ayam ayaman

42
Poin Penting Desinfeksi dan Istirahat Kandang | Prin t| Sudah bukan rahasia lagi bahwa usaha untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi dari sebuah bisnis peternakan tidaklah selalu berjalan dengan mulus. Banyak hal yang perlu diwaspadai, salah satunya keberadaan bibit penyakit yang bisa menimbulkan penyakit pada ternak. Bibit penyakit bisa ada dibagian manapun di lokasi peternakan. Berdasarkan evaluasi kasus penyakit yang ada selama ini pun, diketahui bahwa pada dasarnya jumlah penyakit di peternakan belumlah berubah banyak. Namun penyakit yang menyerang relatif lebih kompleks, dimana sering ditemui kasus-kasus penyakit komplikasi yang semakin sulit untuk ditangani. Hal ini tentunya menjadi sebuah peringatan bagi kita bahwa kondisi lingkungan peternakan mulai jenuh. Artinya, konsentrasi bibit penyakit yang ada di kandang kita saat ini sudah lebih tinggi dari periode sebelumnya. Pentingnya Penerapan Biosekuriti Menurut Tabbu (2009), dikatakan bahwa untuk mengurangi konsentrasi bibit penyakit di peternakan perlu dilakukan penerapan biosekuriti secara tepat. Meskipun cakupan biosekuriti sendiri sangat luas, paling tidak ada 2 poin penting biosekuriti yang bisa diterapkan sejak awal persiapan kandang, yaitu pelaksanaan istirahat kandang minimal 14 hari (dihitung dari waktu kandang selesai dibersihkan), serta melakukan desinfeksi kandang yang tepat dan sempurna. Istirahat kandang Di lapangan, aspek mengenai masa istirahat kandang masih menjadi perdebatan dan membutuhkan pertimbangan penyelesaian yang cukup berat. Bagaimana tidak, disatu sisi secara teknis istirahat kandang sangat dibutuhkan untuk mengontrol dan memutus siklus hidup bibit penyakit. Namun disisi lain, pertimbangan akan efisiensi waktu seringkali mendorong peternak untuk mengurangi atau bahkan meniadakan istirahat kandang. Dari beberapa kasus yang ada di lapangan, kadangkala masa istirahat kandang dilakukan peternak lebih cepat, kurang dari 14 hari atau bahkan hanya 7 hari. Padahal kondisi ini tidak baik karena akan menyebabkan bibit penyakit selalu berada

Upload: adib-mustofa

Post on 31-Jan-2016

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

all about chicken periode

TRANSCRIPT

Poin Penting Desinfeksi dan Istirahat Kandang | Print |

Sudah bukan rahasia lagi bahwa usaha untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi dari sebuah bisnis peternakan tidaklah selalu berjalan dengan mulus. Banyak hal yang perlu diwaspadai, salah satunya keberadaan bibit penyakit yang bisa menimbulkan penyakit pada ternak.

Bibit penyakit bisa ada dibagian manapun di lokasi peternakan. Berdasarkan evaluasi kasus penyakit yang ada selama ini pun, diketahui bahwa pada dasarnya jumlah penyakit di peternakan belumlah berubah banyak. Namun penyakit yang menyerang relatif lebih kompleks, dimana sering ditemui kasus-kasus penyakit komplikasi yang semakin sulit untuk ditangani. Hal ini tentunya menjadi sebuah peringatan bagi kita bahwa kondisi lingkungan peternakan mulai jenuh. Artinya, konsentrasi bibit penyakit yang ada di kandang kita saat ini sudah lebih tinggi dari periode sebelumnya.

Pentingnya Penerapan Biosekuriti

Menurut Tabbu (2009), dikatakan bahwa untuk mengurangi konsentrasi bibit penyakit di peternakan perlu dilakukan penerapan biosekuriti secara tepat. Meskipun cakupan biosekuriti sendiri sangat luas, paling tidak ada 2 poin penting biosekuriti yang bisa diterapkan sejak awal persiapan kandang, yaitu pelaksanaan istirahat kandang minimal 14 hari (dihitung dari waktu kandang selesai dibersihkan), serta melakukan desinfeksi kandang yang tepat dan sempurna.

Istirahat kandang

Di lapangan, aspek mengenai masa istirahat kandang masih menjadi perdebatan dan membutuhkan pertimbangan penyelesaian yang cukup berat. Bagaimana tidak, disatu sisi secara teknis istirahat kandang sangat dibutuhkan untuk mengontrol dan memutus siklus hidup bibit penyakit. Namun disisi lain, pertimbangan akan efisiensi waktu seringkali mendorong peternak untuk mengurangi atau bahkan meniadakan istirahat kandang.

Dari beberapa kasus yang ada di lapangan, kadangkala masa istirahat kandang dilakukan peternak lebih cepat, kurang dari 14 hari atau bahkan hanya 7 hari. Padahal kondisi ini tidak baik karena akan menyebabkan bibit penyakit selalu berada di lingkungan peternakan, sehingga serangan penyakit pun akan selalu berulang.

Lalu adakah pengaruhnya antara istirahat kandang dengan performa ayam? Menurut Tony Unandar (2011), dari penelitian yang dilakukan oleh Klasing (2005) diketahui bahwa ayam broiler yang dipelihara tanpa masa istirahat kandang, memiliki sistem imunitas lebih rendah dibanding ayam yang dipelihara dengan istirahat kandang selama 3 minggu. Rendahnya sistem imunitas tersebut digambarkan dari:

1. Kadar hormon ACTH (adeno corticotropic hormone) yang lebih tinggi. Tingginya hormon ACTH mengindikasikan bahwa ayam berada dalam kondisi stres. Dan kondisi tersebut selanjutnya bisa mengakibatkan imunosupresi berkepanjangan, sehingga ayam rentan terhadap serangan bibit penyakit.

2. Kadar Interleukin-1 (indikator radang) yang lebih tinggi. Tingginya Interleukin mengindikasikan bahwa sisa-sisa bibit penyakit yang ada pada kandang tanpa istirahat kandang mampu menyebabkan reaksi radang di

dalam tubuh ayam, meskipun ayam tidak menunjukkan gejala klinis yang signifikan. Selanjutnya reaksi radang yang terjadi di usus misalnya, akan mengakibatkan proses penyerapan nutrisi tidak optimal sehingga nilai konversi pakan nantinya akan menurun.

Dari penelitian di atas disimpulkan bahwa hendaknya peternak bisa melaksanakan masa istirahat kandang dengan tepat, yaitu minimal selama 14 hari. Dengan begitu, siklus hidup beberapa bibit penyakit akan terputus karena bibit penyakit yang berada di luar tubuh ayam tidak bisa bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama (tabel 1). Sedangkan untuk bibit penyakit yang memiliki daya tahan cukup lama di lingkungan seperti virus AI dan Marek (tabel 1), membutuhkan masa sitirahat kandang lebih lama yaitu selama 4 minggu atau bahkan lebih (Tony Unandar, 2011).

Desinfeksi kandang

Desinfeksi kandang merupakan salah satu bagian dari tindakan biosekuriti. Desinfeksi kandang yang tidak dilakukan secara sempurna dan “seadanya” menyebabkan tujuan semula untuk mengurangi bibit penyakit menjadi sia-sia. Dalam kaitannya dengan awal persiapan kandang, desinfeksi kandang kosong harus dilakukan dengan optimal, dimana seluruh bagian kandang harus basah atau terkena cairan desinfektan.

Perlu kita ketahui bersama bahwa desinfektan hanya akan bekerja jika kontak langsung dengan bibit penyakit. Oleh karena itu, penyemprotan desinfektan yang pertama kali sebaiknya menggunakan jetspray (penyemprotan air bertekanan). Dengan demikian, cairan desinfektan bisa masuk ke pori-pori dinding maupun lantai kandang.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan penggunaan desinfektan, yaitu:

a)  Jenis bibit penyakit

Tidak semua bibit penyakit bisa dibasmi oleh desinfektan. Contohnya virus yang tidak memiliki amplop (non enveloped), seperti virus Gumboro, EDS dan reovirus, tidak bisa dibasmi oleh desinfektan dari golongan amonium kuartener (QUATS) karena mekanisme kerja desinfektan tersebut ialah merusak dinding sel bibit penyakit. Sedangkan virus non enveloped tidak memiliki dinding sel.

b)  Materi organik

Materi organik, seperti sisa feses dan lendir, bisa menurunkan efektivitas desinfektan karena materi organik akan menghalangi kontak antara desinfektan dan bibit penyakit. Disinilah pentingnya melakukan pembersihan kandang secara optimal dengan menghilangkan semua bahan organik yang ada. Caranya dengan menyikat semua bagian kandang meliputi sela-sela dinding atau lantai kandang, kemudian semprot dengan air dan dikeringkan. Setelah itu, desinfeksi kandang baru bisa dilakukan.

c)  pH

Nilai pH pada air yang digunakan untuk melarutkan desinfektan juga mempengaruhi daya kerja desinfektan. Contohnya desinfektan golongan oxidizing agent akan bekerja optimal pada pH asam sampai netral (pH 4-7), sedangkan golongan QUATS dan aldehyde hanya akan berfungsi optimal pada pH basa-netral. Melihat karakteristik tersebut, maka sebaiknya kita menggunakan air dengan pH netral sehingga semua jenis desinfektan bisa bekerja optimal.

d)  Tingkat kesadahan

Tingkat kesadahan ditentukan dari kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air. Semakin tinggi kandungan ion-ion tersebut, akan semakin tinggi pula tingkat kesadahan air. Sama halnya pada obat, pelarutan desinfektan dalam air dengan tingkat kesadahan yang tinggi akan mengakibatkan potensi desinfektan menurun, terutama desinfektan golongan QUATS dan oxidizing agent. Guna memastikan tingkat kesadahan air sebaiknya lakukan pengujian di laboratorium, seperti Labkesda, PDAM maupun Medion yang juga menyediakan fasilitas uji tersebut.

e)  Waktu kontak

Waktu kontak berkaitan dengan cepat atau lambatnya daya kerja desinfektan dalam mengeleminasi bibit penyakit. Sesaat setelah diaplikasikan, desinfektan mulai mengalami degradasi sehingga efektivitasnya berangsur-angsur menurun. Alhasil, semakin singkat waktu kontak yang dibutuhkan untuk membasmi mikroba maka semakin efisien desinfektan tersebut. Desinfektan golongan QUATS dan oxidizing agentdiketahui mempunyai waktu kontak relatif singkat (10-30 menit) dibandingkan fenol sehingga memiliki daya bunuh lebih cepat.

f)  Dosis

Dosis desinfektan hendaknya disesuaikan dengan aturan pakai yang tercantum pada etiket atau kemasan produk. Khusus untuk desinfeksi kandang, kebutuhan desinfektan tiap m2 adalah 300 ml. Sebelumnya kita hitung terlebih dahulu luas permukaan kandang yang akan disemprot (meliputi lantai, dinding dan langit-langit) dengan rumus: 2,5 x luas lantai kandang.

Selanjutnya kita hitung kebutuhan desinfektan dengan rumus = luas permukaan kandang yang akan disemprot x kebutuhan desinfektan tiap m2 x dosis desinfektan

Contoh perhitungan:

Terdapat kandang dengan panjang 100 m dan lebar 10 m.

Luas lantai kandang = 100 m x 10 m = 1000 m2

Luas permukaan kandang yang akan disemprot = 2,5 x 1000 m2 = 2500 m2

Kandang akan disemprot menggunakan Medisep dengan dosis 15 ml/10 liter air. Maka jumlah desinfektan yang diperlukan:

= 2.500 m2 x 300 ml/m2 x 15 ml/10000 ml

= 1125 ml atau 1,125 liter

Jadi, kebutuhan Medisep untuk semprot kandang dengan luas 1000 m2 adalah 1,125 liter

Tata Laksana Vaksinasi Harus Tepat | Print |

Anak ayam yang baru menetas, secara normal telah dibekali sejumlah antibodi, dinamakan antibodi maternal yang berasal dari induk ayam yang sebelumnya telah divaksinasi. Induk ayam akan mengalirkan antibodi melalui aliran darah ke dalam kantung kuning telur dan secara otomatis antibodi tersebut akan masuk ke dalam tubuh ayam saat kuning telur diabsorbsi (diserap). Secara normal, kuning telur habis terserap selama 6 hari pertama. Namun jika ayam mengalami gangguan, seperti stres maka proses penyerapan kuning telur menjadi terhambat. Saat stres, pembuluh darah yang terdapat di sekitar kantung kuning telur menyempit sehingga menghambat proses penyerapan kuning telur, termasuk antibodi.

Antibodi maternal yang dimiliki oleh anak ayam tidak akan bertahan dalam jangka waktu yang lama.Mengingat tantangan bibit penyakit yang terdapat di sekitar tempat hidup ayam juga relatif tinggi. Oleh karenanya kita perlu melakukan treatment secara periodik agar titer antibodi tetap berada pada titer yang protektif. Treatmenttersebut dinamakan vaksinasi.

Vaksin

Vaksin merupakan sediaan biologik yang mengandung mikroorganisme yang telah dilemahkan (vaksin aktif) atau dimatikan (vaksin inaktif) yang diformulasikan sedemikian rupa untuk digunakan sebagai infeksi buatan. Peranan vaksin ini ialah merangsang pembentukan antibodi.

Berdasarkan jenis antigennya, vaksin dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu vaksin viral, bakterial dan protozoa. Vaksin viral lebih banyak dikembangkan dibandingkan vaksin bakterial maupun protozoa. Salah satu alasannya ialah serangan penyakit viral tidak bisa diatasi dengan pemberian obat sedangkan outbreak penyakit bakterial dan protozoa relatif bisa dikendalikan dengan pemberian obat atau antibiotik. Virus yang telah menginfeksi ke dalam tubuh akan masuk ke dalam sel sehingga pemberian obat tidak efektif untuk membunuh virus tersebut. Vaksinasilah yang berfungsi menstimulasi pembentukan titer antibodi yang berperan mem-blok lalu menghancurkan virus sebelum masuk ke dalam sel. Pemberian obat pada saat serangan penyakit viral tetap diperlukan guna mencegah atau mengatasi infeksi sekunder oleh bakteri.

Vaksin yang diberikan pada ayam akan menstimulasi pembentukan antibodi yang berperan mem-blok infeksi virus ke dalam sel tubuh ayam

Pengembangan vaksin bakterial dan protozoa biasanya terkait dengan karakteristik serangan penyakit yang sering berulang dan susah untuk ditangani. Contohnya ialah korisa, dimana bakteri korisa (Haemophillus paragallinarum) berpredileksi di sinus infraorbitalis yang minim pembuluh darah sehingga daya kerja obat tidak bisa secara tuntas membunuh bakteri korisa. Akibatnya ayam yang sudah terserang korisa dan sembuh akan bersifat sebagai carrier (pembawa) dan saat stamina tubuh ayam menurun korisa bisa menyerang kembali. Oleh karenanya dibuatlah vaksin korisa, seperti Medivac Coryza B, Medivac Coryza T dan Medivac Coryza T Suspension.

Vaksin aktif dan inaktif dibedakan berdasarkan sifat hidup antigen. Vaksin aktif mengandung virus yang dilemahkan sedangan virus di dalam vaksin inaktif telah dimatikan atau diinaktivasi. Nah, yang menjadi pertanyaan mengapa virus yang telah dimatikan bisa menstimulasi pembentukan antibodi? Ternyata, meskipun telah dimatikan namun sisi antigenik dari tubuh virus harus tetap utuh, tidak boleh pecah atau rusak. Jika sisi antigenik ini rusak, misalnya karena vaksin telah disimpan di freezer sehingga sempat membeku maka vaksin tidak bisa menstimulasi pembentukan antibodi secara optimal. Kemasan kedua vaksin ini juga berbeda, yaitu

vaksin aktif dikemas dengan kemasan vial dan berbentuk kering beku sedangkan vaksin inaktif dikemas dalam botol dan berbentuk suspensi atau emulsi.

Berdasarkan jumlah antigen, vaksin dapat digolongkan menjadi vaksin tunggal dan kombinasi. Awalnya vaksin hanya dikembangkan dalam bentuk vaksin tunggal dan dengan perkembangan kasus penyakit viral maka untuk efisiensi pemberian vaksin maka dibuatlah vaksin kombinasi.

Vaksinasi dan Tata Laksananya

Vaksinasi ialah tindakan pemberian vaksin atau bisa diartikan sebagai infeksi buatan yang terkontrol guna menstimulasi pembentukan antibodi yang tinggi (protektif) dan seragam. Vaksinasi hanya boleh dilakukan di daerah peternakan yang telah tercemar oleh bibit penyakit, sedangkan daerah yang belum terserang (clean areas) tidak boleh dilakukan vaksinasi.

Vaksinasi ini bertujuan menstimulasi pembentukan antibodi yang sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan. Antibodi sendiri merupakan suatu molekul protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai akibat interaksi antara limfosit B dengan agen asing, baik mikroorganisme vaksin maupun bibit penyakit. Antibodi ini akan bereaksi spesifik terhadap antigen tertentu.

Struktur antibodi yang dihasilkan dari sel limfosit B

Pembentukan titer antibodi pada saat vaksinasi pertama tidaklah secepat dan setinggi vaksinasi ulang (ke-2, dst). Saat vaksinasi pertama di dalam tubuh ayam belum terbentuk sel memori, akibatnya respon pembentukan antibodinya membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan vaksinasi ulang, dimana telah terbentuk sel memori.

Antibodi dikatakan baik jika titernya protektif (misal AI > 16, ND dan EDS > 64 dengan HI test) dengan persentase kebal di atas standar (> 80%) dan koefisien variasinya < 35%. Kondisi titer antibodi seperti itu akan mampu memberikan perlindungan yang optimal.

Kondisi titer antibodi tersebut tidak akan selamanya protektif. Setelah beberapa periode waktu, titer antibodi di dalam tubuh ayam akan menurun dan kecepatan penurunan titer antibodi ini dipengaruhi oleh tantangan bibit penyakit maupun kondisi ternaknya.

Agar pembentukan titer antibodi bisa mencapai optimal maka pelaksanaan vaksinasi harus dilakukan secara tepat, minimal untuk 3 ketentuan yaitu right vaccine, right time and right way (tepat vaksin, tepat waktu dan tepat aplikasi atau cara pemberian).

Vaksin yang tepat

Vaksin yang akan diberikan untuk ayam haruslah disesuaikan dengan jenis dan keganasan penyakit yang sering menyerang. Hal yang perlu diingat kembali ialah titer antibodi yang terbentuk bersifat spesifik dan sesuai dengan kandungan mikroorganisme dalam vaksin. Jadi Medivac ND La Sota yang diberikan pada ayam hanya akan menstimulasi pembentukan titer antibodi ND.

Selain vaksinnya sesuai dengan jenis dan keganasan penyakit, vaksin tersebut haruslah baik kualitasnya. Vaksin dikatakan baik jika :

1. Segel vaksin masih utuh dan etiket produknya masih terpasang dengan baik

Segel vaksin yang telah rusak bisa menjadi indikator bahwa vaksin telah dibuka dan hal ini tentu saja akan menurunkan potensi vaksin, terutama dari segi sterilitasnya. Selain itu, karena vaksin aktif bersifat higroskopis maka saat tutup dibuka dan vaksin menjadi tidak vakum mengakibatkan vaksin menjadi kisut.

Vaksin Medion (Medivac) telah menggunakan sistem flip off disemua tutup kemasan vaksinnya. Dengan teknik tutup ini maka Medivac lebih mudah dibuka. Selain tutup, etiket vaksin juga harus tertempel dengan baik dan tidak rusak.

Vaksin dengan tutup kemasan yang masih tersegel dan etiket produk yang terpasang dengan baik menunjukkan vaksin tersebut masih berkualitas baik

Expired date dari vaksin belum habis (terlewatkan)

Expired date merupakan batasan waktu yang menunjukkan bahwa potensi vaksin masih tetap optimal. Jika telah melampaui batas expired date maka potensi vaksin (dosis vaksin) sudah menurun.Expired date ini hanya berlaku jika vaksin disimpan pada kondisi yang direkomendasikan. Vaksin yang telah habis masa expired date-nya hendaknya tidak digunakan, meskipun dari segi fisiknya masih terlihat normal.

Sebelum digunakan periksa dulu masa expired date vaksin di bagian etiket. Jika telah expired date sebaiknya tidak digunakan

Bentuk fisik vaksin tidak berubah

Bentuk fisik vaksin yang telah berubah menunjukkan bahwa telah terjadi instabilitas kualitas vaksin.

Perubahan bentuk fisik vaksin dapat disebabkan oleh suhu penyimpanan vaksin yang kurang sesuai. Hal ini terlihat pada vaksin inaktif berbentuk suspensi (Medivac Coryza B) disimpan di freezer atau pernah beku, dimana dalam waktu < 5 menit cairan vaksin telah terpisah sedangkan vaksin yang normal cairannya tidak terpisah.

Vaksin inaktif berbentuk suspensi yang pernah beku akan terbentuk 2 batas cairan yang berbeda hanya dalam waktu < 5 menit setelah didiamkan (B) sedangkan yang belum beku akan tetap tercampur (A)

Vaksin inaktif yang berbentuk emulsion yang telah disimpan dalam freezer tidak menunjukkan perubahan sejelas vaksin suspension. Namun bisa dipastikan bahwa potensi dari vaksin itu telah menurun.

Perubahan dari vaksin aktif akan nampak lebih jelas, diantaranya perubahan dari bentuk pellet vaksin aktif. Perubahan yang seringkali ditemukan ialah pellet menjadi kisut atau mengecil. Hal ini disebabkan vaksin tersebut tidak vakum.

Kondisi fisik vaksin aktif yang normal (background ungu) dan berbagai macam kondisi pellet vaksin aktif yang tidak normal (background biru), seperti pellet kisut dan berbentuk mirip sarang lebah

Beberapa faktor yang dapat menurunkan atau merusak kualitas vaksin antara lain terkena sinar matahari secara langsung, tercemar bahan kimia seperti detergen dan logam-logam berat (Ca, Mg, Mn dll), suhu penyimpanan tidak sesuai (2-8oC) dan pH yang tidak sesuai (7 + 0,2) maupun karena kemasan yang rusak.

Vaksin Medion, Medivac telah dilakukan quality control (QC) mulai proses produksi sampai produk

jadi. QC saat proses produksi meliputi uji sterilitas, kandungan mikroorganisme vaksin dan uji inaktivasi (khusus vaksin inaktif). Sedangkan pada produk jadi, QC yang dilakukan ialah uji fisik, kandungan mikroorganisme vaksin, sterilitas, inaktivasi, kemurnian, keamanan dan potensi.

Waktu yang tepat

Program vaksinasi harus disusun berdasarkan kondisi di farm tersebut. Jika farm baru maka alangkah lebih baik jika kita mencari informasi ke farm tetangga. Medion telah menerbitkan Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam Pedaging (PPKAD) dan Ayam Petelur (PPKAT) yang berisi panduan program vaksinasi pada ayam pedaging dan petelur yang bisa dijadikan sebagai panduan umum.

Penyusunan program vaksinasi harus mempertimbangkan mengenai umur serangan penyakit, umur ayam dan jenis vaksin yang digunakan. Vaksin aktif memiliki kemampuan menggertak pembentukan antibodi yang lebih cepat dibandingkan vaksin inaktif. Dalam waktu 2-3 minggu titer antibodi hasil vaksinasi dengan vaksin aktif telah mencapai standar protektif, sedangkan vaksin inaktif baru mencapai standar protektif pada 3-4 minggu. Meskipun demikian, titer antibodi yang dihasilkan vaksin inaktif relatif bertahan lebih lama di atas protektif dibandingkan vaksin aktif.

Berdasarkan pola pembentukan titer antibodi tersebut maka waktu pelaksanaan vaksinasi dengan menggunakan vaksin aktif sebaiknya dilakukan selambat-lambatnya 2-3 minggu sebelum penyakit menyerang, sedangkan vaksin inaktif bisa diberikan 3-4 minggu sebelum waktu penyakit menyerang. Dengan demikian diha-rapkan pada saat bibit penyakit menginfeksi di dalam tubuh ayam telah terbentuk antibodi yang bisa mem-blok bibit penyakit tersebut.

Cara vaksinasi yang benar

Saat vaksin yang akan digunakan telah dipastikan berkualitas dan waktu pelaksanaan vaksinasi tepat dengan waktu serangan penyakit, maka penentuan terakhir dan terpenting ialah aplikasi vaksin dilakukan secara tepat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pelaksanaan vaksinasi ialah :

Persiapan peralatan

Alat suntik Soccorex, termasuk jarum suntiknya disterilkan dengan cara dimasak dalam air mendidih selama 30 menit (dihitung setelah air mulai mendidih). Selain itu pastikan kondisi jarumnya masih tajam dan jangan lupa mempersiapkan jarum cadangannya.

Membawa vaksin ke lokasi

Periksa kondisi vaksin yang akan kita bawa ke lokasi kandang. Pastikan vaksin itu berkualitas baik (lihat sub judul vaksin yang tepat). Saat membawa vaksin ke lokasi, kondisi vaksin harus sama dengan kondisi penyimpanan vaksin, yaitu suhu 2-8oC dan terhindar dari sinar matahari langsung.

Persiapan sebelum memulai vaksinasi

Thawing atau proses meningkatkan suhu vaksin secara bertahap menjadi proses persiapan sebelum melakukan vaksinasi. Tujuan thawing ini ialah mengkondisikan suhu vaksin yang sebelumnya 2-8oC mendekati ke suhu tubuh ayam (41oC) dengan cara digenggam sampai vaksin tidak terasa dingin lagi, suhunya sekitar 25-27oC.

Thawing pada vaksin aktif dilakukan dengan menambahkan larutan dapar ke dalam kemasan vaksin aktif dan kocok sampai pellet vaksin aktif larut sempurna. Setelah itu campurkan kembali ke dalam botol larutan dapar dan kocok sampai homogen. Dalam pengocokan jangan sampai timbul buih. Vaksin aktif

siap diberikan secara tetes mata, hidung atau mulut. Pada vaksinasi pox, vaksin dilarutkan pada pelarut khusus sampai merata.

Jika vaksin aktif akan diberikan via air minum, maka setelah thawing tambahkan sedikit air minum ke dalam botol lalu kocok. Setelah homogen, campurkan vaksin itu ke dalam air minum. Sesuaikan jumlah air minumnya, yaitu habis dikonsumsi selama + 2 jam. Selain itu, pastikan air minum berkualitas baik dan jika perlu tambahkan Medimilk. Persiapan vaksin aktif yang akan diberikan secara injeksi ialah setelahthawing vaksin dicampurkan secara merata dengan Aquadestilata Steril.

Teknik thawing vaksin inaktif dilakukan dengan menggenggam dan mengocok botol. Setelah thawingvaksin inaktif bisa langsung diberikan kepada ayam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada persiapan vaksinasi ini antara lain :

Pastikan kondisi ayam yang akan divaksin sehat. Jika terindikasi ayam sakit maka jadwal vaksinasi hendaknya ditunda dan segera menangani gejala yang timbul

Setelah thawing vaksin hendaknya tidak dimasukkan ke dalam marina cooler yang suhunya 2-8oC karena bisa menurunkan potensi vaksin

Vaksin aktif harus segera diberikan setelah proses thawing dan hendaknya habis dikonsumsi selama 2 jam sedangkan vaksin inaktif selama 24 jam

Saat vaksinasi

Saat vaksinasi menjadi penentu akhir keberhas

ilan vaksinasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan ialah :

1. Pada vaksinasi via air minum : 1) ayam dipuasakan air minum selama 1-2 jam (tergantung kondisi cuaca) sebelum vaksinasi; 2) Jumlah dan distribusi tempat minum sesuai dengan jumlah ayam; 3) Tempat minum jangan terkena sinar matahari langsung dan jauhkan dari brooder; 4) Jika perlu vaksin diberikan 2 tahap untuk menghindari ayam yang tidak kebagian vaksin

2. Tidak tergesa-gesa saat melakukan vaksinasi dan pastikan semua ayam telah tervaksin dengan dosis yang sama

3. Pastikan vaksin yang diberikan masuk ke dalam tubuh ayam dengan baik, yaitu 1) tetes mulut ditunjukkan dari reflek menelan; 2) tetes hidung ditunjukkan ayam telah menghirup vaksin; 3) tetes mata dimana ayam telah berkedip; 4) injeksi (suntikan) terlihat pada lokasi suntikan tidak basah. Dan secara umum tempat vaksinasi tidak banyak tercecer vaksin

4. Ukuran jarum Soccorex untuk ayam ialah 0,5 atau 0,9 mm dan jarum sebaiknya diganti minimal setiap 500 penyuntikan. Selain itu pastikan posisi penyuntikan membentuk sudut 30o dengan bagian tubuh ayam, jangan tegak lurus

5. Untuk vaksin inaktif selama vaksinasi hendaknya vaksin tetap dikocok secara periodik6. Hati-hati saat memegang dan melepaskan ayam7. Jangan melakukan desinfeksi selama 24-48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi dengan vaksin aktif

(selain via injeksi)8. Berikan Vita Stress sebelum dan sesudah vaksinasi selama 3 hari berturut-turut

Setelah vaksinasi

Botol kemasan maupun sisa vaksin hendaknya tidak dibuang sembarangan di dalam kandang, namun dibakar atau disterilkan dalam air mendidih terlebih dulu. Bersihkan alat suntik Soccorex dengan memakai air hangat dan sabun. Setelah dibilas, sterilkan dengan cara dimasak dalam air mendidih selama 30 menit. Selain itu, cuci tangan dengan memakai sabun.

Monitoring titer antibodi

Monitoring titer antibodi guna melihat pembentukan titer antibodi hasil vaksinasi biasanya dilakukan pada 2-3 minggu post vaksinasi aktif dan 3-4 minggu post vaksinasi inaktif. Jumlah sampel darah untuk pemeriksaan titer antibodi yang bisa mencerminkan kondisi ayam secara keseluruhan minimal 10-15 sampel per kandang.

Selain itu, monitoring titer antibodi juga dilakukan untuk menentukan jadwal revaksinasi. Untuk keperluan ini, sampel darah biasanya diambil minimal 1 bulan sekali. Pengambilan sampel darah biasanya dilakukan melalui pembuluh darah yang berada di bagian sayap (untuk ayam dewasa) dan melalui jantung (anak ayam untuk memeriksa antibodi maternal). Medion telah menyediakan fasilitas uji titer antibodi, yaitu HI test dan ELISA.

Vaksinasi merupakan salah satu langkah pengendalian penyakit. Keberhasilannya perlu didukung dengan penerapan tata laksana yang baik dan biosecurity secara ketat.

VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE

Anak ayam memiliki kekebalan yang berasal dari induk yang disebut dengan antibodi maternal. Antibodi maternal ini berperan dalam memberikan perlindungan pada anak ayam dari penyakit, namun antibodi maternal akan mulai turun pada umur 7 hari. Oleh karena itu vaksinasi ND pertama paling lambat dilakukan pada umur 7 hari. Sebenarnya vaksinasi bisa dimulai pada anak ayam umur 1 hari (DOC). Namun vaksinasi pada umur satu hari harus mempertimbangkan kondisi ayam. Sebagaimana kita ketahui bahwa DOC umur 1 hari yang baru datang memiliki tingkat stres yang tinggi akibat pengangkutan selama perjalanan. Oleh karena itu kami menganjurkan vaksinasi pertama ND dilakukan pada umur 4 hari agar ayam bisa beradaptasi terlebih dahulu terhadap lingkungan kandang, ransum, dll sehingga kondisi tubuh menjadi prima saat divaksinasi. Pada 2 hari sebelum dan sesudah vaksinasi berikan multivitamin seperti Vita Stress atau Fortevit untuk meningkatkan stamina dan mengurangi stres.

Vaksinasi ini perlu diulang pada umur 18-21 hari yang bertujuan untuk menggertak kekebalan humoral yang beredar di seluruh tubuh, menggantikan antibodi maternal yang sudah mulai turun pada umur ± 7 hari. VaksinMedivac ND-IB merupakan salah satu vaksin aktif untuk mencegah penyakit ND sekaligus IB. Vaksin aktif diperoleh dari pelemahan mikroorganisme (salah satunya virus), sehingga kondisi virus mati suri. Hal ini yang menjadi salah satu keunggulan vaksin aktif yaitu cepat membentuk kekebalan. Namun demikian kekebalan yang terbentuk juga cepat turun terutama jika tantangan bibit penyakit tinggi. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa sangat diperlukan revaksinasi guna menyambung pembentukan kekebalan di dalam tubuh ayam. Kekebalan protektif (melindungi,red) dari vaksinasi menggunakan vaksin aktif akan terbentuk 2-3 minggu setelah vaksinasi. Oleh karena itu vaksinasi untuk pencegahan penyakit perlu dilakukan minimal 2-3 minggu sebelum terjadinya infeksi penyakit berdasarkan sejarah pemeliharaan sebelumnya. Vaksinasi ke-2 dengan vaksin aktif dilakukan 2-3 minggu setelah vaksinasi pertama.

Dari pertanyaan yang Bapak ajukan, diketahui bahwa vaksinasi ulang dilakukan < 3 minggu (18 hari) setelah vaksinasi ND-IB pertama, sehingga vaksinasi pada umur 20 hari sudah tepat. Atau bisa juga pada umur 2-4 hari dilakukan vaksinasi dengan kombinasi vaksin Medivac ND-IB sekaligus Medivac ND-IB Emulsion sehingga pada umur 21 hari tidak perlu di ulang.

2.   Saat terjadi kasus ND, maka diperlukan beberapa penanganan diantaranya :

 

Kondisi ayam terinfeksi ND (tortikolis serta peradangan pada proventrikulus)(Sumber: Dok. Medion)

Pada ayam broiler, jika kejadian mendekati umur panen, lebih baik segera di panen untuk mengurangi kerugian yang lebih besar lagi. Sedangkan jika terjadi pada ayam muda, vaksinasi darurat (vaksinasi pada saat ayam sakit terutama ND) agak kurang membantu sehingga yang perlu diperhatikan adalah tindakan supportif serta perketat biosecurity.

     Pada ayam layer, lakukan tindakan sbb :

Lakukan seleksi dan isolasi pada ayam yang menunjukkan gejala sangat parah

Pemberian antibiotika spektrum luas seperti Neo Meditril, Proxan-C, Proxan-S atau Trimezyn-S guna mencegah terjadinya infeksi sekunder

Pemberian multivitamin seperti Vita Stress, Fortevit atau Aminovit untuk meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh ayam

Perketat biosecurity dengan melakukan semprot kandang minimal sehari sekali serta membatasi lalu lintas orang yang keluar masuk kandang

Jika kondisi ayam sudah membaik, pertimbangkan revaksinasi dengan Medivac ND-IB atau Medivac ND Clone 45

 

Desinfektan dan DesinfeksiTuesday, 10 March 2015 20:32

Permasalahan di dunia bisnis perunggasan memang sangat kompleks. Untuk memperoleh hasil produksi unggas yang tinggi, kita perlu mewaspadai banyak hal, salah satunya keberadaan bibit penyakit. Untuk mengurangi konsentrasi bibit penyakit tersebut, kita perlu menerapkan biosekuriti secara tepat. Salah satu aplikasi biosekuriti yang wajib kita terapkan yaitu desinfeksi. Bahan aktif yang digunakan dalam desinfeksi disebut dengan desinfektan.

Antiseptik dan Desinfektan

Sebelum membahas lebih jauh mengenai desinfektan, alangkah baiknya kita tahu lebih dulu tentang antiseptik dan desinfektan. Meskipun sama-sama digunakan untuk membunuh bibit penyakit, tetapi keduanya memiliki perbedaan. Antiseptik membunuh bibit penyakit pada jaringan hidup seperti permukaan kulit dan membran mukosa (selaput lendir). Sedangkan desinfektan membunuh bibit penyakit yang menempel pada benda mati, misalnya tempat pakan, tempat minum, lantai dan dinding kandang, alat transportasi, dan air minum.

Desinfektan dikatakan ideal jika mampu bekerja dengan cepat menginaktivasi bibit penyakit, berspektrum luas, dan aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, suhu maupun kelembaban. Desinfektan yang baik juga tidak memiliki sifat toksik pada hewan dan manusia, tidak korosif, bersifat biodegradable (bisa terurai dan tidak meninggalkan residu), memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, tidak meninggalkan noda, dan mudah digunakan (Butcher dan Ulaeto, 2010).

MACAM GOLONGAN DESINFEKTANGolongan Desinfektan

Beberapa golongan desinfektan yang sering digunakan di peternakan antara lain:

Alkohol

Desinfektan turunan alkohol, seperti etanol dan isopropanol, memiliki sifat non-korosif tapi berefek kaustik (mengiritasi, seperti terbakar).

Aldehid

Turunan aldehid seperti formaldehid, paraformaldehid, dan glutaraldehid bekerja mendenaturasi protein sel bibit penyakit, memiliki spektrum luas, bersifat stabil, persisten, biodegradable, dan cocok untuk desinfeksi beberapa material peralatan. Namun senyawa ini mudah menimbulkan resistensi, berpotensi sebagai karsinogen, dan bisa mengiritasi selaput lendir (Larson, 2013).

Oxidizing Agent

Senyawa pengoksidasi (oxidizing agent) yang umum digunakan sebagai desinfektan adalah hidrogen peroksida, iodine dan Chloramine-T. Mekanisme kerja senyawa ini ialah mengganggu struktur dan proses sintesis protein serta asam nukleat. Desinfektan golongan ini efektif membunuh bakteri, virus, dan jamur, namun memiliki sifat korosif terhadap logam.

Fenol

Senyawa turunan fenol (misal kresol) memiliki aktivitas antimikroba dengan merusak lapisan lemak (lipid) pada membran plasma bibit penyakit

Ammonium Quartener (QUATS)

Turunan QUATS seperti benzalkonium chloride (BKC), benzetonium chloride, setrimid, dan domifen bromida memiliki efek bakterisidal dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram (+) maupun (-), jamur serta protozoa. Tetapi turunan ini tidak aktif terhadap bakteri pembentuk spora dan virus tidak beramplop. Keuntungan penggunaan QUATS: toksisitas rendah, kelarutan dalam air besar, stabil dalam larutan air, tidak berwarna dan non-korosif terhadap logam.

Penggunaan Desinfektan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan desinfektan, yaitu:

Jenis bibit penyakit

Tiap golongan desinfektan memiliki target mikroorganisme yang berbeda, oleh karenanya pemilihan desinfektan harus tepat.

Sifat kimia dan formulasi

Kombinasi dengan surfaktan sangat dianjurkan. Surfaktan akan membantu menurunkan tegangan permukaan sel bibit penyakit, sehingga penetrasi desinfektan terhadap bibit penyakit meningkat dan daya bunuhnya lebih baik.

Dosis pemakaian

Dosis desinfektan hendaknya disesuaikan dengan aturan pakai yang tercantum pada label kemasan produk. Khusus untuk desinfeksi kandang, kebutuhan desinfektan tiap m2 adalah 300 ml.

Contoh perhitungan penggunaan desinfektan :

Kandang memiliki panjang 120 meter dengan lebar 10 meter.

Luas kandang = 120 m x 10m = 1200 m2

Luas permukaan kandang yang akan disemprot = 2,5 x 1200 m2 = 3000 m2

Kandang akan disemprot menggunakan Medisep dengan dosis 15 ml/10 liter air. Maka jumlah desinfektan yang diperlukan :

= 3000 m2 x 300 ml/m2 x 15 ml/10000ml

= 1350 ml atau 1,35 liter

Jadi, kebutuhan Medisep untuk semprot kandang seluas 1200 m2 adalah 1,35 liter

Waktu kontak

Sesaat setelah diaplikasikan, desinfektan mulai mengalami degradasi sehingga efektivitasnya berangsur menurun. Maka semakin singkat waktu kontak desinfektan membasmi bibit penyakit, semakin efisien. Desinfektan golongan oxidizing agent dan QUATS diketahui memiliki waktu kontak relatif singkat (10 – 30 menit) dibandingkan fenol.

Material organik

Materi organik, seperti sisa feses, darah dan lendir dapat menurunkan efektivitas desinfektan karena akan menghalangi kontak antara desinfektan dengan bibit penyakit. Di sinilah pentingnya melakukan pembersihan kandang secara optimal dengan menghilangkan semua bahan organik yang ada sebelum desinfeksi. Sikat semua bagian kandang meliputi sela-sela dinding atau lantai kandang, kemudian semprot dengan air dan keringkan.

Suhu

Desinfektan golongan oxidizing agent bisa menguap lebih cepat pada suhu tinggi sehingga efektivitasnya akan cepat menurun.

pH

Desinfektan bekerja optimal pada pH tertentu. Misalnya desinfektan golongan oxidizing agent bekerja optimal pada pH asam hingga netral (4 – 7), sedangkan desinfektan golongan QUATS dan aldehid pada pH basa hingga netral. Maka sebaiknya menggunakan air ber-pH netral untuk melarutkan desinfektan sehingga semua golongan desinfektan bisa bekerja optimal.

Kesadahan pelarut

Tingkat kesadahan pelarut (air) sebanding dengan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ dalam air. Pelarutan desinfektan pada air dengan kesadahan tinggi menurunkan potensi desinfektan, terutama desinfektan golongan QUATS dan oxidizing agent. Untuk memastikan tingkat kesadahan air, sebaiknya lakukan pengujian di Medilab (Medion laboratorium).

ND

Pengendalian ND Secara Terpadu

Setelah mengetahui perkembangan ND saat ini di Indonesia, maka kita perlu mengendalikan ND secara terpadu. Artinya kita tidak hanya mengandalkan vaksinasi dalam mencegah ND, namun perlu disertai pula dengan pelaksanaan biosekuriti secara ketat, perbaikan manajemen pemeliharaan, serta usaha meningkatkan stamina tubuh ayam dengan baik melalui pemberian vitamin (Solvit, Fortevit) dan premiks (Mix Plus).

Hal ini karena faktor penyebab gagalnya vaksinasi ND tidak semata-mata disebabkan oleh perbedaan genotipe virus, tapi juga konsentrasi virus ND di farm sudah sangat tinggi dan respon dari ayam yang divaksin tidak maksimal yang salah satunya disebabkan faktor imunosupresi. Untuk meminimalkan keberadaan virus ND di farm dan faktor imunosupresi, maka tingkatkan biosekuriti khususnya kandang, peralatan, dan kendaraan yang keluar masuk farm.

Struktur membran virus ND yang beramplop menjadikan virus ini mudah dimatikan oleh semua jenis desinfektan. Pilih dan gunakan desinfektan yang daya kerjanya kurang dipengaruhi bahan organik sepertiFormades atau Sporades untuk menyemprot kendaraan atau bagian luar kandang. Semprotkan juga Antisepatau Neo Antisep secara rutin seminggu sekali saat kandang berisi ayam.

Terkait dengan vaksinasi ND, agar vaksinasi berhasil membentuk kekebalan/antibodi optimal dan mampu melindungi ayam dari serangan ND, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu

tepat vaksin, tepat waktu vaksinasi, dan tepat aplikasi vaksinasi. Ketiganya dijabarkan dalam beberapa tindakan di bawah ini:

a. Kualitas fisik dari vaksin masih baik

Gunakan vaksin ND yang kualitasnya masih baik dan sudah teregistrasi. Baik di sini artinya segelnya masih utuh, bentuknya tidak berubah, vaksin belum kadaluarsa, serta etiketnya masih terpasang dengan baik.

b. Sebaiknya gunakan vaksin homolog

Selain dari segi fisik, peternak juga perlu mempertimbangkan penggunaan vaksin ND yang homolog dengan virus ND lapangan. Sebagai informasi, kini Medion telah memproduksi berbagai vaksin ND inaktif yang homolog dengan virus ND G7B lapangan, yaitu vaksin Medivac ND G7B Emulsion, Medivac ND G7B-EDS Emulsion, Medivac ND G7B-EDS-IB Emulsion, dan Medivac ND G7B-IB Emulsion. Lalu bagaimana jika peternak menggunakan vaksin klasik seperti Medivac ND La Sota, Medivac ND Hitchner B1, Medivac Clone 45, atau Medivac ND-IB? Apakah vaksin klasik tersebut tidak protektif lagi?

Tentu saja tidak. Vaksin klasik, terutama yang aktif tetap perlu diberikan untuk merangsang pembentukan kekebalan ND secara cepat dan protektif. Selain itu, pada dasarnya virus ND memiliki cross protection(perlindungan silang) antar patotipe virus. Jadi, antara vaksin ND klasik dan ND G7B memiliki perlindungan silang.

Dari hasil trial R&D Medion (2010) dilaporkan bahwa vaksin klasik yang mengandung strain La Sota dan vaksin ND G7B (Medivac ND G7B Emulsion) sama-sama menghasilkan perlindungan protektif terhadap tantangan virus ND ganas, hanya saja vaksin ND G7B menghasilkan perlindungan yang lebih baik pada kondisi tantang tersebut. Selain itu, kelebihan penggunaan vaksin homolog juga dapat menahan shedding (cemaran virus oleh ayam yang terinfeksi) dengan lebih baik.

c. Susun program vaksinasi ND sesuai kondisi masing-masing farm

Di awal kita sudah membahas mengenai program vaksinasi ND saat ini di ayam petelur semakin rapat. Namun kembali disarankan sebaiknya untuk farm lama, penyusunan program vaksinasi ND harus mempertimbangkan mengenai umur serangan penyakit, umur ayam, data monitoring titer antibodi, dan jenis vaksin ND yang digunakan.

Vaksin ND aktif memiliki kemampuan menggertak pembentukan antibodi yang lebih cepat dibandingkan vaksin ND inaktif. Dalam waktu 2-3 minggu titer antibodi hasil vaksinasi dengan vaksin ND aktif telah mencapai standar protektif, sedangkan vaksin ND inaktif baru mencapai standar protektif pada 3-4 minggu. Meskipun demikian, titer antibodi yang dihasilkan vaksin ND inaktif relatif bertahan lebih lama di atas standar protektif dibandingkan vaksin ND aktif.

Berdasarkan pola pembentukan titer antibodi tersebut maka waktu pelaksanaan vaksinasi dengan menggunakan vaksin ND aktif sebaiknya dilakukan selambat-lambatnya 2-3 minggu sebelum penyakit menyerang, sedangkan vaksin ND inaktif bisa diberikan 3-4 minggu sebelum penyakit menyerang. Dengan demikian diharapkan pada saat bibit penyakit menginfeksi di dalam tubuh ayam telah terbentuk antibodi yang bisa memblok bibit penyakit tersebut.

Sedangkan jika farm masih baru, alangkah lebih baik jika peternak mencari informasi mengenai program vaksinasi ND ke farm sekitar. Medion pun telah menerbitkan Program Pemeliharaan Kesehatan Ayam Pedaging (PPKAD) dan Ayam Petelur (PPKAT) yang berisi panduan umum program vaksinasi ND bagi peternak ayam pedaging dan petelur. Contoh panduan umum vaksinasi tersebut disajikan pada Tabel 1.

Saat vaksinasi ND pertama umur 4 hari, lebih disarankan agar peternak memberikan vaksinasi ND aktif sekaligus inaktif. Alasannya pertama karena tentu saja stres vaksinasinya relatif lebih ringan dibandingkan jika vaksinasi dilakukan secara terpisah. Perlu diketahui bahwa stres vaksinasi di masa awal brooding bisa mengganggu proses pembelahan sel (hiperplasia) anak ayam. Akibatnya pada masa finisher, pertumbuhan ayam tidak akan optimal karena gangguan hiperplasia tadi akan sulit dikompensasi/diperbaiki.

c. Perhatikan cara handling/penanganan vaksin ND sejak dibeli hingga diberikan pada ayam.

o Saat distribusi dan penyimpanan sementara, suhu vaksin ND harus selalu terkondisikan pada suhu 2-8oC.

o Sebelum diberikan ke ayam, jangan lupakan proses thawing. Thawing bertujuan menaikkan suhu vaksin yang sebelumnya 2-8oC mendekati suhu tubuh ayam (±41oC) atau sampai vaksin tidak terasa dingin lagi, yaitu dengan suhu sekitar 25-27oC. Setelah di-thawing, sebaiknya vaksin ND tidak dimasukkan lagi ke dalam lemari pendingin/marina cooler yang suhunya 2-8oC karena bisa menurunkan potensi vaksin.

o Pastikan jangka waktu pemberian vaksin ND tepat, di mana vaksin ND aktif harus habis diberikan maksimal 2 jam, sedangkan vaksin ND inaktif harus habis dalam waktu 24 jam.

o Jika vaksin ND tidak habis, maka sisanya tidak bisa disimpan untuk kemudian digunakan lagi. Sisa vaksin dan kemasannya harus direndam desinfektan terlebih dahulu, baru kemudian dibuang/dikubur.

d. Pastikan dosis vaksin ND yang diberikan sudah benar.

e. Sebelum divaksin, ayam berada dalam kondisi sehat dan tidak dalam kondisi imunosupresi (contohnya stres atau terserang penyakit CRD, Gumboro, mikotoksin, dll) yang dapat menurunkan keoptimalan pembentukan titer antibodi.

f. Keterampilan vaksinator harus baik agar aplikasi vaksinasi bisa dilakukan dengan benar.

g. Pada ayam petelur masa produksi, revaksinasi ND wajib diberikan, namun sebaiknya tidak hanya berpatokan pada hitungan kalender. Agar penentuan jadwal vaksinasi ulang lebih tepat dan tidak terlambat, lakukan monitoring titer antibodi rutin setiap bulan. Dengan tindakan revaksinasi tepat waktu, maka titer antibodi dalam tubuh ayam pun akan selalu terjaga pada level protektif.

Demikian perkembangan ND yang bisa kami bahas. Penyakit ND bukanlah penyakit baru dan sudah muncul di Indonesia sejak lama. Agar ND tidak semakin eksis di Indonesia, peternak perlu menerapkan beberapa tindakan pengendalian ND secara terpadu antara melakukan vaksinasi dengan tepat, menerapkan biosekuriti secara ketat, terus memperbaiki manajemen pemeliharaan, serta meningkatkan stamina tubuh ayam dengan baik. Dan tak lupa Medion pun akan terus melakukan pengumpulan data lapangan dan rangkaian penelitian guna mengetahui perkembangan ND dari tahun ke tahun, serta mempelajari tingkat protektivitas vaksinnya. Semoga bermanfaat. Salam.

Banyak praktisi perunggasan menduga bahwa makin rapatnya program vaksinasi ND dan kerap jebolnya vaksinasi ini berhubungan dengan fakta terkini bahwa virus ND yang ada di lapangan didominasi oleh virus ND Genotipe 7B (G7B), sementara penggunaan vaksinnya bukan G7B.

Virus ND termasuk ke dalam golongan avian paramyxovirus dan memiliki genom single stranded (ss) RNA dengan struktur beramplop. Pada dasarnya penggolongan virus ND dapat didasarkan pada 3 hal, yaitu berdasarkan serotipe atau kesamaan antigenik, patotipe atau tingkat keganasan penyakit, dan berdasarkan genotipe. Berdasarkan serotipe, virus ND memiliki 9 serotipe, yaitu avian paramyxovirus (APMV) 1 sampai 9. Namun hanya APMV-1 yang teridentifikasi menyerang unggas.

Sedangkan berdasarkan patotipe/tingkat keganasannya, terdapat 3 jenis virus ND. Saluran pernapasan, pencernaan, reproduksi, dan saraf tak luput pula menjadi organ target serangan virus ND. Ketiga patotipe virus ND tersebut yaitu:

Velogenik

Karakteristik serangan virus ini ditandai dengan infeksi saluran pencernaan (viscerotropic) dan organ saraf (neurotropic) yang parah, sehingga sering disebut dengan serangan VVND (velogenic viscerotropic Newcastle disease). Gejala lainnya seperti lesu, penurunan nafsu makan, penurunan produksi telur secara drastis, tortikolis, diare dan tingkat kematian mencapai 70%.

Mesogenik

Virus ND mesogenic memiliki keganasan menengah dan menyebabkan gangguan pernapasan dan kadang menunjukkan gangguan saraf berupa tortikolis. Selain itu, terjadi penurunan produksi telur yang berlangsung 1-3 minggu dengan tingkat kematian mencapai 10-20%.

Lentogenik

Merupakan penyebab dari penyakit ND tipe ringan, kadang-kadang bersifat subklinis (tidak menampakkan gejala yang spesifik, red). Ayam tidak mengalami gejala saraf namun terjadi

infeksi ringan saluran pernapasan (seperti muncul gejala ngorok) dan penurunan produksi telur meski jumlahnya sedikit. Selain itu kematian hampir tidak ada.

Berdasarkan genotipe, saat ini virus ND di dunia terdiri dari genotipe 1-10. Untuk virus ND strain La Sota, Hitchner B1 dan Clone asal Amerika tergolong ke dalam genotipe 2. Sementara itu, saat ini di Indonesia telah bersirkulasi virus ND genotipe 7, subgenotipe B atau biasa disebut genotipe 7B (G7B). Dari hasil indentifikasi R&D BP Medion (2011) diketahui virus G7B ini tergolong tipe velogenik (ganas). Sedangkan strain La Sota dan Hitchner termasuk tipe lentogenik (tidak ganas). Vaksin ND klasik yang beredar saat ini umumnya menggunakan master seed virus (bibit virus) kelompok lentogenic, seperti strain La Sota, Hitchner B1, dan Clone 45.

 Dari hasil uji PCR dan DNA sequencing oleh R&D Medion, sampai Februari 2015 telah ditemukan virus ND G7B yang tersebar di wilayah Medan, Sukabumi, Tasikmalaya, Mojokerto, Tuban, Jombang, Blitar, Malang, dan Bali (lihat Gambar A). Melihat peta sebaran virus ND G7B yang sudah mencakup wilayah Sumatera, Jawa, dan Bali ini, maka tidak menutup kemungkinan virus tersebut telah menyebar luas ke seluruh wilayah di Indonesia. Hal inilah yang perlu terus diwaspadai peternak. Mengenai perubahan gejala klinis dan patologi anatomi yang terjadi akibat infeksi virus ND G7B ternyata tidak jauh berbeda dengan perubahan yang selama ini ditemukan. Karena G7B tergolong virus ND tipe ganas, maka tingkat kematian yang ditimbulkan akan tinggi dan gejala saraf (tortikolis) serta perubahan pada organ pencernaan pun biasanya akan ditemukan.

ASPERGILLOSIS

Waspadai Aspergillosis yang Kian MarakThursday, 30 April 2015 09:52

Apakah aspergillosis? Aspergillosis adalah penyakit ayam yang disebabkan oleh jamur Aspergillus sp. Jika peternak ditanya apakah pernah menemukan penyakit ini di lapangan, maka sebagian besar peternak pasti menjawab belum pernah. Kalaupun ada peternak yang ayamnya terserang, mungkin tidak didiagnosis sebagai aspergillosis, karena penyakit ini akan sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain jika peternak hanya melihat perubahan gejala klinisnya saja. Untuk mempelajari lebih lanjut mengenai penyakit ini, berikut kami berikan review uraiannya.

Kejadian Apergillosis di Lapangan

Aspergillosis di lapangan dikenal dengan sebutan mycotic pneumonia, brooder pneumonia atau fungal pneumonia. Disebut pneumonia karena penyakit ini utamanya menyerang sistem pernapasan ayam. Berdasarkan data evaluasi 3 tahun terakhir oleh tim Tech. Support Medion diketahui trend kasus aspergillosis pada ayam pedaging dari tahun ke tahun naik perlahan-lahan (lihat Grafik 1). Di Indonesia, aspergillosis pada ayam pedaging lebih sering ditemukan di umur muda dibandingkan umur tua. Sedangkan pada ayam petelur, selain umur muda, juga pernah ditemukan kasusnya pada ayam tua.

Lalu apa saja bahaya yang ditimbulkan dari serangan aspergillosis? Selain bersifat patogen, aspergillosis pada ayam bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan terganggunya sistem kekebalan. Tumbuhnya jamur pada pakan juga akan mengambil sebagian nutrisi yang terkandung di dalamnya sehingga asupan nutrisi untuk ayam tidak mencukupi. Belum lagi, dengan mikotoksin (racun jamur) yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus sp. yang sangat sulit dihilangkan dan bisa menyebabkan imunosupresi bahkan kematian.

Selain di peternakan ayam pedaging dan petelur komersial, kasus aspergillosis juga bisa terjadi di peternakan ayam pembibit (breeder), yaitu ketika masuk penetasan. Di tingkat breeder, aspergillosis menyebabkan penurunan daya tetas telur dan meningkatkan kematian embrio. Penyakit ini timbul akibat telur yang ditetaskan terinfeksi spora jamur yang masuk melalui pori-pori kerabang telur. Akibatnya, kematian embrio bisa terjadi 16 hari setelah masa inkubasi telur. Atau kemungkinan lain, spora jamur di dalam ruang penetasan akan terhirup oleh DOC yang baru menetas dan DOC tersebut baru menunjukkan gejala serangan aspergillosis ketika sudah dipelihara di kandang komersial.

Tentang Jamur Aspergillus sp.

Aspergillus sp. tergolong jamur atau cendawan renik yang masuk dalam jenis kapang dan koloninya khas seperti kapas, karpet, atau beludru. Strukturnya terdiri dari hifa (sejenis batang) yang memanjang dan bercabang-cabang seperti ranting pohon. Dari hifa muncul tangkai spora dengan ujungnya membesar berbentuk bulat atau lonjong.

Spesies Aspergillus banyak macamnya, tetapi yang paling sering menyerang ayam adalah Aspergillus flavus danAspergillus fumigatus. Jamur Aspergillus rata-rata membutuhkan suhu yang hangat (40-43oC), kelembaban tinggi (80-85%), dan material organik untuk tumbuh dan berkembang biak. Pertumbuhan kedua jamur tersebut baru akan terganggu pada suhu 4,5°C dan bisa dimusnahkan pada suhu 71-100°C.

A. fumigatus berkembangbiak dengan pesat di material organik seperti telur, sekam, pakan, serta peralatan (mesin inkubator). Sedangkan A. flavus lebih sering ditemukan pada bahan baku pakan seperti biji-bijian (jagung, kedelai, kacang tanah, dll). Saat tumbuh, jamur Aspergillus akan menghasilkan banyak spora. Spora inilah yang berbahaya karena berukuran sangat kecil dan ringan sehingga mudah menyebar di udara dan mencemari pakan, serta bahan-bahan organik lainnya (seperti sekam, jerami, biji-bijian, kandang, dsb). Spora Apergillus juga diketahui mampu bertahan hingga bertahun-tahun lamanya di lingkungan tumbuh yang sesuai.

Bagaimana Kasus Aspergillosis Bisa Terjadi?

Berbagai penelitian melaporkan bahwa faktor utama kejadian aspergillosis adalah tercemarnya pakan, peralatan, dan lingkungan oleh kapang atau spora Aspergillus sp. Proses kontaminasinya bisa terjadi melalui beberapa cara di bawah ini:

a)         Bahan baku pakan sudah terkontaminasi jamur sejak awal

Itu artinya, bahan baku pakan yang berasal dari biji-bijian yang kaya akan nutrisi, seperti jagung, kedelai, kacang tanah, dll sudah terkontaminasi jamur sejak awal ketika masih ditanam. Proses pencemaran kapang Aspergillussp. pada bahan baku pakan biji-bijian dimulai saat spora jamur beterbangan di udara terbawa oleh angin dan serangga, kemudian menempel pada tanaman. Bila suhu dan kelembabannya sesuai, maka jamur akan tumbuh dan berkembang pada buah tanaman tersebut hingga dipanen. Jika pada pengolahan pasca panen, misalnya proses pengurangan kadar air biji-bijian kurang baik, ditambah dengan teknik penyimpanannya yang salah, maka jamur makin leluasa tumbuh serta berkembang. Dan jika peternak tidak jeli melihat kualitas fisik ketika membeli bahan baku biji-bijian tersebut dan langsung diolah untuk diberikan pada ayam, maka ayam bisa terserang aspergillosis (Reddy dan Waliyar, 2008).

b)         Kesalahan penanganan (feed handling) pakan di lapangan

Cara yang kedua, kasus kontaminasi jamur dan racunnya paling sering terjadi akibat peternak meletakkan pakan dalam karung secara langsung di atas tanah/lantai yang lembab, sehingga terjadi proses pengembunan dalam karung. Kesalahan lainnya karena karung pakan yang bocor akibat digancu dibiarkan begitu saja, atau membiarkan pakan dalam karung terbuka padahal udara kandang atau gudang penyimpanan sangat lembab. Di sisi lain, penyimpanan pakan yang terlalu lama di dalam gudang juga akan memperbesar risiko tumbuhnya jamur.

c)        Sisa pakan terkontaminasi jamur

Menurut Tony Unandar (2015), kontaminasi jamur juga bisa terjadi pada sisa pakan. Misalnya ketika peternak membasahi pakan dengan larutan vitamin secara berlebihan. Tujuannya memang baik yaitu untuk meningkatkan nafsu makan. Namun jika pembasahan berlebihan dan pakan tidak habis dikonsumsi serta dibiarkan begitu saja dalam jangka waktu lama, maka risiko pakan menjadi lembab dan ditumbuhi jamur akan semakin besar. Apalagi jika pakan sisa yang basah tersebut langsung dicampur dengan pakan baru. Selain di tempat pakan, sisa pakan juga bisa terdapat di dalam mesin grinder atau mixer. Jika mesin tidak dibersihkan secara rutin setelah digunakan, maka sisa pakan, terutama yang berupa serbuk yang terdapat pada kedua alat itu akan menjadi sumber kontaminasi jamur pada bahan baku pakan lainnya.

d)        Ada kontaminasi sejak penetasan (hatchery)

Di hatchery, invasi Aspergillus sp. bisa terjadi di dalam ruang inkubator telur. Seperti di awal dikatakan bahwa jamur Aspergillus membutuhkan suhu hangat dan kelembaban tertentu untuk tumbuh dan menghasilkan spora.Dengan kata lain, kondisi di dalam inkubator sangat ideal untuk sporulasi Aspergillus. Jika sebelum digunakan, proses fumigasi/desinfeksi ruang inkubator tidak dilakukan dengan maksimal atau telur yang dimasukkan tidak dalam kondisi benar-benar bersih, maka jamur bisa tumbuh dan sporanya mengkontaminasi telur-telur yang lain.

Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi dari Aspergillosis

Aspergillosis lebih sering menyerang anak ayam dibanding ayam dewasa, seperti dapat dilihat pada Grafik 2 dan 3. Angka kematian yang ditimbulkan bervariasi dari 5-10% dan bisa naik sampai 30%. Kejadian aspergillosis pada ayam muda bersifat akut, sedangkan pada ayam dewasa bersifat kronis. Anak ayam (DOC) lebih sering terserang karena bulu getar (silia) pada saluran pernapasannya belum berkembang. Silia merupakan alat pertahanan mekanik pertama saat tubuh mengalami paparan mikroorganisme penyebab penyakit.

Aspergillosis ini bisa terjadi bila DOC menghisap spora jamur Aspergillus sp. ketika di ruang inkubator penetasan, selama transportasi ke kandang komersial, atau atau ketika berada di kandang brooding. Spora tersebut akan berkembang dan mengiritasi alat pernapasan anak ayam sehingga anak ayam mengalami sesak napas (megap-megap) dan biasa disebut brooder pneumonia.

Jadi ketika anak ayam umur 2-3 hari menunjukkan gejala penyakit ini, bukan berarti aspergillosis ditularkan dari induknya (bukan penularan vertikal) karena pada dasarnya penularan aspergillosis hanya terjadi secara horizontal dari ayam sakit ke ayam sehat melalui spora di udara, debu, sekam, dan pakan yang masuk ke dalam tubuh ayam sehat.

Adapun gejala klinis dari aspergillosis bentuk akut yang menyerang anak ayam di antaranya:

Ayam tidak mau makan atau minum

Mengantuk

Malas bergerak

Bernapas dengan susah payah

Kepala kebiru-biruan

Spora Aspergillus sp. yang memasuki selaput lendir mata akan berkembang membentuk plak di bawah membran niktitan sehingga mengalami peradangan dan mata tertutup cairan kental berwarna kuning. Gejala ini biasa disebut aspergillosis bentuk ocular.

Sedangkan gejala klinis aspergillosis bentuk kronis yang biasa menyerang ayam dewasa yaitu:

Nafsu makan menurun

Feses berwarna kuning

Suara napas kasar dengan menguap, menciap, dan paruh terbuka

Ascites (akumulasi cairan di rongga perut)

Lama kelamaan ayam menjadi kurus

Setelah ditemukan gejala klinis seperti di atas, ketika dilakukan bedah ayam yang sakit, bisa ditemukan perubahan-perubahan patologi anatomi seperti berikut ini:

Pada percabangan trakea ditemukan adanya eksudat caseosa (putih kekuningan)

Bungkul-bungkul perkejuan pada kantung udara

Terdapat nodul caseosa (bungkul-bungkul putih kekuningan) di paru-paru

Nodul pada otak

Nodul pada hati

 

 

Pencegahan Aspergillosis

Setelah mempelajari bahaya, sumber kontaminasi, gejala klinis dan perubahan patologi anatomi dari penyakit aspergillosis, kita sebagai peternak perlu menerapkan langkah-langkah pencegahan kasus aspergillosis ini. Yang utama yaitu dengan memaksimalkan aspek sanitasi sejak pembibitan hingga pemeliharaan ayam di peternakan. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:

Lakukan fumigasi pada mesin inkubator penetasan dan kandang anak ayam (dengan Formades atau Medisep) sebelum digunakan.

Sanitasi dan desinfeksi gudang pakan, egg tray, peti telur, keranjang ayam, dll.

Rutin bersihkan tempat pakan dan tempat minum. Setelah disikat dan dicuci, tempat pakan dan tempat minum direndam dalam Medisep. Apabila menggunakan tempat minum talang (pipa PVC), setelah disikat dan dibilas

dengan air bersih kemudian dialirkan larutan desinfektan, biarkan 30 menit lalu dibuang.

Lakukan pemeriksaan kualitas bahan baku pakan secara rutin, terutama saat kedatangan bahan baku. Usahakan kadar air bahan baku pakan <14%. Jika terpaksa mendapatkan bahan baku dengan kadar air >14%, maka segera keringkan dengan cara dijemur atau menggunakan mesin pengering (dryer atau oven) agar kadar airnya turun. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan juga untuk pengeringan, maka gunakan bahan baku pakan tersebut sesegera mungkin. Jika perlu tambahkan mold inhibitor untuk menghambat pertumbuhan jamur. Contoh mold inhibitor yaitu asam propionat (0,5 – 1,5 g/kg pakan).

Sediakan stok pakan dalam gudang sesuai kebutuhan sehingga cepat habis dan tidak terlalu lama disimpan. Daya simpan pakan ayam yang baik umumnya berlangsung selama 21-30 hari sejak tanggal produksi (batch). Karena itu disarankan penyimpanan pakan di tingkat peternak tidak lebih dari 14 hari sebagai antisipasi. Saran ini diberikan dengan pertimbangan, sebelum diterima peternak, pakan akan melewati proses transportasi yang panjang dan sempat mampir ke gudang agen atau poultry shop (PS) terlebih dahulu.

Terapkan sistem FIFO (first in first out) atau FEFO (first expired first out) dalam penyimpanan pakan. Artinya pakan yang pertama datang atau yang sudah mendekati masa kadaluarsa (expired date), hendaknya segera diberikan ke ayam.

Sebaiknya pembangunan gudang pakan mengacu pada prosedur pembangunan kandang yang dipersyaratkan.Menurut Yuliastanti (2001), syarat umum untuk gudang penyimpanan pakan antara lain tertutup, memiliki sistem sirkulasi udara yang baik, tidak lembab, bersih, suhunya optimal (26-28oC), dan bebas dari serangga dan hewan pengerat (tikus). Syarat lainnya:

o Posisi lantai lebih tinggi dari permukaan tanah dan terhindar dari debu.

o Gunakan pallet (dengan tinggi 5-15 cm) di bawah tumpukan pakan. Usahakan pakan tidak menempel pada dinding. Berikan jarak minimal 50 cm dari dinding gudang. Tumpukan pallet ke atas maksimum 3 pallet, masing-masing pallet berisi 6 tumpukan karung pakan.

Hindari penggunaan karung atau zak pakan secara berulang.

Bagi peternak self mixing, tingkatkan periode pembersihan mesin grinder maupun mixer, misalnya 2-3 hari sekali.

Sisa pakan yang basah dan menggumpal di tempat pakan harus segera dibersihkan agar tidak ditumbuhi jamur.

Selama penyimpanan bahan baku atau pakan jadi, hendaknya dilakukan pengecekan jagung secara rutin dan jika teridentifikasi ada jamur yang tumbuh, segera panaskan (>71-100oC) atau jemur pakan agar jamurnya mati.

Aspergillosis tidak hanya mengkontaminasi pakan, namun bisa juga tumbuh di sekam maupun peralatan kandang yang terbuat dari kayu atau bambu. Oleh karena itu, kebersihan dan kelembabannya harus diperhatikan. Gunakan sekam yang kering, tambah ketebalan sekam (8-12 cm) dan segera ambil dan ganti sekam yang basah.

Perhatian kita saat masa brooding harus lebih ditingkatkan, terlebih lagi serangan jamur Aspergillus akan menimbulkan gejala yang lebih parah saat menyerang anak ayam.

Penanganan Aspergillosis

Secara umum terapi yang efektif untuk menangani aspergillosis pada ayam tidak ada. Oleh karena itu, saatAspergillus menyerang, usaha yang dapat kita berikan adalah:

Lakukan culling pada ayam yang kondisinya parah.

Tingkatkan stamina tubuh ayam dengan memberikan vitamin dosis tinggi (vitamin high concentrate) sepertiFortevit.

Terapi efektif untuk penyakit aspergillosis sebenarnya sampai saat ini masih belum berkembang. Meski demikian, untuk membantu meringankan aspergillosis bisa diberikan antijamur cupri sulfat 1 gram/5 liter air minum selama 3 hari.

Berikan antibiotik untuk menekan infeksi sekunder (bakterial). Misalnya dengan memberikan Neo Meditril selama 5 hari berturut-turut.

Demikian uraian mengenai penyakit aspergillosis pada unggas. Meski jarang ditemukan di peternakan, penyakit ini tetap tidak boleh kita anggap sepele. Sedikit saja pakan tercemar, maka peternak akan merugi karena biaya pakan yang dikeluarkan tidak akan sebanding dengan performa ayam yang didapatkan. Mulai sekarang perhatikan kualitas pakan dan lingkungan di sekitar unggas kita. Jangan sampai jamur lebih dulu mengkontaminasi. Semoga bermanfaat. Salam.

Merencanakan Pembangunan Kandang dan PeralatannyaTuesday, 11 November 2014 23:19

Kandang merupakan salah satu komponen yang ikut menentukan keberhasilan usaha peternakan. Jika tidak direncanakan dan dirancang dengan baik, kandang bisa mempengaruhi performa ayam ke depannya. Contohnya, ketika kandang dibuat terlalu lebar (> 7 meter), padahal lebar kandang yang direkomendasikan tidak lebih dari 7 meter. Imbasnya kenyamanan ayam akan terganggu karena semakin lebar kandang, ayam akan semakin sulit mendapatkan udara segar akibat sirkulasi atau pergerakan udara yang lambat. Jika sudah seperti ini, peternak tidak mungkin membongkar kandang dan membangun ulang, melainkan harus mengeluarkan uang lebih untuk menambahkan kipas angin (fan).

Selain kandang, peternak juga perlu menyediakan peralatan kandang “sekomplit” mungkin agar semua kebutuhan ayam, terutama ransum dan air minum, bisa dipenuhi dengan baik.

Kenyamanan Sebagai Kunci Awal Perencanaan Pembangunan Kandang

Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatannya murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Martono, 1996). Namun dari semua unsur itu, intinya kandang harus dibuat senyaman mungkin untuk ayam.

Kandang yang nyaman adalah kunci utama untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas yang optimal. Di dalam kandang ini semua kebutuhan untuk tumbuh harus tersedia, di antaranya ransum dan air minum yang cukup serta berkualitas, sistem ventilasi udara yang baik, serta suhu dan kelembaban udara yang optimal.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mendirikan kandang, antara lain menyangkut:

Jenis usaha

Kandang yang akan dibangun harus disesuaikan dengan jenis ternak, apakah ternak ayam potong/pedaging, ayam petelur, atau jenis ayam lainnya.

Skala usaha

Semakin besar skala usaha, maka semakin banyak dan luas pula kandang yang harus dibangun.

Modal

Modal yang tersedia akan berpengaruh terhadap jenis bahan bangunan yang digunakan, tipe kandang,

besar kandang, konstruksi, dan skala usaha.

Memilih Lokasi yang Tepat

Pemilihan lokasi kandang yang tepat merupakan “pondasi awal” untuk membangun peternakan yang baik dan nyaman. Dalam pemilihan lokasi ini hendaknya mempertimbangkan:

a. Kondisi suhu dan kelembaban lingkungan apakah sesuai untuk karakter ayam yang mudah mengalami heat stress (stres panas).

b. Topografi dan tekstur tanah serta sumber air.

c. Luas lahan yang disesuaikan dengan target pengembangan peternakan.

d. Akses transportasi dan instalasi listrik.

e. Jarak dengan pemukiman warga, baik saat ini maupun alokasi wilayah tersebut di masa mendatang.

f. Perizinan: Usahakan ada bukti resmi tentang pembangunan peternakan untuk menghindari penggusuran atau penutupan peternakan. Perizinan ini meliputi surat persetujuan dari masyarakat sekitar, rekomendasi dari desa, izin pemerintah kota atau kabupaten, izin mendirikan bangunan dan AMDAL, surat izin usaha dan surat izin gangguan (Hinder Ordo-nantie/HO).

g. Jarak dengan peternakan lain: Environmental Code of Practice for Poultry Farm in Western Australia (2004) mempersyaratkan jarak antar peternakan hendaknya minimal 500 m. Namun di Indonesia, di mana kandang kebanyakan menggunakan sistem open house (kandang terbuka), direkomendasikan jarak antar peternakan minimal 1 km.

Menentukan Skala Usaha/Populasi Ayam

Setelah mendapatkan lokasi yang strategis, bagaimana menentukan kapasitas kandang ayam yang tepat? Kapasitas kandang sebaiknya ditentukan sesuai standar kepadatan ayam dewasa yang ideal, yaitu 15 kg/m2, atau setara dengan 6-8 ekor ayam pedaging dan 12-14 ekor ayam petelur grower (pullet) per m2 nya.

Contohnya kandang yang akan dibuat berukuran 25 x 7 m. Berdasarkan standar kepadatan tadi, maka pada kandang ukuran tersebut (luas kandang = 175 m2), idealnya diisi dengan 1050-1400 ekor ayam pedaging, atau 2100-2450 ekor ayam petelur.

Memilih tipe kandang

Tipe kandang pada dasarnya dapat dibedakan berdasarkan beberapa faktor, yaitu konstruksi, penempatan ayam dalam kandang, dan fase pemeliharaan ayam. Berdasarkan konstruksinya, terdiri dari:

Konstruksi atap

Berdasarkan konstruksi atapnya, kandang dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:

Berbagai tipe dan bentuk atap di atas ikut mempengaruhi lancar tidaknya sirkulasi udara dalam kandang. Untuk ayam pedaging dan petelur komersial modern yang dipelihara di daerah tropis, sebaiknya peternak memilih tipe atap monitor karena mempunyai kecepatan sirkulasi udara lebih tinggi.

Konstruksi dinding

Jenis kandang berdasarkan konstruksi dinding dapat dibedakan menjadi kandang terbuka (open house), kandang semi tertutup (semi closed house) dan kandang tertutup (closed house).

Kandang sistem terbuka merupakan kandang yang dindingnya terbuka biasanya terbuat dari kayu atau bambu. Kandang tipe closed house merupakan kandang dengan dinding tertutup dan biasanya terbuat dari bahan-bahan permanen dan dengan sentuhan teknologi tinggi sehingga biaya pembuatannya tidak murah. Sedangkan kandang semi closed house adalah gabungan dari sistem open house dan closed house. Dinding kandang tipe ini ditutupi oleh tirai yang bisa dibuka, akan tetapi sudah menggunakan bahan-bahan permanen dan peralatan berteknologi modern.

Konstruksi lantai

Berdasarkan konstruksi/bentuk lantainya, tipe kandang dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Kandang lantai rapat (litter) atau postal

2. Kandang lantai renggang

a. Cage/battery system atau kandang baterai: kandang berupa kotak sangkar yang terbuat dari kawat atau anyaman bambu

b. Wire floor system: lantai kandang terbuat dari anyaman kawat ram

c. Slat floor system atau kandang panggung (slat): lantai kandang menggunakan bahan berupa bilah-bilah seperti kayu, logam, bambu, atau plastik, yang disusun memanjang sehingga lantai bercelah-celah. Lebar celah 2,5 cm dan lebar bilah 2,5 cm dengan ketebalan 2,5 cm. Panjang disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Kombinasi antara bentuk postal dan bentuk panggung.

Berdasarkan jumlah ayam yang ditempatkan dalam kandang, sistem perkandangan dibedakan menjadi 3, yaitu:

Kandang tunggal atau single cage/battery: setiap sangkar berisi 1 ekor

Kandang ganda atau multiple cages: setiap sangkar berisi 2-10 ekor

Kandang koloni atau colony cages: setiap sangkar berisi satu kelompok ayam dalam jumlah besar, lebih dari 20 ekor.

Berdasarkan fase pemeliharaan ayam, kandang dibedakan menjadi 3:

Kandang indukan (brooder), untuk memelihara anak ayam umur 0-2 minggu (ayam pedaging) dan 0-3 minggu (ayam petelur).

Kandang grower/pullet, untuk membesarkan anak ayam dan ayam dara umur 4-16 minggu. Biasanya digunakan kandang lantai litter.

Kandang layer, untuk memelihara ayam petelur periode produksi umur 18 minggu sampai afkir. Biasanya menggunakan kandang baterai (battery).

Menentukan Layout (Tata Letak) Kandang

Idealnya, dalam suatu peternakan, calon peternak tidak hanya mendirikan kandang saja. Namun perlu dilengkapi dengan pos jaga, tempat parkir, kantor, gudang ransum, mess pegawai, dan bangunan pendukung lainnya. Penentuan letak atau posisi kandang maupun bangunan pendukung tersebut hendaknya dilakukan secara baik. Tujuannya agar alur distribusi ayam, personal (manusia), ransum maupun peralatan bisa berjalan efektif.

Tata letak ini juga merupakan bagian dari biosecurity (biosecurity konseptual), karena bisa berperan menekan rantai penularan penyakit. Sangat disarankan di satu lokasi peternakan mengaplikasikan sistem one age farmingatau all in all

(dalam 1 lokasi peternakan hanya terdiri dari 1 jenis ayam dengan umur dan strain yang sama), karena lebih memudahkan dalam monitoring pemeliharaan ternak secara seragam. Selain itu kemungkinan terjadinya penularan penyakit akibat variasi umur ternak juga lebih kecil.

Namun jika peternak terpaksa tidak bisa menerapkan sistem pemeliharaan all in all out, maka jarak kedatangan antar DOC sebaiknya jangan terlalu lama (kurang dari 1 minggu). Jika waktu tersebut tidak dapat dipenuhi maka saat chick in perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

DOC yang berbeda umur atau waktu kedatangan jangan dipelihara dalam kandang brooder (indukan) yang sama

Jarak antar kandang ayam yang berbeda umur sebaiknya minimal 7 m (1 x lebar kandang)

Arus distribusi personal maupun peralatan antar kandang dengan umur dan jenis ayam yang berbeda dibatasi, terutama pada saat masa DOC (starter) dan apabila terjadi outbreak penyakit

Jadwal monitoring sebaiknya dimulai dari ayam umur muda ke ayam berumur lebih tua (dewasa)

Lakukan program desinfeksi secara rutin pada masing-masing kandang dengan menggunakan Antisep,Neo

Antisep, Medisep, atau Zaldes

Program vaksinasi dibuat sama untuk semua kandang ayam

Bangunan dan Struktur Kandang yang Baik

Konstruksi kandang yang baik rata-rata bisa bertahan 10 – 20 tahun. Prinsipnya, kandang harus dibuat dari bahan yang kuat dan tahan lama. Untuk bagian tiangnya bisa memakai balok kayu. Untuk penyangga atapnya bisa dari bilah bambu atau kayu. Sedangkan dindingnya bisa memakai anyaman bilah bambu atau kawat kasa. Untuk sekat-sekat kandangnya bisa memakai bilah bambu, lembaran seng, atau lembaran triplek.

Sedangkan beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait struktur kandang yang baik, di antaranya:

1. Lebar kandang

Lebar kandang terbuka sebaiknya tidak lebih dari 7 m agar sirkulasi udara optimal. Jika lebih dari 7 m sebaiknya ditambahkan atap monitor maupun fan atau blower di tengah kandang. Jarak antar kandang minimal 1 x lebar kandang dan usahakan di antara kandang itu tidak terdapat tanaman yang bisa mengganggu sirkulasi udara.

2. Tinggi lantai

Ketinggian lantai idealnya ≥ 1,5 m sehingga sirkulasi udara baik dan mempermudah proses pembersihan serta desinfeksi kandang.

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan terkait atap ini. Pertama, bahan yang digunakan. Umumnya atap kandang menggunakan genting, alumunium, asbes atau seng. Pemilihan bahan atap ini hendaknya memperhatikan suhu lingkungan, ketahanan dan biaya. Penggunaan atap dari seng menjadi kurang efektif untuk daerah dengan suhu panas karena bisa memicu heat stress (stres panas). Kedua, derajat kemiringan dan jarak atap dengan lantai kandang. Kemiringan atap yang direkomendasikan ialah 30-35o. Ketiga, jarak atap dan lantai kandang yang optimal ialah 2,5 – 3

Menyiapkan Peralatan Kandang

Selain kandang, peralatan kandang juga menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari konstruksi kandang. Peralatan ini akan mendukung terwujudnya kandang yang nyaman. Secara umum peralatan kandang terdiri dari tempat ransum, tempat minum, pemanas, lampu untuk pencahayaan, sprayer untuk pembersihan dan desinfeksi kandang serta peralatan, keranjang ayam, timbangan, egg tray, dan alat suntik. Untuk kebutuhan tempat ransum dan tempat minum sendiri, contohnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Usahakan agar jumlah tempat ransum (TRA) dan tempat minum (TMA) tidak kurang dari kebutuhan agar menekan terjadinya persaingan antar ayam baik dalam hal ransum, air minum maupun ruang gerak. Atur pula agar tinggi piringan tempat ransum ayam (TRA) setinggi punggung ayam. Di lapangan tak jarang pengaturan jumlah, distribusi, serta ketinggian TRA yang tidak disesuaikan dengan umur dan kepadatan ayam, justru menurunkan konsumsi ayam.

Peralatan lainnya seperti pemanas wajib disediakan sebagai penghangat anak ayam di masa brooding. Beragam bahan bakar dapat digunakan peternak untuk menghidupkan pemanas di masa brooding. Bahan bakar yang lazim digunakan di antaranya gas, kayu bakar, batu bara, dan minyak tanah.

Pemanas berbahan kayu bakar dan batu bara secara ekonomi memang tergolong murah, namun memiliki kelemahan, yaitu sulit diatur suhunya serta menghasilkan asap yang dikhawatirkan mengganggu kesehatan ayam. Sedangkan pemanas berbahan bakar gas, secara ekonomi memang lebih mahal harganya, namun mudah dioperasikan, aman dan tahan lama (awet). Panas yang dihasilkan pun stabil, terfokus, tidak menimbulkan polusi suara maupun udara (asap), serta suhunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Lebih efisiennya pemanas berbahan bakar gas karena pemanas jenis ini memiliki regulator yang memungkinkan energi panas diatur sesuai kondisi dan kebutuhan ayam. Contoh pemanas gas produksi Medion adalah Indukan Gas Medion (IGM).

Selain pemanas, peralatan yang juga penting disediakan ialah timbangan. Baik ayam pedaging maupun petelur, penimbangan berat badan dapat dilakukan secara rutin tiap minggu dan saat panen. Penimbangan rutin tiap minggu dinamakan pula kontrol berat badan. Sebaiknya gunakan timbangan yang memiliki sensitivitas lebih tinggi agar berat badan ayam per individu dapat lebih teliti diamati.

Ada dua model timbangan yang dapat digunakan sesuai kebutuhan yaitu:

Timbangan gantung

Model timbangan ini paling sering digunakan untuk menimbang ayam karena memiliki beberapa kelebihan antara lain lebih praktis, ringan dan mudah dibawa. Lebih praktis karena bisa digunakan untuk menimbang berat badan ayam langsung maupun menggunakan keranjang. Hanya saja, saat menimbang ayam harus diikat kakinya terlebih dahulu agar memudahkan penggantungan ayam.

Timbangan duduk

Timbangan duduk cocok untuk mengurangi kematian dan meminimalisir resiko afkir saat penimbangan akibat patah sayap atau kaki. Metodenya ialah timbang keranjang dahulu untuk menentukan berat keranjang, baru kemudian keranjang diisi dengan ayam.

Peralatan berikutnya yaitu keranjang ayam yang dibutuhkan saat pengangkutan ayam pedaging ketika panen dan pemindahan ayam petelur dari kandang pembesaran ke kandang baterai. Saat panen, keranjang ayam diisi 15 ekor ayam (atau tergantung besar ayam dan kapasitas keranjang ayam). Tujuannya untuk menghindari kematian akibat ayam berdesakan dalam keranjang.

Demikian informasi terkait kandang yang dapat kami berikan. Kandang merupakan tempat tinggal ayam dalam melakukan semua aktivitasnya. Mulai dengan makan, minum, dan tentu saja tumbuh maupun menghasilkan telur. Untuk itu, kita sebagai calon peternak perlu memperhatikan kenyamanan kandang dengan merencanakan pembangunan kandang yang baik. Semoga bermanfaat.

Salam.