Neraca dan laporan rugi laba menunjukkan laporan keuangan periodik

    yang meringkas ribuan transaksi dan elemen data menjadi output untuk

    beragam user. User akan memperoleh gambaran yang jelas dengan melihat

    perbandingan pada laporan. Hal ini dapat dilakukan dengan merancang

    horizontal report. Jumlah setiap item dibandingkan dengan item yang

    berhubungan pada satu atau lebih laporan sebelumnya.

    b. Vertical Report

    Laporan yang membandingkan suatu bagian komponen dengan bagian

    yang sudah diakumulasikan.

    c. Counter Balance Report

    Setiap situasi dibandingkan dalam laporan. Contohnya, skenario yang

    terburuk, layak, dan terbaik dapat membantu para perencana menilai proyek-

    proyek yang berisiko, juga informasi berharga bagi para eksekutif dalam

    pengambilan keputusan.

    3. Laporan Untuk Monitor Variansi Data

    a. Variance Report

    Laporan yang dibuat untuk membandingkan standard dengan hasil aktual

    yang diperoleh. Biasanya laporan ini dibuat sesuai dengan waktu atau

    selesainya suatu proses.

    b. Exception Report

    Laporan ini seperti variance report, tetapi beberapa kuota atau batasan

    dibuat untuk suatu proses atau aktivitas. Laporan ini dibuat hanya ketika

    beberapa proses atau aktivitas tidak sesuai dengan batasan atau kuota.

  • 50