bab 2. kondisi eksisting
TRANSCRIPT
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
2.1. GAMBARAN UMUM KOTA KENDARI
2.1.1.Letak Geografis dan Batas Wilayah
ota Kendari merupakan Ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara
yang secara geografis terletak di bagian Selatan Khatulistiwa,
yaitu berada diantara 30.00` - 40.25` Lintang Selatan dan diantara
1210.73` - 1230.15` Bujur Timur dengan luas wilayah sekitar 295.89
Km2.
K
Adapun batas-batas wilayah kota kendari sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Soropia Kabupaten
Konawe;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Konda dan
Kecamatan Ranomeeto Kabupaten Konawe Selatan;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sampara
Kabupaten Konawe;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Moramo Kabupaten
Konawe Selatan dan Laut Banda.;
Peta berikut memperlihatkan posisi Kota Kendari terhadap Kabupaten-
Kabupaten lain di Sulawesi Tenggara.
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 1
Gambar 2.1Foto Salah Satu Sudut Kota Kendari
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Peta 2.1
Administrasi Sulawesi Tenggara
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 2
Kec. M andonga Kec. Kendari Kec. Poasia
Kec. Baruga
Kec. Mandonga Kec. Kendari Kec. Poasia
Kec. Kendari
Barat
Kec. Poasia Kec. Abeli
Kec. Kendari
Kec. Baruga
Kec. Mandonga
Kec. Kendari
Barat
Kec. Kendari
Kec. Puwatu Kec.
W ua-W ua
Kec. Kadia
Kec. Baruga
Kec. Mandonga
Kec. Kambu
Kec. Abeli
Kec. Poasia
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Ditinjau dari segi daerah administrasi pemerintahan semula Kota
Kendari ini terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan, yaitu: Mandonga, Poasia
dan Kendari. Namun sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan serta kebutuhan dalam rangka untuk meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakat, maka pemerintahan Kota Kendari
telah dimekarkan menjadi 10 kecamatan dengan dimekarkannya
Kecamatan Mandonga menjadi Kecamatan Baruga, Kecamatan
Puwatu, Kecamatan Kadia, dan Kecamatan Wua-Wua, Kecamatan
Kendari dan Kendari Barat, Kecamatan Poasia, Kecamatan Abeli dan
Kecamatan kambu. Demikian juga pada tingkat kelurahan yang
semula terdiri dari 54 kelurahan saat ini telah dimekarkan menjadi 64
kelurahan.
Gambar 2.2.Skematik Stadia Perkembangan Wilayah Kecamatan di Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 3
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Tabel 2.1.
Pembagian Daerah Administrasi Kota Kendari
Kecamatan IbukotaJumlah
Kode Desa Kelurahan
Desa + Kelurahan
1 2 3 4 5
010 MandongaWawombalata - 6 6
011 BarugaWatubangga - 4 4
012 Puuwatu Puuwatu - 6 6
013 Wua-Wua Wua-Wua - 4 4
014 Kadia Kadia - 5 5
020 Poasia Rahandouna - 4 4
021 Abeli Abeli - 13 13
022 Kambu Kambu - 4 4
030 Kendari Kandai - 9 9
031 Kendari Barat Benu-benua - 9 9
Kota Kendari Kendari - 64 64
Sumber: BPS Kota Kendari, 2010
Terdapatnya pemekaran kecamatan ini, tidak menimbulkan
pergeseran proporsi luas wilayah Kecamatan yang berarti. Dimana
Kecamatan Poasia tetap merupakan kecamatan yang memiliki luas
wilayah terluas di Kota Kendari, sedangkan Kecamatan Kendari tetap
merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil (Lihat Peta
Administrasi).
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 4
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
PETA 2.2
Stadia perkembangan Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 5
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Peta 2.3
Peta administrasi kota kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 6
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
2.1.2.Kondisi Fisik Wilayah Kota Kendari
a. Topografi
Dilihat dari bentang alamnya, Kota Kendari merupakan perpaduan
antara daerah perbukitan, datar dan pesisir pantai, dengan
ketinggian antara 0 – 472 meter di atas permukaan laut (dpl).
Pegunungan Nipa-Nipa dengan kemiringan lebih dari 40 % dan
ketinggian tertinggi 472 mdpl, serta Teluk Kendari sebagai kawasan
pesisir dengan kemiringan 0 – 3 %, memberikan ciri yang menonjol
bagi wilayah Kota Kendari.
Berdasarkan factor kemiringan lahan, wilayah Kota Kendari terbagi
atas klasifikasi kemiringan :
Kemiringan 0 – 3 % mendominasi sebagian besar WIlayah Kota
Kendari mulai dari Teluk Kendari. Klasifikasi kemiringan ini,
dominan di Kecamatan Baruga dan terkecil di Kecamatan Kendari;
Kemiringan 3 – 15 % merupakan kelompok kemiringan lahan kedua
terluas di wilayah Kota Kendari, tersebar merata di 3 (tiga)
Kecamatan yaitu Poasia, Baruga dan Mandonga, sedangkan di
Kecamatan Kendari hanya sedikit.
Kemiringan 15 – 25 % merupakan kelompok kemiringan lahan
ketiga terluas di wilayah Kota Kendari, penyebarannya dominant
di Kecamatan Kendari.
Kemiringan 25 – 40 % penyebarannya terluas di Kecamatan
Kendari, serta sekitar pegunungan Nipa-Nipa.
Kemiringan > 40 % penyebarannya hanya terdapat pegunungan
Nipa-Nipa atau kemiringan Poasia saja.
Berdasarkan faktor kemiringan lahan di atas, dikaitkan dengan
kriteria kemiringan lahan untuk pembangunan perumahan dan
permukiman yang sebaiknya di lahan dengan kemiringan 0 – 15 %,
menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah Kota Kendari memiliki
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 7
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
potensi yang baik untuk pembangunan perumahan dan permukiman
dengan pembiayaan pembangunan yang relatif murah.
Di sisi lain, kondisi fisiografis relativ rendah ini, untuk lahan-lahan
tertentu perlu lebih dicermati, karena mengakibatkan terjadinya
daerah genangan di 20 lokasi, seperti : Kelurahan Bonggoeya,
Perumahan Kampus Baru UNHALU, pertigaan Lepo-Lepo serta Sekiatr
Pasar Mandonga – Perumahan Tumbuh. Luas total genangan ini
mencapai 1.509,9 ha, tersebar pada 15 kelurahan, dengan
ketinggian rata-rata > 7 m.
Daerah genangan ini terjadi karena saluran drainase yang belum
baik, adanya penumpukan sampah, sedimentasi serta akibat air
hujan yang tergenang di beberapa lokasi dan bersifat sesaat.
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 8
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Peta 2.4
Peta Topografi
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 9
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Peta II.5
Peta Kemiringan Lahan
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 10
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
b. Kondisi Geologi
Secara umum, keadaan tanah (soil) kota Kendari ini terdiri dari tanah
liat bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis
aluvium berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan
pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir
dan kwarsa. Dibagian pantai batuan pratersier tersebut ditutupi
batuan terumbu gamping. Keadaan batuan yang demikian umumnya
tidak meluas air atau kedap air.
Adapun persebaran dan jenis batuan yang terdapat di Kota Kendari
adalah sebagai berikut :
1. Batu pasir Kuarsit, Serpih Hitam Batu Sabak, Batu Gamping dan
Batu Lanau (TRJs) tersebat di Kecamatan Kendari dan Kecamatan
Mandonga sebagian utara sampai perbatasan dengan Kecamatan
Soropia, tepatnya di Kawasan Hutan Raya Murhum.
2. Endapan eluvium Pasir, lempung dan lumpur (Qal), tersebar
dipesisir pantai Teluk Kendari dan disekitar sungai-sungai yang
mengalir di Kota Kendari.
3. Batu Gamping Oral dan Batu Pasir (Qpl) yang tersebar di Pulau
Bungkutoko, pesisir pantai Kelurahan Purirano dan Kelurahan
Mata, serta Kecamatan Mandonga kearah Barat Laut, yang
dibatasi Jalan R. Soeprapto Jalan Imam Bonjol dan batas antara
Kota Kendari dengan Kecamatan Sampara.
4. Konglomerat dan Batu Pasir (Qps), tersebar disepanjang kiri
kanan jalan poros antara Kota Lama dengan Tugu Simpang tiga
Mandonga, bagian tengah Kecamatan Mandonga dan Bagian
Barat Kecamatan Baruga serta bagian tengah Kecamatan Poasia
sampai kearah selatan, yaitu kawasan rencana kompleks
perkantoran 1.000 Ha kearah pegunungan Nanga-Nanga.
5. Filit, Batu Sabak, Batu Pasir Malik Kuarsa Kalsiulit, Napai, Batu
Lumpur dan Kalkarenit Lempung (Js), tersebar di arah tenggara
Kecamatan Poasia tepatnya Kelurahan Talia, Kelurahan Abeli,
Kelurahan Anggalomelai, Kelurahan Tobimeita, Kelurahan
Benuanirae dan Kelurahan Anggoeya.
6. Konglomerat Batu Pasir, Batu Lanau dan Batu Lempung (TMs),
tersebar di Kecamatan Poasia bagian timur yaitu di Keluahan
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 11
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Petoaha, Kelurahan Sambuli dan Kelurahan Nambo serta sebagian
Kelurahan Tondonggeu.
7. Batu Gamping, Batu Pasir dan Batu Lempung (TMPI), tersebar
dibagian barat Kecamatan Mandonga sampai dengan batas Kota
Kendari dengan Kecamatan Sampara dan Kecamatan Ranomeeto.
Sedangkan, berdasarkan klasifikasi tanah taxonomy USDA, 1998,
maka kondisi tanah di Kota Kendari cukup beragam, yaitu
Endoaquents, Fluaquents, Epiaquepts, Endoaquaquepts, Haplustepts,
Haplustalfs, Sulfaquents, dan Sulfaquepts. Tekstur tanahnya
didominasi oleh pasir.
Adapun dari segi geologisnya, Kota Kendari secara makro terdiri dari
beberapa sistem lahan dan litologi yaitu Punggung metamorfik
terorientasi terjal, Dataran bergelombang yang berbukit kecil di atas
napal dan batu gamping, Dataran gabungan endapan muara dan
sungai, Dataran berbukit kecil di atas batuan metamorfik campuran,
Punggung bukit sedimen asimetrik tak terorientasi, Kipas aluvial non
vulkanik yang melerang landai, Gunung karstik di atas marmer,
Dataran lumpur antar pasang surut di bawah halofit, Dataran
sedimen campuran yang berombak sampai bergelombang, Bukit
karst di atas marmer dan batu gamping, Kipas aluvial non vulkanik
yang melereng sedang dan Dataran berbukit kecil di atas batu
sedimen campuran.
Berdasarkan peta zone seismik yang telah disusun oleh Biro Pusat
Penelitian dan Pengembangan Pengairan, Bandung 1981, maka Kota
Kendari termasuk daerah dengan kerawanan gempa yang sedang,
dengan harga koefisien gempa z = 1,0. Posisi Kota Kendari dalam
peta kegempaan nasional dapat dilihat pada gambar-gambar berikut
ini Dari gambar tersebut menunjukkan bahwa, posisi Kota Kendari
masih relatif aman dari ancaman bencana alam gempa bumi tektonik
maupun vulkanik.
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 12
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Peta II.6
Peta Geologi
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 13
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
c. Kondisi Geomorfologi
Berdasarkan kondisi geomorfologi Kota Kendari dapat digolongkan
menjadi 5 (lima) daratan sebagai berikut :
1. Dataran Aluvial melalui proses aluvial (A) yang terletak
diperbatasan Kelurahan Punggolaka dan Kelurahan Tobuuha,
kemudian disekitar Kelurahan Baruga dan Kelurahan Lepo-lepo.
2. Dataran endapan pantai (Back swamp (B) yang sebarannya
terdapat disekitar tangkapan Sungai Wanggu dan Kecamatan
Poasia bagian Utara sampai ke garis pantai Teluk Kendari.
3. Dataran piedman bergelombang terdenudasi lanjut (P) yang
terletak dibagian tengah Kecamatan Poasia tepatnya disekitar
kompleks perkantoran provinsi sampai perbatasan Kota Kendari
dengan Kecamatan Konda.
4. Teras marin bergelombang terdenudasi lanjut membentuk bukit
sisa (T) yang meliputi beberapa bagian Kelurahan Punggolaka,
Kelurahan Tobuuha, Kelurahan Wawombalata, Kelurahan
Labibia, Kelurahan Alolama, Kelurahan Angilowu, seabgian besar
Kecamatan Poasia bagian tengah serta sebagian kecil
Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Baruga yaitu disekitar
perbatasan dengan Kecamatan Sampara.
5. Dataran perbukitan yang melalui proses danudasi yang
membentuk bukit sisa karts (H) yang meliputi sebagian besar
Kecamatan Kendari, bagian tengah beberapa kelurahan di
Kecamatan Poasia dan sebagian besar Kecamatan Mandonga
dan Kecamatan Baruga di sebelah barat
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 14
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Peta II.7Kondisi Geomorfologis di Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 15
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
d. Jenis Tanah
Secara umum, keadaan tanah (soil) kota Kendari ini terdiri dari tanah
liat bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis
aluvium berwarna coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan
pratersier terdiri dari batuan batu lempung bergelimer, batu pasir
dan kwarsa. Luas dan jenis tanah tersebut dapat dilihat pada tabel
2.2.
Secara spesifik jenis tanah yang terdapat di Kota Kendari diklasifikasi
kedalam tanah resina, gleisol eutrik, alluvial tionik, kambisol destrik,
podsolik plintit dan mediteran hplik. Sebagian besar wilayah Kota
Kendari didominasi oleh jenis tanah Kambisol dan Gleysol.
Karakteristik masing-masing jenis tanah tersebut secara garis besar
adalah sebagai berikut :
1. Tanah Resina, tergolong tanah muda; tingkat kelapukan rendah,
kedalaman tanah sangat dangkal (kurang dari 50 cm); lapisan
tanah langsung berbatasan dengan batu kapur atau sebagian
batu kapur muncul kepermukaan; berstruktur lapis lempung
sampai gelu lempung. Ph tanah agak netral sampai basah;
kandungan bahan organik rendah; kejenuhan basa sedang sampai
tinggi dengan kapasitas tukar kation (KTK) lebih dari 16 me/100
lempung.
2. Tanah Geisol Eurik, jenis tanah yang karena kondisi topografinya
yang selalu jenuh air sehingga menghambat proses pelapukan
dan pematangan tanah. Kedalaman tanah umumnya lebih dari 90
cm; warna tanah gelap dan terdapat ciri-ciri terjadinya gleisasi
dengan adanya bercak-bercak berwarna biru kehijauan; tekstur
pasir geluhan; Ph tanah sangat masam sampai rendah;
mempunyai kandungan ion Natrium (Na+) lebih dari 15%;
kejenuhan masa basa rendah dan KTK murang dari 16 me/g
lempung.
3. Tanah Alluvial Teonik, jenis tanah yang berkembang dari bahan
alluvial mudah (recent) yang mempunyai susunan yang berlapis-
lapis yang diskontinyu pedologi (multi sekum, warna tanah
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 16
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
umumnya gelap dan metrik tanah terdapat bercak-bercak
berwarna kebiruan hingga kehijauan sebagai ciri adalah proses
ngakesasi dari kandungan bahan sulfida yang cukup tinggi;
tekstur tanah sangat (bervariasi) dari tekstur geluhan sampai
lempung; ph tanah antara masam sampai sangat masam;
kandungan organik tergolong rendah sampai tinggi; kejenuhan
basa kurang dari 50% dengan KTK kurang dari 16 me/100 g
lempung.
4. Jenis Tanah Kambisol Distrik, jenis tanah dengan tingkat
pelapukan sedang; proses illuvial debulm, tegas; warna coklat tua
sampai merah; tekstur pasir geluhan sampai gelujan; Ph tanah
berkisar antara agak masam sampai netral; kandungan bahan
organik tergolong rendah sampai sedang; kejenuhan basa kurang
dari 50% dari KTK kurang dari 16 me/100 g lempung.
5. Tanah Pedsolik Plintit, jenis tanah yang mengalami pelapukan
lanjut; proses pencucian basa sangat intensif sehingga
mempunyai kemasaman yang tinggi; warna tanah coklat
kekuningan samapi kemerahan; pada matriks tanah terdapat
bercak-bercak karatan atau plitik yang berwarna merah lebih dari
5% luas penampang tanah; bertekstur geluh lempung sampai
masam; kejenuhan basa kurang dari 50% dengan KTK kurang dari
16 me/100 g lempung.
6. Tanah Mediteran Haplik, jenis tanah yang mengalami pelapukan
sedang terjadi proses alluvial yang nyata pada horison berupa
akumulasi lempung yang dicirikan adanya selaput lempung;
warna tanah umumnya merah sampai merah sampai merah gelap
(kecoklatan); kedalam tanah bervariasi dari dangkal sampai lebih
dari 90 cm; tekstur tanah berkisar antara geluhan sampai
lempung geluhan; Ph tanah berkisar antara agak masam sampai
netral. Kandungan bahan organik rendah sampai sedang,
kejenuhan basah lebih dari 50% dengan KTK lebih dari 16 me/100
g lempung.
Berdasarkan data tersebut diatas maka dapat dikemukakan, bahwa
tingkat erosi di wilayah Kota Kendari tergolong ringan sampai berat.
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 17
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Tabel 2.2Luas dan Jenis Tanah di Kota Kendari
LUAS
( Ha. ) ( % )
1. A11 : Aluvial 980 3,31
2. B12 : Glisol 1.704 5,76
3. H19 : Recoso Litosol 512 1,73
4. H89 : Gleisolacic 4.184 14,14
5. H49 : Podsoloik 762 2,58
6. P12 : Mediteran Haplik 1.585 5,36
7. T14 : Gleisol Distrik 3.572 12,07
8. A13 : Gleiik 1.764 5,96
9. B33 : Aluvial Tidnik 2.481 8,38
10. H31 : Kembisol Distrik 5.303 17,92
11. H16 : Rensina 1.323 4,47
12. H32 : Podsoloik Plintik 2.069 6,99
13. T19 : Gleisol Evtrik 2.947 9,96
14. P82 : Kembisol Distrik 403 1,36
JUMLAH 29.589 100,00
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka Tahun 2004, BPS Kota Kendari
JENIS TANAH
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 18
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
peta II.8Jenis Tanah di Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 19
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
e. Kondisi Klimatologi
Secara umum iklim di Kota Kendari termasuk ke dalam iklim tropis
yang sepanjang tahun memiliki dua pergantian musim yaitu musim
hujan dan kemarau. Pada umumnya musim hujan terjadi pada Bulan
Desember sampai Bulan Juni, sedangkan musim kemarau terjadi
antara bulan Juli sampai Nopember. Adapun data klimatologi yang
dapat dipakai untuk analisis dalam studi ini adalah Data Klimatologi
dari Stasiun Lapangan Udara Wolter Monginsidi dan Stasiun Hujan di
Dinas Pengairan. Data-data tersebut antara lain :
1. Temperatur. Suhu udara yang dimaksudkan di sini adalah suhu
yang di ukur dengan termometer dalam sangkar meteorologi
yaitu 1.20 - 1.50 meter di atas permukaan tanah. Makin tinggi
elevasi pengamatan dari atas permukaan laut, maka suhu udara
semakin rendah. Temperatur udara yang tercatat pada Stasiun
Metereologi Maritim Kota Kendari tahun 2010 besarnya antara
23,5°C – 24,9°C. Temperatur terendah rata-rata terjadi pada
bulan Juli sampai Agustus dan termperatur rata-rata tertinggi
terjadi pada bulan Mei.
Tabel 2.3
Rata-Rata Suhu Udara dan Kelembaban Udaradi Kota Kendari Tahun 2010.
Bulan
Suhu Udara (oC)Kelembaban Udara Rata-
Rata (%)
Minimu
m
Maksimu
mRata-Rata
Januari 27,4 32,1 24,3 84
Februari 27,3 32,0 24,4 82
Maret 27,4 31,9 24,6 85
April 27,8 32,4 24,8 85
Mei 27,5 31,6 24,9 86
Juni 26,6 30,6 24,1 87
Juli 26,2 30,0 23,8 88
Agustus 26,2 30,0 23,5 87
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 20
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
September 27,0 31,5 24,0 84
Oktober 27,0 31,9 24,1 86
November 27,6 32,1 24,3 84
Desember 27,4 32,1 24,0 83
Sumber: BPS Kota Kendari, 2010
2. Kelembaban Udara. Kelembaban udara disini adalah banyaknya
air yang terserap oleh udara dalam bentuk uap air. Besarnya
kelembaban tergantung dari suhu udara dan tersedianya air,
makin tinggi suhu udara makin banyak air yang diserap.
Kelembaban udara disini adalah kelembaban udara relatif yang
besarnya dinyatakan dalam bentuk prosentase. Besarnya
kelembaban udara pada Stasiun Metereologi Maritim Kota
Kendari tahun 2010 adalah antara 82,00% - 88,00%, dengan
tekanan udara rata-rata 1.008,0 – 1.012,4 milibar. Kelembaban
rata-rata terendah terjadi pada bulan Desember dan tertinggi
terjadi pada bulan Agustus.
Tabel 2.4
Rata-Rata Tekanan Udara dan Kecepatan Angindi Kota Kendari Tahun 2010.
BulanRata-Rata
Tekanan Udara (mb)
Rata-Rata Kecemapat Angin
(knot)Januari 1.010,9 1,99
Februari 1.012,0 2,38
Maret 1.011,7 1,93
April 1.011,6 1,82
Mei 1.010,4 1,69
Juni 1.012,1 1,65
Juli 1.012,0 1,04
Agustus 1.012,4 1,62
September 1.012,0 1,82
Oktober 1.010,7 1,41
November 1.010,1 2,11
Desember 1.008,0 2,30
Sumber: BPS Kota Kendari, 2010
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 21
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
3. Kecepatan Angin. Kecepatan angin yang dipergunakan disini
adalah kecepatan angin yang dihitung pada ketinggian 10 meter
di atas permukaan air laut. Satuan kecepatan dalam pencatatan
digunakan knot. Data pencatatan kecepatan angin pada Stasiun
Metereologi Maritim Kota Kendari tahun 2010 besamya antara
1,04 – 2,39 knot. Kecepatan angin rata-rata terendah terjadi pada
bulan Juli dan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan Desember.
4. Curah Hujan. Jumlah curah hujan tahunan pada Stasiun
Metereologi Maritim Kota Kendari tahun 2010 besarnya berkisar
antara 108,2 mm – 395,0 mm, dengan jumlah hari hujan antara
15 – 18 perhari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Juni
sampai Bulan Agustus sementara jumlah curah hujan terendah
(musim kemarau) terjadi pada bulan April.
Tabel 2.5
Rata-Rata Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan dan Penyinaran Matahari Setiap Bulan di Kota Kendari Tahun 2010.
BulanJumlah hari
Hujan(hari)
Curah Hujan (mm)
Penyinaran Matahari
(jam)Januari 25 186,6 122
Februari 23 262,4 178
Maret 25 250,3 155
April 22 108,2 148
Mei 22 224,1 125
Juni 22 343,7 107
Juli 25 395,0 116
Agustus 23 385,1 119
September 17 121,0 179
Oktober 21 224,9 156
November 15 110,6 186
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 22
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Desember 18 147,4 131
Sumber: BPS Kota Kendari, 2010
f. Hidrologi
Hidrologi air permukaan di wilayah Kota Kendari dipengaruhi oleh
sungai besar dan kecil, antara lain Sungai Wanggu (Sungai Lepo-
Lepo) dengan debit 7,487 ltr/dtk, Sungai Tipulu (0,140 ltr/dtk), Sungai
Mandonga (0,214 ltr/dtk), dan Sungai Sodohoa (0,198 ltr/dtk), yang
kesemuanya bermuara ke Teluk kendari. Sungai-sungai tersebut
berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan / drainase kota.
Untuk kebutuhan pengolahan air bersih, selama ini dilayani oleh
PDAM yang menggunakan air baku dari Kali Pohara.
Keberadaan beberapa aliran sungai di Kota Kendari bersumber dari
Pegunungan Nipa-Nipa dan Pegunungan Nanga-Nanga, yang
merupakan potensi yang besar untuk kebutuhan penduduk sehari-
hari. Sungai besar yang melintasi Kota Kendari adalah Sungai
Wanggu dengan mata air dari Pegunungan Nanga-Nanga. Sungai
Wanggu ini membentang dari Barat Daya di pegunungan Watu Re
arah Utara dan bermuara di Teluk Kendari. Panjang Sungai Wanggu
dari hulu sampai ke muara sekitar 75 km. Adapun anak-anak sungai
Wanggu antara lain :
1. Sungai Konda
2. Sungai Lapulu
3. Sungai Numanggere
4. Sungai Lamomea
5. Sungai Pinesala
6. Sungai Alulua
7. Sungai Pambula
8. Sungai Ambololi
9. Sungai Lambusa
10.Sungai Amohalo
11.Sungai Lepo-Lepo
12.Sungai Ea
13.Sungai kecil lainnya
Sungai lain yang berasal dari Pegunungan Nanga-Nanga diantaranya
adalah Sungai Anggoeya, Sungai Kambu dan Sungai Lepo-Lepo.
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 23
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Sedangkan sungai-sungai lain yang berasal dari pegunungan Nipa-
nipa antara lain :
1. Sungai Kadia
2. Sungai Korumba
3. Sungai Mandonga
4. Sungai Kemaraya
5. Kali Lainea
6. Kali Tanea
7. Beberapa sungai-sungai kecil lainnya.
Secara hidrologis, saluran-saluran sungai pada DAS Wanggu
bermuara di Teluk Kendari.
Pola aliran (drainage pattern) saluran-saluran sungai DAS Wanggu
secara umum menyerupai bentuk cabang-ranting-pohon (dendritic
pattern). Pola tersebut bila dikaitkan dengan sistem aliran sungai
(drainage system) dapat mempercepat gerakan limpasan air dan
mempermudah terjadinya erosi tanah pada DAS Wanggu.
Kondisi DAS Sungai Wanggu pada saat ini sudah cukup kritis. Di
daerah up-stream tumbuhan tahunan yang merupakan ciri khas
hutan tropis sudah hampir hilang. Kondisi semacam ini terlihat pada
daerah pegunungan yang merupakan watershed Sungai Wanggu
yang banyak ditumbuhi rumput dan semak. Tumbuhan semacam ini
tidak bisa menahan air selama musim hujan.
Dengan kondisi demikian pada saat terjadi musim hujan air tidak bisa
tertahan, sehingga semua air akan mengalir ke bawah secara
bersamaan akibatnya bisa menyebabkan banjir pada daerah aliran di
bawahnya. Namun bila musim kemarau datang, debit sungai sangat
kecil. Kondisi semacam ini hampir terjadi pada semua anak sungai
yang berada di Daerah Aliran Sungai Wanggu, seperti : Sungai
Numanggere, Sungai Lamomea, Sungai Pinesala, Sungai Lapulu,
Sungai Alulua, Sungai Pambula, Sungai Amohalo, Sungai Lambusa
dan Sungai kecil lainnya.
Salah satu sungai yang mengalirkan debit air cukup besar pada saat
musim kemarau adalah sungai Lambusa. Hal ini disebabkan karena
hulu sungai terdapat sumber air yang cukup besar, yaitu Rawa
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 24
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Pening. Daerah pengaliran Rawa Pening merupakan kawasan yang
sampai saat ini masih terjaga dengan baik kelestariannya.
Dengan kondisi dan karakteristik wilayah Kota Kendari yang
demikian, maka Kota Kendari diidentifikasi memiliki potensi air tanah
dangkal dan air tanah dalam. Uraian lebih rinci mengenai potensi air
tanah di Kota Kendari adalah sebagai berikut :
1. Potensi air tanah dangkal meliputi :
a. Daerah rawan pasang surut
b. Kedalaman air tanah kurang dari 3 m dengan debit kurang dari
5 liter
c. Kedalaman air tanah antara 3 m sampai 10 m dengan debit
antara 3 liter/detik
2. Potensi air tanah dalam diklasifikasi sebagai berikut :
a. Potensi aquifer sangat rendah dengan debit (q) kurang dari 1
liter/detik
b. Potensi aquifer rendah setempat dengan debit (q) 1 liter/detik
c. Potensi aquifer rendah sampai sedang dengan debit (q) antara
1 sampai 3 liter/detik
d. Potensi aquifer sedang sampai tinggi dengan parameter debit
air (q) antara 3 sampai 5 liter/detik
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 25
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Peta II.9
Peta DAS Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 26
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Gambar II.10Kondisi Hidrologi di Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 27
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Menurut hasil penelitian, kualitas air Sungai Wanggu pada tahun
1994 yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pengairan Departemen Pekerjaan Umum (Data Tahunan Kualitas Air
1993 – 1994), mengidentifikasikan adanya penurunan kualitas air.
Selain itu, hamper pada semua bagian kota terjadi pendangkalan
saluran dan sungai yang diakibatkan muatan sediment pasir dari
daerah hulu. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri terhadap
pendangkalan Teluk Kendari.
Kondisi air tanah dangkal di wilayah Kota Kendari terdiri dari :
Air tanah dangkal dengan kedalaman air tanah kurang dari 3 (tiga)
meter dan potensi aquifer sedang ( > 5 ltr/detik), tersebar di 3
(tiga) kecamatan, yaitu di sekitar Teluk Kendari pada Kecamatan
Poasia dan baruga, serta sebagian kecil di sebelah utara
Kecamatan Mandonga;
Air tanah dangkal dengan kedalaman air tanah 3 – 10 meter dan
potensi aquifer sedang ( 3 – 5 ltr/detik), tersebar di semua
kecamatan, yaitu di sekitar Teluk Kendari pada Kecamatan
Kendari, sedangkan di Kecamatan Mandonga mulai dari sisi timur
atau kelurahan Korumba hingga kea rah selatan Kelurahan
Watulondo, untuk di Kecamatan Baruga mulai dari Kelurahan
Kadia kearah selatan hingga sekitar Kelurahan Baruga dan di
Kecamatan Poasia menyebar sebelah uatara sebelum Teluk
Kendari.
Untuk kondisi air tanah dalam di wilayah Kota Kendari terdiri dari :
Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah setempat-
tempatnya (< 1 ltr/detik), tersebar di semua kecamatan dengan
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 28
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
penyebaran terluas di Kecamatan Poasia sekitar pegunungan
Nipa-Nipa, serta di sebelah barat Kecamatan Mandonga dan
Baruga, sedangkan di Kecamatan Kendari hanya bagian timur
wilayah pesisir;
Air tanah dalam dengan potensi aquifer rendah (1 – 3 ltr/detik),
tersebar di semua kecamatan. Jenis air tanah ini, mendominasi
hampir seluruh wilayah Kecamatan kendari. Persebarannya di
Kecamatan Poasia pada pegunungan Nipa-Nipa.
g. Penggunaan Lahan
Kondisi pemanfaatan lahan saat ini dibagi atas penggunaan lahan
terbangun dan tidak terbangun. Penggunaan lahan terbangun
meliputi permukiman serta fasilitas fisik kota keseluruhan,
sedangkan penggunaan lahan tidak terbangun meliputi sawah,
tegalan/kebun, ladang/huma, padang rumput, rawa,
tambak/kolam/empang, lahan kosong yang sementara tidak
diusahakan, lahan tanaman kayu, hutan engara, perkebunan dan
lainnya.
Sebagai Kota yang sedang berkembang, maka Kota Kendari
mengalami kecenderungan perkembangan lahan yang cukup
dinamis. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pola penggunaan
lahan Kota Kendari dari Tahun 2009 – 2010 (lihat tabel 2.6).
Sedangkan secara visual dapat dilihat dari Peta Penggunaan Lahan
Eksisting (lihat gambar 2.3).
Gambar 2.3.Penggunaan lahan Kota Kendari, 2010
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 29
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Dari gambar di atas menunjukkan kawasan terbangun menjadi
kawasan dengan luas lahan yang terbesar 6.959 ha (23.52 %),
sedangkan kawasan padang rumput menjadi kawasan dengan luasan
tersedikit yaitu sebesar 175 ha atau hanya 0.59 %.
Kondisi tersebut menunjukan bahwa komitmen untuk mewujudkan
visi-misi Kota Kendari yaitu ”Kota Dalam Taman” sangat konsisten
untuk dilaksanakan, tanpa mengabaikan pembangunan lahan untuk
kegiatan perkotaan seperti fasilitas dan utilitas pendukungnya.
Tabel 2.6
Perkembangan Penggunaan Lahan 2009 – 2010(dalam hektar)
Penggunaan TanahTahun
2009 2010
1. Sawah 494 1.3192. Bangunan dan Halaman 8.014 6.9593. Tegalan/Kebun 4.574 4.9904. Ladang/Huma 1.978 1.0015. Padang Rumput 236 1756. Rawa yang Tidak ditanami 122 2887. Tambak, Kolam, Tebat dan 109 195
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 30
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Empang8. Lahan yang Sementara Tidak
diusahakan2.608 2.839
9. Lahan Tanaman Kayu-kayuan 1.388 29510.Hutan Negara 2.544 5.20011.Perkebunan 4.441 2.96612.Lainnya 3.081 3.422
Total 29.589 29.589Sumber: Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Gambar II.11Penggunaan Lahan Existing
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 31
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
h. Status Penguasaan Tanah
Status tanah di Kota Kendari dapat dibedakan ke dalam tanah milik
(adat) dan tanah Negara. Tanah adat adalah hak seseorang atas
tanah yang sedang diusahakan atau yang sudah pernah diusahakan
jika jenis tanaman di atasnya merupakan tanaman tahunan seperti
karet, kelapa, rotan dan sebagainya. Tanah adat dapat diwariskan
kepada keturunannya. Jika tanaman di atasnya merupakan tanaman
semusim, maka hak milik (adat) tersebut hanya berlaku selama 3 – 7
tahun dan selama jangka waktu sebelum itu tanah tersebut tidak
digarap oleh orang lain.
Kecenderungan perkembangan penggunaan lahan tentunya tidak
akan terlepas dari ketersediaan lahan yang dikuasai untuk
pemenuhan kebutuhan pengembangan fisik kota. Oleh sebab itu
aspek status kepemilikan lahan akan sangat menentukan dalam
proses dinamika fisik kota tersebut. Demikian pula halnya dengan
yang terjadi di Kota Kendari, yang termasuk dalam kategori kota
sedang berkembang, tentunya sangat diperlukan data yang
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 32
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
menyangkut status kepemilikan atau penguasaan atas lahan yang
bersangkutan.
Pada umumnya, tanah milik (adat) di Kota Kendari dipergunakan
untuk perkampungan, kebun campuran, perkebunan dan sawah.
Tanah yang dimiliki penduduk ini, terletak di sepanjang pinggiran
sungai atau di sekitar perkampungan.
Status kepemilikan tanah berdasarkan sebarannya di Kota Kendari
adalah sebagai berikut :
1. Tanah Hak Milik, tersebar di sepanjang jalan-jalan utama Kota
Kendari terutama di kawasan pusat kota, meliputi sebagian
Kecamatan Madonga, sebagian Kecamatan Baruga dan sebagian
Kecamatan Poasia.
2. Tanah Hak Guna Bangunan, memiliki sebaran relatif sedikit,
terutama di Kelurahan Punggaloba, Kelurahan Sodohoa,
Kelurahan Gunung Jati (Kecamatan Kendari), Kelurahan Puwatu,
Kelurahan Watulondo (Kecamatan Mandonga), Kelurahan
Anduonohu, kelurahan Rahandouna, Kelurahan Kambu, Kelurahan
Anggoeya (Kecamatan Poasia)
3. Tanah Hak Pakai, terdapat di Kelurahan Punggolaka, Kelurahan
Mandonga (pusat kota Kecamatan Mandonga), dan Kelurahan
Bende, Kelurahan Kadia, Kelurahan Baruga (Kecamatan Baruga),
dan Kelurahan Kambu di Kecamatan Poasia.
4. Tanah Negara, terdiri dari tanah negara dikuasai penduduk dan
belum bersertifikat (Tnu), tanah negara diperuntukan (TPD), tanah
negara dikuasai oleh Departemen Kehutanan (KH), dan tanah
negara bebas (TN) tersebar di bagian wilayah lainnya, yaitu
sebagai berikut :
a. Status tanah Tnu tersebar di Kecamatan Mandonga (Kelurahan
Watulondo, Pusatu, Punggolaka, Labibia, Wawombalata,
Alolam, Tobuuha. Dan Kelurahan Anggilowu), Kecamatan
Baruga (Kelurahan Wua-Wua, Kadia dan Kelurahan Baruga),
Kecamatan Poasia dan Kecamatan Kendari.
b. TDP tersebar di Kecamatan Poasia (Kel. Mokoau) dan sebagian
Kelurahan Puwatu Kecamatan Mandonga.
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 33
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
c. KH, tersebar di bagian utara Kecamatan Kendari dan sebagian
Kecamatan Mandonga yang berbatasan dengan Kecamatan
Soropia, serta Kecamatan Poasia.
d. Lokasi Tn terdapat dibagian Kecamatan Soropia
bersinggungan dengan KH, serta dibagian tengah Kecamatan
Kendari, berbatasan dengan loksi KH, dan di bagian barat
sebagian Kecamatan Mandonga dan Kecamatan Baruga.
Tabel 2.7Realisasi Sertifikasi Tanah menurut Kecamatan
Kota Kendari Tahun 2010
KecamatanRealisasi
SertifikasiLuas (Ha)
Mandonga 540 159,01Baruga 1 194 3 523,13Puuwatu 484 208,02Kadia 549 255,35Wua-Wua 885 1 332,94Poasia 1 188 4 346,83Abeli 263 67,99Kambu 1 120 1 261,04Kendari 114 4,51Kendari Barat 654 446,15Kota Kendari 6 991 11 604,97
Sumber: Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Tabel 2.8Banyaknya Tambahan Pemilik Surat Keputusan Hak Atas Tanah
Di Kota Kendari Tahun 2007 – 2010
Tahun
Hak Guna Bangunan
Hak Milik Hak Pakai Wakaf
Pemilik Luas (Ha)
Pemilik
Luas (Ha)
Pemilik
Luas (Ha)
Pemilik
Luas (Ha)
2010 1 0,23 1.154 76,56 2 0,39 - -
2009 4 0,64 1.460 206,16 4 37,07 1 0,43
2008 35 1,00 1,004 203,00 17 1,00 - -
2007 35 1,32 527 128,58 38 6,95 - -
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 34
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Sumber: Kota Kendari Dalam Angka, 2011.
i. Daerah Rawan Bencana
Bentang alam Wilayah Kota Kendari yang terdiri dari daerah pesisir
pantai, muara daro 6 (enam) sungai besar dan kecil, serta daerah
perbukitan, menyebabkan beberapa wilayah cukup rawan terhadap
bencana abrasi, genangan/banjir dan tanah longsor. Jenis bencana
ini, disebabkan oleh terganggunya keseimbangan alam akibat
kegiatan yang berlangsung di Kota Kendari maupun di wilayah
sekitarnya.
Berdasarkan data BPS Kota Kendari Tahun 2011, kejadian bencana
yang sering terjadi dan melanda sebagian besar kelurahan yang ada
adalah bencana genangan/banjir. Rata-rata genangan mencapai
ketinggian < 7 meter, dan terjadi di 15 (lima belas) kelurahan (Tabel
2.9). Untuk daerah bencana tanah longsor, terjadi di 10 (sepuluh)
kelurahan, 9 (sembilan) kelurahan diantaranya berada di Kecamatan
Kendari. Sedangkan daerah yang mengalami bencana abrasi hanya
terjadi di Kecamatan Kendari meliputi 7 (tujuh) kelurahan.
Tabel 2.9Kejadian Bencana di Kota Kendari Tahun 2010
Tahun
Jenis Bencana Alam
Banjir KebakaranAngin
TopanLain-Lain
2010 5 5 3 16
2009 2 13 1 1
2008 2 8 5 5
2007 2 16 1 14
2006 - - - -
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 35
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
2005 1 18 1 -
Sumber: Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Dari data di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar kelurahan
atau 14 (empat belas) dari 16 (enam belas) kelurahan di Kecamatan
Kendari merupakan daerah yang rawan terhadap bencana. Dari
besarnya jumlah yang cukup memprihatinkan ini, perlu adanya
penanganan dan pengendalian kegiatan yang dapat mengeliminir
terjadinya bencana.
Oleh karena itu, dalam kegiatan pembangunan fisik bangunan,
khususnya untuk perumahan sangat penting mempertimbangkan
faktor kejadian bencana, agar dapat tercipta suatu perumahan yang
bukan saja hanya layak huni juga layak lingkungan.
Peta II.12
Daerah rawan bencana
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 36
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
2.1.3.KEPENDUDUKAN
Jumlah Penduduk Kota Kendari hingga Tahun 2010 menurut Badan
Pusat Statistik Kota Kendari sebesar 289.966 jiwa 13% dari jumlah
penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara yang pada saat itu berjumlah
sekitar 2.232.586 jiwa. Suatu jumlah atau ukuran yang relatif kecil
bila dilihat dari fungsi Kota Kendari sebagai pusat utama di wilayah
Provinsi Sulawesi Tenggara ini.
Gambar 2.4
Persebaran Penduduk Sulawesi Tenggara menurut Kabupaten/KotaTahun 2010
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 37
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Kota
Sumber: Provinsi Sulawesi Tenggara Dalam Angka, 2011
kendari mempunyai luas wilayah 295,89 km2 dengan penduduk
yang secara terinci dapat dilihat pada tabel sebagai berikut ;
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 38
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Tabel 2.10
Luas Wilayah dan Keadaan Penduduk di Kota Kendari Tahun 2010.
No. KecamatanLuas
Wilayah (km2)
Jumlah Penduduk
(jiwa)
Rata-Rata Penduduk (jiwa/km2)
1. Mandonga 23.36 36,163 1,5482. Baruga 49.58 19,368 3913. Puuwatu 42.71 27,749 6504. Kadia 9.10 39,244 4,3135. Wua-Wua 12.35 24,407 1,9766. Poasia 43.52 24,977 5747. Abeli 49.61 22,438 4528. Kambu 23.13 27,135 1,1739. Kendari 19.55 25,557 1,30710. Kendari Barat 22.98 42,928 1,868
KOTA KENDARI 295.89 289,966 980
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Jumlah penduduk Kota Kendari pada tahun 2010 berdasarkan hasil
Registrasi Akhir Tahun yang dilakukan BPS Kota Kendari tercatat
289.966 jiwa yang terdiri dari 146,401 jiwa laki-laki dan 143,565 jiwa
perempuan, dengan kepadatan penduduk rata-rata 980 jiwa per
kilometer persegi.
Selanjutnya dari data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota
Kendari Tahun 2011 jumlah penduduk per kecamatan dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut ini.
Tabel 2.11
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan MandongaTahun 2010
No. Kelurahan
Luas Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)
Laki-Laki Perempuan
Jumlah
1 Mandonga 1.97 6,525 6,561 13,0862 Korumba 2.62 5,827 5,767 11,5943 Anggilowu 1.52 2,325 2,278 4,6034 Alolama 1.78 1,195 1,168 2,3635 Wawombalata 6.55 1,271 1,277 2,5486 Labibia 8.92 971 998 1,969
Kecamatan Mandonga 23.36 18,114 18,049 36,163
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 39
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Berdasarkan Tabel diatas terlihat bawah di Kecamatan Mandonga
jumlah penduduk sebesar 36.163 jiwa dengan sebaran penduduk
terbesar berada di Kelurahan Mandonga sebesar 13.086 jiwa.
Sedangkan Jumlah penduduk paling sedikit terdapat di
KelurahanLabibia dengan jumlah jiwa sebesar 1.969 jiwa.
Tabel 2.12
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan BarugaTahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Baruga 26.57 3.886 3.564 7.4502 Lepo-Lepo 3.66 2.067 2.193 4.2603 Watubangga 14.79 2.259 2.282 4.5414 Wundudopi 4.56 1.519 1.598 3.117
Kecamatan Baruga 49.58 9.731 9.637 19.368
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Tabel di atas memperlihatkan jumlah penduduk di Kecamatan Baruga
adalah sebesar 19.368 jiwa dengan jumlah sebaran penduduk
terbanyak terdapat di Kelurahan Baruga dengan jumlah 7.450 jiwa
sedangkan yang paling sedikit jumlahnya terdapat di Kelurahan
Wundudopi dengan sebaran penduduk sebanyak 3.117 jiwa.
Tabel 2.13
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan PuuwatuTahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)
Laki-Laki Perempuan
Jumlah
1 Puuwatu 9.77 3,128 2,851 5,9792 Watulondo 13.15 3,219 3,081 6,3003 Punggolaka 4.73 3,390 3,094 6,4844 Tobuuha 2.52 3,280 3,196 6,4765 Lalodati 6.83 993 994 1,9876 Abeli Dalam 5.71 267 256 523
Kecamatan Puuwatu 42.71 14,277 13,472
27,749
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 40
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Dari Tabel di atas terlihat bahwa sebaran jumlah penduduk di
Kecamatan Puuwatu sebesar 27.749 jiwa dengan sebaran penduduk
paling banyak terdapat di Kelurahan Punggolaka dengan jumlah
penduduk 6.484 jiwa sedangkan jumlah penduduk paling sedikit
terdapat di Kelurahan Abeli Dalam dengan sebaran jumlah penduduk
sebesar 523 jiwa.
Tabel 2.14
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan KadiaTahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Bende 2.92 7,052 6,831 13,8832 Kadia 2.91 5,326 5,240 10,5663 Anaiwoi 0.91 1,417 1,493 2,9104 Wowawanggu 1.28 2,521 2,729 5,2505 Pondambea 1.08 3,230 3,405 6,635
Kecamatan Kadia 9.10 19,546 19,698 39,244
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Tabel di atas memperlihatkan sebaran penduduk di Kecamatan Kadia
pada Tahun 2010 sebesar 39.244 jiwa dengan sebaran penduduk
terbesar terdapat di Kelurahan Bende sebesar 13.883 jiwa sedangkan
sebaran penduduk terkecil terdapat di Kelurahan Anaiwoi dengan
sebaran penduduk sebesar 2.910 jiwa.
Tabel 2.15
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Wua-WuaTahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)
Laki-Laki Perempuan
Jumlah
1 Bonggoeya 2.78 3,719 3,554 7,2732 Wua-Wua 4,28 3,417 3,265 6,6823 Mataiwoi 1,38 2,883 2,811 5,6944 Anawai 3.95 2,401 2,357 4,758
Kecamatan Wua-Wua 6.73 12,420 11,987 24,407
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 41
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Tabel diatas memperlihatkan bahwa di Kecamatan Wua-Wua sebaran
jumlah penduduk sebesar 24.407 jiwa dengan sebaran penduduk
terbesar berada di Kelurahan Bonggoeya dengan jumlah 7.273 jiwa
sedangkan sebaran penduduk terkecil berada di Kelurahan Anawai
dengan jumlah sebaran penduduk sebesar 4.758 jiwa.
Tabel 2.16
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan PoasiaTahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Anduonuhu 15.24 4,588 4,566 9,1542 Rahandouna 12.62 5,102 4,822 9,9243 Anggoeya 12.55 2,405 2,248 4,6534 Matabubu 3.11 645 601 1,246
Kecamatan Poasia 43.52 12,740 12,237 24,977
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Pada tabel di atas terlihat bahwa sebaran Penduduk di Kecamatan
Poasia berjumlah 24.977 jiwa. Kelurahan Matabubua merupakan
kelurahan dengan sebaran penduduk paling sedikit yakni sebesar
1.246 jiwa sedangkan Kelurahan Rahandouna merupakan kelurahan
dengan sebaran penduduk yang paling banyak yakni 9.924 jiwa.
Tabel 2.17
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Abeli Tahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Benuanirae 10.06 799 800 1,5992 Puday 1.21 881 763 1,6443 Lapulu 1.06 1,973 1,903 3,8764 Abeli 2.21 892 813 1,7055 Anggalomelai 2.64 822 828 1,6506 Tobimeita 9.48 1,047 1,052 2,0997 Poasia 0.91 811 731 1,5428 Talia 1.16 780 736 1,5169 Petoaha 2.35 818 786 1,604
10 Nambo 8.31 695 622 1,31711 Bungkutoko 2.02 791 787 1,57812 Sambuli 4.64 716 744 1,46013 Tondonggeu 3.56 452 396 848
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 42
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Kelurahan Abeli 49.61 11,477 10,961 22,438
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Tabel di atas memperlihatkan jumlah penduduk di Kecamatan Abeli
sebanyak 22.438 jiwa. Kelurahan Lapulu merupakan kelurahan
dengan sebaran penduduk paling banyak jumlah penduduknya
sebesar 3.876 jiwa sedangkan Kelurahan Tondonggeu merupakan
kelurahan dengan sebaran penduduk yang paling sedikit jumlah
penduduknya sebesar 848 jiwa.
Tabel 2.18
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan KambuTahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Mokoau 4.52 1,363 1,238 2,6012 Kambu 9.47 4,049 4,092 8,1413 Padaleu 3.93 2,240 2,144 4,3844 Lalolara 5.21 6,062 5,947 12,009
Kecamatan Kambu 23.13 13,714 13,421 27,135
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Tabel di atas memperlihatkan sebaran penduduk di Kecamatan
Kambu sebesar 27.135 jiwa, dimana Kelurahan Lalolara merupakan
wilayah di Kecamatan Kambu yang mempunyai sebaran penduduk
terbesar yaitu sebesar 12.009 jiwa, sedangkan Kelurahan Mokoau
merupakan wilayah dengan sebaran penduduk tersedikit, yaitu
sebesar 2.601 jiwa.
Tabel 2.19Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Kendari
Tahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Kandai 0.68 725 537 1,2622 Gunung Jati 2.25 791 780 1,5713 Kendari Caddi 0.82 1,875 1,882 3,7574 Kassilampe 1.26 1,019 947 1,9665 Kampung Salo 0.57 2,170 2,192 4,3626 Mangga Dua 5.10 1,134 1,245 2,3797 Mata 3.38 2,215 2,189 4,404
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 43
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
8 Purirano 3.34 1,613 1,558 3,1719 Jati Mekar 2.16 1,312 1,373 2,685
Kecamatan Kendari 19.56 12,854 12,703 25,577
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Tabel diatas menunjukkan bahwa di Kecamatan Kendari jumlah
penduduknya sebanyak 24.577 jiwa dengan jumlah kelurahan
sebanyak 9 kelurahan. Sebaran penduduk terbesar terdapat pada
Kelurahan Kampung Salo dengan jumlah penduduk sebesar 4.362
jiwa, sedangkan Kelurahan Kandai merupakan Kelurahan dengan
sebaran penduduk terkecil sebesar 1.262 jiwa.
Tabel 2.20
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kecamatan Kendari BaratTahun 2010
No.
KelurahanLuas
Wilayah (km2)
Penduduk (jiwa)Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1 Kemaraya 5.48 3,238 3,314 6,5522 Watu-Watu 2.21 2,738 2,820 5,5583 Tipulu 3.76 2,465 2,412 4,8774 Puunggaloba 3.07 2,209 2,163 4,3725 Benu-Benua 1.89 1,434 1,463 2,8976 Sodohoa 2.21 1,913 1,842 3,7557 Sanua 2.26 2,237 2,204 4,4418 Dapu-Dapura 0.63 1,782 1,760 3,5429 Lahundape 1.47 3,512 3,422 6,934
Kecamatan Kendari Barat 22.98 21,528 21,400 42,928
Sumber : Kota Kendari Dalam Angka, 2011
Pada tabel diatas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk di
Kecamatan Kendari Barat adalah sebesar 42.928 jiwa. Kelurahan
yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Kelurahan
Lahundape dengan jumlah penduduk sebesar 6.934 jiwa sedangkan
yang paling sedikit adalah Kelurahan Benu-Benua dengan jumlah
penduduk sebesar 2.897 jiwa.
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 44
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Peta II.13
Kepadatan penduduk kota Kendari tahun 2010
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 45
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
2.1.4.Karakteristik Sosial Budaya
Penduduk asli Kota Kendari adalah Suku Tolaki, yang awalnya
terkonsentrasi di Kelurahan Kandai yang juga merupakan pelabuhan
laut di mulut Teluk Kendari. Namun seiring perkembangan wilayah
ini, mulai masuk para migran dari Muna, Bugis, Makassar, Gorontalo,
Manado, Maluku dan lainnya melalui pelabuhan laut tersebut. Lambat
laun para pedagang ini mendominasi penduduk Kota Kendari hingga
saat ini. Terlebih lagi, dengan adanya para transmigran dari Jawa dan
Bali di Kabupaten Kendari, yang telah beralih pekerjaan dari sector
pertanian menjadi non pertanian berpindah tinggal di Kota Kendari.
Suku-suku pendatang di atas, menjadikan Kota Kendari tumbuh
menjadi Kota dengan suku kehidupan sosial budaya yang heterogen.
Sedangkan suku Tolaki, walaupun sudah tidak menonjol lagi di Kota
Kendari, namun adat-istiadatnya masih tetap dihormati oleh
penduduk pendatang. Kegiatan yang masih terkait erat dengan adat-
istiadat masyarakat asli Kota Kendari ini berbentuk upacara-upacara
adat perkawinan dan keagamaan.
Dalam kaitannya dengan pembangunan perumahan dan
permukiman, tidak terdapat kondisi sosial budaya yang
mempengaruhi dalam pembangunan maupun pengembangan baik
bentuk bangunan maupun struktur pemanfaatan ruangnya.
Perlu dicermati, dalam kaitannya dengan kebiasaan masyarakat
dalam pengadaan perumahan, adalah di kawasan tempat hunian
masyarakat nelayan. Sebaran konsentrasi masyarakat nelayan di
wilayah Kota Kendari terdapat di pesisir pantai Kelurahan Matta,
Talia, Bungkutoko, dan Todonggeu yang memiliki kondisi fisik dan
nonfisik yang buruk. Untuk ke depan, perlu diperhatikan dalam
pengembangan kawasan perumahan dan permukiman untuk
masyarakat nelayan spesifik, karena terdapatnya komponen ruang
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 46
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
yang berbeda dengan kawasan permukiman untuk masyarakat
lainnya, seperti tempat penjemuran ikan, sandaran / labuh kapal dan
sebagainya.
2.1.5 Sarana
Gambaran kondisi sarana yang melayani penduduk Kota Kendari
untuk pendidikan, kesehatan, peribadatan dan perdagangan, sebagai
berikut :
Pendidikan, Pelaksanaan pembangunan pendidikan di Kota
Kendari selama ini mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.
Kecamatan Kendari memiliki jumlah gedung sekolah yang
terbanyak 78 (tujuh puluh delapan) buah dengan berbagai tingkat
pendidikan, dilanjutkan dengan Kecamatan Poasia 57 (lima puluh
tujuh) buah, Kecamatan Baruga 51 (lima puluh satu) buah dan
Kecamatan Mandonga 40 (empat puluh) buah. Sedangkan dari
jumlah Perguruan Tinggi, Kota Kendari memiliki 5 buah Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta, yaitu STIE Dharma Bharata, STIE 66,
Unsultra STAIN dan Unhalu
Tempat Peribadatan, Mayoritas penduduk Kota Kendari adalah
beragama Islam, dimana pada tahun 2001 tercatat 184.157 orang
atau 90,17% dari jumlah penduduk, dilanjutkan dengan agama
Kristen Protestan (4,92%), agam Khatolik (2,69%) dan sisanya
adalah agama Hindu, Budha dan agama lainnya. Sedangkan, dari
persebaran tempat ibadah, Kecamatan Mandonga yang
mempunyai fasilitas Masjid dan Mushala terbanyak, yaitu masing-
masing 94 buah dan 36 buah. Sementara Gereja Protestan
terdapat di Kecamatan Mandonga dan Kendari dengan jumlah
yang sama, yaitu 7 buah Kesehatan, Jumlah fasilitas kesehatan
(rumah sakit, puskesmas dan puskesmas pembantu) di Kota
Kendari pada tiga tahun terakhir mengalami peningkatan, yaitu :
rumah sakit (7 buah), puskesmas (9 buah) dan puskesmas
pembantu dan puskesmas plus (masing-masing 2 buah). Dari
persebarannya, 3 buah rumah sakit masing-masing berada di
Kecamatan Mandonga dan Kendari dan 1 buah di Kecamatan
Baruga, serta 11 buah Puskesmas Pembantu di Kecamatan
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 47
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Poasia. Sedangkan dari persebaran tenaga kesehatannya,
Kecamatan Kendari yang terbanyak memiliki Tenaga Kesehatan,
yaitu 119 orang
Dilihat dari jenis penyakitnya, banyak penduduk Kota Kendari
yang menderita Ispa lainnya, yaitu pada 2001 tercatat sebanyak
25.033 penderita (sekitar 88% dari total jenis penyakit yang
terdapat di Kota Kendari), dimana 9.147 penderita berdomisili di
Kecamatan Kendari. Penyakit yang antara lain disebabkan oleh
tidak sehatnya lingkungan tempat tinggal ini, menunjukkan
kualitas lingkungan perumahan yang mereka huni, yang rata-rata
masih dalam kondisi buruk. Hal ini diperkuat dengan data
banyaknya penderita penyakit diare dan bronchitis yang juga
menempati urutan tertinggi di kota ini.
Perdagangan, Pada saat ini di Kota Kendari terdapat 3 (tiga) pusat
perdagangan dan jasa utama, yaitu di Kelurahan Kandai,
Kelurahan Mandonga dan Kelurahan Wua-Wua. Untuk kegiatan
perdagangan grosir, masih terpusat pada Pasar Sentral Kendari
(Kelurahan Kandai), dengan lokasi yang strategis karena
ditunjang oleh Pelabuhan Laut Kendari sebagai tempat
keluar/masuk barang dari/ke Kota Kendari. Pasar Sentral Kendari
ini juga menjadi tujuan utama pemenuhan kebutuhan barang dan
jasa untuk daerah hinterland (Wowoni dan Toronipa).
Sarana Telekomunikasi, Untuk kemudahan berkomunikasi
dengan pihak luar, digunakan pelayanan jasa pos dan giro. Kota
Kendari memiliki fasilitas fisik pelayanan pos dan giro, yang terdiri
dari kantor pos, kantor pos tambahan, kantor pos pembantu, pos
keliling kota, pos ke pos desa, bis surat dan pos sekolahan.
Pelayanan tidak hanya untuk berkomunikasi dalam lingkup
nasional saja, tetapi juga membantu memberikan pelayanan
berkomunikasi skala internasional.
2.1.6 Prasarana
Kebutuhan sarana dasar yang melayani penduduk Kota Kendari
untuk sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan dan perdagangan,
sebagai berikut :
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 48
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Penyediaan Air Bersih, Sumber air yang umumnya dipergunakan
oleh penduduk Kota Kendari untuk pemenuhan kebutuhan sehari-
harinya meliputi air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
pompa listrik/pompa tangan, sumur gali, sumber air permukaan,
sumur bor dangkal dan lainnya (sumur bor dalam dan mata air).
Dari 51 kelurahan, 23 kelurahan diantaranya merupakan wilayah
pelayanan air bersih dari PDAM sedangkan 28 kelurahan lainnya
memanfaatkan sumur dan sungai.
Kota Kendari yang saat ini dilayani oleh 3 perusahaan air minum,
pada tahun 2001 mengalami peningkatan jumlah pelanggan yaitu
sebanyak 1.127 pelanggan (naik 8,74%) dari Tahun 2000.
Sedangkan dari volume air minum yang disalurkan pada tahun
2001 tercatat 3.447.920 m2 dengan nilai Rp. 3.915.586. Jika
dibandingkan dengan tahun 2000, nilai air minum yang disalurkan
naik sebesar Rp. 309.005 (naik 8,75%).
Pada Tahun 2010, Perusahaan Air Minum Kota kendari (PDAM)
menyerap tenaga kerja sebanyak 227 orang atau meningkat
sebesar 31,98 % disbanding tahun sebelumnya. Volume Air yang
disalurkan selama tahun 2010 sebesar 3.383.016 m3, jika
dibandingkan pada tahun sebelumnya, volume air yang di
salurkan menurun sebanyak 10,71 %, dengan nilai penjualan
sebesar Rp. 13,29 milyar.
Gambar 2.5Banyaknya Pelanggan Air Minum Menurut Kategori Pelanggan
Kota Kendari Tahun 2010
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 49
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Sumber : PDAM Kota Kendari, 2010.
Kota Kendari telah memiliki reservoir (tempat penampungan air)
intak, yang berlokasi di Kali Pohara, Kecamatan Mandonga. Dan bila
dilihat dari persebarannya, sudah sebagian besar wilayah Kota
Kendari yang telah dilayani PDAM 1 x 24 jam, hanya ada beberapa
kelurahan di Kecamatan Poasia saja yang masih belum terlayani.
Jaringan Listrik, Kebutuhan masyarakat di Kota Kendari akan
tenaga listrik atau penerangan listrik, sebagian besar diperoleh
dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), selebihnya diperoleh dari
luar PLN (Non PLN). Pembangunan jaringan listrik yang
dilaksanakan oleh PLN pada saat ini, telah mencakup sebagian
besar wilayah Kota Kendari, dengan PLTD (Pusat Listrik Tenaga
Diesel) terletak di Kelurahan Wua-Wua, Kecamatan Baruga. Di
lihat dari jumlah pelanggan, terjadi kenaikan sekitar 1,82% yaitu
dari 30.778 pelanggan pada tahun 2000 menjadi 31.338
pelanggan pada tahun 2001. Sedangkan, perkembangan untuk
daya yang terpasang juga mengalami peningkatan rata-rata
sebesar 0,94%/tahun, yaitu dari 35.900 ribu Kwh tahun 2000 naik
menjadi 36.236 ribu Kwh tahun 2001. Sedangkan produksi listrik
juga meningkat rata-rata sebesar 13,34% per tahun, yaitu dari
105.035.543 Kwh pada tahun 2000, naik menjadi 120.063.511
Kwh pada tahun 2001.
Jumlah pelanggan listrik yang dilayani oleh Perusahaan Listrik
negara (PLN) di Kota Kendari pada Tahun 2010 sebesar 43.423
pelanggan, di banding tahun sebelumnya terdapat peningkatan
sebesar 7,53% pelanggan. Sedangkan nilai jual masing-masing
meningkat sebesar 10,21 dan 15,54 % dibanding tahun
sebelumnya. Jenis Pelanggan Listrik pada Tahun 2010 didominasi
oleh rumah tangga (85,65%).
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 50
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Jaringan Telepon, Media telekomunikasi di Kota Kendari dalam
beberapa tahun menunjukkan adanya peningkatan, khususnya
kapasitas sentral. Antara tahun 1997 – 1999 adanya trend yang
begitu tinggi, tetapi memasuki tahun 2000 ternyata tidak terdapat
penambahan kapasitas sentral telepon. Sedangkan dilihat dari
pemanfaatan fasilitas, beberapa indicator menunjukkan adanya
peningkatan seperti, peningkatan pulsa tahun 2000 mencapai
121.729.593 pulsa, jumla ini naik sekitar 16,57% dari tahun 1999
yang hanya mencapai 104.423.675 pulsa.
Persampahan, Pengelolaan persampahan di Kota Kendari
dilakukan oleh Pemda melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
Sistem pengelolaan persampahan di Kota Kendari telah terasa
menjadi masalah, terutama pada Kecamatan Kendari (Kota Lama)
dan sebagian Kecamatan Mandonga (pusat kota). Bagi penduduk
yang bermukim jauh dari pusat kota, sampah belum menjadi
masalah, karena masih tersedianya lahan yang cukup luas
sebagai tempat pembuangan sampah tersebut, selain jumlah
sampah yang relative kecil. Saat ini, produksi sampah domestik
(perumahan) dan Non Domestik (buangan selain perumahan),
seperti : pasar, pusat perdagangan dan lainnya) diperkirakan
sebesar 151 m3 per hari. Sedangkan mekanisme pengangkutan
sampah di Kota Kendari selama ini adalah sampah-sampah
langsung diangkut dengan menggunakan truk sampah ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yang terdapat di Tobuaha (Kecamatan
Mandonga). Di TPA yang menggunakan sistem landfill ini, sampah
kemudian langsung diratakan dan ditimbun dengan tanah.
Sementara, di TPA Puwatu dan di Kecamatan Mandonga
menggunakan sistem dumping, yaitu sampah dibuang ke lahan-
lahan yang kosong dan dibiarkan membusuk dengan sendirinya,
tanpa adas proses lebih lanjut. Berdasarkan survey Potensi Desa
SP 2000, bahwa terdapat 16 desa yang terlayani pengangkutan
sampah, 30 desa dengan cara dimasukkan ke dalam
lubang/dibakar, 1 desa membuang ke sungai, serta 4 desa
dengan cara lainnya.
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 51
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Air Limbah, Saat ini, volume buangan air limbah (limbah cair) di
Kota Kendari mencapai 145 liter/detik/hari. Sedangkan dilihat dari
pembuangan limbahnya, berdasarkan data survey Potensi Desa
SP 2000 tercatat 31 desa lancer pembuangan limbah cair/air
kotor, 10 desa tidak lancer, 3 desa tergenang dan 7 desa tidak
memiliki saluran. Di Kota Kendari telah terdapat sarana
pengelolaan air limbah dengan sistem rioolering tertutup, tetapi
kendalanya sistem tersebut belum menjangkau seluruh wilayah
perkotaan, hanya terbatas pada sebagian wilayah pusat kota. Air
limbah yang dimaksud adalah air kotor yang berasal dari rumah
tangga (kamar mandi), pasar, industri, sekolah, air hujan dan
sebagainya.
Pembuangan Air Hujan (Drainase), Sistem saluran drainase di
Kota Kendari mengikuti kondisi topografi yang mempunyai
kecenderungan kemiringan cukup menguntungkan bagi
pembuangan kea rah Teluk Kendari. Sistem pembuangan air
hujan dilayani dengan menggunakan sistem pembuangan terbuka
yang diperkeras dengan pasangan beton-beton dan baru terdapat
di sepanjang jalan utama kota dari pusat kota. Sedangkan, untuk
daerah luar kota belum terlayani oleh sistem jaringan kota dan
umumnya disetiap desa sistem pembuangan disalurkan ke
sungai-sungai atau anak-anak sungai.
Peta II.14
Peta Jaringan Jalan
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 52
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
2.2. ANALASIS DATA BASE
Sesuai dengan pedoman yang ada serta perencanaan yang telah disusun,
maka langkah sosialisasi ini menghasilkan beberapa hal berikut:
1. Pemetaan Masalah Perumahan & Permukiman
2. Pemetaan Kebutuhan Data & Narasumber
3. Pembentukan embrio forum & Pokjanis RP4D
4. Penyusunan Rencana Kerja Tindak Lanjut
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 53
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Berikut adalah hasil detil dari proses sosialisasi dan Lokakarya RP4D di Kota
Kendari.
Tabel 2.21 Isu Sentral dan Masalah Hasil Lokakarya RP4D di Kota Kendari Tahun 2010
ISU SENTRAL MASALAH LOKASI
BUDAYA
Kepedulian terhadap lingkungan kecil karena antar tetangga tidak saling mengenalKurangnya pengendalian desain pada pintu masuk rumah tinggal dan kawasan permukiman dengan karakteristik budaya lokal
Rumah, ruko, kantor yang bersentuhan langsung dengan jalan utama/protokol
EKONOMI
Tingkat kemiskinanTingkat pendidikanTingkat pendapatan rendahDiversifikasi lapangan kerja masih kurangBanyak masyarakat miskin yang belum punya askesAkses masyarakat marginal terhadap ekonomi (perdagangan dan jasa)
FASILITAS SOSIAL DAN
UMUM
Banyak perumahan yang belum dilengkapi dengan fasilitas sekolah dan kesehatan
Kelurahan Wua-Wua, Kelurahan Matabubu, Kelurahan lalodati, Kelurahan baruga
Tempat pemb. sampah yang masih kurang
Kec. Abeli, Kec. Poasia, Kel. Wua-Wua, kel. Baruga
Kurangnya pelayanan kesehatan di PustuBelum tersedianya rumah ibadah
Jl. Sepakat, Samping AKL (Aka. Kesehatan Lingkungan)
Minimnya pelayanan fasilitas Puskes-mas dan perumahan petugas paramedis
Kecamatan Abeli
GEOGRAFIS
Letak bangunan yang tidak teratur karena berlokasi di lingkungan bergunung-gunung
Kec. Kendari, Kec. Kendari Barat, Kec. mandonga
Letak perkim di gunung-gunung berdampak negatif bagi perkim yang berada di bawah
Kel. Mangga Dua, Kelurahan Gunung Jati
LEGALITASPERENCANAAN
Status legalitas tanah Kel. PuunggalobaStatus penguasaan bangunanSinkronisasi antara RTRW Kota Kendari dengan RPJM KelurahanBatas kepemilikan tanah Jl. Sepakat, Samping AKL
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 54
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
ISU SENTRAL MASALAH LOKASI
masyarakat (Akademi Kesehatan Lingkungan)
KURANGNYA PEMAHAMAN
RUMAH SEHATDI
MASYARAKAT
Tidak adanya kesadaran membuat Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Rumah Tangga
Kelurahan Kampung Salo, Kel. Kambu, Kel. Bende
Kurangnya pemahaman penataan rumah yang sehat
Kelurahan Kendari Caddi, Kel. Tondonggeu, Kel. Purirano, Kel. Puday, Kel. Bungkutoko
ISU DASDan PESISIR
LAUT
Level rumah penduduk banyak di bawah permukaan air lautBelum ada peil kota yang jelas Se Kota KendariBanyak masyarakat di sekitar bantaran sungai
Bantaran Kali Bonggoeya-Wua Wua, Kali Kadia, kampung Salo, Kemaraya, mandonga, Anggilowu, Bende, Lapulu
Longsoran bantaran sungai Sungai WangguLongsoran tanah di permukiman dekat pesisir lautRumah kumuh di sepanjang bantaran sungai
Bantaran Kali Bonggoeya-Wua Wua, Kali Kadia, kampung Salo, Kemaraya, Watu-Watu, Lahundape, mandonga, Anggilowu, Bende, Lapulu
Banyak rumah/bangunan yang membelakangi laut/sungai
Kali Kadia, Sepanjang Teluk Kendari
Pendangkalan sungai Kali Kampung Salo, Kali Kadia dan Kali Mandonga
ISU DAERAH KUMUH/PADAT
Tingkat kualitas struktur bangunanTingkat kepadatan bangunanTingkat kesehatan dan kenyamanan bangunanTingkat penggunaan luas lantai bangunanKota Ruko, mix-use, overlapping pemanfaatan lahan
Kelurahan Wua-Wua
Alih fungsi drainase, menjadi tempat pembuangan sampah
Perumahan ADB, Kelurahan Wua-Wua
Sangat sedikit rumah yang memiliki WC
RT 03/RW 03 Kelurahan Sanua
Tempat sampah yang jorok Perumahan ADB, Kelurahan Wua-Wua
Penyewaan lahan tidur kepada masyarakat ekonomi lemah (pemulung)
Jl. Saranani IIKel. Poasia Kecamatan Abeli
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 55
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
ISU SENTRAL MASALAH LOKASI
Tata permukiman yang tidak teraturPenataan permukiman wilayh pesisir belum ada
ISU LINGKUNGAN
Frekwensi bencana kebakaranFrekwensi bencana banjir Kel. KadiaFrekwensi bencana tanah longsor
Kel. Watu-Watu
Keamanan dan keselamatan akibat rawan kejahatanLahan kosong yang ditempati oleh masyarakat
Kel. Watu-Watu
Tanah sering longsor pada musim hujan Rawan bahaya tsunami Kelurahan BungkutokoBunyi mesin diesel PLN yang sangat mengganggu perkim masyarakat
Kelurahan Wua-Wua
Kebisingan akibat mesin pemotong kayu untuk meubel
Sepanjang ruas jalan anduonohu dari simpang kampus Unhalu
Meluapnya air kali ke perkim penduduk
Kali Asam Baki Kelurahan Anduonohu, Kel. kadia
Penggundulan hutan Tahura Murhum
Kel. Kampung Salo, Kel. Gunung Jati, Kel. Puunggaloba.
Penutupan drainase di depan ruko-ruko mempercepat kerusakan badan jalan
Sepanjang Jl. MT. Haryono, Jl. Jend. Nasution, Jl. Brigjend. M. Joenoes
PARTISIPASI Tingkat partisipasi masyarakat masih kurang
TRANSPORTASI
Belum meratanya pelayanan transportasi
Kecamatan Abeli, Kec. Mandonga (Kel. Labibia, Wawombalata, Alolama), Kec. Kendari (Kel. Purirano, Kel. Mata, Kel. Mangga Dua, Kel. Kassilampe, Kel. Kendari Caddi, Kel. Jati Mekar, Kel. Gunung Jati), Kel. Watubangga.
Jalan alternatif untuk meningkatkan akses masyarakat
Dari P2ID ke Kel. Watubangga, Dari Kel. Puuwatu – Kel. Abeli Dalam – Kel. Watubangga
Trotoar yang dijadikan sebagai tempat berjualan
Di sepanjang Jl. MT. Haryono, Jl. Abd. Silondae.
Sumber : Data Base RP4D Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 56
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Pemetaan data dan pelaku dilakukan secara partisipatif bersama seluruh
peserta dan dikompilasi dengan membuat tabel matriks yang memuat data-
data sehubungan dengan masalah diatas, hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.22Pemetaan Data dan Pelaku dalam Partisipatif Program RP4D di Kota Kendari
Tahun 2010
NoMasalah /
Isu SentralData yg
diperlukan
Lembaga/ Unsur terkait
Lembaga yg memp.
peraturan perundangan
terkait
Unsur Kelembagaan
1Ekonomi rendah
jumlah penduduk miskin
BPS, Dinsos Dinsos
Data pendiddikan
Din. Diknas Din. Diknas Din. Diknas, Kelurahan/Kecamatan
Jumlah masyarakat miskin peserta ASKES
Kantor Askes, Dinsos
Kantor Askes, Dinsos
Kelurahan/Kecamatan
Jenis mata pencaharian
Dinsos, Depnaker
Dinsos, Depnaker
Kelurahan/Kecamatan
2 Fasilitas social/umum
Jumlah TPS setiap kelurahan
Kimpraswil, Kelurahan
Kimpraswil, Kelurahan
Kimpraswil, Kelurahan
3Fasilitas
social/umum sedikit
Jumlah sekolah di kompleks perumahan
Din. Diknas Din. Diknas Din. Diknas, Kelurahan/Kecamatan
Jumlah fasilitas dan petugas kesehatan di setiap puskesmas
Din. Kesehatan
Din. Kesehatan Din. Kesehatan
Jumlah rumah ibadah
Depag Depag Kelurahan/Kecamatan
5Isu
geografis
Jumlah perkim kawasan pegunungan yang ada di Kota Kendari
Kimpraswil, Kelurahan
Kimpraswil, Kelurahan
Kimpraswil, Kelurahan
6 Legalitas / Peraturan
Data penguasaan tanah dan bangunan
BPN BPN BPN
Data RPJM Kelurahan Kelurahan Kelurahan
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 57
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
NoMasalah /
Isu SentralData yg
diperlukan
Lembaga/ Unsur terkait
Lembaga yg memp.
peraturan perundangan
terkait
Unsur Kelembagaan
Kelurahan
7 DAS
data bencana Bapedalda Bapedalda -SDA-mata pencaharian(ekonomi)
Bappeda Bappeda Din Perhubungan
transportasi Dinas Kesos Dinas Kesos Din Kehutananair bersih Camat Camat Din Perikanan
dan kelautanfisik sungai Kimpraswil Kimpraswil Din.
Perikanan & Kelautan
Din. Perikanan& Kelautan
8Isu daerah
kumuh/padat
Data kualitas struktur dan kepadatan bangunan
Kimpraswil Kimpraswil Kimpraswil
Data tingkat kes dan kenyamanan rumah tinggal
Kimpraswil, Dinkes
Dinkes, Kimpraswil
Kimpraswil
Data Tempat Pemb. Sampah (TPS)
Kimpraswil Kimpraswil Kimpraswil, Kelurahan
Data Lahan Tidur Tersewakan
9Isu
Lingkungan
polusi udara Bapedalda Bapedalda -SDA-sampah/pembuangan
Din Kesehatan
Din Kesehatan Din Kesehatan
bencana alam Din Pasar dan Kesehatan
Din Pasar dan Kesehatan
Din Pendidikan
Kimpraswil Kimpraswil Din Kesos Din Kesos Din Kesos Pengrusakan Hutan Tahura Murhum
10Transportas
iData jalan alternative
Bina Marga Bina Marga Bina Marga
Sket disfungsi trotoar
Sumber : Data Base RP4D Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 58
Sarana dan prasarana sebagai instrumen yang dapat mengarahkan perkembangan (kualitas) dan mengendalikan proses pertumbuhan (kuantitas) permukiman
Aspek Substansi : Terbentuk sistem tata ruang dan infrastruktur yang terpadu pada sistem penyediaan, perbaikan, pemeliharaan maupun pengelolaan
VISI
TUJUAN / INTERMEDIAN OBJECTIVES
APLIKASI / STRATEGI DASAR
Aspek Institusi / pelaku : Pemerintahan yang mampu mengarahkan dan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan perumahan dan permukiman permukiman
Sistem jaringan sarana dan prasarana yang terpadu
Penyediaan, perbaikan dan pemeliharaan jaringan intra-struktur sesuai dengan kondisi dan situasi lokal
Keberadaan sarana dan prasarana didukung oleh partisipasi semua pihak
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
Peningkatan akses informasi dan teknologi
Koordinasi yang lebih baik antara instansi-instansi terkait
Bab II. Kondisi Eksisting Kota Kendari
Gambar 2.6.Skema Strategi Sarana dan Prasarana Untuk Mempercepat Proses
Pertumbuhan dan Perkembangan Permukiman di Kota Kendari
Laporan Akhir Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Permukiman di Daerah (RP4D) Kota Kendari Tahun 2011. Halaman II - 59