bab 2
TRANSCRIPT
![Page 1: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/1.jpg)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zeolit
Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal alumiosilikat terhidrasi
yang mengandung kation alkali atau alkali tanah dalam kerangka tiga
dimensinya. Zeolit pertama kali ditemukan pada tahun 1756 oleh Cronstedt,
ahli mineral dari Swedia. Zeolit merupakan kristal alumina-silika yang
mempunyai struktur berongga atau berpori dan mempunyai sisi aktif yang
bermuatan negatif yang mengikat secara lemah kation penyeimbang muatan.
Nama zeolit ini berasal dari bahasa Yunani yaitu “Zeni" dan “Lithos" yang
berarti batu yang mendidih, karena apabila dipanaskan membuih dan
mengeluarkan air (Breck, 1974 dalam Lefond, 1983). Zeolit terdiri atas
gugusan alumina dan gugusan silika-oksida yang masing–masing berbentuk
tetrahedral dan saling dihubungkan oleh atom oksigen sedemikian rupa
sehingga membentuk kerangka tiga dimensi. Karakteristik umum dari
sebuah zeolit adalah memiliki 3-dimensi, 4-struktur kerangka penghubung
dari TO4 tetrahedra ( unit bangunan dasar), dimana T adalah kation yang
terkoordinasi secara tetrahedral (T=Si atau Al). Zeolit digunakan sebagai
pengemban karena struktur kristalnya berpori dan memiliki luas permukaan
yang besar, tersusun oleh kerangka silika–alumina seperti yang terlihat pada
4
![Page 2: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/2.jpg)
Gambar 1. Zeolit alam memiliki stabilitas termal yang tinggi, harganya
murah serta keberadaannya cukup melimpah.
Gambar 2.1. Contoh Kerangka Zeolit Alam (jenis SOD)
Berdasarkan pada asalnya zeolit dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
zeolit alam dan zeolit sintetis.
Zeolit alam. Pada umumnya, zeolit dibentuk oleh reaksi dari air pori dengan
berbagai material seperti gelas, poorly cristalline clay, plagioklas, ataupun
silika. Bentukan zeolit mengandung perbandingan yang besar dari M2+ dan
H+ pada Na+, K+ dan Ca2+. Pembentukan zeolit alam ini tergantung pada
komposisi dari batuan induk, temperatur, tekanan, tekanan parsial dari air,
pH dan aktivitas dari ion-ion tertentu.
Zeolit sintetis. Zeolit sintetis adalah suatu senyawa kimia yang mempunyai
sifat fisik dan kimia yang sama dengan zeolit alam. Zeolit ini dibuat dari
bahan lain dengan proses sintetis. Karena secara umum zeolit mampu
menyerap, menukar ion dan menjadi katalis, membuat zeolit sintetis ini
dapat dikembangkan untuk keperluan alternatif pengolah limbah. Mineral
zeolit sintetis yang dibuat tidak dapat persis sama dengan mineral zeolit
alam, walaupun zeolit sintetis mempunyai sifat fisis yang jauh lebih baik.
Beberapa ahli menamakan zeolit sintetis sama dengan nama mineral zeolit
alam dengan menambahkan kata sintetis di belakangnya, dalam dunia
5
![Page 3: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/3.jpg)
perdagangan muncul nama zeolit sintetis seperti zeolit A, zeolit K-C dll.
Zeolit sintetis terbentuk ketika gel yang ada terkristalisasi pada temperatur
dari temperatur kamar sampai dengan 200C pada tekanan atmosferik
ataupun autogenous. Metode ini sangat baik diterapkan pada logam alkali
untuk menyiapkan campuran gel yang reaktif dan homogen (Breck, 1974;
Breck & Flanigen, 1968 dalam Lefond, 1983). Struktur gel terbentuk karena
polimerisasi anion aluminat dan silikat. Komposisi dan struktur gel hidrat
ini ditentukan oleh ukuran dan struktur dari jenis polimerisasi. Zeolit
dibentuk dalam kondisi hidrothermal, bahan utama pembentuknya adalah
aluminat silikat (gel) dan berbagai logam sebagai kation. Komposisi gel,
sifat fisik dan kimia reaktan, serta jenis kation dan kondisi kristalisasi sangat
menentukan struktur yang diperoleh.
Berikut adalah beberapa contoh jenis mineral zeolit beserta rumus kimianya:
Nama Mineral Rumus Kimia Unit Sel
Analsim Na16(Al16Si32O96). 16H2O
Kabasit (Na2,Ca)6 (Al12Si24O72). 40H2O
Klipnoptolotit (Na4K4)(Al8Si40O96). 24H2O
Erionit (Na,Ca5K) (Al9Si27O72). 27H2O
Ferrierit (Na2Mg2)(Al6Si30O72). 18H2O
Heulandit Ca4(Al8Si28O72). 24H2O
Laumonit Ca(Al8Si16O48). 16H2O
Mordenit Na8(Al8Si40O96). 24H2O
Filipsit (Na,K)10(Al10Si22O64). 20H2O
Natrolit Na4(Al4Si6O20). 4H2O
Wairakit Ca(Al2Si4O12). 12H2O
2.2 Pembentukan Zeolit Alam
6
![Page 4: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/4.jpg)
Proses pembentukan zeolit disebabkan oleh perkembangan kristal zeolit
batuan di dalam gua dan pembentukan pun dilakukan dengan aktivitas
mineralisasi seperti penjebakan atau adanya sirkulasi larutan pada matriks
alkali. Diversifikasi dan kecantikan zeolit alam menyebabkan eksploitasi
industri besar-besaran.
Menurut M. Barrer dalam bukunya yang berjudul Hydrothermal Chemistry
of Zeolit (1982), pembuatan zeolit bukan berada pada matriks batuan basalt.
Hal ini sudah diobservasi bahwa sejak 1950-an lebih dari 1000 pembuatan
mineral zeolit dari sumber sedimentasi sudah dilaporkan lebih dari 40
negara. Beberapa deposit monomineralik sudah disiapkan untuk ditambang
karena letak mereka dekat dengan permukaan sehingga besar
kemungkinannya untuk ditambang.
Sebagai hasil dari eksplorasi geologis, pembentukan formasi zeolit
dilakukan tergantung pada tipe genetis :
1. Kristal yang dihasilkan dari hidrotermal atau aktivitas sumber air
panas termasuk reaksi antara larutan dan aliran lava dengan batuan
basalt.
2. Deposit terbentuk dari sedimentasi vulkanis pada sistem alkali dan
danau asin tertutup.
3. Formasi dari sistem danau air tawar atau air bawah tanah terjadi pada
sedimentasi vulkanis.
4. Deposit terbentuk dari material vulkanis pada alkali tanah.
7
![Page 5: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/5.jpg)
5. Deposit yang dihasilkan dari Hidrotermal atau perubahan temperatur
rendah dari sedimentasi laut.
6. Formasi dari hasil dari metamorfosis pembakaran dengan level rendah.
Zeolit yang dibentuk dengan perubahan hidrotermal dari aliran lava basalt
dan batu hyaloclastic yang bersambungan dalam daerah geotermal
ditemukan di berbagai belahan dunia. Pada daerah tersebut ditemukan
berbagai macam mineral, baik zeolit maupun non zeolit pada suhu berkisar
100-2200C, seperti Mordenite, Heulandite, analcime, dan wairakite.
Zeolit yang dibentuk dari sedimentasi biasanya terdiri dari massa kristal
yang berdimensi sangat kecil dan sering berkembang menjadi permukaan
kristal yang buruk. Akan tetapi, memiliki deposit yang besar dan menarik
minat industri untuk mengeksplorasi. Pada zeolit ini, terdapat alkali dan
alkali tanah kation logam biasanya ditemukan dalam larutan mineral. Secara
geologis, batuan pembawa memiliki umur yang lebih tinggi dari umur zeolit
yang membentuk mereka, karena transformasi menjadi zeolit dapat terjadi
lebih baru dan karena zeolit tertentu dapat digantikan yang lain secara
perlahan dalam reaksi berikutnya.
Ketebalan daerah zeolit sangat besar, beberapa kilometer pada diagnosa
pembakaran dan juga beberapa meter/feet di air asin. Kristal yang besar
yang terbentuk secara hidrotermal pada rongga di basalt berkembang
dengan proses deposit larutan, karena berkembangnya permukaan sering
berjalan tidak baik yang disebabkan oleh matriks basalt yang menyokong
dan memberikan nutrien kimia untuk pertumbuhan mereka. (Barrer, 1982)
8
![Page 6: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/6.jpg)
Pada permulaan tahun 1960-an, Flanigen dan Breck mengidentifikasi
kristalisasi dari zeolit NaA (LTA) dan NaX(FAU) pada kondisi di bawah
hidrotermal. Mereka menunjukkan gambar pertumbuhan tipe-S yang
meliputi periode induksi dengan pertumbuhan yang mendadak. Percobaan
mereka menghasilkan perubahan morfologi yang dijelaskan sebagai
perubahan progresif pada distribusi acak pada proses kristalisasi, sehingga
disimpulkan bahwa pertumbuhan kristal mendominasi pada fase padat.
(Reproduced with permission from R. Xu et all, 2004)
(Bekkum, 2007)
Gambar 2.2. Mekanisme Transformasi Fase Padat
9
![Page 7: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/7.jpg)
Mekanisme transformasi struktur gel didepolimerisasi dengan ion hidroksid
dan kemudian anion aluminosilikat dan silikat berada pada susunan gel
tersusun sekitar kation terhidrasi untuk membentuk unit polihedral dasar.
Unit polihedral ini kemudian lebih jauh membentuk kristal zeolit. Pada
umumnya, mekanisme transformasi fase padat memberikan susunan
depolimerisasi dari gel amorf. Pertumbuhan nukleasi dan kristal ditujukan
untuk membentuk fase padat tanpa partisipasi dari fase cair. (Bekkum,
2007)
2.3 Karakteristik Zeolit Alam
Terdapat beberapa macam klasifikasi sesuai karakteristik zeolit alam :
2.3.1. Struktur zeolit
Karakteristik umum dari sebuah zeolit adalah memiliki 3-dimensi, 4-
struktur kerangka penghubung dari TO4 tetrahedra ( unit bangunan dasar),
dimana T adalah kation yang terkoordinasai secara tetrahedral (T=Si atau
Al). Dalam penjelasan struktur zeolit hampir selalu didahului dengan
penjelasan tipe kerangka dalam pembukaan pori-pori dan dimensionalitas
dari sistem saluran.
Terbukanya pori-pori ditandai dengan ukuran cincin, n adalah jumlah dari
atom-T ( biasanya juga jumlah dari atom O) di cincin. Banyaknya bentuk
struktural seperti sangkar, saluran, rantai, dan lembaran adalah tipe dari
beberapa kerangka zeolit, jadi desainnya pun seperti –rongga, dan –
sangkar, unit segi delapan, poros, dan rantai dobel poros. Sebagai contoh :
10
![Page 8: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/8.jpg)
Gambar 2.3. Contoh Struktur n-Cincin
Karakteristik yang dapat dilihat dari struktur zeolit adalah tipe
kerangkanya, yang dijelaskan dalam susunan sangkar, dimensionalitas dari
sistem saluran dan perkiraan ukuran dari bukaan pori-pori.
Untuk mengerti secara dalam mengenai material zeolit sesungguhnya,
tidak hanya meninjau tipe kerangka, tapi juga harus mengeksplorasi
komposisi dan geometri kerangka, lokasi dan sifat dasar dari kerangka
extra, jumlah dan tipe kerusakan yang ada. ( Cˇejka dan Bekkum, 2007)
2.3.2. Sifat-sifat kimia dan fisika zeolit.
Mineral zeolit adalah kelompok mineral alumuniumsilikat terhidrasi
LmAlxSiyOz.nH2O, dari logam alkali dan alkali tanah (terutama Ca, dan
Na), m, x, y, dan z merupakan bilangan 2 hingga 10, n koefisien dari H2O,
serta L adalah logam. Zeolit secara empiris ditulis (M2+, M2+)Al2O3gSiO2 .
zH2O, M+ berupa Na atau K dan M2+ berupa Mg, Ca, atau Fe. Li, Sr atau
Ba dalam jumlah kecil dapat menggantikan M+ atau M2+, g dan z bilangan
koefisien. Beberapa spesimen zeolit berwarna putih, kebiruan, kemerahan,
coklat, dll., karena hadirnya oksida besi atau logamlainnya. Densitas zeolit
antara 2,0-2,3 g/cm3, dengan bentuk halus dan lunak. Kilap yang dimiliki
11
![Page 9: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/9.jpg)
bermacam-macam. Struktur zeolit dapat dibedakan dalam tiga komponen
yaitu rangka aluminosilikat, ruang kosong saling berhubungan yang berisi
kation logam, dan molekul air dalam fase occluded (Flanigen, 1981 dalam
Harben & Kuzvart, 1996).
2.3.3 Morfologi dan sistem kristal zeolit.
Zeolit berbentuk kristal aluminosilikat terhidrasi yang mengandung
muatan positif dari ion-ion logam alkali dan alkali tanah dalam kerangka
kristal tiga dimensi (Hay, 1966), dengan setiap oksigen membatasi antara
dua tetrahedral (Gambar 2.1).
Gambar 2.1. Rangka zeolit yang terbentuk dari ikatan 4 atom O
dengan 1 atom Si (Bell, 2001)
Zeolit pada dasarnya memiliki tiga variasi struktur yang berbeda yaitu: a)
struktur seperti rantai (chain-like structure), dengan bentuk kristal acicular
dan prismatic, contoh: natrolit, b) struktur seperti lembaran (sheet-like
structure), dengan bentuk kristal platy atau tabular biasanya dengan basal
cleavage baik, contoh: heulandit, c) struktur rangka, dimana kristal yang
ada memiliki dimensi yang hampir sama, contoh: kabasit. Zeolit
mempunyai kerangka terbuka, sehingga memungkinkan untuk melakukan
adsorpsi Ca bertukar dengan 2(Na,K) atau CaAl dengan (Na,K)Si.
12
![Page 10: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/10.jpg)
Morfologi dan struktur kristal yang terdiri dari rongga-rongga yang
berhubungan ke segala arah menyebabkan permukaan zeolit menjadi luas.
Morfologi ini terbentuk dari unit dasar pembangunan dasar primer yang
membentuk unit dasar pembangunan sekunder dan begitu seterusnya.
2.3.4 Sintesis Zeolit
Jumlah dari silika dalam sebuah zeolit sangat mempengaruhi ukuran dan
morfologi dari kristal zeolit, dan alumina mempengaruhi kristalisasi dari
zeolit. Rasio Si/Al mempunyai peran yang penting dalam menentukan
struktur dan komposisi dari produk kristal. Penentuan rasio Si/Al dapat
dilakukan dengan alat Spektroskopi Serapan Atom (AAS). Beberapa jenis
Ratio Si/Al yang mempengaruhi zeolit adalah :
a. Zeolit dengan ratio Si/Al yang rendah (Si/Al ≤ 5) Pada umumnya, zeolit
ini hampir jenuh oleh aluminium pada kerangkanya dengan
perbandingan Si/Al mendekati satu. Bentuk kerangka molekul
merupakan tetrahedral aluminosilikat. Banyak mengandung panukar
kation. Kedua sifat ini menimbulkan permukaan yang heterogen.
Permukaan sangat efektif untuk air, senyawa polar, dan berguna untuk
pengeringan dan pemurnian. Volume pori-pori dapat mencapai 0,5 cm3 /
vol zeolit (cm3 ).
b. Zeolit dengan ratio Si/Al sedang (Si/Al = 5)
Zeolit jenis ini lebih stabil terhadap panas dan asam daripada zeolit
dengan silika rendah dan mempunyai perbandingan Si/Al = 5.
13
![Page 11: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/11.jpg)
permukaannya masih heterogen dan sangat efektif untuk air dan
molekul polar lainnya.
c. Zeolit dengan ratio Si/Al tinggi (Si/Al > 5) Zeolit ini mempunyai
perbandingan kadar Si/Al antara 10-100, bahkan lebih. Permukaannya
mempunyai karakteristik lebih homogen dan selektif dalam organofilik
dan hidrofobic. Zeolit ini sangat kuat untuk menyerap molekul-molekul
organic kepolarannya dan hanya sedikit bereaksi dengan air dan
molekul yang kepolarannya tinggi.
2.4 Modifikasi zeolit secaraDealuminasi dan Kalsinasi
Proses dealuminasi merupakan suatu metode untuk menjaga stabilitas
struktur pori dan menghilangkan alumina dari framework zeolit agar katalis
ini tidak mudah mengalami deaktivasi. Proses dealuminasi biasanya
dilakukan dengan menambah sejumlah asam (misalnya amonium klorida,
asam klorida, asam florida, dan sebagainya) pada zeolit. Pelarut yang dipilih
dalam proses dealuminasi pada penelitian ini adalah ammonium klorida.
Pemilihan amonium klorida didasarkan pada luas permukaan spesifik katalis
yang didapat dan yield dietil eter apabila dibandingkan dengan pelarut yang
biasa digunakan yaitu asam klorida.
Sedangkan proses kalsinasi adalah proses hidro-thermal yang dilakukan
untuk menjaga agar katalis yang diperoleh relatif stabil pada suhu tinggi.
Proses ini dilakukan dengan mengalirkan uap air dan gas nitrogen ke dalam
zeolit pada suhu sekitar 600oC. Dengan adanya uap air, zeolit akan
terhidrolisis sehingga mengalami perubahan struktur pada frameworknya.
14
![Page 12: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/12.jpg)
Penambahan gas nitrogen (inert) bertujuan untuk mengisi rongga pada zeolit
sehingga membentuk template tertentu dan memudahkan reaktan terabsorpsi
oleh zeolit.
Variabel yang digunakan adalah konsentrasi pelarut ammonium klorida (2M
dan 4 M) dan diameter partikel katalis (0,25 mm dan 0,6 mm). Pemilihan
jenis dan batas nilai pada kedua variabel ini didasarkan pada penelitian
terdahulu (Widayat, Mustafa, A Roesyadi, dan M Rachimullah).
Gambar 2.4. Reaksi Perubahan Ikatan dalam Zeolit
2.5 Karakterisasi Zeolit
2.5.1 Adsorpsi isoterm
Adsorpsi isoterm menunjukkan banyaknya zat yang teradsorpsi per gram
adsorben yang dialirkan pada suhu tetap. Adsorpsi adalah suatu proses dimana
molekul-molekul dari senyawa yang diserap oleh permukaan zat padat atau zat
cair yang lain. Zat yang mengadsorpsi disebut adsorben sedangkan zat yang
diadsorpsi disebut adsorbat. Proses adsorpsi terjadi pada batas permukaan dua
fase, sebagai contohnya fase cair dengan fase padat (adsorpsi zat warna dalam air
15
![Page 13: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/13.jpg)
dengan karbon sebagai adsorben), fase cair dengan fase gas (adsorpsi
padacampuran gas klor dan air), fase cair dengan fase cair (adsorpsi deterjen pada
permukaan emulsi) dan lain-lain (Yuhelda, 1999).
Bila suatu adsorpsi terjadi pada lapisan multilapis, maka persamaan Langmuir dan
Freundlich tidak dapat digunakan. Brunauer, Emmet dan Teller memperluas
konsep monolapis menjadi multilapis. Hal ini menyebabkan timbul asumsi bahwa
penting bagi setiap molekul pada lapisan pertama adsorben disiapkan pada satu
sisi untuk lapisan kedua dan selanjutnya. Molekul-molekul pada lapisan-lapisan
ini dianggap berperilaku sebagai cairan penyerap ketika konstanta kesetimbangan
untuk molekul pada lapis pertama mengadakan kontak dengan permukaan
adsorben kedua dan selanjutnya (Shoemaker et al., 1989).
Persamaan umumnya adalah :
Dengan : V : volume gas yang di adsorbsi pada tekanan P
P0 : tekanan jenuh dari gas yang diadsorbsi
Vm : volume gas yang diperlukan untuk menutupi adsorben
dengan lapisan monomolekular
c : konstanta
2.5.2 Scanning electron microscope electron dispersive X-ray (SEM-EDX)
Morfologi dari suatu material dapat diamati dengan menggunakan SEM. Alat ini
memiliki resolusi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mikroskop optik.
SEM dan mikroskop optik metalurgi menggunakan prinsip refleksi, yaitu
permukaan spesimen memantulkan berkas media.
16
![Page 14: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/14.jpg)
Daya pisah atau resolusi dibatasi oleh panjang gelombang media yang digunakan:
R = 0.61/
dengan : panjang gelombang
: apertur (sudut divergen) efektif lensa obyektif.
Teknik SEM pada hakekatnya merupakan pemeriksaan dan analisis permukaan.
Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari lapisan
yang tebalnya sekitar 20 μm dari permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh
merupakan gambar topografi dengan segala tonjolan dan lekukan permukaan.
Gambar topografi permukaan diperoleh dari penangkapan elektron sekunder yang
dipancarkan oleh spesimen. Kata kunci dari prinsip kerja SEM adalah scanning
yang berarti bahwa berkas elektron “memindai” permukaan spesimen, titik demi
titik dengan pindaian membentuk baris demi baris, mirip dengan gerakan mata
yang membaca. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkannya pun adalah dari titik
pada permukaan, yang selanjutnya ditangkap oleh detektor SEM dan kemudian
diolah dan ditampilkan pada layar CRT (TV). Scanning coil yang mengarahkan
berkas elektron bersinkronisasi dengan pengarah berkas elektron pada tabung
layar TV, sehingga didapatkan gambar permukaan spesimen pada layar TV
(Siswosuwarno, 1996).
SEM mempunyai resolusi tinggi bisa mencapai 150.000 kali dan dapat digunakan
untuk mengamati obyek benda berukuran nanometer. Meskipun demikian,
resolusi tinggi tersebut didapatkan untuk pemindaian dalam arah horizontal,
sedangkan pemindaian secara vertikal (tinggi rendahnya struktur) resolusinya
rendah. Ini merupakan kelemahan SEM yang belum diketahui pemecahannya.
17
![Page 15: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/15.jpg)
Mikroskopnya juga menggambarkan sebuah electron dispersive X-ray
spectrometer (EDX) yang dapat digunakan untuk menentukan komposisi unsur
dari sampel. Ketika sebuah sampel difoto oleh SEM, sinar elektron juga
diemisikan oleh sinar-X yang dibawa oleh EDX. Emisi sinar-X tiap unsur khas
dalam energi dan panjang gelombangnya, karena itu unit EDX mampu
menentukan tiap unsur yang merespon emisi tersebut. Data ini dapat ditambahkan
pada gambar SEM untuk menghasilkan sebuah peta unsur yang sebenarnya dari
permukaan sampel (Nuryadi, 2006).
2.5.3 Karakterisasi dengan X-ray diffraction (XRD)
Panjang gelombang memiliki orde yang sama dengan jarak antar atom pada
material kristalin, karena itu kristal akan berperilaku sebagai grating difraksi
untuk sinar-X. Pancaran sinar-X yang mengenai permukaan kristal, sebagiannya
akan dipantulkan oleh atom pada lapisan pertama. Sebagian sinar yang lain akan
dipantulkan oleh lapisan kedua dan seterusnya. Interferensi konstruktif maupun
destruktif beroperasi dengan cara yang sama dengan kekisi optis. Interferensi ini
sesuai dengan persamaan Bragg:
n d sin
dengan : n : bilangan bulat
: panjang gelombang
d : jarak antara bidang kristal
: sudut difraksi
18
![Page 16: Bab 2](https://reader034.vdocuments.site/reader034/viewer/2022042607/5572022b4979599169a312cd/html5/thumbnails/16.jpg)
Dari data-data ini seorang kristalografer menentukan peta kerapatan elektron
melalui berbagai persilangan data kristal. Pola XRD memberikan informasi
mengenai struktur kristal. Sampel kristal bubuk akan menyulitkan pengukuran
XRD karena akan memberikan refleksi sinar Bragg yang banyak sehingga
puncaknya akan saling overlap dan intensitas rendah. Karena itu pada prakteknya
akan sulit untuk mendapatkan informasi yang tepat dengan posisi tepat dengan
intensitas dan refleksi individu (Weittkamp & Puppe, 1999).
19