bab 1 sampe daftar pustaka
DESCRIPTION
metode penulian ilmiahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang Masalah
Pengangkutan batubara adalah berfungsi untuk menjangkau jarak tempuh
antara tambang dan konsumen. Sebelum dipasarkan batubara terlebih dahulu
ditumpuk pada area stocpile untuk tujuan sebagai berikut :
1. Menjamin kelangsungan pemuatan pada saat dibutuhkan
2. Menyimpan sementara material yang berbeda atau sebagai cadangan jika
akutan suplai terganggu.
3. Untuk keperluan blending sebagai upaya perbaikan kualitas batubara.
Melihat geografi Indonesia dengan iklim tropis yang mempunyai curah
hujan dan kelembaban yang tinggi serta temperatur sampai di atas 30 ° C, maka
pencegahan bahaya kebakaran batubara pada saat penimbunan di area
stockpile dalam segi penanganannya patut mendapatkan perhatian serius
mengingat korban manusia dan harta yang dapat ditimbulkanya.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah penulis ingin menjelaskan cara-cara
penanggulangan atau spontaneous combustion di area stockpile dengan
metode yang tepat
1
1
1.3. Pembatasan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah cara-cara
penanggulangan swabakar batubara di area stockpile.
1.4. Metode Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah diselesaikan dengan bantuan literatur-literatur yang
berhubungan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Swabakar pada Batubara
Pada tahun 1870 untuk pertama kali Richter menyelidiki dan menyatakan
bahwa terjadinya swabakar (self combustion) pada batubara karena aktivitas
penyerapan oksigen. Terjadinya swabakar dalam hubunganya dengan peringkat
batubara adalah semakin rendah peringkatnya maka semakin tinggi terjadinya
resiko kebakaran.
Reaksi swabakar dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Oksigen diserap oleh C (karbon) yang ada dalam batubara yang kemudian
menghasilkan CO2 dan panas dengan persamaan reaksi:
C + O2 CO2 + panas
2. Reaksi selanjutnya menghasilkan CO dan suhu yang tinggi, dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
CO2 + C CO + panas
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa swabakar pada timbunan batubara di
area stockpile sebenarnya merupakan peristiwa oksidasi batubara padat (solid)
oleh pengaruh oksigen.
3
3
Tahapan terjadinya swabakar di stockpile batubara menurut
Sukandarrumidi adalah :
1. Mula-mula batubara akan menyerap oksigen dari udara secara perlahan-
lahan dan kemudian tmperatur udara akan naik
2. Akibat temperatur naik kecepatan batubara menyerap oksigen dan udara
bertambah dan temperatur kemudian akan mencapai 100 - 1400 C
3. Setelah mencapai temperatur 1400 C, uap dan CO2 akan terbentuk
4. Sampai temperatur 2300C, isolasi CO2 akan berlanjut.
5. Bila temperatur telah berada di atas 3500 C, ini berarti batubara telah
mencapai titik sulutnya dan akan cepat terbakar.
2.2. Sebab-sebab Terjadinya Swabakar (Spontaneus Combustion)
Batubara merupakan bahan bakar organik, dan apabila bersinggungan
langsung dengan udara dan dalam keadaan temperatur tinggi akan terbakar
sendiri. Keadaan ini akan dipercepat oleh :
1. Reaksi eksothermal, hal ini yang paling sering terjadi
2. Bakteria
3. Aksi katalis dari benda-benda anorganik
Sedangkan kemungkinan terjadinya swabakar terutama disebabkan antara lain:
1. Karbonisasi yang rendah (low carbonization).
2. Kadar belerangnya tinggi (>2%) dengan ambang batas kadar belerang
1,2 %.
4
2.3. Oksidasi Batubara
Batubara akan menjadi panas bila terdpat oksigen. Kecepatan hantaran panas
dipengaruhi oleh massa batubara, derajat kekompakanya, unsur kimia, umur
geologi, rank, inherent oksigen dan air lembab. Bagian unsur kimia yang
terkadang dalam batubara mulai teroksidir bila disingkapkan ke udara bebas
pada saat penambanganya.
Seperti diketahui, batubara adalah campuran padat dari persenyawaan
hidrokarbon yang mengandung: Karbon, hidrogen, sulfur, nitrogen dan oksigen
dalam struktur molekuler organiknya. Disamping itu, terdapat pula kandungan
mineral pembentuk abu seperti : serpih-serpih, lempung, batu pasir dan pirit.
Menurut berita PPTM No. l 1 Tahun 9, bahwa, kadar organik batubara terdiri
dari 50-90% karbon, 2-8% hidrogen, 2 - 20 % oksigen, kurang dari 2 %
nitrogen dan sulfur yang terdapat dialam bentuk organik dan mineral sebesar
0,2 - 8%. Semua elemen organik dan elemen logam seperti besi, bereaksi
dengan oksigen. Beberapa unsur berkecepatan reaksi lebih tinggi dari yang lain,
namun pada umumnya terjadi liberi energi dalam bentuk panas.
Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan proses kimiawi antara pembakaran
dengan proses oksidasi lambat, perbedaan hanya terdapat pada kecepatan
oksidasi, sehingga temperatur terjadinya reaksi berbeda. Proses oksidasi
berlangsung berkesinambungan, walau kecepatanya dapat berubah, namun
reaksi tidak akan berhenti selama masih terdapat oksigen. Itulah sebabnya,
terjadi fenomena yang dikenal sebagai swabakar 1 stockpile. Alasan dalam hal
5
ini ialah kecepatan pembebasan energi sebagai panas melampaui kecepatan
kemampuan membuang panas keluar tumpukan batubara, sehingga temperatur
terakumulasi dan naik sampai ke tingkat dimana pembakaran aktif terjadi.
Kecepatan penyerapan oksigen pada kondisi tempertur konstan yang
berkurang dengan bertambahan waktu, memberikan indikasi kegiatan oksidasi
makin progesif pada bagian-bagian partikel yang berhubugan dengan udara.
Kecepatan oksidasi makin progesif pada bagian -bagian partikel yang
berhubungan dengan udara. Kecepatan oksidasi bervisiasi menurut rank batubara
yang dalm hal ini dinyatakan sebagai persentasi zat terbang Sebagai contoh
antrasit (rank tinggi) teoksidir dengan kecepatan yang amat rendah, sedang
batubara batuminus dengan kandungan zat tinggi dapat teroksidir dengan
kecepatan yang lebih tinggi. Makin berkurangnya rank batubara,
kandungan oksigen makin meningkat dan rank batubara yang rendah
mengoksidasikan lebih cepat daripada rank diatasnya.
2.4 Parameter Kualitas Batubara
Parameter kualitas batubara ditentukan berdasarkan analisis batubara
yang umumnya dilakukan dengan metode, yaitu :
1. Analisa Proksimat
a. Kandungan air (Moisture content)
6
a.1. Total Moisture
Adalah banyaknya air yang terkandung dalam batubara sesuai
kondisi di lapangan (Ar), baik terikat secara kimiawi maupun akibat
pengaruh kondisi diluar. Pada prinsipnya total moisture merupakan
jumlah air yang terkandung dalam batubara baik air bebas (FM =
Free Moisture) maupun airterikat (IM = Inherent Moisture)
a.2. Free Moisture
Adalah air yang diserap oleh permukaan batubara akibat pengaruh
dari luar.
a.3. Inherent Moisture (Air bawaan)
Adalah kandungan air bawaan pada saat terbentuk batubara.
b. Kandungan Abu (Ash Content)
Merupakan sisa-sisa zat organic yang terkandung dalam batubara
setelah dibakar. Kandungan abu dapat dihasilkan dari pengotoran
bawaan dalam proses pembentukan batubara maupun perkotoran yang
berasal dari proses penambangan. Abu batubara merupakan bagian yang
tidak hilang pada waktu pembakaran batubara tersebut. Komposisi
utama abu batubara adalah : Si, A1, Fe, Ti, Mn, Na, K, Silikat, Sulfida,
Sulfat dan Fosfat.
7
c. Zat terbang (Volatile Matter)
Merupakan zat aktif yang menghasilkan energilpanas apabila batubara
tersebut dibakar dan terdiri dari gas-gas yang mudah terbakar seperti
hydrogen, karbonmonoksida (CO) dan metan.
Zat terbang ini sangat erat kaitannya dengan rank dari batubara., makin
tinggi kandungan airterbang (VM) makin rendah kualitasnya. Dalam
pembakaran karbon padatnya, sebaliknya zat terbang rendah akan
mempersulit proses pembakaran.
d. Karbon Tertambat (fixed carbon)
Merupakan angka diperoleh dari hasil pengurangan 100% terdapat
jumlah kandungan airlembab, kandungan abu dan zat terbang. Dengan
adanya pengeluaran zat terbang dalam kandungan air, maka tertambat
secara otomatis akan naik sehingga makin tinggi kandungan karbonnya,
kelas batubara semakin naik.
e. Nilai Kalor (Calorific Value)
Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas
pembakaran unsure-unsur pembakaran batubara. Nilai kalor terdiri atas
Gross Calorie Value yaitu nilai kalor yang biasa dipakai sebagai laporan
analisis dan Net Caloric Value yaitu nilai kalor yang benarbenar
dimanfaatkan dalam proses pembakaran batubara.
8
2. Analisis Ultimant
a. Penentuan Karbon (C) dan Hidrogen (H)
Kedua sistem ini ditentukan dengan cara yang sama dalam operasi
yang bersamaan. Nilai karbon mencakup kandungan karbon dari karbon-
karbon mineral.
b. Penentuan Nilai Kalori
Pengukuran unit panas yang dibebaskan bila satu unit massa bahan
bakar padat dibakar dalam sebuah bom dibawah kondisi standar. Hasil-
hasil analisa itu sendiri harus beracuan pada basis-basis analisa (reference
basis). Basis yang biasanya digunakan adalah sebagai berikut :
b.1 As received basis (Ar)
Basis analisa dimana contoh batubaranya diambil dari suatu tempat
(lapangan) dan langsung dianalisa. Pada keadaan ini total kandungan
air + zat terbang + kadar karbon + kandungan abu = 100%.
b.2. Air dry basis (Adb)
Basis analisa dimana contoh batubaaranya dikeringkan pada udara
terbuka untuk menghilangkan free moisture dan sisanya inherent
moisture, sehingga inherent moisture + zat terbang + kadar karbon +
kadar abu = 100%.
9
b.3. Dry Basis (Db)
Basis analisa dimana contoh batubaranya telah dikeringkan pada
temperature tertentu sampai inherent moisturenya hilang, sehingga
zat terbang + kadar karbon + kandungan abu = 100%.
b.4. Dry ash free (Dal), adalah kondisi batubara yang telah diproses
dilaboratorium sehingga bebas dari air dan bebas dari kandungan
abu.
b.5. Dry mineral matter free (Dmmf) adalah kondisi batubara yang bebas
dari total moisture dan bahan anorganik dalam batubara tersebut.
2.5. Area Stockpile
Untuk area stockpile faktor-faktor yang mempengaruhi swabakar yaitu :
1. Pengaruh Sulfur
Semakin tinggi kadar sulfur dalam nbatubara, makin cepat terjadinya
swabakar dalam batubara begitu sebaliknya.
2. Pengaruh Volatile matter
Volatile matter adalah zat terbang yang terkandung dalam batubara.
Kandungan zat terbang ini erat kaitannya dengan rank batubara. Semakin
tinggi kandungan zat terbangnya semakin tinggi volatile matter dalam
10
batubara maka semakin banyak panas yang ditimbulkan dan akan
mempercapat terjadinya swabakar.
3. Pengaruh Moisture Content (Kandungan air)
Kandungan air dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free
moisture) kandungan air bawaan (inherent moisture), kandungan airtotal
(total moisture). Semakin banyak kandungan air dalam batubara maka
semakin banyak panas yang diperlukan untuk mengubah air menjadi uap.
Namun demikian jika kadar kelembaban batubara kecil, maka terjadinya
kenaikan suhu dalam timbunan akan semakin cepat.
4. Pengaruh Kualitas (rank)
Rank batubara sangat erat hubungannya dengan kandungan volatile
metter, dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa batubara yang kandungan
volatile matternya rendah mempunyai derajat yang tinggi demikian
sebaliknya. Pada pembakaran spontan untuk timbunan batubara tidak
hanya dinilai dari derajatnya saja, tapi harus diketahui kandungan volatile
matternya, semakin tinggi kandungan volatile matter pada rank batubara
semakin besar kemungkinan terjadinya pembakaran spontan dan
sebaliknya.
5. Pengaruh fixed carbon (karbon tertambat)
Seperti diuraikan sebelumnya bahwa kandungan volatile matter
berhubungan erat dengan kandungan karbon padat. Semakin tinggi volatile
11
matter maka akan mempercepat pembakaran karbon padatnya. Apabila suhu
semakin naik dengan kandungan volatile matter yang tinggi akan
menyebabkan kandungan karbon mengecil sehingga pembakaran spontan
semakin cepat terjadi.
6. Pengaruh kandungan abu
Pengaruh abu terhadap timbunan batubara dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu :
a. Pengaruh abu yang dikandung oleh batubara.
Untuk itu perlu diketahui unsur-unsur yang terdapat dalam abu tersebut,
hal yang dapat menunjang yaitu : kandungan sulfur yang terdapat dalam abu
yang berasal dari mineral-mineral yang mengandung belerang seperti FeS,
semakin banyak abu yang mengandung belerang maka semakin cepat
terjadinya pembakaran spontan.
b. Pengaruh debu dan partikel dari luar
Bila abu dari luar mengandung sulfur, hal ini tidak menimbulkan
reaksi terhadap timbunan batubara. Keadaan ini akan memperlambat
terjadinya pembakaran spontan karena abu tersebut merupakan partikel halus
yang dapat menyelimuti timbulnya tersebut. Dengan banyaknya abu yang
menutupi permukaan timbunan batubara akan mengisi lubang-lubang pada
permukaan batubara, maka akan mempersulit masuknya udara luar terhadap
12
timbunan batubara tersebut. Dengan kata lain semakin banyak abu dari luar
semakin banyak abu dari luar semakin lambat terjadinya pembakaran spontan.
7. Pengaruh ukuran butir batubara
Bila batubara dibentuk menjadi suatu timbunan yang terdapat dari butiran
halus dan kasar, maka dapat dijelaskan bahwa suatu timbunan yang berbutir
halus, maka porositas atau rongga butir yang satu dengan yang lain adalah
lebih besar dibandingkan dengan butir kasar. .Iumlah udara yang tersedia
dalam timbunan batubara halus lebih mampu membuang panas yang
ditimbulkannya jika dibandingkan dengan ukuran batubara kasar atau semakin
halus butirannya pembakaran spontannya semakin lambat.
8. Pengaruh ketinggian timbunan
Untuk menentukan terjadinya pembakaran spontan, harus dapat
diketahui hal-hal sebagai berikut : suatu timbunan batubara yang terjadi dari
butiran halus dan kasar, akan terjadi segresi ukuran dalam timbunan, dimana
butir batubara yang kasar mengumpul dibagian bawah (lantai) dan butiran
yang halus mengumpul di puncak dan bagian dalam timbunan. Dengan kata
lain timbunan yang tinggi, jarak atau panjang aliran udara lebih panjang bila
dibandingkan dengan timbunan rendah dengan sirkulasi udara yang pendek,
panas yang ada pada timbunan batubara yang tinggi dengan sirkulasi udara
13
yang panjang akan memperlambat pembuangan panas yang ada dalam
timbunan sehingga mempercepat terjadinya pembakaran spontan.
2.6. Areal Penimbunan
Penimbunan batubara di area stock pile dilakukan pada areal terbuka, untuk
itu perlu diperhatiakn hal-hal sebagai berikut :
1. Lantai dasar areal penimbunan harus bebas dari gerakan air sehingga
kemungkinan masuknya udara dapat diperkecil.
2. Tempat penimbunan sebaiknya dipergunakan areal terbuka dengan lantai
dasar pasir, tanah liat atau batu kapur yang kemudian dipadatkan.
3. Jika dimungkinkan dasar yang telah rata dan padat didasari lagi dengan
antrasit setebal 20 cm rata dan padat, kemudian areal dapat ditimbuni
batubara.
4. Sebaiknya lantai dasar terbuat dari beton.
5. Areal penimbunan dibersihkan dari pohon-pohon, instalansi-instalansi pipa
air, pipa gas, pondasi tonggak lama, sampah, timbunan besi tua dan benda-
benda lain yang mudah terbakar.
2.7. Ukuran Timbunan
Dari beberapa teori, tinggi timbunan batubara tidak ada suatu kepastian data
yang jelas mengenai :
14
1. Batas ketinggian menurut rank batubara.
2. Pengaruh proses oksidasi dalam batas-batas ketinggian tertentu menurut jenis
batubaranya.
3. Kalaupun ada teori yang mengatakan batas ketinggian, tidak dijelaskan
Apakah dalam keadaan lepas (loose) atau padat (compact).
TABEL I
DASAR ANALISIS PENGUJIAN KUALITAS BATUBARA
Sumber : http://methdimy.blogspot.com
Dijelasakan apabila udara cukup, maka timbunan yang tinggi lebih cepat
mengalami proses oksidasi karena adanya segresi ukuran butir batubara dalam
timbunan, sehingga butiran yang besar berada disebelah bawah dan yang luas pada
puncak sebelah dalam dari timbunan, dan dapat dilihat pada tabel I.
15
Dengan masuknya udara dari luar melalui dasar timbunan menuju ke bagian
dalam (butir halus) maka jumlah udara yang tersedia tidak mampu membuang panas
yang timbul pada timbunan batubara, keadaan ini dapat mempercepat jalannya proses
oksidasi.
Sumber : http://www.dim.esdm.go.id
Untuk dapat mengetahui jumlah sumber daya cadangan batubara dan gambut
secara menyeluruh serta dapat mengetahui perubahan jumlah sumberdaya dan
cadangan batubara dan gambut setiap tahunnya, dan dapat dilihat pada tabel II.
Selain itu dapat mengetahui pula mana yang mempunyai kandungan batubara
potensial sehingga dapat membantu pemerintah dalam menentukan klasifikasi
batubara.
Berdasarkan acuan tersebut batubara dapat dibagi kualitasnya,yaitu :
16
Batubara Kalori Rendah, adalah jenis batubara yang paling rendah
peringkatnya, bersifat lunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air
tinggi (10-70%), memperlihatkan struktur kayu, nilai kalorinya < 5100 kal/gr.
Batubara Kalori Sedang, adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi,
bersifat lebih keras, mudah diremas – tidak bias diremas, kadar air relatif lebih
rendah, umumnya struktur kayu masih tampak, nilai kalorinya 5100 – 6100
kal/gr.
Batubara Kalori Tinggi, adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi,
bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kadar air relatif lebih rendah,
umumnya struktur kayu tidak tampak, nilai kalorinya 6100 - 7100 kal/gr.
Batubara Kalori Sangat Tinggi, adalah jenis batubara dengan peringkat paling
tinggi, umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainnya, kadar air
sangat rendah, nilai kalorinya >7100 kal/gr (adb). Kualitas ini dibuat untuk
membantasi batubara kalori tinggi.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
3.1. Swabakar di Area Stockpile
Swabakar merupakan proses terbakarnya batubara dengan sendirinya. Proses
ini dapat mempengaruhi kualitas batubara, bila hal ini terjadi maka batubara yang
telah mengalami swabakar biasanya tidak dapat dijual ke konsumen karena
kualitasnya menurun bahkan jika proses ini dibiarkan terjadi, timbunan tersebut
akan habis terbakar.
Untuk penanggulangan swabakar merupakan suatu tindakan yang terbaik
sebelum swabakar terjadi. Pengawasan terhadap timbunan batubara adalah
tindakan yang terbaik dalam penanggulangan terjadinya swabakar pada area
stockpile. Langkah-langkah penanggulangan swabakar yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Pengontrolan suhu timbunan
Pengontrolan suhu timbunan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan
suhu timbunan. Pengontrolan ini dilakukan dengan memasukan thermometer
ke dalam pipa baja dengan bantuan seutas tali yang tertutup bagian bawahnya
sedalam 2,5 meter. Kemudian pipa tersebut dimasukan ke dalam tumpukan
batubara stockpile dan dibiarkan selama 5 - 10 menit kemudian diangkat dan
dibaca pada thermometer. Pengamatan suhu timbunan dimaksudkan untuk
mengetahui kondisi timbunan, sehingga dapat dilakukan tindakan
pencegahan sebelum swabakar terjadi.
18
18
2. Pengontrolan ukuran ketinggian timbunan
Ukuran ketinggian timbunan sangat mempengaruhi sirkulasi udara dalam
timbunan. Timbunan yang baik memiliki standar ketinggian tertentu
sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Timbunan batubara
yang tinggi lebih cepat mengalami proses oksidasi dibandingkan dengan
timbunan yang rendah. Hal ini dikarenakan adanya segregasi ukuran butir
timbunan yang mempengaruhi laju aliran udara.
3. Penyiraman aspal
Penyiraman dengan aspal dimaksudkan untuk menutupi permukaan
timbunan sehingga udara tidak dapat masuk ke dalam timbunan.
Penggunaan aspal sebagai penutup dikarenakan aspal tidak menambah
debu dan aspal dapat ikut terbakar pada pembakaran batubara.
4. Pengeringan areal timbunan bertujuan untuk menjaga kerusakan lantai
dasar yang disebabkan oleh air hujan. Bila dasar tersebut terbuat dari
beton, pengeringan bertujuan bertujuan agar tidak ada air yang tergenang
sehingga memudahkan udara masuk ke dalam timbunan. Pngeringan dapat
dilakukan dengan membuat saluran air sepanjang stockyard. Saluran ini
lebih baik dari beton dan dalam keadaan terbuka sehingga air dapat diatur.
Untuk menjaga agar material batubara jangan sampai masuk ke dalam
saluran air sebagaimana dibuat penahanan di sekitar saluran air tersebut.
5. Perlunya pembersihan secara periodic untuk menghindari pembentukan
endapan debu batubara.
19
6. Mencari sumber kebakaran sedini mungkin,agar tidak terjadi pengurangan
kualitas batubara tersebut.
7. Pada era stockpile, penggunaan siraman air endapan menggunakan system
sprinkler yang otomatis akan sangat membantu dalam usaha mencegah
kebakaran batubara. Caranya adalah control Operasional Panel (COP) di pipa
ditaruh di dalam timbunan batubara meningkat dan melebihi temperature yang
distel di COP, maka sprinkler secara otomatis akan bekerja sendiri, menyirami
timbunan batubara tersebut.
8. Penggunaan lembaran plastic penutup batubara selesai untuk mengurangi
debu batubara, juga untuk mengurangi hadirnya oksigen disela-sela batubara.
Diusahakan dalam penggunaan lembaran plastik jangan menggunakan warna
gelap dan sebaliknya timbunan dipadatkan dengan menggunakan bulldozer
sebagai alat bantu.
9. Melakukan pembongkaran tumpukan batubara bila temperature tubuhan
mencapai titik kritis,dan dapat mencapai kualitas batubara yang kalori tinggi
dan mencapai harga jual yang maksimal.
3.2. Tindakan bila terjadi Swabakar
Bila swabakar terjadi maka tindakan yang dilakukan adalah pembongkaran
timbunan yang dimasukkan untuk menurunkan suhu timbunan. Bila suhu
timbunan telah normal kembali maka batubara dapat ditimbulkan kembali.
20
Kemudian batubara ditutupi dengan aspal sebagai antisipasi terhadap
swabakar. Tempat penimbunan sebaliknya dipilih tempat yang rata dan tidak
lembab. Hal ini untuk menghindari penyusupan kotoran-kotoran (impurities).
Sumber : http://www.tekmira.esdm.go.id
GAMBAR 1
ALAT SPRINKLER
Untuk batubara yang berzat terbang tinggi, perlu dipergunakan siraman
air (sprinkler). Penyimpanan batubara yang terlalu lama juga memicu
terjadinya swabakar, paling lama sebaiknya 1 bulan seperti pada gambar 3.1.
21
Sumber : http://www.tekmira.esdm.go.id
GAMBAR 2
PEMANTAUAN DAN PENCEGAHAN SWABAKAR BATUBARA DI
TAMBANG BATUBARA BAWAH TANAH PTBA OMBILIN
Batubara peringkat rendah cenderung bersifat swabakar. Karena itu dapat
menimbulkan kebakaran di lokasi penambangan seperti tempat penimbunan maupun
di tambang bawah tanah. Penelitian ini merupakan kerja sama lanjutan antara
JCOAL-tekMIRA-PTBA yang tujuan untuk mencegah swabakar batubara, memasang
sensor temperatur dan CO di tambang bawah tanah Ombilin seperti pada gambar 3.2.
Swabakar (spontaneous combustion) adalah terjadinya api dengan sendirinya
tanpa menggunakan nyala api secara langsung dalam material yang mudah terbakar.
Kejadian tersebut biasanya disebabkan karena proses oksidasi lambat pada kondisi
tanpa kehilangan gas. Swabakar batubara merupakan pemanasan dan pembakaran
batubara atau material yang mengandung batubara secara perlahan oksigen terserap.
22
Reaksi sederhana kejadian swabakar batubara adalah:
C + O2 (>5%) -> CO2 (150°F - 200° F)CO2 + C --> CO (212° F - 300° F)
Pendeteksian swabakar dilakukan melalui penemuan konsentrasi CO, kondisi
temperatur, dan gas yang mudah terbakar seperti H2 , CH4 , H2 S, SO2 dll. Apabila
rasio CO-CO2 mencapai 0,5 maka telah terjadi swabakar.
Untuk mencegah atau mendeteksi adanya swabakar batubara tersebut perlu
dilakukan monitoring secara terus menerus. Dalam penelitian ini pemantauan
dilakukan dengan memasang sensor di beberapa tempat. Sensor ditempatkan pada
daerah yang banyak aktivitasnya yaitu di :
area developments
aliran udara kotor, dan
di lapisan batubara yang rentan swabakar.
Sistem pemantauan terpusat terdiri atas pengumpul dan pengolah data (PC), serta
sistem transmisi yang mengubah data digital ke analog. Selain itu diperlukan
pengolah data yang fungsinya menerjemahkan informasi digital menjadi tekstual.Dan
dalam uji coba tersebut alat dapat berjalan dengan sempurna dan swabakar batubara
ditangulangi.
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari pokok bahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses self combustion (swabakar) yang terjadi di area stockpile
dipengaruhi oleh parameter-parameter berikut ini : volatile matter, kadar
sulfur, kadar abu, moisture, rank batubara, fixed carbon, ukuran batubara
dan ketinggian timbunan.
2. Self combustion pada stockpile akan menyebabkan penurunan kualitas
batubara.
3. Dalam menghindari distocpile, dilakukan dengan cara rotasi dimana masuk
Pertama juga harus keluar pertama (first in first out).
4. Swabakar dapat dicegah dengan mengeluarkan udara atau panas dari
tumpuk Batubara
5. Penggunaan metode penyiraman sprinkler otomatis dalam mencegah
swabakar
4.2. Saran
Dari kesimpulan dapat diambil saran sebagai berikut :
24
24
1. Dalam melakukan penimbunan hendaknya diperhitungkan batas-batas
ketinggian timbunan sesuai dengan jenis dan rank batubara yang akan
ditimbun.
2. Sebaiknya dilakukan pengamatan suhu timbunan secara berkala sehingga
dapat diketahui gejala peningkatan suhu, bilamana terjadi peningkatan
suhu yang kritis maka timbunan dapat segera dibongkar.
3. Penerapan syarat-syarat teknik yang sesuai dan baik dalam pengangkutan
dan penimbunan.
4. Mengetahui jenis batubara yang disimpan di stockpile.
5. Menumpuk batubara diusahakan kadar sulfurnya rendah. Sulfur dapat
Membebaskan panas pada saat teroksidasi.
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Anonim, (2007), “Swabakar Batubara” http://www.tekmira.esdm.go.id2. Anonim, (2006), “Penyusunan Neraca Batubara dan Gambut” http://www.dim.esdm.go.id3. Anonim, (2008), “Tahapan Penambangan Batubara” http://methdimy.blogspot.com
26