azhar arafat
TRANSCRIPT
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 1/45
BAB l
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Skripsi ini berjudul Analisis butir soal tes hasil belajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam ( PAI ) kelas l di Sekolah Dasar Negeri
Sariharjo Sleman Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Untuk
menghindari kesalahan dalam menafsirkan dan memaknai judul skripsi ini,
maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah tersebut sebagai berikut.
1. Analisis
analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya.1
2. Butir Soal
Soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang menimbulkan situasi
masalah yang harus dipecahkan oleh siswa.Penguasaan siswa diketahui
dari kemampuannya membuat pemecahan masalah.Satuan untuk soal
adalah butir sehingga tiap item pertanyaan atau pernyataan dikenal
sebagai butir soal2.
1Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, ( Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2012 ),hlm . 58.2Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2008),hlm.74.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 2/45
3. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar, yaitu tes yang menilai sampai di mana hasil belajar
yang dicapai oleh siswa, setelah mereka menjalani perbuatan belajar
dalam waktu tertentu. Jadi tes ini dilakukan setelah siswa mengalami
proses belajar, dan bahan yang dijadikan soal tes tidak keluar dari
bahan yang telah dipelajari oleh siswa.3
4. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan usaha
terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat
memahami dan mengamalkan ajaran Agama Islam serta menjadikan
sebagai pandangan hidup.4
5. Sekolah Dasar Negeri Sariharjo
Sekolah Dasar Negeri Sariharjo adalah sekolah yang berada di Dusun
Sariharjo Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman.
Maksud judul skripsi ini adalah penelitian tentang analisis butir soal
untuk mengetahui koefisien validitas butir soal, koefisien tingkat
kesukaran butir soal, koefisien daya pembeda butir soal.
3
Slameto,Evaluasi Pendidikan,( Jakarta: PT Bumi Aksara,2001), hlm. 30.4Zakiyah Darajat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara,1996 ), hlm. 86.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 3/45
B. Latar belakang masalah
Tes merupakan metode pengukuran yang menggunakan alat ukur
berbentuk satu set pertanyaan untuk mengukur sampel tingkah laku, dan
jawabannya biasa dikategorikan benar dan salah.5
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus di kerjakan oleh anak sehingga
menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut,
yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau nilai standar yang ditetapkan.6
Tes hasil belajar atau achievement tes ialah tes yang dipergunakan untuk
menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-
muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu
tertentu.7
Keberhasilan dalam dunia pendidikan dapat diketahui dari cara penilaian
hasil belajar yang telah ditentukan sesuai dengan kurikulum yang berlaku
di dalam pendidikan. Penilaian adalah salah satu bagian yang paling
penting dalam rangkaian proses pembelajaran dalam pendidikan. Sehingga
5Bambang Subali, Prinsip Asesmen & Evaluasi Pembelajaran, ( Yogyakarta : UNY Press, 2012
),hlm. 1.6
Sudirman, Ilmu Pendidikan, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1992 ), hlm. 243. 7
M.Ngalim Purwanto , Prinsip-Prinsip Dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, ( Bandung :PT.RemajaRosdakarya,2010 ), hlm. 33.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 4/45
dapat dikatakan baik tidaknya kegiatan pendidikan, salah satunya di
tentukan oleh penilaian hasil belajar.
Tes sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar mempunyai peranan yang
penting dalam mengukur prestasi hasil belajar siswa.
Dalam langkah-langkah penyusunan tes antara lain menetapkan tujuan,
analisis sumber materi belajar, menyusun kisi-kisi soal, menulis indikator
soal, menulis soal, uji coba, analisis soal, revisi soal, menentukan soal
yang baik serta merakit soal menjadi tes.
Untuk mengetahui apakah butir soal itu baik atau jelek, dapat dilakukan
dengan menganalisis butir soal. Apabila butir soal dianalisis dalam kurva
normal dan hasilnya tercermin sebagian besar siswa berada didaerah
sedang, sebagian kecil berada disebelah kiri, dan sebagian kecil yang lain
berada di sebelah kanan kurva maka butir soal telah memenuhi kriteria
butir soal yang baik. Apabila butir soal dianalisis tidak sesuai yang
diharapkan dalam kurva normal berarti butir soal belum memenuhi kriteria
butir soal yang baik.
Butir soal merupakan alat atau instrumen yang akan dijadikan sebagai
obyek penelitian. Butir soal tersebut berbentuk tes obyektif pilihan ganda
yang berjumlah 20 butir soal yang diambil dari soal tes hasil belajar mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas I di Sekolah Dasar Negeri
Sariharjo Sleman.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 5/45
Kelas I di Sekolah Dasar Sariharjo merupakan tempat yang akan dijadikan
penelitian yang siswanya berjumlah 16 siswa untuk dijadikan responden
dalam penelitian.
Karena tes hasil belajar sebagai alat ukur untuk mengukur prestasi siswa,
maka dalam perangkat soal tes hasil belajar harus memiliki butir soal yang
baik sebagaimana kriteria butir soal yang baik memiliki validitas, memiliki
tingkat kesukaran yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit dan juga
mempunyai daya beda soal yang dapat membedakan.
Untuk mengetahui kualitas butir soal tes hasil belajar tersebut, maka
kiranya perlu dilakukan penelitian dengan cara melakukan analissi butir
soal sehingga hasil analisis butir soal tersebut dapat dijadikan sebagai
informasi yakni bagi guru, sekolah dan khususnya bagi team pembuat soal
sehingga dapat melakukan penyempurnaan butir soal, apabila butir soal
tersebut nelum memenuhi kriteria butir soal yang baik.
C. Alasan pemilihan judul
1. Menarik, karena dengan analisis butir soal, penulis dapat mengetahui
kualitas butir soal.
2. Penting, karena analisis butir soal merupakan bagian dari evaluasi
pendidikan.
3. Karena sepengetahuan penulis dalam sebuah penelitian belum begitu
banyak meneliti tentang analisis butir soal.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 6/45
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diketahui rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana koefisien validitas butir soal test hasil belajar kelas I di
Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?
2. Bagaimana koefisien tingkat kesukaran butir soal test hasil belajar
kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?
3. Bagaimana koefisien daya beda butir soal test hasil belajar kelas I di
Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta?
E. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui koefisien validitas butir soal test hasil belajar kelas
I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui koefisien tingkat kesukaran butir soal test hasil
belajar kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui koefisien daya beda butir soal test hasil belajar
kelas I di Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.
F. Kegunaan penelitian
1. Menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam evaluasi
pendidikan islam.
2. Bagi Kelompok kerja Guru ( KKG ) akan memperoleh gambaran
secara rinci tentang keadaan butir soal sehingga dapat digunakan untuk
penyempurnaan butir soal.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 7/45
3. Bagi Guru, akan memperoleh gambaran secara rinci tentang keadaan
butir soal.
G. Metode penelitian
Untuk memudahkan pengumpulan dan analisis data, serta mengacu pada
penelitian yang relevan dengan judul skripsi maka penulis menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut;
1. Metode penentuan subyek
a. Kepala sekolah yang merupakan subyek yang bersifat sekunder,
penulis akan mendapatkan data yang berupa gambaran umum
Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman Yogyakarta.
b. Guru Pendidikan Agama Islam adalah subyek yang bersifat primer,
maka penulis akan mendapatkan data perangkat soal test hasil
belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam beserta kunci
jawabannya.
c. Siswa kelasI Sekolah Dasar Negeri Sariharjo adalah subyek yang
bersifat primer, maka penulis akan mendapatkan jawaban siswa
terhadap butir soal tes hasil belajar mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
Peneliti menggunakan teknik populasi, karena subyeknya kurang
dari 100, Suharsimi Arikunto berpendapat :
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 8/45
“ Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika
jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 15% - 20% atau 20% -25 %’.
2. Teknik pengumpulan data
a. Metode dokumentasi
Metode Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang.8
1) Perangkat soal test hasil belajar mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas I tahun ajaran 2012/2013 beserta kunci
jawabannya.
2) Hasil jawaban siswa tes hasil belajar kelas Imata pelajaran
Pendidikan Agama Islam tahun ajaran 2012/2013.
3) Gambaran umum Sekolah Dasar Negeri Sariharjo Sleman
Yogyakarta yang merupakan tempat penulis meneliti yang
meliputi tujuan didirikannya sekolah, data guru dan karyawan
sekolah, jumlah siswa dan struktur organisasi sekolah.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif dan R & D ) , ( Jakarta:Alfabeta, 2007 ), hlm. 329.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 9/45
b. Metode wawancara
Metode wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.9
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran
umum sekolah yang meliputi sejarah singkat sekolah dan letak
sekolah.
3. Metode analisis data
Analisis data yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
mengolah data sampai pada kesimpulan.
Teknik yang digunakan dalam dalam penelitian ini maka penulis akan
menggunakan teknik statistik yaitu analisis deskrptif kuantitatif . Yang
artinya data yang diperoleh dalam penelitian ini disajikan apa adanya
kemudian disajikan secara deskriptifkuantitatif untuk mengetahui :
a.
Koefisien validitas butir soal
Untuk menentukan validitas butir soal bentuk tes obyektif pilihan
ganda skor untuk item biasa diberikan dengan 1 ( bagi item yang
dijawab benar ) dan 0 ( item yang di jawab salah ) sedangkan skor
total selanjutnya merupakan jumlah dari skor untuk semua item
9Ibid , hlm. 317.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 10/45
yang membangun skor tersebut. Selanjutnya perhitungan dilakukan
dengan menggunakan rumus korelasi product moment . Adapun
rumus korelasi product momet adalah sebagai berikut :
√
Keterangan :
rXY = koefisien korelasi antara X dan Y
X =skor butir soal
Y = skor total
N = jumlah subyek
b. Koefisien tingkat kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah siswa tes
c. Koefisien daya beda butir soal
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 11/45
Untuk menentukan daya beda butir soal dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
= PA - P
Keterangan :
J = jumlah peserta tes
Jᴀ = banyaknya peserta kelompok atas
Jв = banyaknya peserta kelompok bawah
Bᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu
dengan benar
Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
dengan benar
Pᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
H. Sistematika Skripsi
Sistematika adalah urutan permasalahan yang dibahas dalam skripsi secara
keseluruhan dari permulaan sampai akhir, oleh karena itu dalam penulisan
skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian pokok dan
bagian akhir.
1.
Bagian awal skripsi terdiri dari :halaman judul, nota dinas, halaman pengesahan, halaman motto,
halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel dan
daftar lampiran.
2. Bagian pokok skripsi yang terdiri dari :
a. BAB I. Pendahuluan
Pendahuluan meliputi penegasan judul, latar belakang masalah,
alasan pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian,
keguanaan penelitian, metode penelitian dan sistematika skripsi.
b. BAB II. Landasan teori
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 12/45
Dalam bab ini menerangkan tentang : pengertian tes, fungsi tes,
komponen tes, penggolongan tes, bentuk-bentuk tes, ciri-ciri tes
hasil belajar yang baik, prinsip penyusunan tes hasil belajar,
langkah-langkah penyusunan tes, analisis butir soal, analisis
validitas, analisis tingkat kesukaran dan analisis daya pembeda.
c. BAB III. Penyajian dan analisis data
Dalam bab ini terdiri dari gambaran secara umum Sekolah Dasar
Negeri Sariharjo Sleman yang terdiri dari deskripsi mengenai
sejarah singkat sekolah, letak sekolah, data guru dan karyawan
sekolah, tujuan didirikan sekolah, visi misi sekolah, sarana dan
prasarana sekolah, jumlah siswa, dan struktur organisasi sekolah,
pada sub bab yang lain yaitu analisis data meliputi koefisientingkat kesukaran butir soal dan koefisien daya beda butir soal.
d. BAB IV. Penutup
Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan, saran-saran dan kata
penutup.
3. Bagian akhir.
Bagian akhir meliputi: Daftar pustaka, lampiran dan biodata penulis.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tes hasil belajar
1. Pengertian tes
Secara harfiyah, kata “test ” berasal dari bahasa perancis
kuno :testum yang artinya piring untuk mengisikan logam-
logam mulia. Dalam bahasa inggris ditulis dengan “test ”
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 13/45
yang dalam bahasa indonesia diterjemahkan dengan tes,
ujian atau percobaan.
Beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan
dengan masalah diatas, yaitu istilah test, testing, tester, dan
testee.Test adalah alat atau prosedur yang dipergunakan
dalam rangka pengukuran dan penilaian;
testing berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan
penilaian; tester artinya orang yang melaksanakan tes atau
pembuat tes; sedangkan testee adalah peserta tes.10
Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.11
Tes merupakan salah satu prosedur evaluasi yang
komprehensif, sistematik, dan objektif yang hasilnya dapat
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
dalam proses pengajaran yang dilakukan oleh guru.12
Tes adalah cara yang dapat dipergunakan atau prosedur
yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran dan
penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian
tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah
10Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011 ), hlm.
67.11
Suharsimi Arikunto,Op. Cit , hlm. 53. 12Djaali & Muljono, Pengukuran dalam Bidang Pendidikan, ( Jakarta: PTGrasindo, 2008 ), hlm. 7.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 14/45
yang harus dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data
yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat
dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi testee; nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-
nilai yang dicapai oleh testee lainnya atau dibandingkan
dengan nilai standar tertentu.13
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan
untuk mengevaluasi individu maupun kelompok yang
mempunyai standar obyektif untuk mengamati satu atau
lebih karakteristik seseorang yang hasilnya dapat dijadikan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
2. Fungsi tes
Beberapa fungsi tes dalam evaluasi pendidikan adalah:
a. Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa.
b. Sebagai motivator dalam pembelajaran.Tes dianggap
sebagai motivator ekstrinsik, yaitu siswa akan belajar
lebih giat dan berusaha lebih keras untuk memperoleh
nilai dan prestasi yang baik.
c. Sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran.
13Anas Sudijono, Op. Cit , hlm. 67.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 15/45
d. Sebagai penentu berhasil tidaknya siswa sebagai syarat
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi dengan melaksanakan tes sumatif.14
3. Komponen tes
Tes hasil belajar mempunyai beberapa komponen.Pada tes
berbentuk esai terdiri dari petunjuk pengerjaan dan
soal.Lebih dari itu pada tes berbentuk obyektif terdiri dari
perangkat soal, butir soal, pilihan, kunci jawaban dan
pengecoh.
Adapun penjelasan masing-masing komponen sebagai
berikut:
a. Perangkat soal
Perangkat soal adalah keseluruhan butir pertanyaan atau
pernyataan berikut segala kelengkapannya.
b. Petunjuk pengerjaan
Petunjuk pengerjaan mendeskripsikan detail petunjuk
yang harus dilakukan dalam mengerjakan soal.
c. Butir soal
Soal merupakan pertanyaan atau pernyataan yang
menimbulkan situasi masalah yang harus dipecahkan
oleh siswa.Penguasaan siswa diketahui dari
kemampuannya memecahkan masalah.Satuan untuk
14Djaali & Muljono, Op. Cit , hlm. 7.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 16/45
soal adalah butir sehingga tiap item pertanyaan atau
pernyataan disebut sebagai butir soal.
d. Pilihan ( option )
Pilihan adalah sejumlah alternatif yang ditawarkan.
e. Kunci jawaban ( key )
Kunci jawaban adalah pilihan yang merupakan jawaban
atas pertanyaan yang diajukan dalam soal.
f. Pengecoh ( distractor )
Pengecoh adalah pilihan yang bukan kunci jawaban.15
Komponen dalam tes terdiri dari :
a. Buku tes, yaitu lembaran atau buku yang memuat butir-
butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
b. Lembar jawaban tes, yaitu lembaran yang disediakan
oleh penilaian bagi peserta tes untuk mengerjakan tes.
c. Kunci jawaban tes, yaitu berisi jawaban-jawaban yang
dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf atau
kalimat.
d.
Pedoman penilaian
Pedoman penilaian atau pedoman scoring berisi
keterangan perincian tentang skor atau angka yang
15Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar , ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008 ), hlm. 73-74.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 17/45
diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah
dikerjakan.16
4. Penggolongan tes
Tes hasil belajar dapat digolongkan dalam beberapa
golongan.
a. Tes berdasarkan fungsi sebagai alat pengukur
perkembangan atau kemajuan peserta didik.
Tes sebagai alat pengukur perkembangan peserta didik,
tes dapat digolongkan menjadi enam golongan yaitu :
tes seleksi, tes awal, tes akhir, tes diagnostik, tes
formatif dan tes sumatif.
Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:
1. Tes seleksi
Tes seleksi seringdikenal dengan ujian saringan atau
ujian masuk.Tes ini dilaksanakan dalam rangka
penerimaan calon siswa baru, dimana tes digunakan
untuk memilih calon peserta didik yang tergolong
paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti
tes.
2. Tes awal
Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-tes.Tes
ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana materi
16
Suharsimi Arikunto , Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, ( Yogyakarta : Bumi Aksara, Edisi Revisi ),hlm. 76.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 18/45
atau bahan pelajaran yang diajarkan telah dapat
dikuasai oleh peserta didik.
3. Tes akhir
Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-tes.Tes
akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah semua materi pelajaran yang tergolong
penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya
oleh peserta didik.
4. Tes diagnostik
Tes diagnostik adalah tes untuk menentukan jenis
kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu.
5. Tes formatif
Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan
untuk mengetahui sejauh manakah peserta didik
telah berbentuk sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
6. Tes sumatif
Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang
dilaksanakan setelah satuan program pengajaran
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 19/45
selesai diberikan. Di sekolah tes ini dikenal dengan
istilah ulangan umum atau Evaluasi Belajar Tahap
Akhir ( EBTA ), dimana hasilnya untuk mengisi
nilai rapor dan mengisi ijazah ( STTB ).
b. Tes berdasarkan aspek psikis yang ingin diungkap.
Tes ditilik dari aspek psikis yang ingin diungkap, tes
dapat dibedakan menjadi lima golongan yaitu: tes
intelegensi, tes kemampuan, tes sikap, tes kepribadian
dan tes hasil belajar.
Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:
1. Tes intelegensi
Tes intelegensi adalah tes yang dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengungkap atau mengetahui tingkat
kecerdasan seseorang.
2. Tes kemampuan
Tes kemampuan adalah tes yang dilaksanakan untuk
mengungkap kemampuan dasar atau bakat yang
dimiliki oleh peserta tes.
3. Tes sikap
Tes sikap adalah tes yang dipergunakan untuk
mengungkap kecenderungan seseorang untuk
melakukan respon tertentu terhadap alam sekitar,
baik berupa individu maupun obyek tertentu.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 20/45
4. Tes kepribadian
Tes kepribadian adalah tes yang dilaksanakan
dengan tujuan mengungkap ciri-ciri khas dari
seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriyah
seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada suara,
hobi atau kesenangan dan lain-lain.
5. Tes hasil belajar
Tes hasil belajar sering dikenal dengan tes
percapaian, yaitu tes yang biasa digunakan untuk
mengungkap tingkat percapaian atau prestasi
belajar.
c. Tes ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti
tes.
Tes ditilik dari segi banyaknya orang yang mengikuti
tes, tes dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes
individual dan tes kelompok.
Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:
1.
Tes individual
Tes individual adalah tes dimana tester hanya
berhadapan dengan satu orang testee saja.
2. Tes kelompok
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 21/45
Tes kelompok adalah tes dimana tester berhadapan
dengan lebih dari satu orang testee.
d. Tes ditilik dari segi waktu yang disediakan bagi testee
untuk menyelesaikan tes, tes dapat dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu:
1. Power test adalah tes dimana waktu yang disediakan
buat testee untuk menyelesaikan tes tersebut tidak
dibatasi.
2. Speed test , adalah tes dimana waktu yang
disediakan buat testee untuk menyelesaikan tes
tersebut dibatasi.
e. Tes ditilik dari segi bentuk responnya
Tes ditilik dari segi responnya, tes dapat dibedakan
menjadi dua golongan yaitu verbal test dan nonverbal
test .
Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:
1. Verbal test
Verbal test adalah tes yang menghendaki respon (
jawaban ) yang tertuang dalam bentuk ungkapan
kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun
secara tertulis.
2. Nonverbal test
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 22/45
Nonverbal test adalah tes yang menghendaki respon
( jawaban ) dari testee bukan berupa ungkapan kata-
kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau
tingkah laku.
f. Tes ditilik dari segi cara mengajukan pertanyaan atau
memberikan jawabannya, tes dapat dibedakan menjadi
dua yaitu tes tertulis dan tes lisan.
Adapun penjelasan masing-masing tes sebagai berikut:
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes dimana tester dalam
mengajukan butir-butir pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara tertulis dan tester memberikan
jawabannya juga secara tertulis.
2. Tes lisan
Tes lisan adalah tes dimana tester didalam
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukann secara lisan, dan testee memberikan
jawabannya juga secara lisan.
5. Bentuk-bentuk tes
Tes dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu sebagai
berikut:
a. Tes subyektif
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 23/45
Tes subyektif pada umumnya berbentuk esai ( uraian ).
Tes esai adalah tes kemajuan belajar yang memerlukan
jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-
kata.
Ciri-ciri pertanyaannya diawali dengan kata-kata seperti
uraikan, jelaskan, bagaimana, simpulkan dan
sebagainya.
Adapun kebaikan dan kelemahan tes subyektif sebagai
berikut:
1) Kebaikan-kebaikan tes subyektif
(a) Mudah disiapkan dan disusun.
(b) Tidak memberi kesempatan untuk berspekulasi
atau untung-untungan.
(c) Mendorong siswa untuk mengemukakan
pendapat serta menyusun dalam kalimat yang
bagus.
(d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa
dengan caranya sendiri.
(e) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami
masalah yang diteskan.
2) Kelemahan-kelemahan tes subyektif
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 24/45
(a) Kadar validitas dan reliabilitas rendah karena
sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan
siswa yang telah dikuasai.
(b) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh
bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya
hanya beberapa saja (terbatas).
(c) Cara memeriksanya dipengaruhi oleh unsur-
unsur subyektif.
(d) Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan
pertimbangan individual lebih banyak dari
penilai.
b. Tes obyektif
Tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaanya
dapat dilakukan secara obyektif.
Adapun kebaikan dan kelemahan dari tes obyektif
adalah sebagai berikut:
1) Kebaikan tes obyektif
(a) Lebih banyak mengandung segi-segi positif
misalnya: lebih representatif mewakili dan luas
bahan lebih obyektif, dapat dihindari dari
campur tangan unsur-unsur subyektif.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 25/45
(b) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya
karena dapat menggunakan kunci tes bahkan
alat-alat kemajuan teknologi.
(c) Pemeriksaanya dapat diserahkan kepada orang
lain.
(d) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subyektif
yang dipengaruhi.
2) Kelemahan tes obyektif
(a) Persiapan untuk mengukurnya jauh lebih sulit
daripada tes esai karena soalnya banyak dan
harus teliti untuk menghindari kelemahan-
kelemahan yang lain.
(b) Soal-soalnya cenderung mengungkapkan
ingatan dan daya pengenalan saja dan sukar
untuk mengukur proses mental yang tinggi.
(c) Banyak kesempatan untuk main untung-
untungan.
(d) Kerja sama antar siswa pada waktu mengerjakan
tes lebih terbuka.
Dalam hal tes obyektif, tes obyektif terdiri dari
beberapa macam yaitu:
1) Tes benar-salah ( true-false)
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 26/45
Soal-soalnya berupa pernyataan-
pernyataan.Pernyataan tersebut ada yang benar
dan ada yang salah.Orang yang ditanya bertugas
untuk menandai masing-masing pernyataan
dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu
betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf
S jika pernyataannya salah.
2) Tes pilihan ganda ( multiple choice test )
Tes pilihan ganda terdiri dari keterangan atau
pemberitahuan tentang suatu pengertian yang
belum lengkap.Untuk melengkapinya harus
memilih satu dari kemungkinan atas jawaban
yang disediakan.Kemungkinan jawaban terdiri
dari kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
3) Menjodohkan ( matching test )
Matching test dikenal dengan istilah
mempertandingkan, mencockkan atau
menjodohkan. Matching test terdiri dari satu seri
pertanyaan dan satu seri jawaban.Masing-
masing pertanyaan mempunyai jawabannya
yang tercantum dalam seri jawaban.
4) Tes isian (completion tes )
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 27/45
Completion test dikenal dengan istilah tes isian,
tes menyempurnakan atau tes melengkapi.
Completion test terdiri dari kalimat-kalimat yang
ada bagiannya yang dihilangkan atau yang harus
oleh murid ini adalah merupakan pengertian
yang kita minta dari murid.
6. Ciri-Ciri tes hasil belajar yang baik
Terdapat empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki
oleh tes hasil belajar, sehingga tes tersebut dapat dinyatakan
sebagai tes yang baik, yaitu:
a. Bersifat valid, kata valid dapat diartikan dengan tepat,
benar, absah. Tes hasil belajar dikatakan valid apabila
tes dapat mengungkap atau mengukur hasil-hasil belajar
yang telah dicapai oleh peserta didik, setelah mereka
menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu.
b. Bersifat reliabel atau memiliki reliabilitas, kata
reliabilitas sering diterjemahkan dengan keajegan atau
kemantapan. Apabila tes dikaitkan dengan fungsi tes
sebagai alat pengukur mengenai keberhasilan belajar
peserta didik, maka sebuah tes hasil belajar dapat
dinyatakan reliabel apabila hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 28/45
berulangkali terhadap subyek yang sama, senantiasa
menunjukkan hasil yang sama atau sifatnya ajeg dan
stabil.
c. Bersifat obyektif, tes hasil belajar dikatakan tes hasil
belajar yang obyektif, apabila tes tersebut disusun dan
dilaksanakan menurut apa adanya. Ditinjau dari materi
tes maka istilah “apa adanya” itu mengandung
pengertian bahwa materi tes bersumber dari bahan
pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan tujuan
instruksional.
Ditilik dari segi pemberian skor dan penentuan hasil tes
istilah apa adanya itu mengandung pengertian bahwa
pekerjaan koreksi, pemberian skor dan penentuan nilai
terhindar dari unsur-unsur subyektivitas yang melekat
pada penyusunan tes.
d. Bersifat praktis dan ekonomis, bersifat praktis
mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar
dilaksanakan dengan mudah, karena tes itu bersifat
sederhana dalam arti tidak memerlukanperalatan yang
banyak atau peralatan yang sulit pengadaannya, lengkap
dalam arti bahwa tes tersebut telah dilengkapi dengan
kunci jawaban dan pedoman scoring serta penentuan
nilainya. Bersifat ekonomis mengandung pengertian
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 29/45
bahwa tes hasil belajar tersebut tidak memakan waktu
dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang banyak.
Suatu tes agar dapat menjalankan fungsinya sebagaimana
yang diharapkan, maka diperlukan ciri-ciri yang baik yang
harus dimiliki oleh tes. Adapun ciri-ciri tes yang baik
adalah sebagai berikut:
a. Validitas
b. Reliabilitas
c. Tingkatan kesukaran
d. Kemampuan diskriminasi.
7. Prinsip-Prinsip dasar penyusunan tes hasil belajar
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan di
dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut benar-
benar dapat mengukur tujuan pelajaran yang telah
diajarkan, atau mengukur kemampuan dan atau
keterampilan siswa yang diharapkan setelah siswa
menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
a.
Tes tersebut hendaknya dapat mengukur secara jelas
hasil belajaryang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan
instruksional.
b. Mengukur sample yang representatif dari hasil belajar
dan bahan pelajaran yang telah diajarkan.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 30/45
c. Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-
benar cocok untuk mengukur hasil belajar yang
diinginkan sesuai tujuan.
d. Didesain sesuai dengan kegunaannya untuk
memperoleh hasil yang diinginkan.
e. Dibuat seandal mungkin sehingga mudah
diinterpretasikan dengan baik.
f. Digunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa dan
cara mengajar guru.
8. Langkah-langkah penyusunan tes
Dalam menyusun tes diperlukan langkah-langkah yang
sistematis sehingga dapat diperoleh tes efektif. Langkah-
langkah tersebut sebagai berikut:
a. Menentukan atau merumuskan tujuan tes
Tes prestasi belajar dapat dibuat untuk bermacam-
macam tujuan. Karena perlu ditetapkan terlebih dahulu
untuk tujuan apa tes yang disusun itu dipergunakan.
b.
Analisis kurikulum
Analisis kurikulum untuk menetapkan isi bahan yang
akan ditanyakan melalui tes dengan memperhatikan
tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum (TIU),
serta pokok bahasan dan sub bahasan yang terdapat
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 31/45
dalam buku garis-garis besar program pengajaran
(GBPP).
c. Analisis buku pelajaran dan sumber belajar lainnya
Tes yang akan disusun hendaknya mengenai seluruh
materi dan pokok bahasan esensial yang telah
ditetapkan. Pkok bahasan dan sub bahasan itu secara
terinci terdapat dalam buku pelajaran.
d. Menyusun kisi-kisi
Kisi-kisi disusun dalam bentuk matriks yang memuat
komponen-komponen tertentu.Adapun komponen-
komponen suatu kisi-kisi tes ditentukan oleh tujuan
penulisan soal tersebut.
Komponen tersebut antara lain jenis sekolah, program
atau jurusan, mata pelajaran, kurikulum yang diacu,
tujuan instruksional umum (TIU), pokok bahasan atau
sub bahasan, bahan kelas, uraian materi, ranah kognitif
atau aspek tingkah laku dan tujuan instruksional khusus
(TIK) atau indikator, bentuk soal, tingkat kesukaran
soal dan jumlah soal dan waktu yang diperlukan.
e. Menulis TIK / indikator
Penulisan TIK harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang telah ditetapkan dalam kisi-kisi.
f. Menulis soal
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 32/45
Soal-soal ditulis tidak boleh menyimpang dari TIK yang
telah dirumuskan dalam kisi-kisi. Dalam bagian
penulisan soal dapat dimasukkan beberapa kegiatan lain
yaitu:
1. Review ( menelaah soal )
2. Seleksi soal
3. Merakit soal
g. Reproduksi tes terbatas
Tes yang sudah jadi diperbanyak dalam jumlah yang
cukup untuk tujuan uji coba.
h. Uji coba
Tes yang sudah diperbanyak diujicobakan pada sampel
yang telah ditentukan.
i. Analisis soal
Tes yang telah diujicobakan dianalisis butir-butir
soalnya.Melalui analisis soal dapat diketahui kualitas
suatu butir soal.Kualitas soal dapat diketahui dengan
melihat taraf kesukarannya, funsi pokok soal, fungsi
pengecoh serta penyebaran pada pengecoh dalam
kelompok total.
j. Revisi soal
Merevisi kembali apabila ada butir soal yang jelek.
k. Menentukan soal-soal yang baik
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 33/45
Menetapkan butir-butir soal yang baik.
l. Merakit soal menjadi tes
Semua soal yang baik, kalau sudah banyak data yang
terkumpul dan meliputi semua pokok bahasan serta
aspek yang hendak diukur, dapat dirakit menjadi tes
yang standar.
Dalam pengembangan tes hasil belajar diperlukan
langkah-langkah yang efektif sebagai berikut:
a. Pengembangan spesifik tes
b. Penulisan soal
c. Penelaahan soal
d. Perakitan soal ( untuk tujuan uji coba )
e. Uji coba tes
f. Seleksi dan perakitan soal ( bentuk akhir )
g. Percetakan tes
h. Administrasi tes bentuk akhir
i. Penyusunan skala dan norma.
9.
Penilaian dan hasil belajar
Dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, penilaian
hasil belajar harus mencakup beberapa aspek atau ranah
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut
Bloom, ranah kognitif berhubungan erat dengan
kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 34/45
menganalisis , mensintesis dan mengevaluasi. Ranah
psikomotorik adalah ranah yang berhubungan erat dengan
aktivitas fisik. Sedangkan ranah afektif berhubungan erat
dengan watak, perilaku seperti sikap, minat, konsep diri,
nilai dan moral.
B. Analisis butir soal
Analisis butir soal merupakan pengkajian pertanyaan-
pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang
memiliki kualitas yang memadai. Analisis butir soal bertujuan
untuk memperoleh kualitas soal yang baik sehingga
memperoleh gambaran tentang prestasi siswa yang sebenarnya.
Adapun cara melakukan analisis butir soal, yakni dengan
analisis validitas , analisis reliabilitas, analisis tingkat
kesukaran dan analisis daya pembeda.
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Analisis validitas
Kata validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur
dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil
ukur yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 35/45
Dalam menentukan valid atau tidaknya tes hasil belajar dapat
dilakukan dari dua segi yaitu dari segi validitas tes sebagai
suatu totalitas dan validitas itemnya.
a. Validitas tes sebagai suatu totalitas
Validitas tes sebagai suatu totalitas dapat ditempuh dengan
dua cara yaitu dengan analisis validitas rasional dan analisis
empirik.
1) Analisis validitas rasional
Analissi rasional dilakukan dengan jalan berfikir secara
rasional atau menggunakan logika. Untuk menganalisis
validitas rasional tersebut dapat dilakukan dari dua segi
yaitu segi validitas isi (content validity)dan validitas
konstruksi ( construck validity).
2) Analisis validitas empirik
Analisis validitas empirik dilakukan dengan
mendasarkan pada kenyataan empiris,. Adapun untuk
menganalisis validitas empirik tersebut dapat dilakukan
dari dua segi yaitu dari segi ramalan (predictifvalidity)
dan validitas bandingan ( concurrent validity).
Dari uraian dua macam analisis validitas, yakni analissi
validitas rasional yang ada dua macam, maka secara
keseluruhan validitas tes dapat dikelompokkan menjadi
empat macam yaitu: validitas isi (content validity),
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 36/45
validitas konstruksi (construct validity), validitas
ramalan ( predictif validity) dan validitas bandingan
(concurrent validity).
Adapun penjelasan masing-masing validitas adalah
sebagai berikut:
(a) Validitas isi
Validitas isi merupakan validitas yang berhububgab
dengan representativitas sampel butir dari semua
populasi butir.
(b) Validitas konstruksi
Validitas konstruksi merupakan perngujian validitas
yang dilakukan dengan melihat kesesuaian
konstruksi butir dengan kisi-kisi.
(c) Validitas ramalan
Validitas ramalan merupakan pengujian validitas
yang dilakukan dengan menggunakan kriteria
eksternal dimana kriteria pembandingnya belum ada
pada saat tes hasil belajar dikembangkan. Kriteria
sebagai pembandingnya harus diramalkan dengan
menggunakan skor hasil pengukuran tes hasil
belajar.
(d) Validitas bandingan
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 37/45
Validitas bandingan merupakan pengujian validitas
dengan menggunakan kriteria eksternal dimana
kriteria yang digunakan telah ada saat pengujian tes
hasil belajar dilakukan.
b. Validitas item atau butir soal
Validitas butir soal adalah ketepatan mengukur yang
dimiliki oleh butir item dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur melalui butir item tersebut.
Sebuah butir soal atau item dikatakan memiliki validitas
tinggi jika skor pada butir soal atau item mempunyai
kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat
diartikandengan korelasi. Adapun untuk skor soal bentuk
obyektif untuk item diberikan 1 bagi item yang dijawab
benar dan 0 bagi item yang dijawab salah, sedangkan skor
total merupakan jumlah dari skor untuk semua item yang
membangun soal tersebut. Untuk menghitung kesejajaran
skor item dengan skor total tersebut yaitu dengan cara
mengkorelasikan skor item atau butir soaldengan skor total
dengan menggunakan rumus korelasi product moment
sebagai berikut:
√
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 38/45
Keterangan :
rXY = koefisien korelasi antara X dan YX = skor butir soal
Y = skor total
N = jumlah subyek
Dalam hal validitas butir, untuk kesejajaran atau korelasi
perlu adanya interpretasi koefisien korelasi untik
menunjukkan kesejajaran atau korelasi tersebut. Berikut
interpretasi koefisien korelasi:
Antara 0,00 sampai dengan 0,20 : sangat rendah
Antara 0,20 sampai dengan 0,40 : rendah
Antara 0,40 sampai dengan 0,70 : cukupAntara 0,70 sampai dengan 0,90 : tinggi
Antara 0,90 sampai dengan 1,00 : sangat tinggi.
2. Analisis tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu item atau test. Jika suatu item atau test
memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka test tersebut dapat
dikatakan baik. Dengan kata lain suatu item atau test
hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah.
Dalam hal tingkat kesukaran, tingkat kesukaran dinyatakan
oleh suatu indeks yang dinamakan indeks kesukaran dan
disimbolkan oleh huruf P (Proporsi). suatu item sedemikian
sukarnya sehingga tidak seorang siswa pun siswa menjawab
dengan benar maka harga P akan sama dengan 0, sedangkan
apabila suatu tesitem sedemikian mudahnyasehingga seluruh
siswa menjawab dengabn benar maka harga P akan sama
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 39/45
dengan 1,. Jadi kisaran tinggat kesukaran antara 1 samapai
dengan 0.
Suatu tes yang baik harus mempunyai proporasi butir soal
yang tingkat kesukarannya seimbang, artinya bedistribusi
secara normal. Mengingat distribusi normal ini, maka dapat
dijadikan pedoman bahwa proporsi tingkat kesukaran butir
soal yang mudah, sedang dan sukar masing-masing adalah
27%, 46% dan 27%. Makinsukar dan makin mudah suatu butir
soal hendaknya merupakan bagian yang sedikit jumlahnya.
Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS = jumlah seluruh peserta test.
Tingkat kesukaran mempunyai rentang nilai, adapun untuk
menentukan rentang nilai tingkat kesukaran dapat
dikategorikan dalam tiga kelompok. Berikut kategori tingkat
kesukaran dalam tiga kelompok:
Tabel 1: kriteria tingkat kesukaran butir soal.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 40/45
Rentang TK kategori
0,00 - 0,32 Sukar
0,33 – 0,66 Sedang
0,67 – 1,00 mudah
3. Analisis daya pembeda
Daya pembeda adalah bagaimana kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang termasuk kelompok siswa
yang pandai dengan siswa-siswa yang termasuk kelompok
kurang.
Suatu aitem dikatakan memiliki daya diskriminasi tinggi
haruslah dijawab dengan benar oleh semua atau sebagian
kelompok tinggi dan tidak dapat dijawab dengan benar oleh
semua siswa kelompok rendah atau sebagian besar siswa
kelompok rendah.
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut
indeks diskriminasi, disingkat dengan D. Adapun untuk
mementukan indeks diskriminasi (D) dapat dilakukan dengan
membedakan kelompok kecil ( kurang dari 100) dan kelompok
besar ( 100 orang keatas). Kelompk kecil, seluruh kelompok
testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50%
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 41/45
kelompok bawah kemudian seluruh kelompok testee
dideretkan mulai skor teratas sampai terbawah, kemudian
dibagi 2, kelompok besar hanya diambil kedua kutubnya, yaitu
27% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 27% skor
terbawah sebagai kelompok bawah (JB).
Untuk menghitung indeks diskriminasi tersebut dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:
= PA - P
Keterangan:
J = jumlah peserta tes
Jᴀ = banyaknya peserta kelompok atas
Jв = banyaknya peserta kelompok bawah
Bᴀ = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soalitu dengan benar
Bв = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar
Pᴀ = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pв = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Dalam hal daya pembeda, indeks diskriminasi yang ideal
adalah yang sebesar mungkin mendekati agka 1, semakin besar
indeks diskriminasi ( mendekati angka 1) berarti item tersebut
semakin mampu membedakan antara mereka yang menguasai
bahan yang diujikan dan mereka yang tidak.. semakin kecil
indeks ( mendekati 0) berarti semakin tidak jelaslah fungsi
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 42/45
item yang bersangkutan dalam membedakan mana subyek
yang menguasai bahan pelajaran dan subyek yang tidak tahu
apa-apa.
Daya pembeda atau indeks diskriminasi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Tabel 2: kriteria daya pembeda butir soal.
Besarnya Angka indeks
Diskriminasi item (D)
Kasifikasi interpretasi
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 43/45
Kurang dari 0,20
0,20-0,40
0,40-0,70
0,70-1,00
Bertanda negatif
Poor
Satisfactory
Good
Excellent
-
Butir item daya
pembedanya
lemah sekali
(jelek),
dianggap tidak
memiliki daya
pembeda yang
baik
Butir item telahmemiliki daya
pembeda yang
cukup ( sedang)
Butir item telah
memilki daya
pembeda yang
baik
Butir item telah
memiliki daya
pembeda yang
baik sekali
Butir item daya
pembedanya
negatif
( jelek sekali)
4. Analisis reliabilitas
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 44/45
Reliabilitas adalah ketepatan atau konsistensi dari nilai yang
diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang
berbeda dengan tes yang sama ataupun itemnya yang
ekuivalen.
Reliabilitas dapat diartika dengan keterandalan. Artinya suatu
tes memiliki keterandalan apabila tes tersebut dapat dipakai
mengukur berulang-ulang hasilnya sama. Dengan demikian
reliabilitas dapat juga diartikan keajegan atau stabilitas.
Reliabilitas diartikan keajegan apabila tes tersebut diujikan
berkali-kali hasilnya relatif sama, artinya setelah tes pertama
dengan tes berikutnya dikorelasikan terdapat korelasi
signifikan.
Metode dalam menguji reliabilitas tersebut secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan
perbedaan dalam mendefinisikan reliabilitas.
a. Reliablitas adalah kesetabilan hasil pengukuran apabila tes
hasil belajar (THB) diujikan beberapa kalai ( stabilitas
eksternal ). Reliablitas sebagai stabilitas eksternal
memandang bahwa THB dikatakan reliabel apabila diujikan
beberapa kali akan memberikan hasil pengukuran yang
relatif konsisten. Metode yang tegolong dalam kelompok ini
dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jumlah butirnya.
7/16/2019 Azhar Arafat
http://slidepdf.com/reader/full/azhar-arafat 45/45
b. Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil
pengukuran butir-butir THB.
Reliabilitas sebagai konsistensi internal memandang bahwa
THB dikatakan reliabel apabila diantara butir-butir THB
memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Metode yang
tergolong dalam kelompok ini dapat dibagi menjadi dua
berdasarkan jumlah butirnya.
Apabila jumlah butirnya genap maka dapat menggunakan
metode belah dua, flanagan dan rulon, apabila jumlah butir
soalnya ganjil maka metode yang dapat digunakan adalah
metode Kuder-Richardson, hoyt dan Alpha Cronbach.