bab 1 pendahuluan revisi
DESCRIPTION
dokumenTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
mendapatkan prioritas program pemberantasan karena tingginya angka kesakitan
dan menimbulkan banyak kematian. Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15 provinsi di Indonesia dengan jumlah
penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case
Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh
rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak
bersih (Armanji, 2008).
Menurut teori Lawrence Green, kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan
faktor diluar perilaku (non-behaviour causes). Selain itu perilaku manusia
ditentukan oleh tiga faktor yaitu pertama faktor predisposisi yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai. Kedua adalah faktor
pendukung yang terwujud dalam fasilitas atau sarana, dan yang ketiga faktor
pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
(No1oatmodjo, 2007).
Menurut data yang diperoleh dari puskesmas Pakis kabupaten Malang,
penyakit diare merupakan masalah kesehatan yang hampir setiap tahun ditemui
dalam jumlah yang cukup tinggi. Pada tahun 2009 angka penyakit diare pada desa
pakis jajar sebanyak 283 penderita, pada tahun 2010 terdapat 305 penderita, dan
angka paling tinggi terjadi pada usia 15-40 tahun. Dari data tersebut terlihat angka
kejadian meningkat semenjak tahun 2009, hingga saat ini penyakit diare masih
menjadi salah satu ancaman masalah kesehatan yang patut diwaspadai oleh
masyarakat di desa Pakis Jajar. Penyakit diare yang tidak diatasi lebih lanjut dapat
menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di dusun Trajeng desa Pakis
Jajar, mayoritas penduduk belum memiliki kesadaran akan pentingnya sanitasi.
1
1
Dapat dilihat dari pengelolaan sampah dan keadaan MCK yang belum sesuai
dengan syarat sanitasi yang baik. Pihak puskesmas sudah melakukan usaha untuk
mengatasi kondisi tersebut melalui penyuluhan dan pendekatan langsung kepada
masyarakat tentang pentingnya sanitasi, namun masyarakat belum menunjukkan
adanya perubahan perilaku, hal ini dikarenakan diare tidak dianggap sebagai
penyakit yang membahayakan meskipun angka kejadian cukup tinggi.
Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengumpulkan informasi yang
terkait dengan gambaran perilaku, penanganan dan pencegahan penyakit diare
pada dusun Trajeng, desa Pakis Jajar, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang serta
faktor resiko yang akan menjadi dasar program intervensi dalam mengatasi
masalah tersebut. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif karena
belum pernah ada penelitian yang membahas tentang gambaran penyakit diare
pada daerah tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,maka timbul permasalahan
bagaimana gambaran angka kejadian penyakit diare pada warga dusun Trajeng
desa pakis jajar kecamatan Pakis Kabupaten Malang?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari gambaran berbagai faktor resiko terhadap angka kejadian penyakit
diare pada warga dusun Trajeng kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari kondisi lingkungan
tiap rumah penduduk
2. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari sumber air yang
dikonsumsi penduduk
2
3. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari pola makan
penduduk
4. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari upaya pencegahan
terhadap penyakit diare
5. Mengetahui angka kejadian penyakit diare ditinjau dari ketersediaan obat –
obatan untuk mengatasi diare
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Akademis
Dari segi akademis data yang didapat bisa bermanfaat sebagai data acuan
untuk penelitian epidemiologis yang berkaitan dengan angka kejadian penyakit
diare warga dusun Trajeng kecamatan Pakis Kabupaten Malang.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
1. Data yang didapat bisa digunakan untuk menetapkan faktor resiko dalam
kaitannya menurunkan angka kejadian diare di dusun Trajeng kecamatan
Pakis Kabupaten Malang.
2. Data yang didapat bisa digunakan untuk meningkatkan kesadaran dan
kewaspadaan masyarakat dusun Trajeng kecamatan Pakis Kabupaten Malang
terhadap penanganan dan pencegahan penyakit diare.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
mendapatkan prioritas program pemberantasan karena tingginya angka kesakitan
dan menimbulkan banyak kematian. Pada tahun 2008 dilaporkan terjadinya
Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di 15 provinsi di Indonesia dengan jumlah
penderita sebanyak 8.443 orang, jumlah kematian sebanyak 209 orang atau Case
Fatality Rate (CFR) sebanyak 2,48%. Hal tersebut utamanya disebabkan oleh
rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi yang buruk dan perilaku hidup tidak
bersih (Depkes, 2007).
2.1.1 Pengertian Diare
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja penderita (Sutanto 1984; Bambang 1981). Diare merupakan salah
satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia
(Budiarso 1986).
2.1.2 Klasifikasi Diare
Diare akut adalah buang air besar lembek/ cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering biasanya ( biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari ) dan berlangsung kurang dari 14 hari (DepKes, 2007).
Diare persisten adalah diare akut yang berlanjut sampai 14 hari atau lebih.
Sesuai dengan batasan bahwa diare persisten dapat merupakan kelanjutan diare
akut yang menetap dengan sendirinya etiologi diare sama dengan diare akut
(DepKes, 2007).
4
2.1.2 Penyebab Diare
Diare dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus atau parasit. Diare dapat
juga disebabkan oleh malabsorpsi makanan, keracunan makanan, alergi ataupun
karena defisiensi (Bambang, 1981).
Penyakit diare ini dapat terjadi melalui kontaminasi agent (penyebab
penyakit) seperti virus, bakteri dan sebagainya dengan makanan, minuman yang
kemudian dimakan oleh orang sehat. Penyakit ini biasanya juga termasuk dalam
penyakit yang sumber penularannya melalui perantaraan air atau sering disebut
sebagai water borne diseases. Agent penyebab penyakit diare sering dijumpai
pada sumber-sumber air yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab
penyakit, air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bisa
membuat orang tersebut terpapar dengan agent penyebab penyakit diare. Bakteri
masuk kedalam tubuh manusia melalui perantaraan makanan atau minuman yang
tercemar oleh bakteri. Apabila jumlah bakteri cukup banyak ada bakteri yang
dapat lolos sampai kedalam usus dan merangsang sekresi cairan yang berlebihan,
sehingga volume cairan bertambah banyak, kemudian menyebabkan usus akan
mengadakan kontraksi sehingga terjadi diare (Hiswani, 2003).
Keadaan gizi yang buruk akan mempengaruhi lamanya diare dan
komplikasinya. Anak dengan status kurang kalori protein akan mengalami
gangguan keseimbangan elektrolit dan diare mempercepat proses ini. Hygiene dan
sanitasi yang buruk mempermudah penularan diare baik melalui makanan, air
minum yang tercemar kuman penyebab diare maupun air sungai. Penduduk dusun
memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan, memiliki sanitasi yang
buruk, konsumsi makanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, serta
pengolahan limbah yang tidak baik, faktor-faktor tersebut dapat menjadi
penyebab diare (Richard, 1985; Artini, 1987).
2.1.3 Pengobatan Diare
Bahaya diare terletak pada dehidrasi maka penanggulangannya dengan
cara mencegah timbulnya dehidrasi dan rehidrasi intensif bila telah terjadi
dehidrasi. Rehidrasi adalah upaya menggantikan cairan tubuh yang keluar
5
4
bersama tinja dengan cairan yang memadai melalui oral atau parenteral (Richard,
1985; Rubin, 1985).
Cairan rehidrasi oral yang dipakai oleh masyarakat adalah air kelapa, air
tajin, air susu ibu, air teh encer, sup wortel, dan air perasan buah. Pemakaian
cairan ini lebih dititik beratkan pada pencegahan timbulnya dehidrasi. Sedangkan
bila terjadi dehidrasi sedang atau berat sebaiknya diberi minuman Oralit.
(Bromilow 1993; Patra 1992)
a. Mencegah terjanya dehidrasi
Mencegah terjadi nya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan
memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan
seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Macam Cairan yang dapat digunakan akan
tergantung pada kebiasaan setempat dalam mengobati diare, tersedianya cairan
sari makanan yang cocok, jangkauan pelayanan kesehatan, tersedianya oralit. Bila
tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yang diajukan, berikan air
matang (DepKes, 2007).
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawa
ke petugas atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera
diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
(DepKes, 2007). Terapi intra vena jika diperlukan, cairan normotonik seperti
cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi
kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor dengan
baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan urin, dan
penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke cairan rehidrasi oral
sesegera mungkin (Umar,.2004). Pada bayi setelah 1 jam pertama, diberikan 30
mg/kg dan dapat dilanjutkan untuk 5 jam berikutnya 70 mg/kg berat badan. Untuk
anak-anak dan dewasa diberikan Ringer Laktat secara intravena dengan dosis 100
mg/kg berat badan (Greene 1980).
6
c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan sesuai yang dianjurkan. Anak
yang masih mimun ASI harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum susu
formula diberikan lebih sering dari biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapat makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna sedikit sedikit tetapi sering. Setelah diare berhenti pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan anak. (DepKes, 2007)
d. Mengobati masalah lain
Apabila diketemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka
diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi.
Tidak ada Obat yang aman dan efektif untuk menghentikan diare (DepKes, 2007).
e. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut
infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa
pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada pasien dengan
gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses,
mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan
jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan, tetapi terapi antibiotik
spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman (Umar, 2004)
2.1.4 Pencegahan Diare
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara (Sri, 2009):
7
1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu:
sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah
menceboki anak ,dan sebelum menyiapkan makanan;
2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi;
3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga
(lalat, kecoa, kutu, lipas)
4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan
jamban dengan tangki septik.
5. Pemberian ASI minimal 6 bulan juga penting dilakukan. Sebab, di dalam ASI
terdapat antirotavirus yaitu imunoglobulin.
6. Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus, bisa diberikan vaksin
rotavirus per-oral (melalui mulut).
2.2 Faktor Resiko
Faktor resiko adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada
penyakit yang diderita induvidu yang mana secara statistic berhubungan dengan
peningkatan kejadian kasus baru berikutnya (beberapa induvidu lain pada suatu
kelompok masyarakat). Dari faktor resiko yang kemudian dijadikan dasar
penentuan tindakan pencegahan dan penanggulangan (Arsad,2010).
2.2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga adalah upaya
untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat (DepKes, 2007).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga dapat dilakukan
dengan cara menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan
sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk rumah sekali
seminggu, mengkonsumsi buah dan sayur setiap hari, melakukan olahraga setiap
hari, tidak merokok di dalam rumah (DepKes, 2007).
8
Sebagian besar penduduk desa memiliki kebiasaan tidak mencuci tangan
sebelum makan, selain itu ketersediaan fasilitas dan sarana kesehatan dirasa
masih kurang. Sedangkan berdasarkan observasi yang telah dilakukan, diketahui
bahwa keadaan jamban penduduk dusun masih dikatakan belum memenuhi syarat
jamban sehat. Syarat kamar mandi dan jamban keluarga (Entjang, 1993):
1. Setiap kamar mandi dan jamban paling sedikit salah satu dari dindingnya
yang berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak
dilengkapi dengan ventilasi mekanis untuk mengeluarkan udara dari kamar
mandi dan jamban tersebut, sehingga tidak mengotori ruangan lain.
2. Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukup jumlahnya.
3. Jamban harus berleher angsa dan 1 jamban tidak boleh dari 7 orang bila
jamban tersembut terpisah dari kamar mandi.
Masyarakat yang tidak memiliki tempat penampungan sampah yang
memadai, mengakibatkan warga membuang sampah di belakang rumah. Sampah
tersebut juga tidak di olah dan dipisahkan, hanya dibakar dengan seadanya.
Ketersediaan tempat sampah berpengaruh langsung dalam menjaga kesehatan,
karena tidak adanya tempat sampah membuat sampah menumpuk mengakibatkan
lalat dan bakteri datang yang mengakibatkan sakit diare (Entjang, 1993).
2.2.2 Fasilitas kesehatan yang bisa diakses oleh warga Dusun Trajeng
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu,
adalah salah satu fasilitas kesehatan yang merupakan wahana kegiatan
keterpaduan KB-kesehatan ditingkat kelurahan atau desa, yang melakukan
kegiatan lima program prioritas yaitu: KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan
penanggulangan diare. Pelaksanaan Posyandu dilakukan di awal atau akhir bulan
dan dilakukan bergilir pada tiap RW (Zulkifli, 2003).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis kesehatan kabupaten atau kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (DepKes RI, 2007). Penduduk dusun biasanya berobat ke
Puskesmas. Akses menuju Puskesmas tersebut harus d tempuh dengan kendaraan
bermotor, sedangkan tidak semua penduduk memiliki kendaraan bermotor. Hal ini
9
menjadi suatu hambatan bagi penduduk untuk mengakses fasilitas kesehatan
tersebut.
2.2.3. Latar Belakang Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-
sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang
jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan
tinggi. Salah satu tugas pendidikan adalah meningkatkan pengetahuan sehingga
dicapai suatu masyarakat yang berkembang sehingga menuju suatu perubahan
perilaku (Wantikirmanti, 2007).
Latar belakang pendidikan formal mempengaruhi jenis pekerjaan
penduduk dusun Trajeng yang sebagian bekerja sebagai petani tebu, peternak sapi,
dan industri rumah tangga yaitu pengolah tahu dan tempe. Jenis pekerjaan
penduduk berhubungan erat dengan tingkat pendapatan seseorang. pendapatan
adalah hasil berupa uang atau hasil materiil-materiil lainnya yang dicapai daripada
penggunaan kekayaan atau jasa manusia bebas (perusahaan atau individu) dalam
produksi. Jenis pekerjaan tertentu dapat memudahkan seseorang mendapatkan
akses pelayanan kesehatan. Pendapatan yang cukup mempermudah masyarakat
mendapatkan akses kesehatan serta sarana untuk pengadaan tempat sampah.
(Bambang, 1981).
2.2.4 Tingkat Pengetahuan tentang penyakit diare
Berdasarkan ilmu pengetahuan pada saat ini dimana teknologi untuk
pencegahannya sudah cukup dikuasai, akan tetapi permasalahan tentang penyakit
diare dalam masyarakat, sampai saat ini masih merupakan masalah yang relatif
besar yang terjadi pada keluarga pra sejahtera yang mempunyai keterbatasan
dalam pendidikan, pendapatan dan pengetahuan yang benar tentang pencegahan
diare. Hal ini maka dapat disimpulkan bahwa untuk mengatasi penyakit diare
tidak cukup hanya dengan menguasai teknologi pengobatan maupun
pencegahannya saja tetapi dibutuhkan suatu pengetahuan yang cukup tentang
pencegahan diare pada keluarga (Rachmataji, 2010).
10
Tingkat pengetahuan diare biasanya kurang, karena di batasi minimnya
fasilitas untuk mengakses pengetahuan melaui berita maupun teknologi,
contohnya internet. Penngetahuan mengenai mencegah terjadinya diare dengan
membuat sanitasi yang baikpun kurang memenuhi standar kesehatan, bahkan
masih ada warga yang menggunakan cangkul untuk mencangkul tanah, kemudian
buang air besar dan menutup kembali tanah tersebut. Pengetahuan mengenai
makanan bergizi dan pencegahan pertama diare yaitu penggunaan oralit belum
semua menerapkan, pengetahuan mengenai mecuci tangan sebelum makan untuk
mencegah masuknya bakteri ke dalam mulut penyebab diare belum dilakukan
semua penduduk (Rachmataji, 2010).
Usia yang masih kurang juga mempengaruhi tingkat pengetahuan. Anak
usia SD biasanya masih kurang pengetahuan mengenai pencegahan dan
pengobatan berbagai macam penyakit, termasuk diare (Iwan, 2011).
2.2.5 Keadaan Sanitasi Lingkungan Yang Dapat Mempengaruhi Kejadian
Diare.
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar–dasar Kesehatan
Masyarakat modern yang meliputi semua aspek manusia dalam hubungannya
dengan lingkungan, yang terikat dalam bermacam–macam ekosistem. Lingkungan
hidup manusia sangat erat kaitannya antara host, agent dan enviroment untuk
timbulnya suatu masalah kesehatan seperti halnya dengan penyakit diare. Menurut
Azwar (1997) lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan perkembangan suatu organisasi.
Secara umum lingkungan ini dibedakan atas dua macam yaitu lingkungan
fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan alam yang
terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis dan
struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang muncul
sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, misalnya termasuk faktor sosial
budaya, norma, dan adat istiadat (Hiswani, 2003).
Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit
dapat bermacam- macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit
11
penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksut dengan reservoir ialah
tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit lainnya yakni
human reservoir, animal reservoir, dan anthropode rerservoir. Pada reservoir
disini bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya
penyakit pada manusia tersebut tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit
penyakit ataupun pejamu. Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan
lingkungan dalam menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk.
Disebutkan bahwa ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana pejamu dan
bibit penyakit saling berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan.
Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti
timbangan. Disini pejamu dan bibit penyakit berada di ujung masing- masing tuas,
sedangkan lingkungan sebagai penumpangnya. Menurut Sutomo, sanitasi
lingkungan adalah bagian dari kesehatan masyarakat secara umum yang meliputi
prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor- faktor lingkungan
yang dapat menimbulkan penyakit melalui kegiatan- kegiatan yang ditujukan
untuk (Hiswani, 2003) :
1. Sanitasi air (Water Sanitasi)
2. Sanitasi Makanan (food Sanitasi)
3. Pembuangan Sampah (Sewage and Excreta disposal).
4. Sanitasi Udara (Air Sanitation)
5. Pengendalian vektor dan binatang mengerat (vektor ang rodent controle).
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada
pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajad
kesehatan manusia, jadi sanitasi itu lebih mengutamakan upaya pencegahan.
Sanitasi lingkungan sebagai jawaban alternatif terhadap dampak lingkungan pada
kesehatan manusia (Hiswani, 2003).
2.2.6 Frekuensi Jajan dan Asupan Gizi Subyek
Asupan makanan yang kurang bergizi dan frekuensi jajan yang tinggi,
seperti mengkonsumsi makanan di luar rumah yang tidak bersih, higienis dan
minim gizi mengakibatkan, dapat mempengaruhi daya tahan tubuh, daya tahan
tubuh yang kurang membuat mudahnya terkena penyakit, contohnya diare. Diare
12
merupakan gangguan pencernaan yang biasanya muncul karena banyaknya debu
dan kotoran yang berpotensi menjadi pemicu timbulnya diare. Hal ini juga erat
kaitannya dengan pola konsumsi makan yang kurang baik, misalnya kurang
memperhatikan kebersihan makanan atau minuman yang dikonsumsi. (Iwan,
2011)
Daya tahan tubuh merupakan kemampuan fisik, yang berfungsi untuk
membentengi tubuh dari masuknya kuman. Jika daya tahan tubuh baik, maka
tubuh akan sehat, sebaliknya jika daya tahan tubuh menurun, maka kuman akan
mudah masuk ke dalam tubuh dan tubuh akan lebih mudah terjangkit penyakit
Daya tahan tubuh juga dipengaruhi jenis kelamin, karena wanita biasanya
memiliki daya tahan tubuh yang kurang dibandingkan laki-laki.(Iwan, 2011).
Kondisi daya tahan tubuh dapat mengalami naik-turun. Hal tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain oleh pola hidup seperti masukan
gizi/pola makan, pola pikir, dan aktivitas sehari-hari. Apabila proporsi salah satu
faktor tersebut tidak lagi seimbang pada tubuh, akan mengakibatkan menurunnya
daya tahan tubuh. Perkembangan sistem kekebalan tubuh juga dipengaruhi faktor
usia juga. Sistem kekebalan tubuh pada bayi dan balita masih lelah, kemudian
mengalami perkembangan dengan bertambahnya usia, setelah itu mengalami
penurunan kembali pada usia tua (di atas 50 tahun). (Iwan, 2011)
2.3 Profil Desa Pakis Jajar
Desa Pakis Jajar merupakan salah satu desa di kecamatan Pakis,
Kabupaten Malang. Desa Pakis Jajar mempunyai luas wilayah 504.303 Ha,yang
terdiri dari tanah sawah 64.303 Ha, tanah kering 307.765 Ha, tanah pekarangan
60.000 Ha, lain-lain 71.171 Ha.
Desa Pakis Jajar terdiri dari 3 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Robyong,
Dusun Trajeng dan terdapat 13 RW dan 58 RT. Sebelah utara berbatasan dengan
Desa Sukolilo Jabung, sebelah timur berbatasan dengan Desa Sumber Pasir
Kecamatan Pakis, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pakis Kembar
Kecamatan Pakis, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Bunut Wetan
Kecamatan Pakis.
13
Jumlah penduduk Desa Pakis Jajar sebanyak 10.309 jiwa, yang terdiri dari
jumlah kepala keluarga 3114, jumlah laki-laki 5186, jumlah perempuan 5123.
Dari data diatas digambarkan distribusi penduduk berdasarkan usia dan jenis
kelamin Desa Pakis Jajar sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi penduduk Desa Pakis Jajar berdasarkan usia dan jenis kelamin
No Usia (tahun) Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 0-1 91 82 173
2 1-4 298 337 635
3 5-9 246 169 215
4 10-14 830 753 1538
5 15-19 291 280 571
6 20-24 333 371 704
7 25-29 345 268 613
8 30-34 279 312 591
9 35-39 351 317 668
10 40-44 291 225 516
11 45-49 464 412 876
12 50-54 353 449 802
13 55-59 318 416 734
14 60-64 276 334 510
15 65-69 263 260 523
16 70-74 96 80 176
17 75+ 61 58 119
Jumlah 4779 5530 10309
Sumber : Profil Desa Tahun 2010
14
Sarana Pendidikan penduduk Desa Pakis Jajar digambarkan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Sarana pendidikan penduduk Desa Pakis Jajar
No Pendidikan Jumlah Siswa Jumlah Guru
1 TK Insani 18 2
2 TK Miftahul Huda 101 6
3 TK Muslimat Hj. Maimunah 15 2
4 TK Alkausa RW 5 66 4
5 TK Muslimat Trajeng RW 06/07 57 4
6 TK PGRI III RW 12 34 3
7 SDN Pakis Jajar 1 244 10
8 SDN Pakis Jajar II 257 11
9 MI Al Hasib Trajeng 254 11
10 MI Miftahul Huda Karang Tengah
213 9
Sumber: Profil Desa tahun 2010
Sarana Peribadatan penduduk Desa Pakis Jajar yaitu Masjid 6 buah dan
Mushola 36 buah. Sarana Kesehatan penduduk Desa Pakis Jajar yaitu tenaga
dokter umum 1 orang, tenaga dokter gigi 1 orang, tenaga perawat 6 orang, bidan 4
orang.
2.3.1 Gambaran Dusun Trajeng
Dusun Trajeng merupakan salah satu dusun di Desa Pakis Jajar,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Dusun Trajeng memiliki 4 rukun warga
(RW) yaitu RW 6 sampai dengan RW 9. Masing-masing RW memiliki 4 Rukun
Tetangga(RT). Adapuin jumlah kepala keluarga (KK) di dusun ini sebanyak 731
KK dengan jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 2196 orang.
15
Di dusun Trajeng tedapat 2 posyandu di RW 6 dan RW 7. Biasanya
posyandu diadakan sebulan sekali. Adapun kegiatan di posyandu ini adalah
kegiatan rutin mengenai Kesehatan Ibu dan Anak serta posyandu lansia.
Terdapat 1 masjid, 1 MI, 1 MTs, dan 1 Panti Asuhan di Dusun Trajeng.
Sebagian besar penduduk mempunyai latar belakang pendidikan setara SD atau
SMP. Penduduk yang mendiami Dusun Trajeng mayoritas terdiri dari suku
Madura dan Jawa. Sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai petani tebu,
sedangkan yang lain ada yang memproduksi tahu dan tempe, dan sebagai pekerja
pabrik. Pada setiap rumah sebagian besar mempunyai binatang ternak seperti sapi.
Penduduk Dusun Trajeng memiliki fasilitas kebersihan yaitu kamar mandi,
tetapi tidak semua rumah memiliki jamban, ada yang menumpang pada tetangga,
bahkan ada yang mencangkul tanah untuk buang air besar kemudian menutup
tanah itu kembali. Sarana pembuangan sampah penduduk Dusun masih kurang,
penduduk hanya menumpuk sampah di lahan kosong di sekitar rumah dan
membakarnya. Penduduk yang memiliki ternak membuang kotoran ternak
bersama sampah di lahan kosaong atau dikumpulkan untuk dijadikan pupuk.
Sumber air bersih yang digunakan berasal dari sumur karena PDAM belum
masuk. Jarak antara septictank dan sumur kurang dari sepuluh meter.
16
Pola konsumsi subyek
frekuensi jajan keluarga subyek kebiasaan makan pedas atau asam keluarga subyek
Daya tahan tubuh terhadap penyakit
Ketersediaan obat-obatan untuk mengatasi diare
Angka Kejadian Diare
Penduduk Dusun
Trajeng
Desa Pakis Jajar Sumber air yang dikonsumsi keluarga /
Jarak antara sumur dan septictank
Pengetahuan keluarga subyek tentang cara
mencegah diare
Perilaku pencegahan diare yang menjadi kebiasaan
keluarga subyek
Populasi lalat dalam lingkungan subyek
Sampah dan Limbah
Usia subyek
Informasi kesehatan yang bias
didapatkan dari kader
Pendidikan formal/ non formal penduduk dusun
Trajeng
Jenis pekerjaan KK subyek
Tingkat pendapatan KK
subyek
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
18
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di rumah masing-masing subyek penelitian pada tanggal
2 Agustus 2011.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
4.3.1.1 Definisi Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga di Dusun Trajeng,
Desa Pakis Jajar, Kecamatan pakis, Kabupaten Malang, sebesar 731 KK.
4.3.1.2 Kriteria Populasi
Kriteria populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga yang
tercatat dan bertempat tinggal di Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Malang.
4.3.2 Sampel
Penarikan sampel pada panelitian ini menggunakan tehnik simple
proporsional random sampling berdasarkan Kepala Keluarga.
Besar sampel pada penelitian ini mengikuti perhitungan rumus
proporsi/prevalensi finit dikarenakan tidak bisa dihitung mean dari data serta
jumlah populasi diketahui. Berikut perhitungannya;
Z ½ α2 . p (1-p) N
d2 (N-1) + Z ½ α2 . p (1-p) n =
dengan : N= Jumlah populasi (731 KK)α= derajad kepercayaan (5%)d= toleransi penyimpangan (10%)p= estimasi proporsi (50%)
20
n =
Pencatatan hasil
Menentukan populasi
Melakukan wawancara
Penyajian data
Pengolahan data
Mengambil sampel
Membuat pedoman wawancara Membuat pedoman observasi
Melakukan observasi
1,962 . (0,5)(0,5).781
(0,1)2.(731-1)+ 1,962 .(0,5)(0,5)
750,0724
7,3 +0.9604
750,0724 8,2604
Dari perhitungan rumus di atas maka didapatkan besar sampel minimal
adalah 91 KK. Peneliti menaikkan besar sampel menjadi 100 KK berdasarkan
alasan kemudahan perhitungan. Selain itu dikarenakan semakin besar sampel yang
digunakan maka semakin valid dan representatif penelitian ini.
4.4 Kerangka Operasional Penelitian
n = 90,8 = 91
n =
n =
21
4.5 Variabel Penelitian
4.5.1 Efek
Efek pada penelitian ini adalah angka kejadian penyakit diare di Dusun
trajeng, Desa Pakis, Kecamatan pakis, Kabupaten Malang tahun 2011.
4.5.2 Faktor Resiko
1. Latar belakang pendidikan formal warga dusun Trajeng
2. Jenis pekerjaan utama warga dusun trajeng
3. Tingkat pendapatan warga Dusun Trajeng
4. Perilaku mengatasi diare
5. Ketersediaan obat-obatan untuk mengatasi diare keluarga subjek
6. Frekwensi jajan subyek
7. Kebiasaan makan makanan merangsang lambung keluarga subjek
8. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan warga Dusun Trajeng
9. Ketersediaan sumber air bersih dan mengalir di tiap rumah keluarga subjek
10. Sumber air yang dikonsumsi keluarga subjek
11. Jarak antara septictank dengan sumur
12. Pengolahan sampah dan limbah ternak keluarga subjek
13. Informasi kesehatan yang bisa didapat oleh warga Dusun Trajeng
4.6 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Metode Ukur Kriteria Pengukuran
Hasil Ukur
1 Angka kejadian penyakit diare di Dusun trajeng, Desa pakis jajar, Kecamatan pakis, Kabupaten Malang tahun 2011
Jawaban responden yang menunjukkan frekuensi kejadian tersering diare dari diri sendiri atau di Dusun Trajeng,Desa pakis jajar dalam jangka waktu 7 bulan terakhir dimana apabila responden sama sekali tidak pernah terjangkit diare maka dituliskan 0 pada hasil pengukuran.Diare yang dimaksud adalah buang air besar
Wawancara - Tidak (0)- Ada 1 2 3 4 dst
nominal
22
dengan konsistensi encer lebih dari tiga kali sehari.
2 Latar belakang pendidikan formal penduduk dusun Trajeng
Jawaban responden yang menunjukkan lama tahun responden dalam menempuh pendidikan formal hingga dinyatakan dengan ijazah atau rapor. Pendidikan formal adalah segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus
Wawancara - SD- SMP- >= SMA
Nominal
3 Jenis pekerjaan utama warga dusun trajeng
Jawaban responden yang menunjukkan jenis pekerjaan responden. Pekerjaan adalah mata pencaharian yang dijadikan pokok kehidupan.
Wawancara Petani Peternak Pedagang Lain-lain
Nominal
4 Tingkat pendapatan Warga Dusun Trajeng
Jawaban responden yang menunjukkan besarnya pendapatan per satuan waktu kerja. Per satuan waktu kerja adalah banyaknya rupiah yang dihasilkan selama periode waktu yang disebutkan responden
Wawancara <1.000.000>1.000.000
Nominal
5 Perilaku mengatasi diare keluarga subjek
Jawaban responden yang menunjukkan usaha yang dilakukan untuk mengobati diare
Wawancara -ke puskesmas / dokter- ke dukun- dibiarkan
Nominal
6 Ketersediaan obat-obatan untuk mengatasi diare keluarga subjek
Jawaban responden yang menunjukkan tersedia atau tidaknya obat-obatan untuk mengobati diare
Wawancara - tersedia- tidak tersedia
Nominal
7 Frekuensi jajan keluarga subjek
Jawaban responden yang menunjukkan pola kebiasaan subjek mengkonsumsi jajan sehari-hari.
Jajan yang dimaksud adalah makanan yang
Wawancara - 0- 1- 2- 3- 4Dst
Nominal
23
dibeli subjek di luar rumah. Apabila responden sama sekali tidak pernah jajan di luar rumah maka dituliskan 0 pada hasil pengukuran.
8 Kebiasaan makan makanan merangsang lambung keluarga subjek
Jawaban responden yangh menunjukkan kebiasaan makan makanan yang merangsang lambung keluarga subjek.
Makanan yang merangsang lambung adalah makanan yang dapat memicu timbulnya diare seperti pedas atau asam.
Wawancara Ya atau Tidak
Nominal
9 Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan warga Dusun Trajeng
Jawaban responden yang menunjukkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.
Mencuci tangan yang dimaksud adalah mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan sabun.
Wawancara Ya atau Tidak
Nominal
10 Ketersediaan sumber air bersih dan mengalir di tiap rumah keluarga subjek
Jawaban responden yang menunjukkan tersedia atau tidaknya air bersih yang mengalir untuk mencuci tangan dan sayuran
Wawancara+ observasi
- tersedia- tidak tersedia
Nominal
11 Sumber air yang dikonsumsi keluarga subjek
Jawaban responden yang menunjukkan sumber air yang digunakan untuk kebutuhan minum/masak
Wawancara - air sumur- air pdam- air mineral- dll
Nominal
12 Jarak antara septictank dengan
Jawaban responden yang menunjukkan
Wawancara Jauh(>= 10m)
Nominal
24
sumur jarak antara septictank dengan sumur
Dekat(< 10m)
13 Pengolahan sampah dan limbah ternak keluarga subjek
Jawaban responden yang menunjukkan cara keluarga dalam mengolah limbah.
Limbah yang dimaksud adalah kotoran ternak.
Wawancara Benar(dimanfaatkan)Salah(tidak dimanfaatkan)
Nominal
14 Informasi kesehatan yang bisa didapat oleh warga Dusun Trajeng
Jawaban responden yang menunjukkan ada atau tidaknya tindakan-tindakan yang telah dilakukan SDM / kader kesehatan dalam pencegahan dan penanganan diare
Wawancara - ada- tidak ada
Nominal
4.7 Instrumen Pengukuran
Penelitian ini menggunakan alat ukur panduan wawancara serta form
observasi berupa check list (sesuai yang tertera pada lampiran).
4.8 Teknik Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi masalah yang ada pada populasi
2. Menentukan prioritas masalah
3. Mengidentifikasi faktor resiko dari masalah
4. Menentukan prioritas faktor resiko
5. Membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi
6. Melakukan wawancara dan observasi
7. Mengolah data hasil wawancara dan observasi
8. Penyajian data
25
4.9 Analisis Data
Gambaran angka kejadian diare akan dianalisis menurut faktor resikonya
dengan pendekatan tabulasi silang.
26
BAB 5
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Pengumpulan data dilakukan pada hari selasa tanggal 2 Agustus 2011
mulai pukul 09.00 – 14.00 WIB oleh 13 orang peneliti dengan hasil wawancara
sebanyak 100 sampel yang tinggal di Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar, Kecamatan
Pakis, Kabupaten Malang.
5.1 Deskripsi Subyek penelitian
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari 100 subyek penelitian
didapatkan berbagai macam latar belakang pendidikan formal, jenis pekerjaan,
dan tingkat pendapatan. Deskripsi data subyek penelitian secara rinci dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 5.1. Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang menurut jenis pekerjaan subyek penelitian tahun
2011.
Jenis Pekerjaan Frekuensi
Tidak kerja
Kerja
13
87
Total 100
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan subyek penelitian terbanyak yang
mempunyai pekerjaan sebanyak 87%, sedangkan yang tidak memiliki pekerjaan
sebanyak 13%.
27
Tabel 5.2 Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang menurut tingkat pendidikan terakhir subyek
penelitian tahun 2011.
Tingkat pendidikan terakhir Frekuensi
SD
SMP
SMA
>SMA
74
18
7
1
Total 100
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan subyek penelitian terbanyak
berpendidikan terakhir SD yaitu sebesar 74%, yang berpenidikan terakhir SMP
sebesar 18%, yang berpendidikan terakhir SMA sebesar 7%, dan yang paling
sedikit adalah yang berpendidikan terakhir >SMA sebesar 1%.
Tabel 5.3 Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang menurut tingkat pendapatan subyek penelitian
tahun 2011.
Tingkat pendapatan Frekuensi
< 1 juta
>1 juta
88
12
Total 100
Berdasarkan tabel tersebut didapatkan subyek penelitian terbanyak
mempunyai pendapatan <1 juta sebesar 88%, yang berpendapatan >1 juta sebesar
12%.
28
5.2 Deskripsi efek
Efek dalam penelitian ini adalah angka kejadian diare penduduk dusun
trajeng, desa pakis jajar, kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011
Tabel 5.4 Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang terhadap angka kejadian diare tahun 2011.
Angka kejadian diare Total responden
Ada
Tidak ada
67
33
Total 100
Berdasarkann tabel diatas, subyek penelitian yang tinggal di Dusun
Trajeng yang terkena diare sebesar 67% dan yang tidak terkena diare sebesar
33% dari total subyek penelitian.
Tabel 5.5 Penyebaran subyek penelitian penduduk Dusun Trajeng, Desa Pakis Jajar,
Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang terhadap perilaku cara mengatasi tahun 2011.
Perilaku penanganan Total responden
Mandiri
Di biarkan
Dukun
Puskesmas
42
27
12
19
total 100
Berdasarkan dari tabel diatas, subyek penelitian yang tinggal di Dusun
Trajeng yang menangani diare secara mandiri sebesar 42% dari total subyek
penelitian. Jumlah subyek yang tidak menangani diare atau yang dibiarkan sebesar
29
27% dari total subyek penelitian. Jumlah subyek yang pergi ke dukun untuk
menangani diare sebesar 12% dari total subyek penelitian. Jumlah subyek yang
pergi ke puskesmas sebesar 19% dari total subyek penelitian.
5.3 Deskripsi Efek Menurut Faktor Resiko
Tabel 5.6 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan cara mengatasi.
Cara mengatasi diare total
ada Tidak ada
Dibiarkan
Dukun
Mandiri
Puskesmas
Jumlah
17
62,9%
7
58,3%
33
78,5%
10
52,6%
67
67%
10
37,1%
5
41,9%
9
21,5%
9
47,4%
33
33%
27
100%
12
100%
42
100%
19
100%
100
100%
P sebesar 0,177 ( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan cara mengatasi.
Tabel 5.7 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan tersedia obat
Tersedia obat diare total
30
ada Tidak ada
Tidak
Ya
Jumlah
51
64,5%
16
76,2%
67
67%
28
35,5%
5
23,8%
33
33%
79
100%
21
100%
100
100%
P sebesar 0,347 ( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan tersedia obat.
Tabel 5.8 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan jajan.
jajandiare
totalada Tidak ada
Ya
Tidak
Jumlah
44
86,3%
23
46,9%
67
67%
7
13,7%
26
53,1%
33
33%
51
100%
49
100%
100
100%
P sebesar 0,000 ( p<0,05 ) Ho ditolak yang berarti ada perbedaan angka
kejadian diare yang bermakna dengan jajan.
31
Tabel 5.9 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan makanan merangsang.
jajandiare
totalada Tidak ada
Ya
Tidak
Jumlah
49
76,5%
18
50%
67
67%
15
23,5%
18
50%
33
33%
64
100%
36
100%
100
100%
P sebesar 0,007( p<0,05 ) Ho ditolak yang berarti ada perbedaan angka
kejadian diare yang bermakna dengan makanan merangsang.
Tabel 5.10 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan makanan merangsang.
Makan dengandiare
totalada Tidak ada
Tanpa sendok
Dengan sendok
38
62,3%
29
74,3%
23
37,7%
10
25,7%
61
100%
39
100%
32
Jumlah 67
67%
33
33%100
100%
P sebesar 0,211( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan makan dengan.
Tabel 5.11 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan pernah tangan.
jajandiare
totalada Tidak ada
Ya
Tidak
Jumlah
64
68%
3
50%
67
67%
30
32%
3
50%
33
33%
94
100%
6
100%
100
100%
P sebesar 0,361( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan pernah tangan.
33
Tabel 5.12 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan sabun.
Sabundiare
totalada Tidak ada
Tidak menggunakan sabun
Menggunakan sabun
Jumlah
41
64%
24
72,7%
65
67%
23
36%
9
27,3%
32
33%
64
100%
33
100%
97
100%
P sebesar 0,390( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan sabun.
Tabel 5.13Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan sumber konsumsi
Sumber konsumsidiare
totalada Tidak ada
Lainnya
Sumur
Jumlah
0
0%
67
67,7%
67
1
100%
32
32,3%
33
1
100%
99
100%
100
34
67% 33% 100%
P sebesar 0,151( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan sumber konsumsi.
Tabel 5.14 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan sumber MCK
Sumber MCKdiare
totalada Tidak ada
Lainnya
Sumur
Jumlah
1
50%
66
67,7%
67
67%
1
50%
32
32,3%
33
33%
2
100%
98
100%
100
100%
P sebesar 0,606( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan sumber MCK
Tabel 5.15 Tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar,
kecamatan pakis, kabupaten malang pada tahun 2011 dengan jamban
jambandiare
totalada Tidak ada
Tidak ada 10
62,5%
6
37,5%
16
100%
35
ada
Jumlah
57
67,8%
67
67%
27
32,2%
33
33%
84
100%
100
100%
P sebesar 0,676( p>0,05 ) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan jamban.
Table 5.16 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan penyuluhan
PenyuluhanDiare
totalAda Tidak ada
Tidak62
68,13 %
29
31,87 %
91
100 %
Pernah5
55,56 %
4
44,44 %
9
100 %
total67
67 %
33
33 %
100
100 %
P sebesar 0,444 ( p> 0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan penyuluhan
36
Table 5.17 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan Buang limbah
Buang limbahdiare total
ada Tidak ada
Dibiarkan9
100 %
0
0 %
9
100 %
Ditimbun0
0 %
1
100 %
1
100 %
Dikumpulkan
kemudian dibuang
18
60 %
12
40 %
30
100 %
Dibuat pupuk 7
100 %
0
0 %
7
100 %
total34
72, 34 %
13
27, 66 %
47
100 %
P sebesar 0,12 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan buang limbah
Table 5.18 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan letak kandang
Letak kandang Diare Total
Ada Tidak ada
Dalam 20 7 27
37
74,07 % 25, 93 % 100 %
luar 14
70 %
6
30 %
20
100 %
total 34
72, 34 %
13
27, 66 %
47
100 %
P sebesar 0,758 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan letak kandang
Table 5.19 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan ternak
ternakDiare
TotalAda Tidak ada
Ya34
72,34 %
13
27,66 %
47
100 %
tidak33
62,26 %
20
37,74 %
53
100 %
Total67
67 %
33
33 %
100
100 %
P sebesar 0,285 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan ternak
38
Table 5.20 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk Dusun Trajeng Desa Pakis Jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan olah sampah
Olah sampahDiare
totalAda Tidak ada
Ditimbun21
84 %
4
16 %
25
100 %
Dibakar46
61,33 %
29
39,67 %
75
100 %
total67
67 %
33
33 %
100
100 %
P sebesar 0, 037 (p<0,05) Ho ditolak yang berarti ada perbedaan angka
kejadian diare yang bermakna dengan olah sampah
Table 5.21 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan buang sampah
Buang sampahDiare
totalAda Tidak ada
Jauh19
61,29 %
12
39,71 %
31
100 %
Di lingkungan
rumah
48
69,57 %
21
30,43 %
69
100 %
total 67 33 100
39
67 % 33 % 100 %
P sebesar 0,416 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan buang sampah
Table 5.22 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan jarak sumur
Jarak sumurDiare
TotalAda Tidak ada
<10m51
71,83 %
20
28,17 %
71
100 %
>= 10m16
55,17 %
13
44,82 %
29
100 %
total67
67 %
33
33 %
100
100 %
P sebesar 0,108 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan jarak sumur
Table 5.23 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan letak septictank
Letak septicdiare
totalAda Tidak ada
Luar49
62,82 %
29
37,78 %
78
100 %
40
Dalam18
81,82 %
4
18,18 %
22
100 %
Total67
67 %
33
33 %
100
100 %
P sebesar 0,094 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan letak septic
Table 5.24 tabulasi silang angka kejadian diare penduduk dusun trajeng desa pakis jajar
kecamatan pakis kabupaten malang pada tahun 2011 dengan letak jamban
Letak jambanDiare
TotalAda Tidak ada
Luar34
65,38 %
18
34,62 %
52
100 %
Dalam33
68,75 %
15
31,25 %
48
100 %
Total67
67 %
33
33 %
100
100 %
P sebesar 0,721 (p>0,05) Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan
angka kejadian diare yang bermakna dengan letak jamban
41
BAB 6
PEMBAHASAN
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja penderita (Sutanto 1984; Bambang 1981). Diare merupakan salah
satu masalah kesehatan di Indonesia dan menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga 1986 ternyata diare termasuk dalam 8 penyakit utama di Indonesia
(Budiarso 1986). Pada Dusun Trajeng didapatkan hasil 67% penduduk Dusun
menderita diare dan 33% tidak menderita diare. Tingginya angka diare tersebut
dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Diare dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Adapun cara pencegehan diare dapat dilakukan dengan cara (Sri, 2009) : Mencuci
tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu: sebelum makan,
setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak ,dan
sebelum menyiapkan makanan. Meminum air minum sehat, atau air yang telah
diolah, antara lain dengan cara merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau
proses klorinasi;Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas). Membuang air besar dan air kecil pada
tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik. Pemberian ASI
minimal 6 bulan juga penting dilakukan. Sebab, di dalam ASI terdapat
antirotavirus yaitu imunoglobulin. Untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus,
bisa diberikan vaksin rotavirus per-oral (melalui mulut).
Menurut data yang didapat melalui wawancara yang dilakukan dengan
warga Dusun Trajeng, didapatkan angka terjadinya diare yang paling tinggi pada
usia anak-anak yaitu 27%. Hal ini membuktikan bahwa perkembangan sistem
kekebalan tubuh juga dipengaruhi faktor usia. Sistem kekebalan tubuh pada bayi
dan balita masih lemah, kemudian mengalami perkembangan dengan
bertambahnya usia, setelah itu mengalami penurunan kembali pada usia tua (di
42
atas 50 tahun). Umur merupakan salah satu variabel yang dipakai untuk
memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi dan peristiwa kesehatan
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan pendidikan penduduk pada
jenjang SD sebanyak 74%, SMP 18%, SMA 7% dan lebih dari SMA 1 %.
Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi tahu
mengenai pentingnya kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan untuk
mencegah terjangkitnya penyakit menular, yang salah satunya diare (Sander,
2005). Latar belakang pendidikan formal juga mempengaruhi jenis pekerjaan
penduduk dusun Trajeng yang sebagian bekerja sebagai petani tebu, peternak sapi,
dan industri rumah tangga yaitu pengolah tahu dan tempe. Jenis pekerjaan
penduduk berhubungan erat dengan tingkat pendapatan seseorang. Jenis pekerjaan
tertentu dapat memudahkan seseorang mendapatkan akses pelayanan kesehatan.
Pendapatan yang cukup mempermudah masyarakat mendapatkan akses kesehatan
serta sarana untuk pengadaan tempat sampah (Bambang, 1981).
Dari data yang diperoleh pendapatan penduduk yang kurang dari satu juta
rupiah sebanyak 88%, sementara yang berpendapatan lebih dari atau sama dengan
satu juta sebanyak 12%. Hal ini dapat menyebabkan penduduk kesulitan
mendapatkan akses kesehatan berkaitan dengan tingginya biaya kesehatan,
transportasi dan sarana pengadaan tempat sampah (Sander, M. A., 2005)
Penduduk Dusun Trajeng memiliki cara masing-masing untuk
menanggulangi penyakit diare yang sudah jamak terjadi di lingkungan mereka.
27% penduduk membiarkan penyakit tersebut hingga merasa membaik dengan
sendirinya. 12% penduduk memilih pergi ke dukun, sedangkan 42% melakukan
pengobatan mandiri dengan oralit atau obat tradisional yaitu berupa teh pahit.
Sementara hanya 19% yang pergi ke puskesmas atau ke dokter. Hal ini dapat
disebabkan oleh jarak puskesmas yang cukup jauh dan sulit diakses. Pengobatan
mandiri menjadi pilihan utama karena penduduk memiliki tradisi mengobati
penyakit diare dengan menggunakan teh pahit. Tujuh puluh delapan persen
penduduk juga telah memiliki persediaan obat diare di rumah. Dua puluh tujuh
persen penduduk membiarkan penyakit diare karena mereka masih menganggap
penyakit diare bukan merupakan penyakit yang membahayakan.
43
Berdasarkan hasil wawancara penduduk, 51% memiliki kebiasaan jajan di
luar rumah, mayoritas jajanan yang dikonsumsi oleh penduduk adalah rujak dan
bakso. Makanan jajanan kemungkinan memiliki tingkat kebersihan yang rendah
sehingga memungkinkan penyebaran bakteri yang dapat menyebabkan diare.
Penduduk Dusun Trajeng sebanyak 64% mengkonsumsi makanan pedas
sehari-hari. Di dalam tubuh, makanan-makanan pedas tersebut bisa memicu
gerakan peristaltik usus sehingga menjadi lebih cepat dan memperparah diare (dr
Helmin, 2011)
Makan tanpa menggunakan sendok juga dapat menjadi faktor resiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit diare. Hal ini dapat dilihat dari 94%
penduduk Dusun Trajeng yang tidak menggunakan sendok. Enam puluh empat
persen penduduk tidak menggunakan sabun untuk mencuci tangan sebelum
makan. Ini dapat dikaitkan dengan angka kejadian diare yang cukup tinggi, karena
bakteri langsung dapat terkontaminasi pada makanan yang dikonsumsi melalui
tangan yang digunakan untuk makan.
Sumur menjadi sumber mata air yang digunakan untuk sehari-hari seperti
mandi, mencuci dan memasak pada penduduk Dusun Trajeng, sebesar 98%.
Sebanyak 72% adalah sumur dalam dan jarak antara sumur dan septictank yang
kurang dari 10 m sebanyak 71%. Jarak minimal antara tangki septic (septic tank)
dan sumur adalah 10 meter. Hal ini dilakukan agar air sumur tidak terkontaminasi
dengan air tangki septic oleh bakteri patogen yang dapat mengganggu kesehatan.
Jarak 10 meter sumur dan tangki septic diawali dari adanya bakteri E-coli patogen
(bersifat anaerob) penyebab diare yang biasanya mempunyai usia harapan hidup
selama tiga hari. Sedangkan kecepatan aliran air dalam tanah berkisar 3 meter per
hari (rata-rata kecepatan aliran air dalam tanah di pulau jawa 3 meter/hari),
sehingga jarak ideal antara tangki septic dengan sumur sejauh 3 meter per hari x 3
hari = 9 meter.Dari hasil perhitungan, jarak tempuh bakteri selama 3 hari hanya 9
meter. Adapun angka 10 meter setelah ditambah satu meter sebagai jarak
pengaman (Sukmara, 2007). Jarak sumur dan septitank pada penduduk Dusun
Trajeng yang kurang dari 10m, membuat penduduk mudah terserang diare.
44
Ketersediaan sarana mandi dan jamban di setiap rumah penduduk juga
sebagai faktor resiko terjadinya diare. Sebanyak 84% penduduk memiliki jamban,
tetapi 52% jamban terletak di luar rumah. syarat pembuangan kotoran yang
memenuhi aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di
sekitarnya, tidak mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air
dalam tanah di sekitarnya, dan kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai
sebagai tempat lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya.
Tinja yang dibuang di tempat terbuka dapat digunakan oleh lalat untuk bertelur
dan berkembang biak. Lalat berperan dalam penularan penyakit melalui tinja
(faecal borne disease), lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran manusia
yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran manusia dan hinggap
pada makanan manusia dapat mengakibatkan diare (Soeparman dan Suparmin,
2003).
Penduduk Dusun Trajeng memiliki kebiasaan membuang sampah di
lingkungan rumah seperti halaman depan dan belakang sebanyak 69%, dan
kemudian membakarnya sebanyak 75%. Tidak adanya tempat penampungan
sampah sehingga sampah terbuka dan menumpuk di halaman, membuat lalat
hinggap di sampah dan membawa bakteri penyebab diare. Lalat dapat menjadi
vektor, hinggap di makanan yang dikonsumsi sehingga makanan tersebut
terkontaminasi oleh penyebab diare.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasional, sebanyak 47% Penduduk
Desa Pakis Jajar dusun Trajeng memelihara binatang ternak seperti sapi, ayam
dan bebek. Dari 47% penduduk yang memelihara hewan ternak,lebih dari
separuhnya yaitu 27% penduduk mempunyai kandang hewan ternak di dalam
rumah. Binatang ternak seperti sapi atau kambing sebagian besar dipelihara di
dalam rumah, yaitu diarea dapur dan kamar mandi karen warga takut binatang
ternak tersebut dicuri. Kotoran binatang ternak dikumpulkan oleh warga, ada yang
membuang kotorannya saja dan ada yang menjadikannya sebagai pupuk. Dari
hasil penelitian di dusun Trajeng, 64% dari penduduk yang memiliki hewan
ternak mengolah kotoran tenaknya dengan dikumpulkan saja, sisanya ada yang
dibiarkan, ditimbun,atau dibuat pupuk. Peternak sapi di pada umumnya
45
membangun kandang sapinya dekat dengan rumah (<10 m) atau di dalam rumah
dengan alasan faktor keamanan dan mempermudah pemeliharaan. Berdasarkan
penelitian Untari (2002) mengenai pengaruh penempatan kandang sapi di dalam
dan di luar rumah terhadap kepadatan lalat di Desa Tumang Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali diketahui bahwa penempatan kandang sapi yang tidak tepat
dapat meningkatkan kepadatan lalat. Survei dari 31 kandang sapi yang ada di
dalam rumah, 75,61% mempunyai tingkat kepadatan lalat yang sedang (3-5 ekor)
dan 17,07% mempunyai tingkat kepadatan lalat yang tinggi (6-20 ekor). Semakin
dekat dengan rumah, kepadatan lalat makin tinggi dan semakin tinggi kepadatan
lalat, makin tinggi pula penyebaran penyakit termasuk diare.
Berdasarkan penelitian Sumiarto, dkk (2005) mengenai epidemiologi
verocytotoxigenic E. coli (VTEC) pada peternakan sapi perah di Propinsi Jawa
Tengah dan Yogyakarta, diketahui bahwa semakin kotor lantai kandang yang
dimiliki peternak, memberikan infeksi VTEC hampir 21 kali lebih besar
dibanding peternak yang mempunyai lantai bersih. Semakin dekat sumber air dari
kandang (<10m) memberikan prevalensi VTEC 24 kali lebih besar dari pada yang
jauh (>10m). Temuan ini menunjukkan sumber air terkontaminasi E. coli hampir
8 kali lebih besar sebagai sumber penyakit VTEC dibanding dengan sumber air
yang tidak terkontaminasi E. coli. Kebersihan pribadi pemilik atau pekerja
memberikan pengaruh 12,3% terhadap prevalensi VTEC. Bakteri E. coli mampu
bertahan hidup di tanah pada temperatur 20-30°C selama 70 hari, sehingga
kemungkinan pencemaran tinja sapi terhadap sumber air ataupun air tanah di
sekitarnya sangat besar terutama pada musim penghujan. Kondisi sanitasi
kandang yang jelek akan dapat memperparah keadaan, dan sangat memungkinkan
timbulnya penyakit diare.
Sutrisna, B., 1994. Pengantar Epidemilogi. Dian Rakyat, Jakarta.
46
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, angka kejadian diare di Dusun trajeng, desa
pakis jajar, kecamatan pakis, kabupaten malang sebesar 67%. Hal ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor resiko seperti sumber air yang dikonsumsi penduduk 99%
dari air sumur, 51% penduduk terbiasa jajan diluar, 64 % penduduk cuci tangan
tanpa sabun, 79 % penduduk tidak tersedia obat-obatan dan 92% penduduk tidak
pernah mendapatkan penyuluhan tentang diare.
7.2 Saran
1. Perlunya penyuluhan tentang pencegahan dan penanganan diare kepada
penduduk dusun trajeng, desa pakis jajar, kecamatan pakis kabupaten malang.
2. Perlunya pengadaan dan penyaringan air bersih penduduk dusun trajeng, desa
pakis jajar, kecamatan pakis kabupaten malang.
3. Perlunya pengadaan kotak obat sebagai penanganan pertama diare penduduk
dusun trajeng, desa pakis jajar, kecamatan pakis kabupaten malang.
47