bab 1 2. pertambangan & penggalian 20.65 13.07 7.52 … · penghimpunan pajak kendaraan yang...

12
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 9 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan sehingga mendorong pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan melambat. . Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran *) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo 1.2.1 SEKTOR PERTANIAN Melambatnya kinerja pertanian di Gorontalo masih terus berlangsung hingga triwulan laporan. Perlambatan itu terjadi pada sub sektor tabama, perikanan, kehutanan dan peternakan sementara kinerja sub sektor perkebunan mampu memberikan efek redaman. Jagung dan Padi yang menjadi komoditas unggulan Gorontalo menunjukkan perkembangan yang menurun. Dilihat dari pertumbuhannya, kinerja pertanian jagung tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Produksi jagung pada triwulan III-2011 terkontraksi 52,7% (y.o.y) merosot dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 13,8% (y.o.y). Sementara produksi padi terkontraksi 20,7% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 26,7% (y.o.y). Faktor cuaca turut mempengaruhi merosotnya produksi tabama di Gorontalo. I II III IV I II III 1. PERTANIAN 202,910.92 211,788.25 222,714.91 196,262.44 223,179.82 224,787.49 230,885.98 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 7,961.24 8,142.31 8,682.90 8,359.94 8,257.09 8,584.55 8,895.41 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 55,015.76 55,404.57 58,447.51 58,625.45 57,776.66 59,257.96 60,036.96 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,955.07 4,057.15 4,179.22 4,325.13 4,384.61 4,478.28 4,606.70 5. BANGUNAN 61,704.57 62,974.76 67,440.50 67,803.09 66,678.94 69,915.64 71,521.92 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 97,125.44 100,459.16 106,849.22 107,653.33 109,420.78 113,410.97 118,852.33 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 74,180.78 76,493.14 79,482.14 80,207.80 81,140.56 83,224.36 85,971.27 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 60,803.88 62,593.54 65,824.82 66,410.89 66,363.76 68,321.45 70,417.46 9. JASA-JASA 137,724.96 142,740.17 146,291.19 141,895.20 143,204.96 148,143.80 151,592.01 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 701,382.61 724,653.05 759,912.40 731,543.26 760,407.19 780,124.51 802,780.04 I II III IV I II III 1. PERTANIAN 1.52 1.35 1.22 14.10 9.99 6.14 3.67 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 20.65 13.07 7.52 3.20 3.72 5.43 2.45 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11.05 10.33 6.96 7.23 5.02 6.96 2.72 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.72 9.15 5.63 8.79 10.86 10.38 10.23 5. BANGUNAN 19.25 12.84 8.86 7.26 8.06 11.02 6.05 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.02 9.79 10.59 11.35 12.66 12.89 11.23 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11.81 9.17 9.10 9.52 9.38 8.80 8.16 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.36 9.50 9.08 8.88 9.14 9.15 6.98 9. JASA-JASA 10.92 9.34 4.18 3.84 3.98 3.79 3.62 PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8.38 7.33 5.71 9.26 8.42 7.65 5.64 2010 2010 SEKTOR SEKTOR 2011 2011

Upload: hoangdieu

Post on 11-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 9

1.2 SISI PENAWARAN

Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan

yang cukup signifikan sehingga mendorong pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan

melambat.

. Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN

Melambatnya kinerja pertanian di Gorontalo masih terus berlangsung hingga triwulan

laporan. Perlambatan itu terjadi pada sub sektor tabama, perikanan, kehutanan dan

peternakan sementara kinerja sub sektor perkebunan mampu memberikan efek redaman.

Jagung dan Padi yang menjadi komoditas unggulan Gorontalo menunjukkan perkembangan

yang menurun.

Dilihat dari pertumbuhannya, kinerja pertanian jagung tumbuh melambat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Produksi jagung pada triwulan III-2011

terkontraksi 52,7% (y.o.y) merosot dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi

13,8% (y.o.y). Sementara produksi padi terkontraksi 20,7% (y.o.y) lebih baik dibandingkan

triwulan sebelumnya yang terkontraksi 26,7% (y.o.y). Faktor cuaca turut mempengaruhi

merosotnya produksi tabama di Gorontalo.

I II III IV I II III

1. PERTANIAN 202,910.92 211,788.25 222,714.91 196,262.44 223,179.82 224,787.49 230,885.98

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 7,961.24 8,142.31 8,682.90 8,359.94 8,257.09 8,584.55 8,895.41

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 55,015.76 55,404.57 58,447.51 58,625.45 57,776.66 59,257.96 60,036.96

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,955.07 4,057.15 4,179.22 4,325.13 4,384.61 4,478.28 4,606.70

5. BANGUNAN 61,704.57 62,974.76 67,440.50 67,803.09 66,678.94 69,915.64 71,521.92

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 97,125.44 100,459.16 106,849.22 107,653.33 109,420.78 113,410.97 118,852.33

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 74,180.78 76,493.14 79,482.14 80,207.80 81,140.56 83,224.36 85,971.27

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 60,803.88 62,593.54 65,824.82 66,410.89 66,363.76 68,321.45 70,417.46

9. JASA-JASA 137,724.96 142,740.17 146,291.19 141,895.20 143,204.96 148,143.80 151,592.01

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 701,382.61 724,653.05 759,912.40 731,543.26 760,407.19 780,124.51 802,780.04

I II III IV I II III

1. PERTANIAN 1.52 1.35 1.22 14.10 9.99 6.14 3.67

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 20.65 13.07 7.52 3.20 3.72 5.43 2.45

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 11.05 10.33 6.96 7.23 5.02 6.96 2.72

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.72 9.15 5.63 8.79 10.86 10.38 10.23

5. BANGUNAN 19.25 12.84 8.86 7.26 8.06 11.02 6.05

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 9.02 9.79 10.59 11.35 12.66 12.89 11.23

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11.81 9.17 9.10 9.52 9.38 8.80 8.16

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 8.36 9.50 9.08 8.88 9.14 9.15 6.98

9. JASA-JASA 10.92 9.34 4.18 3.84 3.98 3.79 3.62

PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8.38 7.33 5.71 9.26 8.42 7.65 5.64

2010

2010

SEKTOR

SEKTOR2011

2011

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA

Pemerintah Daerah telah melakukan upaya rehabilitasi terkait rusaknya lahan-lahan

pertanian padi akibat banjir pada triwulan II-2011, di kab. Pohuwato, Pemprov mengucurkan

bantuan Rp 800 juta untuk memperbaiki lahan-lahan pertanian yang rusak, penggantian

biaya pengadaan saprodi pertanian kepada petani namun upaya tersebut tidak serta merta

mampu mendorong upaya peningkatan produksi panen karena membutuhkan waktu

rehabilitasi yang tidak sebentar.

Grafik 1.23 Grafik 1.24 Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertanian Realisasi Panen Pertanian Tabama

Grafik 1.25 Grafik 1.26 Perkembangan Luas Panen Jagung Perkembangan Luas Panen Padi

Sampai dengan akhir tahun 2011, secara tahunan perkembangan pertanian padi

diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2010. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM

III-2011 memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2011 tumbuh 13,17 % (y.oy) lebih

rendah dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 33,74 % (y.o.y) sementara produksi

jagung tahun 2011 terkontraksi 1,34% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan produksi jagung

tahun 2010 yang tumbuh 6,69% (y.o.y). Semakin terbatasnya luas lahan menjadi kendala

yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan produksi pertanian di Gorontalo.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 11

Tabel 1.4 ARAM III Pertanian Padi

Tabel 1.5 ARAM III Pertanian Jagung

1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan III-2011 menunjukkan kondisi

yang melambat. Pada triwulan III-2011 sektor ini tumbuh 8,16% (y.o.y) lebih rendah

dibandingkan triwulan II-2011 sebesar 8,80% (y.o.y). Perlambatan hampir terjadi pada

seluruh sub sektor yaitu angkutan darat, laut dan ferry sementara kinerja angkutan udara

diperkirakan mampu meredam perlambatan yang terjadi. Krisis BBM di Gorontalo

diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong perlambatan di sektor ini.

Krisis BBM yang masih terus berlangsung menjadi salah satu pemicu menurunnya

kinerja sub sektor angkutan darat. Antrian yang terjadi hampir di seluruh SPBU dan

langkanya bahan bakar menjadikan proses operasional angkutan darat terganggu.

Pemerintah Daerah dan Pertamina telah menerbitkan aturan pelarangan pengisian BBM

untuk jerigen dan galon (pengisian ilegal) namun dalam pelaksanaannya masih terkendala

di lapangan. Penjualan BBM ilegal yang dilaksanakan di luar SPBU semakin menunjukkan

peningkatan. Pertamina mencatat bahwa angka penjualan premium tumbuh 38,79% (y.o.y)

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,26% (y.o.y) namun

pertumbuhan penjualan premium tersebut tidak memberikan dorongan positif bagi

pertumbuhan sub sektor angkutan darat.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA

Disisi lain itu menurunnya kegiatan sub sektor angkutan darat sedikit diredam oleh

peningkatan penjualan kendaraan di Gorontalo. Hal tersebut dikonfirmasi oleh tingkat

penghimpunan pajak kendaraan yang tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat

penghimpunan pajak kendaraan bermotor tumbuh 48,93% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 20,97% (y.o.y).

Grafik 1.27 Grafik 1.28 Perkembangan Pajak Kendaraan Realisasi Penjualan BBM Transportasi

Kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan III-2011 juga menunjukkan

penurunan. Selama triwulan laporan, jumlah penumpang ferry tercatat terkontraksi 12,80%

(y.o.y) atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 26,50% (y.o.y).

Sementara arus penumpang kapal laut juga menunjukkan kondisi yang serupa. Pada musim

lebaran, diperkirakan warga masyarakat lebih memilih menggunakan moda transportasi

udara dibandingkan tarnsportasi laut dan ferry.

Grafik 1.29 Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut

Disisi lain sub sektor angkutan udara mengalami pertumbuhan yang cukup baik.

Peningkatan arus penumpang udara selama triwulan laporan didorong oleh musim lebaran,

Tercatat selama triwulan III-2011 jumlah penumpang angkutan udara yang terlayani

sebanyak 92.221 penumpang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak

82.143 penumpang. Jumlah penerbangan yang tiba dan berangkat dari Gorontalo juga

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 13

meningkat dari 796 penerbangan menjadi 807 penerbangan. Tren peningkatan kinerja sub

sektor penerbangan di Gorontalo direspon positif oleh maskapai penerbangan, Dinas

Perhubungan dan Pariwisata Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa Maskapai Lion Air

merencanakan untuk menambah jadwal penerbangan di Gorontalo diluar jadwal

penerbangan yang telah ada saat ini. Upaya peningkatan kualitas layanan udara juga

direspon positif oleh Pemerintah Daerah dengan pembangunan Instrument Light System

(ILS) di Bandara Jalaluddin sehingga operasional malam nantinya dapat dilaksanakan.

Grafik 1.31 Grafik 1.32 Perkembangan Penumpang Pesawat Perkembangan Bagasi Pesawat

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo

menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor PHR pada

triwulan III-2011 tumbuh 11,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II-

2011 sebesar 12,89% (y.o.y). Musim lebaran ternyata kurang memberikan dorongan bagi

perekonomian, melemahnya kinerja PHR didorong oleh pelemahan kinerja sub sektor

perdagangan dan restoran sementara kinerja sub sektor perhotelan menunjukkan

perkembangan yang cukup baik.

Menurunnya kinerja sektor PHR terutama didorong oleh penurunan kinerja sub

sektor perdagangan, sektor ini tumbuh sebesar 12,23% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,02% (y.o.y). Indikator melemahnya kinerja

sektor perdagangan dikonfirmasi oleh penurunan pertumbuhan kredit, volume bongkar muat

barang di pelabuhan laut serta volume bongkar barang di pelabuhan udara. Tekanan kinerja

sektor perdagangan tampak dari merosotnya perdagangan ekspor luar negeri maupun

perdagangan ekspor antar pulau. Hal ini merupakan imbas dari penurunan sektor pertanian

sehingga memicu penurunan kinerja perdagangan komoditas pertanian secara umum.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA

Grafik 1.33 Grafik 1.34 Kredit Perdagangan Volume Muat Pelabuhan

Penyerapan belanja barang dan jasa pemerintah menjadi salah satu faktor

pendorong menurunnya kegiatan perdagangan di Gorontalo. Hal ini disebabkan pemerintah

daerah masih mendominasi kegiatan ekonomi di Gorontalo. Tercatat penyerapan belanja

barang dan jasa triwulan III-2011 mencapai 65,69%.

Grafik 1.35 Grafik 1.36 Kargo Pesawat Tingkat Penghunian Hotel

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 15

1.2.4 SEKTOR BANGUNAN

Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan perlambatan, pada triwulan III-

2011 kinerja sektor ini tumbuh sebesar 6,05% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,02 % (y.o.y)

Grafik 1.37 Grafik 1.38 Penjualan Semen Kredit Konstruksi

Penurunan kinerja sektor bangunan dikonfirmasi oleh menurunnya beberapa prompt

indikator sektor bangunan yaitu :

Proyek infrastruktur yang dibiayai APBD Belanja Modal Pemprov sampai dengan

September 2011 hanya mencapai Rp 8,76 Miliar lebih rendah dibandingkan bulan

sebelumnya yang mencapai Rp 17,39 Miliar. Proyek infrastruktur yang dibiayai APBN

juga menunjukkan penurunan, realisasi keuangan masih 68% atau lebih rendah

dibandingkan target yang ditetapkan oleh Pemprov sebesar 75% pada akhir TW III-

2011. Dari hasil evaluasi kinerja, hanya kab. Bone Bolango yang berhasil mendekati

capaian realisasi anggaran infrastruktur sebesar 70%.

Sementara itu kinerja kredit konstruksi juga menunjukkan penurunan. Kredit pada

bulan September 2011 terkontraksi hingga 3,35% (y.o.y).

Beberapa proyek infrastruktur utama yang realisasinya masih rendah yaitu :

Nama Proyek Realisasi

Fisik Anggaran

Pembangunan Jalan Petikemas Dermaga Pelabuhan III Kota Gorontalko

47% 30%

Pembangunan Dermaga Penyeberangan Marisa Tahap V 65% 20%

Pembangunan Dermaga III Pelabuhan Gorontalo Tahap IV 2,9% 20%

Pembangunan Dermaga Pelabuhan Anggrek 60% 50%

Pembangunan ILS Bandara Jalaluddin Tahap II 20% 20%

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA

1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

Kinerja sektor keuangan tumbuh melambat 6,98% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 9,15% (y.o.y). Melemahnya kinerja sub sektor

keuangan terutama disebabkan karena melemahnya kinerja sektor keuangan perbankan.

Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang melambat

Sampai dengan bulan September 2011, NIM perbankan mencapai Rp 383 Miliar atau

tumbuh 14,57% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan NIM periode Juni 2011 yang tumbuh

15,04% (y.o.y). Kondisi ini didorong oleh menurunnya pendapatan bunga perbankan.

Grafik 1.39 Grafik 1.40

NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban

1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Perkembangan sektor industri di Gorontalo menunjukkan penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan III-2011 tumbuh 2,72% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 6,96% (y.o.y). Menurunnya kinerja disektor ini

ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu realisasi SKDU industri pengolahan,

penjualan BBM industri, penjualan listrik industri, dan survei industri pengolahan besar-

sedang.

Menurunnya kinerja industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil survei kegiatan dunia

usaha Bank Indonesia pada triwulan laporan. Angka penjualan listrik dan BBM turut

mengkonfirmasi turunnya kinerja sektor industri di Gorontalo. Konsumsi listrik industri

tumbuh 17,44 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 39,33% (y.o.y), sementara itu konsumsi BBM terkontraksi 17,86% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 39,33% (y.o.y).

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 17

Grafik 1.41 Grafik 1.42 Konsumsi Listrik Industri Perkembangan Kredit Perdagangan

Grafik 1.43 Tabel 1.6 Konsumsi BBM Industri Survei Industri Pengolahan Besar/Sedang

1.2.7 SEKTOR LAINNYA

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2011 tumbuh 7,53% (y.o.y)

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 10,23% (y.o.y). Daya tersambung sampai

dengan September 2011 mencapai 120.851 KVA namun pertumbuhan melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

.

Grafik 1.44 Grafik 1.45 Daya Listrik Tersambung PLN Realisasi Kredit Jasa-jasa

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2011 melambat

dibandingkan triwulan II-2011. Sektor ini tumbuh 2,45% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 5,43% (y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan

kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang menunjukkan penurunan. Kinerja sektor jasa-

jasa pada triwulan III-2011 tumbuh 3,62% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan pertumbuhan

pada triwulan II-2011 yang tercatat sebesar 3,79% (y.o.y).

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA

BOKS I : PENURUNAN KINERJA EKSPOR GORONTALO

Perkembangan ekspor Gorontalo pada tahun 2011 menunjukkan pernurunan yang

cukup signifikan selama 3 tahun terakhir. Tekanan ekspor tersebut bersumber pada

merosotnya kinerja ekspor luar negeri sementara kinerja ekspor antar pulau relatif menurun

namun dengan besaran yang lebih kecil. Data statistik ekspor luar negeri mencatat bahwa

pada periode Jan-Sept 2011 sebesar US$ 589.425 atau menurun signifikan dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai US$ 11 juta maupun tahun 2009

yang mencapai US$ 10 juta. Sementara untuk kinerja ekspor antar pulau pada periode Jan-

Sept 2011 mencapai 139 ribu ton lebih rendah dibandingkan tahun 2010 yang mencapai

181 ribu ton.

Grafik 1.46 Grafik 1.47 Kinerja Ekspor Luar Negeri Kinerja Ekspor Antar Pulau

Selama tahun 2011, dari 10 negara tujuan ekspor sebelumnya hanya Philipina dan

Korea Selatan yang masih bertahan yaitu komoditas kayu sementara untuk komoditas

lainnya tidak dilakukan pengiriman. Dua komoditas yang mengalami penurunan cukup

signifikan adalah Jagung dan Kopra, hasil liason yang dilakukan oleh Bank Indonesia

Gorontalo kepada beberapa pengusaha eksportir adalah sebagai berikut :

Komoditas Faktor yang mempengaruhi

Jagung - Perkiraan produksi jagung 2011 menurun dibandingkan tahun 2010.

Kondisi tersebut disebabkan oleh produktivitas yang menurun

sebesar -2,33% dibandingkan tahun sebelumnya. Selain karena

penurunan luas lahan panen, penurunan produksi juga terkendala

karena pengaruh cuaca. Penurunan produksi ini juga

mengakibatkan beberapa kuota ekspor luar negeri tidak dapat

terpenuhi sehingga pengusaha menjadikan pasar domestik sebagai

alternatif lainnya.

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011 19

- Penurunan ekspor luar negeri diperkirakan juga sebagai imbas dari

melemahnya harga jagung internasional dibandingkan harga

perolehan domestik. Pada akhir triwulan III-2011 harga jagung

internasional mencapai US$ 5,71/bushel atau setara dengan Rp

2.000/kg sementara penyerapan harga domestik berkisar Rp 2.200-

2.500/kg.

Kopra - Tekanan harga kopra internasional menjadikan penjualan kopra

kurang menarik bagi petani. Hasil liason pada PT. Trijaya Tangguh

Isimu Utama Raya menyatakan bahwa harga kopra telah merosot

hingga Rp 4500-6000/kg sehingga mendorong masyarakat

mengalihkan produksi kelapa dari kopra menjadi bahan baku tepung

kelapa mengingat harga tepung kelapa masih bertahan cukup baik.

Harga kopra ideal menurut petani Gorontalo berkisar Rp 9.000 –

10.000.

- Penurunan harga kopra internasional seiring dengan penurunan

harga CPO internasional sebagai bahan baku minyak goreng.

- Selain permasalahan harga internasional, menurunnya produksi

kopra juga disebabkan usia kelapa di Gorontalo umumnya sudah

tua sehingga produktivitasnya menurun. Upaya peremajaan kelapa

perlu dilakukan untuk mempertahankan produksi kopra.

Tabel 1.7 Ekspor Luar Negeri Gorontalo Periode Jan-Sept

Negara Tujuan 2009 2010 2011

Jepang 49,247 - -

China 38,580 - -

Singapura 151,663 710,582 -

Hongkong 526,400 530,000 -

Taiwan 60,330 1,043,210 -

Malaysia 1,634,000 2,576,450 -

Philipina 5,796,431 5,641,832 484,000

India 1,062,375 530,100 -

Rep. Korea 76,434 167,098 105,425

Vietnam 953,134 606,773 -

TOTAL 10,348,594 11,806,045 589,425

Komoditas 2009 2010 2011

Jagung 7,430,431 7,201,922 484,000

Kayu, Barang dari Kayu 111,688 162,908 105,425

Bungkil Kopra 847,400 1,677,150 -

Rotan Poles 250,573 114,532 -

Lemak&Minyak Hewan/nabati 1,062,375 - -

Gula & Kembang Gula 632,134 2,649,533 -

Mutiara & batu permata 13,993 - -

TOTAL 10,348,594 11,806,045 589,425

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN III-2011| BANK INDONESIA

Merosotnya kinerja ekspor tentu saja memberikan tekanan cukup signifikan bagi

perkembangan perekonomian di Gorontalo. Kontraksi ekspor yang cukup besar mendorong

pertumbuhan ekonomi menurun cukup signifikan. Pada triwulan III-2011 kontraksi ekspor

telah mencapai 18,21% (y.o.y) sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi turun hingga

5,64% (y.o.y). Dilihat dari struktur PDRB sisi permintaan dalam dua tahun terakhir,

perkembangan net ekspor/impor Gorontalo semakin menunjukkan peningkatan. Kondisi ini

tentu saja tidak memberikan dorongan positif melainkan tekanan negatif bagi pertumbuhan

ekonomi regional. Nampak dalam perkembangan grafik dibawah ini, capaian pertumbuhan

ekonomi semakin tergerus oleh kondisi net impor yang semakin besar. Dalam beberapa hal,

net impor sebenarnya akan mendororong produksi dalam negeri apabila impor yang

dilakukan adalah impor bahan baku produksi, sementara di Gorontalo net impor lebih

didominasi oleh impor bahan konsumsi sehingga kurang memberikan multiplier effect bagi

perekonomian.

Grafik 1.48 Perkembangan Net Ekspor Impor Gorontalo