ayuuuun n

12
Tumor Parotid Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar saliva lainnya. Terletak di lateral wajah, yaitu di preaurikula, sampai ke posterior mandibula. Dilewati oleh nervus fasialis yang membaginya menjadi dua lobus, yaitu lobus profunda dan superfisial. Lobus superficial terletak di superficial dari bagian posterior otot masseter, ke atas, hingga ke arkus zigomatik, ke bawah mencapai margo inferior os mandibular. Lobus profunda ke atas berbatasan dengan kartilago meatus akustikus eksternal, terletak antara prosessus mastoideus tulang temporal dan ramus mandibula. (De Jong, 2007) Duktus Stensen dengan panjang lebih kurang 4- 7cm, muncul dari anterior kelenjar. Duktus ini keluar dari permukaan lateral otot maseter, menembus jaringan lemak pipi dan otot businator. Ujung saluran ini berada di mukosa pipi rongga mulut, berhadapan dengan gigi molar kedua bagian atas. Kelenjar parotis aksesorius dapat ditemukan di sepanjang bagian anterior kelenjar dan pada duktus Stensen. (Arthur, 2007)

Upload: faradilla-n-muliana

Post on 11-Apr-2016

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nnna m

TRANSCRIPT

Tumor Parotid

Kelenjar parotis merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar

saliva lainnya. Terletak di lateral wajah, yaitu di preaurikula, sampai ke posterior

mandibula. Dilewati oleh nervus fasialis yang membaginya menjadi dua lobus,

yaitu lobus profunda dan superfisial. Lobus superficial terletak di superficial dari

bagian posterior otot masseter, ke atas, hingga ke arkus zigomatik, ke bawah

mencapai margo inferior os mandibular. Lobus profunda ke atas berbatasan

dengan kartilago meatus akustikus eksternal, terletak antara prosessus mastoideus

tulang temporal dan ramus mandibula. (De Jong, 2007)

Duktus Stensen dengan panjang lebih kurang 4- 7cm, muncul dari

anterior kelenjar. Duktus ini keluar dari permukaan lateral otot maseter,

menembus jaringan lemak pipi dan otot businator. Ujung saluran ini berada di

mukosa pipi rongga mulut, berhadapan dengan gigi molar kedua bagian atas.

Kelenjar parotis aksesorius dapat ditemukan di sepanjang bagian anterior kelenjar

dan pada duktus Stensen. (Arthur, 2007)

1. Definisi

Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh

akibat pengaruh berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan

jaringan setempat pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas

pertumbuhannya. (Kimberley, 2011)

2. Epidemiologi

Tumor pada kelenjar liur relative jarang terjadi, presentasinya kurang

2-5% dari seluruh keganasan pada kepala dan leher. Dari tumor kelenjar

saliva, insidens tumor parotis paling tinggi, yaitu sekitar 80%, tumor

submandibular 10%, tumor sublingual 1%, tumor kelenjar saliva kecil

dalam mulut 1%. (Kimberley, 2011)

3. Etiologi

Penyebab terjadinya tumor kelenjar parotis masih belum jelas karena

angka kejadiannya yang masih jarang. Paparan rokok dan konsumsi

alkohol tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan tumor parotis. Sejauh

ini, paparan radiasi ion sudah ditetapkan sebagai faktor resiko terjadinya

tumor parotis. (Kimberley, 2011)

4. Patofisiologi

Sel bisa menjadi kanker karena adanya kerusakan DNA. Didalam sel

normal, ketika DNA mengalami kerusakan, maka sel yang lain akan

memperbaikinya atau sel rusak tersebut akan mati. Sedangkan didalam sel

kanker, kerusakan DNA tersebut tidak diperbaiki. Sel tersebut juga tidak

mati seperti seharusnya. Bahkan sel ini akan membentuk sel baru yang

tidak dibutuhkan oleh tubuh dan memiliki kerusakan DNA yang sama

seperti sel pertama.

5. Klasifikasi Tumor Parotis

WHO tahun 2005 mengklasifikasikan tumor kelenjar saliva menjadi

jinak dan ganas. Berdasarkan histopatologinya dibagi menjadi epitelial dan

non epitelial. Jenis epitelial sangat jarang terjadi, sekitar 2-5% dari kasus

tumor kelenjar saliva.

Tabel 1. Klasifikasi histopatologi WHO/AJCC

Tumor jinak Tumor ganas

plemorphic adenoma ( mixed

benign tumor)

monomorphic adenoma

papillarycystadenoma

lymphomatosum (Warthin’s

mucoepidermoid carcinoma

acinic cell carcinoma

adenoid cystic carcinoma

adenocarcinoma

epidermoid carcinoma

tumor) small cell carcinoma

lymphoma

Malignant mixed tumor

(Reksoprawiro, 2003)

6. Prosedur Diagnostik

Pemeriksaan Klinis

Anamnesa

Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya

tentang :

Keluhan

a. Pada umumnya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di

pre/infra/retro aurikula (tumor parotis), atau di submandibula

(tumor sumandibula), atau intraoral (tumor kelenjar liur minor)

b. Rasa nyeri sedang sampai hebat (pada keganasan parotis atau

submandibula)

c. Paralisis n. fasialis, 2-3% (pada keganasan parotis)

d. Disfagia, sakit tenggorok, gangguan pendengaran (lobus profundus

parotis terlibat)

e. Paralisis n.glosofaringeus, vagus, asesorius, hipoglosus, pleksus

simpatikus (pada karsinoma parotis lanjut)

f. Pembesaran kelenjar getah bening leher (metastase)

g. Perjalanan penyakit ( progresivitas penyakit)

h. Faktor etiologi dan resiko (radioterapi kepala leher, ekspos radiasi)

i. Pengobatan yang telah diberikan serta bagaimana hasil

pengobatannya

j. Berapa lama kelambatan

Pada penelitian retrospective yang dilakukan pada 104 pasien

dengan tumor kelenjar parotis yang diterapi di ENT clinic timisoara

pada tahun 2001-2009 didapatkan :

(A Mag, 2010)

Pemeriksaan fisik

a.) Status general

Pemeriksaan umum dari kepala sampai kaki, tentukan :

1. penampilan (Karnofski / WHO)

2. keadaan umum

adakah anemia, ikterus, periksa T,N,R,t, kepala, toraks,

abdomen, ekstremitas,vertebra, pelvis

3. apakah ada tanda dan gejala ke arah metastase jauh (paru,

tulang tengkorak, dll)

b.) Satus lokal

1. Inspeksi (termasuk inraoral, adakah pedesakan tonsil/uvula)

2. Palpasi (termasuk palpasi bimanual, untuk menilai

konsistensi, permukaan, mobilitas terhadap jaringan

sekitar)

3. Pemeriksaan fungsi n.VII,VIII,IX,X,XI,XII karena lintasan

nervus-nervus tersebut dekat dengan kelenjar parotis.

(Reksoprawiro, 2003)

Pemeriksaan Penunjang

Terdapat beberapa macam pemeriksaan penunjang yang dilakukan

untuk penegakan diagnosis tumor parotis meliputi pemeriksaan

histopatologik dan pemeriksaan radiologik ( foto polos, sialografi, CT-

Scan, dan MRI)

Pemeriksaan Histopatologik

1. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine – Needle Aspiration Biopsy)

Biopsi Aspirasi Jarum halus merupakan alat yang sederhan untuk

diagnostic. Biopsi aspirasi jarum halus memiliki kelebihan yaitu

tingkat keakuratan yang cukup tinggi dengan sensitifitas 88-98%

dan spesifitas 94% pada tumor jinak.

2. Bedah Diagnostik

Biopsi pembedahan sebaiknya dihindari. Biopsi eksisional

dan enukleasi massa parotis berhubungan dengan peningkatan

rekurensi tumor, terutama pada adenoma pleiomorfik. Penanganan

bedah yang baik untuk tumor parotis adalah reseksi bedah komplit

melalui parotidektomi dengan identifikasi dan preservasi nervus

fasialis. Identifikasi nervus fasialis ditujukan agar dapat dilakukan

eksisi tumor yang adekuat dan mencegah cedera nervus fasialis.

(Scoot, 2015)

Pemeriksaan Radiologi

1. Sialografi

Tekhnik ini memerlukan suntikan bahan kontras yang larut

dalam air atau minyak langsung keduktus submandibula atau

parotis. Setelah pemakaian anastesi topical pada daerah duktus,

tekanan yang lembut dilakukan pada kelenjar, dan muara duktus

yang kecil diidentifikasi oleh adanya aliran air liur. (Claudia, 2012)

2. CT-Scan

Pemeriksaan CT scan dengan kontras dapat mengetahui letak

tumor berada di lobus superfisial atau lobus profunda. Gambaran

kalsifikasi dalam massa biasanya ditemukan pada adenoma

pleomorfik. Nervus fasialis dan duktus stensen sulit dilihat dengan

menggunakan CT scan. (Scoot, 2015)

3. MRI

MRI lebih unggul daripada CT scan dalam

memvisualisasikan tepi tumor. Nervus fasialis dan duktus stensen

dengan jelas dapat terlihat. Bisa digunakan untuk mengetahui letak

tumor parotis berada dalam lobus superfisial atau profunda. Selain

itu juga untuk membedakan tumor jinak atau ganas. Lesi jinak

biasanya tepinya halus, dengan garis terang atau kapsul; tapi

bagaimanapun juga, banyak keganasan grade rendah yang

memiliki pseudokapsul dan gambaran seperti tumor jinak.

Keganasan grade tinggi akan menunjukkan gambaran tepi yang

menginfiltrasi.

(Scoot,2015)

7. Penatalaksanaan

a. Tumor operable

Parotidektomi superfisial. Parotidektomi superfisial adalah

tindakan pengangkatan massa tumor dengan kelenjar parotis lobus

superfisial. Dilakukan pada tumor jinak parotis lobus superfisialis.

Parotidektomi total. Parotidektomi total adalah

pengangkatan massa tumor dengan seluruh bagian kelenjar parotis.

Terapi tambahan pada tumor operable adalah Radiasi.

Radiasi jika di gabungkan dengan pembedahan, akan memberikan

efek menguntungkan. Indikasi:

1. high grade malignancy

2. masih ada residu makroskopis atau mikroskopis

3. tumor menempel pada syaraf ( n.fasialis, n.lingualis,

n.hipoglosus, n. asesorius )

4. karsinoma residif

5. karsinoma parotis lobus profundus

Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan

untuk memberikan penyembuhan luka operasi yang adekwat,

terutama bila telah dikerjakan alih tandur syaraf.

b. Tumor inoperabel

Terapi Utama: Radioterapi 7-8 minggu

Terapi tambahan: Kemoterapi

Integrasi radiasi dan kemoterapi telah terbukti

meningkatkan kontrol lokal dan menunjukkan perbaikan dalam

pengelolaan keganasan kelenjar ludah. Indikasi pasien dengan

tumor yang inoperable. Sebagian besar pasien memiliki karsinoma

adenoid kistik, karsinoma mucoepidermoid, atau adenokarsinoma.

Saat ini, paclitaxel adalah agen yang paling sering digunakan.

Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma,

adenocarcinoma, malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)

1. adriamisin 50mg/m2 iv pada hari 1

2. 5 fluorourasil 500mg/m2 iv pada hari 1

3. sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2

Untuk jenis karsinoma sel skuamous (squamous cell carcinoma,

mucoepidermoid carcinoma)

1. methotrexate 50mg/m2 iv pada hari ke 1 dan 7.

2. sisplatin 100mg/m2 iv pada hari ke 2. (A Mag, 2010)