bab 1 pendahuluanrepository.radenfatah.ac.id/5662/2/bab 1 (11).pdf · mengembangkan kurikulum,...
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam
penyelenggaraan pendidikan. Hal ini berdampak pada sistem penyelengaraan
pendidikan dari sentralistik menuju desentralistik. Desentralisasi penyelengaraan
pendidikan ini terwujud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Salah satu subtansi yang didesentralisasikan adalah kurikulum (Rusman, 2011
: 17). Perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen kurikulum, bahwa
pendidikan harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada di
masyarakat, baik pada lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah, masyarakat, atau
swasta (Yoyon Bahtiar Irianto, 2011: 13). Kebijakan inilah yang kemudian berpengaruh
pada kegiatan implementasi sekolah, yang memberi peluang bagi daerah atau institusi
pendidikan untuk menetapkan sendiri suatu kebijakan pendidikan. Tingkat satuan
pendidikan (sekolah, guru, dan komite sekolah) diberikan kewenangan untuk
mengembangkan kurikulum, seperti membuat indikator, silabus, RPP, dan beberapa
komponen kurikulum lainnya.
Salah satu faktor yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan pendidikan
adalah kurikulum. Masalah yang muncul dari kurikulum tersebut diantaranya adalah
tidak sesuainya perencanaan yang telah dirancang dengan pelaksanaan yang dilakukan
dan perencanaan serta pelaksanaannya yang tidak berpedoman pada prinsip-prinsip
yang berlaku. Dari beberapa kritikan dan kelemahan terhadap PAI, yang disimpulkan
oleh Muhaimin bahwa pelaksanaan pendidikan agama lebih banyak bermuara pada
aspek metodologi pembelajaran PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif,
1
2
teoretis, dan kognitif, termasuk di dalamnya aspek gurunya yang kurang mampu
mengaitkan dan berinteraksi dengan mata pelajaran dan guru non-pendidikan agama.
Aspek lain yang banyak disoroti adalah menyangkut aspek muatan kurikulum atau
materi pendidikan agama, sarana pendidikan agama, termasuk di dalamnya buku-buku
dan bahan-bahan ajar pendidikan agama (Muhaimin, 2012 : 26). Berdasarkan survei
lapangan (2002), salah satu masalah yang terjadi bahwa pelaksanaan kurikulum di
lapangan sering tidak terlaksana optimal karena sarana prasarana penunjang sangat
minim, dan juga kualitas SDM kurang kreatif dan inovatif, serta strategi pembelajaran
pada umumnya mengacu pada penguasaan informasi dan pengetahuan yang tidak
relevan dengan tercapainya tujuan yang telah direncanakan, dan sebagainya. (Oemar
Hamalik, 2006 : 7)
Penelitian ini berangkat dari keingintahuan bagaimana pengelolaan dan aktivitas
pembelajaran di Sekolah Islam terpadu, maka penelitian ini akan melihat dan mengkaji
kurikulum khususnya kurikulum PAI di SDIT Auladi Palembang. Secara operasional,
pendidikan akan dapat terlaksana dengan baik jika didukung oleh sub-sub sistem atau
komponen-komponen yang saling berhubungan. Menurut Muhaimin dan Abdul Mujib
(2003), Pendidikan sebagai sebuah sistem, terdiri dari beberapa komponen yaitu tujuan,
pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, dan evaluasi (Mahmud, 2011 : 54). Salah
satu komponen pendidikan adalah kurikulum yang merupakan alat untuk mencapai
tujuan pendidikan dan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Kurikulum
merupakan suatu sistem program pembelajaran yang di dalamnya terdapat beberapa
komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, yang berarti bahwa kurikulum
adalah sebuah sistem yang mempunyai sub-sub sistem atau komponen-komponen
kurikulum, yaitu : tujuan, isi/materi, metode, media, evaluasi, dan proses pembelajaran.
Pada intinya, kurikulum pendidikan merupakan salah satu komponen dalam
penyelenggaraan pendidikan, yang merupakan bagian terpenting dalam proses
3
pendidikan yang akan mengantarkan pada tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik atau guru dapat memilih dan menentukan
tujuan pembelajaran, metode, media dan evaluasi pembelajaran yang sesuai dan tepat.
Kurikulum secara fungsional merupakan sarana yang penting dalam menjamin
keberhasilan suatu proses pendidikan, yang artinya, tanpa kurikulum yang baik dan
tepat, maka akan sulit mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang dicita-citakan
(Abdullah Idi, 1999 : 3).
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) berbeda dengan Sekolah Dasar Negeri
(SDN) atau Sekolah Dasar Swasta (SDS) pada umumnya baik dari pelayanan maupun
fasilitasnya. Perbedaan tersebut salah satunya adalah sesuai dengan amanat Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005, bahwa Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan pada Jenjang Pendidikan Dasar mengacu pada standar isi dan standar
kompetensi lulusan yang berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP). Maka, secara Nasional alokasi waktu satu jam pelajaran (JP)
berlangsung selama 35 menit, Jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu kelas I
– III adalah 29 – 32 jam pembelajaran dan kelas IV – VI adalah 34 jam pembelajaran.
Pada Sekolah Dasar Islam Terpadu Auladi Palembang, alokasi waktu
pembelajarannya telah disesuaikan dengan standar isi dari Kemendiknas dan Standar
Kurikulum Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), yang merupakan Gerakan Dakwah
Berbasis Pendidikan. Maka, dalam satu jam pelajaran (JP) memang hanya berlangsung
selama 30 menit, namun jumlah jam pembelajaran tatap muka per minggu lebih banyak
untuk kelas I – II adalah 43 - 45 jam pembelajaran, kelas III adalah 46 jam
pembelajaran, kelas IV adalah 50 jam pembelajaran dan untuk kelas V – VI adalah 51
jam pembelajaran. Secara nasional alokasi waktu pembelajaran pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah 2 jam per minggu (kurikulum baru 3
jam/minggu). Jadi, dalam seminggu pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung
4
selama 105 menit. Jika dilihat dari besaran atau bobot mata pelajaran yang hanya
diberikan tiga jam pelajaran per minggu, maka struktur kurikulum yang menunjang
secara langsung dalam pencapaian tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan sangatlah
kecil atau dengan kata lain tidak bisa dituntaskan secara optimal.
Oleh karena itu, munculkan kebijakan dalam upaya peningkatan mutu lembaga
pendidikan Islam, salah satunya dengan menambah jam belajar di sekolah. Konsep
inilah yang ditawarkan oleh Sekolah Islam Terpadu (SIT), dimana sudah seharusnya
sekolah Islam memainkan peranan penting dalam memajukan mutu pendidikan, baik
untuk lembaga Islam itu sendiri maupun konteks pendidikan nasional.
Berdasarkan observasi awal dari hasil wawancara dengan koordinator bidang
kurikulum PAI, bahwa di SDIT Auladi Palembang pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) diajarkan lebih lama yaitu 5 jam pelajaran per minggu. Jadi, dalam
seminggu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung selama 150 menit.
Muatan kurikulum PAI di SDIT Auladi, meliputi : kurikulum PAI Nasional dari Diknas
(2JP) dan kurikulum SIT (3JP), yang meliputi pelajaran Sirah (1JP), Praktek Ibadah
(1JP), dan Hadits (1JP). Ditunjang juga dengan pelajaran pokok lainnya yang masih
serangkaian dengan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, misalnya kurikulum Al-
Qur’an (TTQ : Tahsin, Tahfidz Qur’an) dan Bahasa Arab. Serta penciptaan suasana
sekolah yang kental bernuansa keislaman, baik yang terikat dalam kurikulum maupun
situasi umum keagamaan di sekolah.
Di SDIT Auladi ini juga materi yang diajarkan lebih lengkap, misalnya pada
pelajaran Siroh Nabi Muhammad dibahas lengkap mulai dari silsilah, kelahiran, ketika
diangkat menjadi Rasul hingga beliau wafat, sahabat-sahabat Rasulullah, perjuangan
umat Islam zaman Rasulullah dan sebagainya. Penekanan terhadap Praktek Ibadah juga
lebih diutamakan, jika di kurikulum Nasional ada materi wudhu, thaharah, dan sholat
yang diajarkan, namun di kurikulum PAI SDIT Auladi ini selain materi tersebut juga
5
dibahas adab bersuci, tayamum, tata cara sholat berjamaah, dzikir sesudah sholat dan
sebagainya. Di kelas IV juga sudah diajarkan adab pergaulan dengan lawan jenis dan
pada pelajaran Hadits target minimal memiliki hafalan 20 sampai 40 hadits, sesuai
dengan fokus capaian belajar pada masing-masing kelas. (Wawancara : Ummul
Aimana, Rabu, 07 Maret 2012)
Dalam setiap aktivitas pendidikan atau proses pembelajaran di SDIT Auladi
Palembang dilaksanakan dengan menginternalisasikan nilai-nilai keislaman, misalnya
dengan dalil-dalil Al-Qur’an, Hadits, Siroh Nabi, dan kisah-kisah Islami lainnya serta
penggunaan istilah : nama orang, tempat, contoh atau ilustrasi dalam pembelajaran yang
bernuansa Islami. Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 07 Maret 2012, dengan
koordinator kurikulum bidang PAI, Ummul Aimana mengatakan bahwa kurikulum
sekolah Islam Terpadu berlandaskan kepada kurikulum Nasional yang diperkaya
dengan pendekatan dan isi yang sesuai dengan pijakan filosofis, visi dan tujuan
pendidikan Islam. Pada pelaksanaannya, kedua kurikulum tersebut dipadukan. Di dalam
kurikulum SIT diberikan tambahan muatan pada mata pelajaran agama Islam, pelajaran
membaca dan menghafal Al-Qur’an serta mempertajam kurikulum kepanduan dalam
kerangka pembentukan karakter peserta didik. (Tim JSIT Indonesia, 2006 : 63)
Aktivitas pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai peranan utama. Dalam kegiatan tersebut, terdapat
aktivitas guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik dalam situasi edukatif untuk
pencapaian tujuan tertentu (Baharuddin, 2009: 199). Dalam proses pembelajaran, guru
sangat berperan penting dalam mengefektifkan situasi belajar dengan pengetahuan
kemampuannya melalui kompetensi profesionalitas pendidik. Sehubungan dengan hal
tersebut, kebijakan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan yang salah satunya
adalah perubahan kurikulum tidak akan terlalu berarti bagi peningkatan mutu
pendidikan, jika perubahan kurikulum tersebut tidak didukung oleh Sumber Daya
6
Manusia (SDM = guru) yang profesional. Karena guru profesional lebih terkait dengan
kebijakan kurikulum, dimana kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan guru
dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran (kurikulum).
Di SDIT Auladi Palembang ini, dari kelas I sampai kelas III mempunyai 1 orang
guru PAI, namun untuk kelas rendah guru bidang studi atau wali kelas akan didampingi
guru pendamping yang berjumlah 1 orang pada masing-masing kelas rendah, yaitu :
dengan jumlah 8 (delapan) kelas dengan masing-masing 2 orang guru. Di kelas IV
mempunyai 1 guru bidang studi PAI, sedangkan di kelas V dan VI mempunyai 1 guru
bidang studi PAI. Jadi, dari kelas I sampai kelas VI di SDIT Auladi Palembang, jumlah
guru PAI ada 10 orang. Selain itu juga ada kurikulum Al-Qur’an atau TTQ yang
merupakan pelajaran pokok tersendiri diluar PAI, namun masih serangkaian dengan
kurikulum PAI, yang alokasi waktunya 10jam/minggu. Dengan target agar alumni SDIT
Auladi dapat menghafal Al-Qur’an 1 sampai 2jus. Tidak hanya menghafal, tapi juga
membaca dengan tartil dan tajwid, kemudian melanjutkannya dengan kemampuan
menghafal sesuai dengan kemampuan siswa (Tahfizul Qur’an). Adapun jumlah guru
yang membimbing kurikulum Al-Qur’an sebanyak 8 (delapan) orang.
Perubahan besar dalam pola kehidupan anak terjadi ketika anak mulai masuk ke
kelas satu sekolah dasar, mereka dihadapkan pada penyesuaian diri dengan tuntutan dan
harapan baru di kelas satu, dimana kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak
seimbang (Nazarudin, 2007 : 45). Sudah seharusnya semua orang yang terkait dalam
pendidikan dapat membuat belajar itu menjadi pengalaman yang menyenangkan,
dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan peserta didik, pada dasarnya
anak-anak sejak kecil senang belajar (keingin-tauan), senang bergerak dan sebagainya.
Penciptaan suasana yang menyenangkan sangat penting dalam belajar agar siswa tidak
merasa tegang dan bosan ketika belajar khususnya materi Pendidikan Agama Islam.
Pelajaran yang diberikan oleh guru hendaknya memberi kesan menarik, apalagi
7
pembelajaran pendidikan agama Islam yang bersifat normatif sudah seharusnya
dikondisikan sedemikian rupa.
Implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan
program (perencanaan), pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
(Kunandar, 2007 : 213). Tiga kemampuan yang mutlak harus dimiliki oleh setiap guru
dalam mengelola pembelajaran yang efektif dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan
yang optimal, yaitu : kemampuan menyusun program pembelajaran atau perencanaan
pembelajaran, kemampuan melaksanakan pembelajaran, dan kemampuan melaksanakan
evaluasi pembelajaran.
Pada dasarnya, kehidupan di sekolah adalah kehidupan yang dirancang
berdasarkan apa yang diinginkan oleh kurikulum. Menurut Nana Sudjana (1988 : 8),
mempelajari kurikulum sebagai program pendidikan berarti menelaah unsur-unsur
tujuan, isi program, strategi pelaksanaan program, sarana program, dan evaluasi
program, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahapan penilaian.
Dalam perencanaan kurikulum, langkah awal yang penting dilakukan adalah
pengembangan program yang termasuk ke dalam perangkat persiapan pembelajaran,
diantaranya program-program pembelajaran, silabus, dan RPP. Sedangkan, langkah
awal sebelum pelaksanaan pembelajaran di kelas adalah menyusun perencanaan
pembelajaran yang dikenal dengan istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang harus dimiliki oleh setiap guru. RPP sebagai pegangan guru dalam melaksanakan
pembelajaran, memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan dengan aktivitas
pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar. Tujuan
pembelajaran didasarkan pada kurikulum, dimana proses pembelajaran yang
didalamnya meliputi tujuan, materi atau bahan ajar, metode, media, sumber dan evaluasi
dikembangkan berdasarkan apa yang telah direncanakan kurikulum. Pada intinya,
pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja direncanakan untuk membantu siswa
8
dan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki dan perencanaan
pembelajaran tertuang dalam kurikulum yang menjadi dasar sekaligus pengontrol
terhadap aktivitas pendidikan. Melalui kegiatan perencanaan kurikulum inilah
merupakan langkah awal yang perlu dirancang dengan optimal sehingga pelaksanaan
dan hasil yang didapat juga dapat dioptimalkan.
Begitu juga dengan implementasi kurikulum yang merupakan pelaksanaan dari
rencana kurikulum (pembelajaran), yang merupakan bentuk wujud nyata kegiatan atau
aktivitas pembelajaran di kelas. Yang menjadi tolak ukur keberhasilan suatu program
kurikulum, ada pada implementasi atau pelaksanaannya. Dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran, seharusnya guru memahami langkah-langkah yang harus ditempuh,
meliputi : tahap permulaan (tahap pengkondisian siswa agar dapat mengikuti kegiatan
secara kondusif), tahap pembelajaran (tahap inti, upaya guru dalam menyampaikan
pelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya) dan tahap penilaian, serta tindak lanjut
(Sudjana, 1989 : 68). Kurikulum secara praktikal, berhubungan langsung dengan
kompetensi atau kemampuan guru dalam menjabarkan dan menyampaikannya kepada
peserta didik, di dalam proses implementasi kurikulum. Sebaik apapun perencanaan
atau rumusan kurikulum, jika tidak diimplementasikan tidak akan ada gunanya.
Keberhasilan implementasi kurikulum, bergantung pada guru yang profesional, sebagai
pelaksana kurikulum di lapangan yang berinteraksi langsung dengan peserta didik.
Sedangkan evaluasi atau penilaian pembelajaran sangat penting dalam proses
implementasi kurikulum, karena evaluasi merupakan bentuk penilaian terhadap
keseluruhan komponen kurikulum atau komponen pembelajaran. Melalui evaluasi dapat
ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan
apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan bagian-bagian mana yang
harus diperbaiki atau disempurnakan. Untuk melihat sejauhmana keberhasilan tingkat
prestasi anak didik dalam pelaksanaan kurikulum dan sejauhmana sumber input dalam
9
upaya perbaikan dan pembaharuan suatu kurikulum, diperlukan evaluasi. Mengingat
komponen evaluasi berhubungan erat dengan komponen lainnya, maka cara penilaian
atau evaluasi ini akan menentukan tujuan kurikulum, materi atau bahan, serta proses
pembelajaran (Abdullah Idi, 2007 : 57). Dengan menggunakan evaluasi yang tepat
sasaran, maka seorang guru akan dapat mengetahui tentang kemajuan, kelemahan,
hambatan anak didik dalam melaksanakan tugasnya, yang kemudian akan dijadikan
bahan perbaikan program (Arifin, 1996 : 245).
Jadi, perencanaan kurikulum atau khususnya pengembangan program
pembelajaran merupakan langkah awal sebelum proses pembelajaran berlangsung yang
harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip dan arah atau tujuan yang diharapkan.
Perencanaan yang baik harus diimplementasikan dalam wujud nyata kegiatan
pembelajaran di kelas, yaitu mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata (actual
curriculum). Dengan adanya perencaanaan pembelajaran yang baik, kemudian
dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang sesuai dengan program yang dirancang,
diharapkan juga dapat membawa hasil yang optimal. Dari pengamatan awal yang
peneliti lakukan, ditemukan beberapa hal yang terindikasi menjadi suatu masalah, di
antaranya sebagai berikut : 1) Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran (RPP)
belum optimal, yang ditandai dengan beberapa komponen RPP yang belum diuraikan
secara rinci, 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran, beberapa guru PAI juga tidak
berpedoman pada RPP yang telah disusun serta ada guru PAI yang tidak menyusun
RPP, 3) Dalam evaluasi atau penilaian pada aspek afektif belum menyentuh secara lebih
spesifik atau fokus pada setiap kompetensi dasar mata pelajaran PAI.
Berdasarkan penelitian awal juga, dapat diketahui bahwa kurikulum di SDIT
Auladi Palembang penerapannya dengan alokasi waktu dan muatan materi yang lebih
banyak dibanding Sekolah Dasar Negeri pada umumnya. Kegiatan pembelajaran di
sekolah merupakan salah satu aspek dari proses pendidikan, karenanya seluruh aspek
10
pendidikan harus didesain secara sistematik dan aplikatif. Dengan penerapan waktu
yang lebih lama ini, kemungkinan ada beberapa anak yang belum siap menerima karena
padatnya jam belajar dengan banyaknya materi pelajaran, tentunya membutuhkan
kesiapan baik fisik maupun mental anak. Untuk itu diperlukan guru yang kreatif,
profesional, dan menyenangkan, sehingga mampu menciptakan iklim yang kondusif,
penyampaian materi yang efektif, pemilihan metode dan penggunaan media yang cocok.
Hal ini penting karena dalam setiap pembelajaran, guru memiliki peranan yang sentral
sebagai perencana, pelaksana, serta evaluator pembelajaran, terlebih di sekolah dasar
(Mulyasa, 2007: 13). Dari penerapan suatu ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis, faktor yang mendukung ataupun menghambat harus sudah
diperhitungkan dan tentunya juga dengan alasan serta tujuan yang jelas. Kita yang tidak
terlibat langsung dalam pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Islam Terpadu ini,
perlu melakukan penelitian atas bagaimana sebenarnya perencanaan, pelaksanaan
kurikulum (proses pembelajaran), dan pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang
diterapkan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Auladi Palembang ini.
Oleh sebab itu, menjadi sesuatu yang menarik dan dipandang perlu untuk
dilakukannya penelitian yang lebih mendalam, maka peneliti akan mengkaji dan
menganalisis implementasi kurikulum PAI di SDIT Auladi Palembang, yang meliputi :
Pertama, perencanaan kurikulum dengan menganalisis perangkat pembelajaran yang
disusun oleh guru PAI di SDIT Auladi Palembang, kedua, pelaksanaan kurikulum atau
proses pembelajaran PAI di kelas, yang meliputi : kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup, dan ketiga, pelaksanaan evaluasi atau penilaian pembelajaran, serta
kelebihan dan kelemahan kurikulum yang diterapkan di SDIT Auladi Palembang.
Dalam karya ilmiah tesis ini penulis memberi judul : “Implementasi Kurikulum Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Auladi Palembang”.
11
Identifikasi Masalah
Sebagaimana yang diuraikan dalam latar belakang di atas, maka penulis
mengidentifikasi masalah, di antaranya sebagai berikut :
1. Perencanaan pembelajaran dalam mengembangkan atau menyusun persiapan
perangkat pembelajaran belum optimal.
2. Beberapa pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan tidak berpedoman pada
RPP dan ada yang tidak menyusun RPP.
3. Evaluasi atau penilaian pembelajaran yang dilakukan, belum menyentuh aspek
afektif secara fokus pada setiap kompetensi dasar.
Batasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada suatu analisis implementasi kurikulum PAI di SDIT
Auladi Palembang, yang meliputi : Pertama, perencanaan kurikulum dengan
menganalisis perangkat pembelajaran yang disusun oleh guru PAI di SDIT Auladi
Palembang, kedua, pelaksanaan kurikulum atau proses pembelajaran PAI di kelas, yang
meliputi : kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, dan ketiga, pelaksanaan
evaluasi atau penilaian hasil belajar peserta didik oleh guru PAI SDIT Auladi
Palembang, serta kelebihan dan kelemahan kurikulum PAI yang diterapkan di SDIT
Auladi Palembang.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, maka yang akan menjadi pokok masalah penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi kurikulum PAI di SDIT Auladi Palembang?
2. Apa saja kelebihan dan kelemahan kurikulum PAI yang diterapkan di SDIT
Auladi Palembang?
12
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui implementasi kurikulum PAI, yang meliputi : Perencanaan
Pembelajaran, Pelaksanaan pembelajaran, dan Pelaksanaan Evaluasi Hasil
Belajar peserta didik, yang diterapkan di SDIT Auladi Palembang.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan kurikulum PAI yang diterapkan di
SDIT Auladi Palembang.
Kegunaan Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman atau
bahan acuan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan kajian
kependidikan, bagi sekolah pada umumnya dan khususnya bagi guru serta pihak terkait
dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan Islam.
Secara praktis, diharapkan dapat digunakan sebagai :
1. Data bagi pengetahuan kalangan pendidik/guru, tentang pentingnya pengelolaan
kurikulum PAI yang sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan maupun
pelaksanaannya agar dapat meningkatkan kualitas pemahaman dan implementasi
kurikulum PAI, yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran dapat berjalan dengan optimal, sehingga efektivitas hasil belajar
peserta didik juga semakin baik.
2. Menjadi bahan penelitian yang dapat digunakan sebagai objek kajian ilmiah
lebih lanjut, serta bermanfaat dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan di
masa mendatang baik pada SIT maupun sekolah-sekolah umum lainnya.
3. Penambah khazanah ilmu pengetahuan tersendiri bagi penulis khususnya dan
pembaca umumnya, serta pemenuhan persyaratan memperoleh gelar Magister
Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang.
13
Definisi Istilah dan Konsep
Agar sampai kepada pembahasan yang menyeluruh, maka diperlukan pemahaman
melalui pengertian yang menjelaskan istilah yang berhubungan dengan penelitian
penulis, sebagai berikut :
Dalam Oxford Advance Learner’s Dictionary, dikatakan bahwa implementasi
adalah “put something into effect”, yang artinya penerapan sesuatu yang memberikan
efek atau dampak (Mulyasa : 2003). Sedangkan menurut Susilo (2007:174)
implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam
suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan
pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap. Implementasi kurikulum mencakup
tiga kegiatan pokok, yaitu pengembangan program (perencanaan), pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Implementasi kurikulum adalah proses
pelaksanaan dari rencana kurikulum (pembelajaran).
Kurikulum PAI adalah seperangkat bahan-bahan pelajaran yang bermuatan
pokok-pokok ajaran Islam, berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan
sengaja dan sistematis diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan
Pendidikan Agama Islam.
SDIT (Sekolah Dasar Islam terpadu) adalah lembaga pendidikan atau sekolah
yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al-Qur’an dan As-
Sunnah dengan menginternalisasikan nilai-nilai keislaman dalam setiap aktivitas
pendidikan di sekolah.
Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini dimaksudkan sebagai satu kebutuhan ilmiah yang berguna untuk
memberikan kejelasan dan batasan pemahaman informasi yang digunakan diteliti
melalui khasanah pustaka dan sebatas jangkauan yang didapatkan untuk memperoleh
14
data-data dalam suatu penelitian. Berikut beberapa penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya yang sejenis dengan penelitian ini, antara lain :
Dalam tesis Riza Pahlefi (2009) yang berjudul “Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Studi Kasus
Pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Sandika Banyuasin”. Masalah yang menjadi
bahan penelitian tesis tersebut adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru PAI
dalam melaksanakan KTSP PAI yang meliputi persiapan perangkat pembelajaran dan
pelaksanaan proses belajar-mengajar di dalam kelas, faktor pendukung dan penghambat,
serta usaha-usaha yang dilakukan pihak sekolah dalam meningkatkan proses belajar
mengajar PAI berdasarkan KTSP di sekolah. Kesimpulan yang didapat dari penelitian
tersebut bahwa dilihat dari persiapan dan pelaksanaan pembelajaran di kelas sudah baik
dilihat dari beberapa indikator baik, walaupun masih terdapat kendala dalam
pelaksanaannya. Sedangkan, dukungan kepala sekolah, disiplin mengajar dan bangunan
sekolah sudah representatif. Faktor penghambatnya antara lain adalah terbatasnya
jumlah alokasi waktu PAI, jumlah peserta didik per rombongan belajar terlalu banyak
dan sebagainya. Dan usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah masih secara bertahap
dalam pengadaannya, misalnya sarana prasarana, serta meningkatkan peng etahuan guru
melalui pelatihan, seminar dan sebagainya.
Dalam tesis yang berjudul “Implementasi KTSP Pada Pembelajaran PAI (Studi
Kasus pada SMP Negeri 3 Karang Raja Muara Enim)”, Amaliyah Layyinah (2010),
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi kurikulum PAI di
sekolah tersebut dan faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi kurikulum
tersebut. Dari hasil temuan yang didapat dari penelitian ini, bahwa masih terdapat
beberapa kekurangan dalam implementasi kurikulum, baik itu dalam perencanaan
maupun pelaksanaannya, walaupun beberapa faktor pendukung sudah cukup memadai.
15
Maryance (2008), berjudul “Problematika Penerapan Kurikulum Tingkat
Satuan pendidikan Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SMA Negeri di Kota
Palembang”, berdasarkan permasalahan yang didapat dari penelitian awal peneliti,
bahwa sebagian besar guru di SMA Negeri di kota Palembang masih mengalami
kesulitan dalam menerapkan KTSP, kadar wawasan dan pemahaman guru maupun
sekolah masih kurang. Maka dari itu, menelaah tingkat pemahaman guru PAI tentang
KTSP memperoleh gambaran problematika penerapan kurikulum PAI. Hasil yang
didapat dari penelitian ini adalah tingkat pemahaman masih rendah yang didapat dari
hasil tes tentang KTSP dan pelaksanaannya.
Dari beberapa penelitian sebelumnya terdapat kesamaan dengan pembahasan
yang peneliti angkat yaitu membahas tentang implementasi kurikulum yang mencakup
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran PAI yang diterapkan pada sekolah sebagai
objek penelitian, yaitu di sekolah negeri dan swasta yang bukan berbasis agama.
Namun, yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah fokus
penelitian yang diangkat tentang analisis implementasi kurikulum PAI di tingkat
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), yang menggunakan label Sekolah Islam Terpadu
(SIT) serta kelebihan dan kelemahaan kurikulum PAI yang diterapkan di SDIT Auladi
Palembang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya kurikulum
sebagai program awal yang akan menentukan arah pelaksanaan pembelajaran dalam
usaha pencapaian tujuan yang ingin dicapai.
Kerangka Teori
Dalam Kunandar (2007 : 212-213), implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan
pokok, yaitu : pengembangan program, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi
pembelajaran. Demikian juga dalam Joko Susilo (2008 : 176-177), bahwa secara garis
besarnya implementasi kurikulum mencakup tiga kegiatan pokok, yaitu :
16
1. Pengembangan Program. Pengembangan kurikulum yang mencakuppengembangan program tahunan, program semester, program modul (pokokbahasan), program mingguan dan harian, program pengayaan dan remedial,serta program bimbingan dan konseling.
2. Pelaksanaan Pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya adalah prosesinteraksi antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadiperubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyaksekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang daridalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.
3. Evaluasi Hasil Belajar. Evaluasi hasil belajar dalam implementasikurikulum dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar,penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, danpenilaian program.
Implementasi kurikulum (kurikulum aktual) merupakan bentuk aktualisasi dari
kurikulum yang telah direncanakan (kurikulum ideal). Bentuk implementasi kurikulum
adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru bersama siswa untuk mencapai
tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Keberhasilan kurikulum secara aktual akan
ditentukan oleh implementasi kurikulum dilapangan (Rusman, 2009 : 18). Proses
pembelajaran di kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum
yang telah disusun sebelumnya. Dan yang paling bertanggungjawab atas implementasi
kurikulum adalah guru atau pendidik karena gurulah yang berinteraksi langsung dengan
siswa di kelas. Guru harus memiliki standar kemampuan atau kompetensi profesional
untuk melakukan pembelajaran yang berkualitas.
Menurut Oemar Hamalik (2006 : 134), ada empat unsur yang saling berkaitan
dengan proses pelaksanaan kurikulum, yaitu :
1. Keputusan yang harus dibuat mengenai tujuan (umum dan khusus) yanghendak dicapai oleh institusi pendidikan.
2. Keputusan tentang isi/materi pelajaran yang sesuai yang diyakini untukmencapai tujuan.
3. Setelah isi pelajaran ditentukan, selanjutnya dipilih metode-metodemengajar yang berguna untuk mengorganisasikan dan menyampaikan isi(content) tersebut.
4. Tahap atau unsur selanjutnya adalah evaluasi yang menggunakan berbagaimacam teknik assesmen pendidikan, yang diperlukan dengan maksudmengetahui apakah tujuan-tujuan telah tercapai, yang pada gilirannyamenjadi bahan itu membuat keputusan selanjutnya tentang tujuan,isi/materi, dan metode pembelajaran.
17
Berdasarkan uraian di atas, empat point yang menjadi komponen kurikulum di
atas membentuk satu kesatuan bulat yang fungsional dan saling berhubungan dalam
pelaksanaan kurikulum (pembelajaran). Keterhubungan tersebut dapat digambarkan
bahwa komponen tujuan yang dintaranya memuat kemampuan yang ingin dicapai, harus
ditunjang oleh kesesuaian materi (bahan pelajaran) dan di tunjang oleh penggunaan
metode pembelajaran yang tepat, yang kemudian dievaluasi agar dapat mengukur
keberhasilan tujuan tersebut. Hasil evaluasi juga di gunakan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan komponen-komponen kurikulum sebelumnya. Pada intinya,
kurikulum membantu dan mempermudah pendidik dalam proses pembelajaran yang
lebih terencana dan sistematis.
Pencapaian tujuan pendidikan nasional memerlukan proses pendidikan dalam
berbagai bentuk yang kompleks dan berkelanjutan, di dalam sekolah maupun di luar
sekolah (Oemar Hamalik, 2003 : 26). Pentingnya proses sebagai upaya atau usaha
menuju suatu hasil, tentunya sebuah proses akan menentukan hasil yang akan didapat.
Banyak hal yang terlalu berfokus pada hasil, tanpa mengupayakan proses yang optimal,
padahal proses menentukan hasil. Demikian juga dalam proses pembelajaran yang
mencakup banyak hal yang menjadi bagian dari sebuah proses, yang kemudian akan
menentukan hasil dari pembelajaran itu sendiri.
Lembaga Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Auladi Palembang adalah
sekolah swasta yang dikelola atau diselenggarakan oleh Yayasan Insan Cendikia yang
bernaung di bawah Departemen Pendidikan Nasional dan Jaringan Sekolah Islam
Terpadu (JSIT) Indonesia. SDIT Auladi Palembang merupakan bagian dari sistem
pendidikan nasional. Maka dari itu, prinsip operasional SIT juga mengacu pada prinsip-
prinsip pembelajaran dalam pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
18
mengamanatkan kurikulum pada KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun
oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Selain dari itu, penyusunan KTSP juga harus
mengikuti ketentuan lain yang menyangkut kurikulum dalam UU 20/2003 dan PP
19/2005 tersebut. Standar Isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk
mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Berikut yang
termasuk dalam Standar Isi adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar
Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap
semester dari setiap jenis dan jenjang pendidikan dasar dan menengah. SI ditetapkan
dengan Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006. Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan
keterampilan sebagaimana yang ditetapkan dengan Kepmendiknas No. 23 Tahun 2006.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
nasional Pendidkan pasal 20, menjelaskan bahwa “perencanaan proses pembelajaran
meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar. Dalam Mulyasa (2008 : 176-184), menguraikan secara garis
besarnya KTSP memiliki enam komponen penting, sebagai berikut :
1. Visi dan misi satuan pendidikan, dapat dikembangkan oleh lembaga dengan
memperhatikan potensi dan kelemahan satuan pendidikan tersebut.
2. Tujuan pendidikan satuan pendidikan, yang termasuk sasaran dan target
harus dirumuskan secara tertulis dengan, (a) jelas, (b) mudah dipahami oleh
semua pihak yang terlibat dalam satuan pendidikan, sehingga mereka tahu
untuk apa mereka bekerja keras, (c) setiap pihak yang terlibat di satuan
pendidikan memahami apa kaitan yang dilakukan dengan pencapaian tujuan
19
yang telah ditentukan, serta (d) kemajuan satian pendidikan harus dapat
dirasakan oleh semua pihak yang terlibat.
3. Menyusun kalender pendidikan, dalam penyusunan kelender pendidikan
pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk
pembentukkan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikannya dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta
didik setelah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.
Penyusunan kalender pendidikan salama satu tahun pelajaran mengacu pada
efisiensi, efektivitas, dan hak-hak peserta didik.
4. Struktur Muatan KTSP, struktur KTSP memuat yaitu (a) mata pelajaran, (b)
muatan lokal, (c) kegiatan pengembangan diri, (d) pengaturan beban belajar,
(e) kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan, (f) pendidikan kecakapan
hidup, dan (g) pendidikan berbasis keunggulan lokaldan global.
5. Silabus, silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran dengan tema tertentu, mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh satuan pendidikan.
6. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen
pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.
Sedangkan pengembangan KTSP mencakup pengembangan Program Tahunan,
Program Semester, Program Modul (pokok bahasan), Program Mingguan dan Harian,
Program Pengayaan dan Remedial, serta Program Bimbingan dan Konseling.
Setelah perencanaan pembelajaran disusun, maka langkah selanjutnya yaitu
pengimplementasiannya dengan melaksanakan program tersebut ke dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan apa yang di rancang program. Adapun
20
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran secara umum yang berbasis KTSP,
mencakup tiga langkah sebagai berikut : Pertama; Pre Test (tes awal), pada umumnya
pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre-test. Kedua; Pembentukkan
Kompetensi yang merupakan kegiatan inti dari pelaksanaan proses pembelajaran, yakni
bagaimana kompetensi dibentuk pada peserta didik, dan bagaimana tujuan-tujuan
belajar direalisasikan. Ketiga; Post Test, yang pada umumnya pelaksanaan
pembelajaran diakhiri dengan post-test (Mulyasa, 2008 : 255). Dalam Rusman (2009 :
372), mengatakan bahwa garis besar kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal atau
pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Maka dari itu, guru sebagai pelaksana
kurikulum di sekolah harus memiliki keterampilan dasar pelaksanaan pembelajaran, di
antaranya yaitu : keterampilan membuka pembelajaran, memberikan stimulus yang
bervariasi, keterampilan bertanya, keterampilan membuat ilustrasi atau contoh,
menggunakan isyarat, kemampuan berkomunikasi, penguatan dan balikan, serta
keterampilan menutup pembelajaran.
Evaluasi atau penilaian ditujukan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang
telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan
(Nana Syaodih Sukmadinata, 2011 : 110). Peranan guru juga sangat penting dalam
menentukan dan menetapkan jenis penilaian yang sesuai dengan kompetensi yang ingin
dicapai oleh peserta didik, dalam rangka menilai keberhasilan dan kegagalan peserta
didik, dalam proses evaluasi atau penilaian pembelajaran. Dalam Nazarudin (2007 :
182), untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan adanya
penilaian-penilaian, sesuai dengan bentuk dan jenis penilaian yang dapat digunakan
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan ada pada peserta didik. Uraian kerangka
teori tersebut, menjadi dasar penelitian yang akan dilakukan mengenai implementasi
kurikulum PAI yang diterapkan di SDIT Auladi Palembang.
21
Metodologi Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang
dilakukan secara langsung di lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan.
Lapangan atau tempat penelitian yang dimaksud adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Auladi Palembang. Jenis penelitian lapangan disebut juga dengan penelitian
kualitatif, dengan menggunakan pendekatan analisis deskriptif.
Menurut Denzin dan Lincoln (1987), penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan
dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam Bogdan dan
Taylor (1975), penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati (Lexy J. Moleong, 2010 : 4-5). Sedangkan pendekatan analisis deskriptif yaitu
menggambarkan segala hal yang berkaitan dengan permasalahan, yang selanjutnya dari
data-data yang terkumpul diproses dan disusun dengan memberikan penjelasan atas
data, kemudian di analisis. (Nawawi, dalam Lexy J. Moleong, 2010 : 63).
Sumber Data Primer (Pokok)
Menurut Lofland (1984 : 47), sumber data utama (primer) dalam penelitian kualitatif
yaitu kata-kata dan tindakan. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui
catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes, pengambilan foto atau film
(Lexy J. Moleong, 2010 : 157). Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan
pengamatan (observasi) tentang kondisi subjek maupun objek penelitian, yaitu
mendapatkan informasi langsung tentang implementasi kurikulum PAI SDIT Auladi
Palembang, yang meliputi : perencanaan pembelajaran, pelaksanaan atau proses
22
pembelajaran, dan evaluasi atau penilaian pembelajaran, melalui wawancara langsung
dengan guru PAI SDIT Auladi Palembang dan informan lainnya, serta pengamatan atau
observasi terhadap proses pembelajaran PAI di kelas.
Sumber Data Sekunder (Pendukung)
Data sekunder adalah sumber data tambahan yang menurut peneliti menjadi penunjang
data pokok (Pupuh Fathurahman, 2011 : 152). Sumber data sekunder pada penelitian ini
mencakup berbagai dokumen dan arsip yang berkaitan dengan penelitian, antara lain :
1. Dokumen pembelajaran PAI, yang meliputi : Kalender Akademik, Prota,
Prosem, Silabus, RPP, Jadwal Pelajaran, Dokumen 1 (satu) Kurikulum, dan
dokumen-dokumen lain yang terkait dengan penelitian.
2. Sumber tertulis lain yang relevan dengan penelitian, meliputi : buku-buku,
tesis, jurnal, makalah, internet, berita, foto, dan lain-lain.
Subjek atau Responden (Informan) penelitian
Subjek atau responden penelitian ini adalah Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 3 orang guru PAI kelas I, 3 orang guru PAI kelas
II, 2 orang guru PAI kelas III, 1 orang guru PAI kelas IV, dan 1 orang guru PAI kelas V
dan VI. Subjek penelitian lainnya, yaitu Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang
Kurikulum, Koordinator Bidang Kurikulum PAI, dan para staf sekolah di SDIT Auladi
Palembang. Objek atau variabel penelitian adalah implementasi kurikulum PAI yang
meliputi : perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian di SDIT Auladi Palembang.
Menurut Patton (dalam Poerwandari : 2007), desain kualitatif memiliki sifat
yang luwes, oleh sebab itu tidak ada aturan yang pasti dalam jumlah sampel (responden)
yang harus diambil untuk penelitian kualitatif. Jumlah sampel sangat tergantung pada
apa yang dianggap bermanfaat dan dapat dilakukan dengan waktu dan sumber daya
yang tersedia. Senada dengan pernyataan di atas, menurut Burhan Bungin (2003 : 53)
23
penelitian kualitatif tidak mempersoalkan jumlah sampel, jumlah sampel (informan)
bisa sedikit dan bisa juga banyak, tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan
kunci dan kompleksitas serta keragaman fenomena sosial yang diteliti. Berikut adalah
tabel responden yang menjadi subjek penelitian :
TABEL 1Responden (Guru PAI) SDIT Auladi Palembang
Kelas Nama KelasJumlah guru sebagai RespondenGuru PAI Guru Pendamping
I AI BI C
Abu Bakar ash-Shiddiq Umar bin Khattab Sa’id bin Zaid
1 orang1 orang1 orang
1 orang
II AII BII C
Usman bin Affan Ali bin Abi Thalib -
1 orang1 orang 1 orang
1 orang
III AIII B
Sa’ad bin Abi Waqqash Abdurrahman bin Auf
1 orang1 orang
1 orang
IV AIV B
Zubair bin Awwam Zaid Bin Haritsah
1 orang -
V AV B
Tholhah bin Ubaidillah Abu Ubaidillah bin Jarrah
1 orang -VI AVI B
Hamzah Bin Abdul MuthalibMush’ab bin Umair
Jumlah 10 orang 3 orangSumber :
Staf Administrasi SDIT, Data Kelas dan Guru SDIT Auladi PalembangTahun Ajaran 2012-2013
Karakteristik Responden Penelitian
Informan adalah orang-dalam pada latar penelitian, orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Lexy J. Moleong,
2010 : 132). Dalam penelitian kualitatif, prosedur sampling yang terpenting adalah
bagaimana menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang
sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sampel (dalam hal ini
informan kunci atau situasi sosial) lebih tepat dilakukan dengan sengaja (purposive
sampling). Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi
sampel bertujuan (purposive sampling).
24
Selanjutnya, bila dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan
variasi informasi, maka peneliti tidak perlu mencari informan baru dan proses
pengumpulan informasi dianggap sudah selesai (Burhan Bungin, 2003 : 53). Menurut
Patton (1990), teknik pemilihan partisipan dalam penelitian kualitatif dapat
menggunakan teknik purposeful sampling yaitu sampel dipilih bergantung pada tujuan
penelitian tanpa memperhatikan kemampuan generalisasinya (Afifuddin dan Beni AS,
2012 : 88-89). Maka dari itu, pemilihan responden atau informan menentukan informasi
yang akan didapat, jadi informan haruslah orang yang mempunyai banyak pengetahuan
dan pengalaman dalam latar penelitian yang dibahas.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Auladi
yang beralamat di jalan K.H. Azhari No. 1A, kelurahan Tangga Takat, kecamatan
seberang ulu II (SU-II) Plaju Palembang Sumatera-Selatan Indonesia, dengan telepon :
+62 0711-510978, 0711-514410, atau 0711-510385. Sekolah Islam Terpadu (SIT)
Auladi Palembang berada dalam naungan Yayasan Insan Cendikia Palembang, yang
beralamat di komplek yang sama. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 (satu) semester,
yang dimulai dari bulan Juli sampai bulan Desember tahun 2012.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Wawancara (Interview)
Teknik wawancara (interview) merupakan bentuk komunikasi langsung antara peneliti
dan responden (Gulo, 2004: 119). Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah
wawancara terbuka yaitu wawancara yang dilakukan peneliti dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dibatasi jawabannya (Emzir, 2011 : 51). Adapun
wawancara yang peneliti lakukan dengan menggunakan pedoman wawancara atau
dengan tanya jawab secara langsung.
25
Teknik wawancara (interview), dimana wawancara merupakan bentuk
komunikasi langsung antara peneliti dan responden (Gulo, 2004: 119). Teknik
wawancara (interview) ini digunakan untuk memperoleh data langsung tentang
penerapan implementasi kurikulum PAI di SDIT Auladi Palembang.
Teknik Observasi (pengamatan)
Teknik Observasi (pengamatan) adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti atau
kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama
penelitian (Gulo, 2004 : 116). Sedangkan menurut Nawawi dan Martini (dalam
Afifuddin dan Beni AS, 2012 : 134), observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-
gejala dalam objek penelitian.
Jenis observasi yang peneliti gunakan adalah observasi partisipatif pasif yaitu
peneliti datang ke lokasi penelitian, melihat, memperhatikan, mewawancara, tetapi tidak
melibatkan diri (Afifuddin dan Beni AS, 2012 : 138). Begitu juga dalam Emzir (2011 :
40), observasi non-partisipan adalah observasi yang menjadikan peneliti sebagai
penonton atau penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian.
Dalam melakukan observasi peneliti menggunakan alat bantu berupa pedoman
observasi agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian.
Sebagaimana yang dikemukan Spradley, bahwa objek penelitian kualitatif yang
diobservasi dinamakan situasi sosial, yang terdiri dari 3 (tiga) komponen di antaranya :
1. Tempat (place), tempat dimana interaksi dalam situasi sosial berlangsung,2. Pelaku (actor), orang-orang yang sedang memainkan peran,3. Aktivitas (activities), kegiatan yang dilakukan oleh pelaku dalam situasi
sosial yang sedang berlangsung (Sugiyono, 2011 : 313).
Dengan menggunakan teknik observasi, peneliti langsung mengamati berbagai
bentuk pengalaman terhadap perilaku subjek maupun proses objek penelitian untuk
mengetahui kondisi awal dan terlibat langsung dalam pelaksanaan kurikulum atau
26
operasionalisasi pembelajaran di kelas. Sehingga dengan teknik observasi atau
pengamatan, peneliti akan mendapatkan data dan informasi sebanyak-banyaknya dan
bersifat objektif tentang implementasi kurikulum PAI SDIT Auladi Palembang.
Teknik Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincoln dalam Lexy J. Moleong (2010 : 216), dokumentasi adalah
setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang peneliti. Menurut Imam Suprayogo (dalam Mahmud, 2011 : 184) dokumentasi
merupakan bahan tertulis atau benda mati yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau
aktivitas tertentu. Dokumentasi bisa berupa rekaman atau dokumen tertulis, seperti arsip
database, surat-menyurat, rekaman gambar, dan benda-benda peninggalan yang
berkaitan dengan suatu peristiwa. Dokumen-dokumen yang dikumpulkan akan
membantu peneliti dalam memahami aktivitas yang terjadi di lokasi penelitian dan
pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara.
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data, berupa bukti tertulis
seperti dokumen atau arsip yang menggambarkan kurikulum PAI dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Terutama yang berhubungan dengan peran
pendidik dalam mengembangkan perangkat pembelajaran di SDIT Auladi Palembang,
yang meliputi : program pembelajaran, silabus, dan RPP.
Teknik Analisis Data
Dalam usaha mencapai tujuan penelitian, data yang sudah terkumpul perlu dianalisis
lebih lanjut dengan menggunakan teknik analisis data. Dalam penelitian kualitatif,
proses analisis data dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Menurut Bogdan dan Biklen (1982), analisis data kualitatif adalah upaya yang
dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
27
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Lexy J. Moleong, 2010 : 248).
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan dari berbagai teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan
studi dokumentasi, yang dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi dan resmi,
foto, dan sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah selanjutnya
adalah mengadakan analisis kualitatif. Teknik analisis data yang peneliti gunakan
adalah menggunakan teknik analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen,
aktivitas dalam analisis data kualitatif tersebut meliputi 3 (tiga) tahap, yaitu :
Pertama, tahap reduksi data. Mereduksi data suatu bentuk analisis yang
mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang dan menyusun data dalam suatu cara
dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan (Miles dan Hubermen,
dalam Emzir, 2011 : 130). Data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang
lebih jelas tentang penelitian yang dilakukan, diperlukan, dan akan digunakan untuk
analisis selanjutnya, dan memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian serta untuk
menarik kesimpulan sementara.
Kedua, tahap penyajian data. Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya
adalah penyajian atau penampilan (display) data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian
data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan dalam penyajian data dalam
peneltian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penelitian kualitatif
biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks
tertentu. Konteks tersebut dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang
bersangkutan maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial dimana seseorang
berfungsi (sekolah, departemen, keluarga dan sebagainya).
28
Ketiga, tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Kesimpulan hasil
penelitian yang diambil dari hasil reduksi dan penyajian data adalah merupakan
kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara dapat berubah jika ditemukan bukti-bukti
kuat lain saat proses verifikasi data di lapangan. Jadi, proses verifikasi data dilakukan
dengan cara peneliti terjun kembali untuk mengumpulkan data yang dimungkinkan akan
memperoleh bukti lain yang dapat merubah kesimpulan sementara yang diambil. Jika
data yang diperoleh memiliki keajegan (sama dengan data yang diperoleh) maka dapat
diambil kesimpulan yang baku dan selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian.
Setelah semua tahap selesai dilakukan, peneliti menganalisis dengan cara
menguraikan atau menjelaskan secara keseluruhan permasalahan. Tahap berikutnya,
dilakukan penulisan, pengeditan, pengklasifikasian, dan penyajian data terhadap
informasi yang diperoleh agar data yang disajikan dapat mudah dipahami dan akurat.
Validasi Data
Keabsahan data merupakan usaha meningkatkan derajat kepercayaan data dalam suatu
penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa
setiap keadaan harus memenuhi, yaitu : pertama mendemonstrasikan nilai yang benar,
kedua menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan ketiga memperbolehkan
keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan
dari temuan dan keputusan-keputusannya. (Lexy J. Moleong, 2010 : 320-321).
Teknik keabsahan data atau validitas data yang digunakan peneliti adalah
triangulasi. Menurut Afifuddin dan Beni AS (2012 : 187), bahwa teknik triangulasi
pengumpul data yaitu peneliti mengomparasikan hasil data yang diperoleh dari
observasi dengan wawancara. Sedangkan jenis teknik triangulasi yang digunakan
peneliti adalah dengan teknik triangulasi dari berbagai sumber, yaitu mengomparasikan
hasil temuan data dari informan yang satu dengan lainnya di tempat dan waktu yang
29
berbeda. Triangulasi dengan sumber juga berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987 : 331). Hal itu dapat tercapai dengan
berbagai cara, di antaranya sebagai berikut :
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil observasi. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi. 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang berpendidikanmenengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan, dan sebagainya.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yangberkaitan.
Peneliti menggunakan teknik triangulasi, dengan tujuan agar bisa mengetahui
jika ada alasan-alasan terjadinya suatu perbedaan dalam hasil validitas data penelitian
tersebut. Menurut peneliti jenis teknik triangulasi yang digunakan relevan dan hasilnya
akan efektif terhadap penelitian yang dilakukan.
Sistematika Penulisan
Bab 1, Pendahuluan yang menguraikan tentang Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian,
Definisi Istilah dan Konsep, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian
dan Sistematika Penulisan.
Bab 2, Landasan Teori yang membahas tentang Pengertian Kurikulum, Tujuan
Kurikulum, Komponen Kurikulum, Tinjauan Manajemen dalam Implementasi
Kurikulum, Perencanaan Pembelajaran, Implementasi Pembelajaran, Evaluasi/Penilaian
Pembelajaran, Pengertian Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam,
Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Pengertian Sekolah Islam Terpadu, Konsep SIT.
Bab 3, Gambaran Umum tentang Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Auladi
Palembang, membahas tentang Profil Sekolah : Sejarah Berdiri dan Letak Geografis,
30
Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah, Keadaan Sarana Prasarana, Struktur Yayasan dan
Sekolah, Keadaan Guru, Keadaan Siswa, Struktur dan Muatan Kurikulum SDIT.
Bab 4, menyajikan analisis hasil penelitian tentang Implementasi Kurikulum
PAI yang diterapkan di SDIT Auladi Palembang, yang meliputi : Perencanaan
Pembelajaran, Proses Pembelajaran, dan Evaluasi hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran PAI di SDIT Auladi Palembang, serta kelebihan dan kelemahan kurikulum
PAI di SDIT Auladi Palembang.
Bab 5, merupakan bab terakhir yang berisi Simpulan dan Saran penulis tentang
hasil penelitian.