attanwir · attanwir jurnal kajian keislaman dan pendidikan susunan pengurus penanggung jawab...
TRANSCRIPT
Attanwir Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan
SUSUNAN PENGURUS
Penanggung Jawab
Hanafi
Mitra Bestari
Abdul Muhid (UIN Sunan Ampel Surabaya)
Zainal Habib (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
Nizarul Alim (Universitas Trunojoyo Madura)
Heli Ihsan (UPI Bandung)
Redaktur
Siti Choirotul Ula
Riza Multazam Luthfy
Penyunting
Moh. Muhajir
Redaktur Pelaksana
Nur Idam Laksono
Sekretariat
Abd. Hafid
Alamat Redaksi
Jl. Raya Talun No. 220 Sumberrejo Bojonegoro 62191
“Attanwir” merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan enam bulan sekali oleh STAI Attanwir
Bojonegoro. Dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah antar staf
pengajar, mahasiswa, alumni dan pembaca yang berminat serta masyarakat pada umumnya.
PENGANTAR REDAKSI
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi dzat yang selalu memberikan segala bentuk nikmat-Nya, sehingga
atas izin-Nya, Jurnal Attanwir bisa terbit.
Jurnal Attanwir merupakan akumulasi tulisan dari beberapa penelitian yang
dilakukan oleh para akademisi. Sebagai wujud komitmen terhadap ilmu pengetahuan,
Jurnal Attanwir mencoba memberikan kontribusi ilmiah dengan menerbitkan tulisan-
tulisan para dosen baik di Bojonegoro maupun wilayah lainnya. Dengan demikian,
hal ini akan membuka wawasan serta memberikan motivasi dan inspirasi bagi setiap
pembaca, baik kalangan mahasiswa, dosen, maupun umum.
Tentu masih dijumpai beberapa kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat ditunggu demi perbaikan dalam penerbitan di masa yang akan
datang.
Demikian, semoga Jurnal Attanwir dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Redaksi
DAFTAR ISI
Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan
di Perusahaan Rokok Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro
Aris Zulianto; STAI Attanwir Bojonegoro
1
Harga (Price) dalam Manajemen Pemasaran Islam
Eryul Mufidah; STAI Attanwir Bojonegoro
21
Pengaruh Perjanjian Pembiayaan Bagi Hasil Rendah terhadap Tingkat Kepuasan
Anggota BMT Nusya Cabang Baureno Bojonegoro
M. Ali Nur Huda; STAI Attanwir Bojonegoro
32
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan di Lingkungan Keluarga dan Kampus terhadap
Niat Berwirausaha Mahasiswa Ekonomi Syariah STAI Attanwir Bojonegoro
Mifta Hulaikah; STAI Attanwir Bojonegoro
45
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah pada
Pembiayaan Sektor perdagangan di KJKS BMT NUSYA Baureno
Mundhori; STAI Attanwir Bojonegoro
51
Analisis Budget (Anggaran) Kas sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian
Laporan Keuangan pada CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro
Nurul Fitriandari; STAI Attanwir Bojonegoro
78
Menyoal Pola Perjanjian Mudharabah pada Perbankan Syariah
Riza Multazam Luthfy; STAI Attanwir Bojonegoro
92
Pengaruh Strategi Pemasaran terhadap Minat Menabung Anggota
di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro
Sugito; STAI Attanwir Bojonegoro
111
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
1 | P a g e
Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja terhadap
Prestasi Kerja Karyawan di Perusahaan Rokok
Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro
Aris Zulianto
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
Abstrak
Kemampuan dan motivasi kerja sangatlah penting bagi kelangsungan kehidupan
perusahaan, kemampuan dapat membuat perusahaan lebih efisien waktu dan efektif
dalam penggunaan fasilitas perusahaan sehingga dapat menekan beban perusahaan
danmotivasi dapat meningkatkan semangat menyelesaikan pekerjaan, akhirnya dapat
memaksimalkan laba yang akan didapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh kemampuan dan motivasisecara bersama ataupun parsial
terhadap prestasi kerjakerja karyawan, dan untuk mengetahui variabel mana yang
paling mempengaruhi prestasikerja karyawan tersebut.
Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner.Populasi
penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PR. Gemah Ripah Bika.Sampel yang di
ambil seluruh karyawan yakni sebanyak 30 responden.Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji validitas, reliabilitas dan regresi linier sederhana dan
regresi bergandaMenggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 for Windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan dan motivasi kerja secara
bersama berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu sebesar
35,3%, sedangkan secara parsial hanya variabel motivasi kerja yang mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu sebesar
34,1%.Sedangkan kemampuan kerja berpengaruh tetapi tidak signifikan karena
cuma berpengaruh sebesar 3%.
Kata Kunci: Kemampuan, Motivasi Kerja, Prestasi Kerja.
A. Pendahuluan
Manusia merupakan sumber daya penting dalam mencapai tujuan organisasi
yang mempunyai perbedaan karakteristik dengan sumber daya lainnya. Manusia
dikatakan sebagai sumber daya penting karena bagaimanapun canggihnya teknologi
yang ada, manusia merupakan pelaku utama dalam teknologi itu sendiri. Peranan
manusia memang tidak dapat digantikan oleh alat yang paling canggih sekalipun.
Dari hal tersebut maka manusia merupakan faktor terpenting dalam menunjang
keberhasilan suatu organisasi. Sesempurnanya apapun suatu organisasi, baik dalam
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
2 | P a g e
segi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun sarana teknologi yang dimiliki,
semua itu tak akan bisa berjalan apabila tidak ada faktor manusia sebagai penggerak.
Menurut Mangkunegara (2011:5) “Manajemen sumber daya manusia adalah
suatu pengelolaan dan pendayagunaan yang ada pada individu (Karyawan)”, selain
itu manajemen sumber daya manusia merupakan suatu pengakuan dari kenyataan
bahwa manusia sangatlah besar peranannya, itu diperlukan karena sadar bahwa
kebutuhan manusia itu tak terbatas dan semakin berkembang, namun sumberdaya
yang ada itu terbatas baik dari segi pengetahuan, waktu, fisik dan tingkat
konsentrasinya. Juga dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia sangat vital
pengaruhnya dalam kemajuan peradaban yang ada di dunia ini, kemajuan tersebut
disebabkan adanya pengelolaan serta pendayagunaan secara tepat terhadap potensi-
potensi yang ada disetiap individu serta perbaikan kualitasnya dari waktu ke waktu.
Perbaikan kualitas itu salah satunya adalah perbaikan kemampuan yang
memadai dari individu tersebut, meskipun individu mempunyai motivasi tinggi tetapi
kemampuan dia tidak memadai dengan target yang ingin dicapai maka mencapai
target yang diinginkan sulit terealisasi.
Secara psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi dan
reality yang artinya karyawan yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dari
pendidikan dan pengetahuan yang memadai dan memiliki sifat-sifat tersebut untuk
menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan terampil, maka ia akan lebih mudah
menjalankan suatu usaha hingga berhasil untuk mencapai prestasi yang
diharapkan. Oleh karena itu karyawan ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai
dengan keahlian atau kemampuannya.
Selain perbaikan kemampuan individu untuk meningkatkan kualitasnya,
perbaikan tersebut juga karena adanya suatu yang ingin dicapai oleh umat manusia,
pencapaian tersebut pasti didasari rasa keinginan yang kuat atau disebut juga dengan
motivasi. Motivasi mempunyai peran penting dalam segala aspek kehidupan
manusia, tidak terkecuali dalam pekerjaan. Dalam dunia kerja motivasi berperan
penting dalam peningkatan prestasi kerja untuk mencapai target yang diinginkan.
Motivasi tinggi itu dapat dipengaruhi banyak hal, bisa dari perusahaan berupa
penghargaan atas kinerjanya, kenaikan gaji atau jabatan, lingkungan di tempat kerja
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
3 | P a g e
yang nyaman dan sebagainya, sedangkan motivasi dari dalam diri bisa karena dia
merasa bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dirinya sendiri dan keluarganya.
Karena itulah kemampuan dan motivasi kerja sangatlah penting bagi
kelangsungan kehidupan perusahaan, kemampuan dapat membuat perusahaan lebih
efisien waktu dan efektif dalam penggunaan fasilitas perusahaan sehingga dapat
menekan beban perusahaan dan motivasi dapat meningkatkan semangat
menyelesaikan pekerjaan, akhirnya dapat memaksimalkan laba yang diperoleh
perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Apakah kemampuan kerja dan motivasi
kerja berpengaruh secara simultan terhadap prestasi kerja karyawan di PR. Gemah
Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro? (2) Apakah kemampuan kerja dan motivasi
kerja berpengaruh secara parsial terhadap prestasi kerja karyawan di PR. Gemah
Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro?
Guna menanggapi uraian pada latar belakang masalah dan pernyataan rumusan
masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dan menganalisis tingkat pengaruh kemampuan kerja dan motivasi kerja terhadap
prestasi kerja karyawan di PR.Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro. (1)
kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara simultan terhadap prestasi
kerja karyawan di PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro (2)
kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara parsial terhadap prestasi
kerja karyawan di PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro
B. Kajian Teori dan Perumusan Hipotesis
Tinjauan Teoritis
Kemampuan
Kemampuan adalah suatu kekuatan yang ada di dalam diri sendi ri yang
didapat dari belajar maupun dengan cara yang lain, kemampuan dalam
menyelesaikan tugas sebagai karyawan adalah dengan menguasai segala hal yang
berkaitan dengan tugas yang dibebankan kepadanya.
Berdasarkan pendapat J. Winardi (2007: 319), “salah satu akibat langsung
dari sifat kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap organisator harus
terus memupuk “inisiatif”. Inisiatif yang dimaksud adalah keinginan dari diri untuk
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
4 | P a g e
meningkatkan kemampuanya baik sebelum masuk ke perusahaan maupun setelah
masuk, demi mendapatkan sumber daya manusia yang semakin berkualitas. Inisiatif
tersebut bisa terealisasi setelah bergabung di perusahaan dapat terjadi dari dua
sumber yang saling bersinergi, yakni diri sendiri dan atasan ataupun perusahaan. Hal
tersebut bisa jadi karena tuntutan pekerjaan yang menuntut butuh sumber daya
manusia yang mempunyai kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat sesuai
target yang diberikan.
Hasibuan (2003) menulis, “motivasi ini hanya dapat diberikan kepada orang-
orang yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, bagi orang yang tidak
mampu mengerjakan pekerjaan tersebut tidak perlu dimotivasi/percuma”. Motivasi
dan kemampuan memng harus bersinergi karena ada seorang yang mempunyai
motivasi tinggi tapi tidak mempunyai kemampuan menyelesaikan tugas dengan cepat
dan tepat, namun ada Karyawan yang mempunyai kemampuan yang mumpuni tetapi
dia tidak maksimal dalam melaksanakan tugas sehingga target tidak tercapai karena
tidak ada motivasi untuk menyelesaikan tugas dengan cepatdan tepat.1
Hasibuan (2003) juga berpandangan “motivasi mempersoalkan bagaimana
caranya mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan
memberikan semua kemampuan dan keterampilanya untuk mewujudkan tujuan
perusahaan”. “Lowser dan Poter mendefinisikan Kemampuan sebagai karakteristik
individual seperti intelegensia, manual skill, traits yang merupakan kekuatan
potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya stabil.”2
Jadi intinya kemampuan adalah apa yang dapat ia (karyawan) lakukan, bukan
apa yang karyawan lakukan. Perbedaan yang jelas antara satu karyawan dengan
karyawan yang lain yang berbeda kemampuannya adalah cara menyelesaiakan tugas,
sehingga berakibat pada efektifitas penggunaan fasilitas dan efesiensi penggunaan
waktu sehingga target dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan tepat.
1 Malayu SP Hasibuan, 2003, Organisasi dan Motivasi (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm. 93. 2 Ibid.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
5 | P a g e
Kemampuan dalam Perspektif Islam
Kemampuan atau keahlian sangatlah penting bagi manusia, dalam Islam telah
ditekankan bahwa manusia harus berkembang kemampuanya, hal itu tersirat dalam
Ayat Alqur’an Q.S. Arrohman [55] ayat 33:
“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali
dengan kekuatan”. (Q.S. Arrohman [55] ayat 33)
Ayat tersebut menyatakan bahwa manusia harus mengembangkan
kemampuanya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas, dengan
memanfaatkan sumber daya alam yang sudah disediakan oleh Allah swt di bumi ini
dan manusia diberikan akal fikiran utuk mengolah sumber daya alam tersebut.
Selain diterangkan dalam ayat tersebut tentang pentingnya kemampuan, juga
diterangkan dalam Q.S. Al Baqoroh [2] ayat 168:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam
dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis
hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan.”
Ayat tersebut sudah jelas alasan diciptakanya siang dan malam dan
sebagainya untuk kesejahteraan manusia, kesejahteraan tersebut dapat dicapai
dengan memikirkan dan mengembangkan tentang tanda-tanda yang diberikan oleh
Allah swt berupa air hujan, siang malam, angin dan sebagainya, semuanya
mempunyai manfaat yang besar bagi manusia dan hanya dengan pengembangan
kemampuan untuk tahu cara memanfaatkannya.
Indikator Kemampuan Kerja
Sementara itu indikator kemampuan kerja adalah
a) Kemampuan Teknis yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode,
teknik dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman
dan pelatihan yang diperolehnya.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
6 | P a g e
b) Kemampuan Konseptual yaitu kemampuan untuyk memahami kompleksitas
perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam
bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individu
tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawab sebagai seorang karyawan.
c) Kemampuan Hubungan Interpersonal yaitu kemampuan untuk bekerjasama
dengan orang lain, memotivasi atasan, rekan maupun bawahan untuk
bernegosiasi.
Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti “dorongan atau daya
penggerak”. Jadi motivasi itu dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang dapat
menggerakkan manusia untuk mencapai hal yang diinginkan dalam situasi dan
kondisi tertentu. Jika motivasi berkaitan dengan pekerja atau Karyawan maka
motivasi kerja seorang Karyawan adalah suatu dorongan yang pada diri Karyawan
tersebut untuk menyelesaikan segala pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Motif dari motivasi dari seorang Karyawan umumnya adalah uang,
jabatan, penghargaan, dan sebagainya, dan semua itu sudah merupakan kebutuhan
dari seorang manusia.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mankunegara (2011)
“motivasi adalah kondisi yang menggerakkan Karyawan agar mampu mencapai
tujuan dari motifnya”.3
Senada dengan Mangkunegara, Fathoni (2006) berpendapat “motivasi artinya
suatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dengan cara-cara tertentu yang
didasarkan dari motifnya”. “Motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan
dan mendukung perilaku manusia sepaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil yang optimal”. Fathoni (2006 : 132) juga menulis “kekuatan motivasi yang ada
dalam diri manusia bisa ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dirinya dan
lingkungan, sedangkan aspek lainya adalah faktor pemeliharaan budaya dan nilai-
nilai yang terkandung dalam organisasi yang dapat mendorong prestasi kerja yang
tinggi.”4
3 Mangkunegara, AA, Anwar, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya), hlm. 93. 4 Malayu SP Hasibuan., Op.cit., hlm. 141.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
7 | P a g e
Pendapat tersebut menyatakan bahwa motivasi kerja pada Karyawan datang
dari dalam diri Karyawan tersebut dan juga dari lingkungan kerjanya. Dari dalam diri
karena ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dan dari lingkungan kerja karena dia
butuh pekerjaan itu dan mendapat kepuasan tersendiri saat harus menyelesaikan
tugasnya. Namun lingkungan kerja itu meliputi banyak hal seperti lingkungan kerja
yang mendukung, rekan kerja yang dapat diajak kerja sama dan sama-sama kerja dan
sebagainya. Hasibuan (2011: 141) “motivasi semakin penting karena manajer
membagikan tugas pekerjaan pada bawahan untuk dikerjakan dengan baik dan
terintegrasi kapada tujuan yang diinginkan”.
Jadi, seorang pemimpin atau manejer tidak hanya memimpin secara jabatan
saja, namun harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepada bawahan
untuk dilaporkan kepada atasanya lagi, serta memotivasi bawahan saat akan dan
sedang menjalankan tugas agar target yang dibebankan terpenuhi. Manajer tidak
hanya memotivasi bawahanya saja, namun perlu menempatkan kepada siapa
motivasi tersebut diberikan dan motivasi yang seperti apa yang cocok dengan
kebutuhan atau karakter bawahan, karena jika salah dalam memberikan jenis
motivasi maka dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan fasilitas dan kekuasaan.
Menurut Hawley (2005: 151) “ketiadaan motivasi dapat tercermin dari ketiadaan
aktivitas dalam bidang-bidang berikut ini :
a) Pekerjaan sukarela
b) Melontarkan ide baru dalam pekerjaan
c) Mencari promosi atau tanggung jawab yang lebih besar
d) Mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah atau menambah nilai
e) Berpartisipasi dalam aktifitas tim atau aktifitas pekerjaan yang lain
f) Menemukan masalah atau peluang lain
g) Membawa energy dan ide ke kantor setiap hari
h) Mencurahkan waktu, pikiran dan diri ke pekerjaan yang sedang ditangani.
Pendapat tersebut intinya sama dengan pendapat Mulia (1996: 155) “motivasi
yang akan berhasil adalah dengan pengarahan dari dalam diri sendiri (self
direction)”. Kedua pendapat di atas menyatakan bahwa motivasi dari dalam diri
sendiri sangatlah penting dan harus ada serta meningkat agar Karyawan dapat
memenuhi keinginan diri sendiri dan perusahaan.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
8 | P a g e
Motivasi dalam Perspektif Islam
Pentingnya motivasi dalam Islam tercantum dalam firmal Allah dalam Surat
Al Jumu’ah ayat 62:
“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.”
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah [9] ayat 105 :
"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan
kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-
Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus,
seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di
muka bumi ini.
Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus
berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan
oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan,
dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan
alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh
manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan termotivasi untuk bekerja keras.
Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman Allah dalam Surat Al
Insyiqoq ayat 6:
“Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara sungguh-
sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.
Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Indikator Motivasi Kerja
Yang menjadi inkator Motivasi kerja adalah
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
9 | P a g e
a) Penghargaan merupakan suatu bentuk apresiasi perusahaan terhadap karyawan
yang berprestasi seperti kenaikan pangkat, piagam dan sebagainya.
b) Gaji merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya motivasi karyawan, karena
gaji adalah bentuk rasa terima kasih perusahaan atau timbal balik dari apa yang
telah dilakukan karyawan untuk perusahaan.
c) Disiplin merupakan indicator yang tidak dapat dikesampingkan, karena
kedisiplinan merupakan salah satu bentuk dari termotivasinya karyawan dalam
mentaati peraturan perusahaan dan sebagainya.
Prestasi Kerja
Kinerja atau performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih
menggambarkan pada “prestasi” yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata
tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa
Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”.
Mangkunegara (2011 : 67) “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas
dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Karyawan dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Nawawi (2001)
“penilaian karya sebagai kegiatan manajemen sumber daya manusia adalah proses
pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan seorang pekerja”.5
Mangkunegara (2009) “penilaian prestasi Karyawan adalah suatu proses penilaian
prestasi Karyawan yang dilakukan pimpinan perusahaan secara sistemik berdasarkan
pekerjaan yang ditugaskan kepadanya”.6
Ketiga pendapat di atas intinya sama yakni penilaian yang dilakukan oleh
atasan kepada bawahan untuk menilai hasil dari pelaksanaan tugas yang diberikan
kepadanya baik secara kualitas maupun kuantitasnya, penilaian secara sistemik bisa
harian, mingguan, bulanan, semesteran dan seterusnya sesuai kebijakan yang ada dan
kebutuhan perusahaan tersebut. “penilaian prestasi adalah kegiatan manager untuk
mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijakan
selanjutnya.”
5 Hadari Nawawi, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif (Jogjakarta:
Gadjah Mada Press), hlm. 234. 6 Mangkunegara, AA, Anwar, Op.cit. hlm. 69.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
10 | P a g e
Penilaian prestasi kerja adalah menilai atau mengevaluasi hasil pekerjaan
orang yang menjalankan tugas agar dapat mengetahui sejauh mana kesuksesan
Karyawan melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan
kepadanya.“Prestasi kerja seseorang ditunjukkan dengan keseriusanya dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan,
pengalaman, kesungguhan serta waktu” (Hasibuan, 2011: 94). Selanjutnya juga
dikatakan bahwa hasil kerja atau prestasi merupakan gabungan dari tiga faktor yaitu
(a) minat dalam bekerja, (b) penerimaan delegasi tugas, dan (c) peran dan tingkat
motivasi seorang Karyawan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa tanpa minat
tehadap suatu pekerjaan, tidak mungkin seorang Karyawan dapat melaksanakan
pekerjaan dengan mengerahkan tenaga dan pikirannya secara maksimal. Selain itu,
tanpa pelimpahan atau delegasi tugas yang jelas seorang Karyawan juga akan
terbatas dalam pekerjaan yang dipikulnya khususnya peluang dalam berprestasi,
kreativitas, inisiatif dan lain-lain. Motivasi atau dorongan pada seorang Karyawan
juga berpengaruh khususnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya, baik motivasi dari
dalam maupun dari luar. Semakin tinggi ketiga faktor tersebut dalam bekerja, maka
semakin besar kinerja atau prestasi seorang Karyawan. Prestasi kerja seseorang dapat
dikatakan tinggi apabila suatu target kerja terselesaikan pada waktu yang tepat atau
tidak melampui batas yang disediakan.
Prestasi Kerja dalam Perspektif Islam
Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan sungguh-
sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S Ar-Ra’du: 11)
Ayat di atas menyatakan bahwa manusia sendirilah yang harus berusaha
merubah nasibnya sendiri, karena usaha kerasnya dia dapat berprestasi dan
mendapatkan apresiasi dari teman, atasan ataupun bawahannya. Sehingga Islampun
menganjurkan untuk manusia berprestasi dalam menjalankan tugasnya.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
11 | P a g e
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja seseorang adalah sebagai
berikut:7
1. Faktor Kemampuan
Secara psikologis, kemampuan (ability) Karyawan terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, kebanyakan
seorang Karyawan atau karyawan yang memiliki IQ di atas rata- rata (IQ 110-
120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaanya, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja
yang diharapkan. Oleh karena itu, Karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuannya (the right man on the right place, the right
man on the right job).
2. Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang Karyawan dalam menghadapi
situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri
Karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap
mental merupakan kondisi yang mendorong diri Karyawan untuk berusaha
mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang Karyawan harus
siap secara psikofisik (siap mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya, seorang
Karyawan harus mampu secara mental, mampu secara fisik, memahami tujuan
utama, dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan
menciptakan situasi kerja.
Indikator-indikator Prestasi Kerja
Sedangkan indikator-indikator mengenai penilaian prestasi kerja sebagai
berikut:8
a) Kualitas kerja dilihat dari pemahaman tentang lingkup pekerjaan, uraian
pekerjaan, tanggung jawab serta wewenang yang diemban.
b) Kuantitas kerja ditunjukkan melalui hasil dan kecepatan dalam melaksanakan
pekerjaan.
7 Mangkunegara, AA, Anwar, Op.cit. hlm. 67-68. 8 Ibid., hlm. 67.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
12 | P a g e
c) Konsistensi Karyawan dilihat dari usaha untuk selalu mengembangkan
kemampuan dan aktualisasi diri, memahami dan mengikuti instruksi yang
diberikan, mempunyai inisiatif, kejujuran, kecerdasan dan kehati-hatian dalam
bekerja.
d) Kerjasama yang ditunjukan untuk meningkatkan kualitas.
e) Sikap Karyawan adalah Perilaku terhadap organisasi/lembaga atau atasan dan
juga rekan sekerja.
Perumusan Hipotesis
Hipotesis atau dugaan sementara yang akan digunakan dalam penelitian ini
diantara lain : (1) kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara simultan
terhadap prestasi kerja karyawan di PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor
Bojonegoro (2) kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara parsial
terhadap prestasi kerja karyawan di PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor
Bojonegoro.
C. Metode Penelitian
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dimana data penelitian
berupa angka-angka dan dianalisis menggunkan alat statistic.
Definisi Operasional
Kemampuan kerja
“Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan: kita berusaha
dengan - diri sendiri (KBBI offline)”. Kemampuan adalah suatu kekuatan yang ada
di dalam diri sendiri yang didapat dari belajar maupun dengan cara yang lain,
kemampuan dalam menyelesaikan tugas sebagai karyawan adalah dengan menguasai
segala hal yang berkaitan dengan tugas yang dibebankan kepadanya.
Motivasi kerja
Mangkunegara (2011) “motivasi adalah kondisi yang menggerakkan
Karyawan agar mampu mencapai tujuan dari motifnya”.9
9 Ibid, hlm. 93.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
13 | P a g e
Prestasi Kerja
Mangkunegara (2011) “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.10
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang berasal
dari intrumen kuisioner,wawancara serta dokumentasi terhadap karyawan pabrik
rokok dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh karena
jumlah populasi berjumlah 30 karyawan pabrik.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan pabrik rokok gemah ripah
bika sarangan kanor .Setelah dilakukan teknik pengambilan sampel dengan
menggunakan teknik sampling jenuh karena jumlah populasi berjumlah 30 karyawan
pabrik.
Teknik Analisa Data
Teknik analisis data merupakan alat atau metode dalam pengujian hipotesis
.Di dalam penelitian ini ,peneliti akan menganalisis dengan metode kuantitatif
.Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan
manajerial dan ekonomi. Uji hipotesis meliputi Uji T dan Uji F ,Uji Asumsi Klaisk
dan koefisien determinasi dan menganalisis tingkat hubungan dan pengaruh antara
variabel independen dan dependen digunakan metode analisis regeresi
berganda.Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar (0,05) dan seluruh
data diolah dengan Program SPSS 16.0.
D. Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Responden
Pengujian dilakukan terhadap 30 orang responden yang telah terkumpul yang
terbagi atas beberapa bagian yaitu pengujian terhadap jenis kelamin, usia, status
pernikahan, bagian kerja, lama kerja, dan pendidikan yang dimiliki responden.
10 Ibid, hlm. 67.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
14 | P a g e
Tabel 1.1 Deskriptif Profil Responden
Keterangan Jumlah presentase
Jenis Kelamin laki-laki 13 43%
Perempuan 17 57
Usia
20 s.d 30 20 66%
31 s.d 40 6 20%
> 41 tahun 4 14%
Status
Pernikahan
sudah menikah 24 80%
belum menikah 6 20%
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa dari 30 responden yang diteliti menurut
jenis kelamin, terdiri dari 13 orang (43%) responden laki-laki dan sisanya 17 orang
(57%) responden perempuan,tingkat usia 21 – 30 tahun sebanyak 20 orang (66%), 31
- 40 tahun sebanyak 6 orang (20%), dan responden yang berusia > 41 tahun sebanyak
4 orang (14%). Menurut status pernikahan, terdiri dari 24 orang (80%) responden
menikah dan sisanya 6 orang (20%) responden belum menikah.
Tabel 1.2 Deskriftif Karakteristik Responden
Keterangan Jumlah Presentase
Bagian Kerja Produksi 21 70%
Non Produksi 9 30%
Lama kerja 1 s.d 5 Tahun 17 57%
>6 Tahun 13 43%
Pendidikan
SMA 25 83%
DIPLOMA 2 7%
SARJANA 3 10%
Berdasarkan tabel 1.2 terlihat bahwa dari 30 responden dengan bagian kerja
yang diteliti terdiri dari 21 orang (70%) responden bekerja pada bagian produksi dan
sisanya 9 orang (30%) responden bekerja pada bagian non produksi. Dan lama kerja
1 s.d 5 tahun sebanyak 17 orang (57%), >6 tahun sebanyak 13 orang (43%).Menurut
tingkat pendidikannya terdiri dari 25 orang (83%) responden lulusan SMA/sederajat,
2 orang (7%) lulusan Diploma, dan sisanya 3 orang (10%) responden Sarjana.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
15 | P a g e
Validitas
Uji Validitas merupakan poin penting dalam sebuah analisa data. Hal itu
dilakukan untuk menguji apakah suatu alat ukur atau instrumen penelitian (dalam hal
ini data dari kuesioner) sudah valid dan reliabel. Mengukur validitas dilakukan
dengan r hitung > r tabel , yakni r hitung > 0,3 maka disebut valid, hasil validitas sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Hasil Validitas Variabel bebas kemampuan Kerja (X1), Prestasi Kerja
(X2) dan Prestasi Kerja (Y)
No r Hitung Syarat Keterangan
Kemampuan Kerja (X1)
1 0,515 >0,300 Valid
2 0,462 >0,300 Valid
3 0,609 >0,300 Valid
4 0,564 >0,300 Valid
5 0,479 >0,300 Valid
6 0,447 >0,300 Valid
7 0,642 >0,300 Valid
8 0,599 >0,300 Valid
Motivasi Kerja (X2)
1 0,685 >0,300 Valid
2 0,626 >0,300 Valid
3 0,835 >0,300 Valid
4 0,704 >0,300 Valid
5 0,630 >0,300 Valid
6 0,895 >0,300 Valid
7 0,649 >0,300 Valid
8 0,720 >0,300 Valid
9 0,765 >0,300 Valid
Prestasi Kerja (Y)
1 0,341 >0,300 Valid
2 0,649 >0,300 Valid
3 0,630 >0,300 Valid
4 0,689 >0,300 Valid
5 0,438 >0,300 Valid
6 0,364 >0,300 Valid
7 0,580 >0,300 Valid
8 0,596 >0,300 Valid
Berdasarkan olahan data di atas pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa
semua item pernyataan dikatakan valid, karena > 0,300.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
16 | P a g e
Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman
Brown dengan Rtabel 5% dengan N = 30 Responden yakni 0,361, jika hasil uji
Reabilitas < 0,361 maka tidak reliable, tapi jika > 0,361 maka dikatakan reliable.
hasil reliabitilas dari masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel 2..2 Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Hasil Ket
1 Kemampuan Kerja (X1) 0,622 Reliable
2 Motivasi Kerja (X2) 0,879 Reliable
2 Prestasi Kerja (Y) 0,661 Reliable
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel diatas semua variabel memiliki nilai
>0,361. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa seluruh variabel dikatakan reliable.
Artinya kuesioner pada penelitian ini memiliki sifat dapat dipercaya.
Uji Asumsi Klasik
Dalam suatu persamaan regresn harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias.
Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi beberapa asumsi
dasar (Klasik), yaitu Berdasarkan hasil Uji Asumsi Klasnk dengan alat bantu
komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0. diperoleh hasilnya sebagai
berikut: (1). Uji Nomlalltas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji
apakah dari vanabel-vanabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai
distribusi normal atau tidak. (2). U|i Autokorelasi bertujuan untuk menentukan
apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t- 1. Ghozali M (2006 : 61) (3). Uji
Multikolinieritas bertjuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan
adanya korelasi antara vanabel bebas.Model regresi yang baik seharus nya tidak
terjadi korelasi dlantara variabel bebas. (4). Pengujian heteroskedaktisitas menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual (kesalahan
pengganggu) satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
17 | P a g e
berbeda dlsebut heteroskedaktisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedaktisitas.
Analisis Uji Parsial
Pengujian secara parsial yang digunakan untuk mengu|i signifikansi pengaruh
vanabel kemampuan kerja dan motivasi kerja secara parsial berpengaruh terhadap
prestasi kerja pada PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro. Hal ini
ditunjukkan oleh persamaan regresi linier berganda sebagai benkut :
Y = 20.367 +- 0.158 X1 + 0.465 X2
t ...... ' 2,636 , 0,711 , 3,822
Sig ' 0,024 , 0,483 , 0,001
Hasil pengujian menunjukkan bahwa vanabel kemampuan kerja secara
parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja sedangkan
variabel motivasi kerja secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi kerja. Kondisi ini indikasikan dengan perolehan tingkat signifikansi variabel
bebas yang digunakan model penelitian tersebut masih dibawah 5%. Dengan
demikian hipotesis kedua yang dilakukan bahwa variabel kemampuan kerja dan
motivasi kerja secara parsial mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja dapat
diterima adalah variabel motivasi kerja terhadap prestasi kerja.
Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut (1). Konstanta
(a) merupakan Intersep garis regresi dengan Y jika X = 0, yang menunjukkan bahwa
besarnya variabel independen yang digunakan dalam model penelman sebesar
konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (a) adalah 20.367 menunjukkan bahwa
jika variabel bebas yang terdiri dari kemampuan kerja dan motivasi kerja tidak ada
perubahan = 0, maka prestasi kerja karyawan pada PR. Gemah Ripah Bika Sarangan
Kanor Bojonegoro akan sebesar 20,367. (2). Koefisien Regresi: kemampuan kerja
(b.) -0.158, menunjukkan arah hubungan negatih (tidak searah) antara kemampuan
kerja terhadap prestasi kerja pada PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor
Bojonegoro. Hal ini menunjukkan kurang baik tanggapan responden atas
kemampuan kerja tersebut akan diikuti semakin turun karyawan untuk meningkatkan
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
18 | P a g e
kemampuan kerja tersebut Dengan kata lain jika kemampuan turun 1 satuan maka
prestasi kerja akan turun sebesar -0,158 dengan asumsi variabel yang lainnya
konstan. (3). Koefisien Regresri motivasi kerja (b) = 0.465, menun|ukkan arah
hubungan positif (searah) antara motivasi kerja dengan prestasi kerja karyawan pada
PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro. Hasil ini menunjukkan
semakin baik tanggapan responden atas motivasi kerja dan prestasi kerja yang
ditawarkan oleh perusahaan akan naik sehingga 1 orang untuk meningkatkan
prestasi kerja tersebut. Dengan kata lain juga motivasi kerja naik 1 satuan maka
prestasi kerja akan naik sebesar 0,465, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.
E. Penutup
Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan perhitungan statistik
menggunakan SPSS 16.0 for wmdows, maka dapat disimpulkan sebagai benkut : (1).
Hasil pengujlan secara Slmultan menunjukkan pengaruh variabel kemampuan kerja
dan motivasi kerja terhadap prestasi kerja adalah signifikan.Hasil ini
mengindikasikan bahwa naik turunnya prestasi kerja dltentukan oleh seberapa
kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki oleh para karyawan. (2). Hasil
pengujian secara parsial menunjukkan variabel motivasi kerja dari variabel
kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi kerja pada PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro. Hal tersebut
dapat di indikasikan dengan tingkat signifikansi masing-masing vanabel tersebut
tidak melebihi :@ = 5%. (3). Variabel yang tidak berpengaruh secara parsial adalah
kemampuan kerja.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan pada PR.
Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro, maka penulis ingin mengajukan
beberapa saran yang kiranya dapat menjadi pertimbangan dalam melaksanakan
aktivitas pelayanan kepada masyarakat maupun pembinaan sumber daya manusia
dimasa yang akan datang, saran-saran tersebut antara lain :
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
19 | P a g e
1. Untuk lebih meningkatkan kemampuan kerja, pimpinan perlu melakukan upaya
peningkatan keahlian dan keterampilan serta sikap dan perilaku karyawan
melalui kegiatan pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi para karyawan
yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya.
2. Untuk lebih meningkatkan motivasi kerja melalui disiplin, pemberian
penghargaan, dan saksi bagi pegawai berprestasi dan kurang berprestasi harus
dilakukan.
3. Untuk lebih meningkatkan kinerja karyawan, perlu dilakukan pembinaan dan
pengarahan terhadap Karyawan mengenai Tugas Pokok dan tujuan organisasi
secara berkala;
4. Untuk pengembangan ilmu terhadap organisasi maka sistem yang Penilaian
pelaksanaan dalam penilai prestasi kerja karyawan harus berpegang teguh pada
aturan pokok yaitu : Nilailah karyanya, bukan manusianya - Judge the work, not
the person!.
Daftar Pustaka
AA, Anwar Mangkunegara. 2009. Evaluasi Kinerja Karyawan. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
AA, Anwar Mangkunegara. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Abdurrahmat Fathony. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Agus Pujiono. 2011. “Pentingnya Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Karyawan
Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bojonegoro”. Skripsi. Bojonegoro:
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cendekia.
Casey Fitt Hawley. 2005. 201 Cara Untuk Mendorong Setiap Karyawan Berkinerja
Bintang. Jakarta: Rineka Cipta.
Dale Futrwengler. 2002. Penuntun 10 Menit Penilaian Kinerja. Jogjakarta: Andi.
Ekawarna. 2010. Manajemen Badan Usaha dan Koperasi. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Hadari Nawawi. 2001. “Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif”. Jogjakarta: Gadjah Mada Press.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
20 | P a g e
Lexi Moleong. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Malayu Hasibuan. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Malayu Hasibuan. SP. 2003. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Manullang. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Jogyakarta: Gadjah Mada Univercity
Press.
Martono Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data
Sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nenny Anggraeni. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nenny Anggraeni. 2008. “Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Skripsi.
Bandung: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).
Nenny Anggraeni. 2010. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta:
Rineka Cipta.
Septyaningsih Ekayadi. 2010. “Pengaruh Motivasi Dan Pengembangan Karir
Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Rimbajatiraya Citrakarya”.
Skripsi. Jakarta: Universitan Gunadarma.
Sondang P Siagan. 2003. Manajemen Sumber Daya Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sugiawan. 2008. “Motivasi Kerja pada Karyawan untuk Meningkatkan Prestasi
Kerja pada Kantor Puskesmas Kenduran”. Skripsi. Bojonegoro: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cendekia.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
T. Tani Handoko. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
21 | P a g e
Harga (Price) dalam Manajemen Pemasaran Islam
Eryul Mufidah
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
Abstrak
Dalam setiap bisnis, harga merupakan tahap yang sangat penting. Ini karena harga
akan mempengaruhi status dan kinerja keuangan perusahaan, apalagi persepsi
pelanggan dan memposisikan merek. Kegagalan dalam penetapan harga akan
berdampak jangka panjang pada keberadaan perusahaan. Dalam Islam, harga
menjadi standar pertukaran antara uang dan barang dan jasa yang harus dibeli oleh
pembeli dan penjual. Setiap metode dapat digunakan untuk harga selama mereka
memenuhi beberapa persyaratan yang digarisbawahi oleh Islam.
Kata Kunci: Harga, Manajemen Pemasaran Islam .
A. Pendahuluan
Dalam berbagai usaha, penentuan harga barang dan jasa merupakan suatu
strategi kunci sebagai akibat dari berbagai hal seperti deregulasi, persaingan yang
semakin ketat, rendah dan tingginya pertumbuhan ekonomi, dan peluang bagi suatu
usaha untuk memantapkan posisinya di pasar. Harga sangat mempengaruhi posisi
dan kinerja keuangan, dan juga sangat mempengaruhi persepsi pembeli dan
penentuan posisi merek. Harga menjadi suatu ukuran bagi konsumen tatkala ia
mengalami kesulitan dalam menilai mutu produk produk yang kompleks yang
ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Apabila yang diinginkan
oleh konsumen adalah barang dengan kualitas atau mutu yang baik, maka tentunya
harga barang tersebut adalah mahal. Sebaliknya apabila yang diinginkan oleh
konsumen adalah barang dengan kualitas biasa-biasa saja atau tidak terlalu baik,
maka harga barang tersebut adalah tidak terlalu mahal.
Kesalahan dalam penentuan harga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi
dan dampaknya berjangkauan jauh. Tindakan penetapan harga yang melanggar etika
dapat menyebabkan para pelaku usaha tidak disukai oleh para pembeli, bahkan para
pembeli dapat melakukan suatu reaksi yang dapat menjatuhkan nama baik pelaku
usaha. Apabila kewenangan harga tidak berada pada pelaku usaha melainkan berada
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
22 | P a g e
pada kebijakan pemerintah, maka penentuan harga yang tidak diinginkan oleh para
pembeli (dalam hal ini sebagian masyarakat) bisa mengakibatkan suatu reaksi
penolakan oleh banyak orang atau kalangan. Reaksi penolakan itu bisa
diekspresikan dalam berbagai tindakan yang kadang-kadang mengarah kepada
tindakan- tindakan anarkis/ kekerasan yang melanggar norma maupun hukum.
Dalam hal ini, kebijakan penentuan harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditolak
oleh sebagian kalangan masyarakat yang mengakibatkan timbulnya gejolak-gejolak,
demonstrasi-demonstrasi atau unjuk rasa, dan aksi-aksi yang kadang-kadang
menjurus kepada tindakan-tindakan anarkis dan pengrusakan.
Penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai harga dan peranan
harga, tujuan penetapan harga, metode penetapan harga dan harga menurut
perspektif Islam.
B. Pembahasan
Price (Harga)
Menurut Philip Kotler, Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang
menghasilkan pendapatan; unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya. Harga adalah
unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan; ciri-ciri produk, saluran,
bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan
posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk dan
mereknya.11
Dapat dijelaskan dari pengertian di atas bahwa unsur-unsur bauran
pemasaran yang dimaksud adalah harga, produk, saluran dan promosi, yaitu apa
yang dikenal dengan istilah empat P (Price, Product, Place dan Promotion). Harga
bagi suatu usaha/badan usaha menghasilkan pendapatan (income), adapun adapun
unsur-unsur bauran pemasaran lainnya yaitu Product (produk), Place
(tempat/saluran) dan Promotion (promosi) menimbulkan biaya atau beban yang
harus ditanggung oleh suatu usaha /badan usaha.
Kalau harga merupakan pendapatan/pemasukan bagi pengusaha/ pedagang,
maka ditinjau dari segi konsumen, harga merupakan suatu pengeluaran atau
pengorbanan yang mesti dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk
11 Kotler, 2005, Manajemen Pemasaran (edisi ke sebelas) jilid 2, (Jakarta: Gramedia), hlm. 139
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
23 | P a g e
yang diinginkan guna memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen tersebut.
Bagi pengusaha/ pedagang, Price (harga) paling mudah /cepat disesuaikan dengan
keadaan pasar sedangkan product, place dan promotion memerlukan waktu yang
lebih lama dan panjang untuk disesuaikan dengan keadaan pasar, harga dapat
memberikan penjelasan kepada konsumen mengenai kualitas produk dan merek dari
produk tersebut.
Apabila harga suatu produk di pasaran adalah cukup tinggi, hal ini
menandakan bahwa kualitas produk tersebut adalah cukup baik dan merek produk di
benak konsumen adalah cukup bagus dan meyakinkan. Sebaliknya apabila harga
suatu produk di pasaran adalah rendah, maka ini menandakan bahwa kualitas produk
tersebut adalah kurang baik dan merek produk tersebut kurang bagus dan kurang
meyakinkan di benak konsumen. Jadi harga bisa menjadi tolak ukur bagi konsumen
mengenai kualitas dan merek dari suatu produk, asumsi yang dipakai disini adalah
bahwa suatu usaha atau badan usaha baik usaha dagang, usaha manufaktur, usaha
agraris, usaha jasa dan usaha lainnya menetapkan harga produk dengan memasukkan
dan mempertimbangkan unsur modal yang dikeluarkan untuk produk tersebut.
Fandy Tjiptono mengatakan bahwa agar dapat sukses dalam memasarkan
suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat.
Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya
(produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Di
samping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel,
artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau
komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal terakhir tidak dapat
diubah/disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena biasanya menyangkut
keputusan jangka panjang.12
Prof. DR. H. Buchari Alma mengatakan bahwa dalam teori ekonomi,
pengertian harga, nilai dan utility merupakan konsep yang paling berhubungan.
Yang dimaksud dengan utility ialah suatu atribut yang melekat pada suatu barang,
yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan (needs), keinginan
(wants) dan memuaskan konsumen (satisfaction). Value adalah nilai suatu produk
12 Fandy Tjiptono, 1997, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Penerbit Andi), hlm. 151
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
24 | P a g e
untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter
yaitu pertukaran antara barang dengan barang. Sekarang ini ekonomi kita tidak
melakukan barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan uang sebagai ukuran yang
disebut harga. Jadi harga (price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan
uang.13 Definisi ini memberikan arti bahwasanya harga merupakan sejumlah uang
yang digunakan untuk menilai dan mendapatkan produk maupun jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen.
Menurut Drs. Basu Swastha DH., M.B.A dan Drs. Irawan, M.B.A,”Harga
adalah jumlah uang(ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya”.14
Dapat dipahami dari pengertian di atas bahwa harga yang dibayar oleh
pembeli sudah terkandung di dalamnya jasa pelayanan yang diberikan oleh penjual.
Terdapat berbagai macam istilah untuk penyebutan harga. Perbedaan istilah
harga tersebut menyesuaikan kepada situasi dan tempat.
Fandy Tjiptono menyatakan harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah,
misalnya iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP,
dan sebagainya. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter
atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar
memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini
sejalan dengan konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran.15
Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, bahwa istilah harga dalam
bisnis jasa bisa ditemui dengan berbagai sebutan. Universitas atau perguruan tinggi
menggunakan SPP (tuition), konsultan profesional menggunakan istilah fee, bank
menggunakan istilah service charge, jasa jalan tol atau jasa angkutan menggunakan
istilah tarif, pialang menggunakan istilah komisi, apartemen menggunakan istilah
sewa, asuransi menggunakan istilah premi, dan sebagainya.16
13 Buchari Alma, 2005, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: CV Alfabeta), hlm,
169. 14 Basu Swastha dan Irawan, 2005, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Liberty), hlm. 241 15 Fandy Tjiptono, Loc.cit. 16 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, 2006, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta: Salemba Empat),
hlm. 98
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
25 | P a g e
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan
para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.17
1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang
diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat
membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya
pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari
berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang
dikehendaki.
2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen
mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat
dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor
produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah
bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.
Tujuan Penetapan Harga
Tujuan Berorientasi pada Laba
Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu
memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal
dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan global yang kondisinya
sangat kompleks dan banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap
perusahaan. Maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk dapat
memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat
harga tertentu. Dengan demikian, tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui
secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum.
Tujuan Berorientasi pada Volume
Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan
harga-harga berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang
biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. Harga ditetapkan sedemikian
rupa agar dapat mencapai target volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m3, dan
17 Fandy Tjiptono, Op.cit, hlm. 152.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
26 | P a g e
lain-lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolut maupun relatif). Tujuan ini
banyak diterapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan
tour and travel, pengusaha bioskop dan pemilik bisnis pertunjukan lainnya, serta
penyelenggaraan seminar-seminar.
Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan
harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk
membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan
jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu.
Pada hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk
meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang
ditawarkan perusahaan.
Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu
perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula
harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi
harga dalam industri-industri tertentu yang produknya sangat terstandarisasi
(misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan
harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan
dan harga pemimpin industri (industry leader).
Tujuan-tujuan Lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau
menghindari campur tangan pemerintah. Organisasi non-profit juga dapat
menetapkan tujuan penetapan harga yang berbeda, misalnya untuk mencapai partial
cost recovery, full cost recovery, atau untuk menetapkan social price.18
18 Ibid., hlm. 152-153
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
27 | P a g e
Harga dalam Perspektif Islam
Menurut Rachmat Syafei, harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang
direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang.
Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang diridai oleh kedua pihak yang
akad.19
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa harga merupakan sesuatu
kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang /jasa di mana kesepakatan tersebut
diridai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut haruslah direlakan oleh kedua belah
pihak dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang/ jasa
yang ditawarkan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli.
Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi: “Penentuan
harga mempunyai dua bentuk; ada yang boleh dan ada yang haram. Tas’ir ada yang
zalim, itulah yang diharamkan dan ada yang adil, itulah yang dibolehkan.”20
Selanjutnya Qardhawi menyatakan bahwa jika penentuan harga dilakukan
dengan memaksa penjual menerima harga yang tidak mereka ridai, maka tindakan
ini tidak dibenarkan oleh agama. Namun, jika penentuan harga itu menimbulkan
suatu keadilan bagi seluruh masyarakat, seperti menetapkan Undang-undang untuk
tidak menjual di atas harga resmi, maka hal ini diperbolehkan dan wajib
diterapkan.21
Menurut Qardhawi, jika pedagang menahan suatu barang, sementara pembeli
membutuhkannya dengan maksud agar pembeli mau membelinya dengan harga dua
kali lipat harga pertama. Dalam kasus ini, para pedagang secara suka rela harus
menerima penetapan harga oleh pemerintah. Pihak yang berwenang wajib
menetapkan harga itu. Dengan demikian, penetapan harga wajib dilakukan agar
pedagang menjual harga yang sesuai demi tegaknya keadilan sebagaimana diminta
oleh Allah.22 Sedang menurut Ibnu Taimiyah ”Harga ditentukan oleh kekuatan
permintaan dan penawaran”.23
19 Rachmat Syafei, 2000, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia) hlm. 87. 20 Yusuf Qardhawi, 1997, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta : Gema Insani), hlm. 257. 21 Ibid. 22 Ibid. 23 Adiwarman Karim, 2003, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: Penerbit III T Indonesia) hlm. 224.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
28 | P a g e
Dari definisi tersebut jelaslah bahwa yang menentukan harga adalah
permintaan produk dan jasa oleh para pembeli dan pemasaran produk dan jasa dari
para pengusaha atau pedagang, oleh karena jumlah pembeli adalah banyak, maka
permintaan tersebut dinamakan permintaan pasar. Adapun penawaran pasar terdiri
dari pasar monopoli, duopoli, oligopoli, dan persaingan sempurna. Apapun bentuk
penawaran pasar, tidak dilarang oleh agama Islam selama tidak berlaku zalim
terhadap para konsumen. Jadi harga harga ditentukan oleh permintaan pasar dan
penawaran pasar yang membentuk suatu titik keseimbangan. Titik keseimbangan itu
merupakan kesepakatan antara para pembeli dan para penjual yang mana para
pembeli memberikan ridha dan para penjual juga memberikan ridha. Jadi para
pembeli dan para penjual masing-masing meridhai.
Titik keseimbangan yang merupakan kesepakatan tersebut dinamakan
dengan harga. Kurva permintaan dan penawaran jika digabungkan akan membentuk
suatu titik keseimbangan yang dinamakan dengan harga keseimbangan/ kesepakatan.
Kesepakatan ini hendaknya dalam keadaan rela sama rela tanpa ada paksaan. Kalau
ada yang mengganggu keseimbangan ini, maka pemerintah atau pihak yang
berwenang harus melakukan intervensi ke pasar dengan menjunjung tinggi asas
keadilan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasar cukup banyak,
diantaranya; selera konsumen, pendapatan konsumen, harga barang substitusi
(pengganti) dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran pasar juga
cukup banyak, diantaranya: upah tenaga kerja, jasa perbankan, produksi domestik,
impor barang, perkembangan teknologi dan lain-lain.
Ibnu Taimiyah menyatakan : “Besar kecilnya kenaikan harga bergantung
pada besarnya perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi
sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah”.24
Menurut Adiwarman Karim bahwa penentuan harga dilakukan oleh
kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran.
Dalam konsep Islam, pertemuan permintaan dengan penawaran tersebut haruslah
24 Ibnu Taimiyah, 1976, Al-Hisbah (Cairo: Darul Sya’b), hlm. 24
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
29 | P a g e
terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan
transaksi pada tingkat harga tersebut.25
Jadi titik pertemuan antara permintaan dan penawaran yang membentuk
harga keseimbangan hendaknya berada dalam keadaan rela sama rela dan tanpa ada
paksaan dari salah satu pihak.
Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,
sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”26
Ibnu Taimiyah menyatakan :
Dalam konsep ekonomi Islam, cara pengendalian harga ditentukan oleh
penyebabnya. Bila penyebabnya adalah perubahan pada genuine demand dan
genuine supply, maka mekanisme pengendalian dilakukan melalui market
intervention. Sedangkan bila penyebabnya adalah distorsi terhadap genuine demand
dan genuine supply, maka mekanisme pengendalian dilakukan melalui penghilangan
distorsi termasuk penentuan price intervention untuk mengembalikan harga pada
keadaan sebelum distorsi.27
Dalam konteks ini. kaum muslimin pernah mengalami harga- harga naik di
Madinah yang disebabkan faktor yang genuine. Untuk mengatasi hal tersebut
khalifah Umar bin Khattab ra melakukan market intervention. Sejumlah besar
barang diimpor dari Mesir ke Madinah. Jadi intervensi langsung dilakukan melalui
jumlah barang yang ditawarkan. Secara grafis, naiknya harga-harga di Madinah ini
digambarkan dengan bergeraknya kurva penawaran ke kiri, sehingga harga naik.
Dengan masuknya barang-barang impor dari Mesir, kurva penawaran kembali
bergeser ke kanan, yaitu pada tingkat semula.28
Intervensi pasar telah dilakukan di zaman Rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin. Saat itu harga gandum di Madinah naik, maka pemerintah melakukan
impor gandum dari Mesir.29
25 Ir.Adiwarman Karim, Op. cit., hlm. 236 26 Al Quran ,S 4: 29. 27 Ibnu Taimiyah, Loc.cit. 28 Ir.Adiwarman Karim, Op.cit., hlm. 240. 29 Ibid.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
30 | P a g e
Selama kekuatan pasar berjalan berjalan rela sama rela tanpa ada yang
melakukan distorsi, maka Rasulullah SAW menolak untuk melakukan price
intervention.30
Menurut Ibnu Khaldun:
Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga-harga akan naik, Namun,
bila jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan, akan banyak
barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang akan melimpah, dan harga-harga
akan turun.31
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa jika barang- barang yang
tersedia di pasar-pasar sedikit, sedangkan barang-barang tersebut diperlukan oleh
banyak konsumen, maka harga akan naik. Sebaliknya bila transportasi antar kota
lancar dan cepat sehingga jarak antar kota terasa dekat, dan perjalanan dapat
dilakukan dalam keadaan aman, maka akan banyak barang impor yang masuk ke
pasar-pasar sehingga barang yang tersedia menjadi banyak dan melimpah, akibatnya
harga barang akan turun.
C. Penutup
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam metode
penetapan harga tidak dilarang oleh Islam dengan ketentuan sebagai berikut; harga
yang ditetapkan oleh pihak pengusaha/pedagang tidak menzalimi pihak pembeli,
yaitu tidak dengan mengambil keuntungan di atas normal atau tingkat kewajaran.
Tidak ada penetapan harga yang sifatnya memaksa terhadap para
pengusaha/pedagang selama mereka menetapkan harga yang wajar dengan
mengambil tingkat keuntungan yang wajar (tidak di atas normal). Harga diridai oleh
masing-masing pihak, baik pihak pembeli maupun pihak penjual. Harga merupakan
titik keseimbangan antara kekuatan permintaan dan penawaran pasar yang disepakati
secara rela sama rela oleh pembeli dan penjual. Apabila keseimbangan ini terganggu,
maka pemerintah atau pihak yang berwenang harus melakukan intervensi ke pasar
dengan menjunjung tinggi asas-asas keadilan baik terhadap pihak
pedagang/pengusaha maupun terhadap pihak konsumen.
30 Ibid, hlm. 243. 31 Ibnu Khaldun, 1967, The Muqaddimah, English Edition, Transl. Franz Rosenthal (London:
Rontledge & Kegan Paul), hlm. 338.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
31 | P a g e
Daftar Pustaka
Adiwarman Karim. 2003. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Penerbit III T Indonesia.
Basu Swastha dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:
Liberty.
Buchari Alma. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV
Alfabeta.
Fandy Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Ibnu Khaldun. 1967. The Muqaddimah. English Edition. Transl: Franz Rosenthal.
London: Rontledge & Kegan Paul.
Ibnu Taimiyah. 1976. Al-Hisbah. Cairo: Darul Sya’b.
Kotler. 2005. Manajemen Pemasaran (Edisi Kesebelas) Jilid 2. Jakarta: Gramedia.
Rachmat Syafei. 2000. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.
Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:
Salemba Empat.
Yusuf Qardhawi. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
32 | P a g e
Pengaruh Perjanjian Pembiayaan Bagi Hasil Rendah
terhadap Tingkat Kepuasan Anggota
BMT NUSYA Cabang Baureno Bojonegoro
M. Ali Nur Huda
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
BMT Nusya Baureno Bojonegoro adalah suatu badan usaha ekonomi yang berbadan
hukum koperasi, terorganisir dalam bentuk koperasi syariah, melakukan etika moral
dengan memperhatikan prinsip-prinsip ajaran agama Islam. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh perjanjian pembiayaan bagi hasil rendah terhadap
tingkat kepuasan anggota baureno bojonegoro.Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif, dan sata yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis
regresi linier sederhana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel strategi pemasaran (X)
berpengaruh tidak signifikan terhadap minat menabung anggota, koefesien
determinasi menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (perjanjian
pembiayaan) terhadap variabel dependen (kepuasan anggota) adalah sebesar 0,101,
sedangkan sisanya 89,90% (100% - 0,101) dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan
uji t bahwa nilai t sebesar 1,960 < 2,018 atau t hitung lebih kecil dari pada t tabel,
maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
Kata Kunci: Perjanjian Pembiayaan, Bagi Hasil, dan Tingkat Kepuasan.
A. Pendahuluan
Perbankan merupakan bagian penting dari sistem keuangan guna kelancaran
kegiatan perekonomian suatu negara. Bank merupakan alternatif bagi masyarakat
dalam memilih perbankan yang sesuai terhadap kapitalis dan sistem sosialis. Di
dalam memenuhi kebutuhan calon nasabah serta untuk mengembangkan dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka beberapa bank telah memperluas
daerah operasinya dengan membuka kantor-kantor cabang pembantu, sehingga bank
dapat meningkatkan pelayanannya. Berbagai upaya dilakukan perusahaan perbankan
untuk tetap bertahan hidup (survive) di masa setelah krisis yang berkepanjangan ini
dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan perusahaan-perusahaan
perbankan lainnya. Salah satu cara yang harus ditempuh perusahaan dalam hal ini
adalah dengan menentukan strategi yang tepat supaya tetap bertahan hidup di tengah
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
33 | P a g e
persaingan serta dapat meningkatkan profitabilitasnya. Namun dalam melakukan
strateginya, perusahaan akan mengalami suatu kegagalan apabila tanpa didukung
baik oleh pihak internal perusahaan itu sendiri maupun pihak luar perusahaan yang
dalam hal ini adalah para anggota yang selalu menuntut kepuasan atas kinerja dari
perusahaan perbankan.
Masyarakat sebagai pengguna jasa, kini semakin selektif dalam memilih
bank untuk menitipkan dana yang dimiliki untuk menghindari risiko kehilangan
dana akibat buruknya kinerja suatu bank dan pengambilan biaya untuk memenuhi
kebutuhannya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
nasabah/anggota diantaranya adalah: perjanjian pembiayaan, pelayanan bagi hasil
rendah dan tingkat kepuasan anggota. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi
kepuasan anggota pada suatu bank, dalam hal ini adalah Pengaruh perjanjian
pembiayaan bagi hasil rendah terhadap tingkat kepuasan anggota BMT NUSYA
Baureno Bojonegoro.
Dalam hal ini perjanjian pembiayaan yang bersifat fleksibel, terdapat batas-
batas masa tenggang memberikan kesempatan bagi nasabah/anggota dalam
melakukan pembiayaan. dengan perjanjian pinjam meminjam yang dijumpai dalam
ketentuan kitab Undang-Undang hukum perdata pasal 1754 yang berbunyi : “pinjam
meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah barang-barang tertentu dan habis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa yang belakangan ini akan mengembalikan
sejumlah yang sama dari macam keadaan yang sama pula.” Dengan tingkat
kemudahan dalam melakukan perjanjian pembiayaan maka anggota dapat merasakan
tingkat kepuasan didorong dengan pelayanan bagi hasil yang rendah.32
Hanya ada dua pilihan yaitu sukses dalam pengembangan produk sehingga
menghasilkan produk yang unggul, atau gagal dalam pencapaian tujuan bisnisnya
karena produk yang tidak mampu bersaing di pasar. Pengembangan produk juga
berkaitan dengan pelayanan bagi hasil, dimana dengan memberikan bagi hasil
rendah anggota dapat mengelola pembiayaan kebutuhan dalam kehidupan sehari-
32 Hasan A, 2010, Marketing Bank Syariah (Bogor: Ghalia Indonesia), hlm. 17.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
34 | P a g e
hari, serta pelayanan yang diberikan hal ini disebabkan karena unsur kepercayaan
menjadi faktor kunci bagi bank-bank untuk memenangkan persaingan. Bisnis
perbankan merupakan bisnis jasa yang berdasar pada azas kepercayaan yang
didukung keunggulan produk, serta pelayanan yang diberikan. Selanjutnya faktor
ketiga adalah layanan yang diberikan oleh perbankan kepada nasabahnya, dimana
semakin baik kualitas pelayanannya maka akan semakin tinggi pula nilai nasabah
terhadap perbankan tersebut. Tinggi kualitas pelayanan juga tidak lepas dari
dukungan internal perusahaan, terutama dukungan dari sumber daya manusianya.33
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada perjanjian pembiayaan dengan
pelayanan bagi hasil rendah terhadap tingkat kepuasan anggota BMT NUSYA
Baureno Bojonegoro, bahwa pelayanan yang diberikan kepada nasabah dianggap
masih kurang, seperti karyawan tidak ramah dengan nasabah, karyawan tidak
melayani dengan ramah. Hal ini akan mempengaruhi kepuasan nasabah, sehingga
dengan ketidakpuasan nasabah maka perlunya dilakukan penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah melalui perjanjian pembiayaan dengan
pelayanan bagi hasil rendah dimana bertujuan untuk mempengaruhi kepuasan
nasabah. Hal inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk memilih judul: “Pengaruh
perjanjian pembiayaan bagi hasil rendah terhadap tingkat kepuasan anggota BMT
NUSYA Baureno Bojonegoro”.
B. Tinjauan Pustaka
Perjanjian
Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
seorang lain atau di mana dua orang itu salingberjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Dari peristiwa ini,timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang
dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang
yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkain
perkataanyang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau
ditulis.34
33 Ziethaml Parasuraman dan Leonard L. Berry, 2005, “A Conceptual Model of Service Quality and Its
Implications for Future Research”, The Journal of Marketing, Vol. 49, No. 4 (Autumn, 2005), hlm.
45. 34 R. Subekti, 2013, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT Intermesa), hlm. 23.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
35 | P a g e
Berdasar pengertian yang diberikan di atas, dapat disimpulkan bahwa para
pihak atau subyek dalam perikatan ada dua, yaitu:35
1. Pihak yang berhak atas sesuatu, disebut Kreditur.
2. Pihak yang berkewajiban melaksanakan sesuatu, disebut Debitur.
Perjanjian terjadi jika terdapat suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih
saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam harta lapangan
kekayaan.36 Dari definisi di atas, secara jelas terdapat konsensus antara para pihak,
yaitu persetujuan antara pihak satu dengan pihak lainnya. Selain itu juga perjanjian
yang dilaksanakan terletak pada lapangan harta kekayaan.
Perjanjian Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah bagian dari lembaga keuangan. Pengertian
Lembaga Pembiayaan (financing institution) menurut Pasal 1 butir 2 Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan
yaitu: “Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari
masyarakat”.37
Peraturan tersebut diatas telah dirubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan
yaitu: ”Badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus
didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga
pembiayaan”.38
Suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak
tersebut, bahkan seringkali sudah tercetak dalam bentuk formulir-formulir tertentu
oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani
umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informative tertentu saja dengan
sedikit atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya, dimana pihak lain dalam
kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi ataumengubah
klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak, sehingga kontrak baku
35 Ibid. hlm 24. 36 Abdulkadir Muhammad, 2009, Hukum Perikatan (Bandung: Alumni), hlm. 16. 37 Purwahid Patrik, 2014, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian dan
Dari Undang-Undang (Bandung: CV. Mandar Maju), hlm. 121. 38 Ibid.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
36 | P a g e
sangat berat sebelah. Penggunaan perjanjian baku dalam kontrak-kontrak yang
biasanya dilakukan oleh pihak yang banyak melakukan perjanjian yang sama
terhadap pihak lain, didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlakusebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.39
Bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yaitu perjanjian baku berasal dari
terjemahan dari bahasa Inggris yaitu standart contract. Standar kontrak merupakan
perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir.
Penyusunan perjanjian baku telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak,
terutama pihak ekonomi kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk
menerima atau menolak isinya.
Bagi Hasil
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya
adalah terletak pada penerapan bunga. Dalam ekonomi Islam, bunga dinyatakan
sebagai riba yang diharamkan oleh syariat islam. Sehingga dalam ekonomi yang
berbasis syariah, bunga tidak diterapkan dan sebagai gantinya diterapkan sistem bagi
hasil yang dalam syariat Islam dihalalkan untuk dilakukan.40
Dalam aplikasinya, mekanisme penghitungan bagi hasil dapat dilakukan
dengan dua macam pendekatan, yaitu:41
1. Pendekatan profit sharing (bagi laba): Penghitungan menurut pendekatan ini
adalah hitungan bagi hasil yang berdasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu
pendapatan usaha dikurangi dengan biaya usaha untuk memperoleh pendapatan
tersebut.
2. Pendekatan revenue sharing (bagi pendapatan): Penghitungan menurut
pendekatan ini adalah perhitungan laba didasarkan pada pendapatan yang
diperoleh dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi
dengan biaya usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut.
39 Munir Fuady, 2017, Strategi Pemasaran Syariah (Jakarta: PT Gramedia), hlm. 93. 40 Mardani, 2011, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah (Jakarta: PT Grafindo Persada), hlm. 31. 41 Ibid. hlm. 35.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
37 | P a g e
Kualitas Pelayanan
Kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sehingga
definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan
konsumen.42
Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari
perbandingan kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-
harapannya. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Hal ini
dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan yaitu dapat menurunkan jumlah
pelanggan dan menyebabkan pelanggan tidak tertarik lagi menggunakan jasa
perusahaan sehingga akan menurunkan laba perusahaan.43
Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan pelanggan
yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa
manfaat antara lain, hubungan yang harmonis antara perusahaan dan konsumennya,
memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas
pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth)
yang menguntungkan bagi perusahaan.44
Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan
atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh. didefinisikan
sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau
layanan secara menyeluruh.45 Banyak kriteria atau ukuran kualitas yang bervariasi
dan cenderung terus dapat berubah sepanjang waktu, maka tidaklah mudah untuk
mendefinisikan kualitas secara tepat. Namun demikian para ahli berpendapat bahwa
kualitas secara konvensional menggambarkan karakteristik langsung dari suatu
produk seperti performance, kehandalan, mudah dalam penggunaan, dan estetika.
Kualitas pelayanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor penting
dalam keberhasilan suatu bisnis.
42 Fandy Tjiptono, 2014, Pemasaran Jasa: Prinsip, Penerapan, dan Penelitian (Yogyakarta: Penerbit
Andi), hlm. 11. 43 Philip Kotler, 2010, Manajemen Pemasaran Jilid I (Jakarta: PT Indeks), hlm. 63. 44 Fandy Tjiptono. Op. cit. hlm. 9. 45 M. J. Bitner dan V. A. Zeithaml, 2003, Service Marketing (3rd) (New Delhi: Mc.Graw Hill), hlm.
136.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
38 | P a g e
Pelayanan yang berkualitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan
menyajikan atau memenuhi apa yang dijanjikannya kepada pelanggan. Thomson, De
Souza, dan Gale (1998) menyatakan bahwa salah satu strategi sehubungan dengan
sukses dalam bisnis jasa adalah delivery of high service quality (pemberian kualitas
yang baik). Pelayanan yang berkinerja tinggi adalah pelayanan yang mampu
memuaskan kebutuhan pelanggan, atau dengan kata lain mampu melebihi harapan
dari pelanggan.46 Dengan demikian, kepuasan pelanggan merupakan evaluasi
purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui
harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi
harapan.
C. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan dengan
pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif disebut sebagai metode
positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode
ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit atau
empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.47 Metode ini disebut metode
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan
statistik.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.48 Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh anggota BMT NUSYA Baureno Bojonegoro yang
berjumlah 246 anggota.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.49 Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari
46 Ibid., hlm. 137. 47 Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta), hlm. 7. 48 Ibid., hlm. 80. 49 Ibid., hlm. 81.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
39 | P a g e
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara10-15% atau 20-
25% atau lebih.50 Dalam hal ini, karena dalam penelitian ini jumlah populasinya
lebih dari 100 atau lebih tepatnya sebesar 246 anggota, maka sampel yang diambil
adalah sebesar 15% dari keseluruhan dari populasi yang ada dengan teknik Simple
Random Sampling, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 15% dari 246
anggota = 36 anggota.
Prosedur Pengumpulan Data
Metode yang digunakan peneliti dalam teknik pengumpulan data pada
penelitian ini, sebagai berikut.
1. Metode Wawancara
Digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.
2. Metode Angket atau Kuesioner
Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Seperti
buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,
dan sebagainya.
D. Hasil dan Analisis
Analisis Korelasi
Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan
bagaimana kuatnya hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya.
50 Suharsimi Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka
Cipta), hlm. 134.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
40 | P a g e
Tabel 1. Output Uji Korelasi Produk
Moment
Correlations
X Y
X Pearson Correlation 1 .453
Sig. (2-tailed) .006
N 36 36
Y Pearson Correlation 453 1
Sig. (2-tailed) .006
N 36 36
Dari Tabel 1 menunjukkan hasil korelasi variabel X dan variabel Y, nilai
yang diperoleh sebesar 0,453, berarti terdapat hubungan yang sedang antara variabel
perjanjian pembiayaan (X) terhadap kepuasan anggota (Y). Uji signifikansi
ditunjukkan oleh tabel korelasi.
Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:
Ha = perjanjian pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan anggota.
H0 = perjanjian pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
anggota.
Keputusan:
1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig
(0,05 < sig) maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig
(0,05 > sig) maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Dari tabel correlation pada variabel perjanjian pembiayaan (X) dan variabel
kepuasan anggota (Y), terdapat nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,006, jika dibandingkan
dengan nilai probabilitasnya 0,05, ternyata nilai sig. (2-tailed) lebih kecil dari
probabilitas 0,05 (0,006 < 0,05). Maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan,
maka disimpulkan bahwa perjanjian pembiayaan mempunyai hubungan yang
signifikan terhadap kepuasan anggota.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
41 | P a g e
Koefesien Determinasi
Tabel 2. Output Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .453a .205 .182 3.17371
a. Predictors: (Constant), X
b. Dependent Variable: Y
Hasil analisis regresi diperoleh besarnya koefesien determinasi (R2) sebesar
0,205. Besarnya koefesien determinasi tersebut menunjukkan bahwa pengaruh
variabel independen (perjanjian pembiayaan) terhadap variabel dependen (kepuasan
anggota) adalah sebesar 0,205 atau 20,5%, sedangkan sisanya 79,5% (100% - 20,5%)
dipengaruhi oleh faktor lain diluar model ini.
Uji Hipotesis
Uji t untuk menguji signifikansi antara variabel independen (X) dan variabel
dependen (Y), terdapat persamaan regresi (Y = 23,342 + 0,373) yang selanjutnya
akan diuji apakah memang valid atau tidak untuk memprediksi antara variabel
tersebut.
Adapun hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:
Ha = perjanjian pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan anggota.
H0 = perjanjian pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan anggota.
Tabel 3. Output Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.342 4.454 5.241 .000
X .373 .126 .453 2.963 .006
a. Dependent Variable: Y
Keputusan:
1. Jika nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, Artinya signifikan.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
42 | P a g e
2. Jika nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, Artinya tidak
signifikan.
Ternyata nilai t sebesar 2,963 > 1,895 atau t hitung lebih besar dari pada t
tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
Pengaruh Perjanjian Pembiayaan terhadap Tingkat Kepuasan
Berdasarkan hasil penelitian, pihak BMT NUSYA Baureno Bojonegoro lebih
mengedepankan kepuasan pelanggan (kepuasanan pelayanan pada anggota). Untuk
meningkatkan kepuasan anggota, pihak manajemen BMT mengupayakan dalam
menjalankan perjanjian pembiayaan, peningkatan kepuasan anggota bisa bertambah
lantaran adanya peningkatan pada produk pasar baureno. Dalam artian semakin
banyak jumlah anggota yang melakukan perjanjian pembiayaan bagi hasil rendah,
maka tingkat kepuasan anggota di BMT Nusya Baureno semakin meningkat.
Pernyataan tersebut didapatkan penulis saat melakukan wawancara kepada manajer
BMT Nusya.
Berdasarkan hasil penelitian kemudian diadakan analisis yang merupakan
pengolahan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. Dalam analisis ini akan dibuat
semacam interprestasi dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi
yang diproses antara variabel X dan Y. Dalam pelaksanaan langkahnya adalah
melakukan perhitungan uji t, apakah terletak di daerah penerimaan H0 atau
penolakan H0. Berdasarkan uji t pada variabel perjanjian pembiayaan, t hitung =
2,963 yang lebih besar dari t tabel = 1,895 (2,963 > 1,895 ). Hal ini merupakan bukti
terjadinya penolakan H0 penerimaan Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan anggota.
Besarnya pengaruh perjanjian pembiayaan pada BMT NUSYA Baureno
Bojonegoro terhadap kepuasan anggota (R2) adalah sebesar 0,205 atau 20,5%. Hal
ini menunjukkan bahwa perjanjian pembiayaan tersebut kecil sekali pengaruhnya
terhadap kepuasan pelanggan, sedangkan sisanya sebesar 79,5% dipengaruhi oleh
faktor lain perjanjian pembiayaan dari BMT NUSYA Baureno Bojonegoro. Karena
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan anggota, perjanjian
pembiayaan memiliki peranan dalam operasional BMT NUSYA Baureno
Bojonegoro dan mempertahankan kelangsungan hidup usaha. Tingkat kepuasan
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
43 | P a g e
anggota anggota dapat meningkat apabila pihak BMT NUSYA Baureno Bojonegoro
mampu meningkatkan perjanjian pembiayaan salah satunya dalam meningkatkan
promosi penjualan dam meningkatkan kualitas pelayanan yang menjamin kepuasan
anggota.
E. Penutup
Simpulan
Dalam hal ini hasil pengolahan data menggunakan alat analisis regresi linier
sederhana mengenai perjanjian pembiayaan terhadap tingkat kepuasan di BMT
NUSYA Bojonegoro, maka dapat diambil simpulan, bahwa dalam hal perjanjian
pembiayaan di BMT NUSYA Bojonegoro lebih mengedepankan kepuasan
pelanggan (kepuasan pelayanan pada anggota) dalam melakukan perjanjian
pembiayaan bagi hasil rendah. Besarnya koefesien determinasi menunjukkan bahwa
pengaruh variabel independen (perjanjian pembiayaan) terhadap variabel dependen
(kepuasan anggota), dan hasilnya sebesar 0,205 atau 20,5%, sedangkan sisanya
79,5% (100% - 20,5%) dipengaruhi oleh faktor lain diluar model ini. Berdasarkan uji
t pada variabel, t hitung lebih besar dari t tabel, Hal ini merupakan bukti terjadinya
penolakan H0 dan penerimaan Ha. Kesimpulannya, variabel tersebut memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap minat menabung anggota.
Rekomendasi
Dalam penelitian yang peneliti lakukan tentunya mempunyai banyak
keterbatasan-keterbatasan, antara lain:
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada anggota menabung di BMT NUSYA
Bojonegoro, sehingga hasilnya tidak berlaku untuk anggota menabung di
koperasi lain.
2. Keterbatasan pengetahuan peneliti tentang perjanjian pembiayaan dan faktor-
faktor yang mempengaruhi minat menabung anggota, sehingga dalam
pembahasan tidak diuraikan secara lengkap.
3. Penelitian dilaksanakan selama penyusunan skripsi, waktu yang singkat inilah
yang dapat mempersempit ruang gerak peneliti, sehingga dapat berpengaruh
terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
44 | P a g e
ini penulis menggunakan instrumen penelitian yang dapat mempersingkat waktu
penelitian yaitu dengan menyebar angket.
Setelah melihat keterbatasan tersebut, penulis memberikan saran sebagai
kritik kontraktif yang dilihat di lapangan, adapun saran-saran yang dapat penulis
berikut antara lain:
1. Kepada pegawai BMT NUSYA diharapkan untuk lebih meningkatkan perjanjian
pembiayaan bagi hasil rendah dalam operasionalnya.
2. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain untuk
mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan seperlunya.
Daftar Pustaka
Abdulkadir Muhammad. 2009. Hukum Perikatan. Bandung: Alumni.
Fandy Tjiptono. 2014. Pemasaran Jasa: Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Hasan A. 2010. Marketing Bank Syariah. Bogor: Ghalia Indonesia.
M. J. Bitner dan V. A. Zeithaml. 2003. Service Marketing (3rd). New Delhi:
Mc.Graw Hill.
Mardani. 2011. Ayat-Ayat Dan Hadits Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Grafindo
Persada.
Munir Fuady. 2017. Strategi Pemasaran Syariah. Jakarta: PT Gramedia.
Philip Kotler. 2010. Manajemen Pemasaran Jilid I (Terjemahan). Jakarta: PT
INDEKS.
Philip Kotler. 2010. Manajemen Pemasaran Jilid II (Terjemahan). Jakarta: PT
INDEKS.
Purwahid Patrik. 2014. Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari
Perjanjian Dan Dari Undang-Undang. Bandung: CV. Mandar Maju.
R. Subekti. 2013. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermesa.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Ziethaml Parasuraman dan Leonard L. Berry. 2005. A Conceptual Model of Service
Quality and Its Implications for Future Research. The Journal of Marketing,
Vol. 49, No. 4 (Autumn, 2005).
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
45 | P a g e
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan di
Lingkungan Keluarga dan Kampus
terhadap Niat Berwirausaha
Mahasiswa Ekonomi Syariah STAI Attanwir Bojonegoro
Mifta Hulaikah
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
Abstrak
Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga dan sekolah, atau
kampus. Sehingga pendidikan merreka akan terpengaruh pada kedua lingkungan
tersebut. Mengajarkan anak berwirausaha penting karena berwirausaha dapatmenjadi
pilihan karir pasca mereka lulus di jenjang pendidikan. Mahasiswa STAI
ATTANWIR, khususnya prodi Ekonomi Syariah, memiliki latar belakang selain
sebagai mahasiswa juga mayoritas telah bekerja, sehingga jiwa wirausaha mereka
lebih dulu terbetuk dibanding mahasiswa yang belum atau tidak bekerja.
Sampel penelitian yang diambil adalah mahasiswa prodi Ekonomi Syariah pada
semester enam, yang baru saja menempuh matakuliah kewirausahaan, yaitu sejumlah
27 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan di
lingkungan keluarga memberikan pengaruh positif signifikan terhadap niat
wirausaha mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan di lingkungan kampus tidak
berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Rekomendasi yang
dapat diberikan adalah pembelajaran kewirausahaan di lingkungan kampus,
khususnya pada matakuliah yang bersangkutan, lebih mengkreatifkan strategi,
metode, dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berbasis
experiential learning.
Kata Kunci: Pendidikan Kewirausahaan Di Lingkungan Keluarga, Pendidikan
Kewirausahaan Di Lingkungan Kampus, Mahasiswa
A. Pendahuluan
Pendidikan pertama kali yang diperoleh oleh anak adalah pendidikan dari
dalam keluarga. Keluarga, khususnya orang tua, memiliki kewajiban dan tanggung
jawab pertama dan utama, berperan sebagai peletak dasar dari perkembangan
kekuatan pribadi yang berjiwa wirausaha. Namun terkadang orang tua justru kurang
mengerti bagaimana memberi pembelajaran yang baik dan efektif51. Ada beberapa
orang tua yang mendidik anak secara otoriter yang menganggap orang tua adalah
51 Soemanto, W. 2008, Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta (Jakarta: Bumi Aksara).
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
46 | P a g e
orang yang ditakuti dan berkuasa dalam keluarga sehingga anak menjadi tidak kreatif
dan kurang dinamis dalam mengembangkan ide dan kreativitasnya karena anak takut
berbuat salah di depan orang tuanya. Oleh karena itu perlu diperhatikan dalam
mendidik anak untuk mejadi kreatif terutama dalam penanaman jiwa berwirausaha.
Selain dari dalam keluarga, pendidikan anak juga dipengaruhi oleh pendidikan dalam
lingkungan sekolah atau kampus. Pendidikan secara formal ini, berperan
menyelenggarakan proses pendidikan secara resmi dengan ketentuan dan aturan yang
berlaku. Waktu terbanyak yang dihabiskan anak ada pada keluarga kemudian disusul
dalam sekolah atau kampus.
Berwirausaha adalah satu bidang pekerjaan yang dapat dijadikan pilihan bagi
seseorang ketika ia memutuskan untuk memasuki dunia kerja52 Mengajarkan tentang
berwirausaha samahalnya dengan mengajarkan tentang masa depan, tentang pilihan
karir yang bisa dijalani oleh mahasiswa pasca lulus dari dunia pendidikan formal.
Untuk memunculkan ketertarikan mahasiswa dalam berwirausaha dapat melalui
menimbulkan terlebih dahulu niat berwirausaha. Niat berwirausaha adalah ada
tidaknya keinginan seseorang untuk berwirausaha, atau untuk tujuan pembentukan
suatu usaha. Intention are assumed to capture the motivational factor that have an
impact on a behavior, they are indications of how hard people are willing to try, of
how much of an effort they are planning to exert, in order to perform the behavior53.
Diartikan bahwa niat merupakan faktor motivasi yang berdampak pada perilaku yang
mengindikasikan seberapa besar seseorang bersedia untuk mencoba untuk
melakukan sesuatu. Dengan pembelajaran kewirausahaan di lingkungan sekolah dan
keluarga diharapkan akan meningkatkan niat dalam membuka usaha sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kewirausahaan dalam lingkungan keluarga dan pendidikan kewirausahaan dalam
lingkungan kampus terhadap niat berwirausaha mahasiswa Ekonomi Syariah, STAI
ATTANWIR,khususnya pada semester enam. Mahasiswa ini dipilih untuk menjadi
sampel penelitian karena baru saja selesai menempuh pendidikan kewirausahaan
52 Awal, S. N, Muh. 2006, Kewirausahaan berbasis Spiritual (Yogyakarta: Kayon). 53 Ajzen, I, 1988, Attitudes, Personality, and Behavior (Chicago, Illinois: Dorsey Press).
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
47 | P a g e
pada semester sebelumnya. Sehingga diharapkan hasil penelitian dapat
mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
B. Kajian Pustaka
B.1 Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah hal-hal atau upaya-upaya yang berkaitan dengan
penciptaan kegiatan atau usaha atau aktivitas bisnis atas dasar kemauan sendiri atau
mendirikan usaha dengan kemauan sendiri. Kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan masalah dan upaya
memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari54
B.2 Niat Berwirausaha
Niat atau intensi adalah suatu komponen yang ada pada diri individu yang
mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Niat juga
merupakan prediktor sukses dari perilaku karena ia menjembatani antara sikap dan
perilaku55. Selain itu intensi atau niat adalah tujuan atau maksud untuk berbuat
sesuatu 56. Intensi merupakan satu perjuangan guna untuk mencapai suatu tujuan 57.
B.3 Pendidikan Kewirausahaan dalam Lingkungan Keluarga
Dalam menumbuhkan semangat berwirausaha bermula dari pendidikan dari
keluarga. Karena pendidikan dalam keluarga mempengaruhi sikap, dan mental anak.
Perlakuan yang diterima anak dari keluarga sangat mempengaruhi perkembangan
dan kemampuan mereka. Pendidikan kewirausahaan dalam keluarga dapat berupa
pembelajaran untuk berhemat, menggunakan uang untuk hal yang bermanfaat,
menghasilkan barang dengan kreatifitas sendiri, dan lain sebagainya.
B.4 Pendidikan Kewirausahaan dalam Lingkungan Kampus
Tujuan utama program kewirausahaan adalah untuk membangun
kemampuan, pengetahuan dan pembentukan karakter yang penting bagi aktivitas
54 Zimmerer & Scarborough. 1996. Entrepreneurship and the New Venture Formation. Prentice Hall
Inc: New Jersey). 55 Ajzen, I. 1988, Attitudes, Personality, and Behavior (Chicago, Illinois: Dorsey Press). 56 Kartono, K. Dan Gulo, D. 1987, Kamus Psikologi (Bandung: Pianir Jaya). 57 Chaplin, J. P. 1997, Kamus Lengkap Psychologi: Second Edition. Vol. 13 (New york: John Wiley
Sons).
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
48 | P a g e
kewirausahaan58. Pendidikan kewirausahaan di sekolah bertujuan mengembangkan
potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja hal ini didukung oleh
pendapat Tujuan pengembangan kewirausahaan di sekolah, perguruan tinggi dan
masyarakat adalah meningkatkan jumlah wirausahawan yang berkualitas, ,
mewujudkan Kemampuan dan memantapkan para wirausaha untuk menghasilkan
kemampuan dan kesejahteraan masyarakat.
C. Analisis dan Hasil
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ekonomi Syariah STAI
ATTANWIR pada semester enam, yang berjumlah 32. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan
kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa
yang aktif mengikuti perkuliahan kewirausahaan, yaitu sejumlah 27 orang.
Pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner yang diadaptasi dan diuji
validitas dan reliabilitas sebelum digunakan.
Hasil regesi yang diperoleh manyatakan bahwa pendidikan di lingkungan
keluarga berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai sig yang diperoleh untuk variabel X1 adalah sebesar 0,022. Nilai ini masih lebih
kecil dibanding 0,05. Kedua, variabel X2, yaitu pendidikan wirausaha dilingkungan
kampus dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat berwirausaha
mahasiswa. Nilai sig yang dihasilkan adalah sejumlah 0,109 yang terbukti nilai ini
lebih besar daripada 0,05. Berikut tabel hasil uji regresi untuk kedua variabel terebut
Tabel 1 Hasil Uji Regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 23.426 5.432 4.313 .000
58 O. C Hansenmark, 1998, “The Effect Of An Entrepreneurship Program On Need For Achievment
And Locus Of Control Of Reinforcement”, International Journal of Entrepreneurship Behavior and
Research, 4 (1), hlm. 28-50.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
49 | P a g e
X1 .362 .148 .425 2.454 .022
X2 .219 .132 .288 1.664 .109
a. Dependent Variable: Y
Tidak signifikannya pengaruh variabel pendidikan wirausaha dilingkungan
kampus karena strategi pembelajaran pendidikan kewirausahaan masih bersifat
konvensional, yaitu berpusat pada dosen, menggunakan metode pembelajaran
ceramah, dan kurang menekankan pada pembelajaran lapangan atau praktik. Hal
penting dalam penerapan pengajaran kewirausahaan lebih berkaitan tentang metoda
yang berdasar pada praktek (field-based) (seperti melalui pelatihan ketrampilan dan
keahlian) dan sedikit dukungan metoda pengajaran kelas (classroom-based) (seperti
metode permainan peran dan simulasi)59. Pembelajaran kewirausahaan
membutuhkan model pembelajaran bersifat student centered, proses pembelajaran
yang lebih menekankan pada kemampuan penalaran, memberikan pengalaman
langsung pada mahasiswa yaitu experiential learning (Dumiyati: 2015: 89).60
D. Penutup
Kesimpulan yang dapatdihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa
pendidikan kewirausahaan di lingkungan keluarga berpengaruh positif signifikan
terhadap niat berwirausaha mahasiswa Ekonomi Syariah, STAI ATTANWIR.
Kedua, pendidikan kewirauahaan di lingkungan kampus tidak berpengaruh signifikan
terhadap niat berwirausaha mahasiswa Ekonomi Syariah, STAI ATTANWIR. Saran
yang diberkan adalah keluarga hendaknya meningkatkan pendidikan kewirausahaan
bagi anak sengan berbagai macam cara dan pendekatan. Lingkungan pendidikan,
kampus, lebih memperbaiki strategi, metode dan pendekatan pembelajaran
kewirausahaan agar dapat meningkatkan niat mahasiswa dalam berwirausaha. Untuk
59 L.O Hamer, 2000, “The Additive Effects of Semistructured Classroom Activities on Student
Learning: An Application of Classroom-Based Experiential Learning Techniques”, Journal
of Marketing Education, Vol. 221, hlm. 25-34. 60 Dumiyati, 2015, “Pendekatan Experiential Learning Dalam Perkuliahan Kewirausahaan
Diperguruan Tinggi untuk Menghadapi Asean Economic Community (Suatu Kajian
Teoretis)”, Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
50 | P a g e
peneliti selanjutnya hendaknya memperbanyak sampel penelitian agar dapat
menghasilkan kesimpulan yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Dumiyati. 2015. Pendekatan Experiential Learning Dalam Perkuliahan
Kewirausahaan Diperguruan Tinggi Untuk Menghadapi Asean Economic
Community (Suatu Kajian Teoretis). Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015
I Ajzen. 1988. Attitudes, Personality, and Behavior. Chicago, Illinois: Dorsey Press
J. P. Chaplin. 1997. Kamus Lengkap Psychologi: Second Edition. Vol. 13. New york:
John Wiley Sons.
K. Kartono dan Gulo, D. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pianir Jaya.
L.O. Hamer. 2000, The Additive Effects of Semistructured Classroom Activities on
Student Learning: An Application of Classroom-Based Experiential Learning
Techniques. Journal of Marketing Education, Vol. 221.
O. C. Hansenmark. 1998. The Effect Of An Entrepreneurship Program On Need For
Achievment And Locus Of Control Of Reinforcement. International Journal of
Entrepreneurship Behavior and Research, 4(1).
S. N Awal Muh. 2006. Kewirausahaan berbasis Spiritual. Yogyakarta: Kayon.
W Soemanto. 2008. Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta. Jakarta:
Bumi Aksara.
Zimmerer & Scarborough. 1996. Entrepreneurship and the New Venture Formation.
Prentice Hall Inc: New Jersey.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
51 | P a g e
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah
pada Pembiayaan Sektor Perdagangan
di KJKS BMT NUSYA Baureno
Mundhori
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
Abstrak
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah pada pembiayaan sektor
perdagangan di KJKS BMT NUSYA Baureno. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah pembiayan pada
sektor perdagangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif,
adapun data yang diperoleh dari data primer dan skunder. Data primer diperoleh
melalui kuisioner dan wawancara baik dari karyawan ataupun nasabah yang
mengajukan pembiayaan sektor perdagangan di KJKS BMT NUSYA Baureno.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari literature, internet dan data kepustakaan
lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis regresi
berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 for windows.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yang tidak mempunyai
pengaruh terhadap independennya, karena setelah dianalisis nilainya menunjukkan
angka negatif. Dari hasil analisis koefisien determinasi menunjukkan nilai 72,0%,
maka variabel independen mempunyai pengaruh sebesar 72,0% terhadap variael
dependen.
Kata Kunci: Pelayanan, Biaya Administrasi, Bagi Hasil, Kepuasan Nasabah.
A. Pendahuluan
Dari saat ini keuangan yang terutama dari lembaga keuangan syari’ah yang
telah diamati oleh masyarakat dapat beranggapan dengan lembaga keuangan yang
lebih nyaman, karena telah menggunakan prinsip bagi hasil dan akad-akad yang
sesuai dengan syari’at Islam. Masyarakat semakin percaya dengan adanya keuangan
syari’ah merekapun ingin mengetahui kualitas dari lembaga keuangan yang telah
menjadi faktor yang telah ditentukan oleh keberhasilan sebuah usaha dalam bisnis
perbankan dan lembaga keuangan syari’ah, tetapi juga mencangkup semua bidang
usahanya. Kepuasan setiap nasabah terdapat untung dan rugi dalam sebuah
pemasaran dapat juga meneliti dari setiap nasabah.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
52 | P a g e
Perusahaan selalu menerapkan pengamatan tingkat kepuasan dalam
menetapkan sasaran yang telah meningkat, seperti di KJKS BMT NUSYA Kec.
Baureno Kab. Bojonegoro tambah mencapai tingkat kepuasan nasabah, maka arah di
KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro sudah benar. Tetapi jika
keuntungannya itu dapat meningkatkan kepuasan nasabah, maka arahnya salah.
Keuntungan perusahaan dapat diimbangi dengan meningkatnya kepuasan dari suatu
perusahaan juga dapat dilihat dari keuntungan di masa yang akan datang.
Faktor penentu adanya tingkat keberhasilan pada suatu perusahaan dapat
member pelayanan pada nasabah yang telah mencapai pangsa pasar yang lebih tinggi
dan dapat meningkatkan laba dari perusahaan, sangat ditentukan terhadap nasabah,
maka arah di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro sudah benar.
Tetapi jika keuntungannya itu dapat meningkatkan kepuasan nasabah, maka arahnya
salah. Keuntungan perusahaan bisa diimbangi dengan meningkatnya kepuasan dari
suatu perusahaan juga dapat dilihat dari keuntungan dimasa yang akan datang.
Faktor penentu adanya tingkat keberhasilan pada suatu perusahaan dapat
memberi pelayanan kepada nasabah yang telah mecapai pangsa pasar yang lebih
tinggi dan dapat meningkatkan laba pada perusahaan, sangat ditentukan oleh
pendekatan masyarakat dengan adanya konsekuensi atas suatu produk islam dan jasa
yang memiliki oleh perusahaan sehingga dapat mempertahankan strategi agar dapat
mencapai pangsa pasar yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan laba pada
perusahaan, sangat ditentukan oleh pendekatan masyarakat dengan adanya
konsekuensi atas suatu produk Islam dan jasa yang dimiliki oleh perusahaan
sehingga dapat mempertahankan strategi agar dapat mencapai kesuksesan dalam
menghadapi persaingan pasar.
Nilai standard pada pelanggan adalah selisih antara jumlah nilai bagi nasabah
dan jumlah nilai nasabah yaitu sekelompok keuntungan yang diharapkan oleh
nasabah dari barang dan jasa pada perusahaan. dan terdapat tiga macam nilai yang
diberikan kepada nasabah, yaitu :
Kepercayaan (Reability), Ketahanan (Durability), Kinerja (Performace).
Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja /
kepuasan hasil yang mereka rasakan dibanding dengan harapannya. Dari tahun
ketahun tingkat kepuasan nasabah di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
53 | P a g e
Bojonegoro sering mengalami pasang surut, maka dari itu di KJKS BMT NUSYA
Kec. Baureno Kab. Bojonegoro dapat meningkatkan kualitas layanannya yang lebih
mendalam, sehingga nilai dalam produk-produk Islam ini terdapat kepuasan nasabah
agar dapat lebih meningkat dan percaya, agar nasabah merasa puas dengan tabungan,
produk dan jasa bagi masyarakat dan dapat juga mempromosikan secara langsung
agar di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro perlu meyakinkan
nasabahnya agar tetap percaya dengan adanya koprasi tersebut.
Permasalahannya adalah bagaimana cara mempertimbangkan, mengevaluasi
dan merumuskan kebijakan - kebijakan dalam memberikan jasa pelayanan yang baik,
dapat menetapkan administrasi yang mudah, dan dapat menetapkan bagi hasil
(nisbah) yang adil, pengawasan pengelolahan dana pembiayaan, serta memberikan
kualitas yang oprasional sehingga kebijakan tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan
yang diharapkan oleh nasabah.
Penelitian ini penting, karena dengan menggunakan penelitian maka dapat
mengetahui bahwa kebutuhan dan keinginan nasabah. Lembaga keuangan dapat
menawarkan hal - hal yang berbeda dengan pesaingnya. Dengan melihat hubungan
antara fenomena tersebut, maka peneliti mengangkat judul
"Faktor - Faktor Yang Mempengarui Kepuasan Nasabah Pada Pembiayaan
Sektor Perdagangan KJKS Nusya Kec. Baureno Kab. Bojonegoro Priode Tahun
2013 - 2014".
B. Kajian Pustaka
B.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan merupakan tingkat perasaan di mana seorang menyatakan hasil
perbandingan antara hasil kerja produk atau jasa yang diterima dengan apa yang
diharapkan. Enggel (1994), kepuasan pelanggan yang merupakan evaluasi purnabeli
di mana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil yang sama
atau telah melampui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuaskan timbul apabila
hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.61
61 Philip Kottler, 1997, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol,
Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan (Jakarta: Prenhallindo), hlm.
26.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
54 | P a g e
Kepuasan nasabah salah satu tujuan utama perusahaan khususnya perusahaan
jasa dalam hal ini adalah bank adalah menciptakan kepuasan pelanggan. Kepuasan
pelanggan sebagai hasi penelitian pelanggan terhadap apa yang diharapkan dengan
membeli dan mengkonsumsi suatu produk/jasa. Kemudian harapan tersebut
dibandingkan dengan kinerja yang diterimanya dengan mengkonsumsi produk/jasa
tersebut. Apakah keinginan yang diterimanya lebih besar (nominal sama) dari pada
harapannya, maka pelanggan merasa puas, sebaliknya kinerja yang diberikan dari
pemakaian produk/jasa tersebut lebih kecil dari pada apa yang diharapkan maka
pelanggan akan merasa tidak puas.
Ada tiga jenis kepuasan pelanggan yaitu:
a. Puas dengan produk/jasa bank yaitu karena kualitasnya tinggi serta
jangkauannya lebih luas
b. Puas dengan cara menjualnya
c. Ramah, sopan dan akrab
d. Murah senyum, menyenangkan, tanggap, cepat dan cermat
Nabi Muhammad SAW pernah menyinggung bahwa masalah kepuasan
manusia dengan hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Hadis tersebut
menunjukkan bahwa orang yang memiliki kekayaan yang berupa harga berharga,
berharap ingin memiliki harga berharga lainnya yang lebih banyak dan jauh lebih
banyak lagi. Sifat manusia yang cenderung tidak pernah merasa puas atas apa
yang diperoleh, sehingga tidak ada yang disebut dengan kepuasan mutlak yang
pasti abadi.
B. 2. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut Philip Kotler dalam Enggel, ada beberapa cara mengukur
kepuasan, yaitu:
a. Sistim keluhan dan saran
Perusahaan telah meminta keluhan dan saran dari pelanggan yang telah
membuka kotak saran baik melalui surat, telephon bebas pulsa, costumer hot
line, kartu komentar, kotak saran maupun berbagai sarana keluhan lainnya.
b. Survey kepuasan pelanggan
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
55 | P a g e
Perusahaan telah melakukan survey untuk mendeteksi komentar pelanggan,
diharapkan dari survey ini telah didapatkan umpan balik yang positif dari
konsumen.
c. Pembeli bayangan (ghost shopping)
Perusahaan telah menempatkan orang tertentu baik orang lain maupun dari
level menejemen itu sendiri sebagai pembeli keperusahaan lain atau
keperusahaan sendiri. Pembeli bayangan ini akan memberikan laporan
keunggulan dan kelemahan petugas pelayan yang telah melayaninya.
d. Analisa pelanggan yang lari (lost customer analysis)
Pelanggan yang hilang akan dihubungi, kemudian diminta alasan untuk
mengungkapkan mengapa mereka berhenti, pindah keperusahaan lain, adakah
sesuatu masalah yang terjadi yang tidak biasa diatasi atau terlambat diatasi.
B.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Pembiayaan
Sektor Perdagangan
Kepuasan nasabah pembiayaan Syariah sektor perdagangan dipengaruhi
oleh berbagai faktor, dalam penelitian ini faktor yang menjadi variabel penelitian
adalah pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil, dan Prinsip Islam.
a. Pelayanan
Menurut Endar Sugiarto (1999), penarikan nasabah baru melalui
pelayanan yang memuaskan lebih mudah daripada mempertahankan
pelayanan yang memuaskan terhadap nasabah lama.62
Menurut Djasmin Saladin (1996) pelayanan adalah tindakan langsung yang
diberikan perusahaan kepada konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen demi terciptanya kepuasan dan loyalitas konsumen.63
Kepuasan berarti nasabah akan merasa sangat puas apabila komponen
kepuasan tersebut bisa terpenuhi secara lengkap. Itu artinya, jika pelayanan telah
terpenuhi secara lengkap, maka nasabah pun akan merasa sangat puas. Berikut
ini pelayanan yang lengkap dalam memenuhi kepuasan nasabah.
62 Endar Sugiarto, 1999, Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama), hlm. 65. 63 Djasmin Saladin, 1996, Unsur-Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Ringkasan
Praktis Teori dan Di sertai Tanya Jawab (Bandung: Mandar Maju), hlm. 51.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
56 | P a g e
1) Tangibles (bukti fisik)
Merupakan bukti fisik yang harus dimiliki oleh karyawan bank, seperti
gedung, perlengkapan kantor, daya tarik karyawan, sarana komunikasi, dan
sarana fisik lainnya. Bukti fisik ini akan terlihat secara langsung oleh
nasabah. Oleh karena itu, bukti fisik ini harus menarik dan modern. Dalam
operasionalnya, BMT NUSYA kec. Baureno kab. Bojonegoro menyediakan
akses yang mudah dijangkau yaitu dengan pelayanan keliling (yaitu
karyawan mendatangi ke tempat nasabah) Karyawan juga berpenampilan
rapi dan komunikasi karyawan mudah dipahami oleh nasabah pembiayaan
sektor perdagangan.
2) Responsivitas (daya tanggap)
Yaitu adanya keinginan dan kemauan karyawan bank dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu pihak manajemen bank perlu
memberikan motivasi yang besar agar seluruh karyawan bank mendukung
kegiatan pelayanan kepada nasabah tanpa pandang bulu. Karyawan BMT
NUSYA kec. Baureno kab. Bojonegoro tanggap dalam melayani nasabah
dan memberikan pelayanan tanpa membedakan status sosial nasabah.
3) Assurance (jaminan)
Adanya jaminan bahwa karyawan memiliki pengetahuan, kompetensi,
kesopanan, dan sifat atau perilaku yang dapat dipercaya. Hal itu penting agar
nasabah yakin akan transaksi yang mereka lakukan benar dan tepat sasaran.
4) Reliabilitas (kehandalan)
Yaitu kemampuan bank dalam memberikan pelayanan yang telah dijanjikan
dengan cepat, akurat, serta memuaskan pelanggannya. Untuk mendukung
tujuan tersebut, sebaiknya setiap karyawan diberikan pelatihan untuk
meningkatkan kemampuannya.
5) Emphaty (empati)
Yaitu mampu memberikan kemudahan serta menjalin hubungan dengan
nasabah secara efektif. Kemudian juga mampu memahami kebutuhan
individu setiap nasabahnya secara cepat dan tepat. Dalam hal ini masalah
prosedur kerja dihubungkan dengan tingkat pelayanan kepada nasabah.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
57 | P a g e
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Parasuraman dalam bahwa ada 5 hal
yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, yaitu
tangibles (bukti langsung), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap),
assurance (jaminan), dan empathy (empati).
Pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan yang sesuai dengan yang
diharapkan yang meliputi reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap),
assurance ( jaminan), empathy (empati) dan tangible (bukti langsung).64
b. Biaya Administrasi
Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk
memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang atau
mempunyai manfaat yang meneliti satu periode akuntansi tahunan.
Biaya adalah sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk
mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam jumlah uang
yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.
Administrasi pembiayaan meliputi kegiatan berupa pengumpulan
informasi, penyajian data-data, pencatatan, penguasaan dokumen yang ada
kaitannya dengan proses kegiatan pembiayaan oleh unit-unit kerja terkait dalam
penyelenggaraan pengelolaan portfolio pembiayaan yang sehat. Biaya
administrasi adalah biaya atau upah yang diberikan kepada karyawan BMT
NUSYA atas jasanya dalam pengumpulan informasi, penyajian data-data,
pencatatan, dan penguasaan dokumen yang ada kaitannya dengan proses
kegiatan pembiayaan.
Biaya termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan
nasabah. Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk
atau jasa, yaitu biaya administrasi. Pelanggan akan semakin puas, apabila
biaya yang dikenakan relatif murah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan
produk atau pelayanan.
Biaya administrasi juga termasuk dalam harga dan harga dapat
mempengaruhi kepuasan nasabah, oleh karena itu dalam penentuannya harus
dipertimbangkan dengan baik. Biaya administrasi dikenakan untuk jasa-jasa
64 Handi Irawan, 2009, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo),
hlm. 38.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
58 | P a g e
yang memerlukan administrasi khusus. Pembebanan biaya administrasi biasanya
dikenakan untuk pengelolaan sesuatu fasilitas tertentu. Contoh biaya administrasi
seperti biaya administrasi pembiayaan dan administrasi lainnya.
Dalam operasionalnya di KJKS BMT NUSYA, biaya administrasi yang
dikenakan sebesar 2% untuk berapapun jumlah pembiayaan yang diambil dan
dibayar dimuka.
Contohnya, untuk pembiayaan Rp 5.000.000 x 2% = Rp 100.000 atau
untuk pembiayaan Rp 10.000.000 x 2% = Rp 200.000.
Biaya administrasi atau upah ini halal menurut agama Islam, hal itu
didasari oleh hadis Nabi mengenai upah. Menyegerakan pembayaran upah, dalam
hal ini adalah biaya administrasi adalah diperbolehkan. Karena pada dasarnya
pembayaran biaya ini memberikan semangat tolong menolong antar sesama, hal
itu memang sudah menjadi hak para karyawan atas waktu, pikiran dan
tenaganya dalam mengelola prosedur administrasi.
c. Bagi Hasil
Komponen harga sangat penting, karena dinilai mampu memberikan
kepuasan relatif besar. Harga yang murah akan memberikan kepuasan bagi
pelanggan yang sensitif terhadap harga, karena akan mendapat value for money
yang tinggi.
Harga juga mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi kepuasan.
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga
sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Salah dalam
menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan. Bagi
perbankan konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi,
biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lain-lain.
Sedangkan harga bagi bank yang berdasarkan prinsip Syariah adalah bagi hasil.
Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit
sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.
Keuntungan/laba yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara
shohibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang
berkaitan dengan bisnisal mudharabah dapat dimasukkan dalam biaya operasional.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
59 | P a g e
Keuntungan bersih harus dibagi antara shohibul maal dengan mudharib sesuai
kesepakatan sebelumnya.
Al-mudhārabah dalam penelitian ini adalah jenis mudharabah
muqayyadah, yaitu kerja sama antara pihak pertama (BMT NUSYA) dan pihak
pengelola (pedagang) yang cakupannya dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan
daerah bisnis. Namun dalam operasionalnya di KJKS BMT NUSYA, pembiayaan
untuk sektor perdagangan merupakan Pembiayaan mudharabah saja tidak ada
spesifikasi muqoyyadah atau mutlaqoh.
Mengutip dari Ahmad Asy-Syarbasyi bahwa mudhārabah adalah akad
kerja sama antara dua pihak di mana pihak pertama menyediakan seluruh
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi
menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi
ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian
pengelola. Seandainya kerugian tersebut diakibatkan oleh kerugian pengelola
maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pengelola.
Dalam operasional di KJKS BMT NUSYA, para pedagang disediakan dana
sebesar yang diperlukan, seperti untuk biaya pengadaan barang dagangan.
Setelah melewati prosedur administrasi, seperti ditentukan nisbah bagi hasilnya,
akumulasi keuntungan, jangka waktu pengembalian, maka dana pembiayaan
tersebut dapat dikelola oleh pedagang. Seandainya terjadi kerugian yang
diakibatkan oleh pedagang, maka kerugian tersebut ditanggung oleh pedagang.
Namun berbeda ketika terjadi kerugian yang murni karena bencana alam atau
tidak di sengaja, dalam hal ini yang sering terjadi adalah banjir atau kebakaran,
maka kerugian ditanggung oleh pihak BMT dan untuk pokok pinjamannya
dikembalikan dengan perpanjangan waktu lagi.
Antara kedua pihak diadakan akad al-mudhārabah yang menyatakan
pembagian laba bersih masing-masing pihak. Demikian pula dalam
operasionalnya, KJKS BMT NUSYA juga selalu menjelaskan perhitungan nisbah
bagi hasil yang telah disepakati bersama. Penjelasan mengenai bagi hasil
bersamaan dengan pengajuan pembiayaan di awal. Akumulasi keuntungan dari
pedagang merupakan keuntungan bersih yang sudah dikurangi oleh biaya-biaya.
Seorang pedagang muslim yang baik, dalam transaksi perhitungan bagi hasil
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
60 | P a g e
hendaklah menggunakan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, transparansi, etika,
dan moralitas menjadi napas dalam setiap bentuk transaksi bisnisnya. Allah pun
telah menyuruh manusia agar berbuat adil sebagaimana dalam surat an-Nahl ayat
90.
Para ahli ekonomi Muslim menekankan bahwa ada kekuatan built-in dalam
sistem ekonomi Islam dalam menjamin stabilitas. Nejatullah Siddiqi dalam
Muhammad, menganalisis perilaku bagi hasil terhadap kondisi stabilitas ekonomi,
bahwa: “...the introduction of ratios of profit-sharing to replace rate of interest will
not destabilize the economy and that the change in the enterpreneural profit
will get communicated back all along the line”
Pernyataan tersebut menetapkan bahwa sistem ekonomi berdasarkan bagi
hasil akan juga menjamin alokasi sumber ekonomi yang lebih baik dan terjadinya
distribusi pendapatan yang lebih sesuai. Hal itu disebabkan karena dalam
penetapan nisbah bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh
pengelola.
Dalam penelitian ini berbuat dzālim itu seperti pihak pemilik dana
mengambil riba dan pihak peminjam berbohong mengenai hasil keuntungan.
Namun Allah memberikan iman dan takwa dalam diri setiap manusia agar
manusia kembali pada jalan yang benar ketika mereka lalai. Dan Allah Maha
Pengampun bagi hambaNya yang bertaubat.
Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
penyusun, nisbah yang diterapkan oleh KJKS BMT NUSYA adalah sesuai
dengan kondisi lingkungan pedagang. Faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah
antara lain adalah:
1) Kondisi perekonomian anggota.
Jika nasabah hanya bermata pencaharian utama sebagai pedagang dan tidak
mendapat pendapatan dari sumber lain, maka BMT menawarkan nisbah bagi
hasilnya sebesar 80:20 yaitu 80 untuk pedagang dan 20 untuk BMT. Begitu juga
ketika pedagang yang mendapatkan pendapatan dari sumber lain, seperti sebagai
guru atau memiliki pekerjaan lain, maka nisbah bagi hasilnya bisa meningkat,
seperti 70:30 atau 60:40.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
61 | P a g e
2) Jenis usaha yang akan dilaksanakan, dalam penelitian ini perdagangan .
Perdagangan merupakan pembiayaan yang jangka waktu pengembaliannya
berbeda dengan yang lain, yaitu sebagian besar mingguan ataupun bulanan.
Dalam operasionalnya di BMT NUSYA, perhitungan keuntungan adalah hasil
akumulasi oleh pedagang dengan pengalaman mengelolaan dagang di masa lalu.
Simulasi pembiayaan sektor perdagangan yang ada di KJKS BMT
NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro adalah sebagai berikut:
TABEL 2.1
SIMULASI PEMBIAYAAN DI BMT NUSYA
Perhitungan nisbah bagi hasil diperoleh dari jumlah pembiayaan yang
diambil, contohnya keuntungan diperkirakan Rp 3.000.000 dan kesepakatan
bersama atas keuntungan tersebut adalah 70:30 (pedagang:BMT) sehingga
keuntungan yang harus dibagi hasilkan kepada BMTsebesar Rp 3.000.000 x 30%
=sebesar Rp900.000 setelah panen. Jika jangka waktunya per bulan, maka
perhitungannya sebagai berikut:
TABEL 2.2
SIMULASI ANGSURAN PEMBIAYAAN DI BMT NUSYA
RINCIAN ANGSURAN PEMBIAYAANSEKTOR
PERDAGANGAN
Bulan AngsuranPokok Angsuran
Bagi Hasil
Total
Angsuran
- Pembiayaan 10.000.000
1 2.000.000 8.000.000 180.000 2.180.000
2 2.000.000 6.000.000 180.000 2.180.000
3 2.000.000 4.000.000 180.000 2.180.000
Output Data
Jumlah Pembiayaan yang
diambil
Rp10.000.000
Biaya Administrasi 2% Rp 200.000
Jangka Waktu Pembiayaan 5 Bulan
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
62 | P a g e
4 2.000.000 2.000.000 180.000 2.180.000
5 2.000.000 0 180.000 2.180.000
10.000.000 10.900.000
Seorang Muslim akan menerima keuntungan yang diperoleh didasari dari
dua perspektif. Pertama, perspektif waktu sekarang, yaitu masih hidup. Kedua,
perspektif waktu setelah mati, yaitu periode setelah meninggal atau kehidupan
alam kubur sampai dengan waktu saat manusia akan dihitung amal baik dan
buruknya selama hidup di dunia (dihisab). Adanya perspektif waktu setelah mati
membuat nasabah pembiayaan Muslim dapat menjelaskan mengapa seorang
nasabah pembiayaan Syariah bahkan bisa menerima keuntungan yang nilainya
kecil sepanjang itu halal.
d. Prinsip Islam
Masyarakat yang memiliki Prinsip Islam, yaitu masyarakat berusaha
melakukan kegiatan/tindakan yang tidak bertentangan dengan agama dan sesuai
dengan perintah agama. Umumnya masyarakat ada dalam lingkungan agama yang
mendukung, sehingga mereka memiliki pemahaman terhadap prinsip-prinsip agama
Islam dengan baik. Oleh karena itu, mereka memiliki informa dan pengetahuan
tentang perbankan Syariah. Hal itu menunjukkan bahwa nasabah dalam
mengambil pembiayaan di lembaga keuangan Syariah ingin mencapai tingkat
kepuasan, yaitu kepuasan duniawi dan ukhrawi (akhirat). Hal itu dikarenakan
jika tidak bisa meninggalkan sepenuhnya, maka setidaknya menghindari riba.
Masyarakat yang memiliki Prinsip Islam, yaitu mereka yang menyamakan
bunga bank adalah riba yang diharamkan, dan juga beranggapan bahwa dalam
kegiatan operasional konvensional terdapat kegiatan usaha yang tidak sejalan
dengan nilai-nilai dasar keuangan Syariah, seperti penyaluran dana kepada
kegiatan usaha dan jasa non haram, adanya kecenderungan kegiatan spekulatif
(maysir), pembagian keuntungan secara tidak adil (gharar). Sehingga mereka
mencari dan menggunakan produk dari lembaga yang menghindari riba, meskipun
tidak sepenuhnya bebas riba.
Allah telah jelas melarang riba, seperti dalam surat al-Baqarah ayat 275:
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
63 | P a g e
“Menerangkan dengan jelas bahwa orang-orang yang memakan riba tidak
akan dapat berdiri kecuali seperti kerasukan syaitan, tetapi kebanyakan manusia
malah suka memakan riba”.
B.2. Pengertian Pembiayaan
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syari’ah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
Menurut Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, “pembiayaan adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan atau lembaga keuangan lainnya
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil”.
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit
unit. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, tidak terdapat perbedaan definisi
yang signifikan antara kredit dengan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah.
Kredit didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah didefinisikan sebagai
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
64 | P a g e
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan bagi hasil.
Kedua definisi tersebut hanya dibedakan pada kredit diganti dengan kata
pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah, kata pinjam-meminjam dihilangkan untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut, dan akhirnya kata bunga diganti dengan
imbalan atau bagi hasil.
Istilah pembiayaan sebenarnya sudah identik dengan pinjaman berbasis syariah
untuk membedakan dengan konvensional yang menggunakan istilah kredit, dan
kedua istilah tersebut memiliki filosofi makna yang berbeda. Pembiayaan
berorientasi pada pinjaman untuk pembelian barang dan usaha sedangkan kredit
adalah pinjaman uang. Penekanan pembiayaan adalah pada kebutuhan barang dan
usaha sehingga berkembangnya uang karena hasil usaha atau jual beli barang (sektor
riil). Berbeda dengan kredit yang menekankan pada uang sehingga pertambahannya
uang karena uang itu sendiri.
1. Penerapan Pembiayaan Syariah
a. Pembiayaan musyarakah dapat diterapkan untuk usaha-usaha mikro/ sektor
informal seperti syirkah barang dagangan garmen, odal kerja bagi pedagang kaki
lima, kios, warung penjual makanan dan minuman. Musyarakah dapat
diterapkan untuk usaha yang berkelanjutan atau usaha yang bersifat proyek yaitu
sekali jadi dan selesai.
b. Pembiayaan murabahah sebenarnya untuk pembiayaan modal kerja karena aset
murabahah adalah aset yang dijual kembali. Aset yang dijual kembali artinya
persediaan barang dagang. Namun demikian, untuk pembiayaan mikro,
murabahah dapat diterapkan untuk pembiayaan modal seperti alat produksi,
peralatan usaha, tempat usaha yang tidak peramanen misalnya grobak untuk
PKL.65
2. Fungsi Pembiayaan
Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat merupakan
individu, dan lain-lain yang membutuhkan dana.
Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain:
65 Mohammad Nizarul Alim, 2009, Pembiayaan Syari’ah untuk Usaha Mikro (Surabaya: PT. Bina
Ilmu Offset), hlm. 27.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
65 | P a g e
a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar- menukar barang dan jasa.
b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.
c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.
d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang
ada.
3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan
dapat dibagi menjadi dua hal berikut.
a) Pembiayaan Produktif
Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam
arti luas yaitu untuk peningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagaangaan
maupun investasi.
b) Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang
akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syari’ah, pembiayaan
konsumtif dapat dibagi menjadi lima (5) bagian yaitu:
1) Pembiayaan Konsumen Akad Murabahah
2) Pembiayaan Konsumen Akad IMBT
3) Pembiayaan Konsumen Akad Ijarah
4) Pembiayaan Konsumen Akad Istishna’
5) Pembiayaan Konsumen Akad Qard + Ijarah .
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
berikut:
a. Pembiayaan Modal Kerja
Yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik
secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu
peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; (b) untuk keperluan
perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.
Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syari’ah, jenis
Pembiayaan Modal Kerja (PMK) dapat dibagi menjadi 5 macam yakni;
a) PMK Mudharabah
b) PMK Istisna’
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
66 | P a g e
c) PMK Salam
d) PMK Murabahah
e) PMK Ijarah
b. Pembiayaan Investasi
Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta
fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.66 (Antonio, 2001: 160-161).
a. Jenis kualitas Pembiayaan
Adapun kualitas pembiayaan (kredit) bank pada hakikatnya di dasarkan
atas risiko kemungkinan. Menurut bank terhdap kondisi dan kepatuhan nasabah
kredit dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar kepada
bank. Adapun penggolongan dari kualitas kredit pada nasabah adalah
a. Pembiayaan lancar (pass)
Kredit yang digolongkan lancar, apabila memenuhi kriteria
1. Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat waktu
2. Memiliki mutasi rekening yang aktif
3. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)
b. Perhatian khusus (special mention)
Kredit yang digolongkan kedalam kredit dalam perhatian khusus adalah :
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang belum melampaui 90
hari
2. Kadang-kadang terjadi cerukan
3. Mutasi rekening relative aktif
4. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
5. Di dukung oleh pinjaman baru
c. Kurang lancar (substandard)
Kredit yang digolongkan kedalam kredit kurang lancar apabila
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90
hari
2. Sering terjadi cekungan
3. Frekuensi mutasi rekening relative rendah
66 Muhammad Antonio Syafi’i, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani
Press), hlm. 160-161.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
67 | P a g e
4. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari
5. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
6. Dokumentasi pinjaman yang lemah
d. Diragukan (Doubtful)
Kredit yang digolongkan ke dalam pembiayaan yang diragukan apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180
hari
2. Terjadi cerukan yang bersifat permanen
3. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
4. Terjadi kapitalisasi bunga
5. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan
maupun pengikatan jaminan
e. Macet (Loss)
Kredit yang digolongkan ke dalam kredit macet apabila
1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 270
hari
2. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
3. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada
nilai wajar
f. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan seperti bank syari’ah yang dalam pelaksanaan pembayaran
pembiyaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan yang tidak lancar,
pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta
pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran.67
g. Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh
bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah diajukan
oleh calon nasabah. Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum
67 Adiwarman Karim, 2008, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 260.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
68 | P a g e
memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah antara
lain dikenal dengan prinsip 5C dan Analisis 6A.
1) Analisis 5C.
a) Character
Menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah.
b) Capacity
Analisis terhadap capacity ini ditunjukkan untuk mengetahui kemampuan
keuangan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai
jangka waktu pembiayaan.
c) Capital
Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan perlu
dilakukan analisis yang lebih mendalam.
d) Collateral
Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan
yang diajukan.
e) Condition of Economy
Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian, bank perlu
mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi
ekonomi.
2) Analisis 6A.
Analisis 6A, artinya terdapat enam aspek yang perlu dilakukan analisis
terhadap permohonan pembiayaan, yang terdiri dari:
a) Analisis Aspek Hukum
Analisis aspek hukum perlu dilakukan oleh bank syariah untuk evaluasi
terhadap legalitas calon nasabah.
b) Analisis Aspek Pemasaran
Aspek pemasaran merupakan aspek yang sangat penting untuk dianalisis
lebih mendalam karena hal ini terkait dengan aktivitas pemasaran produk
calon nasabah.
c) Analisis Aspek Teknis
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
69 | P a g e
Merupakan analisis yang dilakukan oleh bank syariah dengan tujuan
untuk mengetahui fisik dan lingkungan usaha perusahaan calon nasabah
serta proses produksi.
d) Anlisis Aspek Manajemen
Aspek manajemen merupakan salah satu aspek yang sangat penting
sebelum bank memberikan rekomendasi atas permohonan pembiayaan.
e) Analisis Aspek Keuangan
Anlisis aspek keuangan diperlukan oleh bank untuk mengetahui
kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya baik
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
f) Analisis Aspek Sosial-Ekonomi
Merupakan analisis yang dilakukan oleh bank untuk mendapatkan
informasi tentang lingkungan terkait dengan usaha calon nasabah.
C. Hasil dan Pembahasan
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu butir
pertanyaan (Sunyoto, 2012). Untuk melihat valid atau tidaknya yaitu dengan
membandingkan corrected item total correlation hasil rtabel. jika rhitung > rtabel maka
valid. Hasil uji validitas yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel berikutnya:
TABEL 4.7
HASIL UJI VALIDITAS
Variabel Corrected Item Total
Correlatian
r tabel (0,05) 25 Ket.
X1.1 0,579 0,312 Valid
X1.2 0,477 0,312 Valid
X1.3 0,502 0,312 Valid
X1.4 0,509 0,312 Valid
X2.1 0,477 0,312 Valid
X2.2 0,558 0,312 Valid
X2.3 0,770 0,312 Valid
X3.1 0,596 0,312 Valid
X3.2 0,502 0,312 Valid
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
70 | P a g e
X3.3 0,451 0,312 Valid
X3.4 0,466 0,312 Valid
Y1 0,591 0,312 Valid
Y2 0,695 0,312 Valid
Y3 0,406 0,312 Valid
Y4 0,477 0,312 Valid
Sumber : data primer diolah 2017
Tabel 4.7 di atas merupakan tabel hasil uji validitas dengan yang diujikan
dengan menggunakan SPSS 16,0 for windows dimana dari hasil uji tersebut
dipaparkan hasil bahwasannya rhitung > rtabel maka dikatakan valid, rtabel = 0,312 dari
tabel diatas pada variabel pertama yaitu, mengenai pelayanan terdapat 4 item soal
ada 4 butir soal yang valid. Pada variabel kedua mengenai biaya administrasi
terdapat 3 item soal ada 3 butir soal yang dikatakan valid. Pada variabel ketiga
mengenai bagi hasil terdapat 4 item soal dan ada 4 butir nomor yang valid. Pada
variabel terakhir mengenai kepuasan nasabah terdapat 4 item soal dan ada 4 butir
soal yang valid.
1. Hasil Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji statistic Croncbach’s
Alpha dengan Software SPSS 16.0 for Windows. Hasil reliabilitas dari masing-
masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
TABEL 4.8
HASIL UJI RELIABILITAS
Variabel Alpha
Cronbach
Standar Ket.
Pelayanan (X1) 0,423 0,312 Reliabel
Biaya
Administrasi (X2)
0,775 0,312 Reliabel
Bagi Hasil (X3) 0,356 0,312 Reliabel
Kepuasan Nasabah
(Y)
0,458 0,312 Reliabel
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
71 | P a g e
Sebagaimana terlihat pada tabel 4.9 bahwa semua variabel memiliki nilai
Cronbach’s Alpha > 0,312. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa seluruh
variabel dikatakan reliable atau konsisten. Artinya kuisioner penelitian ini memiliki
sifat dapat dipercaya, apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau
oleh peneliti lain tetap akan memberikan hasil yang konsisten atau stabil dari waktu
ke waktu.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variable independen (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF <
10. Jika nilai VIF tidak ada yang melebihi 10, maka dapat dikatakan
bahwa moltikolinearitas yang terjadi tidak berbahaya (lulus uji
Multikolinearitas).
TABEL 4.9
UJI MULTIKOLINEARITAS
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Pelayanan 0,456 2,192 Non multicolinearitas
Biaya admintrasi 0,608 1,644 Non multicolinearitas
Bagi hasil 0,378 2,644 Non multicolinearitas
Sumber ; data primer diolah 2014
Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa seluruh data non multicolinear
karena pada variabel pelayanan nilai tolerance adalah 0,456, pada variabel biaya
administrasi 0,608, pada variabel bagi hasil 0,378 > 0,10 sedangkan angka VIF
pada variabel pelayanan 2,192, pada variabel biaya administrasi 1,644, pada
variabel bagi hasil 2,644 yang kesemua variabel mendapatkan nilai VIF < 10. Ini
menunjukkan bahwa ketika nilai VIF kurang dari 10 maka tidak mengalami
gejala multikolinearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
72 | P a g e
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
GAMBAR 4.1
UJI HETEROSKEDASITAS
Dari gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwasannya titik – titik menyebar
dibawah dan diatas sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur, jadi
kesimpulannya variabel bebas pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil dan
prinsip islam diatas tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Normalitas
Cara yang digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal atau
tidak dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasi skewness dan
rasio kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal
atau tidak. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi dengan standard error
skewness, sedangkan rasio kurtosis adalah nilai kurtosis bagi dengan standard
error kurtosis. Sebagai pedoman, bila rasio kurtosis dan skewness berada
diantara -2 hingga +2, maka distribusi data adlah normal (Santoso, 2000: 53).
Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji normalitas hasilnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4. 11
Uji Normalitas
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
73 | P a g e
SKEWNESS
KURTOSIS
Statistic Std.
Error
Statistic Std.
Error
Unstandardized
Residual
Valid N
878 374 1,006 733
d. Sumber: Data diolah dengan SPSS 16.0 (dalam lampiran).
Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa rasio skewness =
0,878/0,374 = 2. Sedangkan rasio kurtosis = 1,006/0,733 = 1,3. Karena rasio
skewness dan rasio kurtosis berada diantara -2 hingga +2, maka dapat
disimpulkan bahwa distribusi data adalah NORMAL.
3. Hasil Analisis Regresi Berganda
Untuk menduga besarnya koefisien regresi maka dilakukan uji analisis
regresi berganda Selanjutnya, koefisien regresi inilah yang akan menunjukkan
besarnya pengaruh variabel pelayanan, biaya adminitrasi, bagi hasil dan prinsip
islam. Dengan ini maka disajikan dengan tabel sebagai berikut ;
TABEL 4.12
UJI REGRESI BERGANDA
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.594 1.626 1.596 .119
pelayanan 346 .120 362 2.886 .007
biayaadmin .796 .124 .698 .6.425 .000
bagihasil .-105 .140 .-103 -750 .458
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
74 | P a g e
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.594 1.626 1.596 .119
pelayanan 346 .120 362 2.886 .007
biayaadmin .796 .124 .698 .6.425 .000
bagihasil .-105 .140 .-103 -750 .458
F 34,446 0,000
Adjusted R Square 0,720
Dari tabel 4.12 diatas terlihat bahwasannya constant B adalah 2.594
sedangkan pada variabel pelayanan adalah 0,346, biaya administrasi 0,796, bagi
hasil -0,105. Sehingga dapat disajikan model persamaan sebagai berikut ;
Y = 8.979 - 0,139X1 + 0,152X2 + 0,034X3 + 0,294X4 + ε
4. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji F (Uji Kelayakan Model)
Uji statistik F atau uji model digunakan untuk menunjukkan secara bersama-
sama pengaruh semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model terhadap
variabel terikat. Berdasarkan table 4.12 menunjukkan bahwa F hitung
sebesar 34,446, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang masih
dibawah α sebesar 0,05. Maka keputusannya adalah menerima hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
b. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi berfungsi untuk melihat sejauh mana
keseluruhan variabel X (independen) dapat menjelaskan variebl Y
(dependen). Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati angka
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
75 | P a g e
1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah
semakin kuat.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa nilai Adjusted R Square sebesar
0,72%. Hal ini berarti 72% variabel kepuasan nasabah pembiayaan
dipengaruhi oleh ketiga variabel independen. Hal ini diartikan bahwa peubah
independen dalam hal ini pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil, dan
prinsip islam secara bersama-sama menjelaskan peubah terikat yaitu
kepuasan nasabah sebesar 72%, sedangkan sisanya 28,0% (100% - 72%),
dijelaskan oleh peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
c. Uji Statistik t (UjiParsial)
Untuk menguji statistik t, maka dapat dilakukan dengan melihat
signifikansinya yang lebih kecil dari nilai α yaitu 5% atau 10%. Jika nilai
signifikansi < 0,05 atau 0,10 maka variabel independen (X) berpengaruh dan
signifikan terhadap variabel dependen (Y) secara parsial, begitu juga sebaliknya.
berdasarkan uji t yang terdapat pada table 4.12 dapat dianalisa sebagai berikut:
1) Variabel Pelayanan
Hasil uji t untuk variabel pelayanan diperoleh nilai signifikansi 0,07
dengan koefisien 0,346, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan
mempunyai pengaruh positif. Ini berarti seberapa bagus pelayanan akan
mempengaruhi besarnya kepuasan nasabah.
2) Variabel Biaya Administrasi
Hasil uji t untuk variabel administrasi diperoleh nilai signifikansi 0,00
dengan koefisien 0,796, maka dapat dikatakan bahwa variabel administrasi
mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan
nasabah.
3) Variabel Bagi Hasil
Hasil uji t untuk variabel bagi hasil diperoleh nilai signifikansi 0,458
dengan koefisien -0,105, maka dapat diartikan bahwa variabel bagi hasil
tidak mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan
nasabah
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
76 | P a g e
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu kepuasan
nasabah. Pelayanan adalah tindakan langsung yang diberikan perusahaan kepada
konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi
terciptanya kepuasan dan loyalitas konsumen. Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran
atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk
masa yang akan datang atau mempunyai manfaat yang meneliti satu periode
akuntansi tahunan.
Bagi hasil adalah komponen harga sangat penting, karena dinilai mampu
memberikan kepuasan relatif besar. Harga yang murah akan memberikan kepuasan
bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga, karena akan mendapat value for
money yang tinggi. Kepuasan berarti nasabah akan merasa sangat puas apabila
komponen kepuasan tersebut bisa terpenuhi secara lengkap. Itu artinya, jika
pelayanan telah terpenuhi secara lengkap, maka nasabah pun akan merasa sangat
puas.
D. Penutup
Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan analisis regresi linier
berganda mengenai kepuasan nasabah BMT NUSYA Baureno maka di peroleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara parsial variabel variabel Hasil uji t untuk variabel pelayanan diperoleh
nilai signifikansi 0,07 dengan koefisien 0,346, sehingga dapat disimpulkan
bahwa pelayanan mempunyai pengaruh positif. Ini berarti seberapa bagus
pelayanan akan mempengaruhi besarnya kepuasan nasabah.
2. Hasil uji t untuk variabel administrasi diperoleh nilai signifikansi 0,00 dengan
koefisien 0,796, maka dapat dikatakan bahwa variabel administrasi mempunyai
pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan nasabah.
3. Hasil uji t untuk variabel bagi hasil diperoleh nilai signifikansi 0,458 dengan
koefisien -0,105, maka dapat diartikan bahwa variabel bagi hasil tidak
mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan nasabah.
Daftar Pustaka
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
77 | P a g e
Al-Bukhari Abi Abdillah. 1937. Sahih Abi Abdillah Al-Bukhari bi Sharh Al-
Karmani, Juz 22. Kairo: Matba’ah al-Bahiyah al-Misriyah.
Bustanul Arifin. 2005. Pembangunan Pertanian: Paradigma Kebijakan dan Strategi
Revitalisasi. Jakarta: PT Grasindo.
Departemen Agama. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Lubuk Agung.
Djasmin Saladin. 1996. Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran
Ringkasan Praktis Teori dan Disertai Tanya Jawab. Bandung: Mandar
Maju.
Endar Sugiarto. 1999. Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Fandy Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran, Edisi ke-2. Yogayakarta: Andi.
Handi Irawan. 2009. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Hendrie Anto. 2003. Pengantar Mikro Islami. Yogyakarta: Ekonisia.
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.
Jakarta: Bandung.
Ismail. 2011. Perbankan Syari’ah. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Offset.
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mohammad Nizarul Alim. 2009. Pembiayaan Syari’ah untuk Usaha Mikro.
Surabaya: PT.Bina Ilmu Offset.
Muhammad Antonio Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema InsaniPress.
Muhammad Muflih. 2006. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi
Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muhammad. 2001. Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. Yogyakarta: UII
Press.
Philip Kottler. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Kontrol, Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A.Rusli dan Benyamin
Molan. Jakarta: Prenhallindo.
Veithzal Rivai. 2008. Islamic Financial; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi
Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan
Mahasiswa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
78 | P a g e
Analisis Budget (Anggaran) Kas sebagai Alat Perencanaan dan
Pengendalian Laporan Keuangan pada CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro
Nurul Fitriandari
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
Abstrak
Selama ini penyusunan anggaran kas yang dilakukan oleh CV. Sejahtera Sejati
masih belum optimal, karena hanya sebatas pada penyusunan estimasi pengeluaran
dan penerimaan kas yang belum lengkap. Oleh karena itu, diperlukan suatu
penelitian untuk mengetahui proses penyusunan anggaran kas sebagai usaha
antisipasi dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan.
Penelitian ini menggunakan metode dan teknik pengumpulan data dengan analisis
varians, yaitu mencari selisih dari realisasi dan anggaran (budget) kas yang telah
disusun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis varians
terhadap penyusunan budget kas pada CV. Sejahtera Sejati masih terdapat banyak
penyimpangan untuk penerimaan kas maupun untuk pengeluaran kas. Pada tahun
2013, terjadi penyimpangan yang bersifat merugikan sebesar Rp. 13.141.000,00
dikarenakan banyaknya aktivitas pengeluaran yang tidak sesuai dengan besarnya
dana yang dianggarkan. Sedangkan di tahun 2014 terjadi penyimpangan yang
menguntungkan sebesar Rp. 11.861.000,00. Keadaan ini membuktikan bahwa CV.
Sejahtera Sejati Bojonegoro belum mampu melakukan pengendalian aktivitas
usaha yang telah direncanakan secara maksimal, maka diperlukan tindakan
korektif untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan keadaan yang akan terjadi
pada lingkungan usaha ini.
Kata Kunci: Budget (Anggaran) Kas, Laporan Keuangan.
A. Pendahuluan
Dana merupakan hal yang paling krusial bagi sebuah oganisasi maupun
perusahaan pada umumnya. Peran penting dana bagi perusahaan berkaitan sebagai
alat investasi melalui penanaman barang modal. Dana yang dimiliki oleh
perusahaan akan digunakan untuk membeli aktiva tetap, untuk memproduksi barang
dan jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, dan lain-
lain. Dengan kata lain, masalah pendanaan membutuhkan perencanaan yang
matang, mulai dari perkiraan kebutuhan dana yang akan digunakan hingga kemana
saja dimungkinkan dana-dana tersebut akan dimanfaatkan.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
79 | P a g e
Sedangkan kas adalah kekayaan perusahaan berupa sejumlah dana yang ada
di perusahaan. Selain itu, kas juga merupakan salah satu unsur modal kerja yang
sangat penting, khususnya berkaitan dengan kegiatan dalam membiayai operasi
perusahaan sehari-hari.68 Dengan demikian, kas memiliki kedudukan sentral bagi
perusahaan dalam menjaga kelancaran operasi perusahaan, sekaligus sebagai
penunjang keputusan strategi jangka panjang pada periode usaha selanjutnya.
Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan pengelolaan kas secara
tepat guna untuk memfasilitasi pemanfaatan dana sebagai sumber investasi maupun
sumber operasionalnya. Manajemen kas perlu dilaksanakan secara akurat dengan
menyesuaikan pada kondisi riil perusahaan. Manajemen kas kerap melibatkan
pengelolaan uang kas perusahaan dalam usaha memaksimalkan ketersediaan kas
yang ada, pendapatan bunga, dan setiap dana yang menganggur.
Manajemen kas berusaha mengatur keuangan perusahaan agar bills dan
hutang dapat dipenuhi segera ketika posisi uang tersedia.69 Karena uang tidak selalu
masuk ke dalam bisnis pada tingkat tarif yang sama. Terkadang jika ada kelebihan
kas di tangan, maka pada waktu yang lain akan ada kekurangan kas. Kedua
peristiwa ini harus diantisipasi oleh perusahaan, sehingga suplus pendanaan yang
ada dapat digunakan sebagai keuntungan maupun untuk menutupi kekurangan.
Dengan demikian, perusahaan perlu menjaga agar saldo kas tetap terjaga pada
tingkat optimum.
Kegiatan manajemen kas sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran kas.
Anggaran kas merupakan proyeksi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas
dalam periode tertentu. Jika pengelolaan anggaran kas dapat dikembangkan dengan
baik maka tujuan pokok dari penyusunan anggaran kas dapat terlaksana, yaitu untuk
merencanakan penganggaran kas seoptimal mungkin.70 Jumlah uang kas yang
berlebih maupun kurang mengandung resiko negatif bagi perkembangan stabilitas
kondisi keuangan perusahaan. Dimana kekurangan kas dapat mengakibatkan tidak
terbayarnya berbagai kewajiban yang memiliki jatuh tempo waktu tertentu, seperti
hutang gaji, hutang bunga bank, hutang dagang, dan sebagainya. Sebaliknya, kas
68 M. Munandar, 2007, Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja Pengawasan Kerja,
Edisi Pertama (Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada), hlm. 19. 69 Ibid., hlm. 20. 70 Belverd E. Needles, Henry R. Anderson, dan James C. Caldwell, 2005, Prinsip-prinsip Akuntansi
Edisi Kedua, Jilid 2 (Jakarta: Erlangga), hlm. 34.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
80 | P a g e
yang berlebihan akan berdampak pada penyerapan dana modal kerja yang
cenderung menjadi langka dan mahal, sehingga menaikkan beban tetap perusahaan.
Berkaca pada keadaan di atas, sudah sepantasnya jika kegiatan operasional
perusahaan harus direncanakan secara pasti, terutama dalam merencanakan batas-
batas dana yang tersedia. Perusahaan perlu memperkirakan penentuan jumlah kas
yang dapat dipertanggungjawabkan agar kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan
sesuai dengan yang direncanakan. Karena itu, budgeting kas diterapkan pada
perusahaan untuk membantu dalam menentukan prioritas-prioritas tertentu
mengenai berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan pada waktu
yang akan datang, serta mengendalikan kegiatan operasional yang telah terencana.71
Sama halnya dengan CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro, sebuah badan usaha
yang bergerak di bidang pengadaan bahan-bahan kontraktor, membutuhkan
perencanaan matang dalam mengatur lalu-lintas kebutuhan pendanaannya. Selama
ini penyusunan Anggaran Kas yang dilakukan oleh CV. Sejahtera Sejati masih
belum optimal, dalam arti masih hanya sebatas pada penyusunan estimasi
pengeluaran dan penerimaan kas yang belum lengkap. Bahkan terkesan tidak efektif
dan efisien apabila digunakan untuk pengelolaan kas karena terkadang masih
seringkali terjadi masalah kekurangan pendanaan untuk kegiatan operasional
usahanya, akibat dari ketidakteraturan dalam pengelolaan kas perusahaan.
Penyusunan budget kas tersebut akan menggambarkan secara detail posisi
saat perusahaan mengalami keadaan surplus kas maupun defisit kas. Jika
perusahaan dapat mengetahui adanya defisit kas, maka dapat direncanakan terlebih
dahulu sebelumnya mengenai jenis-jenis sumber dana yang akan digunakan untuk
menutup keadaan defisit kas tersebut. Begitupun sebaliknya, jika perusahaan dapat
mengetahui adanya surplus kas, maka dapat direncanakan mengenai cara-cara untuk
memanfaatkan kelebihan dana tersebut secara efisien. Berdasarkan pemaparan di
atas, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui proses penyusunan anggaran kas
sebagai usaha antisipasi untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan,
khususnya mengumpulkan informasi rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
penyusunan budget kas secara ideal.
71 Supriyanto Y, 2005, Anggaran Perusahaan: Perencanaan dan Pengendalian Laba, Edisi Satu
(Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN), hlm. 62.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
81 | P a g e
B. Tinjauan Pustaka
Anggaran (Budgeting)
Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan
program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan
umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu.72 Anggaran
merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh
kegiatan perusahaan, dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk
jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.73
Budgeting menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang
diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data
dan informasi yang diperlukan. Pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana
itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap
pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana.74 Budget (anggaran)
ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan
perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk
jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.75
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran atau budget adalah
suatu proses dalam menyusun rencana keuangan periodik suatu organisasi, dimana
akan disusun dalam bentuk tertulis dan bersifat sistematis mulai dari tahap
perencanaan hingga tahap pengevaluasian dari rencana yang telah dilaksanakan
tersebut.
Budget Kas
Kas merupakan aktiva yang paling sensitif dan mudah ditransfer menjadi
aktiva lainnya. Akibatnya, terkadang kas rentan dari tindak kecurangan sehingga
diperlukan tindakan pengendalian intern yang optimal terhadap perubahan-
72 Nafarin M, 2007, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi (Jakarta: Salemba Empat), hlm. 12. 73 Arfan Ikhsan dan Ida Bagus Agung Dharmanegara, 2010, Akuntansi dan Manajemen Keuangan
Rumah Sakit Edisi Pertama (Yogyakarta: Graha Ilmu), hlm. 163. 74 Supriyanto Y. Op. cit. hlm. 227. 75 M. Munandar. Op. cit. hlm. 1.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
82 | P a g e
perubahan kas pada perusahaan. Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan
untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek
yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk
giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali
(dengan menggunakan cek atau bilyet).76 Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem
perencanaan yang matang, dimana kemudian tertuang dalam bentuk budget kas.
Sedangkan, anggaran kas adalah budget yang merencanakan secara lebih
terinci tentang semua jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke
waktu selama periode tertentu di masa yang akan datang, baik perubahan yang
berupa penerimaan kas maupun yang berupa pengeluaran kas.77 Cash budget adalah
estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu yang akan datang.78 Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran kas adalah suatu gambaran atas
seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang berkaitan dengan
rencana keuangan perusahaan maupun transaksi lainnya, dimana hasil akhirnya akan
menunjukkan perubahan posisi kas serta menunjukkan aliran kas pada periode
tertentu.
Perencanaan dan Pengendalian
Tingkat kompleksitas suatu masalah menyebabkan banyak kegiatan yang
harus kembali dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Perencanaan adalah suatu
kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan
kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan
yang baik.79
Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi
(perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-
strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi
(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.80
76 Munawir, 2006, Analisa Laporan Keuangan Edisi Empat (Yogyakarta: Liberty), hlm. 14. 77 M. Munandar. Op. cit. hlm. 311 78 Bambang Riyanto, 2010, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: BPFE UGM), hlm.
97 79 Soekidjo Notoatmodjo, 2006, Pengembangan Sumber Daya Manusia Edisi Revisi (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta), hlm. 11. 80 Erly Suandy, 2010, Perencanaan Pajak Edisi Keempat (Jakarta: Salemba Empat), hlm. 2.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
83 | P a g e
Perencanaan yang disusun haruslah merupakan suatu perhitungan yang akurat dan
cermat dari sebuah titik tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan keadaan inilah, maka
anggaran (budget) dimanfaatkan sebagai bentuk susunan perencanaaan yang matang,
khususnya berkaitan dengan perencanaan keuangan.
Anggaran pada umumnya berkaitan dengan berbagai kegiatan operasional
perusahaan, dan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi antar bagian
tersebut. Salah satu perencanaan yang cukup penting yakni perencanaan terhadap
kondisi keuangan dalam kas (kantung) perusahaan yang dapat segera dimanfaatkan
sebagai dana operasional usaha, dimana dalam perkembangannya disebut dengan
cash budget. Dengan demikian, budget kas merupakan dasar yang digunakan untuk
menyusun rencana operasional perusahaan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Budget kas yang baik akan turut memperbaiki komunikasi manajerial
tujuan dan operasional perusahaan.
Proses penetapan standar dengan menerima umpan balik berupa kinerja
sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya
berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.81
Pengendalian meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang
dikoordinasikan dan digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga
keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data
akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, membantu menjaga dipatuhinya
kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.82
Kas merupakan alat pertukaran yang paling mudah dan umum digunakan.
Kas sebagai aktiva yang paling liquid (lancar) dan sering digunakan bagi perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan usahanya, maka kondisi kas di suatu perusahaan kerap
sekali mengalami perubahan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena itu,
diperlukan suatu pengendalian yang berfungsi untuk mengontrol setiap perubahan
kas yang ada. Dalam hal ini, budget kas dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai
alat pengendalian terhadap kas untuk menopang kelangsungan masa depan
perusahaan.
81 Hansen dan Mowen, 2006, Management Accounting (Buku I) Edisi 7 (Jakarta: Salemba Empat),
hlm. 27. 82 Zaky Baridwan, 2009, Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode (Yogyakarta: BPFE
UGM), hlm. 13.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
84 | P a g e
C. Hasil dan Analisis
Perbandingan Budget Kas
Perbandingan laporan budget kas dilakukan dengan mencari selisih dari
penyusunan anggaran terhadap realisasinya. Angka-angka yang tercantum dalam
skedul budget kas akan dibandingkan dengan angka-angka yang tercantum dalam
laporan perealisasian budget kas tersebut. Selanjutnya, analisis terhadap laporan
budget kas ini akan membahas apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan antara
budget kas dengan realisasinya. Kemudian, mencari tahu dampak dari adanya
penyimpangan tersebut lebih bersifat menguntungkan yang ditandai dengan huruf F
(favorable) atau bersifat merugikan yang ditandai dengan huruf U (unfavoravle).
Adapun hasil perbandingan laporan budget kas pada CV. Sejahtera Sejati
pada tahun 2013 dan tahun 2014 tersebut dapat dipaparkan pada tabel berikut ini.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
85 | P a g e
Tabel 1. Perbandingan dan Analisis Laporan Budget Kas Tahun 2013
(Sumber: Pengolahan Data CV. Sejahtera Sejati, 2015)
Budget Realisasi Selisih
(Rp) (Rp) (Rp) F U
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 4 ) - ( 3 ) ( 5 ) ( 6 )
A Estimasi Penerimaan
1 Penjualan tunai
a. Bahan bangunan 211.860.000 235.380.000 23.520.000 23.520.000 -
b. Alat laboratorium 78.779.000 81.299.000 2.520.000 2.520.000 -
c. Alat pertanian 168.509.000 157.278.000 (11.231.000) - 11.231.000
d. Alat tulis kantor 29.535.000 30.493.000 958.000 958.000 -
e. Meubelair 113.098.000 103.857.000 (9.241.000) - 9.241.000
f. Mesin elektrikal 77.435.000 82.145.000 4.710.000 4.710.000 -
g. Mesin perangkat lunak 93.305.000 96.197.000 2.892.000 2.892.000 -
h. Komputer 152.100.000 157.233.000 5.133.000 5.133.000 -
2 Pinjaman Bank 55.000.000 55.000.000 - - -
3 Pendapatan 36.499.000 36.499.000 - - -
4 Piutang 31.320.000 31.518.000 198.000 198.000 -
Jumlah Penerimaan 1.047.440.000 1.066.899.000 19.459.000 19.459.000 -
B Estimasi Pengeluaran
1 1. Pembelian tunai
a. Bahan bangunan 215.900.000 221.597.000 5.697.000 - 5.697.000
b. Alat laboratorium 156.205.000 148.520.000 (7.685.000) 7.685.000 -
c. Alat pertanian 93.480.000 136.635.000 43.155.000 - 43.155.000
d. Alat tulis kantor 61.750.000 68.092.000 6.342.000 - 6.342.000
e. Meubelair 99.140.000 97.886.000 (1.254.000) 1.254.000 -
f. Mesin elektrikal 77.435.000 80.154.000 2.719.000 - 2.719.000
g. Mesin perangkat lunak 92.114.000 92.292.000 178.000 - 178.000
h. Komputer 106.210.000 88.296.000 (17.914.000) 17.914.000 -
2 Dana operasional
a. Biaya gaji karyawan 45.860.000 45.860.000 - - -
b. Biaya listrik dan air 6.940.000 8.515.000 1.575.000 1.575.000
c. Biaya ekspedisi 1.654.000 2.404.000 750.000 750.000
d. Biaya perawatan 5.421.000 5.421.000 - - -
3 Hutang Agen 56.183.000 56.183.000 - - -
4 Biaya Bunga 12.251.000 11.618.000 (633.000) 633.000 -
5 Pajak 1.471.000 1.141.000 (330.000) 330.000 -
Jumlah Pengeluaran 1.032.014.000 1.064.614.000 32.600.000 - 32.600.000
Jumlah (A) - Jumlah (B) 15.426.000 2.285.000 (13.141.000) - 13.141.000
PERBANDINGAN ANALISIS
Hasil AnalisisURAIANNO
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
86 | P a g e
Tabel 2. Perbandingan dan Analisis Laporan Budget Kas Tahun 2014
(Sumber: Pengolahan Data CV. Sejahtera Sejati, 2015)
Sebagaimana pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa budget
kas merupakan sarana perencanaan kebutuhan akan dana yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan maupun perencaaan akan dana yang akan diterima oleh perusahaan
dalam periode setiap bulan maupun setiap tahun kegiatan operasionalnya. Oleh
karena itu, budget kas memerlukan perencanaan secara terperinci mengenai berbagai
perubahan jumlah kas dari waktu ke waktu sebagai pedoman maupun pengawasan
aktivitas kerja para manajemen dalam suatu perusahaan.
Budget Realisasi Selisih
(Rp) (Rp) (Rp) F U
( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 4 ) - ( 3 ) ( 5 ) ( 6 )
A Estimasi Penerimaan
1 Penjualan tunai
a. Bahan bangunan 359.900.000 392.851.000 32.951.000 32.951.000 -
b. Alat laboratorium 66.326.000 75.723.000 9.397.000 9.397.000 -
c. Alat pertanian 129.660.000 119.352.000 (10.308.000) - 10.308.000
d. Alat tulis kantor 52.450.000 52.176.000 (274.000) - 274.000
e. Meubelair 176.932.000 205.894.000 28.962.000 28.962.000 -
f. Mesin elektrikal 126.007.000 102.327.000 (23.680.000) - 23.680.000
g. Mesin perangkat lunak 103.972.000 106.178.000 2.206.000 2.206.000 -
h. Komputer 202.870.000 232.767.000 29.897.000 29.897.000 -
2 Pinjaman Bank - - - - -
3 Pendapatan 53.830.000 89.471.000 35.641.000 35.641.000
4 Piutang 73.108.000 73.108.000 - - -
Jumlah Penerimaan 1.345.055.000 1.449.847.000 104.792.000 104.792.000 -
B Estimasi Pengeluaran
1 1. Pembelian tunai
a. Bahan bangunan 292.320.000 297.121.000 4.801.000 - 4.801.000
b. Alat laboratorium 147.118.000 158.005.000 10.887.000 - 10.887.000
c. Alat pertanian 196.560.000 212.560.000 16.000.000 - 16.000.000
d. Alat tulis kantor 85.960.000 94.682.000 8.722.000 - 8.722.000
e. Meubelair 79.422.000 93.966.000 14.544.000 - 14.544.000
f. Mesin elektrikal 139.610.000 117.754.000 (21.856.000) 21.856.000 -
g. Mesin perangkat lunak 95.415.000 92.565.000 (2.850.000) 2.850.000 -
h. Komputer 126.320.000 175.747.000 49.427.000 - 49.427.000
2 Dana operasional
a. Biaya gaji karyawan 58.966.000 64.966.000 6.000.000 - 6.000.000
b. Biaya listrik dan air 7.001.000 7.437.000 436.000 - 436.000
c. Biaya ekspedisi 1.500.000 2.308.000 808.000 - 808.000
d. Biaya perawatan 6.780.000 7.080.000 300.000 - 300.000
3 Hutang Agen 43.680.000 49.392.000 5.712.000 - 5.712.000
4 Biaya Bunga - - - - -
5 Pajak 5.125.000 5.125.000 - - -
Jumlah Pengeluaran 1.285.777.000 1.378.708.000 92.931.000 - 92.931.000
Jumlah (A) - Jumlah (B) 59.278.000 71.139.000 11.861.000 11.861.000 -
NO URAIAN
PERBANDINGAN ANALISIS
Hasil Analisis
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
87 | P a g e
Demikian pula halnya dengan CV. Sejahtera Sejati yang berusaha melakukan
tindakan antisipasi mengenai berbagai kebutuhan dana yang harus dikeluarkan dan
yang akan diterima dengan pengganggaran kas yang dilakukan setiap bulan. Pihak
manajemen perusahaan akan menilai kualitas perencanaan anggaran yang telah
disusun untuk memenuhi tujuan perusahaan, yakni meningkatkan perolehan laba
yang menguntungkan. Perencanaan yang telah disusun diharapkan dapat meminimal
tingkat kekeliruan pada pengambilan keputusan di dalam perusahaan, sehingga
perusahaan juga dapat memaksimalkan pada aktivitas-aktivitas usaha lainnya yang
lebih meningkatkan efektifitas kinerja usaha mereka.
Selain berkaitan dengan perencanaan, penyusunan budget kas ini juga
berhubungan dengan arus kuat maupun lemahnya pengendalian perusahaan. Dimana
budget kas kerap sekali dijadikan sebagai alat utama dalam menentukan standar
pelaksanaan kerja yang menagarahkan pada aktivitas pencapaian tujuan usaha.
Sedangkan kualitas pengendaliannya tampak pada hasil perbandingan antara
anggaran dengan realisasinya. Dimana selisih yang tercipta dapat menjadi gambaran
nyata sesuai dengan pencapaian kinerja perusahaan yang sesungguhnya, apakah
kinerja perusahaan dapat menciptakan penyimpangan yang menguntungkan atau
justru merugikan.
Perencanaan budget kas pada CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro sudah cukup
lama diberlakukan. Karena perusahaan ini memiliki lini produk yang ditawarkan
cukup banyak variasi model maupun jenis barang dagangannya. Sehingga
memerlukan perhitungan dan perencanaan akurat untuk memenuhi kebutuhan
pengadaan maupun pembelanjaannya, dengan harapan besarnya biaya yang
dikeluarkan tersebut dapat tertutupi oleh besarnya dana yang akan diterima. Akan
tetapi, penyusunan anggaran yang ada kurang dipersiapkan dengan matang dan
akurat. Karena berdasarkan hasil analisis budget kas sebelumnya, tampak jika masih
terdapat poin-poin realisasi anggaran yang memiliki selisih cukup besar dengan
tindakan realisasinya. Khususnya dalam hal pembiayaan untuk pembelian barang
dagangan, dimana sebagian besar dari tahun ke tahun terjadi selisih pembelanjaan
yang merugikan.
Berkaca dari keadaan di atas, sudah sepantasnya jika perusahaan harus lebih
jeli dan teliti dalam menentukan prosentase dana-dana yang dianggarkan agar
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
88 | P a g e
hasilnya tidak menyimpang terlalu jauh dari kegiatan perealisasiannya. Keadaan ini
dipicu oleh lemahnya pengawasan dalam menilai berbagai aktivitas usaha yang kerap
terjadi berulang-ulang pada setiap periode usahanya. Pihak manajemen kurang
responsif dalam menilai gaya aktivitas usahanya, sehingga perencanaan yang disusun
kurang mampu menggambarkan aktivitas prediktif usaha pada masa yang akan
datang.
Budget kas berperan penting dalam memprediksi posisi kas untuk periode
tertentu di masa mendatang. Penyusunan budget kas bagi sebuah perusahaan
sangatlah penting demi likuiditas. Dengan budget kas, perusahaan akan mengetahui
keadaan defisit maupun surplus kegiatan usaha yang diberlakukan. Berdasarkan hasil
analisis budget kas pada Tabel 1 dan 2, tampak jika pada tahun 2013 perusahaan
mengalami selisih yang merugikan dari aktivitas penyusunan anggaran berdasarkan
jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran usahanya defisit sebesar Rp.
13.141.000,-. Namun, berdasarkan tindakan korektif dan penyusunan budget kas
secara akurat, maka pada tahun 2014 selanjutnya perusahaan dapat mengalami selisih
yang menguntungkan dari jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran usahanya
surplus sebesar Rp. 11.861.000,-. Kondisi ini harus dipertahankan oleh perusahaan
agar konsistensi keuntungannya dapat terus terjaga, sehingga kelangsungan masa
depan usahanya dapat kian ditingkatkan dalam tiap periode usaha. Karena, tanpa
adanya pengendalian kas secara akurat, maka budget kas tidak dapat berfungsi secara
maksimal sebagai alat perencanaan secara baik yang benar-benar dibutuhkan oleh
perusahaan.
Budget kas tahun 2013 yang terjadi selisih defisit antara jumlah penerimaan
dengan jumlah pengeluaran dapat diantisipasi oleh perusahaan dengan meminimalisir
besarnya dana yang harus dikeluarkan, khususnya dana untuk pembelanjaan barang
dagangan. Jika menilik hasil analisis budget kas pada tahun tersebut masih terdapat
beberapa item barang dagangan yang mengalami kenaikan merugikan, sehingga
mengakibatkan terjadinya pemborosan dana pembelanjaan. Pengeluaran kas harus
dikontrol secara akurat agar tidak terjadi pembengkakan dana usaha yang tidak
diinginkan, serta guna menghindari resiko penumpukan barang dagangan di gudang
dalam waktu cukup lama.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
89 | P a g e
Sedangkan, budget kas tahun 2014 yang mengalami surplus anggaran dapat
diantisipasi dengan mengalokasikan dana penerimaan berlebih pada investasi usaha
yang menguntungkan. Dengan meningkatkan tingkat investasi usaha, maka akan
memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana jika perusahaan
membutuhkan modal usaha sewaktu-waktu.
Dengan demikian, pertimbangan penyusunan budget kas sudah sepantasnya
mendapatkan perhatian lebih dari pihak manajemen. Karena budget kas memiliki
hubungan yang sangat erat terhadap fungsi perencanaan dan pengendalian usaha bagi
kegiatan operasional perusahaan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, CV.
Sejahtera Sejati Bojonegoro harus mampu menyusun anggaran yang dapat memenuhi
kebutuhan perealisasian usahanya, sehingga pelaksanaan anggaran dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan garis rencana yang telah ditetapkan.
D. Penutup
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis varians terhadap penyusunan budget kas pada CV.
Sejahtera Sejati tahun 2013 masih terdapat banyak penyimpangan, baik itu untuk
penerimaan kas maupun untuk pengeluaran kas. Penyimpangan tersebut tampak dari
hasil analisis budget kas pada tahun 2013, menunjukkan bahwa perusahaan
mengalami selisih yang merugikan dengan budget sebesar Rp. 15.426.000,00
sedangkan realisasi sebesar Rp. 2.285.000,00 sehingga perusahaan mengalami
defisit usaha sebesar Rp. 13.141.000,00. Sedangkan, berdasarkan hasil analisis
varians terhadap penyusunan budget kas pada CV. Sejahtera Sejati tahun 2014
masih ditemukan pula beberapa penyimpangan, dimana pada tahun ini perusahaan
mengalami selisih yang menguntungkan dengan budget sebesar Rp. 59.278.000,00
sedangkan realisasinya sebesar Rp. 71.139.000,00 sehingga perusahaan mengalami
surplus usaha sebesar Rp. 11.861.000,00.
Banyaknya aktivitas pengeluaran yang tidak sesuai dengan besarnya dana
yang telah dianggarkan, sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan yang
merugikan. Keadaan ini dapat membuktikan bahwa CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro
belum mampu melakukan pengendalian aktivitas usaha yang telah direncanakan
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
90 | P a g e
secara maksimal, maka diperlukan tindakan korektif yang dapat mengadopsi
keadaan yang terjadi dalam lingkup dunia usaha pada perusahaan ini.
Budget kas yang digunakan sebagai alat perencanaan dan pengendalian
tindakan operasional pada CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro belum dapat diterapkan
dengan tepat. Penyusunan budget kas yang dibuat telah menggambarkan berbagai
variasi kemungkinan penerimaan dan pengeluaran usaha beserta besar
pembiayaannya, namun masih menimbulkan berbagai penyimpangan. Hal ini
dikarenakan budget kas yang disusun hanya berupa besaran ramalan-ramalan
semata, tanpa pertimbangan secara matang dan teliti mengenai masing-masing pos
penerimaan dan pengeluaran yang kemungkinan akan terjadi.
Rekomendasi
Adapun beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan saran dalam hasil
penelitian ini, antara lain.
1. Pihak manajemen CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro sebaiknya dalam menyusun
budget kas tidak hanya didasarkan pada perkiraan atau ramalan semata,
melainkan dapat didasarkan pada pengalaman kegiatan usaha di periode
sebelumnya, memperhatikan perubahan lingkungan sosial-ekonomi di sekitar
usaha, serta menyesuaikannya dengan tujuan usaha yang telah direncanakan.
2. Pihak manajemen CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro sebaiknya selalu
mengupayakan untuk melaksanakan budget kas secara konsisten sesuai dengan
rencana anggaran yang telah disusun sebelumnya.
3. Pihak manajemen CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro sebaiknya harus
meningkatkan efisiensi dari penggunaan kas perusahaan secara tepat guna,
dimana dana yang dikeluarkan untuk pembelanjaan maupun pemenuhan
kebutuhan pendanaan lainnya harus dapat direncanakan secara akurat dan tidak
berlebihan. Dengan demikian, stabilitas jumlah kas yang tersedia pada
perusahaan dapat terjaga dengan menghindari kemungkinan terjadinya defisit
maupun surplus dana anggaran kas yang telah direncanakan sebelum
perealisasian penggunaan dana-dana kas pada perusahaan.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
91 | P a g e
Daftar Pustaka
Arfan Ikhsan dan Ida Bagus Agung Dharmanegara. 2010. Akuntansi dan Manajemen
Keuangan Rumah Sakit Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bambang Riyanto. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Belverd E. Needles, Henry R. Anderson, dan James C. Caldwell. 2005. Prinsip-
prinsip Akuntansi Edisi Kedua, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Erly Suandy. 2010. Perencanaan Pajak Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
Hansen dan Mowen. 2006. Management Accounting (Buku I) Edisi 7. Jakarta:
Salemba Empat.
JB Heckert, Wilson James D. dan John B. Campbell. 2008. Controllership: Tugas
Akuntan Manajemen, Alih Bahasa Tjintjin Fenix Tjendera. Jakarta: Erlangga.
M. Munandar. 2007, Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja
Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah
Mada.
Munawir. 2006. Analisa Laporan Keuangan Edisi Empat. Yogyakarta: Liberty.
Nafarin M. 2007. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.
Soekidjo Notoatmodjo. 2006. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi).
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Soemarso S.R. 2010. Akuntansi: Suatu Pengantar, Cetakan Keempat. Jakarta:
Salemba Empat.
Sofyan Syafri Harahap. 2009. Teori Akuntansi. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo
Persada.
Supriyanto Y. 2005. Anggaran Perusahaan: Perencanaan dan Pengendalian Laba,
Edisi Satu. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.
Zaky Baridwan. 2009. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode.
Yogyakarta: BPFE UGM.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
92 | P a g e
Menyoal Pola Perjanjian Mudharabah pada Perbankan Syariah
Riza Multazam Luthfy
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
Abstrak
Kehadiran Perbankan Syariah di Indonesia pada satu sisi memang patut disambut
gembira karena ini merupakan salah satu bukti dari kegairahan dari mayoritas umat
Islam di tanah air untuk berupaya mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan
muamalahnya satu satu sama lain. Namun yang sangat disayangkan bila konsep
Bank Syariah saat ini masih mencangkokkan prinsip-prinsip bank konvensional yang
berbasis ribawi. Seperti yang tampak pada skema perjanjian mudharabah yang
dipraktekkan oleh beberapa Bank Syariah masih menimbulkan beberapa problem
dari sudut pandang syariah, antara lain legal standing Bank Syariah sebagai pihak
terkait dalam perjanjian mudharabah itu sendiri, yang berstatus ganda, di satu sisi
sebagai mudharib dan di sisi lain sebagai shahibul mal. Status ganda yang dimiliki
Bank Syariah itu tentu saja bertentangan secara diametral dengan prinsip-prinsip
syariah. Problem serius lain yang tengah dihinggapi dalam skema perjanjian
mudharabah saat ini adalah skema perjanjian yang pada hakikatnya merupakan akad
utang piutang antara Bank Syariah yang memposisikan diri sebagai shahibul mal
dengan nasabah yang memposisikan diri sebagai mudharib. Keterjebakan akad
mudharabah yang dibuat Bank Syariah ke dalam skema utang piutang tentu saja
sangat berbahaya dari sudut pandang syariah karena bakal menjebak para pihak
dalam transaksi berbasis ribawi. Untuk itulah perlu dilakukan rekonstruksi pola
perjanjian mudharabah pada perbankan syariah agar model perjanjian tersebut betul-
betul murni tegak atas dasar murni syariah.
Kata Kunci: Pola Perjanjian, Mudharabah.
A. Pendahuluan
Salah satu kebersyukuran dari umat Islam Indonesia, yakni pemegang
otoritas kekuasan di Indonesia telah menggaransi kehidupan hukum bagi
masyarakat Islam Indonesia melalui legalisasi beberapa nilai-nilai hukum
terutama berkaitan dengan bidang-bidang hukum privat termasuk bidang hukum
munakahat ke dalam produk undang-undang nasional, seperti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Lembaran Negara RI Nomor 1
Tahun 1974, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam
Lembaran Negara RI Nomor 159 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 3 Tahun
2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
93 | P a g e
Agama dalam Lembaran Negara RI Nomor 22 Tahun 2006, Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam Lembaran Negara RI
Nomor 94 Tahun 2008, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam yang dikeluarkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 Juni
1991, dan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008
tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang ditetapkan oleh Ketua
Mahkamah Agung tanggal 10 September 2008, serta masih banyak lagi peraturan
hukum tertulis lainnya yang mengatur tentang bidang-bidang keperdataan yang
tunduk berdasarkan dogma hukum Islam.
Mencermati berbagai produk hukum tertulis yang mengatur berbagai
hubungan hukum privat bagi masyarakat muslim di Indonesia tersebut, semakin
menunjukkan bahwa masyarakat muslim Indonesia telah mendapat legalitas untuk
mengatur hubungan-hubungan hukum privat mereka dengan berbasis kepada
Syariah Islam, mulai dari hukum keluarga, hukum perkawinan, hukum waris,
bahkan juga untuk bidang-bidang transaksi keuangan.
Adapun untuk bidang-bidang transaksi keuangan, masyarakat muslim di
Indonesia, sudah bisa menyaksikan kehadiran berbagai lembaga keuangan yang
mengakomodir kepentingan mereka dengan tetap berpijak kepada sebuah
hubungan transaksi yang berlandaskan hukum ekonomi menurut prinsip-prinsip
syariah. Sebagai contoh untuk memperkuat argumentasi ini adalah dengan
menyemaraknya kehadiran perbankan syariah, kemudian ada yang disebut
asuransi syariah, dan terakhir yang dapat kita amati adalah kehadiran pegadaian
syariah.
Salah satu produk syariah yang diperkenalkan dalam perbankan syariah
kontemporer di Indonesia, yaitu apa yang disebut dengan perjanjian mudharabah.
Model perjanjian ini sesungguhnya berlandaskan kepada perjanjian usaha bersifat
komersil untuk mendapatkan keuntungan (profit). Tentu saja model perjanjian
mudharabah yang diperkenalkan perbankan syariah di Indonesia haruslah
berpijak kepada spririt syariah sebagai sesuatu yang tidak boleh ditawar-tawar lagi
karena sebuah produk perjanjian yang diklaim berbasis syariah maka aqidah Islam
mestinya juga menjadi pijakannya.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
94 | P a g e
Fakta perjanjian mudharabah yang diperkenalkan beberapa perbankan
syariah di Indonesia ternyata masih mentransplantasi model perjanjian berbasis
perbankan konvensional, sehingga terkesan konsep perjanjian mudharabah yang
nyaris melenceng dari prinsip-prinsip syariah. Hasil pengamatan sementara
peneliti pada klausula perjanjian mudharabah pada PT Bank Muamalat Cabang
Surabaya pada bulan Desember 2016, ternyata terdapat beberapa klausula
bermasalah yang masih memposisikan bank syariah pada posisi ganda, yaitu
disatu sisi bank syariah mendudukkan dirinya sebagai pelaku usaha dan di sisi lain
bank syariah memposisikan diri sebagai pemilik modal. Kedudukan ganda
sebagai subjek hukum perjanjian mudharabah bagi bank syariah tentu merupakan
sesuatu yang sangat krusial yang dapat menjebak para pihak dalam perjanjian
mudharabah, yang justru keluar dari spririt syariah. Padahal gagasan pendirian
perbankan syariah tidak lain adalah untuk menggaransi pelaksanaan prinsip-
prinsip syariah bagi masyarakat muslim Indonesia yang hendak menjamin
penyempurnaan aqidahnya di bidang muamalah.
Untuk itulah, penelitian terhadap nomenklatur perjanjian mudharabah
yang dipraktekkan beberapa lembaga perbankan syariah di Indonesia, sangat perlu
dilakukan guna mengetahui titik kritis klausula perjanjian yang justru menyalahi
prinsip-prinsip syariah. Agar perjanjian mudharabah yang dipraktekkan selama
ini, tidak melenceng dari prinsip-prinsip syariah yang baku.
B. Kajian Pustaka
B.1. Perjanjian dalam Perspektif Syariah Islam
Istilah perjanjian dalam Islam menggunakan terminologi akad yang
dalam Al-Qur’an menggunakan istilah al-‘aqdu. Pengertian akad secara
bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan (al-rabt) maksudnya adalah
menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah
satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung menjadi seperti
seutas tali yang satu. Kata al-‘aqdu terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-
Maidah ayat 1 bahwa manusia diminta untuk memenuhi akadnya.83
83 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm 1.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
95 | P a g e
Menurut Faturrahman Djamil dalam Ghufron, istilah al-‘aqdu ini
dapat disamakan dengan istilah verbintennis dalam Burgerlijk Wetboek BW.84
Sedangkan istilah al-ahdu dapat disamakan dengan istilah perjanjian atau
overeenkomst, yaitu suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau
tidak mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan orang lain. Istilah ini
terdapat dalam al-Qur’an Surah Ali Imran Ayat 76, yaitu “barangsiapa siapa
yang menepati janji yang dibuatnya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertakwa. Para ahli hukum Islam memberikan
definisi akad sebagai pertalian antara ijab dan Kabul yang dibenarkan oleh
syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.85 Abdurrahman
mengemukakan terjadinya suatu perikatan dalam Islam melalui tiga tahap,
sebagai berikut:86
i. Al-‘ahdu (perjanjian), yaitu pernyataan dari seseorang untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dan tidak ada
sangkut pautnya dengan kemauan orang lain. Janji ini mengikat orang
yang menyatakannya untuk melaksanakan janji tersebut.
ii. Persetujuan, yaitu pernyataan setuju dari pihak kedua untuk
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagai reaksi
terhadap janji yang dinyatakan oleh pihak pertama. Persetujuan
tersebut harus sesuai dengan janji pihak pertama.
iii. Apabila dua buah janji dilaksanakan maksudnya oleh para pihak,
maka terjadilah apa yang dinamakan ‘aqdu, maka yang mengikat
masing-masing pihak sesudah pelaksanaan perjanjian itu bukan lagi
perjanjian atau ‘ahdu tetapi ‘aqdu.
Dalam perikatan Islam, terkandung tiga unsur untuk dapat
terpenuhinya sebuah akad yaitu:
i. Adanya pertalian ijab dan Kabul, yaitu pernyataan dari seseorang
untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.
ii. Persetujuan yaitu pernyataan setuju dari kedua belah pihak.
84 Ghufron A Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontektual (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm75. 85 Ahmad Bashir Azhar, Asas-Asas Hukum Muamalat (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm 247. 86 Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syariah dalam Kompilasi Hukum Perikatan (Bandung:
Citra Aditya Bakti, 2001), hlm 247-248.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
96 | P a g e
iii. Adanya pelaksanaan perjanjian yang disebut ‘aqdu.
Sedangkan menurut, pendapat Yusuf As-Sabatin,87 rukun akad ada
tiga: (1). Dua pihak yang berakad (al-‘aqidan); (2). Objek akad (mahal al-
‘aqad); (3). Redaksi akad (sighat al-‘aqad). Namun menurut Yusuf as-
Sabatin, ada beberapa jenis akad tertentu yang meskipun telah sempurna
ketiga rukunnya tersebut, misalnya sudah terlaksana ijab-kabul, tetapi belum
terlaksana sebelum berlangsungnya serah terima zat harta yang menjadi objek
akad tersebut. Contoh akad-akad tersebut, akad hibah, al-qardh (hutang) dan
ar-rahn (agunan), dan lain-lain.
Yang paling prinsip dalam perjanjian berbasis syariah adalah muatan
akad perjanjian yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah atau
hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad
SAW dalam hadist. Pelaksanaan akad, tujuan akad, maupun objek akad tidak
boleh bertentangan dengan syariat. Jika bertentangan, akan mengakibatkan
akad itu tidak sah. Sebagai contoh, suatu perikatan mengandung riba atau
objek perikatan yang tidak halal (seperti minuman keras), mengakibatkan
tidak sahnya suatu perikatan menurut hukum Islam.
B.2. Konsep Mudharabah dalam Perspektif Perjanjian Syariah
Al-Fairuz Abadi di dalam al-Qamus al-Muhit mengatakan:
Mudharabah secara bahasa: al-mudharabah dari dharaba; dharaba al-tayru
tadhribu berarti pergi mencari rezeki; dharaba fi al-ardhi dharban wa
dharbanan: keluar berdagang atau berperang, atau bergegas atau pergi.
Dharaba fi al-ardhi bermakna safar (bepergian) seperti dinyatakan dalam al
Quran surah Al-Nisa’ ayat 101:
ٱ في تم ضرب وإذا لو ٱ من صروا تق أن جناح كم علي س فلي ض ر ل تنكم يف أن تم خف إن ة لص
بين اعدو لكم كانوا فرين ك ل ٱ إن ا كفرو لذين ٱ ١٠١ ام
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah
mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut
87 Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islam dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (Bogor: Al-Azhar Press,
2011), hlm 37.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
97 | P a g e
diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
adalah musuh yang nyata bagimu.”
Adakalanya bepergian itu untuk mencari rezeki, terdapat juga pada
Surah al-Muzammil ayat 20:
ن ئفة وطا ۥوثلثه ۥفه ونص ل لي ٱ ثلثي من نى أد تقوم أنك م ل يع ربك إن ۞ لله ٱو معك لذين ٱ م
ر نأ علم ءان قر ل ٱ من تيسر ما رءوا ق ٱف كم علي فتاب صوه تح لن أن علم لنهار ٱو ل لي ٱ يقد
ر منكم سيكون ٱ في ربون يض وءاخرون ضى م وءاخرون لله ٱ ل فض من تغون يب ض ر ل
لو ٱ وأقيموا ه من تيسر ما رءوا ق ٱف لله ٱ سبيل في تلون يق كو ٱ وءاتوا ة لص لله ٱ رضوا وأق ة لز
موا وما ا حسن اض قر ن لنفسكم تقد ا ر أج ظم وأع ار خي هو لله ٱ عند تجدوه ر خي م
حيم غفور لله ٱ إن لله ٱ فروا تغ س ٱو ٠٠ ر
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri
(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam
atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang
yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan
siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi
keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara
kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di
muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang
lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah
zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya
kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang
paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah
ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.”
Menurut Ibn Manzhur di dalam Lisan al-‘Arab, kata mudharib
digunakan untuk menyebut al-‘amil, sebab dialah yang bepergian, datang
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
98 | P a g e
dan pergi mencari rezeki. Mudharabah adalah istilah penduduk Irak dan lebih
banyak digunakan oleh mazhab Hanafi dan Hanbali.
Penduduk Hijaz menyebut mudharabah dengan qiradl atau
muqaradhah,88 yang lebih banyak digunakan oleh ulama mazhab Syafii dan
Maliki. Secara istilah, mudharabah atau qirad, adalah persekutuan badan
dengan harta. Maknanya, seseorang menyerahkan hartanya kepada orang lain
agar orang lain itu membisniskan harta tersebut dengan ketentuan keuntungan
yang diperoleh dibagi kepada mereka sesuai dengan kesepakatan.
Badan tersebut adalah kiasan dari tenaga yang menjadi andil salah
satu pihak dalam mudharabah tersebut. Mudharabah itu bisa dalam tiga
bentuk. Pertama: mudharib ikut andil modal ditambah modal dari sharik
(mitra) lainnya. Kedua: mudharib hanya andil tenaga, sementara modal dari
sharik lainnya, misal antara satu orang pengelola dengan dua orang pemodal.
Ketiga: dua orang sama-sama mengelola dengan modal berasal dari salah satu
di antara mereka.89
Bentuk ketiga ini oleh Ibn Qudamah dalam Al-Mughni wa Shark al-
Kabir dinilai sebagai bentuk mudharabah. Mudharabah adalah shirkah
(kemitraan) yang halal secara syar’i. Al-Kasani dalam Badai’ al-Sanai’
menyatakan bahwa orang-orang biasa melakukan akad mudharabah dan Nabi
SAW. Tidak mengingkari mereka sehingga hal itu merupakan persetujuan
(taqrir) dari Nabi atas kebolehan mudharabah.
Al-Daraqutni meriwayatkan bahwa Hakim bin Hizam juga
menyerahkan harta sebagai mudharabah dan mensyaratkan seperti syarat al-
‘Abbas. Al-Baihaqi meriwayatkan dari al-‘Ala’ bin Abdurrahman bin Ya’qub
dari bapaknya dari kakeknya bahwa Utsman memberikan harta secara
mudharabah. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dari Abdullah bin Humaid dari
bapaknya dari kakeknya bahwa Umar RA. pernah menyerahkan harta anak
yatim secara mudharabah. Imam Al-Shaukani dalam Nayl al-Awtar, setelah
memaparkan sejumlah athar itu, menyatakan, “Athar-athar ini menunjukkan
88 Nasrodin, “Analisis fiqih terhadap implementasi pembiayaan modal kerja IB pada PT Bank
Tabungan Negara (Persero), TBK Kantor Cabang Syariah Jogyakarata”, Jurnal Ekonomi Islam
Lariba, Volume III Nomor 2 (Desember 2009), hlm. 21-26. 89 Erni Susana, “Pelaksanaan dan sistem bagi hasil pembiyaan al-mudharabah di BMT Binamas
Purworejo”, Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume I Nomer 2 (Nopember 2012), hlm. 1-6.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
99 | P a g e
bahwa mudharabah dilakukan oleh para Sahabat tanpa ada seorang pun yang
mengingkari sehingga hal itu menjadi ijmak mereka bahwa mudharabah
adalah boleh.”
Ibn al-Mundzir di dalam Al-Ijma’ menyatakan, “Para ahli ilmu telah
berijmak atas kebolehan mudharabah secara keseluruhan.” Rukun akad
mudharabah ada tiga. Pertama: dua pihak yang berakad. Kedua: al-sighat,
yaitu ijab dan kabul. Ketiga: obyek akad (al-ma’qud ‘alayh), yaitu amal
(aktivitas), modal dan keuntungan. Akad mudharabah hanya sah dilakukan
oleh mereka yang secara syar’i sah melakukan tasarruf, yaitu orang yang
berakal, balig dan tidak sedang di-hijr (dilarang oleh hakim untuk melakukan
tasarruf, termasuk melakukan transaksi finansial). Dua pihak yang berakad
(al-‘aqidan) yang dimaksud bukan jumlahnya harus dua orang, melainkan
dua pihak itu adalah satu pihak yang menjadi mujib (menyampaikan
ijab/ajakan) dan pihak yang menyampaikan kabul. Al-S{ighat atau ijab dan
kabul harus dilakukan terpaut antara ijab dan kabulnya atau harus dalam satu
majelis akad.
Di dalam ijab-kabul ini harus jelas andil dari masingmasing sharik
(mitra), artinya harus jelas siapa yang menjadi mudharib (pengelola) dan
siapa yang menjadi pemodal. Obyek akad (al-ma’qud ‘alayh) mudharabah
yaitu al-‘amal, ra’su al-mal (modal) dan al-ribh}u (laba). Terkait al-‘amal,
sebagai shirkah maka dalam mudharabah harus jelas aktivitas bisnis yang
diakadkan. Harus dipahami dengan jelas batasan aktivitas yang termasuk
dalam cakupan bisnis dalam shirkah itu, atau yang menjadi cakupan aktivitas
mudharib.90 Kejelasan ini penting sehingga semua pihak dapat menakar andil
al-‘amal itu dalam bisnis dan hasilnya. Hal itu bisa menjadi pertimbangan
penting untuk membuat kesepakatan tentang pembagian laba. Kejelasan itu
juga penting untuk menentukan batasan pekerjaan yang masih dalam cakupan
aktivitas pengelolaan shirkah dan mana yang tidak. Terkait ra’su al-mal atau
modal maka ada beberapa ketentuan:
90 Suryati, “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Perkembangan Usaha dan Pendaptan
Nasabah Mudharabah di BMT Binamas Purworejo” Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume I
Nomer 2 (Nopember 2012), hlm. 1.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
100 | P a g e
1) Modal haruslah ‘aynan (zat harta) dan ada pada waktu akad, tidak boleh
berupa utang atau piutang yang ada di pihak lain.
2) Modal hendaknya dalam bentuk dinar (emas), dirham (perak) atau uang
sehingga nilai nominalnya jelas. Ketentuan ini merupakan jumhur ulama.
3) Jika berupa barang, komoditi, jasa atau manfaat seperti manfaat ruko
misalnya, maka para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya. Jika
berupa barang, komoditi atau manfaat maka harus disepakati nilainya
atau dinominalkan pada saat akad.
4) Jumlah modal harus jelas pada saat akad shirkah. Hal ini penting untuk
mengetahui besarnya laba nantinya.
Mudharabah tidak sah kecuali modal seluruhnya diserahkan atau
menjadi berada dalam kekuasaan mudharib pada saat akad shirkah. Tidak
boleh ada sebagian modal yang diutang atau diserahkan kemudian. Akad
mudharabah mengharuskan hal itu. Aktivitas finansial (bisnis) yang
diakadkan itu dilakukan terhadap modal dan hal itu langsung berlaku sejak
akad dilangsungkan sehingga modal yang diakadkan seluruhnya harus
diserahkan kepada mudharib. Adapun terkait al-ribh (laba) maka harus
diperhatikan:
1) Besarnya nisbah keuntungan yang menjadi bagian masing-masing sharik,
baik pengelola maupun pemodal, harus disepakati. Besarnya nisbah laba
itu bisa disepakati dengan memperhatikan porsi andil masing-masing
baik tenaga maupun modal; bisa juga tanpa memperhatikan hal itu.
Besarnya laba tidak boleh ditentukan nilai nominalnya, tetapi hanya
berupa nisbah atau prosentase atas laba. Jika ditentukan nilai nominalnya,
menurut Ibn Qudamah dalam Sharh al-Kabir, membuat akad
mudharabah itu batil.
2) Kerugian finansial hanya menjadi tanggungan modal. Ali bin Abi Thalib
berkata: Kerugian itu berdasarkan harta (modal), sedangkan keuntungan
berdasarkan kesepakatan mereka (para mitra) (HR Abdurraqaq dan Ibn
Abi Syaibah). Merujuk dari situ maka shirkah itu mencakup wakalah dan
wakil tidak menjamin dan kerugian hanya ditanggung pihak yang
mewakilkan, kecuali kerugian itu karena kesengajaan wakil. Selain itu,
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
101 | P a g e
bagian laba dan tanggungan kerugian itu mengikuti andil. Badan tidak
menanggung kerugian harta, melainkan merugi tenaga, waktu dan pikiran
yang dicurahkan saja.
3) Pembagian laba dilakukan setelah dihitung rugi-labanya dan modal
disisihkan (dikembalikan ke pemodal). Untuk itu harus ditentukan
periode shirkah, bisa pertransaksi, harian, mingguan, bulanan, tahunan;
sesuai dengan fakta bisnis dan mempertimbangkan kemaslahatan
pengelola sebab ia bisa jadi bergantung pada pembagian laba itu sebagai
penghasilannya.
Apabila akad mudharabah sempurna, maka konsekuensinya hak
mengelola shirkah itu hanya dimiliki oleh mudharib. Ia berhak menjalankan
shirkah itu sesuai pandangan dan pendapatnya sendiri. Pemodal tidak
memiliki hak atas pengelolaan shirkah itu. Sebab, akad mudharabah itu
terjadi atas badan pengelola dan harta pemodal, bukan atas badan pemodal
jadi pemodal menjadi seperti orang asing dari shirkah itu sehingga ia tidak
berhak atas pengelolaan shirkah tersebut.
Namun pemodal boleh menetapkan syarat-syarat atas pengelolaan
shirkah itu pada saat akad. Mudharib wajib terikat dengan syarat-syarat yang
ditetapkan itu dan tidak boleh menyalahinya sebab ia mengelola shirkah itu
sesuai dengan izin sehingga ia terikat dengan izin yang diberikan.
Mudharib tidak boleh bekerja kepada shirkah yang ia kelola. Sebab,
akad mudharabah itu terjadi atas badannya dan aktivitas pengelolaan shirkah
itu menjadi konsekuensi dari akad tersebut. Namun, jika pekerjaan itu di luar
cakupan aktivitas, pengelolaan shirkah dan tidak mengganggu pengelolaan
shirkah maka orang yang menjadi mudharib itu boleh mengerjakannya dan
mendapat upah. Misal, mengecat toko, sementara bisnis shirkahnya adalah
perdagangan. Adapun pemodal, ia boleh bekerja kepada shirkah yang ia
modali itu. Sebab, badan pemodal itu tidak menjadi obyek akad shirkah dan
ia seperti orang asing dari shirkah itu.
Shirkah termasuk ‘aqdun jaizun sehingga masing-masing boleh
membatalkan akad shirkah mud}arabah kapan saja. Jika salah seorang sharik
meninggal maka akad shirkah itu batal. Namun, harus diingat, akad shirkah
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
102 | P a g e
termasuk ‘aqdun mustamirrun, secara otomatis diperbaharui seiring waktu.
Jika satu periode shirkah berakhir, atau ada yang menarik diri, maka secara
otomatis akad shirkah itu diperbarui untuk semua sharik yang tidak menarik
diri.
C. Metode Penelitian
Untuk memperkuat analisis penelitian ini, penulis menggunakan
instrumen penelitian yang mengacu kepada penelitian hukum (legal research),
yang karakteristik penelitiannya adalah untuk mencari kebenaran koherensi.
Yaitu kebenaran yang berdasarkan kepada kesesuaian antara yang ditelaah dengan
norma-norma syariah.91 Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa penelitian
hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip
hukum, dan doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.
Yang menurutnya, dari situlah proses penelitian hukum semestinya beranjak
karena hal tersebut sesuai dengan karakter preskriptif dari ilmu hukum.92
Mengingat tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum yang
karakteristik penelitiannya adalah mencari kebenaran koherensi, maka pendekatan
masalah yang digunakan adalah pendekatan konseptual. Melalui pendekatan ini,
penulis hendak menggali serta memformulasikan prinsip-prinsip syariah dalam
perjanjian mudharabah yang berlangsung dalam praktik akad di perbankan
syariah Indonesia.
Secara metodologis, keberlangsungan penelitian ini akan berlangsung
pada beberapa tahapan yang mencakup tahap pengumpulan bahan hukum yang
bermula dari pengumpulan bahan-bahan hukum primer lalu diolah serta
diverifikasi oleh penulis. Hasil olahan tersebut, menjadi dasar analisis penulis
untuk menghasilkan format baru doktrin hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akademik. Selanjutnya, hasil olahan primer akan
dikuatkan dengan observasi di lapangan dengan mengunjungi beberapa bank
syariah di Kota Surabaya seperti Bank Muamalat Surabaya, BNI Syariah
Surabaya, dan Bank Mandiri Syariah Surabaya, sehingga dapat dihasilkan
kesimpulan ilmiah guna menjadi sumbangan penting operasionalisasi kegiatan
91 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm.
93. 92 Ibid., hlm. 22.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
103 | P a g e
lembaga perbankan syariah tersebut dalam kerangka tetap menjaga prinsip-prinsip
murni syariah keseluruhan.
D. Hasil dan Pembahasan
Realitas transaksi yang berlangsung antara Bank Syariah dengan para
nasabahnya telah menempatkan kedudukan Bank Syariah sebagai subjek hukum
untuk bertindak sebagai pihak yang memiliki kecakapan bertindak dalam
kedudukan yang pada umumnya menggunakan status Perseroan Terbatas (PT).
Ketika dalam konteks Bank Syariah yang menempatkan nasabah dalam
kedudukan sebagai penyimpan dana. Maka Bank Syariah akan mendudukkan
dirinya sebagai pihak yang menerima dana dari masyarakat, sebagai penyimpan
dana masyarakat, pihak Bank Syariah haruslah menjaga kepercayaan masyarakat
terhadap dana yang disimpan itu.
Pada sisi lain ketika Bank Syariah berkedudukan sebagai penyalur dana
kepada nasabah yang membutuhkan dana misalnya untuk kepentingan modal
usaha atau untuk kepentingan lainnya, maka pihak bank berkeduduan sebagai
pihak yang memberikan bantuan dana. Umumnya konteks kedudukan bank
tersebut, sebagai shahibu al-mal. Di sinilah kemudian bank difiksikan sebagai
pemilik modal. Sebab sejatinya dengan mencermati keberadaan bank syariah
sebagai penyimpan dana masyarakat, maka hakikatnya nasabah penyimpan yang
secara riil merupakan pemilik modal sedangkan pihak bank syariah sebagai
pemberi jasa yang menyimpan dana-dana yang tersimpan.
Pada konteks pembahasan ini, penulis hendak menelaah secara kritis
kedudukan hukum (legal standing) Bank Syariah yang berlangsung dalam
praktik-praktik transaksi keuangan yang berlabel syariah saat ini. Terutama dalam
konteks transaksi keuangan syariah yang menggunakan pola mudharabah. Ini
penting dilakukan mengingat transaksi keuangan kita, tidak bisa dipungkiri, masih
terkooptasi dengan sistem transaksi keuangan bebasis kapitalisme. Begitu kuatnya
pengaruh sistem keuangan kapitalisme yang melingkari hubungan transaksional
masyarakat muslim saat ini, sangat dikhawatirkan bila transaksi keuangan berlabel
syariah justeru terjebak dalam sistem kapitalisme. Sehingga alih-alih hendak
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
104 | P a g e
menjaga kemurnian transaksi syariah namun justeru terjebak dalam lingkaran
kekufuran kapitalisme yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Persoalan pertama terhadap kedudukan hukum Bank Syariah, yaitu
sampai saat ini bentuk badan hukum Bank Syariah secara umum masih
menggunakan status hukum Perseroan Terbatas (PT). Padahal karakteristik PT
merupakan aplikasi dari bentuk badan usaha perseroan modal yang dikenal dalam
skema transaksi berbasis eknomi kapitalisme. Dalam peristilahan Bahasa Arab,
PT dikenal dengan nama shirkah qubro al-muhasamah. Sehingga bentuk badan
usaha yang dipersonifikasikan oleh bank-bank syariah di Indonesia dari segi
syariah merupakan sesuatu yang tidak sejalan dengan syariah.
Realitas hukum Perseroan Terbatas, dalam praktiknya merupakan bentuk
badan usaha yang melanggar syariah. Hal ini ini dapat dilihat dari beberapa aspek
menyangkut kedudukan PT secara normatif, yang tidak menempatkan para pesero
secara individual sebagai pihak yang bertanggungjawab secara hukum terhadap
kewajiban yang ditanggung ketika melakukan transaksi dengan pihak ketiga.
Artinya dalam PT, para pesero tidak terlibat dalam akad transaksi untuk
melakukan suatu kegiatan usaha tertentu. Kapasitas para pesero (para pemilik
saham), bergabung kedalam perseroan bukan berdasarkan kepada akad yang
diperjanjikan tetapi didasarkan kepada penyertaan modal. Karena dalam PT yang
terjadi adalah aktivitas pemodalan (saham) yang diperjanjikan maka dalam PT itu
sendiri, tidaklah berlangsung transaksi berpijak atas akad ijab kabul antara para
pihak yang melakukan pekerjaan. Yang tampak adalah aktivitas individual yang
sifatnya sepihak dengan memperhatikan jumlah modal yang masuk. Semakin
besar modal (saham) yang dimiliki oleh seseorang maka semakin besar
kewenangan yang ia miliki dalam mengelola perusahaan. Besarnya kewenangan
yang dimiliki oleh pemilik modal terbesar, akan terlihat pada Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Sehingga apa yang menjadi kebijakan perusahaan berbentuk PT,
termasuk dalam hal penunjukan seorang direksi atau manajer, sangat tergantung
dari pemegang saham mayoritas (pihak yang memiliki modal besar) dalam
perusahaan. Sejatinya, dalam PT yang berlangsung adalah kehendak individual
bukan karena kehendak kolektif.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
105 | P a g e
Adapun direksi dan komisaris yang mengelola dan menjalankan aktivitas
usaha perseroan bukanlah para pendiri persero, meskipun yang duduk sebagai
anggota dewan direksi dan komisaris adalah para pendiri sendiri. Sebab yang
mengangkat dewan direksi dan komisaris adalah RUPS berdasarkan jumlah suara
terbanyak (jumlah saham terbanyak) yang notabene adalah modal. Jadi yang
mengelola perseroan terbatas tersebut adalah “orang abstrak” (maksudnya modal)
bukan pendiri perseroan.
Dalam perspektif syariah, perserikatan dalam PT adalah batil, mengingat
dalam PT, pembentukan perseroan terbatas dilakukan oleh dua orang atau lebih
dengan memberikan investasi berupa modal agar bisa mendapatkan pembagian
keuntungan (deviden) atau kerugian dari usaha yang dijalankannya. Modal
perseroan tersebut dalam bentuk saham (Di Indonesia pendirian perseroan terbatas
dilakukan dengan akta notaris dan menjadi badan hukum jika sudah disahkan oleh
menteri kehakiman).
Tentu saja, hal itu sangat berbeda dengan perseroan dalam Islam.
Perseroan dalam Islam adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang
bersepakat melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari
keuntungan, sehingga harus ada ijab dan kabul dari para perseronya. Maksudnya
harus ada seseorang mengajak pihak lainnya untuk melakukan suatu kerja sama
usaha.
Transaksi dalam Perseroan Terbatas (PT), yang terjadi adalah transaksi
antar modal dan tidak ada sama sekali unsur manusia meskipun yang
menggerakkan modal tersebut adalah manusia, sehingga modal-modal itulah yang
melakukan perseroan bukan orang-orangnya. Dengan demikian transaksi tersebut
tidak melibatkan dua pihak atau lebih dan tidak terdapat ijab dan kabul, maka
menurut syara’ hal itu belum dapat disebut sebagai transaksi. Akibat hukum tidak
sahnya transaksi tersebut adalah perseroan terbatas yang didirikan dianggap tidak
sah sebagai suatu perseroan atau syirkah dalam pandangan syariah.
Kebatilan kedua PT menurut perspektif syariah, adalah Perseroan
Terbatas (PT) hanyalah transaksi modal dan modal itulah yang mengelola
perseroan dan bukannya badan persero (orang yang bertransaksi membentuk
perseroan), sehingga yang mengembangkan kepemilikan harta/kekayaan dalam
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
106 | P a g e
perseroan terbatas adalah modal itu sendiri. Sementara dalam Islam
pengembangan kepemilikan harus lahir dari aktivitas manusia, yaitu para persero
yang bersepakat membentuk perseroan.
Kebatilan lain dari Perseroan Terbatas juga terletak pada tanggung jawab
terbatas. Jika perusahaan rugi atau bangkrut para kreditur dan pemilik hak lainnya
tidak dapat menuntut para persero perusahaan sedikitpun, berapapun kewajiban
perusahaan terhadap mereka. Mereka hanya bisa menuntut atas haknya sebatas
aset perusahaan yang tersisa.
Kritik selanjutnya penulis terhadap transaksi mudharabah yang
berlangsung di beberapa Bank Syariah, adalah status ganda yang dimiliki Bank
Syariah, yang pada satu sisi menempatkan dirinya sebagai pelaku usaha
(mudharib) dan pada sisi lain sebagai pemilik modal (sihibu al-mal). Padahal
secara riil sejatinya Bank Syariah tidak memiliki modal, sebab modal yang
diklaim sebagai milik modal itu sesungguhnya milik nasabah yang disimpan.
Berikut penjelasan skenario status ganda Bank Syariah. Bank Syariah
menghimpun dana dari nasabah pertama yang datang menabung dengan akad
mudharabah, dalam hal ini bank memposisikan nasabah sebagai pemilik modal
dan bank syariah sendiri mengklaim sebagai pelaku usahanya (mudharib), ketika
uang modal sudah dalam penguasaan bank, maka bank tidak menjalankan dengan
amanah apa yang semestinya dilakukan oleh pihak pelaku usaha dalam akad
mudharabah namun justru bank kembali mengikat diri lagi dengan perjanjian
mudharabah kepada pihak lain yakni nasabah kedua. Dalam konteks kedua ini
bank mengklaim sebagai pemilik modal (shahibu al-mal) dan nasabah yang
datang kali ini adalah pihak pelaku usaha (mudharib) sesungguhnya yang benar-
benar membutuhkan curahan bantuan modal untuk usahanya.
Menyimak skenario tersebut maka dapat diketahui terdapat dua akad
mudharabah yang dilakukan bank syariah tersebut, yaitu akad mudharabah
dengan nasabah pertama ketika bank memposisikan diri sebagi pelaku usaha dan
akad mudharabah dengan nasabah kedua ketika bank kemudian memposisikan
diri sebagi pemilik modal.
Akan tetapi, seandainya bank melakukan mudharabah dengan nasabah
kedua atas ijin pemilik modal (nasabah pertama) maka bank tidak berhak
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
107 | P a g e
mendapat bagian keuntungan dan menentukan nisbah bagi hasil karena statusnya
hanya sebagai calo perantara atau makelar dana saja. Para ulama menjelaskan
bahwa hasil keuntungan dalam akad mudharabah hanya milik pemodal dan
pelaku usaha, sedangkan pihak yang tidak memiliki modal dan tidak ikut serta
dalam pelaksanaan usaha maka tidaklah berhak untuk mendapatkan bagian dari
hasil keuntungan (bagi hasil). Para ulama melarang peraktek mudharabah yang
dilakukan bank syariah saat ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam
Nawawi yang di kutip dan dibenarkan dalam sejumlah kitab-kitab fikih klasik
para ulama salaf: Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Hukum kedua: tidak
dibenarkan bagi pelaku usaha (mudharib) untuk menyalurkan modal yang ia
terima kepada pihak ketiga dengan perjanjian mudharabah. Bila ia melakukan hal
itu atas seizin pemodal, sehingga ia keluar dari akad mudharabah (pertama) dan
berubah status menjadi perwakilan bagi pemodal pada akad mudharabah kedua
ini, maka itu dibenarkan. Akan tetapi ia tidak dibenarkan untuk mensyaratkan
untuk dirinya sedikitpun dari keuntungan yang diperoleh. Bila ia tetap
mensyaratkan hal itu, maka akad mudharabah kedua bathil” Ucapan senada juga
diutarakan oleh Imam Ibnu Qudamah al-Hambali rahimahullah, ia berkata,
“Tidak dibenarkan bagi pelaku usaha untuk menyalurkan modal (yang ia terima)
kepada orang lain dalam bentuk mudharabah, demikian penegasan Imam Ahmad.
Pendapat ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah, asy-Syafi’i dan aku tidak
mengetahui ada ulama’ lain yang menyelisihinya”.
Bila kita mencermati konstruksi perjanjian mudharabah yang
berlangsung pada beberapa bank syariah maka kita akan dapati sejumlah klausula
dalam perjanjian dimaksud yang sesungguhnya tidak berada dalam kerangka
mudharabah menurut bingkai syariah. Apa yang dilabelkan oleh Bank Syariah
sebagai sebagai akad mudharabah jika dicermati sesungguhnya memuat sejumlah
klausula yang berada pada tataran akad utang piutang.
Sehingga kamuflase akad mudharabah yang berlangsung pada perbankan
syariah tidaklah merubah hakekat sebenarnya pada susbtansi akad utang piutang
dalam skenario status ganda bank. Berikut ini kita cermati skenario akad utang
piutang yang dijalankan oleh bank syariah meskipun mengelabui umat dan
melabeli namanya dengan akad mudharabah: Pihak bank yang dalam status
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
108 | P a g e
pertama sebagai pelaku usaha dan menerima modal dari nasabah pertama (di
asumsikan sebagai kreditur) kemudian tidak amanah untuk menjalankan perannya
sebagai pelaku usaha sesuai akad mudharabah dimaksud namun bank syariah
malah kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada pihak nasabah lain
(diasumsikan sebagai debitur) yang hendak berlaku sebagai pelaku usaha, pada
kali ini bank memposisikan diri sebagai pemodal yang pada hakekatnya uang
modal yang ada pada bank merupakan uang milik nasabah pada akad mudharabah
pertama. Jadi subtansi dari skenario status ganda perbankan ini ialah bank
berupaya mengalokasikan dana terhimpun dari pihak lain yang dijanjikan akan
kembali dananya oleh bank seiring waktu berjalan beserta bagi hasilnya (bunga
uang). Hal ini berjalan dari suatu usaha kosong yang pada hakekatnya tidak
pernah bank lakukan kecuali hanya menerima dan menyalurkan dana serta
mengambil keuntungan atasnya (menyerupai pinjaman bank terhadap uang
nasabah pada bank konvensional yang disertai bunga pinjaman). Aliran uang
nasabah pertama tadi kemudian di alokasikan oleh bank dalam bentuk penyaluran
dana kepada pihak lainnya (bank syariah pada hakekatnya bukan pemilik uang
yang sebenarnya), dimana bank kali ini menuntut pengembalian dana seiring
waktu berjalan beserta bagi hasilnya (bunga uang) atas modal yang hakekatnya
bukan milik bank namun milik nasabah pertama yang berperan sebagai kreditur,
dalam kedua proses tadi diisyaratkan adanya keuntungan atasnya, sebagaimana
telah kita ketahui bahwa pengambilan keuntungan dari utang piutang adalah riba.
E. Penutup
Berdasarkan pembahasan penulis dengan mengacu pokok rumusan
masalah maka dapat ditarik pokok simpulan sebagai berikut: Anatomi perjanjian
mudharabah yang dipraktikkan pada perbankan syariah di Indonesia memang
secara prinsip perlu dikritisi sebab ada beberapa klausula dalam perjanjian yang
diduga kuat melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti legal standing Bank
Syariah dalam perjanjian yang berstatus ganda. Yang perlu dikritisi lagi adalah
kedudukan badan usaha perbankan syariah yang pada umumnya masih status
badan hukum PT yang merupakan duplikasi bentuk badan usaha yang dikenal
dalam sistem kapitalisme, tentu saja ini bertentangan dengan prinsip-prinsip
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
109 | P a g e
syariah. Adapun menyangkut klausula perjanjian mudharabah di perbankan
syariah jika dicermati secara jeli sesungguhnya masih terjebak pada skema utang
piutang antara Bank Syariah selaku shahibu al-mal dengan nasabah selaku
mudharib tentu skema demikian sangat riskan menjebak para pihak kedalam riba.
Daftar Pustaka
Abdullah Saed. 2004. Menyoal Bank Syari’ah, Kritikan atas Interpretasi Bunga
Bank Neo Revivaless, Jakarta: Paramadina.
Adiwarman A. Karim. 2011. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta:
Jakarta Press, 2011.
Anita Rahmawaty. 2011. Riba Dalam Perspektif Keuangan Islam. Jakarta: al-Bayan.
Arviyan Arifin dan Veithzal Rivai. 2010. Islamic banking sebuah teori, konsep, dan
aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Ascarya. 2006. Akad dan produk syariah: konsep dan praktek di beberapa negara.
Jakarta: Bank Indonesia.
Ahmad Azhar Bashir. 2000. Asas-Asas Hukum Muamalat, Yogyakarta: UII Press.
Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K Lubis. 2004. Hukum Perjanjian dalam Islam,
Jakarta: Sinar Grafika.
Elizabeth, Lusianna. 2009. “Risiko Dan Manajemen Risiko Dalam Transaksi
Pembiayaan Mudharabah”. Tesis—Universitas Indonesia, Jakarta.
Erni Susana dan Annisa Prasetyanti. “Pelaksanaan dan Sistem Bagi Hasil
Pembiayaan Al-Mudharabah Pada Bank Syariah”, Jurnal Keuangan dan
Perbanakan, Volume 15 Nomor 3 September 2011.
Faturrahman Djamil. 2001. Hukum Perjanjian Syariah dalam Kompilasi Hukum
Perikatan. Cet. 1. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Fazlur Rahman. 1995. Ecnomic Doktrines of Islam, terj. Soeroyo. Yogyakarta:
Dhana Bakti Wakaf.
Ghufron A Mas’adi. 2002. Fiqih Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Heri Sudarsono. 2008. Bank dan lembaga keuangan syariah. Yogyakarta: Ekonisia.
Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Prenada Media
Group.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
110 | P a g e
Julius R. Latumaerissa. 1999. Mengenal aspek-aspek operasi bank umum. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ludwig Von Mises. 2011. Liberalism: In the classical Tradition, Terj. Lela E.
Madjiah, Menemukan Kembali Liberalisme. Jakarta: Freedom Institute.
Muhammad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung: Citra
Aditya Bakti.
Nasrodin. “Analisis Fiqihterhadap Implementasi Pembiayaan Modal Kerja IB pada
PT Bank Tabungan Negara (Persero), TBK Kantor Cabang Syariah
Jogjakarta”. Jurnal Ekonomi Islam Lariba, Volume III Nomor 2 Desember
2009.
Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Ruslan Abdul Ghofur Noor, “Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam Dalam
Membangun Keadilan Ekonomi Indonesia” Islamica, Vol. 6, No. 2 Maret
2012.
Suryati. “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Perkembangan Usaha dan
Pendapatan Nasabah Mudharabah di BMT Binamas Purworejo”. Jurnal
Pendidikan dan Ekonomi, Volume 1 Nomor 2 Tahun 2012.
Veithzal Rivai dkk. 2007. Bank and Financial Institution Manajement Conventional
and Sharia System. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Yusuf As-Sabatin. 2011. Bisnis Islam dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis,
Bogor: Al-Azhar Press.
Yusuf Qordhawi. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani
Perss.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
111 | P a g e
Pengaruh Strategi Pemasaran terhadap Minat Menabung Anggota
di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro
Sugito
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
Abstrak
Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro adalah suatu badan usaha
ekonomi yang berbadan hukum koperasi, terorganisir dalam bentuk koperasi syariah,
melakukan etika moral dengan memperhatikan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.
Dalam setiap perusahaan maupun lembaga keuangan pasti memerlukan adanya
strategi pemasaran, strategi pemasaran yang dimiliki oleh perusahaan harus
mempunyai strategi yang baik agar tercapai visi dan misi perusahaan, dengan
menggunakan strategi pemasaran yang baik diharapkan perusahaan dapat mengatasi
persaingan dengan perusahaan sejenis, sehingga dapat meningkatkan produktifitas
dan pendapatan perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pemasaran terhadap
minat menabung anggota di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro,
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, adapun data yang diperoleh dari
data primer dan sekunder. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis
regresi linier sederhana. Menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 for Windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel strategi pemasaran (X)
berpengaruh tidak signifikan terhadap minat menabung anggota, koefesien
determinasi menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (strategi pemasaran)
terhadap variabel dependen (minat menabung) adalah sebesar 0,101, sedangkan
sisanya 89,90% (100% - 0,101) dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan uji t bahwa
nilai t sebesar 1,960 < 2,018 atau t hitung lebih kecil dari pada t tabel, maka H0
diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
Kata Kunci: Strategi Pemasaran, Minat Menabung.
A. Pendahuluan
Dalam perkembangan koperasi, terdapat perbedaan antara koperasi
konvensional dengan koperasi syariah, yaitu terletak pada teknis operasionalnya.
Pada koperasi konvensional dalam menghasilkan laba berasal dari suku bunga
pinjaman, sedangkan prinsip koperasi syariah mengharamkan bunga dan melihat
etika halal dan haram dalam mengembangkan usahanya. Koperasi juga merupakan
suatu organisasi yang berbeda dengan organisasi lainnya, anggota pada koperasi
memiliki status ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan, sedangkan
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
112 | P a g e
pada organisasi lain pemilik belum tentu menjadi pelanggan tetap pada bisnis
tersebut.
Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro adalah suatu badan usaha
ekonomi yang berbadan hukum koperasi, terorganisir dalam bentuk koperasi syariah,
melakukan etika moral dengan memperhatikan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.
Dalam menjalankan usaha diharapkan Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah
Bojonegoro dapat memberikan kontribusi yang positif guna meningkatkan taraf
hidup anggota pada khususnya dan umat Islam pada umumnya.
Menentukan strategi pemasaran merupakan indikator penting dalam
operasional koperasi, dengan adanya strategi pemasaran, maka penerapan program
dalam mencapai tujuan organisasi dapat dilakukan secara aktif.93
Hal ini dilakukan agar dapat membangun kepercayaan masyarakat dan
merangsang minat untuk menabung di koperasi syariah, untuk menabung diperlukan
adanya keinginan dalam diri seseorang untuk menyisihkan dan menyimpan uangnya,
dalam artian menabung memerlukan minat agar perilakunya terarah pada aktivitas
tersebut (menabung).
Masyarakat saat ini lebih berhati-hati sebelum memutuskan lembaga keuangan
manakah yang akan dipilihnya sebagai tempat menginvestasikan dananya. Karena
hal tersebut, mengetahui prilaku konsumen atau anggotanya sangatlah penting bagi
pihak pengelola koperasi syariah, agar pihak koperasi dapat mengambil keputusan
untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat di masa yang akan datang.
Dalam penelitian sehingga disimpulkan rumusan masalah: 1) Bagaimana
strategi pemasaran di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro? Dan 2)
Bagaimana pengaruh strategi pemasaran terhadap minat menabung anggota di
Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro? Dan tujuan penelitian adalah
Untuk mengetahui strategi pemasaran di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah
Bojonegoro dan Untuk mengetahui pengaruh strategi pemasaran terhadap minat
menabung anggota di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro.
93 A. Hasan, 2010, Marketing Bank Syariah (Bogor: Ghalia Indonesia), hlm. 119.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
113 | P a g e
B. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis
Tinjauan Teoritis
Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah memilih menganalisa pasar sasaran yang
merupakan suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan dan
menciptakan suatu bauran pemasaran yang cocok dan yang dapat memuaskan
pasar sasaran tersebut.94
Dunia pemasaran diibaratkan sebagai medan tempur bagi para produsen
dan para pedagang yang bergerak dalam komoditi yang sama maka perlu sekali
diciptakan suatu strategi pemasaran, agar dapat memenangkan peperangan
tersebut.Karena dengan adanya strategi pemasaran, maka implementasi
program dalam mencapai tujuan organisasi dapat dilakukan secara aktif.
a. Riset pasar
1) Mencari peluang pasar
2) Analisis peluang pasar
Riset pasar dapat membantu tim manajemen mendefinisikan bisnis yang
dapat memenuhi keinginan nasabah. Riset tersebut adalah proses
mempelajari apa yang nasabah inginkan dan menentukan bagaiman cara
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
b. Segmentasi pasar
Segmentasi merupakan dasar untuk memastikan bahwa setiap pasar
itu terdiri atas beberapa segmen dan respon yang berbeda-beda. Setiap
segmen terdapat para pembeli, pengguna yang mempunyai/mencerminkan95:
1) Peluang dan kebutuhan yang berbeda-beda
2) Pola pembelian yang berbeda-beda
3) Respon-tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai macam
penawaran
Segmentasi secara berkesinambungan menjadi hal yang sangat
penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat terus memenuhi kebutuhan
(need) dan keinginan (want) pasar selalu berubah-ubah. Kesalahan
pemilihan tempat untuk meluncurkan suatu produk atau untuk membuka
94 H.B. Alma 2010, Kewirausahaan (Bandung: Alfabeta), hlm. 195. 95 Hasan, Op.cit., hlm. 125.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
114 | P a g e
usaha seringkali menjadi kendala perusahaan dalam meraih sebuah
kesuksesan yang diinginkan.
Dalam melihat pasar, perusahaan harus kreatif dan inovatif
menyikapi perkembangan yang sedang terjadi, karena segmentasi
merupakan langkah awal yang menentukan keseluruhan aktivitas
perusahaan. Segmentasi memungkinkan perusahaan untuk lebih fokus
dalam mengalokasikan sumber daya. Dengan cara-cara yang kreatif dalam
membagi-bagi pasar ke dalam beberapa segmen, perusahaan dapat
menentukan dimana mereka harus memberikan pelayanan terbaik dan
dimana mereka mempunyai keunggulan kompetitif yang besar.
Selain hal tersebut segmentasi merupakan dasar untuk dapat
menentukan komponen-komponen strategi. Segmen yang disertai dengan
pemilihan target market akan memberikan acuan dalam penentuan
positioning.
c. Target pasar
Setelah membagi-bagi dalam menetapkan pasar dalam beberapa
segmen, selanjutnya yang dilakukan adalah penentuan target pasar yang
akan dibidik. Targetting adalah proses pemilihan target dan mencocokkan
reaksi pasar dengan kebutuhan dasar, kemampuan daya beli dan
keterbatasan yang dimiliki. Sebelum sebuah produk, usaha atau jasa
diluncurkan ke masyarakat, pemilihan target setelah segmentasi adalah
sebuah keharusan. Sebuah produk atau jasa tidak dapat memasuki semua
segmen di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses targetting,
kejelian pemilihan target market yang tepat akan mempermudah masuknya
sebuah produk baru. Apalagi dengan kondisi bahwa produk baru tersebut
belum mempunyai pesaing.
d. Penetapan Posisi Pasar
Jika produk telah mendapat tempat yang tepat, pembeli prospektif
atau pemakai dapat mengenali keuntungan unik dari produk dan dapat
membandingkan lebih baik dari kompetitor.
Penetapan posisi pasar adalah memberi identitas merek pada produk
yang dapat membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetensi tawaran
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
115 | P a g e
value (build a belief offering value system) yang dapat diterima-diperoleh
pelanggan.96 Dalam artian produk dan jasa diposisiskan pada posisi yang
diinginkan oleh nasabah, sehingga dapat menarik minat nasabah untuk
membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
e. Bauran pemasaran
Bauran pemasaran adalah parangkat alat pemasaran faktor yang
dapat dikendalikan (product, price, promotion, place) yang dipadukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar
sasaran.97 Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan komponen-
komponen pemasaran yang dimanfaatkan oleh manajemen di dalam
kegiatan penjualan.98
Konsep pengembangan strategi pemasaran berkaitan dengan masalah
bagaimana menetapkan bentuk penawaran pada segmen pasar tertentu. Hal
ini dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu sarana yang disebut bauran
pemasaran, yang sering juga disebut sebagai basis strategi, yang mencakup
berikut ini.
1) Produk (product) atau jasa
Produk adalah merupakan titik sentral dari kegiatan marketing.
Produk atau jasa yang dibuat harus memperhatikan nilai kehalalan,
bermutu, bermanfaat, dan berhubungan dengan kebutuhan kehidupan
manusia. Nabi Muhammad SAW melarang kita untuk melakukan
transaksi terhadap suatu produk yang mengandung unsur tidak jelas
(gharar), karena akan menimbulkan potensi terjadinya penipuan dan
ketidak adilan terhadap salah satu pihak.
2) Harga (price)
Penentuan harga dalam ekonomi syariahdidasrkan atas
mekanisme pasar, yakni harga ditentukan berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran atas azas sukarela (‘an taradhiin),
sehingga tidak ada satu pihak pun yang teraniaya atau terzalimi.
96 Ibid., hlm. 130. 97 N.M. Al Arif, 2010, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung: Alfabeta), hlm. 14. 98 A. Amrin, 2007, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta: PT Gramedia), hlm. 59.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
116 | P a g e
Dengan syarat sebaiknya kedua belah pihak yang bertransaksi
mengetahui, mengenali produk dan harga di pasaran.
3) Tempat (place)
Penentuan tempat didasarkan atas jenis usaha atau produk yang
diciptakan. Bagi perbankan, pemilihan lokasi (tempat) sangat penting,
dalam menentukan lokasi pembukaan kantor cabang atau kantor kas
termasuk peletakan mesin ATM, bank harus mampu mengidentifikasi
sasaran pasar yang dituju.
4) Promosi (promotion)
Promosi merupakan komponen yang dipakai untuk memberi
tahukan dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan, sehingga
pasar dapat mengetahui tentang produk yang diproduksi oleh
perusahaan tersebut.
Berdasarkan pandangan Amrin (2007), promosi dalam sistem
ekonomi syariah harus memperhatikan nilai-nilai kejujuran dan
menjauhi penipuan. Media atau sarana yang digunakan harus sesuai
dengan syariah.99
f. Penjualan
Implementasi program penjualan untuk memacu penjualan
produk suatu perusahaan merupakan persyaratan untuk memenangkan
persaingan dalam kondisi pemasaran yang berkembang sangat pesat.
Tujuan dasar organisasi penjualan disebuah perusahaan adalah
melakukan penjualan yang menguntungkan atas nama perusahaan.
Strategi dan rencana penjualan diimplementasikan untuk membantu
tercapainya tujuan penjualan.
g. Kepuasan pelanggan
Menjalin hubungan yang baik secara terus menerus
(berkesinambungan) dengan nasabah, tidak hanya dalam jangka pendek
tetapi hubungan jangka panjang. Nasabah bukan hanya puas tetapi juga
loyal pada perusahaan kita. Oleh karena itu perusahaan harus terus
memelihara dan meningkatkan pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan
99 Ibid., hlm. 62.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
117 | P a g e
dan diinginkan nasabah. Perusahaan harus mampu menjalin silaturahmi
yang baik dengan nasabah, agar nasabah merasa bahwa perusahaan
sebagai rumah kedua mereka. Hal ini akan mampu meningkatkan
loyalitas nasabah kepada perusahaan, atau menimbulkan word of mouth
yang positif.100
Minat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia minat adalah kecenderungan
hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Syah (2004) minat berarti
kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu.101
Atas dasar definisi tersebut dalam menjalankan strategi pemasaran
harus adanya pemahaman tentang prilaku konsumen. Hal ini sesuai dengan
pemahaman Setiadi (2010) memahami konsumen adalah elemen penting dalam
pengembangan strategi pemasaran. Sangat sedikit jika ada keputusan tentang
strategi yang tidak mempertimbangkan prilaku konsumen.102
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen:103
a. Faktor kebudayaan yang terdiri dari kebudayaan, sub budaya, kelas sosial.
b. Faktor sosial yang terdiri dari kelompok referensi, keluarga, peran dan
status.
c. Faktor pribadi yang terdiri dari umur, pekerjaan, keadaaan ekonomi, gaya
hidup, kepribadian.
d. Faktor psikologi yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar,
kepercayaan dan sikap.
Tabungan
Menurut Undang-undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008,
tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana
berdasarkan mudhorabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan
100 N.M. Al Arif, Op.cit, hlm. 205. 101 M. Syah, 2004, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya
Offset), hlm. 136. 102 N.J. Setiadi, 2010, Perilaku Konsumen (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hlm. 9. 103 Ibid., hlm. 10.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
118 | P a g e
ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet
giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000,
tabungan ada dua jenis, yaitu: pertama, tabungan yang tidak dibenarkan secara
prinsip syariah yang berupa tabungan dengan berdasarkan perhitungan bunga.
Kedua, tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah yakni tabungan yang
berdasarkan prinsip mudhorabah dan wadi’ah.
Dalam Al-Quran dijelaskan dalam (Q.S. Yusuf (12): 47-48) :
“Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)
sebagaiman biasa, maka apa yang kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit
untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat
sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun
sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan”.
Dari kedua ayat tersebut berarti telah dianjurkaan kepada umat islam
untuk menabung, untuk masa depan, dan mengantisipasi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini
memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah
membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung
kecil. Akan tetapi jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk
penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak lembaga keuangan karena
bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil namun biasanya jumlah nasabah yang
menggunakan tabungan lebih banyak daripada produk penghimpunan yang
lain.
Koperasi
Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2012
tentang Perkoperasian yang dimaksud dengan koperasi adalah badan hukum
koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.
Sedangkan pengertian koperasi jasa keuangan syari’ah pada Peraturan Menteri
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
119 | P a g e
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor :
35.3/Per/M.KUKM/X/2007 bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah
merupakan lembaga koperasi yang melakukan kegiatan usaha pembiayaan,
investasi, dan simpanan berdasarkan pola syariah yang perlu dikelola secara
professional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Kekuatan pokok koperasi
terletak pada kepercayaan dan kebersamaan anggota, oleh karena itu partisipasi
dan peran aktif anggota perlu diperkokoh dan ditumbuh kembangkan.
Menurut Undang Undang nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian, bahwa sumber permodalan koperasi terdiri dari:
a. Modal sendiri berasal dari: simpanan pokok, simpanan wajib, dana
cadangan, hibah.
b. Modal pinjaman berasal dari: anggota, koperasi lain, bank dan lembaga
keuangan lainnya.
C. Populasi dan Sampel
Populasi
Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Koperasi Pondok
Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang berjumlah 246 anggota.104
Sampel
Arikunto menulis: “untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya
kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara10-
15% atau 20-25% atau lebih”.105
Berdasarkan teori di atas, karena dalam penelitian ini jumlah populasinya
lebih dari 100 atau lebih tepatnya sebesar 246 anggota, maka sampel yang diambil
104 Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta), hlm. 80. 105 Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm.
134.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
120 | P a g e
adalah sebesar 15% dari keseluruhan dari populasi yang ada dengan teknik random
sampling, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 15% dari 246 anggota =
36 anggota.
D. Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Responden
Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden
merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian. Responden
dalam penelitian ini memiliki karakteristik. Karakteristik-karakteristik penelitian
terdiri dari:
a. Jenis kelamin responden
Tabel 4.1
Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin Jumlah Prosentase
Laki-laki 17 47%
Perempuan 19 53%
Total 36 100%
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut diketahui tentang jenis kelamin anggota
menabung pada Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil
sebagai responden. Jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin
perempuan sebesar 53% dan jenis kelamin laki-laki sebesar 47%.
b. Usia responden
Data mengenai usia responden, peneliti mengelompokkan menjadi tiga
kategori, yaitu dari umur 25-39 tahun, 40-49 tahun dan lebih dari 50 tahun.
adapun data mengenai usia anggota menabung di Koperasi Pondok Pesantren As-
Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Usia Responden
Usia Jumlah Prosentase
25-39 11 30%
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
121 | P a g e
40-49 15 42%
>50 10 28%
Total 36 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat deketahui tentang usia anggota menabung
pada Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai
responden. Umur responden yang menjadi sampel penelitian ini berkisar 25-39
tahun, terdapat sebanyak 11 responden atau 30% dari jumlah sampel, yang
memiliki umur 40-49 tahun terdapat 15 responden atau 42%, dan yang memiliki
umur lebih dari 50 tahun sebanyak 10 responden atau 28%. Dari keterangan diatas
menunjukkan bahwa sebagian besar anggota menabung di Koperasi Pondok
Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai responden dalam
penelitian ini adalah berusia 40-49 tahun.
c. Pendidikan responden
Data mengenai pendidikan responden disini, peneliti mengelompokkan
menjadi lima kategori, yaitu SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK, Diploma, dan
Sarjana. Adapun data mengenai pendidikan anggota menabung di Koperasi
Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai responden adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pendidikan Responden
Pendidikan Jumlah Prosentase
SD/MI 4 11%
SMP/MTS 4 11%
SMA/MA/SMK 5 14%
DIPLOMA 8 22%
SARJANA 15 42%
Total 36 100%
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui tentang latar
belakang pendidikan anggota menabung di Koperasi Pondok Pesantren As-
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
122 | P a g e
Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai responden sebagian besar
berpendidikan SD/MI sebanyak 4 orang atau 11%, SMP/MTS sebanyak 4 orang
atau 11%, SMA/MA/SMK sebanyak 5 orang atau 14%, Diploma sebanyak 8
orang atau 22%, Sarjana sebanyak 15 atau 42%. Dari keterangan diatas
menunjukkan bahwa pendidikan terakhir sebagian besar anggota menabung di
Koperasi Pondok pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai
responden dalam penelitian ini adalah Sarjana.
d. Pekerjaan/profesi responden
Berdasarkan hasil penelitian jenis pekerjan/profesi dari 36 responden
bervariasi, dengan kelompok jenis pekerjaan/profesi dapat diketahui sebagai
berikut:
Tabel 4.4
Pekerjaan/Profesi Responden
Pekerjaan/profesi Jumlah prosentase
Pelajar/mahasiswa 5 14%
Pegawai Negeri 5 14%
Karyawan swasta 9 25%
Guru 11 30%
Pedagang 6 17%
Total 36 100%
Berdasarkan keterangan pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui tentang jenis
usaha anggota menabung di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro
yang diambil sebagai responden. Anggota yang berprofesi sebagai
pelajar/mahasiswa sebanyak 5 orang atau 14%, pegawai negeri sebanyak 5 orang
atau 14%, karyawan swasta sebanyak 9 orang atau 25%, guru sebanyak 11 orang
atau 30%, pedagang sebanyak 6 orang atau 17%. Dari hasil tersebut mayoritas
responden yang di ambil berprofesi sebagai guru.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
123 | P a g e
Validitas
Uji Validitas merupakan poin penting dalam sebuah analisa data. Hal itu
dilakukan untuk menguji apakah suatu alat ukur atau instrumen penelitian (dalam hal
ini data dari kuesioner) sudah valid dan reliabel. Mengukur validitas dilakukan
dengan r hitung > r tabel , yakni r hitung > 0,3 maka disebut valid, hasil validitas sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Hasil Validitas Variabel Strategi pemasaran(X1), dan Minat Menabung (Y)
NO r Hitung Syarat keterangan
Strategi Pemasaran (X)
1 0, 653 >0,300 Valid
2 0,653 >0,300 Valid
3 0,602 >0,300 Valid
4 0,345 >0,300 Valid
5 0,653 >0,300 Valid
6 0,738 >0,300 Valid
7 0,393 >0,300 Valid
8 0,738 >0,300 Valid
9 0,602 >0,300 Valid
10 0,345 >0,300 Valid
Minat Menabung (Y)
1 0,558 >0,300 Valid
2 0,458 >0,300 Valid
3 0,347 >0,300 Valid
4 0,458 >0,300 Valid
5 0,640 >0,300 Valid
6 0,506 >0,300 Valid
7 0,381 >0,300 Valid
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
124 | P a g e
8 0,646 >0,300 Valid
9 0,651 >0,300 Valid
10 0,349 >0,300 Valid
Berdasarkan olahan data di atas pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa
semua item pernyataan dikatakan valid, karena > 0,300.
Reliabilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman
Brown dengan Rtabel 5% dengan N = 36 Responden yakni 0,600, jika hasil uji
Reabilitas < 0,600 maka tidak reliable, tapi jika > 0,600 maka dikatakan reliable.
hasil reliabitilas dari masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel 2..2 Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel t Hitung t Tabel keterangan
1 Strategi Pemasaran
(X) 0,784
> 0,600 Reliabel
2 Minat Menabung (Y) 0,657 > 0,600 Reliabel
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel diatas semua variabel memiliki nilai
>0,600. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa seluruh variabel dikatakan reliable.
Artinya kuesioner pada penelitian ini memiliki sifat dapat dipercaya.
Uji Asumsi Klasik
Dalam suatu persamaan regresn harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias.
Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi beberapa asumsi
dasar (Klasik), yaitu Berdasarkan hasil Uji Asumsi Klasnk dengan alat bantu
komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0. diperoleh hasilnya sebagai
berikut: (1). Uji Nomlalltas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji
apakah dari vanabel-vanabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai
distribusi normal atau tidak. (2). U|i Autokorelasi bertujuan untuk menentukan
apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t- 1. Ghozali M (2006 : 61) (3). Uji
Multikolinieritas bertjuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
125 | P a g e
adanya korelasi antara vanabel bebas.Model regresi yang baik seharus nya tidak
terjadi korelasi dlantara variabel bebas. (4). Pengujian heteroskedaktisitas menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual (kesalahan
pengganggu) satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda dlsebut heteroskedaktisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedaktisitas.
Analisis Uji Parsial
Pengujian secara parsial yang digunakan untuk mengu|i signifikansi pengaruh
variabel strategi pemasaran terhadap minat menabung . Hal ini ditunjukkan oleh
persamaan regresi linier berganda sebagai benkut:
Y = 23,342 + 0,373
t ...... ' 2,963
Sig ' 0,006
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel strategi pemasaran secara
parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat menabung.. Kondisi ini
indikasikan dengan perolehan tingkat signifikansi variabel bebas yang digunakan
model penelitian tersebut masih dibawah 5%.
Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut (1). Konstanta
(a) merupakan Intersep garis regresi dengan Y jika X = 0, yang menunjukkan bahwa
besarnya variabel independen yang digunakan dalam model penelman sebesar
konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (a) adalah 23.343 menunjukkan bahwa
jika variabel bebas yang terdiri dari strategi pemasaran tidak ada perubahan = 0,
maka minat menabung nasabah di koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah akan
sebesar 23,343. (2). Koefisien Regresi: strategi pemasaran (b.) 0,373, menunjukkan
arah hubungan positif (searah) antara strategi pemasaran terhadap minat menabung
anggota di koperasi pondok pesantren As-Sakinah Bojonegoro.
Hal ini menunjukkan kurang baik tanggapan responden atas strategi
pemasaran tersebut akan diikuti semakin naik minat anggota menabung untuk
meningkatkan strategi pemasaran tersebut. Dengan kata lain jika strategi pemasaran
naik 1 satuan maka minat menabuung akan naik sebesar 0,373 dengan asumsi
variabel yang lainnya konstan.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
126 | P a g e
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sampel sebanyak 36 responden,
jumlah tersebut diambil dari 15% jumlah populasi yaitu 246 anggota, mayoritas
responden adalah guru yang berada di Pondok Pesantren Hidayatullah Bojonegoro.
1. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh dalam hal strategi pemasaran,
pihak Koperasi Pondok Pesantren As-sakinah Bojonegoro lebih mengedepankan
kepuasan pelanggan (kepuasanan pelayanan pada anggota).
Menurut bapak Yudi Nur Effendi selaku manajer koperasi, untuk
meningkatkan minat menabung selain dalam menjalankan strategi pemasaran
dalam hal kepuasan pelayanan pada anggota, peningkatan minat menabung bisa
bertambah lantaran adanya peningkatan pada lembaga pendidikan Pondok
Pesantren Hidayatullah. Dalam artian semakin banyak jumlah santri dan guru di
Pondok Pesantren Hidayatullah Bojonegoro maka minat menabung semakin
meningkat karena adanya rekomendasi dari orang dalam. Pernyataan tersebut
didapatkan penulis saat melakukan wawancara kepada manajer koperasi.
2. Berdasarkan hasil penelitian kemudian diadakan analisis yang merupakan
pengolahan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. Dalam analisis ini akan dibuat
semacam interprestasi dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi
yang diproses antara variabel X dan Y. Dalam pelaksanaan langkahnya adalah
melakukan perhitungan uji t, apakah terletak di daerah penerimaan H0 atau
penolakan H0. Berdasarkan uji t pada variabel strategi pemasaran, t hitung = 2,963
yang lebih besar dari t tabel = 1,895(2,963 >1,895 ). Hal ini merupakan bukti
terjadinya penolakan H0penerimaan Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat
menabung anggota.
Besarnya pengaruh strategi pemasaran pada Koperasi Pondok Pesantren As-
Sakinah Bojonegoro terhadap minat menabung (R2) adalah sebesar 0,205 atau
20,5%. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pemasaran tersebut kecil sekali
pengaruhnya terhadap minat menabung, sedangkan sisanya sebesar 79,5%
dipengaruhi oleh faktor lain selain strategi pemasaran dari Koperasi Pondok
Pesantren As-Sakinah Bojonegoro.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
127 | P a g e
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Shanti Hermina Rangkuti (2009) yang diperoleh hasil bahwa variabel X
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y (minat menabung).
Karena memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat menabung
anggota, strategi pemasaran memiliki peranan dalam operasional Koperasi
Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro dan mempertahankan kelangsungan
hidup usaha.
Menurut analisa penulis, minat menabung anggota dapat meningkat apabila
pihak Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro mampu meningkatkan
strategi pemasaran salah satunya dalam meningkatkan promosi penjualan dam
meningkatkan kualitas pelayanan yang menjamin kepuasan anggota.
E. Penutup
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan alat analisis regresilinier
sederhana mengenai strategi pemasaran terhadap minat menabung di Koperasi
Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Dalam hal strategi pemasaran di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah
Bojonegoro lebih mengedepankan kepuasan pelanggan (kepuasan pelayanan
pada anggota).
2. Besarnya koefesien determinasi menunjukkan bahwa pengaruh variabel
independen (strategi pemasaran) terhadap variabel dependen (minat
menabung), dan hasilnya sebesar 0,205 atau 20,5%, sedangkan sisanya 79,5%
(100% - 20,5%) dipengaruhi oleh faktor lain diluar model ini. Berdasarkan uji
t pada variabel, t hitung lebih besar dari t tabel, Hal ini merupakan bukti
terjadinya penolakan H0 dan penerimaan Ha. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap minat menabung anggota.
Dalam penelitian yang peneliti lakukan tentunya mempunyai banyak
keterbatasan-keterbatasan, antara lain:
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
128 | P a g e
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada anggota menabung di Koperasi Pondok
Pesantren As-Sakinah Bojonegoro, sehingga hasilnya tidak berlaku untuk
anggota menabung di koperasi lain.
2. Keterbatasan pengetahuan peneliti tentang strategi pemasaran dan faktor-
faktor yang mempengaruhi minat menabung anggota, sehingga dalam
pembahasan tidak diuraikan secara lengkap.
3. Penelitian dilaksanakan selama penyusunan skripsi, waktu yang singkat inilah
yang dapat mempersempit ruang gerak peneliti, sehingga dapat berpengaruh
terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian yang dapat
mempersingkat waktu penelitian yaitu denga n menyebar angket.
Setelah melihat keterbatasan tersebut, penulis memberikan saran
sebagai kritik kontraktif yang dilihat di lapangan, adapun saran-saran yang
dapat penulis berikut antara lain:
a. Kepada pegawai Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah diharapkan untuk
lebih meningkatkan strategi pemasaran dalam operasionalnya.
b. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain
untuk mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan
seperlunya.
Daftar Pustaka
A. Amrin. 2007. Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta: PT Gramedia.
A. Hasan. 2010. Marketing Bank Syariah. Bogor: Ghalia Indonesia.
A. Sudijono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
E.C. Elina. 2008. Pengaruh Iklan Untung Beliung Britama Terhadap Minat Nasabah
Untuk Menabung Di Tabungan Britama BRI. Tesis, Program Studi Magister
Manajeman Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E.S. Khomariah. 2011. “Analisis Kesehatan pada Koperasi Pondok Pesantren As-sakinah Bojonegoro 2011-2012”. Skripsi, Program Studi Akuntansi Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi “CENDEKIA” Bojonegoro.
H.B. Alma. 2010. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015
129 | P a g e
Kasmir. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenada Media Group.
M. Firdaus. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara.
M. Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Mardani. 2011. Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Grafindo
Persada.
N.J. Setiadi. 2010. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
N.M. Al Arif. 2010. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta.
S. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
S. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
U Khoirul. 2012. “Pengaruh Produk Syariah Dan Bauran Promosi terhadap
Keputusan Nasabah Menabung Di BNI Syariah Cabang Semarang.” Skripsi,
Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Wali songo Semarang.