bab 1 pendahuluanrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/bab 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum,...

30
1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini berdampak pada sistem penyelengaraan pendidikan dari sentralistik menuju desentralistik. Desentralisasi penyelengaraan pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Salah satu subtansi yang didesentralisasikan adalah kurikulum (Rusman, 2011 : 17). Perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen kurikulum, bahwa pendidikan harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada di masyarakat, baik pada lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah, masyarakat, atau swasta (Yoyon Bahtiar Irianto, 2011: 13). Kebijakan inilah yang kemudian berpengaruh pada kegiatan implementasi sekolah, yang memberi peluang bagi daerah atau institusi pendidikan untuk menetapkan sendiri suatu kebijakan pendidikan. Tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah satu faktor yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan pendidikan adalah kurikulum. Masalah yang muncul dari kurikulum tersebut diantaranya adalah tidak sesuainya perencanaan yang telah dirancang dengan pelaksanaan yang dilakukan dan perencanaan serta pelaksanaannya yang tidak berpedoman pada prinsip-prinsip yang berlaku. Dari beberapa kritikan dan kelemahan terhadap PAI, yang disimpulkan oleh Muhaimin bahwa pelaksanaan pendidikan agama lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, 1

Upload: others

Post on 01-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

1

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

mengamanatkan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam

penyelenggaraan pendidikan. Hal ini berdampak pada sistem penyelengaraan

pendidikan dari sentralistik menuju desentralistik. Desentralisasi penyelengaraan

pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Salah satu subtansi yang didesentralisasikan adalah kurikulum (Rusman, 2011

: 17). Perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen kurikulum, bahwa

pendidikan harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada di

masyarakat, baik pada lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah, masyarakat, atau

swasta (Yoyon Bahtiar Irianto, 2011: 13). Kebijakan inilah yang kemudian berpengaruh

pada kegiatan implementasi sekolah, yang memberi peluang bagi daerah atau institusi

pendidikan untuk menetapkan sendiri suatu kebijakan pendidikan. Tingkat satuan

pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk

mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa

komponen kurikulum lainnya.

Salah satu faktor yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan pendidikan

adalah kurikulum. Masalah yang muncul dari kurikulum tersebut diantaranya adalah

tidak sesuainya perencanaan yang telah dirancang dengan pelaksanaan yang dilakukan

dan perencanaan serta pelaksanaannya yang tidak berpedoman pada prinsip-prinsip

yang berlaku. Dari beberapa kritikan dan kelemahan terhadap PAI, yang disimpulkan

oleh Muhaimin bahwa pelaksanaan pendidikan agama lebih banyak bermuara pada

aspek metodologi pembelajaran PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif,

1

Page 2: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

2

teoretis, dan kognitif, termasuk di dalamnya aspek gurunya yang kurang mampu

mengaitkan dan berinteraksi dengan mata pelajaran dan guru non-pendidikan agama.

Aspek lain yang banyak disoroti adalah menyangkut aspek muatan kurikulum atau

materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama, termasuk di dalamnya buku-buku

dan bahan-bahan ajar pendidikan agama (Muhaimin, 2012 : 26). Berdasarkan survei

lapangan (2002), salah satu masalah yang terjadi bahwa pelaksanaan kurikulum di

lapangan sering tidak terlaksana optimal karena sarana prasarana penunjang sangat

minim, dan juga kualitas SDM kurang kreatif dan inovatif, serta strategi pembelajaran

pada umumnya mengacu pada penguasaan informasi dan pengetahuan yang tidak

relevan dengan tercapainya tujuan yang telah direncanakan, dan sebagainya. (Oemar

Hamalik, 2006 : 7)

Penelitian ini berangkat dari keingintahuan bagaimana pengelolaan dan aktivitas

pembelajaran di Sekolah Islam terpadu, maka penelitian ini akan melihat dan mengkaji

kurikulum khususnya kurikulum PAI di SDIT Auladi Palembang. Secara operasional,

pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik jika didukung oleh sub-sub sistem atau

komponen-komponen yang saling berhubungan. Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib

(2003), Pendidikan sebagai sebuah sistem, terdiri dari beberapa komponen yaitu tujuan,

pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, dan evaluasi (Mahmud, 2011 : 54). Salah

satu komponen pendidikan adalah kurikulum yang merupakan alat untuk mencapai

tujuan pendidikan dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum

merupakan suatu sistem program pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa

komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yang berarti bahwa kurikulum

adalah sebuah sistem yang mempunyai sub-sub sistem atau komponen-komponen

kurikulum, yaitu : tujuan, isi/materi, metode, media, evaluasi, dan proses pembelajaran.

Pada intinya, kurikulum pendidikan merupakan salah satu komponen dalam

penyelenggaraan pendidikan, yang merupakan bagian terpenting dalam proses

Page 3: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

3

pendidikan yang akan mengantarkan pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

Dengan memahami kurikulum, para pendidik atau guru dapat memilih dan menentukan

tujuan pembelajaran, metode, media dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dan tepat.

Kurikulum secara fungsional merupakan sarana yang penting dalam menjamin

keberhasilan suatu proses pendidikan, yang artinya, tanpa kurikulum yang baik dan

tepat, maka akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicita-citakan

(Abdullah Idi, 1999 : 3).

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) berbeda dengan Sekolah Dasar Negeri

(SDN) atau Sekolah Dasar Swasta (SDS) pada umumnya baik dari pelayanan maupun

fasilitasnya. Perbedaan tersebut salah satunya adalah sesuai dengan amanat Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, bahwa Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Dasar mengacu pada standar isi dan standar

kompetensi lulusan yang berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP). Maka, secara Nasional alokasi waktu satu jam pelajaran (JP)

berlangsung selama 35 menit, Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu kelas I

– III adalah 29 – 32 jam pembelajaran dan kelas IV – VI adalah 34 jam pembelajaran.

Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Auladi Palembang, alokasi waktu

pembelajarannya telah disesuaikan dengan standar isi dari Kemendiknas dan Standar

Kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), yang merupakan Gerakan Dakwah

Berbasis Pendidikan. Maka, dalam satu jam pelajaran (JP) memang hanya berlangsung

selama 30 menit, namun jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu lebih banyak

untuk kelas I – II adalah 43 - 45 jam pembelajaran, kelas III adalah 46 jam

pembelajaran, kelas IV adalah 50 jam pembelajaran dan untuk kelas V – VI adalah 51

jam pembelajaran. Secara nasional alokasi waktu pembelajaran pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah 2 jam per minggu (kurikulum baru 3

jam/minggu). Jadi, dalam seminggu pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung

Page 4: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

4

selama 105 menit. Jika dilihat dari besaran atau bobot mata pelajaran yang hanya

diberikan tiga jam pelajaran per minggu, maka struktur kurikulum yang menunjang

secara langsung dalam pencapaian tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan sangatlah

kecil atau dengan kata lain tidak bisa dituntaskan secara optimal.

Oleh karena itu, munculkan kebijakan dalam upaya peningkatan mutu lembaga

pendidikan Islam, salah satunya dengan menambah jam belajar di sekolah. Konsep

inilah yang ditawarkan oleh Sekolah Islam Terpadu (SIT), dimana sudah seharusnya

sekolah Islam memainkan peranan penting dalam memajukan mutu pendidikan, baik

untuk lembaga Islam itu sendiri maupun konteks pendidikan nasional.

Berdasarkan observasi awal dari hasil wawancara dengan koordinator bidang

kurikulum PAI, bahwa di SDIT Auladi Palembang pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) diajarkan lebih lama yaitu 5 jam pelajaran per minggu. Jadi, dalam

seminggu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung selama 150 menit.

Muatan kurikulum PAI di SDIT Auladi, meliputi : kurikulum PAI Nasional dari Diknas

(2JP) dan kurikulum SIT (3JP), yang meliputi pelajaran Sirah (1JP), Praktek Ibadah

(1JP), dan Hadits (1JP). Ditunjang juga dengan pelajaran pokok lainnya yang masih

serangkaian dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, misalnya kurikulum Al-

Qur’an (TTQ : Tahsin, Tahfidz Qur’an) dan Bahasa Arab. Serta penciptaan suasana

sekolah yang kental bernuansa keislaman, baik yang terikat dalam kurikulum maupun

situasi umum keagamaan di sekolah.

Di SDIT Auladi ini juga materi yang diajarkan lebih lengkap, misalnya pada

pelajaran Siroh Nabi Muhammad dibahas lengkap mulai dari silsilah, kelahiran, ketika

diangkat menjadi Rasul hingga beliau wafat, sahabat-sahabat Rasulullah, perjuangan

umat Islam zaman Rasulullah dan sebagainya. Penekanan terhadap Praktek Ibadah juga

lebih diutamakan, jika di kurikulum Nasional ada materi wudhu, thaharah, dan sholat

yang diajarkan, namun di kurikulum PAI SDIT Auladi ini selain materi tersebut juga

Page 5: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

5

dibahas adab bersuci, tayamum, tata cara sholat berjamaah, dzikir sesudah sholat dan

sebagainya. Di kelas IV juga sudah diajarkan adab pergaulan dengan lawan jenis dan

pada pelajaran Hadits target minimal memiliki hafalan 20 sampai 40 hadits, sesuai

dengan fokus capaian belajar pada masing-masing kelas. (Wawancara : Ummul

Aimana, Rabu, 07 Maret 2012)

Dalam setiap aktivitas pendidikan atau proses pembelajaran di SDIT Auladi

Palembang dilaksanakan dengan menginternalisasikan nilai-nilai keislaman, misalnya

dengan dalil-dalil Al-Qur’an, Hadits, Siroh Nabi, dan kisah-kisah Islami lainnya serta

penggunaan istilah : nama orang, tempat, contoh atau ilustrasi dalam pembelajaran yang

bernuansa Islami. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 07 Maret 2012, dengan

koordinator kurikulum bidang PAI, Ummul Aimana mengatakan bahwa kurikulum

sekolah Islam Terpadu berlandaskan kepada kurikulum Nasional yang diperkaya

dengan pendekatan dan isi yang sesuai dengan pijakan filosofis, visi dan tujuan

pendidikan Islam. Pada pelaksanaannya, kedua kurikulum tersebut dipadukan. Di dalam

kurikulum SIT diberikan tambahan muatan pada mata pelajaran agama Islam, pelajaran

membaca dan menghafal Al-Qur’an serta mempertajam kurikulum kepanduan dalam

kerangka pembentukan karakter peserta didik. (Tim JSIT Indonesia, 2006 : 63)

Aktivitas pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai peranan utama. Dalam kegiatan tersebut, terdapat

aktivitas guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik dalam situasi edukatif untuk

pencapaian tujuan tertentu (Baharuddin, 2009: 199). Dalam proses pembelajaran, guru

sangat berperan penting dalam mengefektifkan situasi belajar dengan pengetahuan

kemampuannya melalui kompetensi profesionalitas pendidik. Sehubungan dengan hal

tersebut, kebijakan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan yang salah satunya

adalah perubahan kurikulum tidak akan terlalu berarti bagi peningkatan mutu

pendidikan, jika perubahan kurikulum tersebut tidak didukung oleh Sumber Daya

Page 6: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

6

Manusia (SDM = guru) yang profesional. Karena guru profesional lebih terkait dengan

kebijakan kurikulum, dimana kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan guru

dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran (kurikulum).

Di SDIT Auladi Palembang ini, dari kelas I sampai kelas III mempunyai 1 orang

guru PAI, namun untuk kelas rendah guru bidang studi atau wali kelas akan didampingi

guru pendamping yang berjumlah 1 orang pada masing-masing kelas rendah, yaitu :

dengan jumlah 8 (delapan) kelas dengan masing-masing 2 orang guru. Di kelas IV

mempunyai 1 guru bidang studi PAI, sedangkan di kelas V dan VI mempunyai 1 guru

bidang studi PAI. Jadi, dari kelas I sampai kelas VI di SDIT Auladi Palembang, jumlah

guru PAI ada 10 orang. Selain itu juga ada kurikulum Al-Qur’an atau TTQ yang

merupakan pelajaran pokok tersendiri diluar PAI, namun masih serangkaian dengan

kurikulum PAI, yang alokasi waktunya 10jam/minggu. Dengan target agar alumni SDIT

Auladi dapat menghafal Al-Qur’an 1 sampai 2jus. Tidak hanya menghafal, tapi juga

membaca dengan tartil dan tajwid, kemudian melanjutkannya dengan kemampuan

menghafal sesuai dengan kemampuan siswa (Tahfizul Qur’an). Adapun jumlah guru

yang membimbing kurikulum Al-Qur’an sebanyak 8 (delapan) orang.

Perubahan besar dalam pola kehidupan anak terjadi ketika anak mulai masuk ke

kelas satu sekolah dasar, mereka dihadapkan pada penyesuaian diri dengan tuntutan dan

harapan baru di kelas satu, dimana kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak

seimbang (Nazarudin, 2007 : 45). Sudah seharusnya semua orang yang terkait dalam

pendidikan dapat membuat belajar itu menjadi pengalaman yang menyenangkan,

dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, pada dasarnya

anak-anak sejak kecil senang belajar (keingin-tauan), senang bergerak dan sebagainya.

Penciptaan suasana yang menyenangkan sangat penting dalam belajar agar siswa tidak

merasa tegang dan bosan ketika belajar khususnya materi Pendidikan Agama Islam.

Pelajaran yang diberikan oleh guru hendaknya memberi kesan menarik, apalagi

Page 7: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

7

pembelajaran pendidikan agama Islam yang bersifat normatif sudah seharusnya

dikondisikan sedemikian rupa.

Implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan

program (perencanaan), pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran

(Kunandar, 2007 : 213). Tiga kemampuan yang mutlak harus dimiliki oleh setiap guru

dalam mengelola pembelajaran yang efektif dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan

yang optimal, yaitu : kemampuan menyusun program pembelajaran atau perencanaan

pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan kemampuan melaksanakan

evaluasi pembelajaran.

Pada dasarnya, kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang dirancang

berdasarkan apa yang diinginkan oleh kurikulum. Menurut Nana Sudjana (1988 : 8),

mempelajari kurikulum sebagai program pendidikan berarti menelaah unsur-unsur

tujuan, isi program, strategi pelaksanaan program, sarana program, dan evaluasi

program, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahapan penilaian.

Dalam perencanaan kurikulum, langkah awal yang penting dilakukan adalah

pengembangan program yang termasuk ke dalam perangkat persiapan pembelajaran,

diantaranya program-program pembelajaran, silabus, dan RPP. Sedangkan, langkah

awal sebelum pelaksanaan pembelajaran di kelas adalah menyusun perencanaan

pembelajaran yang dikenal dengan istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

yang harus dimiliki oleh setiap guru. RPP sebagai pegangan guru dalam melaksanakan

pembelajaran, memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan dengan aktivitas

pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. Tujuan

pembelajaran didasarkan pada kurikulum, dimana proses pembelajaran yang

didalamnya meliputi tujuan, materi atau bahan ajar, metode, media, sumber dan evaluasi

dikembangkan berdasarkan apa yang telah direncanakan kurikulum. Pada intinya,

pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja direncanakan untuk membantu siswa

Page 8: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

8

dan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki dan perencanaan

pembelajaran tertuang dalam kurikulum yang menjadi dasar sekaligus pengontrol

terhadap aktivitas pendidikan. Melalui kegiatan perencanaan kurikulum inilah

merupakan langkah awal yang perlu dirancang dengan optimal sehingga pelaksanaan

dan hasil yang didapat juga dapat dioptimalkan.

Begitu juga dengan implementasi kurikulum yang merupakan pelaksanaan dari

rencana kurikulum (pembelajaran), yang merupakan bentuk wujud nyata kegiatan atau

aktivitas pembelajaran di kelas. Yang menjadi tolak ukur keberhasilan suatu program

kurikulum, ada pada implementasi atau pelaksanaannya. Dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran, seharusnya guru memahami langkah-langkah yang harus ditempuh,

meliputi : tahap permulaan (tahap pengkondisian siswa agar dapat mengikuti kegiatan

secara kondusif), tahap pembelajaran (tahap inti, upaya guru dalam menyampaikan

pelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya) dan tahap penilaian, serta tindak lanjut

(Sudjana, 1989 : 68). Kurikulum secara praktikal, berhubungan langsung dengan

kompetensi atau kemampuan guru dalam menjabarkan dan menyampaikannya kepada

peserta didik, di dalam proses implementasi kurikulum. Sebaik apapun perencanaan

atau rumusan kurikulum, jika tidak diimplementasikan tidak akan ada gunanya.

Keberhasilan implementasi kurikulum, bergantung pada guru yang profesional, sebagai

pelaksana kurikulum di lapangan yang berinteraksi langsung dengan peserta didik.

Sedangkan evaluasi atau penilaian pembelajaran sangat penting dalam proses

implementasi kurikulum, karena evaluasi merupakan bentuk penilaian terhadap

keseluruhan komponen kurikulum atau komponen pembelajaran. Melalui evaluasi dapat

ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan

apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana yang

harus diperbaiki atau disempurnakan. Untuk melihat sejauhmana keberhasilan tingkat

prestasi anak didik dalam pelaksanaan kurikulum dan sejauhmana sumber input dalam

Page 9: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

9

upaya perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum, diperlukan evaluasi. Mengingat

komponen evaluasi berhubungan erat dengan komponen lainnya, maka cara penilaian

atau evaluasi ini akan menentukan tujuan kurikulum, materi atau bahan, serta proses

pembelajaran (Abdullah Idi, 2007 : 57). Dengan menggunakan evaluasi yang tepat

sasaran, maka seorang guru akan dapat mengetahui tentang kemajuan, kelemahan,

hambatan anak didik dalam melaksanakan tugasnya, yang kemudian akan dijadikan

bahan perbaikan program (Arifin, 1996 : 245).

Jadi, perencanaan kurikulum atau khususnya pengembangan program

pembelajaran merupakan langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung yang

harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip dan arah atau tujuan yang diharapkan.

Perencanaan yang baik harus diimplementasikan dalam wujud nyata kegiatan

pembelajaran di kelas, yaitu mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata (actual

curriculum). Dengan adanya perencaanaan pembelajaran yang baik, kemudian

dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan program yang dirancang,

diharapkan juga dapat membawa hasil yang optimal. Dari pengamatan awal yang

peneliti lakukan, ditemukan beberapa hal yang terindikasi menjadi suatu masalah, di

antaranya sebagai berikut : 1) Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran (RPP)

belum optimal, yang ditandai dengan beberapa komponen RPP yang belum diuraikan

secara rinci, 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran, beberapa guru PAI juga tidak

berpedoman pada RPP yang telah disusun serta ada guru PAI yang tidak menyusun

RPP, 3) Dalam evaluasi atau penilaian pada aspek afektif belum menyentuh secara lebih

spesifik atau fokus pada setiap kompetensi dasar mata pelajaran PAI.

Berdasarkan penelitian awal juga, dapat diketahui bahwa kurikulum di SDIT

Auladi Palembang penerapannya dengan alokasi waktu dan muatan materi yang lebih

banyak dibanding Sekolah Dasar Negeri pada umumnya. Kegiatan pembelajaran di

sekolah merupakan salah satu aspek dari proses pendidikan, karenanya seluruh aspek

Page 10: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

10

pendidikan harus didesain secara sistematik dan aplikatif. Dengan penerapan waktu

yang lebih lama ini, kemungkinan ada beberapa anak yang belum siap menerima karena

padatnya jam belajar dengan banyaknya materi pelajaran, tentunya membutuhkan

kesiapan baik fisik maupun mental anak. Untuk itu diperlukan guru yang kreatif,

profesional, dan menyenangkan, sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif,

penyampaian materi yang efektif, pemilihan metode dan penggunaan media yang cocok.

Hal ini penting karena dalam setiap pembelajaran, guru memiliki peranan yang sentral

sebagai perencana, pelaksana, serta evaluator pembelajaran, terlebih di sekolah dasar

(Mulyasa, 2007: 13). Dari penerapan suatu ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam

suatu tindakan praktis, faktor yang mendukung ataupun menghambat harus sudah

diperhitungkan dan tentunya juga dengan alasan serta tujuan yang jelas. Kita yang tidak

terlibat langsung dalam pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Islam Terpadu ini,

perlu melakukan penelitian atas bagaimana sebenarnya perencanaan, pelaksanaan

kurikulum (proses pembelajaran), dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang

diterapkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Auladi Palembang ini.

Oleh sebab itu, menjadi sesuatu yang menarik dan dipandang perlu untuk

dilakukannya penelitian yang lebih mendalam, maka peneliti akan mengkaji dan

menganalisis implementasi kurikulum PAI di SDIT Auladi Palembang, yang meliputi :

Pertama, perencanaan kurikulum dengan menganalisis perangkat pembelajaran yang

disusun oleh guru PAI di SDIT Auladi Palembang, kedua, pelaksanaan kurikulum atau

proses pembelajaran PAI di kelas, yang meliputi : kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan penutup, dan ketiga, pelaksanaan evaluasi atau penilaian pembelajaran, serta

kelebihan dan kelemahan kurikulum yang diterapkan di SDIT Auladi Palembang.

Dalam karya ilmiah tesis ini penulis memberi judul : “Implementasi Kurikulum Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Auladi Palembang”.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

11

Identifikasi Masalah

Sebagaimana yang diuraikan dalam latar belakang di atas, maka penulis

mengidentifikasi masalah, di antaranya sebagai berikut :

1. Perencanaan pembelajaran dalam mengembangkan atau menyusun persiapan

perangkat pembelajaran belum optimal.

2. Beberapa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan tidak berpedoman pada

RPP dan ada yang tidak menyusun RPP.

3. Evaluasi atau penilaian pembelajaran yang dilakukan, belum menyentuh aspek

afektif secara fokus pada setiap kompetensi dasar.

Batasan Masalah

Penelitian ini difokuskan pada suatu analisis implementasi kurikulum PAI di SDIT

Auladi Palembang, yang meliputi : Pertama, perencanaan kurikulum dengan

menganalisis perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru PAI di SDIT Auladi

Palembang, kedua, pelaksanaan kurikulum atau proses pembelajaran PAI di kelas, yang

meliputi : kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan ketiga, pelaksanaan

evaluasi atau penilaian hasil belajar peserta didik oleh guru PAI SDIT Auladi

Palembang, serta kelebihan dan kelemahan kurikulum PAI yang diterapkan di SDIT

Auladi Palembang.

Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka yang akan menjadi pokok masalah penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi kurikulum PAI di SDIT Auladi Palembang?

2. Apa saja kelebihan dan kelemahan kurikulum PAI yang diterapkan di SDIT

Auladi Palembang?

Page 12: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

12

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui implementasi kurikulum PAI, yang meliputi : Perencanaan

Pembelajaran, Pelaksanaan pembelajaran, dan Pelaksanaan Evaluasi Hasil

Belajar peserta didik, yang diterapkan di SDIT Auladi Palembang.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan kurikulum PAI yang diterapkan di

SDIT Auladi Palembang.

Kegunaan Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman atau

bahan acuan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan kajian

kependidikan, bagi sekolah pada umumnya dan khususnya bagi guru serta pihak terkait

dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan Islam.

Secara praktis, diharapkan dapat digunakan sebagai :

1. Data bagi pengetahuan kalangan pendidik/guru, tentang pentingnya pengelolaan

kurikulum PAI yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan maupun

pelaksanaannya agar dapat meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi

kurikulum PAI, yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

pembelajaran dapat berjalan dengan optimal, sehingga efektivitas hasil belajar

peserta didik juga semakin baik.

2. Menjadi bahan penelitian yang dapat digunakan sebagai objek kajian ilmiah

lebih lanjut, serta bermanfaat dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di

masa mendatang baik pada SIT maupun sekolah-sekolah umum lainnya.

3. Penambah khazanah ilmu pengetahuan tersendiri bagi penulis khususnya dan

pembaca umumnya, serta pemenuhan persyaratan memperoleh gelar Magister

Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang.

Page 13: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

13

Definisi Istilah dan Konsep

Agar sampai kepada pembahasan yang menyeluruh, maka diperlukan pemahaman

melalui pengertian yang menjelaskan istilah yang berhubungan dengan penelitian

penulis, sebagai berikut :

Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary, dikatakan bahwa implementasi

adalah “put something into effect”, yang artinya penerapan sesuatu yang memberikan

efek atau dampak (Mulyasa : 2003). Sedangkan menurut Susilo (2007:174)

implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam

suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan

pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Implementasi kurikulum mencakup

tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program (perencanaan), pelaksanaan

pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Implementasi kurikulum adalah proses

pelaksanaan dari rencana kurikulum (pembelajaran).

Kurikulum PAI adalah seperangkat bahan-bahan pelajaran yang bermuatan

pokok-pokok ajaran Islam, berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan

sengaja dan sistematis diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan

Pendidikan Agama Islam.

SDIT (Sekolah Dasar Islam terpadu) adalah lembaga pendidikan atau sekolah

yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-

Sunnah dengan menginternalisasikan nilai-nilai keislaman dalam setiap aktivitas

pendidikan di sekolah.

Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka ini dimaksudkan sebagai satu kebutuhan ilmiah yang berguna untuk

memberikan kejelasan dan batasan pemahaman informasi yang digunakan diteliti

melalui khasanah pustaka dan sebatas jangkauan yang didapatkan untuk memperoleh

Page 14: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

14

data-data dalam suatu penelitian. Berikut beberapa penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya yang sejenis dengan penelitian ini, antara lain :

Dalam tesis Riza Pahlefi (2009) yang berjudul “Implementasi Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Studi Kasus

Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sandika Banyuasin”. Masalah yang menjadi

bahan penelitian tesis tersebut adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru PAI

dalam melaksanakan KTSP PAI yang meliputi persiapan perangkat pembelajaran dan

pelaksanaan proses belajar-mengajar di dalam kelas, faktor pendukung dan penghambat,

serta usaha-usaha yang dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan proses belajar

mengajar PAI berdasarkan KTSP di sekolah. Kesimpulan yang didapat dari penelitian

tersebut bahwa dilihat dari persiapan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas sudah baik

dilihat dari beberapa indikator baik, walaupun masih terdapat kendala dalam

pelaksanaannya. Sedangkan, dukungan kepala sekolah, disiplin mengajar dan bangunan

sekolah sudah representatif. Faktor penghambatnya antara lain adalah terbatasnya

jumlah alokasi waktu PAI, jumlah peserta didik per rombongan belajar terlalu banyak

dan sebagainya. Dan usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah masih secara bertahap

dalam pengadaannya, misalnya sarana prasarana, serta meningkatkan peng etahuan guru

melalui pelatihan, seminar dan sebagainya.

Dalam tesis yang berjudul “Implementasi KTSP Pada Pembelajaran PAI (Studi

Kasus pada SMP Negeri 3 Karang Raja Muara Enim)”, Amaliyah Layyinah (2010),

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kurikulum PAI di

sekolah tersebut dan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kurikulum

tersebut. Dari hasil temuan yang didapat dari penelitian ini, bahwa masih terdapat

beberapa kekurangan dalam implementasi kurikulum, baik itu dalam perencanaan

maupun pelaksanaannya, walaupun beberapa faktor pendukung sudah cukup memadai.

Page 15: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

15

Maryance (2008), berjudul “Problematika Penerapan Kurikulum Tingkat

Satuan pendidikan Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SMA Negeri di Kota

Palembang”, berdasarkan permasalahan yang didapat dari penelitian awal peneliti,

bahwa sebagian besar guru di SMA Negeri di kota Palembang masih mengalami

kesulitan dalam menerapkan KTSP, kadar wawasan dan pemahaman guru maupun

sekolah masih kurang. Maka dari itu, menelaah tingkat pemahaman guru PAI tentang

KTSP memperoleh gambaran problematika penerapan kurikulum PAI. Hasil yang

didapat dari penelitian ini adalah tingkat pemahaman masih rendah yang didapat dari

hasil tes tentang KTSP dan pelaksanaannya.

Dari beberapa penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dengan pembahasan

yang peneliti angkat yaitu membahas tentang implementasi kurikulum yang mencakup

perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran PAI yang diterapkan pada sekolah sebagai

objek penelitian, yaitu di sekolah negeri dan swasta yang bukan berbasis agama.

Namun, yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah fokus

penelitian yang diangkat tentang analisis implementasi kurikulum PAI di tingkat

Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), yang menggunakan label Sekolah Islam Terpadu

(SIT) serta kelebihan dan kelemahaan kurikulum PAI yang diterapkan di SDIT Auladi

Palembang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya kurikulum

sebagai program awal yang akan menentukan arah pelaksanaan pembelajaran dalam

usaha pencapaian tujuan yang ingin dicapai.

Kerangka Teori

Dalam Kunandar (2007 : 212-213), implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan

pokok, yaitu : pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi

pembelajaran. Demikian juga dalam Joko Susilo (2008 : 176-177), bahwa secara garis

besarnya implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu :

Page 16: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

16

1. Pengembangan Program. Pengembangan kurikulum yang mencakuppengembangan program tahunan, program semester, program modul (pokokbahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial,serta program bimbingan dan konseling.

2. Pelaksanaan Pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya adalah prosesinteraksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadiperubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyaksekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang daridalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.

3. Evaluasi Hasil Belajar. Evaluasi hasil belajar dalam implementasikurikulum dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar,penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, danpenilaian program.

Implementasi kurikulum (kurikulum aktual) merupakan bentuk aktualisasi dari

kurikulum yang telah direncanakan (kurikulum ideal). Bentuk implementasi kurikulum

adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru bersama siswa untuk mencapai

tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Keberhasilan kurikulum secara aktual akan

ditentukan oleh implementasi kurikulum dilapangan (Rusman, 2009 : 18). Proses

pembelajaran di kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum

yang telah disusun sebelumnya. Dan yang paling bertanggungjawab atas implementasi

kurikulum adalah guru atau pendidik karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan

siswa di kelas. Guru harus memiliki standar kemampuan atau kompetensi profesional

untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas.

Menurut Oemar Hamalik (2006 : 134), ada empat unsur yang saling berkaitan

dengan proses pelaksanaan kurikulum, yaitu :

1. Keputusan yang harus dibuat mengenai tujuan (umum dan khusus) yanghendak dicapai oleh institusi pendidikan.

2. Keputusan tentang isi/materi pelajaran yang sesuai yang diyakini untukmencapai tujuan.

3. Setelah isi pelajaran ditentukan, selanjutnya dipilih metode-metodemengajar yang berguna untuk mengorganisasikan dan menyampaikan isi(content) tersebut.

4. Tahap atau unsur selanjutnya adalah evaluasi yang menggunakan berbagaimacam teknik assesmen pendidikan, yang diperlukan dengan maksudmengetahui apakah tujuan-tujuan telah tercapai, yang pada gilirannyamenjadi bahan itu membuat keputusan selanjutnya tentang tujuan,isi/materi, dan metode pembelajaran.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

17

Berdasarkan uraian di atas, empat point yang menjadi komponen kurikulum di

atas membentuk satu kesatuan bulat yang fungsional dan saling berhubungan dalam

pelaksanaan kurikulum (pembelajaran). Keterhubungan tersebut dapat digambarkan

bahwa komponen tujuan yang dintaranya memuat kemampuan yang ingin dicapai, harus

ditunjang oleh kesesuaian materi (bahan pelajaran) dan di tunjang oleh penggunaan

metode pembelajaran yang tepat, yang kemudian dievaluasi agar dapat mengukur

keberhasilan tujuan tersebut. Hasil evaluasi juga di gunakan untuk memperbaiki atau

menyempurnakan komponen-komponen kurikulum sebelumnya. Pada intinya,

kurikulum membantu dan mempermudah pendidik dalam proses pembelajaran yang

lebih terencana dan sistematis.

Pencapaian tujuan pendidikan nasional memerlukan proses pendidikan dalam

berbagai bentuk yang kompleks dan berkelanjutan, di dalam sekolah maupun di luar

sekolah (Oemar Hamalik, 2003 : 26). Pentingnya proses sebagai upaya atau usaha

menuju suatu hasil, tentunya sebuah proses akan menentukan hasil yang akan didapat.

Banyak hal yang terlalu berfokus pada hasil, tanpa mengupayakan proses yang optimal,

padahal proses menentukan hasil. Demikian juga dalam proses pembelajaran yang

mencakup banyak hal yang menjadi bagian dari sebuah proses, yang kemudian akan

menentukan hasil dari pembelajaran itu sendiri.

Lembaga Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Auladi Palembang adalah

sekolah swasta yang dikelola atau diselenggarakan oleh Yayasan Insan Cendikia yang

bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional dan Jaringan Sekolah Islam

Terpadu (JSIT) Indonesia. SDIT Auladi Palembang merupakan bagian dari sistem

pendidikan nasional. Maka dari itu, prinsip operasional SIT juga mengacu pada prinsip-

prinsip pembelajaran dalam pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,

Page 18: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

18

mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun

oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus

mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP

19/2005 tersebut. Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk

mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Berikut yang

termasuk dalam Standar Isi adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap

semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan

dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006. Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan

merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan

keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

nasional Pendidkan pasal 20, menjelaskan bahwa “perencanaan proses pembelajaran

meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat sekurang-

kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan

penilaian hasil belajar. Dalam Mulyasa (2008 : 176-184), menguraikan secara garis

besarnya KTSP memiliki enam komponen penting, sebagai berikut :

1. Visi dan misi satuan pendidikan, dapat dikembangkan oleh lembaga dengan

memperhatikan potensi dan kelemahan satuan pendidikan tersebut.

2. Tujuan pendidikan satuan pendidikan, yang termasuk sasaran dan target

harus dirumuskan secara tertulis dengan, (a) jelas, (b) mudah dipahami oleh

semua pihak yang terlibat dalam satuan pendidikan, sehingga mereka tahu

untuk apa mereka bekerja keras, (c) setiap pihak yang terlibat di satuan

pendidikan memahami apa kaitan yang dilakukan dengan pencapaian tujuan

Page 19: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

19

yang telah ditentukan, serta (d) kemajuan satian pendidikan harus dapat

dirasakan oleh semua pihak yang terlibat.

3. Menyusun kalender pendidikan, dalam penyusunan kelender pendidikan

pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk

pembentukkan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikannya dengan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta

didik setelah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.

Penyusunan kalender pendidikan salama satu tahun pelajaran mengacu pada

efisiensi, efektivitas, dan hak-hak peserta didik.

4. Struktur Muatan KTSP, struktur KTSP memuat yaitu (a) mata pelajaran, (b)

muatan lokal, (c) kegiatan pengembangan diri, (d) pengaturan beban belajar,

(e) kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, (f) pendidikan kecakapan

hidup, dan (g) pendidikan berbasis keunggulan lokaldan global.

5. Silabus, silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok

mata pelajaran dengan tema tertentu, mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,

dan sumber belajar yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.

6. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen

pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

Sedangkan pengembangan KTSP mencakup pengembangan Program Tahunan,

Program Semester, Program Modul (pokok bahasan), Program Mingguan dan Harian,

Program Pengayaan dan Remedial, serta Program Bimbingan dan Konseling.

Setelah perencanaan pembelajaran disusun, maka langkah selanjutnya yaitu

pengimplementasiannya dengan melaksanakan program tersebut ke dalam proses

pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan apa yang di rancang program. Adapun

Page 20: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

20

langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran secara umum yang berbasis KTSP,

mencakup tiga langkah sebagai berikut : Pertama; Pre Test (tes awal), pada umumnya

pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre-test. Kedua; Pembentukkan

Kompetensi yang merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni

bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan

belajar direalisasikan. Ketiga; Post Test, yang pada umumnya pelaksanaan

pembelajaran diakhiri dengan post-test (Mulyasa, 2008 : 255). Dalam Rusman (2009 :

372), mengatakan bahwa garis besar kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal atau

pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Maka dari itu, guru sebagai pelaksana

kurikulum di sekolah harus memiliki keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran, di

antaranya yaitu : keterampilan membuka pembelajaran, memberikan stimulus yang

bervariasi, keterampilan bertanya, keterampilan membuat ilustrasi atau contoh,

menggunakan isyarat, kemampuan berkomunikasi, penguatan dan balikan, serta

keterampilan menutup pembelajaran.

Evaluasi atau penilaian ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang

telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan

(Nana Syaodih Sukmadinata, 2011 : 110). Peranan guru juga sangat penting dalam

menentukan dan menetapkan jenis penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang ingin

dicapai oleh peserta didik, dalam rangka menilai keberhasilan dan kegagalan peserta

didik, dalam proses evaluasi atau penilaian pembelajaran. Dalam Nazarudin (2007 :

182), untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat

keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan adanya

penilaian-penilaian, sesuai dengan bentuk dan jenis penilaian yang dapat digunakan

sesuai dengan kompetensi yang diharapkan ada pada peserta didik. Uraian kerangka

teori tersebut, menjadi dasar penelitian yang akan dilakukan mengenai implementasi

kurikulum PAI yang diterapkan di SDIT Auladi Palembang.

Page 21: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

21

Metodologi Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang

dilakukan secara langsung di lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan.

Lapangan atau tempat penelitian yang dimaksud adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu

(SDIT) Auladi Palembang. Jenis penelitian lapangan disebut juga dengan penelitian

kualitatif, dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif.

Menurut Denzin dan Lincoln (1987), penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan

dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam Bogdan dan

Taylor (1975), penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati (Lexy J. Moleong, 2010 : 4-5). Sedangkan pendekatan analisis deskriptif yaitu

menggambarkan segala hal yang berkaitan dengan permasalahan, yang selanjutnya dari

data-data yang terkumpul diproses dan disusun dengan memberikan penjelasan atas

data, kemudian di analisis. (Nawawi, dalam Lexy J. Moleong, 2010 : 63).

Sumber Data Primer (Pokok)

Menurut Lofland (1984 : 47), sumber data utama (primer) dalam penelitian kualitatif

yaitu kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau

diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui

catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film

(Lexy J. Moleong, 2010 : 157). Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan

pengamatan (observasi) tentang kondisi subjek maupun objek penelitian, yaitu

mendapatkan informasi langsung tentang implementasi kurikulum PAI SDIT Auladi

Palembang, yang meliputi : perencanaan pembelajaran, pelaksanaan atau proses

Page 22: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

22

pembelajaran, dan evaluasi atau penilaian pembelajaran, melalui wawancara langsung

dengan guru PAI SDIT Auladi Palembang dan informan lainnya, serta pengamatan atau

observasi terhadap proses pembelajaran PAI di kelas.

Sumber Data Sekunder (Pendukung)

Data sekunder adalah sumber data tambahan yang menurut peneliti menjadi penunjang

data pokok (Pupuh Fathurahman, 2011 : 152). Sumber data sekunder pada penelitian ini

mencakup berbagai dokumen dan arsip yang berkaitan dengan penelitian, antara lain :

1. Dokumen pembelajaran PAI, yang meliputi : Kalender Akademik, Prota,

Prosem, Silabus, RPP, Jadwal Pelajaran, Dokumen 1 (satu) Kurikulum, dan

dokumen-dokumen lain yang terkait dengan penelitian.

2. Sumber tertulis lain yang relevan dengan penelitian, meliputi : buku-buku,

tesis, jurnal, makalah, internet, berita, foto, dan lain-lain.

Subjek atau Responden (Informan) penelitian

Subjek atau responden penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang

berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 3 orang guru PAI kelas I, 3 orang guru PAI kelas

II, 2 orang guru PAI kelas III, 1 orang guru PAI kelas IV, dan 1 orang guru PAI kelas V

dan VI. Subjek penelitian lainnya, yaitu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang

Kurikulum, Koordinator Bidang Kurikulum PAI, dan para staf sekolah di SDIT Auladi

Palembang. Objek atau variabel penelitian adalah implementasi kurikulum PAI yang

meliputi : perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian di SDIT Auladi Palembang.

Menurut Patton (dalam Poerwandari : 2007), desain kualitatif memiliki sifat

yang luwes, oleh sebab itu tidak ada aturan yang pasti dalam jumlah sampel (responden)

yang harus diambil untuk penelitian kualitatif. Jumlah sampel sangat tergantung pada

apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya

yang tersedia. Senada dengan pernyataan di atas, menurut Burhan Bungin (2003 : 53)

Page 23: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

23

penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah sampel, jumlah sampel (informan)

bisa sedikit dan bisa juga banyak, tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan

kunci dan kompleksitas serta keragaman fenomena sosial yang diteliti. Berikut adalah

tabel responden yang menjadi subjek penelitian :

TABEL 1Responden (Guru PAI) SDIT Auladi Palembang

Kelas Nama KelasJumlah guru sebagai RespondenGuru PAI Guru Pendamping

I AI BI C

Abu Bakar ash-Shiddiq Umar bin Khattab Sa’id bin Zaid

1 orang1 orang1 orang

1 orang

II AII BII C

Usman bin Affan Ali bin Abi Thalib -

1 orang1 orang 1 orang

1 orang

III AIII B

Sa’ad bin Abi Waqqash Abdurrahman bin Auf

1 orang1 orang

1 orang

IV AIV B

Zubair bin Awwam Zaid Bin Haritsah

1 orang -

V AV B

Tholhah bin Ubaidillah Abu Ubaidillah bin Jarrah

1 orang -VI AVI B

Hamzah Bin Abdul MuthalibMush’ab bin Umair

Jumlah 10 orang 3 orangSumber :

Staf Administrasi SDIT, Data Kelas dan Guru SDIT Auladi PalembangTahun Ajaran 2012-2013

Karakteristik Responden Penelitian

Informan adalah orang-dalam pada latar penelitian, orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Lexy J. Moleong,

2010 : 132). Dalam penelitian kualitatif, prosedur sampling yang terpenting adalah

bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang

sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sampel (dalam hal ini

informan kunci atau situasi sosial) lebih tepat dilakukan dengan sengaja (purposive

sampling). Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi

sampel bertujuan (purposive sampling).

Page 24: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

24

Selanjutnya, bila dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan

variasi informasi, maka peneliti tidak perlu mencari informan baru dan proses

pengumpulan informasi dianggap sudah selesai (Burhan Bungin, 2003 : 53). Menurut

Patton (1990), teknik pemilihan partisipan dalam penelitian kualitatif dapat

menggunakan teknik purposeful sampling yaitu sampel dipilih bergantung pada tujuan

penelitian tanpa memperhatikan kemampuan generalisasinya (Afifuddin dan Beni AS,

2012 : 88-89). Maka dari itu, pemilihan responden atau informan menentukan informasi

yang akan didapat, jadi informan haruslah orang yang mempunyai banyak pengetahuan

dan pengalaman dalam latar penelitian yang dibahas.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi atau tempat penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Auladi

yang beralamat di jalan K.H. Azhari No. 1A, kelurahan Tangga Takat, kecamatan

seberang ulu II (SU-II) Plaju Palembang Sumatera-Selatan Indonesia, dengan telepon :

+62 0711-510978, 0711-514410, atau 0711-510385. Sekolah Islam Terpadu (SIT)

Auladi Palembang berada dalam naungan Yayasan Insan Cendikia Palembang, yang

beralamat di komplek yang sama. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 (satu) semester,

yang dimulai dari bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2012.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Wawancara (Interview)

Teknik wawancara (interview) merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti

dan responden (Gulo, 2004: 119). Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah

wawancara terbuka yaitu wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya (Emzir, 2011 : 51). Adapun

wawancara yang peneliti lakukan dengan menggunakan pedoman wawancara atau

dengan tanya jawab secara langsung.

Page 25: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

25

Teknik wawancara (interview), dimana wawancara merupakan bentuk

komunikasi langsung antara peneliti dan responden (Gulo, 2004: 119). Teknik

wawancara (interview) ini digunakan untuk memperoleh data langsung tentang

penerapan implementasi kurikulum PAI di SDIT Auladi Palembang.

Teknik Observasi (pengamatan)

Teknik Observasi (pengamatan) adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti atau

kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama

penelitian (Gulo, 2004 : 116). Sedangkan menurut Nawawi dan Martini (dalam

Afifuddin dan Beni AS, 2012 : 134), observasi adalah pengamatan dan pencatatan

secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-

gejala dalam objek penelitian.

Jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi partisipatif pasif yaitu

peneliti datang ke lokasi penelitian, melihat, memperhatikan, mewawancara, tetapi tidak

melibatkan diri (Afifuddin dan Beni AS, 2012 : 138). Begitu juga dalam Emzir (2011 :

40), observasi non-partisipan adalah observasi yang menjadikan peneliti sebagai

penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian.

Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman

observasi agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian.

Sebagaimana yang dikemukan Spradley, bahwa objek penelitian kualitatif yang

diobservasi dinamakan situasi sosial, yang terdiri dari 3 (tiga) komponen di antaranya :

1. Tempat (place), tempat dimana interaksi dalam situasi sosial berlangsung,2. Pelaku (actor), orang-orang yang sedang memainkan peran,3. Aktivitas (activities), kegiatan yang dilakukan oleh pelaku dalam situasi

sosial yang sedang berlangsung (Sugiyono, 2011 : 313).

Dengan menggunakan teknik observasi, peneliti langsung mengamati berbagai

bentuk pengalaman terhadap perilaku subjek maupun proses objek penelitian untuk

mengetahui kondisi awal dan terlibat langsung dalam pelaksanaan kurikulum atau

Page 26: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

26

operasionalisasi pembelajaran di kelas. Sehingga dengan teknik observasi atau

pengamatan, peneliti akan mendapatkan data dan informasi sebanyak-banyaknya dan

bersifat objektif tentang implementasi kurikulum PAI SDIT Auladi Palembang.

Teknik Dokumentasi

Menurut Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong (2010 : 216), dokumentasi adalah

setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

seorang peneliti. Menurut Imam Suprayogo (dalam Mahmud, 2011 : 184) dokumentasi

merupakan bahan tertulis atau benda mati yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau

aktivitas tertentu. Dokumentasi bisa berupa rekaman atau dokumen tertulis, seperti arsip

database, surat-menyurat, rekaman gambar, dan benda-benda peninggalan yang

berkaitan dengan suatu peristiwa. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan

membantu peneliti dalam memahami aktivitas yang terjadi di lokasi penelitian dan

pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara.

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data, berupa bukti tertulis

seperti dokumen atau arsip yang menggambarkan kurikulum PAI dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Terutama yang berhubungan dengan peran

pendidik dalam mengembangkan perangkat pembelajaran di SDIT Auladi Palembang,

yang meliputi : program pembelajaran, silabus, dan RPP.

Teknik Analisis Data

Dalam usaha mencapai tujuan penelitian, data yang sudah terkumpul perlu dianalisis

lebih lanjut dengan menggunakan teknik analisis data. Dalam penelitian kualitatif,

proses analisis data dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data.

Menurut Bogdan dan Biklen (1982), analisis data kualitatif adalah upaya yang

dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya

menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

Page 27: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

27

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Lexy J. Moleong, 2010 : 248).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah

dikumpulkan dari berbagai teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan

studi dokumentasi, yang dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi dan resmi,

foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya

adalah mengadakan analisis kualitatif. Teknik analisis data yang peneliti gunakan

adalah menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen,

aktivitas dalam analisis data kualitatif tersebut meliputi 3 (tiga) tahap, yaitu :

Pertama, tahap reduksi data. Mereduksi data suatu bentuk analisis yang

mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang dan menyusun data dalam suatu cara

dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan (Miles dan Hubermen,

dalam Emzir, 2011 : 130). Data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang

lebih jelas tentang penelitian yang dilakukan, diperlukan, dan akan digunakan untuk

analisis selanjutnya, dan memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian serta untuk

menarik kesimpulan sementara.

Kedua, tahap penyajian data. Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya

adalah penyajian atau penampilan (display) data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan dalam penyajian data dalam

peneltian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penelitian kualitatif

biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks

tertentu. Konteks tersebut dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang

bersangkutan maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial dimana seseorang

berfungsi (sekolah, departemen, keluarga dan sebagainya).

Page 28: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

28

Ketiga, tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Kesimpulan hasil

penelitian yang diambil dari hasil reduksi dan penyajian data adalah merupakan

kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti

kuat lain saat proses verifikasi data di lapangan. Jadi, proses verifikasi data dilakukan

dengan cara peneliti terjun kembali untuk mengumpulkan data yang dimungkinkan akan

memperoleh bukti lain yang dapat merubah kesimpulan sementara yang diambil. Jika

data yang diperoleh memiliki keajegan (sama dengan data yang diperoleh) maka dapat

diambil kesimpulan yang baku dan selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian.

Setelah semua tahap selesai dilakukan, peneliti menganalisis dengan cara

menguraikan atau menjelaskan secara keseluruhan permasalahan. Tahap berikutnya,

dilakukan penulisan, pengeditan, pengklasifikasian, dan penyajian data terhadap

informasi yang diperoleh agar data yang disajikan dapat mudah dipahami dan akurat.

Validasi Data

Keabsahan data merupakan usaha meningkatkan derajat kepercayaan data dalam suatu

penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa

setiap keadaan harus memenuhi, yaitu : pertama mendemonstrasikan nilai yang benar,

kedua menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan ketiga memperbolehkan

keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan

dari temuan dan keputusan-keputusannya. (Lexy J. Moleong, 2010 : 320-321).

Teknik keabsahan data atau validitas data yang digunakan peneliti adalah

triangulasi. Menurut Afifuddin dan Beni AS (2012 : 187), bahwa teknik triangulasi

pengumpul data yaitu peneliti mengomparasikan hasil data yang diperoleh dari

observasi dengan wawancara. Sedangkan jenis teknik triangulasi yang digunakan

peneliti adalah dengan teknik triangulasi dari berbagai sumber, yaitu mengomparasikan

hasil temuan data dari informan yang satu dengan lainnya di tempat dan waktu yang

Page 29: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

29

berbeda. Triangulasi dengan sumber juga berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987 : 331). Hal itu dapat tercapai dengan

berbagai cara, di antaranya sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil observasi. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa

yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikanmenengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, dan sebagainya.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yangberkaitan.

Peneliti menggunakan teknik triangulasi, dengan tujuan agar bisa mengetahui

jika ada alasan-alasan terjadinya suatu perbedaan dalam hasil validitas data penelitian

tersebut. Menurut peneliti jenis teknik triangulasi yang digunakan relevan dan hasilnya

akan efektif terhadap penelitian yang dilakukan.

Sistematika Penulisan

Bab 1, Pendahuluan yang menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,

Definisi Istilah dan Konsep, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian

dan Sistematika Penulisan.

Bab 2, Landasan Teori yang membahas tentang Pengertian Kurikulum, Tujuan

Kurikulum, Komponen Kurikulum, Tinjauan Manajemen dalam Implementasi

Kurikulum, Perencanaan Pembelajaran, Implementasi Pembelajaran, Evaluasi/Penilaian

Pembelajaran, Pengertian Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam,

Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Pengertian Sekolah Islam Terpadu, Konsep SIT.

Bab 3, Gambaran Umum tentang Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Auladi

Palembang, membahas tentang Profil Sekolah : Sejarah Berdiri dan Letak Geografis,

Page 30: BAB 1 PENDAHULUANrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/BAB 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa komponen kurikulum lainnya. Salah

30

Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah, Keadaan Sarana Prasarana, Struktur Yayasan dan

Sekolah, Keadaan Guru, Keadaan Siswa, Struktur dan Muatan Kurikulum SDIT.

Bab 4, menyajikan analisis hasil penelitian tentang Implementasi Kurikulum

PAI yang diterapkan di SDIT Auladi Palembang, yang meliputi : Perencanaan

Pembelajaran, Proses Pembelajaran, dan Evaluasi hasil belajar peserta didik pada mata

pelajaran PAI di SDIT Auladi Palembang, serta kelebihan dan kelemahan kurikulum

PAI di SDIT Auladi Palembang.

Bab 5, merupakan bab terakhir yang berisi Simpulan dan Saran penulis tentang

hasil penelitian.