bab 1. pengantar k3 - astti.or.idastti.or.id/sites/default/files/k3 - pengantar k3.pdf · a....
TRANSCRIPT
1 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
BAB 1. PENGANTAR K3
Oleh : Agung Wahyudi B*.
A. Sejarah K3
Sejarah Gerakan K3 di Dunia Sejak zaman purba pada awal kehidupan manusia di bumi,
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia diharuskan untuk bekerja. Pada saat bekerja
mereka mengalami kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya
mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan serupa. Selama pekerjaan masih
dikerjakan secara perseorangan atau dalam kelompok kecil maka usaha pencegahan
tidaklah terlalu sulit, namun hal tersebut segera berubah, saat revolusi industri dimulai.
Gambar 1. Lambang (Logo/Simbol) K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) arti dan maknanya terdapat dalam Kepmenaker RI 1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Arti dari simbol tersebut :
1. Palang : Bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK). 2. Roda Gigi : Bekerja dengan kesegaran jasmani dan rohani. 3. Warna Putih : Bersih dan suci. 4. Warna Hijau : Selamat, Sehat dan Sejahtera. 5. Sebelas gerigi roda : Sebelas bab dalam Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Sejarah perkembangan K3 mulai dari zaman pra-sejarah sampai dengan zaman modern
sekarang secara ringkas adalah sebagai berikut:
Zaman Pra-Sejarah
2 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Pada zaman batu dan goa (Paleolithikum dan Neolithikum) dimana manusia yang hidup
pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak yang mudah untuk digunakan serta
tidak membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak dan kapak yang mereka
buat umumnya mempunyai bentuk yang lebih besar proporsinya pada mata kapak atau
ujung tombak. Hal ini adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak
memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan momentum yang dihasilkan
cukup besar. Disain yang mengecil pada pegangan dimaksudkan untuk tidak
membahayakan bagi pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.
Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar aman dan tidak
membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah
mengenal berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu pekerjaan mereka.
Dan semakin berkembang setelah ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-2500
Sm. Pada tahun 3400 SM masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan menggunakan
batu bata yang dibuat proses pengeringan oleh sinar matahari. Pada era ini masyarakat
sudah membangunan saluran air dari batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000 SM
muncul suatu peraturan “Hammurabi” yang menjadi dasar adanya kompensasi asuransi bagi
pekerja.
Zaman Mesir Kuno
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Fir’aun banyak sekali dilakukan pekerjaan-
pekerjaan raksasa yang melibatkan banyak orang sebagai tenaga kerja. Pada tahun 1500
SM khususnya pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan pembangunan terusan dari
Mediterania ke Laut Merah. Disamping itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk
membangun “temple” Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar Raja Ramses
II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga kesehatan para pekerjanya.
Zaman Yunani Kuno
Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah Hippocrates. Hippocrates
berhasil menemukan adanya penyakit tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.
Zaman Romawi
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai memperkenalkan adanya gangguan
kesehatan yang diakibatkan karena adanya paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan
kerja seperti timbal dan sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral Aleksander Yang Agung
sudah dilakukan pelayanan kesehatan bagi angkatan perang.
3 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Abad Pertengahan
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap pekerja yang mengalami
kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah
mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang
bekerja pada lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.
Abad ke-16
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus Theophrastus
Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus
mulai memperkenalkan penyakit-penyakit akibat kerja terutama yang dialama oleh pekerja
tambang. Pada era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica
bahkan sudah mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di pertambangan
dengan menerapkan prinsip ventilasi.
Abad ke-18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini (1664 – 1714) dari
Universitas Modena di Italia, menulis dalam bukunya yang terkenal : Discourse on the
diseases of workers, (buku klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh para ahli K3
sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa dokter-dokter pada masa itu jarang yang
melihat hubungan antara pekerjaan dan penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat
pada saat dia mendiagnosa seseorang yaitu “What is your occupation?”. Ramazzini melihat
bahwa ada dua faktor besar yang menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang
ada dalam bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-gerakan
janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja (ergonomic factors).
Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)
Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah :
1. Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang
baru ditemukan sebagai sumber energi.
2. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia
3. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku (khususnya
bidang industri kimia dan logam).
4. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar
berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin baru.
4 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
5. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran.
Era Industrialisasi (Modern Industrialization)
Sejak era revolusi industri sampai dengan pertengahan abad 20 maka penggnaan teknologi
semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan
pembuatan alat pelindung diri, safety devices. dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya
juga turut berkembang.
Era Manajemen dan Manjemen K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an hingga sekarang.
Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941) yang meneliti penyebab-penyebab
kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor
kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition). Pada era ini berkembang sistem automasi
pada pekerjaan untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor
manusia. Namun sistem automasi menimbulkan masalahmasalah manusiawi yang akhirnya
berdampak kepada kelancaran pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak
terintegrasi dengan masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu Frank Bird dari
International Loss Control Institute (ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss
Causation Model yang menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang
penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Berdasarkan perkembangan tersebut
serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20
berkembanglah suatu konsep keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi pada
koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua unit-unit kerja
seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam suatu sistem manajemen juga
menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini
ditunjukkan dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14000
dan ISO 18000.
5 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Gambar 2. Slogan baru K3
Gambar 2 diatas adalah slogan K3, dimana pada tanggal 16 Oktober 2012 oleh
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Indonesia, Muhaimin Iskandar, slogan K3
menjadi icon baru untuk mensosialisasikan budaya kerja, dalam menerapkan Sistem
Manajemen K3 secara nasional baik bagi perusahaan maupun berbagai kegiatan
sehingga selamat dari berbagai ancaman kecelakaan dan penyakit akibat kerja
Seperti Sistem Manajemen K3 belum sepenuhnya diberlakukan/ belum maksimal
penerapannya di Indonesia. Padahal seperti yang kita ketahui, Pelaksanaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan upaya untuk memenuhi hak-hak
dasar dan perlindungan tenaga kerja/pekerja guna meningkatkan harkat, martabat
dan harga diri para tenaga kerja/pekerja.
B. Definisi dan Perundangan K3
Resiko kecelakaan kerja bisa terjadi kapan saja. Untuk itu, kesadaran mengenai
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menjadi sangat diperlukan. Undang-Undang No.
1/1970 dan No. 23/1992 mengatur mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
6 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan yang
bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat
dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut. Keselamatan dan
kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan
atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Undang-Undang yang mengatur K3 adalah sebagai berikut :
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan tempat kerja
dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
Undang- Undang ini menyatakan bahwa secara khusus perusahaan berkewajiban
memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik pekerja yang
baru maupun yang akan dipindahkan ke tempat kerja baru, sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta pemeriksaan kesehatan secara
berkala. Sebaliknya para pekerja juga berkewajiban memakai alat pelindung diri
(APD) dengan tepat dan benar serta mematuhi semua syarat keselamatan dan
kesehatan kerja yang diwajibkan. Undang-undang nomor 23 tahun 1992, pasal 23
Tentang Kesehatan Kerja juga menekankan pentingnya kesehatan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan
masyarakat sekelilingnya hingga diperoleh produktifitas kerja yang optimal. Karena
itu, kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit
akibat kerja dan syarat kesehatan kerja.
Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
7 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan dengan
ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampi dengan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Sebagai penjabaran dan kelengkapan Undang-undang tersebut, Pemerintah juga
mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden terkait
penyelenggaraan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), diantaranya adalah :
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas
Bumi
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1973 tentang Pengawasan Atas
Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Pestisida
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan
Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan
Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja
Keselamatan dan Kesehataan Kerja itu diperuntukkan untuk siapa?
Berdasarkan Undang-undang Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu
diperuntukkan bagi seluruh pekerja yang bekerja di segala tempat kerja, baik di
darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada
di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. Jadi pada dasarnya, setiap
pekerja di Indonesia berhak atas jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Apa yang menjadi kewajiban dan hak dari tenaga kerja berkaitan dengan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja?
Menurut pasal 12 UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
kewajiban dan hak tenaga kerja adalah sebagai berikut :
Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas
atau ahli keselamatan kerja
8 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan yang diwajibkan
Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan
dan kesehatan yang diwajibkan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan
dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan
diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung-
jawabkan.
Tugas pengurus/pengawas dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja adalah :
Yang perlu diketahui pertama adalah Pengurus/Pengawas merupakan orang yang
mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri. Berdasarkan pasal 8, 9, 11 dan 14 Undang – Undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengurus bertanggung jawab
untuk :
1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai
dengan sifat – sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
2. Memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara
berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh
Direktur
3. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
4. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam
tempat kerjanya
5. Semua pengamanan dan alat – alat perlindungan yang diharuskan dalam
semua tempat kerjanya
6. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
7. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
9 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
8. Bertanggung jawab dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan.
9. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
10. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja
Dalam Perjanjian Kerja Bersama akan dikaji hal-hal yang berkaitan dengan
pelaksanaan upah, keselamatan dan kesejahteraan karyawan. Perusahaan dan
setiap pekerja harus sadar sepenuhnya bahwa K3 adalah kewajiban dan tanggung
jawab bersama. PKB biasanya akan mengatur mengenai hak dan kewajiban dari
para karyawan dalam hal K3 sebagai mana PKB juga akan mengatur mengenai hak
dan kewajiban perusahaan. Dalam Perjanjian Kerja Bersama juga tertulis sanksi-
sanksi yang diberikan apabila salah satu dari kedua belah pihak melanggar PKB.
Kendala-kendala yang biasa dihadapi dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama
dalam hal penerapan K3 :
1. Pemahaman karyawan mengenai isi Perjanjian Kerja Bersama.
Cara mengatasi perlunya pembinaan atau koordinasi dan sosialisasi antara
pengurus Serikat Pekerja dengan para pekerja melalui musyawarah
2. Penanganan keselamatan kerja tidak optimal
Cara mengatasi adalah apabila terjadi kecelakaan berarti tindakan pecegahan tidak
berhasil, maka pihak manajemen perusahaan mempunyai kesempatan untuk
mempelajari apa yang salah.
3. Kebijakan perusahaan yang tidak tegas.
10 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Cara mengatasi adanya tindakan yang tegas apabila terjadi ketidakdisiplinan
pegawai dalam bekerja
C. Jenis-jenis kecelakaan di sektor Industri
Beberapa industri nampaknya harus lebih hati-hati dan memperhatikan keselamatan
kerja para pegawainya, karena beberapa industri di bawah ini adalah industri yang
mempunyai tingkat kecelakaan kerja cukup tinggi. Dalam beberapa kasus yang di
temukan, jenis kecelakaan kerja di sektor industri di bawah ini adalah yang paling
sering terjadi.
Jenis-jenis kecelakaan yang dapat terjadi di sektor industri antara lain :
Elektronik (manufaktur)
Teriris, terpotong
Terlindas, tertabrak
Berkontak dengan bahan kimia atau bahan berbahaya lainnya
Kebocoran gas
Menurunnya daya pendengaran, daya penglihatan
Produksi metal (manufaktur)
Terjepit, terlindas
Tertusuk, terpotong, tergores
Jatuh terpeleset
Terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal, cairan non-metal
11 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Petrokimia (minyak dan produksi batu bara, produksi karet, produksi karet,
produksi plastik)
Terjepit, terlindas
Teriris, terpotong, tergores
Jatuh terpeleset
Tertabrak
Terkena benturan keras
Terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan hidrokarbon dan abu, gas,
uap steam, asap dan embun yang beracun
Rawan dengan bahan bakar yang mudah terbakar.
Konstruksi
Kemungkinan jatuh dari ketinggian
Kejatuhan barang dari atas
Terinjak
Terkena barang yang runtuh, roboh
Berkontak dengan suhu panas, suhu dingin, lingkungan yang beradiasi
pengion dan non pengion, bising
Terjatuh, terguling
Terjepit, terlindas
Tertabrak
Terkena benturan keras
Editor :
Agung Wahyudi B., MT. (Ketua Div. Diklat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI). Dosen FT,
Teknik Mesin Universitas Mercu Buana (UMB), Jakarta)
Daftar Pustaka :
12 K3 Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Agung Wahyudi B., MT http://www.astti.or.id/
Busyairi1, Tosungku, L., & Oktaviani, Ayu. (2014). Pengaruh keselamatan kerja dan kesehatan kerja terhadap produktivitas kerja. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 13, 112-124.
Kaligis R. S. V., Sompie, B. F., Tjakra, J., & Walangitan, D. R. O. (2013). Pengaruh
implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap Produktivitas Kerja. Jurnal Sipil Statik Vol 1, 219-225.
Suma’mur. 2001. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT.
Toko Gunung Agung.
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja.
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang – Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 mengenai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
http://safetynet.asia/pentingnya-arti-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-k3-bagi-perusahaan/
http://www.safetyshoe.com/jenis-jenis-kecelakaan-yang-dapat-terjadi-di-sektor-industri/