bab 1 kejang demam

30
BAB I LAPORAN KASUS 2.1. Identitas Pasien Nama : An. Azhril Ahmad Nur Asobri Usia : 17 bulan , BB : 7,6 kg Jenis Kelamin : laki2 Agama : Islam Alamat : Kerpen Tempuran, Magelang No. RM : 11-21-02 Masuk RS : kamis, 16 oktober 2014 Tgl. Periksa : kamis, 16 oktober 2014 (bangsal) Tanggal keluar : 20 oktober 2014 Pembiayaan : BPJS 2.2. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara allo-anamnesis dengan orang tua pasien di bangsal flamboyan pada tanggal 16 Oktober 2014. Keluhan Utama Pasien datang dengan keluhan demam mendadak sejak 1 hari yll semalaman SMRS. Riwayat Penyakit Sekarang - Demam disertai dengan kejang sebanyak 3 x pada pukul ( 06.00 wib, 24.00 wib, 12.00 wib ) lama kejang < 5 menit

Upload: kartikasariirdan

Post on 17-Jan-2016

244 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

data

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 1 Kejang Demam

BAB I

LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien

Nama : An. Azhril Ahmad Nur Asobri

Usia : 17 bulan , BB : 7,6 kg

Jenis Kelamin : laki2

Agama : Islam

Alamat : Kerpen Tempuran, Magelang

No. RM : 11-21-02

Masuk RS : kamis, 16 oktober 2014

Tgl. Periksa : kamis, 16 oktober 2014 (bangsal)

Tanggal keluar : 20 oktober 2014

Pembiayaan : BPJS

2.2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara allo-anamnesis dengan orang tua pasien di bangsal

flamboyan pada tanggal 16 Oktober 2014.

Keluhan Utama

Pasien datang dengan keluhan demam mendadak sejak 1 hari yll semalaman SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang

- Demam disertai dengan kejang sebanyak 3 x pada pukul

( 06.00 wib, 24.00 wib, 12.00 wib ) lama kejang < 5 menit

- Muntah (-)

- Mual (-)

- Kejang (-)

- Batuk (-)

- Pilek (-)

- Makan/minum +/+ menurun

- BAB (+), BAK (+)

- Nafsu makan menurun

Page 2: BAB 1 Kejang Demam

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat kejang disertai demam dulu saat umur tahun sebanyak 1 x selama < 5 menit

dan dirawat di RS Harapan selama 3 hari.

Riwayat Penggunaan Obat

- Saat demam pasien sempat dibawa ke bidan terdekat, mendapat therapi obat ( namun

lupa namanya ) tapi keluhan demam tidak mereda.

Riwayat Penyakit Keluarga/Lingkungan Sekitar

- Riw. Kejang (-), riw. Alergi (-), riw. Asma (-)

- tidak ada dikeluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Kehamilan/Kelahiran

Ibu pasien tidak pernah dirawat di RS karena penyakit tertentu selama hamil.

Ibu pasien rajin memeriksakan kehamilan.

Pasien lahir dibantu oleh bidan, spontan, cukup bulan, langsung menangis, pucat

(-), biru (-), kuning (-).

Riwayat Perkembangan

Tidak terdapat riwayat gangguan perkembangan.

Riwayat Imunisasi

Menurut keterangan dari ibu pasien, pasien mendapatkan imunisasi lengkap sesuai

dengan jadwal di Puskesmas.

2.3. Pemeriksaan

Status Generalis

Keadaan Umum : tampak sakit sedang.

Kesadaran : kompos mentis/ GCS : E4V5M6.

Vital Sign :

Nadi : 110 x/ menit.

Suhu : 38,7 0C

Page 3: BAB 1 Kejang Demam

Nafas : 30x/ menit.

Pemeriksaan Fisik

Kepala/ leher : normosefal, anemis (-), ikterus (-), cyanosis (-), dyspneu (-)

Mata cekung (-/-), bibir kering (-), air mata (+/+)

Tonsil tidak merah tidak hiperemis, faring : dbn

Thorax :

Paru :

I : simetris, retraksi dinding dada (-), otot bantu napas (-).

P : fremitus kanan-kiri sama, pengembangan paru tertinggal (-).

P : sonor.

A : SDV (+/+), Rh -/-, Wh (-/-).

Jantung :

I : iktus kordis tidak terlihat.

P : iktus kordis kuat angkat.

P : tidak terdapat pelebaran batas jantung.

A : BJ1-BJ2 normal, murmur (-), gallop (-).

Abdomen :

I : datar, jaringan parut (-), massa (-).

A : bising usus (+) meningkat.

P : supel, hati/limpa (ttb), nyeri tekan (-), turgor baik, massa (-).

P : hipertimpani.

Ekstremitas : akral hangat (+), sianosis (-), edema (-), deformitas (-), CRT

< 2 detik, turgor kulit (+) dbn.

2.4. Hipotesis

Observasi Kejang Demam Sederhana

2.5. Planing

Pemeriksaan laboraturium darah lengkap, ul, GDA, Elektrolit

Page 4: BAB 1 Kejang Demam

Parameter Range Result

WBC 4-10 x 10^3/uL 5,8

LYM 20-40% 1,8

MID 1-15% 0,4

GRAN 50-70% 3,6

RBC 3.5-5.5 x 10^6 uL 4,24

HGB 11-15 g/dL 11,4

HCT 36-48% 32,3

MCV 80-99 fL 75,9

MCH 26-32 Pg 26,9

MCHC 32-36 g/dL 35,4

PLT 150-450 x 10^3 uL 143

PCT 0.10-0.28% 0.13

Parameter Result Range

K 4,06 mmol/L

3,48-5,50

Na 144,00 mmol/L

135,37 – 145.00

Cl 105,00 mmol/ L

96,00 – 106,00

Hasil lab. Hari/tgl : Kamis, 16 Oktober 2014

Page 5: BAB 1 Kejang Demam

2.6. Diagnosa

Observasi Kejang Demam Sederhana

2.7. Terapi

- kaen 3B 750 ml/ 24 jam

- tridicef 3 x 250 mg

- sanmol 100 mg

- stesolid 0,3 mg 3x1

- kalmet 3 x ¼ amp

- L- Bio 2x1

- Orezync 1x1

2.8. Riwayat Rawat Inap

Follow Up Bangsal Tanggal 17-10-2014

Subjektif

kejang (-)

- demam (-) , mual (-), muntah (-)

- BAK (+ ) lancar, BAB (+) lancar

- batuk (-) pilek (-)

- makan/minum (+/+)

- nafsu makan membaik

Objektif

KU/Kes : tampak sakit sedang/CM/E4V5M6.

VS ; HR: 118 x/ mnt; R : 28 x/mnt; T : 36,60C

K/L : A/I/C/D :-/-/-/-; Mata cekung (-/-).

P : SDV +/+. R -/-, W -/-

C : S1> S2, M -, G –

A : datar, supel, hipertimpani, BU (+) , turgor kulit (n).

E : akral hangat (+), sianosis (-).

Page 6: BAB 1 Kejang Demam

Assessment : obs. Kejang Demam Sederhana

Planning

- kaen 3B 750 ml/ 24 jam

- tridicef 3 x 250 mg

- sanmol 100 mg

- stesolid 0,3 mg 3x1

- kalmet 3 x ¼ amp

- L- Bio 2x1

- Orezync 1x1

Follow Up Bangsal Tanggal 18-10-2014

Subjektif

- kejang (-)

- demam (-) , mual (-), muntah (-)

- BAB (+) lembek warna kuning

- BAK (+ ) lancar

- batuk (-) pilek (-)

- makan/minum (+/+)

- nafsu makan (+)

Objektif

KU/Kes : tampak sakit sedang/CM/E4V5M6.

VS : HR : 118 x/ mnt; R : 24 x/mnt; T : 36.7 0C

K/L : A/I/C/D :-/-/-/-; Mata cekung (-/-).

P : SDV +/+. R -/-, W -/-

C : S1> S2, M -, G –

A : datar, supel, timpani, BU (+) normal, turgor kulit (n).

E : akral hangat (+), sianosis (-).

Page 7: BAB 1 Kejang Demam

Assessment : Obs. Kejang Demam Sederhana

Planning

- kaen 3B 750 ml/ 24 jam

- tridicef 3 x 250 mg

- sanmol 100 mg

- stesolid 0,3 mg 3x1

- kalmet 3 x ¼ amp

- L- Bio 2x1

- Orezync 1x1

Follow Up Bangsal Tanggal 18-10-2014

Subjektif

Kejang (-)

Diare (-), BAB (+) konsistensi normal.

Mual (-), muntah (-)

BAK (+).

Kembung (-)

Demam (-)

Objektif

KU/Kes : tampak sakit sedang/CM/E4V5M6.

VS : HR : 100 x/ mnt; R : 36 x/mnt; T : 36,7 0C

K/L : A/I/C/D :-/-/-/-; Mata cekung (-/-).

P : SDV +/+. R -/-, W -/-

C : S1> S2, M -, G –

A : datar, supel, timpani, BU (+) normal, turgor kulit (n).

E : akral hangat (+), sianosis (-).

Assessment : Kejang Demam Sederhana

Page 8: BAB 1 Kejang Demam

Planning :

- kaen 3B 750 ml/ 24 jam

- tridicef 3 x 250 mg

- sanmol 100 mg

- stesolid 0,3 mg 3x1

- kalmet 3 x ¼ amp

- L- Bio 2x1

- Orezync 1x1

Follow Up Bangsal Tanggal 19-10-2014

Subjektif

Diare (-), BAB (+) konsistensi normal.

Mual (-), muntah (-)

BAK (+).

Demam (-)

Objektif

KU/Kes : baik /CM/E4V5M6.

VS : HR : 110 x/ mnt; R : 30 x/mnt; T : 36,5 0C

K/L : A/I/C/D :-/-/-/-; Mata cekung (-/-).

P : SDV +/+. R -/-, W -/-

C : S1> S2, M -, G –

A : datar, supel, timpani, BU (+) normal, turgor kulit (n).

E : akral hangat (+), sianosis (-).

Assessment : Kejang demam sederhana

Planning

Page 9: BAB 1 Kejang Demam

- kaen 3B 750 ml/ 24 jam (aff)

- tridicef 3 x 250 mg

- sanmol 100 mg

- stesolid 0,3 mg 3x1

- kalmet 3 x ¼ amp

Follow Up Bangsal Tanggal 20-10-2014

Subjektif

Kejang (-)

Diare (-), BAB (+) konsistensi normal.

Mual (-), muntah (-)

BAK (+).

Demam (-)

Objektif

KU/Kes : baik /CM/E4V5M6.

VS : HR : 110 x/ mnt; R : 30 x/mnt; T : 36,6 0C

K/L : A/I/C/D :-/-/-/-; Mata cekung (-/-).

P : SDV +/+. R -/-, W -/-

C : S1> S2, M -, G –

A : datar, supel, timpani, BU (+) normal, turgor kulit (n).

E : akral hangat (+), sianosis (-).

Assessment : Kejang demam sederhana

BAB II

Page 10: BAB 1 Kejang Demam

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEJANG DEMAM

1.) DEFINISI

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh

(suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.1 Kejang

demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam (suhu diatas 39oC per

rektal) tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi

pada anak berusia 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.2

Menurut Consensus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam

adalah suatu kejadian pada bayi dan anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5

tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi

intrakranial atau penyebab tertentu.3 Anak yang pernah kejang tanpa demam,

kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.1,3 Kejang

disertai demam pada bayi berumur kurang dari 4 minggu (1 bulan) tidak termasuk

kejang demam.1,3 Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu ditandai

dengan kejang berulang tanpa demam.2 Definisi ini menyingkirkan kejang yang

disebabkan penyakit saraf seperti meningitis, ensefalitis atau ensefalopati. Kejang

pada keadaan ini mempunyai prognosis yang berbeda dengan kejang demam karena

keadaan yang mendasarinya mengenai susunan saraf pusat.3 Bila anak berumur

kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun menaglami kejang didahului demam,

pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi

bersama demam. 2

2. EPIDEMIOLOGI

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika

Selatan dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi. Kira-kira 20% kasus

merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun

kedua kehidupan (17-23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada laki-laki.3

Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan samapi 5 tahun.1Menurut

IDAI, kejadian kejang demam pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun hampir 2 -

5%.2,10

Page 11: BAB 1 Kejang Demam

3. KLASIFIKASI

Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua :

a. Kejang Demam Sederhana ( Simple Febrile Seizure)

Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit dan

umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau

klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam 24 jam. Kejang

demam sederhana merupakan 80 % diantara seluruh kejang demam.

b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini :

1.) Kejang lama > 15 menit

2.) Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang

parsial

3.) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.5

4. FAKTOR RESIKO

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam. Selain itu

terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,

perkembangan terlambat, problem masa neonatus, anak dalam perawatan khusus,

dan kadar natrium rendah. Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak

akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih dan kira-kira 9% anak mengalami 3

kali rekurensi atau lebih, resiko rekurensi meningkat dengan usia dini, usia

dibawah 18 bulan, cepatnya anak mendapat kejang setelah demam timbul,

temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam dan riwayat

keluarga epilepsi. 5,6

Faktor risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari ialah adanya gangguan

neurodevelopmental, kejang demam kompleks, riwayat epilepsi dalam keluarga,

lamanya demam saat awitan kejang dan lebih dari satu kali kejang demam

kompleks. 5,6

5. PATOFISIOLOGI

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan

suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak

yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen

disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui

Page 12: BAB 1 Kejang Demam

sistem kardiovaskuler. Jadi sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses

oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang

terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik.

Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion

kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya,

kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan

konsentrasi Na+ rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel, maka terdapat

perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel dari sel neuron. Untuk

menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan

enzim Na-KATPase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

b. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau

aliran listrik dari sekitarnya.

c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau

keturunan.9

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada

seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,

dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu

tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron dan

dalam waktu singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui

membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik

ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran

sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah

kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari

tinggi rendahnya ambang kejang seseorang anak menderita kejang pada kenaikan

suhu tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi

pada suhu 38oC sedangkan pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang

baru terjadi pada suhu 40oC atau lebih. Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan

bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang

rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada tingkat suhu

Page 13: BAB 1 Kejang Demam

berapa penderita kejang. Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak

berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang

berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai gejala apnea,

meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang

akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnea, asidosis laktat disebabkan oleh

metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur

dan suhu tubuh makin meningkat disebkan oleh meningkatnya aktivitas otot dan

selanjutnya menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas

adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama

berlangsungnya kejang lama. Faktor terpenting adalah gangguan peredaran darah

yang mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan permeabilitas kapiler dan

timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan

pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang

berlangsung lama dapat menjadi “matang” dikemudian hari, sehingga terjadi

serangan epilepsi yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat

menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.9

6. MANIFESTASI KLINIS

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan

dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi

diluar susunan saraf pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis,

furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama

sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik

– klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan

otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik

(kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama

1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat,

inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan

pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.1,9,10

Kejang umumnya berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti, anak tidak memberi

reaksi apapun untuk sejenak, tetapi beberapa detik/menit kemudian anak akan

terbangun dan sadar kembali tanpa kelainan saraf. Kejang demam yang

berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa.

Tetapi kejang yang berlangsung lama (> 15 menit) sangat berbahaya dan dapat

menimbulkan kerusakan permanen dari otak.4

Page 14: BAB 1 Kejang Demam

7. DIAGNOSIS

a. Anamnesis

1.) Adanya kejang , jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat

kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab demam diluar susunan

saraf pusat.

2.) Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam

keluarga.

3.) Singkirkan penyebab kejang lainnya.

b. Pemeriksaan fisik : kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsal meningeal, tanda

peningkatan tekanan intrakranial, tanda infeksi di luar SSP.6

c. Pemeriksaan Penunjang

1.) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang

demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi

penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi

disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya

darah perifer, elektrolit dan gula darah.5

2.) Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis

bakterialis adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk

menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi

klinisnya tidak jelas. Oleh karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada ; bayi

kurng dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan, bayi antara 12-18 bulan

dianjurkan, bayi > 19 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara

klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal. 5

3.) Elektroensefalografi (EEG)

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang atau memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi

pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam

tidak khas misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6

tahun atau kejang demam fokal.5

4.) Pencitraan

Page 15: BAB 1 Kejang Demam

Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan

(CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan,

tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti ; kelainan neurologik fokal yang

menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil edema.5

8. DIAGNOSIS BANDING

Penyebab lain kejang yang disertai demam harus disingkirkan, khususnya

meningitis atau ensefalitis. Pungsi Lumbal teriondikasi bila ada kecurigaan klinis

meningitis. Adanya sumber infeksi seperti ototis media tidak menyingkirkan

meningitis dan jika pasien telah mendapatkan antibiotika maka perlu pertimbangan

pungsi lumbal. 2

9. PENATALAKSANAAN

a. Penatalaksanaan saat kejang

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien

datang kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang obat yang

paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intravena adalah 0,3

-0,5 mg/kg perlahan –lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu

3-5 menit, dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis dan dapat

diberikan oleh orang tua atau dirumah adalah diazepam rektal. Diazepam

rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan

berat badan kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 10 kg.

Atau Diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun

atau dosis 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.5

Bila setelah pemberian Diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat

diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.

Bila setelah 2 kali pemberian Diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan

ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan Diazepam intravena dengan

dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara

intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1

mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis

selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila

dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang

rawat intensif. Bila kejang berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung

Page 16: BAB 1 Kejang Demam

dari jenis kejang demam apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan

faktor resikonya.5

b. Pemberian obat pada saat demam

1. Antipiretik

Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi

resiko terjadinya kejang demam, namun para ahli di Indonesia sepakat

bahwa antipiretik tetap dapat diberikan. Dosis Paracetamol yang

digunakan adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih

dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Meskipun

jarang, asam asetilsalisilat dapat menyebabkan sindrom Reye terutama

pada anak kurang dari 18 bulan, sehingga penggunaan asam asetilsalisilat

tidak dianjurkan.2,3,5

2. Antikonvulsan

Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat

demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30% -60% kasus,

begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada

suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia,

iritabel dan sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus. Fenobarbital,

karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak berguna untuk

mencegah kejang demam.

c. Pemberian Obat Rumat

1. Indikasi Pemberian obat Rumat

Pengobatan rumat diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri

sebagai berikut (salah satu) ;

- Kejang lama > 15 menit

- Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental,

hidrocephalus.

- Kejang fokal

Pengobatan rumat dipertimbangkan bila ; kejang berulang dua kali atau

lebih dalam 24 jam, kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan,

kejang demam ≥ 4 kali per tahun.5

Page 17: BAB 1 Kejang Demam

2. Jenis Antikonvulsan untuk Pengobatan Rumat

Pemberian obat fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif

dalam menurunkan risiko berulangnya kejang. Berdasarkan bukti ilmiah

bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat

menyebabkan efek samping, maka pengobatan rumat hanya diberikan

terhadap kasus selektif dan dalam jangka pendek. Pemakaian fenobarbital

setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kesulitan belajar

pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada

sebagian kecil kasus, terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam

valproat dapat menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat

15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari

dalam 1-2 dosis. Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas

kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.5

10. EDUKASI PADA ORANG TUA

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Pada saat

kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.

Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara yang diantaranya :

a. Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik

b. Memberitahukan cara penanganan kejang

c. Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali

d. Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus

diingat adanya efek samping obat.4,5

Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang

a. Tetap tenang dan tidak panik.

b. Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher.

c. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan

muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah

tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

a. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.

b. Tetap bersama pasien selama kejang.

c. Berikan diazepam rektal, dan jangan diberikan bila kejang telah berhenti.

d. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau

lebih .5

Page 18: BAB 1 Kejang Demam

11. VAKSINASI

Sejauh ini tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi terhadap anak

yang mengalami kejang demam. Kejang setelah demam karena vaksinasi jarang.

Kejang demam pasca imunisasi tidak memiliki kecenderungan berulang yang lebih

besar daripada kejang demam pada umumnya. Dan kejang demam pasca imunisasi

kemungkinan besar tidak akan berulang pada imunisasi berikutnya. Angka

kejadian pasca vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi,

Risiko ini tinggi pada hari imunisasi, dan menurun setelahnya.5,7 Sedangkan setelah

vaksinasi MMR 25-34 per 100.000, resiko meningkat pada hari 8-14 setelah

imunisasi.7 Dianjurkan untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak

demam, terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak

merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari kemudian.5

12. PROGNOSIS

Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah

dilaporkan.8 Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada

pasien yang sebelumnya normal. Penelitian lain secara retrospektif melaporkan

kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus, dan kelainan ini biasanya terjadi

pada kasus dengan kejang lama atau kejang berulang baik umum atau fokal.

Kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.5,9

BAGAN PENGHENTIAN KEJANG DEMAM

KEJANG1. Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB atau

BB < 10 kg = 5 mg, BB > 10 kg = 10 mg

2. Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

Page 19: BAB 1 Kejang Demam

KEJANGDiazepam rektal

( 5 menit )

Di Rumah Sakit

KEJANGDiazepam IV, Kecepatan 0,5-1 mg/menit (3-5 menit)(depresi pernapasan dapat terjadi)

KEJANGFenitoin bolus IV 10-20 mg/kgBBKecepatan 0,5 -1 mg/kgBB/menit

KEJANGTransfer ke Ruang Rawat Intensif

KETERANGAN :

1. Bila kejang berhenti terapi profilaksis intermitten atau rumatan diberikan berdasarkan

kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya.

2. Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan NaCl

fisiologis, untuk mengurangi sfek samping aritmia dan hipotensi.6

BAB III

Page 20: BAB 1 Kejang Demam

ANALISIS KASUS

Diagnosis kejang demam sederhana pada kasus ini berdasarkan :

a. Anamnesis

Demam disertai dengan kejang sebanyak 3 x pada pukul

( 06.00 wib, 24.00 wib, 12.00 wib ) lama kejang < 5 menit

b. Pemeriksaan fisik

Kami dapatkan suhu 37,7 C per axiler

c. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap, Urine Lengkap, GDA, Elektronik

Penatalaksanaan pada pasien ini yaitu diberikan sanmol 100 mg untuk mengatasi

demam, kemudian diberikan juga stesolid 0,3 mg dan kalmet ¼ amp secara intravena jika

terjadi kejang.

Edukasi yang diberikan kepada keluarga mengenai penyakit ini adalah bahwa kejang

dapat timbul kembali jika pasien panas. Oleh karena itu, keluarga pasien harus sedia obat

penurun panas, termometer, dan kompres hangat jika pasien panas. Dan perlu dijelaskan

alasan pemberian obat rumatan adalah untuk menurunkan resiko berulangnya kejang.

Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara

bertahap selama 1 sampai 2 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 21: BAB 1 Kejang Demam

1. Arif Mansjoer., d.k.k,. 2000. Kejang Demam di Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius

FKUI. Jakarta.

2. Behrem RE, Kliegman RM,. 1992. Nelson Texbook of Pediatrics. WB Sauders.Philadelpia.

3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. 2006. Konsensus

Penatalaksanaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta

4. Hardiono D. Pusponegoro, dkk,.2005. Kejang Demam di Standar Pelayanan Medis Kesehatan

Anak. Badan penerbit IDAI. Jakarta

5. Staf Pengajar IKA FKUI. 1985. Kejang Demam di Ilmu Kesehatan Anak 2. FKUI. Jakarta.