bab 1 kel 2 lp jadi
DESCRIPTION
KARIES GIGITRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangGigi merupakan bagian terpenting dalam rongga mulut, karena adanya fungsi
gigi yang tidak tergantikan, antara lain untuk mengunyah makanan sehingga
membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk menunjang penampilan. Susunan
gigi pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa, pada anak sampai umur tertentu
terdapat gigi sulung (susu) sedang pada orang dewasa terdapat gigi tetap.
Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada umur 6 tahun sampai 12-13 tahun dan diganti
oleh gigi permanen (Mansjoer, 2009).
Kelainan gigi yang paling sering dijumpai pada anak adalah karies gigi. Karies
gigi merupakan penyakit jaringan keras pada gigi (email, dentin sementum) yang
bersifat progresif dan disebabkan aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang dapat
diragikan. Karies gigi ditandai dengan demineralisasi jaringan keras dan diikuti
kerusakan zat organiknya Perkembangan karies diakibatkan adanya interaksi plak
bakteri, komponen-komponen diet,responrespon pejamu yang berubah dan waktu
perubahan elektrokimia yang disebabkan oleh pembentukan asam dan aliran ion
(Langais, dkk., 2008).
Anak lebih rentan mengalami karies gigi, karena pada umumnya keadaan
kebersihan mulut anak lebih buruk dan anak lebih banyak makanmakanan serta
minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa.
Anak-anak umumnya senang makan makanan yang mengandung gula. Apabila
anak terlalu banyak makan gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-
giginya banyak yang mengalami karies (Machfoedz, 2005).
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta pembinaan kesehatan gigi
terutama pada kelompok anak sekolah perlu mendapat perhatian khusus sebab pada
usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya
akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti.
Bila ditinjau dari berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan UKGS
(Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) tersebut seharusnya pada usia-usia anak sekolah
dasar memiliki angka karies rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan
1
berdasarkan laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya
menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi
(Wahyuningrum, 2002).
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masala yang dapat muncul
adalah :1.2.1 Apa pengertian dari karies gigi ?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi karies gigi ?
1.2.3 Bagaimana etiologi dari karies gigi ?
1.2.4 Bagaimana epidemiologi dari karies gigi ?
1.2.5 Bagaimana manifestasi klinis dari karies gigi ?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi dari karies gigi ?
1.2.7 Apa saja diagnosis karies gigi ?
1.2.8 Bagaimana pencegahan dan prinsip pengobatan karies gigi ?
1.3 Tujuan Penulisan1.3.1 Tujuan umum
Untuk mendapat gambaran awal tentang abnormalitas gigi (karies gigi).
1.3.2 Tujuan khususUntuk lebih memahami tentang karies gigi meliputi:
1. Pengertian tentang karies gigi.
2. Mengetahui klasifikasi karies gigi.
3. Mengetahui etiologi dari karies gigi.
4. Mengetahui epidemologi dari karies gigi.
5. Mengetahui manifestasi klinis dari karies gigi.
6. Mengetahui patofisiologi dari karies gigi.
7. Mengetahui diagnosis karies gigi.
8. Mengetahui pencegahan dan prinsip pengobatan karies gigi.
2
1.4 Manfaat PenulisanManfaat dari penulisan adalah untuk menambah pengetahuan para pembaca
tentang karies gigi, penyebab-penyebabnya, dan cara mencegahnya serta akibat
yang ditimbulkannya. Khususnya bagi tenaga kesehatan, agar dapat lebih mudah
dalam menentukan kemungkinan penyebab karies gigi yang berkaitan dengan
abnormalitas gigi.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Menurut Nelson dan Beckel (1987), karies gigi (dental caries/tooth decay)
adalah pengeluaran garam-garam mineral dari enamel dan dentin gigi. Karies gigi
berperan penting pada masalah gigi pada anak. Gigi membusuk mulai dari dalam,
bila enamel yang berfungsi sebagai protektif pecah, bagian dentin kurang tahan
terhadap invasi bakteri, akibatnya bakteri mudah masuk ke bagian pulpa dimana
terdapat saraf. Hal ini mengakibatkan rasa sakit pada gigi. Karies gigi (gigi
berlubang) merupakan kerusakan enamel, dentin, dan semen yang berlangsung
secara progresif (Sodikin, 2011:391)
(Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2011:177) Karies gigi adalah penyakit
infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika
tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri , penanggalan gigi, infeksi,
berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian (Ismail, 2001).
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi.
Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat
menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan
bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah
menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perunggu, zaman
besi, dan zaman pertengahan. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi
perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar
di seluruh dunia. (wikipedia.com).
4
2.2 Anatomi Fisiologi
2.2.1 Bagian GigiGigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:
Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang
a. rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota.
Gambar 2.2.1 Anatomi Gigi
2.2.2 Bentuk-bentuk Gigi PermanenOrang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang. Di
tiap rahang terdapat:
a. Empat gigi depan (gigi insisivus). Bentuknya seperti sekop dengan tepi yang
lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas lebih
besar daripada gigi yang bawah.
b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini
kuat dan menonjol di “sudut mulut”. Hanya mempunyai satu akar.
c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil. Mahkotanya bulat hampir seperti
bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu
5
di sebelah lidah. Kebanyakangigi pre-molar mempunyai satu akar, beberapa
mempunyai dua akar.
d. Enam gigi molar. Merupakan gigi-gigi besar di sebelah belakang di dalam
mulut digunakan untuk menggiling makanan. Semua gigi molar mempunyai
mahkota persegi, seperti blok-blok bangunan. Ada yang mempunyai tiga,
empat, atau lima tonjolan. Gigi molar di rahang atas mempunyai tiga akar
dan gigi molar di rahang bawah mempunyai dua akar.
Gambar 2.2.2. Bentuk-bentuk Gigi
2.2.3 Permukaan-permukaan Gigi Nama-nama yang dipakai untuk menunjukkan permukaan gigi adalah:
a. Permukaan oklusal: permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre-
molar.
b. Permukaan mesial: permukaan paling dekat garis tengah tubuh.
c. Permukaan lingual: permukaan paling dekat lidah di rahang bawah,
dirahang atas disebut permukaan palatal.
d. Permukaan distal: permukaan paling jauh dari garis tengah.
e. Permukaan bukal: permukaan paling dekat bibir dan pipi.
f. Tepi insisal: gigi-gigi insisivus dan gigi-gigi kaninus mempunyai tepi
potong sebagai pengganti permukaan oklusal.
g. Permukaan proksimal: permukaan-permukaan yang berdekatan letaknya,
misalnya: permukaan mesial gigi tertentu dapat menyentuh permukaan
6
distal gigi sampingnya. Kedua permukaan itu disebut permukaan
proksimal.
2.2.4 Jaringan GigiGigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu:
a. Enamel
Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan satu-
satunyakomponen dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan
reparatif karena itu regenerasi enamel tidak mungkin terjadi. Struktur enamel
gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari 97%
mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%,
yang terletak dalam suatu pola kristalin. Karena susunan enamel yang
demikian maka ion-ion dalam cairan rongga mulut dapatmasuk ke enamel
bagian dalam dan hal ini memungkinkan terjadinya transport ion-ion melalui
permukaan dalam enamel ke permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan
enamel.
b. Dentin
Seperti halnya enamel, dentin terdiri dari kalsium dan fospor tetapi dengan
proporsi protein yang lebih tinggi (terutama collagen). Dentin adalah suatu
jaringan vital yang tubulus dentinnya berisi perpanjangan sitoplasma
odontoblas. Sel-sel odontoblas mengelilingi ruang pulpa dan kelangsungan
hidupnya bergantung kepada penyediaan darah dan drainase limfatik jaringan
pulpa. Oleh karena itu dentin peka terhadap berbagai macam rangsangan,
misal: panas dan dingin serta kerusakan fisik termasuk kerusakan yang
disebabkan oleh bor gigi.
c. Cementum
Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya dengan
tulang.
d. Pulpa
Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan urat-
urat syaraf dan pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai dentin. Urat-urat
syaraf ini mengirimkan rangsangan, seperti panas dan dingin dari gigi ke
otak, di mana hal ini dialami sebagai rasa sakit. Rangsangan yang
7
membangkitkan reaksi pertahanan adalah rangsangan dari bakteri (pada
karies), rangsangan mekanis (pada trauma, faktur gigi, preparasi kavitas, dan
keausan gigi), serta bisa juga disebabkan oleh rangsangan khemis misalnya
asam dari makanan, bahan kedokteran gigi yang toksik, atau dehidrasi dentin
yang mungkin terjadi pada saat preparasi kavitas/pengeboran gigi.
2.3 Klasifikasi
Karies gigi dapat dikelompokkan berdasarkan lokasi, tingkat laju
perkembangan, dan jaringan keras yang terkena.
a. Lokasi
Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan lokasinya, yaitu karies
yang ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.
b. Karies celah dan fisura
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat
perkembangan alur, dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan
atau depresio yang khas pada strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali
menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada daerah pipi atau bukal ditemukan di
gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin
berkembangnya proses perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat
berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada
pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin,
proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.
c. Karies permukaan halus
Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal
juga sebagai karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas
gigi. Karies akar terbentuk pada permukaan akar gigi. Tipe ketiga karies
permukaan halus ini terbentuk pada permukaan lainnya.
8
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang
tidak dapat dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi.
Karies proksimal ini memerlukan pemeriksaan radiografi.
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika
permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak
akan berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Permukaan akar
lebih rentan terkena proses demineralisasi daripada enamel atau email
karena sementumnya demineraliasi pada pH 6,7, di mana lebih tinggi dari
enamel. Karies akar lebih sering ditemukan di permukaan fasial, permukaan
interproksimal, dan permukaan lingual. Gigi geraham atas merupakan lokasi
tersering dari karies akar.
d. Deskripsi umum lainnya
Di samping pengelompokan diatas, lesi karies dapat dikelompokkan sesuai
lokasinya di permukaan tertentu pada gigi. Karies pada permukaan gigi yang
dekat dengan permukaan pipi atau bibir disebut "karies fasial", dan karies yang
lebih dekat ke arah lidah disebut "karies lingual". Karies fasial dapat dibagi lagi
menjadi bukal (dekat pipi) dan labial (dekat bibir). Karies lingual juga dapat
disebut palatal bila ditemukan di permukaan lingual dari gigi pada rahang atas
(maksila) dan dekat dengan pallatum durum atau bagian langit-langit mulut yang
keras.
e. Laju penyakit
Laju karies dapat membagi karies menjadi karies akut dan kronis. Karies
rekuren berarti karies yang terjadi pada bekas karies terdahulu.
f. Jaringan keras yang terpengaruh
Berdasarkan pada jaringan keras yang terpengaruh, karies dapat dibedakan
menjadi karies yang memengaruhi enamel, dentin, atau sementum. Pada awal
perkembangannya, karies mungkin hanya memengaruhi enamel. Namun ketika
karies semakin luas, dapat memengaruhi dentin. Sementum adalah jaringan keras
yang melapisi akar gigi, maka sementum dapat terkena bila akar gigi terbuka.
Karies di dekat leher gigi disebut karies servikal.
9
2.4 Etiologi
Menurut Sodikin, 2011:391 Ada dugaan bahwa karies gigi bukan
disebabkan oleh satu faktor saja. Tetapi oleh banyak faktor. Sejak tahun 1890,
telah diketahui bahwa karies gigi terjadi jika terdapat tiga faktor, yaitu gigi yang
rentan, adanya substrat untuk bakteri kariogenik, dan adanya bakteri kariogenik
(Beck, 1995). Seiring dengan perkembangan, karies gigi tergantung pada
hubungan yang kritis dari permukaan gigi, diet karbohidrat, dan bakteri mulut
spesifik.
Beberapa faktor yang memengaruhi terjadinya karies gigi pada anak antara
lain faktor makanan (yang manis-manis dan kurang bergizi), kebersihan mulut,
dan kebiasaan burukpada anak (mengemut makanan dan pemberian makanan
melalui botol).
Gigi yang rentan. Kerentanan sebuah gigi tergantung kepada status gizi
selama proses perkembangan gigi dan hereditas seseorang. Keberadaan fluorida
dan status gizi keseluruhan yang baik selama proses perkembangan gigi akan
membuat gigi kokoh dan tahan terhadap karies. Secara genetik, gigi pada sebagian
orang mempunyai sifat lebih tahan terhadap karies daripada orang-orang lainnya.
Substrat. Bakteri kariogenik akan memetabolisme hidrat arang sebagai
sumber energi, masing-masing bakteri dapat beradaptasi untuk metabolisme
masing-masing hidrat arang. Sukrosa, glukosa, dan fruktosa merupakan substrat
yang dapat digunakan bakteri, tetapi di antara ketiga jenis hidrat arang ini, sukrosa
merupakan substrat yang paling penting.
Bakteri kariogenik. Strain tertentu streptococcus, lactobacillus, dan
actinomyces bersifat kariogenik. Kuman-kuman ini memetabolisme hidrat arang
dan menghasilkan asam. Streptococcus mutansmerupakan bakteri kariogenik yang
paling penting, kuman ini memetabolisme sukrosa hingga menghasilkan asam
laktat yang akan menurunkan pH sekeliling gigi, saat pH turun sampai di bawah
5,5, ion-ion kalsium mulai meninggalkan enamel gigi proses ini disebut
demineralisasi.
10
Faktor etiologi yang penting adalah bahwa ada hubungan antara frekuensi
konsumsi karbohidrat, frekuensi pemasukan karbohidrat merupakan faktor
penentu yang lebih penting pada kejadian karies gigi daripada jumlah karbohidrat
yang dikonsumsi. Karbohidrat dipertimbangkan sebagai bahan tunggal terpenting
dari penyebab kebusukan pada gigi, tetapi yang terpenting adalah frekuensi dari
kuantitas total. Selain itu, faktor hereditas, faktor diet ibu selama kehamilan, cara
anak membersihkan gigi, dan kebiasaan makan berpengaruh pada karies gigi
anak. Karbohidrat dapat difermentasi olah bakteri dan menghasilkan asam laktat.
Adanya pembentukan plak bakterial akan mendorong arrea produksi asam laktat,
hal ini menyebabkan saliva yang bertindak sebagai buffer terhambat.
Diet yang sangat dimurnikan memiliki peranan sangat penting; permen, kue,
serta biskuit menjadi pengganggu utama terjadinya karies gigi. Karena jenis-jenis
makan tersebut dapat tersangkut diantara sela-sela gigi dan sepanjang garis gusi,
yang akan membentuk suatu substrat ideal tempat tumbuhnya bakteri dan
terbentuknya plak gigi.
Banyak teori yang menjelaskan mekanisme terjadinya karies gigi, salah
satunya adalah yang diungkapkan oleh Miller. Teori ini berdasarkan pada
keasaman. Teori asam dari Miller mengatakan karies disebabkan karena
terbentuknya asam di permukaan gigi yang timbul sebagai reaksi dari sisa-sisa
makanan yang melekat pada permukaan gigi dengan mikroorganisme yang berada
dimulut.
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal. Bakteri
dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam. Bakteri, asam,
sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang melekat
padapermukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak.
Plak akan terbentuk selama 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak
akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan terjadilah karies. Bakteri yang
paling berperan dalam menyebabkan karies adalah streptococcus mutans.
11
Ada empat hal utama yang berpengaruh pada karies: permukaan
gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan
waktu.
a. Gigi
Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi
faktor risiko terkena karies. Amelogenesis imperfekta, yang timbul pada 1 dari
718 hingga 14.000 orang, ada penyakit di mana enamel tidak terbentuk
sempurna. Dentinogenesis imperfekta adalah ketidaksempurnaan pembentukan
dentin. Pada kebanyakan kasus, gangguan ini bukanlah penyebab utama dari
karies.
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur
yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga
sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa makanan.
b. Bakteri
Preparat Streptococcus mutans. Mulut merupakan tempat berkembanganya
banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri penyebab karies, yaitu Streptococcus
mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies akar, bakteri yang
sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus,
Nocardia spp., dan Streptococcus mutans. Contoh bakteri dapat diambil pada
plak.
c. Karbohidrat yang dapat difermentasikan
Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa, fruktosa, dan
sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut
fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan demineralisasi.
Proses sebaliknya, remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral
yang diperlukan gigi tersedia pada air liur dan pasta gigi berflorida dan cairan
pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi
terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan.
12
d. Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan
mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat memetabolisme gula menjadi
asam dan menurunkan pH. PH dapat menjadi normal karena dinetralkan oleh air
liur dan proses sebelumnya telah melarutkan mineral gigi. Demineralisasi dapat
terjadi setelah 2 jam.
e. Faktor lainnya
Selain empat faktor di atas, terdapat faktor lain yang dapat meningkatkan
karies, yaitu
Air liur dapat menjadi penyeimbangan lingkungan asam pada mulut.
Terdapat keadaan dimana air liur mengalami gangguan produksi, seperti
pada sindrom Sjögren, diabetes mellitus, diabetes insipidus,
dan sarkoidosis.
Karies yang merajalela karena penggunaan metamfetamin. Obat-obatan
seperti antihistamin dan antidepresan dapat memengaruhi produksi air liur.
Terapi radiasi pada kepala dan leher dapat merusak sel pada kelenjar liur.
Penggunaan tembakau juga dapat mempertinggi risiko karies. Tembakau
adalah faktor yang signifikan pada penyakit periodontis, seperti dapat
menyusutkan gusi. Dengan gusi yang menyusut, maka permukaan gigi
akan terbuka. Sementum pada akar gigi akan lebih mudah mengalami
demineralisasi.
Karies botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang
ditemukan di anak-anak pada gigi susu. Gigi yang sering terkena adalah
gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat terkena
juga. Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada
anak-anak yang tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan
botolnya. Sering pula disebabkan oleh seringnya pemberian makan pada
anak-anak dengan cairan manis.
Ada juga karies yang merajalela atau karies yang menjalar ke semua
gigi. Tipe karies ini sering ditemukan pada pasien dengan xerostomia,
13
kebersihan mulut yang buruk, pengonsumsi gula yang tinggi, dan
pengguna metamfetamin karena obat ini membuat mulut kering. Bila
karies yang parah ini merupakan hasil karena radiasi kepala dan leher, ini
mungkin sebuah karies yang dipengaruhi radiasi.
2.5 Epidemiologi
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan
sebagian besar orang dewasa pernah menderita karies. Prevalensi karies tertinggi
terdapat di Asia dan Amerika Latin. Prevalensi terendah terdapat
di Afrika. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit kronis anak-anak
yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies merupakan
penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak. Antara 29%
hingga 59% orang dewasa dengan usia lebih dari limapuluh tahun mengalami
karies.
Jumlah kasus karies menurun di berbagai negara berkembang, karena
adanya peningkatan kesadaran atas kesehatan gigi dan tindakan pencegahan
dengan terapi florida.
2.6 Manifestasi Klinis
Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai
penyakit berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang
tampak berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi.
Daerah ini dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses tersebut
dapat kembali ke asal atau reversibel, namun ketika lubang sudah terbentuk maka
struktur yang rusak tidak dapat diregenerasi. Sebuah lesi tampak coklat dan
mengkilat dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya
karies yang aktif.
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang semakin tampak. Daerah
yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh. Karies
kemudian menjalar ke saraf gigi, terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri dapat
bertambah hebat dengan panas, suhu yang dingin, dan makanan atau minuman
yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan
14
yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke
jaringan lainnya sehingga menjadi berbahaya.
2.7 Patofisiologi
(Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2011:177) Lokasi terjadi karies ditemukan
di permukaan halus. Karies di celah atau fisura gigi dapat tampak seperti daerah
bekapur namun berkembang menjadi lubang coklat. Celah dan fisura adalah tanda
anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur, tidak sepenuhnya
menyatu dan membuat suatu turunan ataudepresio yang khas padastruktur
permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi kariesgigi.
Semakinberkembangnya proses perlubangan karena karies, email atau enamel
terdekat akat berlubang semakin dalam. Ketika karies telah mencapai dentin pada
pertemuan enemel-dental, lubang akan menyebar secara lateral. Di dentin, proses
perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi (Ismail, 2001)
Beberapa hal yang mendukung terjadinya karies gigi, adalah permukaan
gigi, bakteri kariogenik (penyebab karies), karbohidrat yang difermentasikan, dan
waktu. Faktor permukaan gigi yangpeka, yaitu gigi yang mengandung sedikit
fluor atau memiliki lubang, lekukanmaupun alur yng menahanplak meningkatkan
risiko karies. Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat
mempertinggi fakttor risiko terkena karies, yaitu penyakit di mana enamel tidak
terbentuk sempurna dan ketidaksempurnaan pembentukan dentin (pada penyakit
dentinogenesis imperfekta). Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan
karies. Celah atau alur yang dalam pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan
karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang sering terselip sisa
makanan(Bernabea, 2009).
Pasien biasanya tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit
berkembang lama. Tanda awal dari lesi karies adalah sebuah daerah yang tampak
berkapur di permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini
dapat menjadi tampak coklat dan membentuk lubang. Proses sebelum ini dapat
kembali keasal (reversibel), namun ketika lubang sudah terbentuk maka struktur
yang rusak tidak dapat diregenarisasi. Sebuah lesi tampak coklat dan mengilat
15
dapat menandakan karies. Daerah coklat pucat menandakan adanya karies yang
aktif (Bernabea, 20090.
Mulut merupakan tempat berkembangannya banyak bakteri, namun hanya
sedikit bakteri penyebab karies, yaitu stretococcus mutans dan lactobacilli.
Khusus untuk karies akar, bakteri yang sering ditemukan adalah
lactobacillus acidophilus, actinomyces visensu norcardia spp, dan streptoccus
mutans (Lewis, 2000). Bakteri pada mulut seseorang akan mengubah glukosa,
fruktosa, dan sukrosamnejadi asam laktat melalui sebuah proses glikonis yang
disebut fermentasi.
Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan deminerallisasi. Proses
sebaliknya remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan mineral yang
diperlukan oleh gigi tersedia pada air liur, pasca gigi berflorida, dan cairan
pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi
terus berlanjut, maka akan terjadi proses pelubangan (Marshall, 2009).
Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang akan semakin tampak.
Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi lunak ketika disentuh.
Karies kemudian menjalar ke saraf gigi terbuka, dan akan terasa nyeri. Nyeri
dapat bertambah hebat dengan panas dan yang dingin, dan makanan dan minuman
yang manis. Karies gigi dapat menyebabkan napas tak sedap dan pengecapan
yang buruk. Dalam kasus yang lebih lanjut, infeksi dapat menyebar dari gigi ke
jaringan yang lainnya sehingga menjadi berbahaya (Ismail, 2001).
Adanya karies gigi akan memberikan berbagai menifestasi keluhan dan
risiko terjadinya maslah keperawatan. Masalah keperawatan yanga muncul akan
berhubungan dengan kerusakan gigi sekunder dari dampak adanya karies gigi.
16
Anatomi permukaan gigi Karbohidrat yang difermentasikan
Karies gigiBakteri kariogenik (penyebab karies) waktu
Enamel dan dentin rusakProt de entree Ketidaktahuan
sumber informasi yang salah
Risiko infeksiMisinterpretasi perawatan dan
penatalaksanaan pengobatan
Pemenuhan informasi
Kerusakan menjalar ke saraf gigi
Kerusakan pada banyak gigi
Respon sensitivitas saraf gigi
Gangguan estetika
nyeri Perubahan gambaran diri
2.8 DiagnosisDiagnosis pertama memerlukan inspeksi atau pengamatan pada semua
permukaan gigi dengan bantuan pencahayaan yang cukup, kaca gigi, dan
eksplorer. Radiografi gigi dapat membantu diagnosis, terutama pada kasus karies
interproksimal. Karies yang besar dapat langsung diamati dengan mata telanjang.
Karies yang tidak ekstensif dibantu dulu dengan menemukan daerah lunak
pada gigi dengan eksplorer.
Beberapa peneliti gigi telah memperingatkan agar tidak menggunakan
eksplorer untuk menemukan karies. Pada kasus dimana sebuah daerah kecil pada
gigi telah mulai terjadi demineralisasi namun belum membentuk lubang, tekanan
melalui eksplorer dapat merusak dan membuat lubang.
Teknik yang umum digunakan untuk mendiagnosis karies awal yang belum
berlubang adalah dengan tiupan udara melalui permukaan yang disangka, untuk
17
membuang embun, dan mengganti peralatan optik. Hal ini akan membentuk
sebuah efek "halo" dengan mata biasa. Transiluminasi serat optik
direkomendasikan untuk mendiagnosis karies kecil.
2.9 Pencegahan
a. Kebersihan mulut
Kebersihan perorangan terdiri dari pembersihan gigi yang baik. Kebersihan
mulut yang baik diperluklan untuk meminimalisir agen penyebab penyakit mulut
dan membuang plak gigi. Plak tersebut mengandung bakteri. Karies dapat dicegah
dengan pembersihan dan pemeriksaan gigi teratur.
b. Pengaturan makanan
Untuk kesehatan gigi, pengaturan konsumsi gula penting diperhatikan. Gula
yang tersisa pada mulut dapat memproduksi asam oleh bakteri.
Pengonsumsian permen karet dengan xilitol dapat melindungi gigi. Permen ini
telah popler di Finlandia. Efek ini mungkin disebabkan ketidakmampuan bakteri
memetabolisme xilitol.
c. Tindakan pencegahan lainnya
Terapi florida dapat menjadi pilihan untuk mencengah karies. Cara ini telah
terbukti menurunkan kasus karies gigi. Florida dapat membuat enbamel resisten
terhadap karies. Florida sering ditambahkan pada pasta gigi dan cairan pembersih
mulut.
Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa pemberian
radiasi laser intensitas rendah dengan laser ion argon dapat mencengah karies
enamel dan lesi daerah bercak putih.[Sedang dikembangkan pula, vaksin untuk
melawan bakteri karies. Pada 2004, vaksin ini telah berhasil diujicobakan pada
hewan, dan uji coba klinis pada manusia pada Mei 2006.
18
2.10 Prinsip Pengobatan dan Manajemen Keperawatan
Menurur Sodikin, 2011:391 Dalam pencegahan karies gigi, ada empat faktor
penting yaitu pemberian flourida untuk menguatkan gigi, sikat gigi yang efisien
untuk melepaskan plak pada gigi, dan perawatan gigi yang teratur. Pencegahan
karies gigi bergantung pada penghilangan faktor penybab, gula dimurnikan dari
diet, dan menghindari gula yang tertinggal di mukut dalam waktu lama dan
permen dan dummies yang dimaniskan.
Pemberian flourida pada air minum dapat mengurangi kecepatan karies
sebesar 30-40%, tetapi hal ini tidak boleh dianggap sebagai langkah penyelesaian
masalah. Pengguanaan flour pada air minum rendah, karena tindakan ini paling
efektif terhadap karies gigi jika pemberian flourida dalam persediaan air minum
sampai sekitar 1,00 ppm. Di daerah yang mengalami kekurangan flourida,
manfaat pencegahan karies yang sama dapat pemberian tambahan flourida pada
makanan (Behrman, Kiegman & Arvin, 2000).
Sikat gigi secara teratur dan membersihkan sela gigi dengan benang gigi
(flossing) harus digunakan untuk menghilangkan debris di antara gigi, atau
berkumur-kumur pada seluruh mulut segera setelah makan tiap hari; hal ini
bertujuan untuk mencegah serta mengurangi karies gigi dan penyakit periodontal.
Sebaiknya perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada orang tua tentang
tenik membersihkan mulut serta merawat gigi yang benar.
Anak-anak perlu diajarkan untuk menggosok gigi paling tidak setelah
makan pagi dan terakhir pada malam hari. Gigi harus disikat dengan gerakan rol,
mulai dari gusi ke arah permukaan gigi dan sikat harus menembus celah di antara
setiap gigi. Akan tetapi menjadi sulit bila gigi saling berdekatan, untuk di ajarkan
menggunakan dental floss untuk menghilangkan plak gigi atau partikel makanan.
Selain itu, orang tua dan anak-anak harus dianjurkan menghindari makanan
kecil di antara waktu makan yang mengandung karbohidrat. Pengurangan
frekuensi mengkonsumsi karbohidrat dapat mencegah karies gigi, termasuk dalam
hal in i konsumsi permen karet, gula-gula, dan minuman ringan yang mengandung
gula (manitol, sorbitol, aspartam). Ahli gigi telah menganjurkan agar lebih banyak
makan buah-buahan serta sayur-sayuran. Walaupun begitu, makanan yang
menimbulkan keasaman dalam mulut, sepeti apel, tidak dianjurkan untuk
19
dikonsumsi pada waktu malam hari, hal ini merupakan langkah pencegahan yang
efektif pada anak dengan gigi manis (sweet tooth). Akan tetapi bila terjadi karies
ceruk dan fisura di permukaan oklusal gigi, diperlukan penggunaan bahan
tambalan, tambalan berupa lapisan plastik yang digunakan untuk permukaan
oklusal gigi posterior.
20
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Asuhan Keperwatan
Contoh kasus:
An. A mengeluhkan giginya terasa nyeri setelah mengkonsumsi coklat.
Orang tuanya mengatakan kalau An. A sering sekali mengkonsumsi es, coklat,
dan permen. Gigi klien terlihat rusak di bagian depan dan berwarna kecoklatan.
Orang tua nya mengatakan sejak umur 4 tahun giginya sudah seperti itu. An. A
juga jarang sekali menggosok giginya. Orang tuanya pun kurang memperhatikan
kesehatan gigi klien. BB=15 kg, TB = 90 cm, TD: 100 / 60 mmHg, Nadi:72 kali /
menit, Suhu: 36,5 °C dan pernafasan: 24 kali / menit.
3.1.1 Pengkajian
a. Identitas
Nama Anak : An. A
Nama orang tua : Maraita
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun
Pekerrjaan : Pelajar
Agama : Islam
Alamat : Anduring
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Anak sering mengeluh terasa nyeri dan sakit pada giginya, terutama
saat makan es, permen dan makanan manis lainnya.
Riwayat Penyakit Sekarang
Anak mengeluh terasa nyeri pada gigi bagian depannya, setelah dilihat
oleh orang tuanya ternyata ada terdapat lubang dan berwarna
kecoklatan. Keluarga tidak menanggapi dengan serius keluhan tersebut.
Setelah beberapa hari ternyata keluhan nyeri an. A tidak kunjung
berhenti dan keluarga pun segera membawa ke rumah sakit terdekat.
21
Setelah dilakukan pemeriksaan BB=15 kg, TB=90 cm, TD: 100/60
mmHg, nadi: 72 kali/menit, suhu : 36oC, dan RR : 24 kali/menit
ternyata an. A menderita gejala karies gigi.
Riwayat Penyakit Dahulu
An. A tidak pernah ada riwayat operasi sebelumnya, dan tidak pernah
ada riwayat masuk rumah sakit dan tetapi anak mempunyai riwayat
demam, batuk dan pilek.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menderita penyakit menular,
menurun dan yang berhubungan dengan kerusakan gigi.
c. Pengajian fisik
Inspeksi : terjadinya kerusakan pada gigi bagian depan dan mahkota
depan hanya tinggal sedikit.
Pengukuran antropometri : BB=15 kg, TB = 90 cm
d. Pemerikasaan tanda-tanda vital
2 Tekanan darah : 100 / 60 mmHg
3 Nadi : 72 kali / menit
4 Suhu : 36,5 °C
5 Pernafasan : 24 kali / menit
e. Pengkajian 11 Pola Fungsional Godon
Pola Persepsi kesehatan
Orang tua nya menganggap bahwa anak masih kecil, giginya masih gigi
susu yang masih ada gantinya. Jadi orang tua tidak terlalu memikirkan
perawatan gigi anak.
Pola Nutrisi dan Metabolik
Anak terlihat sehat dan tidak ada masalah pada berat badan, hanya saja
giginya yang berlubang karena perawatan yang kurang dari orang tua.
Pola makan anak teratur dan anak sering jajan di luar rumah, seperti es,
coklat dan permen yang sering dikonsumsi setiap hari.
Pola Eliminasi
Anak tidak ada masalah dengan buang air besar dan buang air kecilnya.
22
Pola tidur-istirahat
Anak tidur jam 9 malam dan bangun jam 6 pagi setiap hari. Tidur anak
nyenyak tidak ada gangguan. Tetapi anak jarang sekali tidur di siang
hari.
Pola aktivitas-latihan
Anak tidak mengalami gangguan pada aktivitasnya. Anak bermain
dengan ceria bersama teman-temannya setiap hari.
Pola peran-hubungan
Interaksi dengan keluarga cukup baik. Hubungan anak dengan orang tua
terlihat harmonis, terlihat anak sangat disayang dengan orang tua.
Pola persepsi diri-konsep diri
Tidak ada gangguan pada persepsi diri dan konsep diri anak.
Pola sensori-kognitif
Tidak ada gangguan pada sensori dan kognitif anak.
Pola reproduksi-seksual
Tidak ada gangguan pada pula seksual anak.
Pola koping-toleransi stress
Anak masih bergantung pada orang tua. Dalam mengatasi stress anak
masih sangat membutuhkan dukungan orang tua.
Pola nilai-kepercayaan
Anak belum mengerti tentang ibadah dan kepercayaan agamanya. Jadi
tidak ada pengaruh pola ibadah terhadap penyakit anak.
3.1.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubugan dengan kerusakan gigi
2. Resiko kerusakan pertumbuhan gigi berhubungan dengan kurang
motivasi keluarga mengenai perawatan gigi.
23
3.1.3 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan gigi.
Tujuan : Anak tidak mengeluh nyeri pada area mulutnya.
Kriteria Hasil :
Anak mendapatkan gigi yang sehat.
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan pada area mulut.
Anak bisa mengkonsumsi segala jenis makanan tanpa mengeluh
sakit pada gigi.
Intervensi :
Mengkaji skala nyeri 1-10
Mengobservasi tingkat kerusakan gigi anak.
Menjelaskan kepada keluarga tentang upaya perawatan gigi yang
benar.
Menjelaskan tentang pentingnya menggosok gigi minimal 2 kali
sehari.
Menganjurkan keluarga untuk memeriksakan gigi anak setidak-
tidaknya 6 bulan sekali.
Meminta keluarga untuk mengawasi makanan yang dikonsumsi
anak.
Kolaborasi pemberian anti nyeri.
2. Resiko kerusakan pertumbuhan gigi berhubungan dengan kurang
motivasi keluarga mengenai perawatan gigi.
Tujuan : kerusakan pertumbuhan gigi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Keluarga lebih memperhatikan kesehatan gigi anak dan dapat
melakukan perawatan gigi anak dengan benar.
Intervensi :
Jelaskan kepada keluarga tentang pentingnya perawatan gigi anak
sejak dini.
Jelaskan tentang makanan yang dapat merusak gigi anak.
24
Ajarkan anak dan orang tua perawatan gigi dan cara menggosok gigi
dengan benar agar anak dan orang tua dapat menerapkannya.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi.
Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat
menyebabkan nyeri, penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan
bahkan kematian. Penyakit ini telah dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah
menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal sejak zaman perunggu, zaman
besi, dan zaman pertengahan. Peningkatan prevalensi karies banyak dipengaruhi
perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar
di seluruh dunia. (wikipedia.com).
25
Banyak teori yang menjelaskan mekanisme terjadinya karies gigi, salah
satunya adalah yang diungkapkan oleh Miller. Teori ini berdasarkan pada
keasaman. Teori asam dari Miller mengatakan karies disebabkan karena
terbentuknya asam di permukaan gigi yang timbul sebagai reaksi dari sisa-sisa
makanan yang melekat pada permukaan gigi dengan mikroorganisme yang berada
dimulut.
4.2 Saran
Diharapkan bagi yang merasa adanya nyeri pada gigi dan gigi berlubang
dapat segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan informasi yang
lengkap dan tindak lanjut untuk mengatasinya. Dan diharapkan juga mengurangi
mengurangi makanan yang manis-manis dan menjaga kebrsihan mulut dengan
menyikat gigi minimal dua kali sehari.
26