bab 1 dan 2
TRANSCRIPT
Penerapan Model Pembelajaran Interactive Demonstration Berbantu
Simulasi Komputer untuk Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Konsep
Fisika Siswa kelas XI IA 2 SMAN 1 Tumpang pada Materi Karakteristik
Gelombang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar
dan menengah, prinsip pembelajaran yang digunakan seperti;
1. Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu.
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar.
3. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Untuk memenuhi standar proses dari kurikulum 2013 yang lebih
menekankan aktivitas siswa menemukan suatu konsep sendiri, seperti
prinsip pembelajaran yang pertama. Digunakan teori belajar oleh Jerome
S.Bruner. Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetauan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Berusaha untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan
yang benar-benar bermakna. Belajar bermakna dengan arti seperti
diberikan diatas, merupakan satu-satunya macam belajar yang mendapat
perhatian Bruner. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan
dapat bertahan lama dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar
penemuan dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan berpikir secara
bebas, dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan
dan memecahkan masalah (Ratna,1988:125).
Berdasarkan prinsip pembelajaran yang digunakan pada kurikulum
2013, belajar penemuan yang cocok adalah belajar penemuan dengan
menggunakan atau memanfaatkan teknologi komputer. Sehingga ada
keanekaan sumber belajar selain guru sebagai sumber belajar. Selain itu,
belajar penemuan ditujukan untuk melatih kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah agar prinsip pembelajaran butir satu terlaksana
dengan baik.
Kenyataan yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil wawancara
pada guru yang dilakukan pada salah satu sekolah di wilayah Kabupaten
Malang menyatakan bahwa pembelajaran fisika di kelas masih sering
menggunakan metode ceramah yang membuat siswa pasif. Siswa tidak
dilatih untuk menemukan sendiri suatu konsep fisika. Siswa hanya
mendapatkan informasi mengenai suatu materi tanpa melihat atau
mengalami langsung fenomena yang berkaitan dengan materi tersebut.
Karena siswa cenderung pasif dan hanya menerima informasi hasilnya
pemahaman konsep siswa masih kurang. Hal ini ditunjukkan pada nilai
hasil ujian akhir semeter yang masih banyak siswa dibawah KKM.
Berangkat dari kenyataan yang seperti itu salah satu pendekatan
pembelajaran yang dipandang mampu membentuk pemahaman konsep
fisika siswa adalah dengan pendekatan inquiry (Rosa,2013). Pembelajaran
berbasis inquiry dipandang sesuai untuk proses pembelajaran berbasis
kurikulum 2013. Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah untuk memperkuat pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran), dan tematik
(dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis
penyingkapan/penelitian (discovery/inqury learning).
Inquiry merupakan proses bertahap, bertingkat dan
berkesinambungan yang dalam pembelajarannya harus disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Wenning (Wenning, 2005) menyatakan “Terdapat lima
model pembelajaran bertingkat dalam kegiatan pembelajaran sains
berorientasi inquiry dan discovery learning, interactive demonsration,
inquiry lesson, inquiry lab (guided inquiry lab, bounded inquiry lab, dan
free inquiry lab) ,dan hypothetical inquiry (pure hypothetical inquiry dan
applied hypothetical inquiry).”
Secara umum, semua tingkatan pembelajaran inquiry di atas
mampu meningkatkan pemahaman konsep. Model inquiry yang paling
cocok dengan siswa SMA adalah model interactive demonstration
(Rosa,2013). Dengan model ini proses pembelajaran menggunakan
eksperimen yang dilakukan oleh guru melalui kegiatan demonstrasi.
Kemudian siswa memprediksi fenomena yang mungkin akan terjadi dan
penjelasan penyebab munculnya fenomena dengan bimbingan pertayaan
arahan dari guru. Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran interactive demonsration dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa (Khumaedah:2013).
Demonstrasi yang dilakukan oleh guru dapat juga dilakukan
dengan bantuan simulasi komputer. Pemberian simulasi komputer ini
mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang mengharuskan
pembelajaran berbasis IT untuk semua mata pelajaran. Seperti yang telah
diungkapkan Gunawan dan Liliasari (2012) Sejumlah bentuk interaksi
dapat dimunculkan melalui media komputer, seperti penyajian praktik dan
latihan, tutorial, permainan, simulasi, penemuan, dan pemecahan masalah.
Menurut Gundogdu,dkk (2011) melalui media komputer, materi
pelajaran dapat lebih cepat diterima siswa secara utuh serta menarik minat
mereka untuk belajar lebih lanjut. Penggunaan media komputer dalam
pembelajaran, guru memainkan peran penting sebagai fasilitator untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran (Kutluca,
2010).
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti ingin melakukan penelitian
untuk meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep fisika. Penelitian
dilaksanakan di SMA Negeri, 1 Tumpang dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Interactive Demonstration Berbantu Simulasi
Komputer untuk Meningkatkan Motivasi dan Pemahaman Konsep
Fisika Siswa kelas XI IA 2 SMAN 1 Tumpang pada Materi
Karakteristik Gelombang”. Pemilihan materi karakteristik gelombang
dikarenakan pada materi ini mengandung banyak sekali hal yang perlu di
demonstrasikan serta pemilihan materi yang tepat dengan waktu
penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran interactive
demonstration berbasis simulasi komputer untuk meningkatkan
motivasi dan pemahaman konsep fisika siswa kelas XI IA 2 SMAN 1
Tumpang pada materi karakteristik gelombang?
2. Bagaimana penerapan model pembelajaran interactive demonstration
berbantu simulasi komputer untuk meningkatkan motivasi siswa kelas
XI IA 2 SMAN 1 Tumpang pada materi karakteristik gelombang?
3. Bagaimana penerapan model pembelajaran interactive demonstration
berbantu simulasi komputer untuk meningkatkan pemahaman konsep
fisika siswa kelas XI IA 2 SMAN 1 Tumpang pada materi karakteristik
gelombang?
4. Bagaimana hubungan minat siswa kelas XI IA 2 SMAN 1 Tumpang
terhadap model pembelajaran interactive demonstration berbantu
simulasi komputer untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika dan
motivasi? Lebih baik diganti variable yang diukur dari aktivitas siswa
C. Hipotesis Tindakan
1. Jika model pembelajaran interactive demonstration berbantu simulasi
komputer diterapkan maka pemahaman konsep siswa akan meningkat.
2. Jika pembelajaran model pembelajaran interactive demonstration
berbantu simulasi komputer diterapkan maka motivasi siswa terhadap
kegiatan pembelajaran akan meningkat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Proses penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk mengetahui
peningkatan pemahaman konsep dan motivasi siswa dalam
pembelajaran fisika dengan model pembelajaran interactive
demonstration berbantu simulasi komputer. Serta penelitian ini juga
bermanfaat untuk memberi pengalaman pada peneliti dalam
melakukan penelitian.
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep
pada siswa mengenai konsep fisika. Selain itu juga dapat memotivasi
siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Dan meningkatkan minat siswa
untuk lebih tertarik ke pelajaran fisika.
3. Bagi guru
Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk memberikan referensi model
pengajaran yang baru dan sesuai dengan kurikulum 2013. Dan sebagai
pertimbangan untuk menerapkan model yang lain.
4. Bagi sekolah
Penelitian ini diharapkan memberikan solusi model pembelajaran bagi
sekolah yang menerapkan kurikulum 2013.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IA 2 SMAN 1 Tumpang
dengan jumlah siswa 40. Terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 21 siswa
perempuan.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
interactive demonstration berbantu simulasi komputer.
3. Penelitian dilakukan terbatas pada mata pelajaran fisika kelas XI pada
pokok bahasan karakteristik gelombang.
4. Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi siwa
pada kegiatan pembelajaran.
5. Pemahaman konsep dalam penelitian ini mencakup dalam pemahaman
aspek kognitif siswa.
F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
1. Interactive Demonstration
Interactive Demonstration secara umum merupakan demonstrasi guru
mengenai sebuah percobaan sains (merupakan sebuah peragaan
mengenai peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari)
yang kemudian berlangsung interaktif dengan siswa karena adanya
prediksi siswa mengenai bagaimana sesuatu (percobaan tersebut) dapat
terjadi. Hal ini dijelaskan oleh Wenning bahwa “Interactive
demonstrations are designed to see if students can predict or expl ain
(as well as to determine if they hold alternative conceptions, etc.)
(Wenning, 2005).
2. Simulasi Komputer
Simulasi Komputer yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
sebagai media demonstrasi suatu fenomena. Simulasi komputer bisa
berupa simulasi PhET ataupun simulasi gejala fisika dalam bentuk
flash player. Pemilihan simulasi PhET didasari pertimbangan bahwa
simulasi PhET merupakan model pembelajaran interaktif yang dapat
menyediakan kesempatan bagi siswa/mahasiswa untuk mempelajari
materi setiap saat, dapat diulang-ulang sampai memahami konsep,
memandu dan menggugah untuk mengalami proses belajar secara
mandiri, memahami gejala-gejala alam melalui kegiatan ilmiah, dan
meniru cara kerja ilmuan dalam menemukan fakta, konsep, hukum
atau prinsip-prinsip fisika yang bersifat invisible.(Mursalin:2012)
3. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep di dalam penelitian ini adalah hasil kognitif dari
siswa yang menjadi objek penelitian. Hasil kognitif materi tertentu
siswa mencerminkan seberapa tingkat pemahaman siswa pada materi
tersebut.
4. Motivasi
Motivasi dalam pengertian ini adalah motivasi siswa terhadap kegiatan
pembelajaran dan model diukur dengan angket yang diberikan pada
siswa seusai pembelajaran serta wawancara pada perwakilan siswa
oleh peneliti.
5. Minat
Minat adala ketertarikan seseorang terhadap suatu hal. Dalam hal ini
adalah pembelajaran fisika. Minat bisa diukur dari afektif para siswa
terhadap kegiatan pembelajaran. Dilihat oleh observer dari kegiatan
siswa selama pembelajaran berlangsung dan dicatat pada lembar
observasi serta angket minat yang diberikan kepada siswa setelah
pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Jerome Bruner: Belajar Penemuan
Diambil dari buku “Teori-Teori Belajar” (Ratna:1988)
1. Bruner dan Teorinya
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi
perkembangan dan ahli psikologi belajar kognitif. Bruner tidak
mengembangkan suatu teori belajar yang sistematis yang
penting baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih,
mempertahankan, dan mentransformasi informasi secara aktif,
dan inilah menurut Bruner inti dari belajar.
2. Belajar Penemuan
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat
berpengaruh ialah, model dari Jerome Bruner (1966) yang
dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning).
Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan
pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha untuk
mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar
bermakna. Belajar bermakna dengan arti seperti diberikan di
atas, merupakan satu-satunya macam belajar yang mendapat
perhatian Bruner.
Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar
melalui berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip. Hal ini agar mereka memperoleh pengalaman,
dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan
mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan
menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan itu
bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah
diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari
dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan
mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar
lainnya. Dengan lain perkataan, konsep-konsep dan prinsip-
prinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah
diterapkan pada situasi-situasi baru. Ketiga, secara menyeluruh
belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas. Secara khusus belajar
penemuan melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa
untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa
pertolongan orang lain.
Selanjutnya dikemukakan, bahwa belajar penemuan
membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk
bekerja terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Selain itu
pendekatan ini dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, dan
meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi
informasi, tidak hanya menerima saja.
Bruner menyadari, bahwa belajar penemuan yang murni
memerlukan waktu, karena itu dalam bukunya “The Relevance
of Education” (1971), ia menyarankan agar penggunaan
belajar penemuan ini hanya diterapkan sampai batas-batas
tertentu, yaitu dengan mengarahkannya pada struktur bidang
studi.
Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep-
konsep dasar dan prinsip-prinsip dari bidang studi itu. Bila
seorang siswa telah menguasai struktur dasar, maka kurang
sulit baginya untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran lain
dalam bidang studi yang sama, dan ia akan lebih mudah ingat
akan bahan baru. Hal ini disebabkan karena ia telah
memperoleh kerangka pengetahuan yang bermakna, yang
dapat digunakannya untuk melihat hubungan-hubungan yang
esensial dalam bidang studi itu, dan dengan demikian dapat
memahami hal-hal yang mendetail.
Menurut Bruner, mengerti struktur suatu bidang studi ialah
memahami bidang studi itu demikian rupa, hingga dapat
menghubungkan hal-hal lain pada struktur itu secara
bermakna. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa mempelajari
struktur adalah mempelajari bagaimana hal-hal dihubungkan.
B. Interactive Demonstration
1. Pengertian Interactive Demonstration
Metode ini merupakan salah satu metode Inquiry yang
dikembangkan oleh Wenning. Wenning (2005) menyebutkan
bahwa terdapat delapan tahapan dalam hirarki Inquiry yang dapat
dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran yaitu discovery learning,
interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, dan
hypothetical inquiry. Pada penelitian ini, interactive demonstration
dijadikan variabel penelitian.
Metode Interactive Demonstration dibahas secara
pedagogik dari sisi hirarkinya sebagai bagian dari inkuiri oleh
Wenning dalam “Levels of Inquiry: Hierarchies of Pedagogical
Practices and Inquiry Process”. Interactive Demonstration secara
umum merupakan demonstrasi guru mengenai sebuah percobaan
sains. Biasanya merupakan sebuah peragaan mengenai peristiwa
yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian
berlangsung interaktif dengan siswa karena adanya prediksi siswa
mengenai bagaimana sesuatu (percobaan tersebut) dapat terjadi.
Hal ini dijelaskan oleh Wenning bahwa “Interactive
demonstrations are designed to see if students can predict or expl
ain (as well as to determine if they hold alternative conceptions,
etc.) (Wenning, 2005).
Interactive demonstration adalah suatu model pembelajaran
menggunakan pendekatan inkuiri yang sudah banyak dilakukan
dalam pembelajaran sains untuk mengatasi keterbatasan alat dan
bahan serta keterbatasan waktu pembelajaran. Ciri dari model
pembelajaran interactive demonstration yaitu:
a) beberapa contoh kasus atau fenomena yang dipilih sebagai
konteks pembelajaran didemonstrasikan oleh guru atau salah
satu kelompok siswa
b) fenomena/kasus yang telah didemonstrasikan selanjutnya
dielaborasi dalam diskusi kelas
c) memberikan penekanan pada gagasan awal siswa sebagai titik
tolak pembelajaran.
Sintaks atau tahapan dalam model pembelajaran demonstrasi
interaktif terdiri dari Predict, Experience dan Reflect.
1. Fase Predict adalah fase saat guru menjelaskan tentang suatu
kasus atau fenomena laboratorium atau melalui penayangan
multimedia interaktif dan siswa menyimak dengan seksama.
Guru memberikan beberapa pertanyaan deskriptif (what
happen ....If question) dan pertanyaan sebab akibat (why)
tentang fenomena atau kasus yang diberikan dan siswa
mengajukan dugaan (hipotesis) terhadap pertanyaan deskriptif
dan kausal yang diberikan.
2. Pada fase experience dilakukan kegiatan demonstrasi yang bisa
berupa simulasi atau penayangan multimedia interaktif untuk
membuktikan hipótesis yang diajukan pada fase Predict.
Setelah membuktikan hipótesis, siswa mengidentifikasi
perbedaan antara hipótesis dan hasil pengamatan dan
memberikan alternatif penjelasan terhadap hasil pengamatan
mereka.
3. Pada fase Reflect, siswa menyajikan temuannya dan
memberikan penjelasan terhadap kasus yang diamati. Pada fase
ini, siswa mengajukan pertanyaan, memberikan atau
menyanggah pendapat serta mempertahankan argumen
(gagasan). Peran guru dalam fase ini adalah mengajak siswa
merefleksikan pemahaman mereka dan mengaitkan apa yang
dipahami sebelumnya dan mengidentifikasi secara spesifik apa
yang telah berubah dari pemahaman mereka.
Beberapa keunggulan dari penerapan model interactive
demonstration adalah:
a. mudah dilaksanakan dan tidak banyak membutuhkan alat dan
bahan
b. menghindari verbalisme,
c. pembelajaran berangkat dari gagasan awal siswa
d. membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik
e. siswa bisa membandingkan secara langsung antara teori dan
kenyataan.
2. Demonstrasi sebagai Inquiry
Demonstrasi tidak hanya dijadikan sebagai kegiatan
laboratorium saja, akan tetapi dapat dijadikan sebagai bagian dari
proses Inquiry. National Science Education Standards (NSES,
1995) menjelaskan bahwa kegiatan Inquiry itu terdiri dari sebuah
percobaan dan pengumpulan data. Untuk itu, Gross (2002)
memperkenalkan pelaksanaan demonstrasi menjadi sebuah
kegiatan berbasis Inquiry yang pada saat ini dikembangkan oleh
Carl J. Wenning. Demonstrasi ini diperkenalkan sebagai kegiatan
yang memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih aktif tapi
mampu menjadi media hiburan bagi siswa.
Proses Inquiry itu terdiri atas Fundamental Abilities dan
Fundamental Understandings (Gross, 2002). Dijelaskan pula
mengenai hal-hal yang secara langsung berhubungan dengan
kegiatan Inquiry (Interactive Demonstration) di dalam
Fundamental Abilities dan Fundamental Understandings tersebut,
dimana kedua faktor tersebut harus dapat berkembang.
a. Fundamental Abilities
1) Identify questions and concepts that guide scientific
investigations
Penjelasan: Demonstrasi dapat membantu siswa untuk
menggambarkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan
konsep Fisika. Dengan kata lain hal tersebut dapat
mengurangi miskonsepsi siswa.
2) Design and conduct scientific investigations
Penjelasan: Demonstrasi dapat menunjukkan pada siswa
bagaimana macam-macam alat dalam bidang Fisika.
Sehingga ketika terdapat suatu fenomena yang tidak bisa
dipecahkan secara teori, siswa mampu menyelidiki
bagaimana alat-alat tersebut dapat dimanfaatkan untuk
menjelaskan fenomena tersebut.
3) Use of technology and mathematics to improve
investigations and communications
Penjelasan: Demonstrasi dapat menambah pengetahuan
siswa dalam bidang teknologi. Selain itu, siswa
mengembangkan kemampuan siswa dalam
mengkorelasikan setiap variabel yang diukur/diamati yang
kemudian dapat menggambarkan fenomena apa yang
terjadi.
4) Formulate and revise scientific explanations and mo dels
using logic and evidence. Recognize and analyze alternative
explanations and models. Communicate and defend a
scientific argument.
Penjelasan: Siswa selain mengalami secara langsung
fenomena fisik, merekapun mendapatkan pengalaman untuk
mampu menjelaskan apa yang telah dipelajari di kelas
melalui pengalaman langsung sehingga dapat
mengungkapkan argumen-argumen Fisika yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya setelah demonstrasi
di depan kelas pada saat pembelajaran.
b. Fundamental Understandings
1) Scientists usually inquire about how physical, living, or
designed systems function.
Penjelasan: Demonstrasi dapat digunakan di kelas untuk
menunjukan kepada siswa bagaimana sebuah fenomena
Fisika terjadi. Sehingga membuat siswa lebih paham.
2) Scientists conduct investigations for a variety of reasons
Penjelasan: Demonstrasi dapat membantu para guru untuk
mendapatkan bermacam-macam penjelasan dari berbagai
fenomena yang ditampilkan.
3) Scientists rely on technology to enhance the gathering and
manipulation of data. Mathematics is essential to scientific
inquiry
Penjelasan: Demonstrasi dapat membantu mengembangkan
pembelajaran Fisika dengan mengandalkan perkembangan
teknologi yang ada.
4) Scientific explanations must adhere to criteria suc h as
being logically consistent, abiding by the rules of evidence,
being open to questions and possible modifications, and
being based in historical and current scientific knowledge.
Penjelasan: Demonstrasi mengajarkan kepada siswa untuk
dapat berargumentasi secara logis, konsisten, patuh dengan
aturan bukti, bersikap terbuka untuk setiap pengetahuan
terbaru.
5) Results of scientific inquiry – new knowledge and new
methods – emerge from different types of investigations and
public communication among scientists.
Penjelasan: Dengan demonstrasi guru dan siswa akan
mendapatkan pengetahuan baru dan metode baru yang
muncul dari berbagai jenis investigasi dan komunikasi
publik.
3. Mengapa menggunakan Interactive Demonstration
Interactive Demonstration dapat bermanfaat untuk
mengatasi miskonsepsi siswa dengan memasukkan hands-on
inquiry ke dalam bagian-bagian sederhana dari suatu sistem yang
kompleks. Sokoloff & Thornton (Merrits et al. 1997) menyatakan
bahwa ‘kelas penelitian Fisika mengindikasikan bahwa siswa
secara signifikan memahami suatu materi dengan lebih baik ketika
pembelajaran tradisional dikombinasikan dengan Interactive
Demonstration’. Dikatakan pula oleh Brassel (Merrits et al. 1997)
bahwa beberapa penelitian lainnya mengindikasikan bahwa siswa
mampu mengoreksi sendiri miskonsepsi yang mereka alami setelah
melakukan demonstrasi secara nyata.
4. Bagaimana menerapkan Interactive Demonstration di
dalam kelas
Dalam jurnal Teaching with Interactive Demonstration,
O’Brien (Merrits et al. 1997) menyebutkan bahwa “Untuk dapat
menerapkan Interactive Demonstration, berikut ini merupakan hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun perencanaan
demonstrasi”:
a. Konsep apa yang akan diilustrasikan dalam peragaan
tersebut?
b. Manakah peragaan yang akan memberikan peningkatan
pemahaman terbesar untuk siswa?
c. Kapan waktu yang paling efektif untuk melakukan
peragaan?
d. Apa pengetahuan awal siswa yang harus dibahas sebelum
peragaan?
e. Apa langkah-langkah yang harus ditetapkan dalam
peragaan?
f. Apa pertanyaan yang dapat memotivasi siswa,
mengarahkan pengamatan dan proses berpikir siswa
sebelum, selama dan setelah peragaan?
g. Apa pertanyaan lanjutan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pemahaman siswa mengenai konsep yang
baru?
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam demonstrasi
Gross, Jerod L. (2002) dalam jurnalnya yang berjudu“Seeing is
Believing: Classroom Demonstrations as Scientific Inquiry”
menjelaskan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam
pelaksanaan demonstrasi di kelas, sebagai berikut:
a. Be Prepared
Persiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan selama
demonstrasi, termasuk pemahaman konsep guru pada
materi Fisika yang akan disampaikan melalui
demonstrasi.
b. Do not be afraid of failure
Seorang guru tidak boleh takut menghadapi kesalahan
pada saat demonstrasi, baik pada alat maupun prosedur.
Untuk itu, persiapan yang dilakukan oleh guru haruslah
sangat matang.
c. Make the demonstration visible
Demonstrasi harus dapat diamati siswa dan dapat
dilakukan pula oleh siswa sehingga siswa akan lebih
tertarik pada kegiatan pembelajaran sekaligus lebih
memahami materi/konsep yang disampaikan melalui
demonstrasi.
d. Present real science, not a sideshow
Demonstrasi yang dilakukan haruslah demonstrasi nyata
dengan menggunakan alat-alat Fisika bukan sekedar
tampilan slideshow, video atau lainnya yang tidak nyata.
Sebab ini akan mengurangi motivasi dan ketertarikan
siswa pada proses pembelajaran.
e. Keep it as simple as necessary to make the point.
Setiap akhir demonstrasi, guru harus menyampaikan
sedikit kesimpulan supaya siswa dapat memahami konsep
yang dapat diketahui dalam sebuah demonstrasi.
f. Safety
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
demonstrasi ialah aman. Siswa harus mendapatkan
jaminan bahwa alat dan kegiatan yang dilakukan mudah
dan tidak berbahaya.
g. Demonstration evaluation
Untuk setiap pelaksanaan demonstrasi, harus ada tahap
evaluasi baik dilakukan untuk menilai kerja siswa
maupun guru, karena kegiatan gurupun harus dievaluasi
agar guru dapat mengetahui apa kesalahan yang dibuat
selama demonstrasi.
C. Simulasi Komputer
Menurut Purwoko (Purwoko,2010) Simulasi adalah
program (software) yang berfungsi untuk menirukan perilaku
sistem nyata (realitas) tertentu. kajian dari Nihalani, Mayrath &
Robinson (2011) yang menuliskan bahwa:
“Simulated real-world tasks allow learners to gain implicit
knowledge by exploring relationships among variables that
are not easily observable in real space. Simulations are
advantageous for domains where authentic tasks are
imperative, yet costly and impractical (e.g.,avionics,
medicine, computer networking), because they make
“learning-by-doing” a realistic and resource-effi cient.”
Kegiatan eksperimen yang sukar dilakukan atau bersifat merusak
dalam riil eksperimen dapat digantikan atau disimulasikan dengan
bantuan komputer atau video, sebagai contoh: batang baja yang
meregang melebihi ambang batas, tidak bisa kembali ke bentuk
semula, dan atau batang baja sampai patah).
D. Pemahaman Konsep
Hasil belajar merupakan suatu bukti perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari proses belajar dengan tujuan yang telah
ditentukan. Hasil belajar ini dapat berupa kemampuan intelektual,
sikap, maupun keterampilan psikomotor (skills). Benyamin Bloom
(Munaf, 2001:67) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga
ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.
Dalam penelitian ini ranah kognitif saja yang diukur sebagai
pemahaman konsep
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif meliputi kemampuan menyatakan
kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan
kemampuan intelektual. Bloom (Mari, 2005) membagi
ranah kognitif ini kedalam enam jenjang kemampuan
hirarkis yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2),
penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi
(C6).
a. Pengetahuan (C1), meliputi kemampuan menyatakan
kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah
tanpa harus memahami atau menggunakannya.
b. Pemahaman (C2), merupakan salah satu jenjang
kemampuan dalam proses berfikir dimana siswa
dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui
tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari beberapa
segi.
c. Penerapan (C3), merupakan kemampuan menggunakan
prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang
dipelajari dari situasi baru atau pada situasi kongkrit.
d. Analisis (C4), merupakan kemampaun menganalisa
atau merinci suatu situasi, atau pengetahuan menurut
komponen yang lebih kecil atau lebih terurai dan
memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan
yang lain.
e. Sintesis (C5), merupakan kemampuan untuk
mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjadi
suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan
bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga terjelma pola
yang berkaitan secara logis, atau mengambil
kesimpulan dari peristiwaperistiwa yang ada
hubungannya satu dengan lainnya.
f. Evaluasi (C6), merupakan kemampuan tertinggi, bila
seseorang dapat melakukan penilaian terhadap situasi-
situasi, nilai-nilai atau ide-ide
Tes hasil belajar adalah suatu alat ukur pemahaman konsep
yang banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa
dalam suatu proses belajar mengajar. Bagi guru, hasil belajar siswa
di kelas berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan
evaluasi sedangkan bagi siswa sendiri hasil belajar berguna untuk
memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut. Pengukuran hasil
belajar untuk ranah kognitif menggunakan instrumen tes yang
berupa soal dengan menggunakan rubrik penilaian tertentu.
Pemahaman konsep fisika dapat diukur dengan menggunakan
instrumen tes. Tes untuk mengukur pemahaman konsep berupa
pilihan ganda.
E. Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata bahasa latin “movere”
yang berarti “menggerakkan” . Berdasarkan pengertian ini makna
motivasi menjadi berkembang. Wlodkowski (1985) menjelaskan
motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan memberi arah dan ketahanan
(peersistence) pada tingkah laku tersebut.
Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau
mengunggah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
mencapai tujuan tertentu. Menurut Sri (2002) guru dapat
menggunakan bermacam-macam di sekolah yaitu : memberi angka,
hadiah, hasrat untuk belajar, saingan, ego involment, sering
memberi ulangan, mengetahui hasil, kerjasama, pujian, teguran dan
kecaman, suasana yang menyenangkan, tujuan yang diakui dan
diterima baik oleh siswa.
Macam-macam motivasi belajar, (1) teori humanisti, teori
dasar membutuhkan hirarki penjelasan dari motivasi butuh
kepuasan (Maslow), (2) teori cognitive, teori dasar proses intrinsik
penyelesaian dari motivasi motif yang telah tercampur (Bruner),
(3) teori achievement, teori dasar perlu dicapai penjelasan dari
motivasi perubahan (McClelland), (4) teori attribution
(atribut/kedudukan), teori dasar akibat dari perilaku penjelasan dari
motivasi identifikasi perubahan disebabkan oleh perilaku (Weiner),
(5) teori operant conditioning (pengkondisian pelaku), teori dasar
dukungan penjelasan dari motivasi aturan dari dukungan (Skinner),
(6) teori social cognitive, teori dasar mencontoh penjelasan dari
motivasi modelling (Bandura).
Motivasi terhadap suatu pembelajaran dapat diukur
menggunakan instrumen berupa angket dan pedoman wawancara
pada perwakilan siswa. Angket yang dibuat adalah berupa angket
motivasi model ARCS. Angket ini ditujukan kepada seluruh siswa
dan diberikan seusai pembelajaran. Sedangkan wawancara
ditujukan pada beberapa siswa saja.
F. Minat
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto,
2010: 180). Minat dapat menjadi sebab suatu kegiatan dan sebagai
hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Tidak adanya minat
dapat mengakibatkan siswa tidak menyukai pelajaran yang ada
sehingga sulit berkonsentrasi dan sulit mengerti isi mata pelajaran
dan akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar. Minat dapat
diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa
siswa lebih menyukai suatu hal daripada yang lainnya. Minat dapat
pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Siswa yang memiliki minat terhadap objek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap objek
tersebut.
Menurut Aritonang (2008), bahwa faktor-faktor yang
membuat siswa berminat belajar yaitu
a. Cara mengajar guru
b. Karakter guru
c. Suasana kelas tenang dan nyaman
d. Fasilitas belajar yang digunakan
Minat dapat diukur menggunakan instrumen angket minat dan
lembar observasi.
G. Kerangka Berfikir
Diskusi pemecahan masalah
Diskusi pemecahan masalah
Penerapan pembelajaran model
Interactive Demonstration
Penerapan pembelajaran model
Interactive Demonstration
H. Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
Khumaedah (2013) dengan judul “Perbandingan Penerapan Model
Pembelajaran Guided Inquiry dengan Interactive Demonstration
dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA”
diperoleh hasil bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar siswa
dengan diterapkannya model pembelajaran Interactive
Demonstration pada pembelajaran sains berorientasi inquiry.
Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Mursalin (2013) dengan
judul “Model Remediasi Miskonsepsi materi Rangkaian Listrik
dengan Pendekatan Simulasi PhET” mendapatka hasil bahwa
model simulasi PhET berbantuan lembar kerja dapat digunakan
untuk meremidiasi dan meminimalkan miskonsepsi mahasiswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Wisnu Budi Jaya,dkk (2012)
dengan judul “Model Demonstrasi Interaktif Berbantuan
Multimedia dan Hasil Belajar IPA Aspek Kimia Siswa SMP”
menghasilkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
demonstrasi interaktif berbantuan multimedia lebih tinggi daripada
hasil belajar untuk kelompok siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung
dan model pembelajaran demonstrasi interaktif berbantuan
multimedia unggul dalam meningkatkan pemahaman siswa SMP
pada aspek kajian submikroskops dan simbolik. Beberapa
penelitian sebelumnya ini menjadikan peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran
Interactive Demonstration berbantu simulasi komputer untuk
memberikan peingkatan pada pemahaman konsep siswa dan
motivasi siswa. Hal yang menjadikan perbedaan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah pemberian media berupa
simulasi komputer pada model Interactive Demonstration agar
sesuai dengan kurikulum 2013. Selain itu pengukuran variabel
motivasi siswa terhadap pembelajaran menjadi pembeda penelitian
ini dengan penelitian sebelumnya.