at mahmud

25
bukubagus® Indonesian e-Book Publisher A A . . T T . . M M A A H H M M U U D D PENCIPTA LAGU ANAK-ANAK SEBUAH MINI-BIOGRAFI compiled by Tata Danamihardja in collaboration with bukubagus ® Indonesian e-Book Publisher http://bukubagus.multiservers.com untuk pertanyaan seputar pembuatan dokumen dalam format pdf, klik di sini http://bukubagus.multiservers.com

Upload: vicky-rahadian-firmansyah

Post on 25-Jun-2015

943 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

AA..TT.. MMAAHHMMUUDD

PENCIPTA LAGU ANAK-ANAK

SEBUAH MINI-BIOGRAFI

compiled by Tata Danamihardja

in collaboration with

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

http://bukubagus.multiservers.com

untuk pertanyaan seputar pembuatan dokumen dalam format pdf, klik di sini

http://bukubagus.multiservers.com

Page 2: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

P R O F I L

Nama : Abdullah Totong Mahmud Nama Terkenal : A. T. Mahmud Lahir : Palembang. 3 Februari 1930 Agama : Islam Pekerjaan :

• Pencipta Lagu Anak-anak • Pensiunan Pengawas Kantor Wilayah Depdikbud DKI Jakarta

Isteri : Mulyani Sumarman (Lahir Sambu. 26 Februari 1934, menikah di Surabaya, 2 Februari 1958) Anak :

• Ruri Mahmud, (SE) (L) Jakarta 23 Februari 1959 • Rika Vitrina, SH (P) Jakarta 1 Oktober 1960 • Revina Ayu, SE (P) Jakarta 13 April 1974

Ayah : Masagus Mahmud Ibu : Masayu Aisyah Pendidikan Formal:

• HIS/SD 1944 • SMU Bag. Pertama (SMP) 1950 • SGA 1953 • BI Bahasa Inggeris 1959 FKIP Sarjana Muda Diploma 1964

Pendidikan Informal:

• The Teaching of English As a Foreign Language (Australia) Des.1961 sd. Des. 1962 PATA (Jakarta) Nov. sd. Desember 1979

• SPAFA "Further development Trainor Teachers of the Arts in Schools" (Workshop, Filipina ) Mei 1985

http://bukubagus.multiservers.com

Page 3: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

Bidang Karya : Pencipta lagu anak-anak untuk anak usia Pendidikan Dasar.

Buku Pelajaran Musik:

1. Anggota tim penulis Buku Musik 1,2,3, dan 4 untuk SPG tahun Proyek 1973/74,1974/75.

2. Anggota tim penulis Buku Seni Musik untuk PGSMTP Proyek Pembinaan tahun 1982/83.

3. Anggota tim penulis Buku Seni Musik untuk KPG Proyek Pembinaan KPG/PGSMTP 1982/83.

4. Penulis Musik dan Anak atas permintaan Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan 1994/95 Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen P dan K.

Penghargaan :

1. Menerima Piagam Hadiah Seni atas Keputusan Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diserahkan pada tanggal 11 Oktober 1999.

2. Anugerah Pendidikan Seni oleh Rektor Universitas Negeri

Jakarta tanggal 27 Juni 2003 pada Dies Natalis Universitas Negeri Jakarta ke-39.

3. Merima Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma

dari Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 14 Agustus 2003.

Alamat : Jalan Tebet Barat llA No.18

Jakarta Selatan 12810 Telepon 021-8296113

http://bukubagus.multiservers.com

Page 4: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

Maestro Pencipta Lagu Anak-Anak Pencipta lagu anak-anak Abdullah Totong Mahmud yang dikenal dengan nama AT Mahmud ini menerima Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari pemerintah RI. Ia dinilai berjasa dalam mengembangkan dan meningkatkan sumber daya bangsa dalam menciptakan lagu untuk anak-anak yang dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak. Penerima Piagam hadiah seni dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini memang telah menciptakan sekitar 500 judul lagu anak-anak. Lagu-lagu ciptaannya antara lain Amelia, Cicak, Pelangi, Bintang Kejora, dan Ambilkan Bulan, sangat terkenal dan baik untuk anak-anak. Semua lagu ciptaannya mengandung unsur edukasi yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kecerdasan dan kepribadian anak-anak. Maka melihat perkembangan lagu anak-anak sekarang ini, ia sangat prihatin. Keprihatinan ini dikemukakannya saat wawancara dengan Wartawan TokohIndonesia DotCom di rumah kediamannya, Jalan Tebet Barat II Jakarta, Senin 8 September 2003. Menurutnya, banyak sekali lagu yang dinyanyikan anak-anak bukan lagu anak melainkan lagu orang dewasa dengan pikiran dan kemauan orang dewasa. Anak-anak hanya menyanyikan saja. Tanpa pemahaman dan penghayatan akan isi lagu. AT Mahmud mencontohkan dua lagu yaitu “Aku Cinta Rupiah” dan “Mister Bush”. “Anak kecil mana tahu nilai rupiah atau dolar atau ringgit dan mata uang lainnya. Mereka juga tidak begitu kenal dan hirau dengan George Bush Junior yang melakukan invasi ke Iraq. Mereka belum memikirkan hal itu. Semua itu adalah pikiran dan kemauan orang dewasa yang dipaksa disuarakan anak-anak,” paparnya. Menurut Mahmud, lagu anak-anak hendaknya mengungkapkan kegembiraan, kasih sayang, dan memiliki nilai pendidikan yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak. Bahasa

http://bukubagus.multiservers.com

Page 5: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

dalam lagu anak pun harus menggunakan kosakata yang akrab di telinga anak. Siapa sebenarnya AT Mahmud? Apakah dia sejak muda mempersiapkan diri menjadi pencipta lagu anak dan melulu mengurusi soal lagu anak? AT Mahmud lahir di Palembang, Kampung 5 Ulu Kedukan Anyar, 3 Februari 1930. Ia anak kelima dari sepuluh bersaudara. Ibu bernama Masayu Aisyah, ayah bernama Masagus Mahmud. Ia diberi nama Abdullah dan sehari-hari dipanggil “Dola”. Namun, sebutan nama Abdullah atau Dola kemudian “menghilang”. Nama pemberian orang tua tercatat terakhir pada ijazah yang dimilikinya pada sekolah Sjoeritsoe Mizoeho Gakoe-en (sekolah Jepang) tahun 1945. Pada ijazah itu nama lengkapnya tertulis: Mgs (Masagus) Abdu'llah Mahmoed. Di rumah, kampung, dan teman sekolah, ia lebih dikenal dengan nama Totong. Pada surat ijazah Sekolah Menengah Umum Bagian Pertama (setingkat SLTP) tahun 1950, namanya tertulis Totong Machmud. Konon menurut cerita ibunya, ketika dirinya masih bayi ada keluarga Sunda, tetangganya, sering menggendong dan menimangnya sambil berucap, “... tong! ...otong!” Sang Ibu mendengarnya seperti bunyi “totong”. Sejak itu, entah mengapa, ibunya memanggilnya dengan “Totong”. Nama ini diterima di lingkungan keluarga dan kerabat. Nama lengkapnya kemudian menjadi Abdullah Totong Mahmud, disingkat A. T. Mahmud. Mahmud masuk Sekolah Rakyat (SD) ketika tinggal di Sembilan Ilir. Setahun kemudian, setelah berumur 7 tahun, ia dipindahkan ke Hollandse Indische School (HIS) 24 Ilir. Ada kenangan yang tak dapat dilupakannya kepada guru HIS yang mengajarkan musik, khususnya membaca notasi angka. Cara guru mengajarkannya sangat menarik. Guru memperkenalkan urutan nada do rendah sampai do tinggi dengan kata-kata do-dol-ga-rut-e-nak-ni-an. Kemudian, urutan nada dinyanyikan kebalikannya, dari nada tinggi turun ke nada rendah masih dengan kata-kata kocak e-nak-ni-an-do-dol-ga-rut. Setelah murid menguasai tinggi urutan nada dengan baik, naik dan turun, melalui latihan dengan kata-kata, guru mengganti kata-kata dengan notasi.

http://bukubagus.multiservers.com

Page 6: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

Setelah itu, diberikan latihan lanjut membaca notasi angka, seperti menyanyikan bermacam-macam jarak nada (interval), bentuk dan nilai not. Sesudah itu barulah murid-murid diberi nyanyian baru secara lengkap untuk dipelajari. Cara mempelajari nyanyian demikian sungguh menyenangkan. Pada tahun 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah pada bala tentara Jepang. Saat itu ia duduk di kelas V HIS. Dalam keadaan peralihan kekuasaan pemerintahan itu, ia pindah ke Muaraenim. Di sana, ia dimasukkan ke sekolah eks HIS, yang telah berganti nama menjadi Kanzen Syogakko. Di sinilah ia mulai bermain sandiwara dan mengenal musik. Sandiwara yang pernah ia ikuti adalah ketika sekolah mengadakan pertunjukan pada akhir tahun ajaran bertempat di gedung bioskop. Cerita yang ditampilkan legenda dari Sumatra Barat, berjudul Sabai Nan Aluih dan ia berperan sebagai Mangkutak Alam. Di kota ini pula ia berkenalan dengan Ishak Mahmuddin, seorang anggota orkes musik Ming yang terkenal di kota Muaraenim. Ming adalah nama pemimpin orkes. Alat yang dikuasai Ishak adalah alat musik tiup saksofon, selain beberapa alat musik lain. Ishak kemudian mengajarinya bermain gitar. Selain itu, Ishak yang pandai mengarang lagu itu turut membimbingnya mengarang lagu. Melihat kemampuan Mahmud yang terus meningkat, Ishak pun mengajaknya bergabung dengan Orkes Ming umtuk memainkan alat musik, dan kadang-kadang ukulele serta bas. Masa revolusi 1945-1949 membuatnya tidak dapat bersekolah dengan baik. Ia ikut masuk kancah perjuangan dengan menjadi anggota Tentara Pelajar. Selama masa itu, kehidupannya berubah. Ia berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, bahkan keluar masuk hutan. Syukurlah, ia dapat melewati masa itu dengan selamat, meskipun ada rkan-rekannya yang meninggal. Setelah Belanda mengakui kedaulatan RI, Mahmud pun keluar dari kesatuan Tentara Pelajar. Ia kemudian melanjutkan sekolah dan dinyatakan lulus dari SMU bagian Pertama (SLTP) setelah mengikuti ujian akhir pada tanggal 11-16 Agustus 1950. Ketiadaan biaya membuatnya tidak dapat segera melanjutkan pendidikan. Pamannya, Masagus Alwi mengajaknya bekerja di salah satu bank milik Belanda yang masih beroperasi. Ajakan tersebut diterima. Di

http://bukubagus.multiservers.com

Page 7: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

tempatnya bekerja, ia dapat melihat langsung keramaian lalu-lintas, lalu-lalang kendaraan, pejalan kaki, juga para siswa membawa buku sekolahnya. Pikiran dan perasaannya mulai gelisah. Ia ingin kembali ke sekolah. Kebetulan di Palembang sedang dibuka Sekolah Guru bagian A (SGA) yang memberi tunjangan belajar bagi siswanya selama tiga tahun, dengan syarat setelah tamat bersedia ditempatkan di mana saja sebagai guru. Ia pun berhenti bekerja di bank dan segera mendaftar sebagai siswa baru di SGA. Selama tiga tahun (1951-1953) ia belajar di SGA, dari tahun 1951 sampai dengan 1953. Selama pendidikan di SGA, ia pernah mengarang nyanyian untuk ibu. Kata-katanya bila disimpulkan, berbunyi: betapa dalam laut, betapa tinggi gunung, tidak dapat melebihi dalam dan tingginya kasih Ibu. Sayang, teks nyanyian ini tidak dimilikinya lagi, hilang. Setelah lulus SGA, ia ditempatkan di Tanjungpinang, Riau, menjadi guru SGB di kota itu. Ia berangkat ke Tanjungpinang dengan pesawat terbang Catalina yang mampu mendarat di permukaan laut. Di dermaga, Kepala SGB menyambut kedatangannya. Ia dibawa ke sebuah hotel tempat tinggalnya selama bertugas di Tanjungpinang. Di luar dugaannya, gaji pegawai di Tanjungpinang dibayar dengan mata uang dolar, bukan rupiah. Dengan gaji dolar, hidup guru dan pegawai PNS pada umumnya lebih dari cukup. Di kota inilah ia berkenalan dengan Mulyani Sumarman, guru Bahasa Inggris SMP Negeri. Hubungan pun makin lama makin erat. Menjelang tahun ketiga berada di Tanjungpinang, ia merasa sudah waktunya pindah. Ia ingin ke Jakarta. Ia ingin melanjutkan pendidikan di B I Jurusan Bahasa Inggris dan membangun rumah tangga dengan Mulyani. Ia mengajukan permohonan pindah, dan dikabulkan. Mulyani akan menyusul. Pada tahun 1956, ia pindah ke Jakarta diangkat menjadi guru di SGB V Kebayoran Baru. Kemudian, mendaftarkan diri pada B I Jurusan Bahasa Inggris. Tanggal 2 Februari 1958 ia menikah dengan Mulyani. Kemudian Mulyani diboyong ke Jakarta setelah mengajukan permohonan pindah mengajar. Mulyani ditempatkan di SMP 11 Kebayoran Baru yang tepat berhadapan dengan sekolahnya mengajar. Mulyani pun mendaftar

http://bukubagus.multiservers.com

Page 8: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

diri kembali pada B I Jurusan Bahasa Inggris. Dengan demikian, mereka dapat pergi dan pulang dari mengajar, atau pun kuliah di BI bersama-sama dengan mengendarai sepeda motor. Dari perkawinan ini mereka dikarunia tiga orang anak, seorang laki-laki, dua orang perempuan, yaitu Ruri Mahmud, Rika Vitrina, dan Revina Ayu. Setelah menyelesaikan B I Jurusan Bahasa Inggris tahun 1959, Mahmud dipindahkan mengajar pada SGA Jalan Setiabudi, Jakarta Selatan. SGA mendididik calon guru Sekolah Dasar. Di sini ia berkenalan dengan Bu Fat dan Bu Meinar, guru Seni Suara. Awal tahun 1962, dengan biaya Colombo Plan, ia ditugaskan kuliah di University of Sydney, Australia, guna memperoleh sertifikat mata kuliah The Teaching Of English As A Foreign Language selama satu tahun. Januari 1963 ia mendaftarkan diri pada Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Jakarta untuk melanjutkan pendidikan sampai sarjana. Pada tahun yang sama ia dipindahtugaskan ke Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (SGTK) di Jalan Halimun, Jakarta Selatan. Di SGTK seolah ia menemukan lahan subur untuk mengembangkan bakat musiknya, khususnya mencipta lagu anak-anak. Ia pun meninggalkan kuliah bahasa Inggris, keluar dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, dan menekuni musik. SGTK memiliki suasana yang mendorongnya untuk menekuni dunia musik. Pimpinan sekolah sendiri senang akan musik. Guru Seni Musik pandai bermain piano dan mengarang lagu. Siswa SGTK turut memberikan dorongan baginya untuk mengarang lagu anak-anak. Tiap kali siswa SGTK melakukan latihan praktik mengajar, ada yang memerlukan lagu dengan tema tertentu menurut tugasnya. Pada masa itu, mencari lagu anak-anak yang sesuai dengan anak-anak agak sulit. Siswa yang memerlukan lagu baru datang kepadanya meminta dibuatkan lagu. Ia pun mencoba. Lagu yang telah dibuat, diajarkan pada anak-anak TK saat praktik mengajar. Ternyata, lagu itu disukai. Hal ini membesarkan hatinya dan membuatnya makin tekun mengarang lagu anak-anak. Di rumah pada waktu senggang, ia mencoba mengarang lagu anak-anak sambil memetik gitar miliknya. Lagu anak-anak tentu

http://bukubagus.multiservers.com

Page 9: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

berbeda dengan lagu untuk orang dewasa. Di mana bedanya? Pada pikiran, perasaan, dan perilaku anak itu sendiri. Ia pun mempelajari lagu anak-anak yang telah ada, seperti lagu-lagu Ibu Sud, Pak Dal, dan pencipta lagu anak-anak yang lain. Saat tinggal di Kebayoran Baru, Mahmud sering mengajak anaknya bermain ke Taman Puring. Di sana ada ayunan, jungkat-jungkit, dan lapangan yang cukup luas sehingga anak-anak dapat melakukan permainan lain, seperti main lempar bola atau kejar-kejaran. Roike yang saat itu baru berumur 5 tahun senang sekali bermain ayunan. Ia begitu menikmati permainan itu dan menjaga agar anaknya tidak sampai mengalami kecelakaan. Perasaan Roike dan pesan agar hati-hati sehingga tidak mengalami itu ia tuangkan ke dalam lagu "Main Ayunan". Inspirasi lagu “Pelangi” hadir ketika ia mengantar anaknya, Rika, yang masih berusia lima tahun sekolah di TK. Di tengah perjalanan, Rika berteriak, “Pelangi!” sambil menunjuk ke arah langit. Ia mulai menyanyikan pelangi, mencari kata-kata yang tepat yang menjadi pikiran anak kecil, selanjutnya ketika tiba di rumah, ia iringi dengan gitar dan jadilah sebuah lagu. Lahirnya lagu “Ambilkan Bulan” terjadi ketika anaknya Roike tengah bermain di beranda rumah. Saat itulah ia melihat ke langit dan melihat bula. Segera ia berlari dan menggandeng lengan ayahnya diajak ke luar. Tiba-tiba si anak berkata, “Pa, ambilkan bulan.” Jelas saja AT Mahmud bingung. Awalnya kejadian itu berlalu begitu saja. Namun, permintaan si anak terus terngiang di telinganya. Minta bulan, untuk apa? Dengan mencoba menerawang dunia dan bahasa anak, AT Mahmud pun menuliskan permintaan itu dalam bait-bait lagu. Tadinya “ambilkan bulan pa” diubah menjadi “ambilkan bulan bu” sehingga terkesan lebih lembut. Lain lagi dengan lagu “Amelia”. Amelia adalah nama seorang anak kecil yang riang, sering bertanya, tidak bisa diam, lincah, dan ingin tahu banyak hal. Amelia adalah anak dari Emil Salim, Menteri Lingkungan Hidup pada masa Orde Baru. Emil Salim tak lain adalah sahabat waktu kecil Mahmud ketika sama-sama sekolah di Sekolah Menengah Umum Bagian Pertama (SMU, setingkat SLTP), di Palembang. A.T. Mahmud melukiskan sifat Amelia dalam

http://bukubagus.multiservers.com

Page 10: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

lagunya sebagai gadis cilik lincah nian, tak pernah sedih, riang selalu sepanjang hari. Dorongan untuk membuat lagu datang pula dari guru-guru. Salah satunya adalah Ibu Rosna Nahar. Para siswa pun senang dengan lagu-lagu ciptaannya. Ia kemudian membentuk kelompok paduan suara siswa SPG. Lagu ciptaannya terus bertambah, dan mulai tersebar di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar terdekat, kemudian melebar di sekolah-sekolah lain. Radio Repulik Indonesia (RRI) memintanya membantu mengisi acara anak-anak pada sore hari, dengan memperkenalkan lagu lama maupun baru. Kesempatan ini ia pergunakan untuk memperkenalkan lagu ciptaannya sendiri. Pelan tapi mantap, lagu-lagunya mulai dikenal di kalangan anak-anak, guru sekolah, dan orang tua. Tahun 1968, Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengundangnya. Salah seorang pejabat di sana menjelaskan bahwa TVRI ingin menyelenggarakan sebuah acara baru, yaitu musik anak-anak tingkat SD. Ia diminta untuk mengoordinasi acara ini. Akhirnya jadilah sebuah acara bertajuk “Ayo Menyanyi” yang mulai mengudara tanggal 3 Juni 1968. Sumber lagu umumnya diambil dari lagu-lagu ciptaan, antara lain: Ibu Sud, Pak Dal, Pak Tono, S.M. Moechtar, Kasim St. M. Syah, A.E. Wairata, S. Anjar Sumyana, C. Tuwuh, Martono, Andana Kusuma, Angkama Setiadipradja, Pak Sut, Pak Rat, Kusbini, Daeng Soetigna, Hs. Mutahar, L. Manik, M.P. Siagian, A. Simanjuntak, R.C. Hardjosubrata, Sancaya HR, dan Mus K. Wirya. Dari lagu-lagu yang dikirimkan, dan masih dikenal, antara lain: "Terima Kasihku" oleh Sri Widodo dari Yogyakarta, "Bunga Nusa Indah" oleh Djoko Sutrisno, dan 'Anugerah" oleh Indra Budi (putra Bu Meinar). Ayo Menyanyi telah menjadi salah satu wadah bagi mereka yang berminat untuk membuat lagu anak-anak, pendidikan musik anak-anak khususnya. Bertanggal April 1968, ia menerima sebuah lagu dari Mochtar Embut, berjudul "Ibu Guru Kami", yang kemudian disiarkan di TVRI. Atas usul AT Mahmud, tahun 1969 TVRI menambah acara lagu anak yaitu “Lagu Pilihanku”. Jika “Ayo Menyanyi” berbentuk pelajaran untuk menyanyikan lagu baru, maka “Lagu Pilihanku”

http://bukubagus.multiservers.com

Page 11: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

bersifat lomba. Jumlah peserta 5 (lima) orang yang dipilih melalui tes. Untuk testing, calon peserta harus melapor diri pada Kepala Sub Bagian Pendidikan, yang kemudian akan memperoleh Surat Peserta Testing. Testing dilakukan oleh dua orang yang ditunjuk koordinator acara, berlangsung di studio TVRI. Acara ini ditayangkan dua kali sebulan, bergantian setiap seminggu sekali dengan Ayo Menyanyi. Setelah kedua acara di atas berlanjut dan berkesinambungan selama 20 tahun, pada tahun 1988, atas suatu kebijaksanaan pimpinan TVRI, seluruh tim diminta mundur dari kedua acara tersebut. Untuk beberapa saat acara Ayo Menyanyi dengan nama lain dilanjutkan dengan pembawa acara seorang artis, yang berlangsung tidak lama. Kemudian, pembawa acara digantikan seorang artis lain. Itu pun hanya bertahan sebentar, kemudian untuk seterusnya menghilang sama sekali dari tayangan di layar TVRI. Kehadiran acara Ayo Menyanyi dan Lagu Pilihanku, ternyata telah menarik minat kalangan perusahaan rekaman untuk merekam lagu anak-anak pada piringan hitam. Tercatat nama perusahaan rekaman, seperti: Remaco, Elshinta, Bali, Canary Records, Fornada, J & B Records. Lagu-lagu ciptaan AT Mahmud pun mendapat perhatian. Di samping lagu-lagu ciptaan pencipta lainnya, ada sekitar 40-an lagu A. T. Mahmud tersebar pada 7 (tujuh) piringan hitam antara tahun 1969, 1972, dan tahun-tahun sesudah itu, yakni Citaria, Musim Panen. Jangkrik, Gelatikku. Layang-Layangku, Ade Irma Suryani, Kereta Apiku, Jakarta Berulang Tahun, Pemandangan, Timang Adik Timang, Pulang Memancing, Hadiah untuk Adik, Tidurlah Sayang, Mendaki Gunung, Sekuntum Mawar, Tepuk Tangan, Kincir Air, Dua Ekor Anak Kucing, Bulan Sabit, Lagu Tor-Tor, Tupai, Burung Nuri, Di Pantai, Senam, Bintang Kejora, Aku Anak Indonesia, Aku Anak Gembala, Kunang-Kunang, Naik Kelas, dan Awan Putih. Waktu terus berjalan. Akhirnya, salah satu lembaga pendidikan Islami meminta AT Mahmud untuk memberikan penataran sejenis pada sekolahnya untuk guru-guru TK. Ia berpendapat, alangkah baiknya jika contoh lagu yang ia berikan, juga bernapaskan Islami. Yang Islami itu yang mana? Karena hal ini merupakan sesuatu yang baru baginya. Mahmud mencari tahu apa yang dimaksudkan

http://bukubagus.multiservers.com

Page 12: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

dengan lagu islami, seni islami pada umumnya. Di satu sisi, tentu ada yang sama, yaitu sasarannya tetap anak-anak juga. Akan tetapi, di sisi lain, tentu ada bedanya dengan lagu anak-anak yang umum. Bedanya paling tidak pada pesan yang akan disampaikan, pada maksud dan tujuan yang ingin dicapai. Mulailah ia mencari buku-buku referensi. Dari beberapa buku Islami yang dibaca, ia mulai mempelajari tentang seni Islam, musik Islami, atau lagu Islami. Ia menemukan jawaban pada buku yang ditulis M. Quraish Shihab "Wasasan Al-Quran", bagian keempat: "Wawasan Al-Quran tentang Aspek-Aspek Kegiatan Manusia" subbab "Seni" halaman 398. "... seni Islam adalah ekspresi tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantarkan menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan ...menggambarkan hubungan ...dengan hakikat mutlak, yaitu Allah swt. ...dengan tujuan memperhalus budi, mengingatkan tentang jati diri manusia, menggambarkan akibat baik dan buruk dari suatu pengamalan ..." Pengertian ini dianggapnya sejalan dengan rumusan yang dikutip dari bacaan lain, berbunyi: " (musik islami) bermaksud dan bertujuan untuk meningkatkan daya pikir dan rasa dalam kaitan gagasan dan pendidikan akhlak, dengan cakupan dua aspek, yaitu a) akhlak terhadap Allah, dan b) akhlak terhadap sesama manusla. Dalam pengertian inilah kemudian ia menciptakan lagu-lagu Islami, dengan cara menerjemahkannya menurut dan sesuai dengan karakteristik anak yang sedang tumbuh dan berkembang menuju kedewasaannya. AT Mahmud pun memikirkan untuk menghimpun semua lagu yang diciptakan dalam bentuk buku. Ia pernah mencetak sendiri, dengan biaya sendiri, dan penyebaran sendiri melalui sekolah langsung, yang menghasilkan dua buku kumpulan lagu yaitu “Lagu Anak-Anak Kami Menyanyi” (44 lagu) disusun pada tahun 1969 dan “Lagu Anak-Anak Main Ayunan” (30 lagu) pada tahun 1970. Penerbit PT Sinar Bandung mencetak lagu-lagunya berjudul “Nyanyianku” (30 lagu yang pada umumnya berbeda dengan lagu pada “Main Ayunan”, tahun penerbitan tidak ada. Tahun 1976, I.

http://bukubagus.multiservers.com

Page 13: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

Elisa dari Bandung menerbitkan sendiri 8 lagu cipaannya dalam gubahan untuk iringan piano, dengan judul “Lagu Anak-Anak”. Penerbit Yudhistira Jakarta menerbitkan tiga kumpulan lagu berturut-turut, masing-masing dengan judul “Merdu Berlagu” dalam 4 jilid (tahun penerbitan tidak tercantum). Ternyata, penerbit besar pun ikut tertarik menerbitkan buku lagu-lagu anak. Di antara penerbit yang menerbitkan buku kumpulan lagu-lagu adalah Balai Pustaka, Tiga Serangkai Solo, Gramedia, Grasindo. Grasindo pun menerbitkan nyanyian Islami berjudul “Mustiqa Dzikir Nyanyian Islami Berdasarkan Hadis Rasulullah”. Selain menciptakanlagu, AT Mahmud pun sempat menulis beberapa buku, terutama sebagai anggota tim. Hal itu terjadi ketika menjadi anggota tim penulis untuk buku musik SPG pada Proyek Penyedian Buku Sekolah Guru Tahun ke-5 Pembangunan Lima Tahun I 1973/1974. Sejumlah buku yang ditugaskan pada timnya adalah Buku Musik 1, 2, 3, dan 4 untuk SPG. Selanjutnya, ia bersama Bu Fat menulis buku pelajaran musik “Musik di Sekolah Kami Belajar Seni Musik Aktif dan Kreatif untuk Sekolah Dasar” yang diterbitkan Balai Pustaka tahun 1994. Tahun 1995 ia menulis buku “Musik dan Anak” atas permintaan Proyek Pembinaan dan Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan 1994/1995 Direktorat Jenderal Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sekitar bulan Oktober 1999, Seli (Seli Theorupun Pontoh) dari Sony Music bertamu ke rumahnya. Dia datang bersama Dian Hadipranowo yang ternyata pernah menjadi guru piano cucunya, Sasti. Seli menjelaskan maksud kedatangan mereka, pertama ingin berkenalan dengan A. T. Mahmud, kedua, Sony Music bermaksud meluncurkan album perdana lagu anak-anak dengan label Sony Wonder. Saat itu dirasakan bahwa lagu anak-anak yang ada di pasaran pada umumnya lagu-lagu yang agak "lain", berbeda dengan lagu anak-anak yang pernah diciptakan seperti oleh A. T. Mahmud, Ibu Sud, atau Pak Kasur. Sony Music ingin memunculkan kembali lagu anak-anak yang dahulu akrab di telinga anak-anak Indonesia.

http://bukubagus.multiservers.com

Page 14: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

Mereka yakin, di kalangan orang tua pada umumnya ada rasa kerinduan akan lagu-lagu semacam itu. AT Mahmud terkejut dengan apa yang disampaikan. Ia sangat senang lagu-lagu karyanya diperhatikan. Segera ia serahkan sejumlah koleksi lagu-lagu yang kebetulan telah difotokopi dari naskah asli. Menjelang bulan Mei 2000, Sony Music telah memilih 15 (lima belas) lagu dengan penyanyi Tasya (Shafa Tasya Kamila), dan penata musik Dian Hadipranowo. Pada 4 Mei 2000 lagu-lagu yang terpilih dengan label Sony Wonder berjudul "Libur Telah Tiba" dengan subjudul "Karya Abadi A. T. Mahmud" diedarkan. Atas keberhasilan album ini, selalu ia katakan pada diri sendiri, keberhasilan album itu bukanlah semata karena lagu A. T. Mahmud. Setidaknya ada tiga unsur yang terlibat, saling mendukung, yaitu, lagu, Tasya sebagai penyanyi anak, dan tatanan musik Dian, dalam kesatuan utuh. Tak kalah penting adalah "keberanian" Sony Music memunculkan kembali lagu-lagu lama yang sudah puluhan tahun umurnya dalam satu kaset. Setahun kemudian tanggal 5 Juni 2001 Sony Wonder mengedarkan album kedua dengan semua lagu ciptaannya berjudul "Gembira Berkumpul". Kembali sambutan masyarakat akan album ini tidak mengecewakan. Kemudian 18 Oktober 2001, menjelang bulan Ramadan 1422 H, Sony Wonder meluncurkan album "Ketupat Lebaran" yang memuat 11 (sebelas) lagu Islami. Tiga di antara lagu itu, liriknya ditulis oleh Ni Luh Dewi Chandrawati, yakni "Ketupat Lebaran", "Sahur Telah Tiba", dan "Tanganku Ada Dua". Dua lagu diambil dari lagu lama yang tidak dikenal nama penciptanya. Atas prestasinya di bidang musik, AT Mahmud telah banyak menerima penghargaan. Empat penghargaan terakhir adalah bulan Oktober 1999, menerima Hadiah Seni dari Pemerintah, yang diserahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Juwono Sudarsono. Inilah hadiah seni pertama yang diterimanya dari Pemerintah dalam suatu upacara resmi. Februari tahun 2001, pada saat peluncuran film Visi Anak Bangsa karya Garin Nugroho, bertempat di gedung Teater Indonesia TMII,

http://bukubagus.multiservers.com

Page 15: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

menerima penghargaan dalam bentuk lontar yang diserahkan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri. Di atas lontar tertulis: Untuk yang mencipta melintasi keberagaman budaya memberi keindahan dan kemuliaan keberagaman hidup Mei 2001 bertempat di Golden Room Hotel Hilton, diprakarsai dan melalui Yayasan Genta Sriwijaya, ia menerima penghargaan berupa trofi dari masyarakat Sumatra bagian Selatan, bersama-sama dengan tiga orang tokoh yang lain. Pada Agustus 2003, ia pun menerima Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah RI (Keppres No.052 /TK/Tahun 2003 Tanggal 12 Agustus 2003). Satu bulan kemudian, Anugerah Musik Indonesia (AMI) memberikan penghargaan berupa Lifetime Achievement Award kepadanya atas sumbangsihnya terhadap dunia musik. Namun, di samping penghargaan formal itu, ada bentuk penghargaan lain yang informal, tetapi sangat menyentuh hati, menimbulkan rasa haru yang mendalam, yaitu penghargaan dari guru, berbentuk lagu. Lagu pertama, pada tahun 1982, ketika terlibat pada proyek peningkatan mutu guru SPG tingkat Nasional yang diselenggarakan di Puncak. Bertepatan pada hari ulang tahunnya, tanggal 3 Februari 1982, Siti Romlah, salah seorang peserta dari Yogyakarta, menghadiahkan sebuah lagu ciptaannya sendiri, berjudul "Di Hari Ulang Tahunmu, Papa". Lagu kedua ketika menjadi salah seorang penatar pada Pendidikan dan Pelatihan Instruktur Tingkat Dasar Guru Taman Kanak-Kanak Atraktif, Pusat Pengembangan Penataran Guru Keguruan Jakarta yang diselenggarakan di Parung, Bogor, bertempat di gedung PPPG Bahasa tahun 1999, dengan peserta para guru pembina Taman Kanak-Kanak se-Indonesia. Pada saat minta diri, para peserta memintanya untuk mendengarkan sebuah lagu yang telah diciptakan sebagai kenang-kenangan. Lagu dibuat oleh Renni Kusnaeni dari TK Pembina Subang, Jawa Barat, dan syair oleh Munifah dari TK Pembina Lamongan, Jawa Timur. Naskah lagu ini bertanggal 23 Juli 1999. Seluruh peserta yang sudah dilatih malam sebelumnya bernyanyi bersama.

http://bukubagus.multiservers.com

Page 16: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

Setiap kali mendengar lagu ciptaannya dinyanyikan, yang pertama-tama terbayang adalah peristiwa atau cerita bagaimana lagu itu tercipta dalam ruang, waktu, dan pelaku yang melatari. Atas dasar itu pulalah dikatakan bahwa lagu ciptaannya bersumber pada tiga hal, yang berdiri sendiri atau saling mempengaruhi. Pertama: bersumber pada perilaku anak itu sendiri. Kedua: pada pengalaman masa kecilnya. Ketiga: pesan pendidikan yang ingin ia sampaikan pada anak-anak.

http://bukubagus.multiservers.com

Page 17: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

Ekspresi Anak Tidak Lagi Alami

Pengarang lagu anak-anak Abdullah Totong Mahmud atau dikenal dengan nama AT Mahmud mendapat penghargaan dari Anugerah Musik Indonesia (AMI). Penghargaan yang diterimanya adalah Life Achievement Award atas dedikasi dan sumbangsihnya yang tiada henti dalam jangka waktu sangat lama terhadap dunia musik, khususnya musik untuk anak. AT Mahmud menekuni dunia seni musik untuk anak-anak sudah cukup lama, yaitu ketika ia menjadi guru di Sekolah Guru TK. Sebagai guru bagi calon guru TK, ia mendapat kesulitan mencari materi lagu yang cocok untuk diajarkan. Murid-muridnya yang akan mengajar di TK sering minta bantuan untuk dibuatkan lagu. Akhirnya, ia mencoba-coba membuat lagu dan ternyata berhasil. Lagu-lagu ciptaannya diterima dengan baik. Bahkan, sering ia mendengar, murid-murid TK dan SD menyenandungkan lagu-lagu ciptaannya. Padahal, lagu-lagu itu hanya diajarkan secara terbatas di dalam kelas, tidak ada kaset yang merekam lagu-lagunya. Waktu terus berjalan. Hingga akhirnya datanglah pihak label yaitu Sony Musik Indonesia yang tertarik merekam lagu-lagunya dalam bentuk kaset dan CD. AT Mahmud menyerahkan daftar karyanya yang mencapai 230 judul lagu. Ia persilakan pihak Sony Musik untuk menyeleksi, lagu mana saja yang akan direkam. Daftar lagu yang diserahkan itu sudah lengkap dengan partiturnya. Hasilnya, lagu-lagu AT Mahmud meledak di pasaran. Ternyata, masyarakat masih menghargai karya musik anak yang sejalan dengan jiwa perkembangan anak. Terhadap perkembangan lagu anak sekarang ini, AT Mahmud merasa prihatin. Anak-anak, menurutnya, dicekoki lagu yang bukan untuk zamannya. Lagu anak-anak saat ini terlalu dewasa dan banyak yang kurang mendidik. Lain lagu anak, lain pula dengan lagu dewasa. AT Mahmud memberikan apresiasi yang cukup positif terhadap lagu-lagu dari kelompok Padi, Sheila on 7, dan Siti Nurhaliza. Menurutnya, mereka itu sudah bermain musik dengan baik. Akan tetapi,

http://bukubagus.multiservers.com

Page 18: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

perkembangan entertainmen di dunia musik dangdut cukup merisaukannya. Seharusnya lagu itu diapresiasi dengan penuh perasaan. Sedangkan yang terjadi di musik dangdut saat ini adalah harus ada goyang pinggul dengan gerakan yang tidak ada dalam teks lagu yang dinyanyikan. Gerakannya begitu jauh melenceng dari teks dan pesan yang ingin disampaikan. Berikut petikan wawancara dengan AT Mahmud Apakah Anda mengalami hambatan dalam menulis lagu untuk anak-anak agar sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan anak-anak? Saya terus belajar dan belajar. Ketika saya menciptakan lagu anak-anak saya harus mengetahui dahulu lagu anak-anak itu apa. Jadi buka buku, saya tanya kepada ahli-ahli psikologi. Ternyata dalam menciptakan lagu harus memiliki 3 unsur utama yaitu, bahasa nada, bahasa emosi, dan bahasa gerak. Bagaimana ketika anak saya menanyakan tentang pelangi dan meminta bulan, itu adalah ungkapan pikiran dan perasaannya. Saya tambahkan nada dan saya terjemahkan dalam lagu. Tetapi sekarang banyak pencipta lagu anak-anak tidak mengetahui konsep dalam menciptakan lagu anak-anak yang baik. Sama juga ketika saya mengarang lagu Islami, saya belajar dahulu, bukan karena menyebut nama Tuhan ‘Allah’ sudah Islam, belum tentu. Saya belajar dengan membaca buku-buku, contohnya buku dari Quraish Shihab, Nurholish Madjid dan Mustofa Bisri dan saya mencoba menangkap dengan kemampuan saya untuk mengenal dan memahami lagu Islami. Karena ada juga lagu-lagu Islam yang tidak Islami. Akhirnya saya memberanikan diri menciptakan lagu Islam berdasarkan hadits Rasulullah. Dari situ saya menyimpulkan, ternyata dalam hidup ini yang susah itu tidak ada. Syaratnya, tekun, sabar, dan belajar terus. Apa yang menjadi inspirasi ketika Anda mencipta lagu anak-anak? Yang menjadi dasar inspirasi untuk saya dalam menciptakan lagu anak-anak, pertama adalah pengamatan saya terhadap anak-anak saya. Seperti lagu ‘Pelangi’ adalah ketika anak saya melihat pelangi yang indah, kemudian ‘Main Ayunan’ juga karena ketika itu anak laki-laki saya begitu senangnya bermain ayunan. Sumber

http://bukubagus.multiservers.com

Page 19: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

inspirasi yang kedua adalah pengalaman masa kecil dan saya ingin mengutarakannya dalam bahasa saya yang sederhana. Seperti lagu ‘Aku Anak Gembala’ itu bukan sebuah mimpi tetapi pengalaman saya di kampung. Sumber inspirasi yang ketiga adalah pesan pendidikan dari seorang guru dan seorang bapak, seperti pesan tentang bagaimana anak-anak dapat mencintai alam sekitarnya karena alam adalah ciptaan Tuhan. Menurut Anda, apa kriteria lagu anak-anak yang baik? Sebuah lagu anak-anak yang baik adalah sebuah lagu yang mampu mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir anak, dapat menyalurkan emosinya serta kemampuan aspek sosial dan kebudayaan (bahasa yang baik dan benar). Berbeda dengan lagu anak-anak sekarang yang lebih cenderung menyalurkan cara berpikir dan cara berbahasa orang dewasa dan orangtua. Sebab lagu anak-anak harus berbicara tentang pengalaman anak bukan pengalaman orangtua. Salah satu judul sebuah lagu anak-anak “Aku cinta rupiah” siapa yang sebenarnya mengenal rupiah tentu bukan anak-anak, tetapi orang dewasa. Jadi lagu ini tidak bisa dikategorikan sebagai lagu anak-anak. Sebagai ujian dari lagu anak-anak yang ada sekarang adalah apakah lagu-lagu tersebut membantu anak dalam pertumbuhan kepribadiaannya, moral dan budi pekertinya. Salah satu dari penyebab berkurang berkualitasnya lagu anak-anak saat ini, disebabkan oleh karena pada masa globalisasi saat ini semua orang mengejar duit, memperkaya diri sendiri dan hidup ingin senang, memiliki mobil mewah, gedung bertingkat dan yang lain. Tetapi apakah hidup bahagia, belum tentu. Saya ini seorang guru, jangan dikira banyak duit. Saya mempuyai tiga anak, dan syukur ketiganya telah menjadi orang yang berhasil, dan sudah berkeluarga semua. Semuanya dengan perjuangan. Rumah yang saya punyai saat ini saya beli dengan halal dan saya merasakan bahwa hidup ini begitu bahagia dan sebuah karunia Tuhan. Saat ini hati nurani sudah banya ditinggalkan banyak orang, setiap prilaku yang ada sekarang seakan-akan sudah tidak mendengarkan lagi hati nurani. Anak-anak SD saja sudah bisa

http://bukubagus.multiservers.com

Page 20: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

tawuran, melempari kaca bis, narkoba dan ada juga saya baca di salah satu surat kabar seorang siswa SD bunuh diri. Adakah upaya yang bapak lakukan dalam mengembalikan nilai ideal tersebut secara praktis?

Ya ada, saya berkunjung ke berbagai lembaga pendidikan mengadakan bimbingan dan penyuluhan kepada guru-guru TK. Salah satunya saya pernah berkunjung ke Surabaya, saya berbicara di hadapan 700 guru TK di Surabaya di bawah naungan Ikatan guru TK Indonesia. Dari situ kita sebarkan kembali betapa pentingnya peran lagu anak-anak dalam pertumbuhan perkembangan anak. Sekarang yang menjadi standarisasi kita adalah apa yang kita selalu lihat di televisi. Kegiatan saya saat ini banyak berkunjung ke daerah-daerah dan organisasi-organisasi pendidikan. Di sana saya menjelaskan tentang karakteristik lagu anak-anak, karena masih banyak yang tidak tahu. Bukankah tampilnya para penyanyi anak-anak yang belakangan ini muncul sebagai sebuah ungkapan ekspresi berkesenian?

Benar ekspresi, tetapi yang menjadi ekspresi itu bukan ekspresi anak-anak, tetapi ekspresi orang tua. Ada penyanyi anak-anak yang berjoget bukan seperti anak-anak, tetapi ia diatur dan dikondisikan untuk melakukan beberapa gerakan tertentu. Misalnya penyanyi Tina Toon yang ketika bernyanyi sudah berjoged meniru gerakan penyanyi senior. Seperti yang sebelumnya saya katakan, bahwa dalam lagu ada yang namanya unsur bahasa gerak, gerakan lagu tersebut harus sesuai kelompok umur anak. Penyanyi anak-anak pun semakin dieksploitasi dengan panggilan artis. Anak-anak itu menjadi kehilangan kepribadiannya, mungkin selama satu hingga dua tahun anak itu terkenal. Tetapi setelah itu, yang dalam pikiran anak itu adalah bahwa ia merupakan seorang artis yang terkenal. Padahal tidak demikian. Kalau kita mau adakan pengamatan, ternyata di seluruh dunia ini tidak ada penyanyi cilik seperti yang ada di Indonesia. Di luar negeri, anak-anak itu sudah ditangkap karena sudah dimanfaatkan mencari duit yang dilarang menurut undang-undang perburuhan. Sedangkan kita tidak. Anak-anak sekarang dibuat menjadi objek

http://bukubagus.multiservers.com

Page 21: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

bukan menjadi subjek. Ia menjadi sumber orangtua mencari uang, sumber produser mencari uang. Ini berarti yang salah adalah orangtuanya. Apakah ada pihak ketiga yang menawari untuk mempublikasikan karya Anda? Banyak tawaran kepada saya, meminta lagu-lagu saya di tampilkan di teve, tetapi dengan mengubah sedikit kata-katanya. Saya bilang saya tidak mau, lebih baik saya hanya hidup dengan berkat Tuhan sajalah. Yang kita butuhkan saat ini adalah rasa tanggung jawab bangsa ini di dalam setiap kita kepada anak-anak ini. Kita memang tidak bisa menghindari perkembangan teknologi informasi yang pesat sekarang ini, sehingga yang kita butuhkan adalah sebuah filter atau saringan yang baik, sekarang permasalahannnya kita tidak mempunyai saringan. Salah satu yang saya hargai peran Sony Music dalam menyaring musik-musiknya dengan memiliki tim ahli yang bukan hanya ada di Indonesia tetapi juga di Hong Kong. Mereka yang secara ketat menyeleksi lagu anak-anak yang akan menggunakan label Sony Music. Salah satunya adalah lagu anak-anak ciptaan saya. Saya serahkan kepada pihak Sony 230 judul lagu yang nanti akan dipilih Sony dalam album lagu anak-anak. Ketika mereka tanyakan berapa royalty yang harus Sony bayarkan kepada saya untuk setiap lagu, saya katakan saya membuat lagu bukan untuk dijual tetapi untuk anak-anak. Yang terjadi kemudian Sony mengeluarkan 3 album lagu anak-anak yang dalam tempo 2,5 tahun meledak di pasaran. Dengan ekploitasi terhadap anak dalam musik anak-anak, adakah niat Bapak atau dengan rekan-rekan yang lain untuk membawa aspirasi ini ke DPR untuk medorong DPR menyusun undang-undang dalam perlindungan anak? Tidak. Saya tidak akan pergi ke DPR lalu merasa bangga sudah menginjakan kaki di Gedung DPR. Saya menyetujui jika anak-anak nyanyi di mal, tetapi nyanyi harus baik. Sekarang yang ditampilkan itu bukan anak-anak. Sudah rusak anak-anak itu. Anak-anak yang disebut sebagai artis itu sudah kehilangan masa kecilnya. Saya juga menyukai artis sekarang seperti band Padi atau Sheila on 7,

http://bukubagus.multiservers.com

Page 22: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

mereka mengespresikan sesuai dengan umurnya. Atau seperti Siti Nurhaliza yang bisa membuat para pendengarnya terkesima, dan tertegun ketika ia bernyanyi. Itulah fungsi musik sesungguhnya. Tetapi ada juga musik band lain yang setiap mereka tampil di panggung membuat orang histeris, pingsan bahkan mati. Ini bukan maksud musik yang sebenarnya. Sedangkan musik kebudayaan kita mulai hilang seperti keroncong. Hanya dangdut yang saat ini sedang digandrungi banyak orang, tetapi telah dirusak. Dangdut yang dahulu adalah perpaduan antara musik melayu dan India sekarang menjadi musik erotis dan sensual. Tiap zaman terdapat dua sumber penciptaan lagu, yang pertama adalah dorongan seni maka hasilnya adalah seni. Yang kedua adalah dorongan komersial, yang hasilnya juga komiditi yang dijual, menciptakan gebrakan kemudian menghilang, asal laku. Mana ada lagu anak-anak sekarang yang menjunjung seni, kata-katanya terlalu panjang dan rumit, sehingga sedikit sekali kata-kata yang diingat karena dalam lagu itu bukan kata-kata mereka. Saya juga prihatin dan juga takut sekarang menonton televisi dengan acara-acara infotainment yang mengumbar aib orang lain dan yang saya heran orang yang tampil itu mau. Sekarang hati nurani sudah tidak lagi dipakai. Apakah ada rencana bapak dalam membuat regenerasi dalam membuat lagu anak-anak? Saya tidak punya murid, tapi saya didorong untuk ke arah itu. Seperti yang saya katakan hampir tiap dua tahun saya diundang untuk menatar guru-guru TK seluruh Indonesia, saya memasukan gagasan ini, tentang pengertian musik dan lagu anak-anak yang baik, di Surabaya, Bandung, Yogya, Purworejo dan tersebar ke mana-mana. Dari seluruh peserta penataran yang mengikuti penataran dari Sabang sampai Merauke tahu bagaimana memilih lagu anak-anak yang baik. Banyak wartawan bertanya, bagaimana pendapat bapak terhadap lagu anak-anak sekarang? Tak pernah di-ekspose bagaimana pendapat orangtua terhadap lagu anak-anak sekarang. Saya yakin banyak yang mengatakan tidak setuju. Upaya yang saya jalankan sekarang untuk

http://bukubagus.multiservers.com

Page 23: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

memperkenalkan kembali musik anak-anak yang baik kepada generasi Indonesia bukanlah tugas saya sendiri, tetapi adalah tugas bersama antara guru, orangtua dan pemerintah. Saya tahu ketika saya terpilih dianugerahi pengharagaan dari negara saya yakin bukanlah pilih kasih tetapi merupakan sebuah hasil penelitian yang mendalam. Bagaimana perasaan Bapak ketika menerima penghargaan dari presiden Megawati?

Saya bersyukur, tetapi yang paling bersyukur itu bukan saya tetapi keluarga. Dua hari sebelumnya isteri saya menerima telepon dari seketariat militer kepresidenan. Ketika mendengar itu ia langsung keringat dingin, karena sekretaris militer, muncul pemikiran yang macam-macam, tetapi kemudian dijelaskan maksud undangan untuk datang ke Istana Negara. Pada tanggal 13 agustus kami datang, kemudian di sana dijelaskan mengenai maksud pengharagaan itu, dan cara pemilihan. Ternyata sebuah proses yang panjang yang dimulai sejak 3-4 bulan yang lalu. Saya senang karena benar-benar diteliti secara objektif bukan sekadar mengambil secarik kertas. Pertama ditanyakan kepada departemen yang bersangkutan, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional. Ditambah dengan ada sebuah dewan ahli yang memberikan penilaian. Dalam dewan ini saja ada dua profesor yang ditugaskan dan sejumlah menteri. Setelah ada keputusan baru diberikan kepada presiden. Ada rencana bapak untuk menciptakan lagu baru daam waktu dekat ini?

Saya tidak bisa menciptakan lagu yang bersifat mendadak, atau sengaja untuk menyaingi lagu baru, semua itu harus muncul dari hati. Lagu terakhir yang saya ciptakan adalah pada bulan Juli 2003, isinya tentang kerinduan saya untuk mencintai orang yang paling saya hormati yaitu “Ibu dan Bapak”, dan saya mau juga agar anak-anak sekarang selalu mencintai dan menghormati orangtuanya. Hidup kita ini adalah berkat dari Tuhan, dan sebelum berkat itu datang kepada kita, terlebih dahulu kepada orangtua kita. Saya

http://bukubagus.multiservers.com

Page 24: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

menjadi khawatir jika saat ini anak-anak sekarang sudah melupakan orangtuanya. Kemudian lagu berikutnya adalah sebuah lagu yang saya terinspirasi dari cucu saya, yaitu lagu yang berjudul “Telepon”. Sebab, saya melihat cucu saya yang baru berusia balita sudah bisa bertelepon dan menerima telepon. Kalau berbicara itu panjang sekali sampai berjam-jam, tidak baik kan? Telepon digunakan seefektif mungkin. Saya buat dalam lagu, salah satu isinya “Angkat gagangnya, bicaralah seperlunya”. Sekarang tugas saya di rumah, tukang jaga telepon. Adakah dari anak-anak Bapak yang mengikuti jejak profesi Bapak? Dari ketika anak saya, kalau disuruh les piano, gitar tidak mau juga, gagal, untuk nyanyi pun suaranya sumbang. Ada salah satu anak saya sudah belajar piano selama 10 tahun, sekarang karena sudah bekerja di Bank menjadi lupa dengan kemampuannya. Artinya saya tidak mau menentukan pekerjaan apa yang mau dikerjakan anak. Biar mereka memilih sendiri. Sejak ia memilih sendiri, ia bertanggung jawab. Jadi jangan anak memilih sesuatu yang dipilih orangtua. Orangtua hanya memberikan fasilitas dan sarana, sedangkan perkembngan selanjutnya diserahkan kepada mereka. Begitu juga dengan pengalaman saya, ketika saya menjadi guru, orangtua saya tidak ada yang tahu, saya memilih sekolah guru, saya memilih untuk menciptakan lagu tidak ada yang mendorong-dorong. Hidup saya, saya jalani dengan bahagia, karena hidup yang saya jalani adalah hidup yang saya pilih. Apakah Bapak masih memiliki impian yang masih belum tercapai? Saya ini berprofesi sebagai guru. Sejak kecil itu senang dengan seni dan bahkan ketika masih di SD saya senang menari, menyanyi, melukis dan saya juga senang tampil dalam pertunjukan-pertunjukan sandiwara seperti cerita Maling Kundang, Tangkuban Perahu, dan lain-lain. Ketika saya menjadi guru di Sekolah Guru Taman Kanak-kanak (SGTK) 1964 di sana saya mulai menetapkan pilihan hidup saya yaitu menciptakan lagu anak-anak. Sampai hati ini tentu yang saya perhatiakn tentu tentang

http://bukubagus.multiservers.com

Page 25: AT MAHMUD

bukubagus® Indonesian e-Book Publisher

perkembangan anak-anak. Karena mereka adalah masa depan kita. Aneh jika bangsa ini sudah tidak memperhatikan terhadap anak-anak. Yang hanya diperhatikan hanya politik dan ekonomi, sedangkan pendidikan bukan hanya ketika SD hingga SMA saja, tetapi pendidikan adalah seumur hidup, saya sendiri masih belajar. Sekarang apa yang dicontohkan oleh pemerintah saat ini, hanya ribut di antara sesamanya merebut kekusaan. Di mana lagi orang-orang seperti Bung Karno, seperti Sutan Sjahrir, dan Agus Salim. Sehingga saat ini tidak ada keteladanan. Dari menciptakan lagu anak-anak adalah satu cara dalam mengembangkan pribadi anak. Jadi lagu anak bukan hanya sekadar agar dapat bernyanyi gembira-gembira, tetapi terlebih lagu dapat mempengaruhi pribadi anak. Di dalam musik anak-anak yang benar mampu mengembangkan imajinasi anak, emosi anak dan dinyanyikan dalam gaya dan bahasa anak sendiri. Seperti pada tujuh belasan Agustus yang lalu, televisi mana yang menyiarkan lagu-lagu nasionalisme dan patriotisme. Entah sudah ke mana sikap patriotisme itu sekarang. Semua asyik dalam menunjukan penampilan dan sensasi, dan yang membuat saya kecewa dan saya harapkan tidak begitu. Saya Alhamdulillah saat ini berumur 73 tahun dan saya telah hidup melewati beberapa zaman. Zaman Belanda, zaman Jepang, Revolusi, Orde lama dan Orde baru Soeharto dan sekarang zaman Reformasi yang tidak tahu apa itu reformasi. Anak-anak pada zaman dahulu kalau berkelahi itu beradu, satu lawan satu, tidak seperti sekarang anak SD sekarang saja sudah bisa tawuran, merusak fasilitas umum dan kepentingan umum. Pada tanggal 14 Agustus 2003 yang lalu saya menerima tanda kehormatan dari Presiden RI. Sejak 58 tahun Indonesia merdeka, baru pertama kali seorang pencipta lagu anak-anak dihargai secara resmi dan langsung oleh negara. Saya mungkin orang yang pertama, tetapi bukan berarti sombong, karena saya menjadi sekarang ini bukan karena saya sendiri, tetapi berkat orang banyak juga. Sumber: Ensiklopedi Tokoh Indonesia TokohIndonesia.com

http://bukubagus.multiservers.com