asuhan keperawatan pada pasien anak dengan …repository.poltekkes-kdi.ac.id/515/1/asuhan...
TRANSCRIPT
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN PENYAKITDEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN RASA NYAMAN DI RUANG RAWAT ANAKRSU. ALIYAH 2 KOTA KENDARI
SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan PendidikanDiploma III Keperawatan Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan
OLEH :
RIVAWARDA FITRIYAH HASTRIYANTIP00320015045
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN D III KEPERAWATANTAHUN 2018
ii
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rivawarda Fitriyah Hastriyanti
Nim : P00320015045
Institusi Pendidikan : Jurusan Keperawatan
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAKDENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE(DBD) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN RASANYAMAN DI RUANG RAWAT ANAK RSUP. ALIYAH2 KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, Dan bukan merupakan pengambilan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 13 Agustus 2018
Yang Membuat Pernyataan,
Rivawarda Fitriyah H
iv
Motto
Sesulit apapun di kerjakan jalani lah dengan Hati sabar, jujurdan bertawakal, “percayah” lah pasti Kemudahan akan datangmenghampirimu, Sebab Allah Memberikan Ujian pada Umatnya
tidak akan melebihi Semampuh batas kemampuan umatnya.
Serta, Tak Perlu Berusaha Lebih Baik Dari Orang Lain, TetapiBerusahalah Lebih Baik Dari Dirimu Yang Kemarin, Maka pasti
Engkau Akan Jadi Yang Terbaik.
Rivawarda Fitriyah H
v
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas
1. Nama : Rivawarda Fitriyah Hastriyanti
2. Tempat Tanggal Lahir : Kendari, 03 Januari 1998
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Bugis/ Indonesia
6. Alamat : Jln. Tekaka No.1 Kendari Barat
B. Pendidikan
1. SD Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kendari Barat. Tamat Tahun 2009
2. SMP Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kendari Tamat Tahun 2012
3. SMA Negeri 9 Kendari Tamat Tahun 2015
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan Masuk Tahun 2015
vi
ABSTRAK
Rivawarda Fitriyah Hastriyanti, Nim : P00320015045 “ AsuhanKeperawatan Pada Pasien Anak Dengan Penyakit Demam BerdarahDengue (DBD) Dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman Di RuangRawat Anak RSU. Aliyah 2 Kota Kendari Sulawesi Tenggara”. Yang DiBimbing Oleh Bapak Samsudin.,S.Kep.,Ns.,M.Kep Dan Ibu RusnaTahir, S.Kep., Ns., M.Kep. Demam Berdarah Dengue (DBD) AdalahPenyakit Menular Yang Di Sebabkan Oleh Virus Dengue Dan Di TularkanMelalui Gigitan Nyamuk Aedes Aegypti. Beberapa Tanda Dan Gejala yangDirasakan Oleh Klien DBD Di Ataranya Pada Nyeri Kepala,Dan Otot(Mialgia),). Data dari Rekam Medik RSU. Aliyah 2 Kota KendariMenunjukkan Bahwa Jumlah Penderita Penyakit BDB Tercatat Pada Tahun2016 yaitu terdapat 520 Pasien Anak, 61 Anak diantaranya mengalamipendarita DBD, Dan Pada Tahun 2017 Pasien Anak meningkat hingga 79anak mengalami penyakit DBD, Sedangkan pada awal 2018 yakni bulanJanuari – Februari terdapat 11 Pasien Anak yang Menderita DBD. Studi kasusini Bertujuan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien AnakDengan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Dalam MemenuhanKebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) Pada Pasien Tersebut. Rancangan StudiKasus yang digunakan menggunakan Deskriptf. Subjek Pada Studi Kasus IniYaitu Menggunakan Satu Orang Pasien Sesuai Dengan Kriteria Inklusi DanEklusi Yang Telah Ditetapkan. Data Diperoleh Dengan MelakukanPengkajian Secara Langsung Dan Wawancara Kepada Pasien Serta denganDokumen-Dokumen Yang Ada Di Rumah Sakit Berkaitan Dengan DataPasien Tersebut. Hasil Studi Kasus Diperoleh Bahwa Dengan AdanyaPenggunaan Teknik Kompres Air Hangat Dan Massase Pada Area yang DiRasakan Nyeri Selama 5 Hari Memberikan Pengaruh Terhadap Skala NyeriPada Pasien Anak DBD. Skala Nyeri Pasien Sebelum Dilakukan TindakanTersebut Yaitu 5, Setelah Dilakukan Tindakan Skala Nyeri menurun MenjadiSkala 2. Bagi Perawat, Tindakan Kompres Air Hangat Dan Massase IniDapat Dijadikan Salah Satu Intervensi Keperawatan Serta DimasukanKedalam Discharge Planning Sebagai Tindakan Mandiri Pasien KetikaBerada Dirumah Apabila Sedang Merasakan Nyeri Baik untuk DirinyaMaupun Keluarganya.
Kata Kunci :Demam Berdarah Dengue (DBD), Nyeri,Asuhan Keperawatan, RSU. Aliyah 2 Kota Kendari.
Daftar Pustaka : 13 (2008-2017)
vii
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang paling indah, selain Puji syukur pada kehadirat Allah SWT,
Tuhan semesta alam yang memberikan berkat, rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Anak Dengan Penyakit Demam Brdarah Dengue (DBD) Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman di Ruang Rawat Mina RSU. Aliyah 2 Kota Kendari”.
Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini penulis sadari amat banyak hal
cobaan yang datang menghampiri, namun berkat Allah S.W.T yang senantiasa
memberi petunjuk-Nya serta keyakinan pada kemampuan diri sendiri, sehingga
segala hambatan yang penulis hadapi dapat teratasi. Olehnya itu pertama – tama
penulis meyampaikan Terima kasih sebesarnya yang mungkin belum cukup untuk
di berikan penulis kepada Kedua orang tua yang amat kucintai, Ayahanda Sultan
Rahman S.Ag dan Ibunda Heldawaty Hafied S.H atas segala doa dan penuh kasih
saying yang tak henti-hentinya tercurahkan demi keberhasilan serta semua
pengorbanan material yang telah dilimpahkan, tanpa doa restu keduanya penulis
tidak ada apa-apanya. Selanjutnya penulis ucapkan terimakasih yang tak terhingga
kepada kedua pembimbing yaitu Bapak Samsuddin.,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku
Pembimbing I dan Ibu Rusna Tahir, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing II
yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis sehingga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa juga mengucapkan banyak terima kasih
dan penghargaan yang tulus kepada yang terhormat :
1. Ibu Askrening Selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Kendari.
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Reni Devianti Usman, M.Kep, Sp.KMB, selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kendari.
viii
4. Ibu Asminarsih Zainal Prio, M.Kep, Sp.Kom selaku Penguji I, Ibu Fitri Wijayati,
S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji II dan Ibu Nurfantri, S.Kep., Ns., M.Sc
selaku Penguji yang telah membantu dan mengarahkan penulis dalam ujian
Proposal sehingga penelitian ini dapat lebih terarah.
5. Bapak / Ibu Dosen dan Staf Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan yang turut membantu dan membekali ilmu pengetahuan pada
penulis selama kuliah.
6. Kepala Kantor Badan Riset Sultra yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis dalam penelitian ini
7. Direktur RSU. Aliyah 2 Kota Kendari yang telah memberikan izin
melakukan studi kasus.
8. Kepala Ruangan Rawat Mina serta kaka perawat yang dalam bertugas RSU.
Aliyah 2 kota kendari yang telah membantu dan memberikan bimbingan ,
serta wawasan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama meneliti di
ruangan.
9. Orang-orang tersayang, nenek Faidah Hafied Ras serta Adik-adikku
Nurwahyuni Julianti S.R, dan Muchammad Syamsul Bachri yang selalu
memberikan dukungan dan kasih sayangnya.
10. Terakhir, teruntuk sahabat-sahabatku Hendi Setiawan, Nurul Alfi Syahra ,
Novianti Rusli, , Hilya Mahzura, Fiffy Andriyani serta teman-teman
angkatan 2015 khususnya teman-teman tingkat III A Akhir kata, semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin
Kendari, 06 Juli 2018
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................... i
Halaman Pengesahan ................................................................................................... ii
Surat Pernyataan Keaslian Tulisan............................................................................ iii
Motto ........................................................................................................................... iv
Riwayat Hidup ............................................................................................................. v
Abstrak ........................................................................................................................ vi
Kata Pengantar ........................................................................................................... vii
Daftar isi....................................................................................................................... x
Daftar gambar.............................................................................................................. xi
Daftar tabel................................................................................................................. xii
Daftar lampiran ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5C. Tujuan .............................................................................................................. 6D. Manfaat ............................................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 8
A. Konsep Dasar Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ............................. 81. Definisi....................................................................................................... 82. Etiologi....................................................................................................... 83. Patofisiologi ............................................................................................... 94. Manifestasi Klinis .................................................................................... 115. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................... 146. Penatalaksanaan ....................................................................................... 147. Pengkajian Pada Penyakit DBD............................................................... 168. Diagnosis Medis Dugaan (suspect) DBD ................................................ 179. Intervensi keperawatan............................................................................. 18
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Nyaman .................... 181. Pengkajian Keperawatan Nyeri................................................................ 182. Diagnosis Keperawatan Nyeri ................................................................. 203. Perencanaan Keperawatan ....................................................................... 224. Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan) ..................................................... 245. Evaluasi Keperawatan.............................................................................. 26
x
C. Konsep Dasar Kebutuhan Rasa Nyaman (nyeri) Pada DBD ......................... 261. Definisi Rasa Nyaman (nyeri).................................................................. 262. Klasifikasi Nyeri ...................................................................................... 273. Fisiologi Nyeri ......................................................................................... 274. Faktor Yang Mempengaruhi nyeri ........................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENULISAN
A. Rancangan Studi Kasus.................................................................................. 33B. Subjek Studi Kasus......................................................................................... 33C. Waktu Dan Tempat Melakukan Studi Kasus ................................................. 34D. Fokus Studi Kasus.......................................................................................... 34E. Definisi Operational ....................................................................................... 34F. Langkah – Langkah Pengumpulan Data ........................................................ 38G. Analisa Data Dan Penyajian Data .................................................................. 41H. Etika Penelitian .............................................................................................. 41
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus ........................................................................................... 44B. Pembahasan.................................................................................................... 78C. Keterbatasan Studi Kasus............................................................................... 87
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 89B. Saran............................................................................................................... 90
Daftar Pustaka
Lampiran
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Wong-Baker Faces Pin Rating Scale............................................... 19
Gambar 2.2 Verbal Pain Assessment Chart......................................................... 20
Gambar 2.3 Verbal Pain Assassment Scale......................................................... 20
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Pada Diagnosa Keperawatan Nyeri .......... 22
Tabel 2.2 Perbedaan Nyeri Dan Nyeri Kronis ................................................. 27
Tabel 4.1 Frekuensi skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan kompres air
hangat dan massasse ........................................................................ 73
Tabel 4.2 Catatan Perkembangan..................................................................... 74
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Format Pengkajian Data Pada Anak
Lampiran 2 : Format Pengkajian Keperawatan Kenyamanan
Lampiran 3 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Kompres Air Hangat
Lampiran 4 : Standar Operasional Prosedur Massase
Lampiran 5 : Instrumen Penelitian Pain Level
Lampiran 6 : Instrumen Penelitian Control Pain
Lampiran 7 : Lembaran Observasi (Catatan Perkembangan)
Lampiran 8 : Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9 : Lembar Pernyataan Persetujuan Responden
Lampiran 10 : Surat Permohona Izin Dari Penelitian Ketua Prodi Kejurusan
Lampiran 11 : Surat Permohonan Izin Dari Penelitian Dari Direktuk Poltekkes
Lampiran 12 : Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa Dan
Politik
Lampiran 13 : Surat Badan Penelitian Dan Pengembangan
Lampiran 14 : Surat Keterangan Penelitian Dari RSU. Aliyah 2
Lampiran 15 : Surat Keterangan Bebas Administrasi
Lampiran 16 : Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 17 : Dokumentasi Hasil
Lampiran 18 : Lembar Konsul KTI
Lampiran 19 : Lembar Konsul Hasil
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini adalah penyakit
menular. Salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). DBD
merupakan masalah kesehatan yang jumlah penderitanya dari tahun ketahun
cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit menular ini
cenderung menyerang anak-anak. Wordl Healt Organizatio (WHO) penyakit ini
ditemukan nyaris di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan
subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Dengan sekitar 2,5
miliyar orang atau dua perlima dari populasi dunia kini menghadapi resiko dari
dengue dan memperkirakan bahwa mungkin50 juta kasus infeksi dengue di
seluruh dunia setiap tahunya (Purnama, dkk, 2017). WHO memperkirakan insiden
DBD telah tumbuh meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa
dekade terakhir. Angka-angka yang sebenarnya dari kasus kesalahan klasifikasi.
Salah satu perkiraan baru-baru ini menunjukkan bahwa infeksi DBD sebesar 390
juta per tahun. Penelitian lain, memperkirakan 3,9 milyar orang, di 128 negara,
berada pada daerah yang berisiko terinfeksi virus dengue.
DBD merupakan suatu penyakit endemik akut yang disebabkan oleh virus
Dengue yang di transmisikan oleh nyamuk Aedes Aegypti di daerah perkotaan dan
nyamuk Aedes Abopictus di daerah pedesaan (KESMAS, 2017). DBD adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arborvirus) yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes atau Aedes aegypti
(Suriadi & Yuliani, 2010).
2
Adapun virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus
Flavivirus, dan family Flaviviridae.(infodatin, 2016). Virus dengue, termasuk
genus Flavivirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-
2 dan DEN-4 keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap
serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe
lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan masih menyerang
penduduk dunia saat ini (Nurarif & Kusuma, 2015) .
Indonesia Juga termasuk negara endemis DBD yang setiap tahun selalu
terjadi kejadian luar biasa (KLB) di berbagai kota. Sepanjang tahun dilaporkan
sebanyak 137.469 kasus DBD di Indonesia dengan kematian sebesar 1.170 orang.
Penyakit DBD di Indonesia pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968,
dimana sebayak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal dunia
dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 41,3% dan sejak itu, penyakit DBD ini
menyebar ke seluruh Indonesia (Soedarto, 2012).
Indonesia adalah daerah endemis DBD dan mengalami epidemik sekali
dalam 4-5 tahun. Awal penyebab dari penyakit DBD oleh faktor lingkungan
dengan banyaknya genangan air bersih yang menjadi sarang nyamuk, mobilitas
penduduk yang tinggi dan cepatnya menyebar antar daerah, menyebabkan sering
terjadinya demam berdarah dengue. Penyakit tersebut banyak ditemukan di daerah
tropis dan sub-tropis termasuk di Indonesia. Tahun 2015 pada bulan Oktober ada
3
3.219 kasus DBD dengan kematian mencapai 32 jiwa, sementara November ada
2.921 kasus dengan 37 angka kematian, dan Desember sebanyak 1.104 kasus
dengan 31 kematian. Dibandingkan dengan tahun 2014 pada Oktober tercatat
8.149 kasus dengan 81 kematian, November 7.877 kasus dengan 66 kematian, dan
Desember sebanyak 7.856 kasus dengan 50 kematian (Kemenkes RI, 2016). Dan
tahun 2016 merupakan tahun dengan kasus DBD tertinggi dalam beberapa tahun
terakhir.
Jumlah penderita DBD di Sulawesi Tenggara yang dilaporkan sebanyak
3.433 kasus, melonjak lebih dari 2 kali lipat dibanding tahun sebelumnya, 33
kasus di antaranya meninggal dunia (Incidence Rate/Angka Kesakitan 132,5 per
100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR)/Angka Kematian = 1,0%, angka
ini lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,4% (Profil
Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2016). Kondisi ini diperburuk dengan rendahnya
partisipasi masyarakat dalam pengendalian DBD dikarenakan masih kurangnya
pengetahuan, sikap dan tindakan kelompok dan masyarakat dalam
penanggulangannya DBD ( Kemenkes RI, 2015).
Kematian akibat DBD dilaporkan sebanyak 33 orang dari total 3.433 kasus
DBD, jumlah tersebut berasal dari 10 kabupaten/kota. Kematian akibat DBD
dikategorikan tinggi jika CFR > 2 %, CFR DBD Sulawesi Tenggara sebesar 1%,
dengan demikian angka kematian akibat DBD di Sulawesi Tenggara masih berada
pada kategori sedang. Meskipun CFR relatif turun, peningkatan kasus yang
signifikan dari tahun ke tahun harus terus diwaspadai. Untuk itu diperlukan upaya
yang lebih serius dalam hal peningkatan kualitas lingkungan, kualitas pelayanan
kesehatan dan peningkatan kualitas SDM di rumah sakit dan puskesmas (dokter,
4
perawat, dll) termasuk peningkatan sarana penunjang diagnostik dan
penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan guna
menekan peningkatan jumlah kematian akibat DBD di masa mendatang ( Profil
Kesehatan Sulawesi Tenggara, 2016).
Khususnya Kota Kendari merupakan salah satu daerah yang dikategorikan
endemis kejadian demam berdarah dengue di Provinsi Sulawesi Tenggara.
Kejadian DBD di Kota Kendari mulai dari 2014-2016 cenderung mengalami
fluktuatif. Data laporan dinas kesehatan kota Kendari tahun 2014 prevalensi kasus
DBD sebanyak 30 kasus dengan kematian sebanyak 9 kasus. Tahun 2015
prevalensi kasus DBD sebanyak 78 kasus dengan kematian sebanyak 22 kasus.
Dan tahun 2016 prevalensi kasus DBD sebanyak 349 kasus dengan kematian
sebanyak 4 kasus. Seluruh kecamatan yang ada di kota kendari telah diklasifikan
menjadi daerah endemis DBD (KESMAS, 2017).
Penyakit DBD merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari yang di
tandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis salah satunya nyeri. Di ataranya
pada nyeri kepala, nyeri otot (mialgia), nyeri sendi dan nyeri dibelakang mata
(retro-orbital) (Nurarif & Kusuma, 2015). Nyeri adalah masuknya rangsangan
kedalam medulla spinalis melalui akar ganglion dorsal sehingga merangsang T,
dan megakibatkan rangsangan tersebut berpindah kebagian yang lebih tinggi yaitu
korteks serebri dan menimbulkan nyeri. Nyeri secara umum dibagi menjadi dua,
yaitu nyeri akut dan kronis. Nyeri akut yaitu nyeri yang timbul secara mendadak
dan cepat menghilang dengan waktu tidak melebihi enam bulan dan ditandai
dengan adanya penegangan otot. Nyeri kronis yaitu nyeri yang timbul secara
5
perlahan-lahan dan berlangsung lama dan dalam waktu lebih dari enam bulan
(Alimul, 2008).
Data dari RSU Aliyah 2 Kota Kendari pada tahun 2016 terdapat 520
pasien anak, 61 anak diantaranya mengalami pendarita DBD. Sedangkan pada
tahun 2017 pasien anak meningkat hingga 603 pasien anak, 79 anak mengalami
penyakit DBD. Sedangkan pada awal 2018 yakni bulan januari – februari
terdapat 11 pasien anak yang menderita DBD (Rekam Medik RSU Aliyah 2 Kota
Kendari, 2018).
Patofisiologi dari kasus DBD adalah akibat respon imun yang terjadi
ditubuh. Respon imun yang berlebihan ini akan menyerang berbagai bagian tubuh
seperti pembuluh darah, otot/sendi. Pada saat imun menyerang pembuluh darah
maka akan menyebabkan gejala seperti trombositopenia dan juga peningkatan
hematokrit . sedangkan pada saat si sel imun tersebut menyerang bagian otot dan
sendi maka akan menimbulkan gejala nyeri otot/sendi .
Data RSU Aliyah 2 menunjukkan bahwa kejadian DBD pada anak juga
mengalami peningkatan. Sehingga dengan begitu, penyakit DBD di kategorikan
penyakit berbahaya dan menular yang perlu diwaspadai kalangan masyarakat
terutama bila menyerang anak-anak karena dapat menyebabkan kematian bila
tidak diatasi dengan cermat. Terlebih lagi pada saat anak merasakan nyeri akan
menunjukkan respon wajah meringis bahkan sampai menangis tergantung dari
tingkat nyeri yang di rasakan sehingga anak akan menjadi gelisan, rewel dan
susah di atur. Sifat keluhan nyeri menimbulkan perasaan tidak nyaman pada anak
sehingga cenderung ikut berpengaruh terhadap proses kebutuhan lain.
6
Uraian yang dipaparkan di atas menjadi landasan bagi peneliti untuk
mengambil studi kasus mengenai “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Anak
Dengan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Rasa Nyaman Di Ruang Rawat Anak RSU Aliyah 2 Kota
Kendari Sulawesi Tenggara”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan dalam Studi kasus dari Latar Belakang di atas dapat di
rumuskan permasalahan Dalam Studi kasus adalah “Bagaimana Asuhan
Keperawatan Pada pasien Anak Dengan Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) Dalam Pemenuhan Rasa Nyaman (nyeri) Diruang Rawat Anak RSU
Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien Anak DBD
dalam pemenuhan kebutuhan Rasa Nyaman di ruang rawat anak RSU Aliyah
2 Kota kendari Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien
anak Demam Berdarah Dengue dalam pemenuhan kebetuhan rasa nyaman
di ruang rawat anak RSU Aliyah 2 Kota kendari Sulawesi Tenggara.
b. Penulis mampu menegakkan Diagnosa asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan penyakit Demam Berdarah Dengue dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman di ruang rawat anak RSU Aliyah 2 Kota kendari
Sulawesi Tenggara.
7
c. Penulis mampu menyusun Intervensi asuhan keperawatan pada pasien
anak dengan penyakit Demam Berdarah Dengue dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman di ruang rawat anak RSU Aliyah 2 Kota kendari
Sulawesi Tenggara.
d. Penulis mampu menerapkan Implementasi asuhan keperawatan pada
pasien anak dengan penyakit Demam Berdarah Dengue dalam pemenuhan
kebutuhan rasa nyaman di ruang rawat anak RSU Aliyah 2 Kota kendari
Sulawesi Tenggara.
e. Penulis mampu menyusun Evaluasi asuhan keperawatan keperawatan
pada pasien anak dengan penyakit Demam Berdarah Dengue dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman di ruang rawat anak RSU Aliyah 2
Kota kendari Sulawesi Tenggara.
D. Manfaat Penulisan Studi Kasus
Studi kasus ini diharapkan memberikan manfaat bagi:
1. Masyarakat/Klien
Masyarakat dapat memperoleh pengetahuan tentang penyakit DBD untuk
meningkatkan kemandirian dalam menolong diri sendiri dan keluarga
2. Pengembangan ilmu dan Teknologi keperawatan
Dapat menambah wawasan ilmu dan teknologi keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada pasien anak dengan penyakit
Demam Berdarah Dengue.
3. Penulis
8
Dapat memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan intervensi
keperawatan, khususnya studi kasus dalam pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman pada pasien anak dengan penyakit DBD.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep penyakit Demam Berdarah Dengue
1. Definisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) ada demam berdarah dengue yang
ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif & Kusuma, 2015).
DBD adalah penyakit menular yang di sebabkan oleh virus dengue dan di
tularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit
ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. Penyebab penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah virus dengue (Nursalam,dkk. 2008).
2. Etiologi
Penyakit DBD di sebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,
yaitu Arthtopod-borne virus dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dengan bintik hitam putih pada tubuhnya. Virus dengue merupakan virus
RNA rantai tunggal, genus flavivirus dari family Flaviviride, terdiri atas 4 tipe
10
virus yaitu D1, D2, D3 dan D4. Struktur antingen ke-4 serotipe ini sangat mirip
satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-masing tipe virus tidak
dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi genetik yang berbeda
pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar tipe virus, tetapi juga di
dalam tipe virus itu sendiri tergantung waktu dan daerah penyebarannya. Infeksi
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut.seseorang yang tinggal didaerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Perantara pembawa
virus dengue, dalam hal ini nyamuk Aedes disebut vector. Biasanya nyamuk
Aedes yang menggingit tubuh manusia adalah nyamuk betina, sedangkan
nyamuk jantannya lebih menyukai aroma yang manis pada tumbuh – tumbuhan.
(Sudoyo Aru, dkk) dalam Buku (Nurarif & Kusuma, 2010).
3. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks
virus antibodi, dalam sirkulasi akan mengaktivivasi sistem komplement. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a, dua, peptide yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding itu. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinongen)
11
terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan
beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah,
menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis
hemoragik. Renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan
dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan
hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi
anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian (Suriadi & Yuliani, 2010).
Adapun beberapa klasifikasi DBD berdasarkan tingkatan derajat diantaranya:
(Suriadi Dan Yuliani, 2010).
a. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniket positif, Trombositopenia dan hemokonsentrasi.
b. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan
lain.
c. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah
d. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
12
PATHWAY
Virus Dengue
Gigitan nyamukAedes Aegypti
Terjadi Viremia
Demam nyeri otot StimulasiRES
Hipertemi tulang dan sendiKeringatHepotomegali
Dehidrasi MendesakronggaAbdomen
Defisit volumeCairan dan Elaktrolit Mual ,Muntah
Nafsu makan
Perubahan NutrisiDari kebutuhan tubuh
4. Manifestasi klinis
Beberapa Manifestasi Klinis pada penyakit DBD pada anak diantara lain:
(Suriadi Dan Yuliani, 2010)
a. Demam tinggi atau Panas
Panas biasanya langsung tinggi dan terus-menerus, dengan sebab yang tidak
jelas dan hamper tidak bereaksi terhadap pemberian antipiretik (mungkin
hanya akan turun sedikit kemudian naik kembali). Dan Panas tersebut
biasanya berlangsung 2-7 hari. ( Rampengan, 2008)
Gangguan rasa nyamannyeri
13
b. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie, ekhimosis,
hematoma.
c. Epistaksis, Hematemesis, melena, hematuri
d. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen, dan ulu hati
f. Sakit kepala
g. Pembengkakan sekitar mata
h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurut, gelisah, capillary refil lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
Adapun Manifestasi Klinis menurut (Nurarif & Kusuma, 2010) dari
Demam Dengue adalah merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari yang di
tandai dengan dua atau satu manifestasi klinis yaitu:Nyeri Kepala, Nyeri retro-
orbital, myalgia/arthralgia, Ruam kulit, Manifestasi perdarahan (petekie atau uji
bending positif), leukopenia,pemeriksaan serologi dengue positif; atau ditemukan
DD/DBD yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
Berdasarkan kriteria WHO 1997 dalam (Nurarif & Kusuma, 2010)
diagnosis DBD ditegakkan bila semua semua hal dibawah ini terpenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bisafik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
1. Uji tourniquet positif
2. Petekie,ekimosis, atau purpura
14
3. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat
bekas suntikan.
4. Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia< 100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
1. Peningkatan nilai hematrokrit > 20% dari nilai buku sesuai umur dan
jenis kelamin.
2. Penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang
adekuat.
3. Tanda kebocoran plasma seperti: hipoproteinemi, asites, efusi pleura.
Kasus DBD ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu: demam tinggi dan mendadak
yang dapat mencapai 40◦C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang
demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomitting), epigastric
discomfort, nyeri perut kanan, atas atau seluruh bagian perut, dan perdarahan,
terutama perdarahan kulit, walupun hanya berupa uji tourniquet positif. Selain itu,
perdarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa perdarahan
spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada extremitas, tubuh, dan muka, sampai epitaksis
dan perdarahan gusi. Sementara perdarahan gastrointestinal massif lebih jarang
terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan
atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Perdarahan lain seperti perdarahan
subkonjungtiva terkadang juga ditemukan. Pada masa konvalesen sering kali
ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Hepatomegali
pada umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini
15
tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa
ikterus maupun kegagalan peredaran darah (circulatory failure).
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang tersebut dilakukan melalui pengambilan sampel darah
dalam pemeriksaan penyakit DBD dilihat dari hasil uji lab diantaranya yaitu:
1. Trombositopeni (100.000/mm3)
2. Hb dan PCV meningkat (20%)
3. Leukopeni (mungkin atau lekositosis)
4. Serologi (uji H): respon antibody sekunder
5. Isolasi Virus
6. Pada renjatan yang berat, periksa: Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau 4-
6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan) faal, hemostatis, FDP,
EKG, foto dada, BUN, creatinine serum.
6. Penatalaksanaan
Demam berdarah dengue tanpa disertai syok, pengobatannya hanya bersifat
simptomatis dan suportif (Rampengan, 2008).
a. Pemberian cairan yang cukup
Cairan diberikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam
tinggi, anoreksia, muntah. Pendarita perlu diberi minum sebanyak mungkin
(1,5-2 liter dalam 24 jam) sebaiknya oralit, tetapi dapat juga air the dengan
gula, jus buah, minuman ringan (soft drink), sirup. Atau susu. Pada
beberapa panderita dapat diberikan oralit.
b. Antipiretik jika terdapat demam
16
Seperti golongan asetaminofen (parasetamol), jangan diberikan golongan
salisit karena dapat menyebabkan bertambahnya perdarahan.
c. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami
kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
d. Antikonvulsan
Bila penderita kejang dapat diberikan :
1. Diazepam (Valium)
2. Fenobarbital (Luminal)
e. Penatalaksaan nyeri
Adapun penatalaksanaan nyeri pada gangguan rasa nyaman diantaranya :
(Pratama, 2017)
1. Stimulasi dan masase kutaneus.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu dengan cara memijatnya pelan –
pelan.
2. Terapi es dan panas.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan sub kutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu areadan kemungkinan
dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan. Baik
terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hati – hati dan
dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit.
3. Distraksi
17
Distraksi yaitu mengalihkan perhatian pasien pada sesuatu selain
pada nyeri dapat menjadi strategi yang berhasil.
4. Teknik relaksasi.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Periode relaksasi
yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan
otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.
7. Pengkajian pada penyakit DBD
a. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DBD,
keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
1. Grade I: kesadaran kompos mentis keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
3. Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil, dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
b. Sistem integument:
1. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
dingin, dan lembab.
18
2. Kuku sianosis/tidak
3. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II,
III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri tekan. Sementara tenggorokan mengalami
hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telingan (pada grade II,III,IV).
4. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura),
Rales+, Ronchi+, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
5. Abdomen. Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali), dan
asites.
6. Ekstremitas. Akral dingin,serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
Masalah/Diagnosis
8. Diagnosis medis: dugaan (suspect) DBD
1. Masalah yang dapat ditemukan pada pasien DBD antara lain:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertemia).
b. Nyeri
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, sehingga kurang dari
kebutuhan
d. Potensial terjadi perdarahan intra abdominal.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
19
f. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan
pasien DBD
g. Gangguan aktivitas sehari-hari
h. Potensial untuk terjadinya reaksi transfuse
9. Intervensi Keperawatan
Perencanaan yang dibuat untuk klien yang nyeri akut bertujuan agar klien
memenuhi hal-hal berikut :
NOC:
a. Pain level
b. Pain control
Dengan kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, dan mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intesitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
B. Konsep Dasar Asuhan keperawatan dalam kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
1. Pengkajian Keperawatan Nyeri
Pengkajian pada masalah nyeri dapat dilakukan dengan melihat adanya
riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi, intensitas, kualitas dan waktu
serangan terjadinya nyeri. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik PQRST:
a. P (Pemacu) : merupakan faktor yang menyebabkan berat ringannya nyeri
20
b. Q (Quality) : Menanyakan rasa nyeri, apakah nyerinya seperti rasa tajam,
tumpul atau terasa tersayat
c. R (Region) : daerah/ lokasi terjadinya nyeri
d. S (Severity) : tingkat keparahan nyeri
e. T (Time) : lama nya serangan atau frekuensi nyeri (Alimul, 2009).
Penilaian objektif skala nyeri pada anak sangatlah tidak mudah. Karena
dibutuhkan kerjasama dari pasien dalam menggambarkan rasa nyeri yang
dirasakannya. Dan tentunya sangat sulit dilakukan pada pasien anak. Beberapa
penelitian telah melakukan usaha untuk membuat skala objektif nyeri yang mudah
digunakan pada pasien anak. Salah satu skala objektif nyeri yang sering
digunakan di klinis adalah Wong Baker Faces Pain Rating Scales dari jurnal
penelitian Wong dan Baker (1). Skala nyeri ini menggunakan dua cara penilaian
yaitu penilaian mimik wajah terhadap nyeri (Faces Pain Rating Scale) untuk anak
usia 3 tahun ke atas dan penilaian verbal (Verbal Pain) untuk anak usia diatas 8
tahun.
1. Faces Pain rating Scale (Penilaian skala nyeri wajah) untuk anak usia 3
tahun lebih
Gambar.2.1
21
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale Skala nyeri yang satu ini tergolong
mudah untuk dilakukan karena hanya dengan melihat ekspresi wajah pasien
pada saat bertatap muka tanpa kita menanyakan keluhannya.
Gambar. 2.2
2. Verbal Pain Asessment Scale (Penilaian Nyeri secara Verbal) untuk anak
usia 8 tahun keatas.
Gambar 2.3
2. Diagnosis Keperawatan Nyeri
Prasetyo (2010) menjelaskan ada dua diagnosis keperawatan utama yang
menggambarkan nyeri pada klien, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Pada
penyakit DBD pada anak mengangkat diagnosa keperawatan nyeri akut dengan
batasan karakteristik antara lain :
22
a. Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien
yang tidak dapat mengungkapkannya (mis; Pain Assesment Checklist for
senior with limited ability to communicate, Neonatal Infant Pain Scale).
b. Keluhan tentang intesitas menggunakan standar skala nyeri (mis; skala
wong-baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik)
c. Diaforesis
d. Ekspresi wajah nyeri (mis; mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
berpencar atau tetap pada satu focus, dan meringis)
e. Mengekspresikan perilaku (mis; gelisah, merengek, menangis, waspada)
f. Perubahan pada parameter fisologi (mis; tekanan darah, frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, dan endtidal karbon dioksida
{CO2})
g. Sikap melindungi area nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri dan
putus asa
Faktor Yang Berhubungan :
a) Agens cedera biologis
b) Agen cedera fisik
c) Agens cedera kimiawi (Herdman & Kamitsuru, 2015).
3. Perencanaan Keperawatan
Tabel 2. 1
Intervensi keperawatan pada diagnosa keperawatan nyeri
N
oDiagnosa
Tujuan &
Kriteria HasilIntervensi Rasional
1 Nyeri NOC : NIC 1. Bed rest dapat
23
Akut b.d
proses
patologis
viremia
Pain Level
Pain Control
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
….× 24 jam,
klien mampu
mengontrol
nyeri dengan
kriteria hasil :
Mampu
mengontrol
nyeri (Tahu
penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
teknik Non
farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri)
Melaporkan
Bahwa nyei
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen
nyeri serta
kondisi umum
dalam dalam
batas normal
a. Pain
Management :
1. pertahankan bed
rest selama fase
akut dan
gunakan teknik
komunikasi
terapeutik
dalam observasi
tingkat nyeri
pasien (skala,
frekuensi,
durasi).
2. Berikan dan
Ajarkan teknik
non farmakologi
seperti
relaksasi, terapi
masase pada
daerah nyeri,
kompres dahi
atau leher
dengan air
hangat, elevasi
kepala.
3. Kendalikan
faktor
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
memberikan
adekuat dalam
tindakan
kenyamanan
akan membuat
otot relaksasi
menurunkan
kecemasan, dan
dapat mengetahui
tingkat skala
nyeri yang
dirasakan pasien.
2. Teknik Non
Farmakologi
dalam
pengompresan
air hangat serta
Massase dapat
mengurangi skala
nyeri, yang akan
membuat otot
relaksasi dalam
tindakan
kenyamanan.
3. Lingkungan
yang tidak
nyaman bisa
menyebabkan
pasien gelisah,
sehingga terjadi
ketegangan
pada otot dan
24
TTV (tekanan
darah, suhu,
pernapasan,
dan nadi).
Mampu
mengenali
nyeri (skala,
intesitas,
frekuensi, dan
tanda nyeri)
Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang.
ketidaknyamana
n (Misalnya
suhu,
pencahayaan,
suara bising).
b. Analgesik
Administration
4. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgesik untuk
mengurangi
nyeri.( tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal)
nyeri akan lebih
terasa.
4. Pelaksanaan (Tindakan Keperawatan)
Dalam Pelaksanaan Tindakan Keperawatan, Perawat dapat melakukan
berbagai tindakan untuk mengurangi rasa nyeri. Tindakan tersebut yaitu
tindakan farmakologis dan non farmakologis. Biasanya, untuk nyeri skala yang
ringan tindakan non farmakologis merupakan tindakan intervensi yang paling
utama. Sedangkan untuk mengantisipasi perkembangan nyeri dapat digunakan
tindakan farmakologis. Nyeri yang sedang sampai berat dapat menggunakan
25
teknik non farmakologis, yang merupakan suatu pelengkap yang efektif
disamping tindakan utama nya yaitu farmakologis. (Prasetyo, 2010).
A. Faktor lain yang dapat menambah nyeri seperti ketidakpercayaan, ketakutan,
kelelahan, dan bosan.
B. Pada nyeri, tingkat teknik-teknik yang dapat digunakan diantaranya :
a) Teknik latihan pengalihan
1) Menonton tv
2) Berbincang dengan orang lain
3) Mendengarakan musik
b) Teknik relaksasi
Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam , menghembuskan
secara perlaha dan melemaskan otot-otot tangan dan dilakukan berulang
kali hingga memperoleh rasa nyaman.
C. Pemberian obat analgetik
Obat analgetik digunakan untuk mengganggu atau memblok transmisi
stimulus sehingga mampu mengurangi rasa nyeri. Jenis analgesik yang biasa
digunakan yaitu narkotika dan bukan narkotika. Untuk menurunkan tekanan
darah dan depresi fungsi vital seperti respirasi biasanya efek dari jenis
narkotika. Obat yang dikenal di masyarakat seperti aspirin, asitamenofen dan
bahan antiinflamasi nonsteroid merupakan jenis dari bukan narkotika. Aspirin
memblok rangsangan dan menghambat sintesis prostaglandin dengan khasiat
15-20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1-2 jam.
WHO mengkombinasikan penggunaan obat-obatan analgesik dan obat
adjuvan untuk mengontrol nyeri, dimana obat adjuvan yaitu obat yang
26
bertujuan untuk meningkatkan kemanjuran obat opiat, serta menghilangkan
gejala yang timbul dan dapat bertindak sebagai analgesik pada nyeri. Untuk
nyeri dengan skala ringan (1-3 pada skala 0-10) direkomendasikan
penggunana obat non opiat disertai atau tanpa obat adjuvan, WHO
merekomendasikan penggunaan opiat lemah diserati atau tanpa non opiat
serta diserati obat adjuvan untuk nyeri klien yang menetap atau skalanya
meningkat (4-6 nyeri skala sedang pada skala 0-10). Opiat kuat akan
diberikan apabila skala nyeri masih menetap atau bahkan meningkat, non
opiat daoat direruskan sedangkan obat adjuvan perlu dipertimbangkan
penggunaannya (AHCPR, 1994) Penulis (Prasetyo, 2010).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan dilakukan dengan cara menilai kemampuan respon nyeri
pada pasien Anak , diantaranya hilangnya perasaan nyeri, intensitas nyeri
menurun, respon fisiologis yang baik, serta kemampuan pasien melakukan
aktifitas sehari-hari.
C. Konsep Dasar Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) pada DBD
1. Definisi Rasa Nyaman (Nyeri)
Gangguan rasa nyaman adalah merasa kurang senang dalam suatu kondisi
tertentu misalnya berupa Nyeri (Nurarif & Kusuma, 2015). Nyeri merupakan
kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya. Berikut ada beberapa pandapat para ahli mengenai pengertian
nyeri: (Alimul, 2009).
27
(Alimul, 2009) Mc. Coffery, 1979 mendefinisikan nyeri sebagai suatu
keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahuai hanya
jika orang tersebut pernah mengalaminya. wolf weifsel Feurst, 1974 Mengatakan
bahwa nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan (Alimul, 2009). (Arthur C.
Curton,1983 mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi
bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang di rusak, dan menyebabkan individu
tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri (Alimul, 2009).
Scrumum mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak
dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi, dan emosional (Alimul, 2009).
2. Klasifikasi nyeri
Nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yaitu nyeri akut dan kronis. Nyeri
akut yaitu nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang dengan
waktu tidak melebihi enam bulan dan ditandai dengan adanya penegangan otot.
Nyeri kronis yaitu nyeri yang timbul secara perlahan-lahan dan berlangsung lama
dan dalam waktu lebih dari enam bulan. Kategori nyeri kronis yaitu nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis dan nyeri psikosomatis.
Tabel 2.2
Perbedaan nyeri Akut dan Kronis
NO Karakteristik Nyeri Nyeri Akut Nyeri Kronis
1. Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status ekstistensi
2. Sumber Sebab eksternal atau
penyakit dari dalam
Tidak diketahui atau pengobatan
yang terlalu lama
3. Serangan Mendadak Bisa mendadak, berkembang
28
dan terselubung
4. Waktu Sampai enam bulan Lebih dari enam bulan atau
bertahun-tahun
5. Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak
diketahui dengan pasti
Daerah nyeri sulit dibedakan
intensitasnya
Sumber. Barbara C, Long, 1989 dalam (Alimul, 2008)
3. Fisiologi nyeri
Nyeri biasanya disebabkan karena adanya stimulus dan reseptor. Reseptor
nyeri yang dimaksud yaitu nosiseptor, dimana ujung-ujung saraf yang berada
dikulit akan memberikan respon terhadap stimulus yang diterima. Biologis, zat
kimia, panas, listrik serta mekanik merupakan bagian dari beberapa stimulus
tersebut.
Stimulus yang telah diterima reseptor kemudian ditransmisikan
berupaaimpuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut
bermiyelin yaitu serabut A (delta) dan serabut lambam (serabut C).
Serabut A membawa impuls yang bersifat inhibitor/penghambat yang
ditransmisikan ke serabut C. Serabut aferen masuk ke dalam spinal dengan
melalui akar dorsal dan sinaps pada dorsal hurn. Dorsal hurn ini terdiri dari
beberapa lapisan yang saling terkait, di antaranya berbentuk lapisan dua atau tiga
yang berbentuk substansia gelatinosa dan merupakan jalan/saluran utama impuls.
Kemudia, impuls tersebut melewati sumsum tulang belakang yang ada pada
interneuron dan bersamnung dengan jalur spinal asenden yang paling utama, jalur
sphinotalamic dan spinoreticular membawa informasi mengenai sifat dan lokasi
nyeri. Terdapat dua jalur mekanisme nyeri sebagai akibat dari proses transmisi
nyeri yaitu jalur opiate dan nonopiate. Neurotransmitter dalam impuls supresif
29
yaitu serotonin. Stimulus nociceptor lebih diaktifkan oleh sistem supresif yang
ditransmisikkan oleh serabut A. Sedangkan jalur desenden yaitu jalur nonopiate
yang tidak memberikan respon terhadap naloxone yang mekaninsmenya kurang
banyak diketahui (Barbara C. Long, 1989) dalam (Alimul, 2008)
Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,
hati, dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi
seperti histamine, bradikinin,prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi
yang lain dapat berupa termal, listrik, atau mekani.
Selanjutnya, stimulasi yang terima oleh reseptor tersebut ditransmisikan
berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut
yang bermyelin rapat atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C).
impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor
yang ditransmisikan ke serabut C. serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui
akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas
beberapa lapisan atau laminae yang saling bertautan. Di antara lapisan dua dan
tiga terbentuk substantia gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls.
Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron
dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu spinothalamic
trasct (STT) atau jalur spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang
30
membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transimisi terdapat
dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur
opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dari talamus yang melalui otak tengah dan medulla ke tanduk dorsal
dari sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls
supresif. Serotonim merupakan neurotransmitter dalam impuls supresif. Sistem
supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan oleh serabut
A. jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons
terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Barbara C.
Long, 1989) dalam (Alimul, 2008).
4. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Adapun penyakit DBD memiliki tingkatan atau derajat penyakit infeksi
virus dengue,salah satunya pada nyeri, masuk pada derajat awal dimana demam
disertai 2 atau lebih tanda yaitu myalgia, sakit kepala, nyeri retro orbital,
arthralgia (Nanda, 2015).
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan klien dalam mempersepsikan
nyeri, yaitu :
1. Usia
Anak yang masih kecil memiliki perbedaan dengan orang dewasa dalam
mempersepsikan nyerinya. Anak kecil yang merasakan nyeri belum dapat
mengucapkan kata-kata mengenai nyerinya.
2. Jenis kelamin
31
Secara umum, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan
wanita dalam persepsi nyeri. Hanya beberapa budaya yang mengajarkan bahwa
anak laki-laki harus lebih kuat ketika merasakan nyeri.
3. Kebudayaan
Perawat sering berpendapat bahwa cara respon tiap klien dalam
mempersepsikan nyeri itu sama. Sebagai contoh, apabila orang yang sedang
merintih atau menangis maka perawat akan mempersepsikan bahwa klien
merasakan nyeri dan membutuhkan intervensi, akibatnya pemberian intervensi
tidak sesuai. Ini terjadi pada warga meksiko, dimana warga meksiko yang
menangis keras tidak selalu mempersepsikannya sebagai nyeri yang hebat.
4. Makna nyeri
Nyeri yang dirasakan setiap orang akan mempengaruhi cara beradaptasi
terhadap nyeri.
5. Lokasi dan tingkat keparahan nyeri
Nyeri yang dirasakan klien bervariasi, sesuai dengan tingkat keparahannya.
Begitu juga dengan kualitas nyeri, dimana klien biasa melaporkan nyeri seperti
tertusuk-tusuk, nyeri tumpul dan berdenyut.
6. Perhatian
Nyeri juga akan dipengaruhi oleh tingkat perhatian. Perhatian yang meningkat
akan menyebabkan respon nyeri bertambah. Sedangkan dengan upaya distraksi
dapat mengurangi nyeri. Teknik inilah yang digunakan untuk terapi
mengurangi nyeri, seperti relaksasi, masase, teknik imajinasi terbimbing.
7. Ansietas
32
Ansietas yang dirasakan klien berhubungan dengan peningkatan persepsi nyeri
klien
8. Keletihan
Keletihan yang dirasakan akan meningkatkan sensasi nyeri
9. Pengalaman sebelumnya
Seseorang yang pernah mengalami nyeri akan lebih mudah dan siap
mengantisipasi nyeri yang dirasakannya.
10. Dukungan keluarga dan sosial
Dukungan dari keluarga, bantuan dan perlindungan sangat dibutuhkan oleh
klien yang merasakan nyeri.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Studi Kasus
Desain yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus
dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang digunakan
terhadap sekumpulan objek dengan tujuan utama untuk memberikan gambaran
tentang studi dan menganalisis lebih mendalam tentang Asuhan Keperawatan
pada pasien anak dengan penyakit DBD dalam kebutuhan rasa nyaman di ruang
rawat anak RSU Aliyah 2 Kota Kendari
B. Subjek Studi Kasus
Pada penelitian ini, peneliti mengambil satu klien untuk dijadikan subyek
studi kasus, yang sesuai dengan kriteria inklusi.
Kriteria inklusi yaitu batasan karakteristik umum subyek studi kasus dari
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
Kriteria pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Individu penderita DBD dalam gangguan rasa nyaman nyeri di ruang rawat
inap RSU. Aliyah 2 Kota Kendari
b. Berusia 12-17 tahun
c. Mampu berkomunikasi dengan kooperatif dan di dampingi oleh keluarga
d. Mampu membaca/menulis
e. Bersedia menjadi subjek study dan mengisi informed consent.
Kriteria Esklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pasien yang pulang setelah 5 hari perawatan
34
b. Pasien yang berpindah ruangan
C. Waktu dan Tempat Melakukan Studi Kasus
Studi kasus ini dilaksanakan di RSU Aliyah 2 Kota Kota Kendari,
dan studi kasus dilakukan setelah ujian proposal dilaksanakan, yaitu pada
bulan Juli 2018.
D. Fokus Studi Kasus
1. Gangguan kebutuhan rasa nyaman pada pasien Anak dengan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD)
2. Penerapan teknik non farmakologi (stimulasi kutaneus yaitu masase dan
kompres air hangat) pada stimulasi kutaneus adalah terapi yang diberikan
untuk menstimulasi permukaan kulit dalam pengontrolan nyeri pada pasien
anak yang mengeluhkan nyeri, dengan penyakit DBD
E. Defenisi operasional
1. Studi kasus Asuhan keperawatan
a. Pada Anak dengan Penyakit demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorrhagic fever/DHF) adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan penyakit demam akut pada penderitanya mengalami
demam selama 2-7 hari yang di tandai dengan salah satu gejala nyeri
seperti : nyeri pada kepala di sertai nyeri otot.
b. Kebutuhan rasa nyaman (Nyeri) Adalah Nyeri dimana kondisi berupa
perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan
nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa
nyeri yang dialaminya.
35
c. Asuhan Keperawatan Merupakan suatu proses pemberian pelayanan
keperawatan secara langsung yang tersendiri antara lain:
1. Pengkajian
Pengkajian Adalah pengumpulan data dari berbagai sumber baik secara
langsung dari pasien (Obyektif/Subyektif) Dan dari keluarga pasien
(wawancara & observasi) maupun tidak langsung dari dengan pasien
(rekam medik, buku status pasien dan cacatan laboratorium). Dalam
studi kasus ini, peneliti menggunakan format pengkajian kepearawatan
pada anak dan data yang harus didapatkan atau Data seperti : Kaji Skala
Nyeri dengan menggunakan Teknik PQRST:
a. P (Pemacu) : merupakan faktor yang menyebabkan berat ringannya
nyeri
b. Q (Quality) : Menanyakan rasa nyeri, apakah nyerinya seperti rasa
tajam, tumpul atau terasa tersayat
c. R (Region) : daerah/ lokasi terjadinya nyeri
d. S (Severity) : tingkat keparahan nyeri
e. T (Time) : lama nya serangan atau frekuensi nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah Penilaian Klinis tentang respon
individu sebagai dasar dalam memilih intervensi yang akan dilakukan.
Dalam studi kasus ini peneliti mengambil diagnose aktual dengan
menggunakan rumus P+E+S (Problem + Etiologi + Symptom),
dengan mengambil diagnose Nyeri Akut b.d proses patologis viremia.
36
3. Intervensi/Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah strategi untuk mencegah, mengurangi
dan mengatasi masalah – masalah yang telah didapatkan dalam
diagnose keperawatan. Peneliti menyusun intervensi keperawatan
yang terdiri dari Inspeksi dengan melihat raut wajah gelisah dan
meringis untuk mengetahui tingkat skala nyeri yang dirasakan oleh
pasien, lakukan kompres hangat Atau melakukan massase untuk
mengurangi/memberikan kenyaman.
Dalam studi kasus ini peneliti akan melakukan intervensi
keperawatan selama 5 x 24 jam, dengan NOC: Status Nyeri : Pain
Level, dan pain control, dengan kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri (Tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik Non farmakologi untuk mengurangi nyeri)
b) Melaporkan Bahwa nyei berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri serta kondisi umum dalam dalam batas normal
TTV (tekanan darah, suhu, pernapasan, dan nadi).
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intesitas, frekuensi, dan tanda
nyeri)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
NIC :
Pain management
a) pertahankan bed rest selama fase akut dan gunakan teknik
komunikasi terapeutik dalam observasi tingkat nyeri pasien (skala,
frekuensi, durasi).
37
b) Berikan dan Ajarkan teknik non farmakologi seperti relaksasi,
terapi masase pada daerah nyeri, kompres dahi atau leher dengan
air hangat, elevasi kepala.
c) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan (Misalnya suhu, pencahayaan,
suara bising).
Analgesik Administration
d) Kolaborasi dalam pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.(
tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal)
4. Implementasi Keperawatan
Implemntasi kepearawatan adalah pelaksanaan dari intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Di dalam
kegiatannya terdapat pengumpulan data yang berkelanjutan dalam
melakukan observasi pada pasien sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah suatu penilaian dengan
membandingkan perubahan keadaan pasien dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah dibuat. Dalam studi kasus ini akan
melakukan evaluasi terhadap data status pasien dan keluhan
pasien atau dari keluarga pasien, dengan melakukan pain level,
pain control, dan comfort level. Dengan menyatakan pasien
mampu mengontrol nyeri, nyeri otot berkurang di sertai demam
menurun dan merasa nyaman di lingkungan sekitar pasien.
2. Studi kasus penerapan prosedur keperawatan
38
a) Penerapan teknik non farmakologi pada stimulasi kutaneus adalah
terapi yang diberikan untuk menstimulasi permukaan kulit dalam
pengontrolan nyeri.
b) Pasien Anak DBD adalah pasien dengan penyakit Demam akut
selama 2-7 hari yang di tandai dengan adanya nyeri kepala di sertai
Nyeri Otot (Mialgia).
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan pada studi kasus ini yaitu data primer dan
data sekunder.. Adapun Studi kasus ini diawali dengan melakukan
pengkajian untuk mendapatkan data – data pasien secara menyeluruh yaitu
dengan menggunakan Alkes (Alat kesehatan) seperti : stetoskop, alat Tensi,
thermometer, pen light, buku catatan, pena, Jam tangan, pita, Timbangan,
format pengkajian umum anak dan nyeri, dan informed consent. Data primer
diperoleh dengan cara melakukan pengkajian terhadap responden, sedangkan
data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada di RSU Aliyah 2
kota kendari yaitu :
1. Data Primer
Data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Data primer ini
diperoleh melalui dua cara, yaitu :
a. Wawancara
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data secara lisan dari
seorang responden atau sasaran peneliti, atau bercakap-cakap dan
berhadapan muka dengan orang tersebut.
39
b. Observasi
Prosedur terencana meliputi : melihat, mencatat jumlah data, syarat-
syarat tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang akan
diteliti.
1) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan untuk mengetahui keadaan fisik pasien
a) inspeksi
Proses observasi yang dilakukan dengan menggunakan indera
penglihatan, pandangan dan penciuman sebagai alat untuk
mengumpulkan data.
b) palpasi
Pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat terabah untuk
mendeteksi adanya kelainan atau tidak
c) Perkusi
Mengetuk permukaan tubuh
d) auskultasi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mendengarkan
menggunakan stetoskop.
2. Data Sekunder
Data yang diperoleh tidak secara langsung dari objek penelitian. Data
sekunder dapat diperoleh dari :
a. Studi dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang tidak merujuk langsung kepasien
melainkan ke dokumen
40
b. Studi kepustakaan
Pengumpulan data yang diperoleh dari pustaka teori menurut para ahli
dalam konsep penyakit serta dalam jurnal.
Adapun prosedur pengumpulan data, yaitu :
1. Persiapan
a) Peneliti meminta surat pengambilan data awal dari institusi asal
penelitian poltekkes kemenkes kendari
b) Peneliti mengajukan izin mengambil data awal dari ruang badan
LITBANG RSU Aliyah 2 Kota Kendari Sulawesi Tenggara
c) Peneliti meminta surat rekomendasi dari RSU Aliyah 2 Kota Kendari
Sulawesi Tenggara.
d) Peneliti meminta izin kepada kepala ruangan tempat penelitian yang
akan dilakukan RSU Aliyah 2 Kota Kendari Sulawesi Tenggara.
e) Peneliti mendatangi subjek studi kasus dan menjelaskan tujuan
penelitian.
f) Memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada subjek
studi kasus dan keluarga (responden)
2. Pelaksanaan
a. Peneliti dan subjek studi kasus menyiapkan tempat untuk
melakukan studi kasus
b. Peneliti menjelaskan prosedur studi kasus kepada responden.
c. Menciptakan suasana yang akrab dengan subjek penelitian.
41
d. Peneliti melakukan wawancara dan observasi sesuai dengan
waktu yang telah disepakati bersama subyek studi kasus
e. Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan setiap hari
3. Evaluasi
a. Peneliti melakukan pengolahan dengan data yang sudah didapat
selama studi kasus
G. Analisis data dan Penyajian Data
1. Analisa data
Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengecekan ulang
khususnya pada subjek studi kasus seperti identitas, hasil wawancara
ataupun observasi.
2. Penyajian data
Data pada studi kasus disajikan dalam bentuk tekstural, yaitu penyajian
data berupa tulisan atau narasi.
Etika Penelitian
Etika penelitian adalah pedomana yang digunakan dalam setiap
penelitian atau studi kasus yang melibatkan berbagai pihak, yaitu pihak
peneliti dan pihak yang diteliti. dan masyarakat yang akan akan memperoleh
dampak hasil penelitian tersebut. Sebelum melakukan studi kasus, terlebih
dahulu peneliti mendapat rekomendasi dari institusi untuk mengajukan
permohon ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut Hidayat
(2008) penulis (Donsu J, 2016), dalam melaksanakan penelitian ini penulis
menekankan masalah etika yang meliputi:
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
42
Inforemed consent merupakan bentuk lembar pesetujuan yang
diberikan peneliti dan responden penelitian. Informed consent ini
diberikan sebelum studi kasus dilakukan Tujuan informed consent adalah
agar subjek mengerti maksud dan tujuan studi kasus, mengetahui
dampaknya. Jika subjek bersedia,makan informed consent tersebut harud
ditanda tangani Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam
informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan
dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur
pelaksanaan, potensial yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi
yang mudah dihubungi, dan lain-lain .
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek studi kasus dengan cara tidak
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil studi kasus
yang akan disajikan. Untuk menjaga kerahasiaan subyek studi kasus,
maka pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis tidak
mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan
nama inisial saja. (Donsu J, 2016).
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil studi
kasus, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaannya oleh
43
peneliti, dan hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset
(Hidayat, 2008). Peneliti telah menjelaskan bahwa data yang diperoleh
akan dijaga kerahasiaannya. (Donsu J, 2016).
44
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan Pada An. M,S ( 17 Tahun) Dengan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Rasa Nyaman Diruang Rawat Mina RSU. Aliyah 2
Kota Kendari Sulawesi Tenggara
Tabel Identitas Rekam Medik
Nomor Rekam Medik 00-60-56
Tanggal Masuk Rs25 - juli – 2018
Tanggal Pengkajian27- juli – 2018
Sumber InformasiPasien (observasi), keluarga
(wawancara) dan rekam medis
Sumber : Data Primer, 2018
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian
a) Identitas Anak
Nama : An. M.S
Tanggal Lahir : 28 mei 2001
Jenis Kelamin : laki - laki
Agama : Islam
45
Pendidikan : SMA
Alamat : Kel. Mangga 2
Dignosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever
b) Identitas Orang Tua
1. Ayah 2. Ibu
Nama : Tn. K Nama : Ny. W
Usia : 65 thn Usia : 50 thn
Pendidikan : SMA Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : IRT
Agama : islam Agama : islam
Alamat : Kel. Mangga 2 Alamat : Kel.Mangga 2
c) Identitas Saudara Kandung
No Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
1. Tn. M 31 thn Kaka Sehat
2. Ny. S 30 thn Kaka Sehat
3. Tn. Z 27 thn Kaka Sehat
d) Keluhan Utama
Pasien mengalami Demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk RS. Disertai
batuk +, sesak, mual, muntah +, pusing dan nyeri kepala.
e) Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
46
a. Waktu timbulnya penyakit, kapan?
Pasien Mengatakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh
Demam, meriang, Batuk dan di sertai nyeri kepala dan seluruh badan
terasa sakit.
b. Bagaimana awal munculnya?
Ibu pasien mengatakan sebelum anaknya jatuh sakit, An. M memiliki
kondisi lingkungan sekolah kurang sehat, banyak di tumbuhi alang-
alang di sekitar sekolah. Dan Pasien mengatakan munculnya yang di
rasakan nyeri kepala secara Berangsur-angsur dan badan terasa sakit.
c. Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah atau tetap sama
dengan sebelumnya?
Nampak keadaan pasien masih tetap sama
Nampak lebih banyak berbaring dan memakai selimut
Nampak pasien meringis dan tremor akibat menggingil
Nampak pasien sesekali memegang dan memijat daerah yang nyeri
d. Usaha yang di lakukan untuk mengurangi keluhan?
Pasien mengatakan hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidur dan
mengkonsumsi obat Paracetamol tablet.
e. Kondisi saat dikaji (PQRST)
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Nyeri Di seluruh badan dan bagian kepala
S : Tingkat Skala Nyeri 7
T : Berangsur-angsur
47
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ibu pasien mengatakan An. M sebelumnya pernah masuk RS. Sewaktu SD
dengan penyakit Demam typoid.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu pasien mengatakann tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
4) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Ibu pasien mengatakan An. M memiliki berat badan 3 kg saat lahir. An.M
sekarang memiliki berat badan 58,5 kg dan tinngi badan 165 cm.
5) Genogram
Keterangan :
: Pasien ? : Usia tidak di ketahui
: Laki-laki X : Meninggal
: Perempuan : Tinggal serumah
: Hubungan pernikahan
: Garis keturunan
Berdasarkan genogram klien ditemukan data bahwa tidak ada anggota
keluarga yang pernah mengalami penyakit seperti yang diderita oleh klien.
X X
X
? ?
XX
50
?X? ? ? ??
17 27 3130
48
f. Pengkajian Kebutuhan Kenyamanan
1) Apakah Pernah Menderita Penyakit/Trauma Yang Menyebabkan Rasa
Nyeri?
Pasien mengatakan pertama kali merasakan nyeri 1 Hari setelah Demam
Tinggi yang di sertai Batuk dan mual muntah. Nyeri yang dirasakan
berawal nyeri kepala, badan keseluruhan terasa sakit dan di sertai meriang
dan menggigil.
2) Jika Ya, Kapan Terjadi ?
Pasien mengatakan nyeri yang di rasakan akan berat jika pada malam hari.
3) Faktor Yang Meringankan
a) Apakah Pernah Membeli Obat Untuk Menghilangkan Rasa Nyeri?
Pasien mengatakan hanya mengkonsumsi obat panas yang di beli
diwarung dari ibu pasien dan hanya terbaring lemas di tempat tidur.
b) Selain Obat, Tindakan Apa Yang Dilakukan :
(1) Nonton √
(2) Nyanyi
(3) Cerita
(4) Dll;
c) Pengaruh Nyeri Terhadap Aktivitas
Sebelum sakit
(1) Tidur :-
(2) Makan :-
(3) Bekerja :-
(4) Interaksi Sosial :-
Setelah sakit
(1) Tidur : √
(2) Makan : √
(3) Bekerja /aktivitas : √
(4) Interaksi Sosial : √
d) Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri
(1) Mual : √
(2) Muntah : √
49
(3) Pusing : √
(4) Konstipasi :-
(5) Suhu Tubuh : √
(6) Menggigil : √
g. Pengkajian Fisik (Body Sistem)
Keadaan umum : Lemah
Tinggi Badan 165 cm Berat Badan : 58,5 kg
1. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Pernapasan : 24 x/m
Nadi : 98 x/m
Suhu : 39, 5 ◦C
2. Pernapasan
Bentuk dada normal/simetris, pola napas teratur, frekuensi napas 24
kali/menit, irama teratur, tidak Nampak adanya bunyi nafas tambahan
dan tidak menggunakan alat bantu pernapasan.
3. Kardiovaskuler
Irama jantung regular, tidak Nampak adanya murmur, cyanosis tidak
ada, dan CRT <2 detik.
4. Peryarafan
Kesadaran composmentis, GCS :15 (Eye : 4, verbal : 5, motorik : 6)
5. Genetourinaria
Frekuensi berkemih 5-6 kali sehari, tidak terdapat masalah pada
eliminasi urine.
6. Pencernaan
Bentuk bibir normal, Mukosa bibir lembab, kebersihan rongga mulut
bersih, BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak.
7. Musculoskeletal dan integumen
Akral hangat, turgor kulit baik, kelembaban kulit lembab, dan tidak
nampak ada oedema.
50
Kekuatan otot
4 4
4 4
8. Penginderaan
Mata : simetris, pupil : isokor (diameter 2 mm) reflek cahaya positif,
konjungtiva : anemis, skelera tidak ikterik dan tidak ada
pembengkakan/edema pada palpebral.
9. Endokrin
Tidak Nampak ada nya pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada
pembesaran kelenjar karotis
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorium
No. R.M : 0-60-56 Time : 28 07 – 2018/ 10:24
Name : An. M.S Room :Mina 8
PARAMETER RESULT UNIT REF RANGE
WBC 13.2 x 10o UL 4.0 – 10
Lymp# 1.6 x 10o UL 0.8 – 4.0
Midh# 0.5 x 10o UL 0.1 – 1.2
Grand# 11.1 x 10o UL 2.0 – 7.0
Lymp% 11.9 % 20.0 – 40.0
Midh% 3.7 % 3.0 – 14.0
Grand% 84.4 % 50.0 – 70.0
51
HGB 12.5 g/dL 11 – 16
RBC 5.06 x 10o UL 4.20 – 5.50
HCT 42.9 % 37.0 – 43.0
MCV 84.9 fL 80.0 – 100.0
MCH 24.7 Pg 27.0 – 34.0
MCHC 29.1 g/dL 32.0 – 36.0
RDW-CV 12.8 % 11.0 – 16.0
RDW-SD 38.5 fL 35.0 – 36.0
PLT 119 x 10o UL 150 -400
MPV 9.3 fL 6.5 – 12
PDW 14.9 9.0 – 17.0
PCT 0.110 0.108 – 0.282
Keterangan :
WBC (white blood cesl) : atau sel darah putih (leukosit)
HGB : Hemoglobin adalah protein sel darah merah (eritrosit) tangberfungsi mengantarkan oksigen ke sel dan jaringan di seluruh tubuh.
MCH : Mean Corpuscular hemoglobin adalah perkiraan jumlah atau beratrata-rata hemoglobin pada setiap sel darah merah dalam tubuh.
MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration adalahperhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam eritrosit. MCHCyang rendah (hipokromia) akan di jumpai pada keadaan di manahemoglobin abnormal yang dicairkan di dalam eritrosit, misalnya padaanemia yang kekurangan zat besi dalam talasemia.
52
PARAMETER RESULT REF. RANGE
IMUNOSEROLOGI
WIDAL
TYPHI O 1/180 NEGATIVE
PARATYPHI – A 0 1/180 NEGATIVE
PARATYPHI – B 0 1/180 NEGATIVE
PARATYPHI – C 0 NEGATIF NEGATIVE
TYPHI H 1/180 NEGATIVE
PARATYPHI – A H NEGATIF NEGATIVE
PARATYPHI – B H 1/180 NEGATIVE
PARATYPHI – C H 1/180 NEGATIVE
2) Therapi medis
a. IVFD RL 28 tmp
53
b. Inj. Fioramol 500 mg/8 jam/I.V
c. Inj. Ondansetron 1 amp/8 jam
d. Ambroxol tab. 30 mg 3x1
e. Cetrizine tab. 10 mg 1x1
2. Klasifikasi Data
Data Subjektif :
1. Pasien Mengatakan mengeluh Demam dan di sertai nyeri kepala
2. Pasien mengeluh batuk-batuk dan merasa kedinginan
3. Pasien mengeluh badan lemas dan terasa sakit
4. Ibu pasien mengatakan sebelum anaknya jatuh sakit, An. M memiliki
kondisi lingkungan sekolah kurang sehat, banyak di tumbuhi alang-alang
di sekitar sekolah. Dan Pasien mengatakan munculnya yang di rasakan
nyeri badan dan kepala secara Berangsur-angsur.
5. Ibu pasien mengatakan sebelum MRS anaknya mengalami Demam tinggi
sejak 1 hari sebelum masuk RS. Disertai batuk +, sesak, mual, muntah +,
pusing dan nyeri kepala
6. Ibu pasien mengatakan An. M sebelumnya pernah masuk RS. Sewaktu SD
dengan penyakit Demam typoid.
Data Objektif :
1. Keadaan pasien Nampak lemah
2. Pasien Nampak lebih banyak berbaring dan memakai selimut
3. Pasien Nampak meringis dan tremor akibat menggingil
4. Nampak pasien sesekali memegang dan memijat daerah yang nyeri
54
5. Nampak konjungtiva pasien Anemis
6. Pasien Nampak Batuk
7. Kondisi saat dikaji (PQRST)
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Di seluruh badan dan bagian kepala
S : Skala Nyeri 7
T : Berangsur-angsur
8. Tanda – tanda Vital :
Tekanan darah : 130/80 mmhg Nadi : 98 x/m
Pernapasan : 24 x/m Suhu : 39, 5 ◦C
9. Therapi medis
a. IVFD RL 28 tmp
b. Inj. Fioramol infusion 500 mg/8 jam/I.V
c. Inj. Ondansetron 1 amp/8 jam
d. Ambroxol tab. 30 mg 3x1
e. Cetirizine tab. 10 mg 1x1
3. Analisa Data
Nama Pasien : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 00-60-56
Diagnosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever
55
Tabel 4.1 Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
Data Subjektif :
1. Pasien
Mengatakan
mengeluh
Demam dan di
sertai nyeri
kepala
2. Pasien mengeluh
batuk-batuk dan
merasa
kedinginan
3. Pasien mengeluh
badan lemas dan
terasa sakit
4. Ibu pasien
mengatakan
sebelum anaknya
jatuh sakit, An.
M memiliki
kondisi
lingkungan
Arbovirus (melalui nyamukaedes aegypti)
Beredar dalam darah
Infeksi virus dengue (viremia)
Membentuk & melepaskan zatC3a,C5a
Hipertermi
Suhu badan TerjadiKetegangan otot
Nyeri otot tulang dan sendi
NyeriAkut
56
sekolah kurang
sehat, banyak di
tumbuhi alang-
alang di sekitar
sekolah. Dan
Pasien
mengatakan
munculnya yang
di rasakan nyeri
badan dan kepala
secara Berangsur-
angsur.
5. Ibu pasien
mengatakan
sebelum MRS
anaknya
mengalami
Demam tinggi
sejak 1 hari
sebelum masuk
RS. Disertai
batuk +, sesak,
mual, muntah +,
pusing dan nyeri
57
kepala
6. Ibu pasien
mengatakan An.
M sebelumnya
pernah masuk
RS. Sewaktu SD
dengan penyakit
Demam typoid.
Data Objektif :
1. Keadaan pasien
Nampak lemah
2. Pasien Nampak
lebih banyak
berbaring dan
memakai selimut
3. Pasien Nampak
meringis dan
tremor akibat
menggingil
4. Nampak pasien
sesekali
memegang dan
memijat daerah
58
yang nyeri
5. Nampak
konjungtiva
pasien Anemis
6. Pasien Nampak
Batuk
7. Kondisi saat
dikaji (PQRST)
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di
Tusuk- tusuk
R : Di seluruh badan
dan bagian kepala
S : Skala Nyeri 7
T : Berangsur
angsur
8. Tanda – tanda
Vital :
TD : 130/80
mmhg
Nadi : 98 x/m
Pernapasan : 22
x/m
Suhu : 39, 5 ◦C
9. Therapi medis
IVFD RL 28 tmp
59
a. Inj. Fioramol 500
mg/8 jam/I.V
b. Inj. Ondansetron
1 amp/8 jam
c. Ambroxol tab. 30
mg 3x1
d. Cetrizine tab. 10
mg 1x1
4. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut berhubungan dengan proses patologis viremia
5. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 00-60-56
Diagnosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever
Tabel 4.2 Intervensi Asuhan Keperawatan
N
oDiagnosa
Tujuan &
Kriteria HasilIntervensi Rasional
1 Nyeri Akut
b.d proses
patologis
viremia
NOC :
Pain Level
Pain Control
Setelah
diberikan
NIC
a.Pain
Management :
1. pertahankan bed
rest selama fase
akut dan
1. Bed rest dapat
memberikan
adekuat dalam
tindakan
kenyamanan
akan membuat
otot relaksasi
menurunkan
60
asuhan
keperawatan 5 ×
24 jam, klien
mampu
mengontrol
nyeri dengan
kriteria hasil :
Mampu
mengontrol
nyeri (Tahu
penyebab
nyeri, mampu
menggunakan
teknik Non
farmakologi
untuk
mengurangi
nyeri)
Melaporkan
Bahwa nyei
berkurang
dengan
menggunakan
manajemen
gunakan teknik
komunikasi
terapeutik
dalam observasi
tingkat nyeri
pasien (skala,
frekuensi,
durasi). Serta
melakukan
pengukaran
Tanda-tanda
vital
2. Berikan dan
Anjurkan teknik
non farmakologi
terapi masase
pada daerah
nyeri, dan
kompres pada
dahi atau sekitar
kepala dengan
air hangat,
3. Kendalikan
faktor
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
kecemasan, dan
dapat
mengetahui
tingkat skala
nyeri yang
dirasakan
pasien.
2. Teknik Non
Farmakologi
dalam
pengompresan
air hangat serta
Massase dapat
mengurangi
skala nyeri,
yang akan
membuat otot
relaksasi dalam
tindakan
kenyamanan.
3. Lingkungan
yang tidak
nyaman bisa
menyebabkan
pasien gelisah,
sehingga terjadi
ketegangan
pada otot dan
61
nyeri serta
kondisi umum
dalam dalam
batas normal
TTV (tekanan
darah, suhu,
pernapasan,
dan nadi).
Menyatakan
rasa nyaman
setelah nyeri
berkurang.
terhadap
ketidaknyamana
n seperti Suhu
lingkungan.
b. Analgesik
Administration
4. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgesik untuk
mengurangi
nyeri.( tentukan
analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan
dosis optimal).
nyeri akan lebih
terasa.
4. Pemberian obat
analgesik
bertujuan untuk
membantu
menganangi
dalam penurunan
nyeri.
6. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 00-60-56
Diagnosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever
62
Tabel 4.3 Implementasi Asuahan Keperawatan
No Diagnosa
Keperaw
atan
Hari /
Tanggal
Jam Implementasi Paraf
1.Nyeri
akut
27/Juli/
2018
10.00
10.15
1. melakukan pengukuran
tanda – tanda vital dan skala
nyeri
Hasil :
Kedaan Umum : tampak lemah
TD: 130/80 mmhg
Pernapasan : 24 x/menit
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 39,5◦C
PQRST :
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Di seluruh badan dan
bagian kepala
S : Skala Nyeri 7
T : Berangsur-angsur
2. Memberikan teknik non
farmakologi terapi masase
pada daerah nyeri, dan
kompres pada dahi atau
sekitar kepala dengan air
hangat.
63
12.00
12.20
Hasil :
Pasien Nampak terbaring
lemah
Konjungtiva pucat
Pasien Nampak meringis
Pasien Nampak gelisah
Tingkat skala nyeri : 7
TD: 130/80 mmhg
Pernapasan : 24 x/menit
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 39,1◦C
3. mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
Suhu lingkungan.
Hasil :
Pasien Nampak menggigil
4. Lakukan pemberian obat.
inj. Fioramol Infusion
500 mg/8 jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
Hasil :
Pasien masih Nampak
batuk
64
Skala nyeri : 7
2.Nyeri
akut
28/ juli
/ 2018
10.00
10.20
1. melakukan pengukuran
tanda – tanda vital dan skala
nyeri
Hasil :
Kedaan Umum : tampak
lemah
TD: 110/80 mmhg
Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 39,0◦C
PQRST :
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Di seluruh badan dan
bagian kepala
S : Skala Nyeri 6
T : Berangsur-angsur
2. Memberikan teknik non
farmakologi terapi masase
pada daerah nyeri, dan
kompres pada dahi atau
sekitar kepala dengan air
hangat.
Hasil :
Pasien Nampak masih
65
12.45
13.20
terbaring lemah
Konjungtiva pucat
Mukosa bibir kering
Pasien masih Nampak
gelisah
Tingkat skala nyeri : 6
TTV : TD: 120/80 mmhg
Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 38,8◦C
3. mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
Suhu ruangan
Hasil :
Pasien Nampak menggigil
Kaki pasien teraba dingin
4. Lakukan pemberian obat.
inj. Fioramol Infusion
500 mg/8 jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
Hasil :
Pasien masih Nampak
gelisah
66
Pasien masih nampak batuk
Suhu : 38,8 ◦C
3.29 / juli
/ 2018
09.50
10.20
1. melakukan pengukuran
tanda – tanda vital dan skala
nyeri
Hasil :
Kedaan Umum : tampak
lemah
TD: 130/70 mmhg
Pernapasan : 25x/menit
Nadi : 89 x/menit
Suhu : 39,2◦C
PQRST :
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Di bagian kepala
S : Skala Nyeri 6
T : hilang timbul
2. Memberikan teknik non
farmakologi terapi masase
pada daerah nyeri, dan
kompres pada dahi atau
sekitar kepala dengan air
hangat.
Hasil :
Pasien Nampak masih
67
12.57
13.05
terbaring lemah dalam
kondisi Infus tidak
terpasang karena Nampak
adanya pembengkakan.
Konjungtiva pucat
Mukosa bibir kering
Tingkat skala nyeri : 5
TTV : TD: 120/80 mmhg
Pernapasan : 23x/menit
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 38,9◦C
3. mengendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
Suhu ruangan
Hasil :
Pasien Nampak menggigil
Kaki pasien teraba dingin
4. Lakukan pemberian obat
oral
Paracetamol tab. 500 mg
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
Hasil :
Hasil :
Pasien meminum obat yang
68
dianjurkan
Pasien Masih Nampak
Batuk
Pasien Nampak lemah
4.Nyeri
akut
30 / juli
/ 2018
13.55
14.30
17.00
1. melakukan pengukuran
tanda – tanda vital dan skala
nyeri
Hasil :
Kedaan Umum : tampak
tenang
TD: 110/70 mmhg
Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 91 x/menit
Suhu : 37,0◦C
S : Skala Nyeri 5
2. Memberikan teknik non
farmakologi terapi masase
pada daerah nyeri, dan
kompres pada dahi atau
sekitar kepala dengan air
hangat.
Hasil :
Konjungtiva pucat
Pasien mulai Nampak
tenang
Tingkat skala nyeri : 4
TTV : TD: 110/80 mmhg
69
17.15
Pernapasan : 21x/menit
Nadi : 91 x/menit
Suhu : 36,8◦C
3. mengendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
Suhu ruangan.
Hasil :
Pasien Nampak tenang
4. Lakukan pemberian obat.
inj. Fioramol Infusion
500 mg/8 jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
Hasil :
Pasien mulai Nampak
tenang
Tingkat skala nyeri : 4
5.Nyeriakut
31/juli/2018
09.001. melakukan pengukuran
tanda – tanda vital dan skala
nyeri
Hasil :
Kedaan Umum : tampak
tenang
70
09.15
TD: 110/70 mmhg
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,8◦C
S : Skala Nyeri 2
2. Memberikan teknik non
farmakologi terapi masase
pada daerah nyeri, dan
kompres pada dahi atau
sekitar kepala dengan air
hangat.
Hasil :
Konjungtiva tidak Anemis
Pasien Nampak Tenang
Tingkat skala nyeri : 2
TTV : TD: 110/80 mmhg
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5◦C
3. mengendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan seperti
Suhu ruangan.
71
10.20
Hasil :
Pasien Nampak tenang
. 4. Lakukan pemberian obat.
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
7. Evaluasi Keperawatan
72
Nama Pasien : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM : 00-60-56
Diagnosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever
Tabel 4.4 Evaluasi Keperawatan
No. Tanggal Jam Evaluasi Paraf
1.27 /Juli
/2018
14.00 DS:
Pasien Mengatakan masih Demam
dan di sertai nyeri kepala
Pasien mengatakan batuk dan
merasa kedinginan
Pasien mengeluh badan lemas dan
terasa sakit
DO :
Kedaan Umum : tampak lemah
TD: 130/80 mmhg
Pernapasan : 24 x/menit
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 39,1◦C
PQRST :
P : Udara Dingin
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Di seluruh badan dan
bagian kepala
S : Skala Nyeri 7
73
T : Berangsur-angsur
Konjungtiva pucat
Pasien Nampak meringis
Pasien Nampak gelisah
inj. Fioramol Infusion 500 mg/8
jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg 3x1
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,3,dan 4 di lanjut kan
2.28 /
juli/2018
14.00 DS:
Pasien mengeluh badan lemas
dan terasa sakit
Pasien Mengatakan masih
Demam dan di sertai nyeri kepala
Pasien mengatakan batuk dan
merasa dingin
DO :
Pasien Nampak masih terbaring
lemah
Konjungtiva pucat
Mukosa bibir kering
Pasien masih Nampak gelisah
TTV : TD: 120/80 mmhg
74
Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 38,8◦C
PQRST :
P : Udara Dingin
Q : Seperti di tusuk tusuk
R : Di seluruh badan dan
bagian kepala
S : Skala Nyeri 6
T : Berangsur-angsur
Pasien Nampak menggigil
Kaki pasien teraba dingin
inj. Fioramol Infusion 500 mg/8
jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg 3x1
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,3,dan 4 di lanjut kan
29 /
juli/2018
14.00 DS :
Pasien Mengatakan masih
Demam dan di sertai nyeri kepala
Pasien mengatakan batuk dan
masih merasa kedinginan
Pasien mengeluh badan terasa
sakit
75
DO :
Pasien Nampak masih terbaring
lemah dalam kondisi Infus tidak
terpasang karena Nampak adanya
pembengkakan.
Konjungtiva pucat
Mukosa bibir kering
Pasien masih Nampak gelisah
Tingkat skala nyeri : 5
TTV : TD: 120/80 mmhg
Pernapasan : 23x/menit
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 38,9◦C
Pasien Nampak menggigil
Kaki pasien teraba dingin
Paracetamol tab. 500 mg
Ambroxol tab. 30 mg 3x1
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,3,dan 4 di lanjut kan
4. 30 /
juli/2018
17.30 DS :
Pasien Mengatakan nyeri kepala
mulai berkurang
Pasien mengatakan masih batuk
Pasien mengatakan masih
76
merasa lemas.
DO :
Pasien mulai Nampak tenang
Tingkat skala nyeri : 4
TTV : TD: 110/80 mmhg
Pernapasan : 21x/menit
Nadi : 91 x/menit
Suhu : 36,8◦C
inj. Fioramol Infusion 500 mg/8
jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg 3x1
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi 1,2,3,dan 4 di lanjut
kan
5.31/
juli/2018
11.00 DS :
Pasien Mengatakan masih batuk
Pasien mengatakan sudah tidak
merasakan nyeri kepala
Pasien mengatakan badan sudah
tidak sakit lagi.
DO :
Konjungtiva tidak Anemis
Pasien Nampak Tenang
Tingkat skala nyeri : 2
77
TTV : TD: 110/80 mmhg
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5◦C
Ambroxol tab. 30 mg 3x1
A : Masalah teratasi
P : Intervensi di hentikan
(pasien rencana pulang)
Tabel 4.5 Frekuensi skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
tindakan kompres air hangat dan massase
No.LamaHari
Pengukuran Nyeri Sebelum Dan Sesudah
KetDalam Melakukan Tindakan Kompres
Air Hangat Dan Massase
Sebelum Sesudah
1 Pertama 7 7CukupBerat
2 Kedua 6 6 Sedang3 Ketiga 6 5 Sedang
4 Keempat 5 4CukupRingan
5 Kelima 4 2 Ringan
Dari tabel 4. 1 dapat dilihat bahwa pengukuran nyeri dilakukan sebelum dan
sesudah setelah melakukan kompres air hangat dan massase, yaitu pada
pengukuran nyeri dilakukan selama lima hari. Pada hari pertama nyeri
terukur cukup berat, sampai hari kedua nyeri pasien sudah mulai ada
perubahan penurunan 1 angka menjadi kategori sedang yaitu skala nyeri 6,
sedangkan pada hari ketiga nyeri klien masih tetap kategori sedang sebelum
dilakukannya kompres air hangat dan massase, namun setelah di lakukan
78
terdapat penurunan skala, dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 45, pada
hari ke empat sampai hari ke lima nyeri klien sudah termasuk kategori
ringan, yaitu dari skala nyeri 4 menjadi skala nyeri 2.
Tabel 4.6
Catatan Perkembangan Nyeri
N
o
Lama
Hari NOC
Pain Level Kontrol Pain
1. Pertama 1. Nyeri Yang Di
laporkan Tingkat
Skala Nyeri
PQRST :
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk
tusuk
R : Di seluruh badan
dan
bagian kepala
S : Skala Nyeri 7
T : Berangsur-angsur
2. Ekspresi Nyeri
Wajah:
Pasien Nampak Gelisah
Dan Meringis
3. Tanda-Tanda Vital
TD: 130/80 mmhg
1. Menggunakan
Tindakan Pengurangan
( Nyeri) Secara Non
Farmakologi:
Menggunakan Teknik
Kompres Air Hangat
Dan Massase
2. Menggunakan
Farmakologi Yang Di
Rekomondasikan
inj. Fioramol Infusion
500 mg/8 jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
79
Pernapasan : 24
x/menit
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 39,5◦C
2. Kedua 1. Nyeri Yang Di
laporkan Tingkat
Skala Nyeri
PQRST :
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk
tusuk
R : Di seluruh badan
dan
bagian kepala
S : Skala Nyeri 6
T : Berangsur-angsur
2. Ekspresi Nyeri
Wajah
Pasien Masih Nampak
Gelisah Dan Meringis
3. Tanda-Tanda
Vital
TTV : TD: 120/80
mmhg
Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 92 x/menit
1. Menggunakan
Tindakan Pengurangan
( Nyeri) Secara Non
Farmakologi:
Menggunakan Teknik
Kompres Air Hangat
Dan Massase
2. Menggunakan
Farmakologi Yang Di
Rekomondasikan
inj. Fioramol Infusion
500 mg/8 jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
80
Suhu : 38,8◦C
3. Ketiga 1. Nyeri Yang Di
laporkan
Tingkat Skala
Nyeri
PQRST :
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk
tusuk
R : Di bagian kepala
S : Skala Nyeri 5
T : hilang timbul
2. Ekspresi Nyeri
Wajah
Pasien Masih Nampak
Meringis dan Pasien
Nampak masih
terbaring lemah dalam
kondisi Infus tidak
terpasang karena
Nampak adanya
pembengkakan.
3. Tanda-Tanda
Vital
TD: 120/80 mmhg
Pernapasan : 23x/menit
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 38,9◦C
1. Menggunakan
Tindakan Pengurangan
( Nyeri) Secara Non
Farmakologi:
Menggunakan Teknik
Kompres Air Hangat
Dan Massase
2. Menggunakan
Farmakologi Yang Di
Rekomondasikan
1. Paracetamol tab.
500 mg
2. Ambroxol tab. 30
mg 3x1
81
4. Keempa
t
1. Nyeri Yang Di
laporkan Tingkat
Skala Nyeri
PQRST :
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk
tusuk
R : Di bagian kepala
S : Skala Nyeri 4
T : hilang timbul
2. Ekspresi Nyeri
Wajah
Pasien Mulai
Nampak Tenang
3. Tanda-Tanda
Vital
TD: 110/80 mmhg
Pernapasan : 21x/menit
Nadi : 91 x/menit
Suhu : 36,8◦C
1. Menggunakan
Tindakan Pengurangan
( Nyeri) Secara Non
Farmakologi:
Menggunakan Teknik
Kompres Air Hangat
Dan Massase
2. Menggunakan
Farmakologi Yang Di
Rekomondasikan
inj. Fioramol Infusion
500 mg/8 jam/I.V
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
5. Kelima 1. Nyeri Yang Di
laporkan Tingkat
Skala Nyeri
PQRST :
P : Demam Tinggi
Q : Seperti di tusuk
1. Menggunakan
Tindakan Pengurangan
( Nyeri) Secara Non
Farmakologi:
Menggunakan Teknik
Kompres Air Hangat
Dan Massase
82
tusuk
R : Di bagian kepala
S : Skala Nyeri 2
T : hilang timbul
2. Ekspresi Nyeri
Wajah
Pasien Nampak
Tenang
3. Tanda-Tanda Vital
TD: 110/80 mmhg
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,5◦C
2. Menggunakan
Farmakologi Yang Di
Rekomondasikan
Ambroxol tab. 30 mg
3x1
B. Pembahasan
Pada bab sebelumnya, penulis telah menjabarkan berbagai
permasalahan tentang kasus Demam Berdarah Dengue khususnya pada
gangguan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman (nyeri), yaitu penyakit demam
akut selama 2-7 hari yang di tandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis
salah satunya nyeri kepala (sakit kepala). Sedangkan tujuan kasus diperoleh
melalui studi langsung pada pasien An. M dengan kasus Dengue
Hemorrhagic Fever/DBD (pada tanggal 27 – 31 juli 2018 diruang Mina
kamar 18 RSU. Aliyah 2 Kota Kendari.
83
Penulis akan membahas mengenai hasil dari studi kasus yang telah
dilakukan dengan teori yang telah disajikan sebelumnya untuk mengetahui
apakah terdapat kesenjangan antara hasil yang ditemukan penulis dengan
teori. Untuk memudahkan dalam mengetahui apakah terdapat kesenjangan
seperti yang dimaksudkan di atas, maka penulis membahas dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan. Selama penulis melakukan
asuhan keperawatan pada pasien tersebut, penulis mengacu pada pendekatan
keperawatan yang meliputi : pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan pendekatan sistematik dari
pengumpulan, verifikasi dan komunikasi tentang data pasien. Fase proses
keperawatan ini terdiri dari dua bagian, yaitu data primer (pasien) , dan
sumber sekunder (keluarga pasien dan tenaga kesehatan) dan penggunaan
analisis data sebagai dasar untuk penentuan diagnosa keperawatan, sehingga
dengan adanya pengkajian yang tepat dapat menentukan langkah berikutnya.
(Wilkinson, 2014).
Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh virus
dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, sehingga yang
terjadi demam akut selama 2-7 hari yang di tandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis salah satunya nyeri (Nurarif & Kusuma, 2015).
Menurut (Suriadi Dan Yuliani, 2010), tanda dan gejala yang lazim pada
penderita DBD pada anak yaitu mengeluh sakit kepala (nyeri), Nyeri otot,
tulang sendi Demam tinggi atau Panas, , abdomen, Mual, muntah, tidak ada
84
nafsu makan, diare, konstipasi Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit;
ptechie, ekhimosis, serta Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan
dingin, tekanan darah menurut, gelisah, capillary refil lebih dari dua detik,
nadi cepat dan lemah).
Pengkajian pada masalah nyeri dapat dilakukan dengan melihat adanya
riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi, intensitas, kualitas dan waktu
serangan terjadinya nyeri. Pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik PQRST
Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada pasien tersebut, yaitu penulis
melakukan pengkajian dengan menggabungkan format pengkajian rasa
nyaman (nyeri) dengan pengkajian per sistem, yaitu tentang biodata pasien
(nama, umur, suku, alamat, pendidikan, agama, pekerjaan), menanyakan
keluhan utama, melakukan pengukuran tanda-tanda vital dan melakukan
pengukuran skala nyeri dengan menggunakan skala nyeri deskriptif. Pada saat
dilakukan pengkajian, diperoleh data pasien mengeluh merasakan demam
disertai nyeri kepala dan pusing, badan terasa lemas, pasien mengatakan tiba-
tiba tidak mampu duduk dan hanya bisa terbaring, serta pasien pernah masuk
RS sejak 6 tahun yang lalu dengan penyakit thypoid. Data objektif yang
diperoleh yaitu skala nyeri klien 7, kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk,
waktu nyeri berangsur angsur, nyeri terasa di daerah Nyeri seluruh badan dan
bagian kepala, nampak ibu pasien sesekali memegang dan memijat An. M
pada bagian yang nyeri . Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 98×/m, S
39,5°C, Pernapasan 24×/menit.
85
Hasil pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan di peroleh dari hasil
pemeriksaan labotarium , di mana menunjukkan hasil WBC/leukositnya
mengalami peningkatan dari kisaran normal yaitu dari hasil 13.2 dari batas
normalnya 4.0 – 10.
Berdasarkan hal tersebut, tidak diperoleh kesenjangan antara kasus nyata dan
teori tentang penyakit DBD maupun tentang teori nyeri, dimana tanda dan
gejala DBD pada teori yaitu sakit kepala (nyeri), Nyeri otot, tulang sendi
Demam tinggi atau Panas, , abdomen, Mual, muntah, tidak ada nafsu makan,
diare, konstipasi Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit; ptechie,
ekhimosis, serta Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin,
tekanan darah menurut, gelisah, capillary refil lebih dari dua detik, nadi cepat
dan lemah). dimana tanda dan gejala tersebut juga terdapat pada hasil
pengkajian pada pasien, yaitu mengeluh sakit kepala (nyeri), pusing, dan
lemas, adanya riwayat masa lalu Ibu pasien mengatakan An. M sebelumnya
pernah masuk RS. Sewaktu SD dengan penyakit Demam typoid.
Adapaun pada pengkajian keperawatan nyeri berdasarkan teori, juga tidak
diperoleh kesenjangan antara teori dan kasus nyata, dimana pada teori
mengatakan bahwa pengkajian nyeri dapat dilakukan dengan melihat adanya
riwayat nyeri, keluhan nyeri seperti lokasi nyeri, kualitas, waktu dan skala
nyeri. Adapun data yang diperoleh dari pengkajian kasus yaitu pasien
mengeluh nyeri kepala , seperti tertusuk tusuk, dengan waktu nyeri berangsur
angsur, skala nyeri 7, dan nampak sesekali pasien memegang dan memijat
daerah yang nyeri.
86
Faktor pendukung yang ditemukan pada saat melakukan pengkajian
yaitu sikap kooperatif dari pasien dan keluarga pasien, serta adanya format
pengkajian keperawatan rasa nyaman (nyeri)yang memudahkan dalam
melakukan pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh melalui pengkajian. Diagnosa keperawatan ini
dapat digunakan sebagai keputusan klinik yang mencakup respon klien,
keluarga dan komunitas terhadap sesuatu yang berpotensi sebagai masalah
kesehatan.
Diagnosa yang mungkin muncul pada pasien DBD berdasarkan teori, yaitu :
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertemia).
b. Nyeri
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, sehingga kurang dari kebutuhan
d. Potensial terjadi perdarahan intra abdominal.
e. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan
pasien DBD
g. Gangguan aktivitas sehari-hari
h. Potensial untuk terjadinya reaksi transfuse
Pada pengkajian dan analisa data yang telah dilakukan pada pasien
tersebut, tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan kasus, dimana
diagnosa yang dapat diangkat dari hasil pengkajian tersebut yaitu nyeri akut.
Dimana pada pathway yang ada diteori dijelaskan bahwa penyebab
87
terjadinya nyeri pada pasien DBD yaitu adanya virus dengue yang di
tularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti, sehingga yang terjadi
demam akut selama 2-7 hari yang di tandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis yang di akibatkan viremia. Setelah terjadi viremia maka
akan mengakibatkan kondisi di mana virus hadir dalam aliran darah, yang
sangat efisien yang akan menyebar ke seluruh tubuh dan resistensi
pembuluh darah pada otak sehingga terjadi nyeri kepala dan nyeri otot
tulang sendi. Adapun batasan karakteristik pada diagnosa nyeri akut
berdasarkan teori yaitu :
1) Perubaha selera makan
2) Perubahan tekanan darah
3) Perubahan frekuensi jantung
4) Perubahan frekuensi pernapasan
5) Laporan nyeri
6) Diaforesis
7) Perilaku distraksi
8) Mengekspresikan perilaku (mis; gelisah, merengek, menangis)
9) Sikap melindungi nyeri
10) Melaporkan nyeri secara verbal
11) Gangguan pola tidur
12) Sikap melindungi area nyeri
13) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Batasan karakteristik yang ditemukan pada teori dan hasil pengkajian yang
telah dilakukan pada pasien tidak ditemukan kesenjangan teori, dimana
88
batasan karakteristik yang ditemukan pada hasil pengkajian sehingga dapat
muncul diagnosa nyeri yaitu ditandai
DS : Pasien mengatakan merasa nyeri pada kepala dan Seluruh Badan
seperti tertusuk-tusuk. Pada keluhan ini, ditemukan adanya laporan nyeri
secara verbal
DO : Tekanan darah pasien yaitu 130/80 mmHg, nadi : 98×/menit, suhu
:39, 5°C, pernapasan :24×/menit, skala nyeri 7. Nampak pasien sesekali
memegang dan memijat daerah yang nyeri. Sedangkan data objektif
berkaitan dengan adanya perubahan tingkat nyeri dan suhu badan, laporan
nyeri dengan alat ukur, serta sikap melindungi area nyeri. Pada batasan
karakteristik yang disebutkan diteori terdapat ekspresi meringis atau gelisah,
sedangkan pengkajian yang diperoleh ada nampak meringis yang
diperlihatkan oleh pasien. Dimana pada teori tentang nyeri dijelaskan bahwa
salah satu faktor penyebab pasien mempersepsikan nyeri yaitu usia, jenis
kelamin, pengalaman sebelumnya dan dukungan keluarga. Dimana dapat
kita lihat pasien yang mengalami nyeri ini berjenis kelamin laki-laki, yang
pada teori dijelaskan bahwa beberapa budaya mengajarkan anak laki-laki
harus lebih kuat dibandingkan anak perempuan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dilakukan untuk perilaku
spesifik dari tindakan yang akan dilakukan oleh perawat. Dari diagnosa
yang muncul, selanjutnya dibuat rencana keperawatan sebagai langkah
untuk melakukan tindakan pemecahan masalah keperawatan berdasarkan
diagnosa keperawatan.
89
Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori yaitu
a. NIC
1) Pain management
a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas.
b) Kontrol Lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
c) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (ajarkan teknik non farmakologi,
yaitu relaksasi nafas dalam)
d) Kolaborasi dalam pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
Adapun intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu
hanya memfokuskan pada tindakan keperawatan, melakukan penanganan
nyeri secara non farmakologi, yaitu teknik kompres air hangat dan
massase. Dimana tujuan dari teknik ini untuk menghilangkan atau
menurunkan nyeri yang dirasakan pasien, Tujuan ini juga sesuai dengan
tujuan yang ditetapkan oleh teori yaitu melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan menggunakan teknik kompres air hangat dan massase. Tindakan
pengukuran suhu juga dimasukan dalam kegiatan penurunan nyeri
tersebut. Tindakan pengukuran suhu ini digunakan sebagai tolak ukur
untuk melihat apakah dengan adanya penurunan suhu badan disertai
dengan penurunan nyeri. Seperti yang dijelaskan diteori bahwa, beberapa
keluhan yang akan dirasakan oleh penderita DBD salah satunya yaitu nyeri
pada kepala, otot dan tulang sendi.
90
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan kepada
pasien sesuai dengan inervensi keperawatan yang telah ditetapkan,
sehingga kebutuhan pasien tersebut dapat terpenuhi.
Implementasi keperawatan dilakukan selama 5 hari sejak tanggal
27 - 31 juli 2018, dimana tindakan yang dilakukan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga dapat tercapai
sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan.
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan yang dilakukan yaitu
melakukan pengajaran menggunakan teknik kompres air hangat serta
massase dalam yang dilakukan selama 5 hari, disertai pengukuran suhu
badan sebelum dan sesudah melakukan kompres air hangat dan massase
dalam yang digunakan sebagai tolak ukur penunjang, dimana suhu badan
yang tinggi dapat mempengaruhi nyeri seperti tanda dan gejala yang sudah
dijelaskan pada teori sebelumnya. Pada teori dijelaskan bahwa biasanya,
untuk nyeri skala yang ringan tindakan non farmakologis merupakan
tindakan intervensi yang paling utama. Sedangkan untuk mengantisipasi
perkembangan nyeri dapat digunakan tindakan farmakologis. Nyeri yang
sedang sampai berat dapat menggunakan teknik non farmakologis, yang
merupakan suatu pelengkap yang efektif disamping tindakan utamanya
yaitu farmakologis (Prasetyo, 2010). Dari teori tersebut tidak terdapat
kesenjangan mengenai intervensi yang dilakukan perawat, dimana hasil
pengkajian tersebut memperlihatkan bahwa skala nyeri pasien yaitu skala
nyeri 7, yang termasuk dalam kategori cukup berat. Sedangkan penyebab
91
nyeri, yaitu mengenai suhu badan juga harus diberikan tindakan
farmakologi guna untuk mencegah adanya peningkatan nyeri yang terjadi,
tindakan farmakologi yang diberikan yaitu Inj. Fioramol 500 mg/8
jam/I.V, Ambroxol tab. 30 mg 3x1, IVFD RL 28 tpm.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari Selasa tanggal 31
juli 2018 diperoleh hasil skala nyeri dan suhu badan klien mengalami
perubahan yaitu pada hari pertama skala nyeri 7 (cukup berat), suhu badan
39,5 °C, tekanan darah pasien 130/80 mmHg, nadi 98×/menit, suhu
36,7°C, dan pernapasan 24×/ menit, kemudian setelah dilakukan
perawatan dan pemberian tindakan kompres air hangat dan massase dalam
selama 5 hari skala nyeri klien mengalami penurunan, yaitu menjadi skala
2 (ringan). Serta adapun pemberian obat untuk sebagai pelengkap dalam
menurunan nyeri adalah obat yang di gunakan fioramol infusion 500
mg/8jam/IV dan Ambroxol tab.30 mg sebagai obat batuk yang di keluhkan
oleh pasien. Penurunan skala nyeri ini, disertai dengan perubahan tekanan
darah menjadi 110/80 mmHg, nadi 86×/menit, suhu 36,5°C, dan
pernapasan 20×/menit. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat
penurunan skala nyeri dengan menggunakan teknik kompres air hangat
dan massase, dan adanya penurunan tekanan darah meskipun dalam
penurunan skala nyeri dan suhu badan tindakan non farmakologi ini hanya
sebagai pelengkap dari tindakan farmakologi yang diberikan.
C. Keterbatasan Studi Kasus
92
1. Keterbatasan Studi kasus yang dilakukan selama lima hari di Ruang rawat
Mina ini, diantaranya dari segi sumber referensi atau informasi yang
diperoleh dari buku, dimana buku yang tersedia mengenai penyakit DBD dan
nyeri ini memiliki tahun terbit yang sudah hampir tidak dapat digunakan lagi
dalam pustaka KTI, sehingga teori-teori yang dijelaskan dalam studi kasus ini
pun masih sangat terbatas.
2. Keterbatasan yang kedua yaitu mengenai referensi dalam pembuatan studi
kasus, dimana studi kasus ini pertama kali diterapkan, sehingga peneliti yang
melakukan studi kasus ini masih belum terlalu menguasai dalam pembuatan
hasil, akibat referensi yang masih sangat terbatas.
3. Keterbatasan yang ketiga, yaitu lamanya waktu melakukan studi kasus. Pada
studi kasus ini peneliti dibatasi oleh waktu, di karenakan pasien dengan
penderita DBD jarang muncul kecuali saat musimnya serta pendapatkan
perawatan yang lebih lama, sehingga peneliti mengambil waktu sesuai
dengan lamanya pasien dirawata secara umum.
93
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep danProses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC ( Jilid ke-1). Jogjakarta:
MediAction
Dinkes Sultra. 2015. Profil Data Kesehatan Provinsi Sultra. Kendari.
www.depkes.go.id.28 sultra_2016. Diakses 18 Maret 2018. Jam 15:40
Suriadi & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak (Edisi 2). Jakarta;
Sagung Seto
Dinkes Sultra. 2016. Profil Data Kesehatan Provinsi Sultra. Kendari.
www.depkes.go.id.28 sultra_2016. Diakses 20 Maret 2018. Jam 10.00
Dinkes Sultra. 2017. Profil Data Kesehatan Provinsi Sultra. Kendari.
www.depkes.go.id.28 sultra_2017. Diakses 20 Maret 2018. Jam 10.00
Puskesma Puuwatu Kendari Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
(Vol.2). Diakses 29 maret 2018 pukul 13:15,
http://jurnal.poltekkeskendari.ac.id/index/donwnload
Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
RS. Bahteramas. 2018. Profil RS. Bahteramas. Kendari: Staf Rekam Medik RS.
Bahteramas.
Pratama, A. (2017). Laporan Pendahuluan Kebutuhan Dasar Manusia. Diakses
23 Mei 2018 Pukul 13:30, http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/04/LP
-gangguan-rasa.html
94
Infodatin . (2016). Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Diakses
13 Maret 2018 Pukul 10:50, http://www.infodatin/2016/ISSN 2442-
7659
Purnama, A dkk. (2017). Jurnal Kesehatan Manarang (Vol.3). Kendari.
http://jurnalpoltekkeskendari.ac.id/indekspISSN:2443-3861/e-
ISSN:2528-5602/donwload
Oktaviani, N. P. (2016). Hubungan Penyakit DHF Dengan Nyeri Otot Dan Sendi.
Diakses 18 Agustus 2018 Pukul 15:00,
https://www.aodokter.com/komunitas/topic/dhf
Fhara. (2013). SOP Massase (Nyeri). Diakses 18 Agustus 2018 Pukul 15:00,
http://fharaeunhyuk.blogspot.com
Puput, p. (2015). Standar Operasional Prosedur Kompres Air Hangat. Diakses 18
Agustus 2018 Pukul 15:05,
http://puputpadyb.blogspot.com/2015/06/standar-operasional-prosedur-
sop-kompres
95
Lampiran 1
FORMAT PENGKAJIAN DATA PADA ANAK
Nama Mahasiswa :
No Rekam Medik :
Nim :
Ruangan/RS :
Diagnosa Medis :
A. BIODATA1. Identitas Klien
a. Nama /Nama Panggilan :b. Tempat tanggal lahir :c. Jenis Kelamin :d. Agama :e. Pendidikan :f. Alamat :g. Tanggal Masuk :h. Tanggal Pengkajian :i. Diagnosa Medis :j. Rencana Terapi :
2. Identitas Orang Tuaa. Ayah b. Ibu
1. Nama : 1. Nama :2. Usia : 2. Usia :3. Pendidikan: 3. Pendidikan:4. Pekerjaan : 4. Pekerjaan :5. Agama : 5. Agama :6. Alamat : 6. Alamat :
3. Identitas Saudara KandungNo Nama Usia Hubungan Status Kesehatan
96
B. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK RUMAH SAKITKeluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan medis, jika anaktidak dapat mengungkapkan tanya kepada keluarga alasan keluargamembawa anaknya ke unit pelayanan kesehatan, jika anak tidakmempunyai keluhan utama, lakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahuipenyebab sakitnya.
C. RIWAYAT KESEHATAN1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Waktu timbulnya penyakit, kapan? Jam ?b. Bagaimana awal munculnya? Tiba-tiba? Berangsur-angsur?c. Keadaan penyakit, apakah sudah membaik, parah atau tetap sama
dengan sebelumnya ?d. Usaha yang dilakukan untuk mengurangi keluhan ?e. Kondisi saat dikaji → PQRST
2. Riwayat Kesehatan Lalu(khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)a. Pre Natal Care
1. Kapan mulai melakukan perawatan selama hamil?2. Keluhan ibu selama hamil (perdarahan, PHS, infeksi, ngidam,
muntah-muntah, demam)3. Pernah dirawat selama hamil4. Apakah pernah:
Terkena Sinar X ? Menerima terapi perlindungan peyakit ? Melakukan meditasi selama kehamilan ?
5. Bagaimana pola makan ? kenaikan berat badan ?6. Imunisasi (berapa kali ? usia kehamilan berapa ?)7. Golongan darah ibu dan Ayah ?
b. Natal1. Tempat melahirkan (rumah sakit, klinik, rumah)2. Lama dan jenis persalinan ? adakah kesulitan ?3. Penolong persalinan ?4. Cara untuk memudahkan persalinan ? (obat.penghilang rasa
nyeri )5. Pembiusan selama proses melahirkan ?6. Komplikasi waktu lahir
c. Post Natal Care1. Kondisi bayi (BB, PB, Apgar Score)2. Keadaan anak setelah 28 hari ?
97
3. Keadaan anak penyakit (kuning, kebiruan, kemerahan, problemmenyusui, BB tidak stabil)
4. Apakah bayi meninggalkan RS dengan ibunya
(untuk semua usia)a. Penyakit pada masa anak-anak dan penyakit infeksi yang
pernah dialamib. Imunisasic. Kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunand. Prosedur operasi dan perawatan rumah sakite. Alergi (makanan, obat-obatan, zat/ substansi, textil)f. Pengobatan dini (konsumsi obat-obatan bebas)g. Perkembangan anak dibanding dengan saudar-saudaranya.
3. Riwayat Kesehatan Keluargaa. Identifikasi berbagai penyakit keturunan yang umum menyerang.b. Anggota keluarga yang terkena alergi, asma, TBC, hipertensi,
penyakit jantung, stroke, anemia, hemopilia, arthritis, migrain,DM, kanker, dan gangguan genogram.
c. Buat bagan dengan genogram
D. RIWAYAT IMUNISASINo Jenis Imunisasi Waktu
PemberianReaksi Setelah
Pemberian
1. BCG
2. DPT (I, II, III)
3. POLIO (I, II, III)
4. CAMPAK
5. HEPATITIS
6. Lain-lain
E. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan (sejak lahir sampai saat ini / pertahapan usia)b. Tinggi badanc. Waktu tumbu dan tanggalnya gigi
2. Perkembangan Tiap TahapUsia anak saat :a. Bergulingb. Duduk
98
c. Merangkakd. Berdirie. Berjalanf. Senyum kepada orang lain pertama kalig. Bicara pertama kalih. Berpakaian tanpa bantuan
F. RIWAYAT NUTRISI1. Pemberian Asi
a. Pertama kali disusuib. Waktu dan cara pemberianc. Lama pemberiand. Asi diberikan sampai usia
2. Pemberian Susu Formulaa. Alasan pemberianb. Jumlah pemberianc. Cara memberikan (dengan dot/sendok)
3. Pemberian Makanan Tambahana. Pertama kali diberikan usiab. Jenis
4. Pola perubahan nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
G. RIWAYAT PSIKOSOSIAL1. Identitas klien tentang kehidupan sosial, apakah tinggal di apartemen,
rumah sendiri, kontrak? Lingkungan berada di kota, setengah kota,desa ? apakah dekat dengan sekolah ? apakah ada tempat bermain ?punya kamar tidur sendiri ? apakah ada tangga yang bisa berbahaya ?apakah anak punya ruang bermain ?
2. Identifikasi kehidupan perkawinan orang tua anak3. Hubungan antar anggota keluarga4. Siapa yang mengasuh anak ? apakah orang tua menitipkan di tempat
perawatan anak ?5. Penerapan disiplin6. Latihan toilet7. Pola bermain
99
H. RIWAYAT SPIRITUAL1. Kaji ketaatan anak beribadah dan menjalankan kepercayaannya2. Support sistem dalam keluarga3. Ritual yang biasa di jalankan oleh klien dan keluarga.
I. REAKSI HOSPITALISASI1. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
a. Mengapa ibu membawa anaknya ke rumah sakitb. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anakc. Bagaimana perasaan orang tua saat inid. Apakah orang akan selalu berkunjunge. Siapa yang akan tinggal dengan anak (rawat gabung)
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inapa. Mengapa keluarga/orang tua membawa kamu ke rumah sakitb. Menurutmu apa penyebab kamu sakitc. Apakah dokter menceritakan keadaanmud. Bagaiman rasanya dirawat di rumah sakit (reaksi hospitalisasi)
J. AKTIVITAS SEHARI – HARI1. Nutrisi
a. Selera makanb. Menu makan dalam 24 jamc. Frekuensi makan dalam 24 jamd. Makanan yang disukai dan makanan pantange. Pembatasan pola makanf. Cara makan (bersama keluarga, alat makan yang digunakan)
2. Cairana. Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jamb. Frekuensi minumc. Kebutuhan cairan dalam 24 jam
3. Eliminasi (BAB & BAK)a. Tempat pembuanganb. Frekuensi ? Kapan ? Teratur ?c. Konsistensid. Kesulitan dan cara menanganinyae. Obat – obatan untuk memperlancar BAB / BAK
4. Istirahat dan Tidura. Apakah cepat tertidurb. Jam tidur (siang/malam)
100
c. Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukand. Apakah tidur secara rutin?e. Apakah ada kebiasaan sebelum tidur?
5. Olah ragaa. Program olah raga tertentu?b. Berapa lama melakukan dan jenisnya ?c. Perasaan anak setelah melakukan olah raga
6. Personal Hygienea. Mandi (frekuensi, cara, alat mandi, kesulitan mandi / dibantu)b. Cuci rambutc. Gunting kuku & Gosok gigi
7. Aktivitas/Mobilitas Fisika. Kegiatan sehari – harib. Pengaturan jadwal harianc. Penggunaan alat bantu untuk aktivitasd. Kesulitan pergerakan tubuh
8. Rekreasia. Bagaimana perasaan anak saat sekolah ?b. Berapa banyak waktu luang anak diluar sekolah dan les?c. Apakah anak puas setelah rekreasi?d. Apakah keluarga menghabiskan waktu senggang dengan anake. Bagaimana perbedaan hari libur dan hari sekolah?
K. PEMERIKSAAN FISIK1. Keadaan Umum Klien
a. Tanda-tanda dan distressb. Penampilan dihubungkan dengan usiac. Ekspresi wajah, bicara, moodd. Berpakaian dan kebersihan umum
2. Tanda-Tanda Vitala. Tekana darah :b. Suhu :c. Nadi :d. Pernapasan :
3. Antropometria. Tinggi badan :b. Berat badan :c. Lingkar lengan atas :d. Lingkar kepala :
101
e. Lingkar dada :f. Lingkar perut :g. Skin fold :
4. Sistem Pernapasana. Hidung : Kesimetrisan, pernafasan cuping hidung, adanya
secret/polip, passase udarab. Leher : pembesaran kelenjar, tumorc. Dada :
1. Bentuk dada (normal, barrel, pigeon chest)2. Perbandingan ukuran anterior-posterior tranversal3. Gerakan dada (kiri dan kana, apakah ada retraksi)4. Keadaan proxsesus xipoideus5. Apakah ada suara nafas tambahan
d. Apakah ada clubbing finger
5. Sistem Cardiovaskulera. Conjungtiva (anemia/tidak), bibir (pucat, cyanosis)b. Arteri carotisc. Tekanan vena jugularisd. Ukuran jantunge. Ictus cordis/apexf. Suara jantung (Mitral, Tracuspidalis, S1, S2, Bising aorta, mur-
mur, galiop)g. Capillary Refilling time
6. Sistem pencernaana. Sklera (ikterus/tidak)b. Bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labio skizis)c. Mulut (stomatitis, apakah ada palato skizis, jumlah gigi,
kemampuan menelan, gerakan lidah)d. Gaster (kembung, gerakan peristaltik)e. Abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran)f. F. Anus ( kondisi, spincter ani, koordinasi)
7. Sistem indraa. Mata
1. Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikankus dengan ujungatas telinga
2. Visus (gunakan snellen Chard)3. Lapang pandang
b. Hidung1. Penciuman, perih hidung, trauma mimisan2. Sekret yang menghalangi penciuman
c. Telingan
102
1. Keadaan daun telinga, operasi telinga2. Kenal auditoris3. Membrana tympani4. Fungsi pendengaran
8. Sistem Syarafa. Fungsi cerebral
1. Status mental (orientasi, daya ingat perhatian dan perhitungan,bahasa)
2. Kesadaran (eyes, motorik, verbal) dengan GCS)3. Bicara (ekspresive dan resiptive)
b. Fungsi cranial (syaraf cranial I s/d XII)c. Fungsi motorik (massa, tonus dan kekuatan otot)d. Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posisi dan diskriminasi)e. Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan)f. Reflekx (ekstremitas atas, bawah dan uperficla)g. Iritansi meningen (kaku kuduk, lasaque sign, evenig sign,
brudzinkin sign)
9. Sistem Muskuloskeletala. Kepala (bentuk kepala)b. Vertebrata (bentuk, gerakan, ROM)c. Pelvis (Thomas test, trendelenberg test, ortolani / barlow test,
ROM)d. Lutut )Mc murray test, ballottement, ROM)e. Kaki (keutuhan ligamen, ROM)f. Bahu, dan Tangan
10. Sistem Integumena. Rambut (distribusi di tiap bagian tubuh, texturem kelembaban,
kebersihan)b. Kulit (perubahan warna, temperatur, kelembaban, buu kulit,erupsi,
tahi lalat, ruam, testure)c. Kuku (warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan)
11. Sistem Endokrina. Kelenjar thyroidb. Percepatan pertumbuhanc. Gejala creatinisme atau gigantismed. Ekskresi urine berlebihan, polidypsi, polyphagie. Susu tubuh yang tidak seimbang, keringat berlebihan, leher kakuf. Riwayat bekas air seni dikelilingi semut
103
12. Sistem Perkemihana. Oedema palpebrab. Moon facec. Odema anasarkad. Keadaan kandung kemihe. Nocturia, dysuria, kencing batu
13. Sistem Reproduksi
a. Wanita1. Payudara (Putting, areola mamae, besar, perbandingan kiri dan
kanan2. Labia mayora dan minora3. Keadaan hymen4. Haid pertama (bila anak sudah haid)5. Siklus haid
b. Laki-laki1. Keadaan gland penis (urethra)2. Testis (sudah turun / belum)3. Pertumbuhan rambut (kumis, jengut, ketiak)4. Pertumbuhan jakun5. Perubahan suara6. Wet dream
14. Sistem Imun
a. Alergi (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia)b. Immunisasic. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca.d. Riwayat transfusi dan reaksinya
L. PEMERIKSAAN TINGKATPERKEMBANGAN
1. 0 – 6 TahunDengan menggunakan DDSTa. Motorik Kasarb. Motorik Halusc. Bahasad. Personal Sosial
2. 6 Tahun Keatasa. Perkembangan Kognitifb. Perkembangan Psikosexual
104
c. Perkembangan Psikososial
M. TEST DIAGNOSTIK1. Laboratorium → Tulis Nilai Normalnya2. Ro Photo / Radiologi3. CT Scan4. USG, ECG, EKG
N. TERAPI SAAT INI (DITULIS DENGAN RINCI)........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Mengetahui, Kendari, 2018CI Lahan Praktek Yang Mengkaji
105
Lampiran 2
FORMAT PENGKAJIAN KEBUTUHAN KENYAMANAN
A. DATA DEMOGRAFI
A. BIODATA
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Alamat :
5. Suku/Bangsa :
6. Status Perkawinan :
7. Agama :
8. Pekerjaan :
9. Diagnosa Medik :
10. No. Rekam Medik :
11. Tanggal Masuk :
12. Tanggal Pengkajian :
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Hubungan Dengan Klien :
II. KELUHAN UTAMA
Keluhan Klien Sehingga Dia Membutuhkan Pertolongan Medik
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Waktu Timbulnya Penyakit Kapan?
2. Bagaimana Awal Munculnya?
106
3. Keadaan Penyakit Apakah Sudah Membaik, Parah Atau Tetap
Sama?
4. Usaha Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Keluhan?
5. Kondisi Saat Dikaji (PQRST)?
B. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Identifikasi Berbagai Penyakit Keturunan Yang Umumnya
Menyerang?
2. Buat Bagan Genogram
IV. PENGKAJIAN KEBUTUHAN KENYAMANAN
1. Penyebab Nyeri
a. Benda Tajam :
b. Trauma :
c. Benda Tumpul :
d. Dan Lain – Lain :
2. Regional (Daerah)
a. Bagian Dalam :
b. Seluruh Badan :
c. Bagian Permukaan :
d. Apakah Menjalar Kebahagian Lain :
3. Intesitas Nyeri
a. Ringan :
b. Sedang :
c. Parah :
d. Sangat Parah :
4. Kualitas Nyeri
a. Sakit :
b. Terbakar :
c. Tertusuk :
5. Waktu
a. Apakah Pernah Mendarita Penyakit/Trauma Yang
Menyebabkan Rasa Nyeri?
107
b. Jika Ya, Kapan Terjadi?
c. Lamanya Berlangsung?
d. Interval Nyeri?
6. Faktor Yang Meringankan
a. Apakah Pernah Membeli Obat Untuk Menghilangkan Rasa
Nyeri :
b. Kalau Pernah, Obat Apa Yang DiKonsumsi :
c. Dosis Obat Yang Di gunakan :
d. Efek Obat Yang Digunakan :
e. Selain Obat, Tindakan Apa Yang Dilakukan :
1. Nonton :
2. Nyanyi :
3. Cerita :
4. Dll :
7. Pengaruh Nyeri Terhadap Aktivitas :
a. Tidur :
b. Makan :
c. Bekerja :
d. Interaksi :
8. Gejala Klinik Lain Yang Menyertai Nyeri
a. Mual :
b. Muntah :
c. Pusing :
d. Konstipasi :
e. Suhu Tubuh :
f. Menggingil :
g. Dll; :
9. Pemerikasaan Diagnostik
a. Laboratorium :
b. Foto Rontgen :
c. EKG :
d. Pemeriksaan Lain :
108
Lampiran 3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KOMPRES HANGAT
1. Pengertian
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
yang memerlukan. Peberian kompres dilakukan pada radang persendian,
kekejangan otot, perut kembung, dan kedinginan
2. Tujuan
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Menurunkan suhu tubuh
c. Mengurangi rasa sakit
d. Memberikan rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien
e. Memperlancar pengeluaran eksudat
f. Merangsang peristaltic usus
3. Indikasi
a. Klien yeng kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
b. Klien dengan perut kembung
c. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
d. Sepasme otot
e. Adanya abses, hematoma
4. Alat dan bahan
a. Larutan kompres berupa air hangat 40◦ dalam wadah baskom atau kom
b. Handuk/ kain/ washlap untuk kompres
c. Handuk pengering
d. Sarung tangan
e. Termoneter
5. Prosedur tindakan
a. Beri tahu klien, siapkan alat, klien dan lingkungan
b. Cuci tangan
c. Ukur suhu tubu
109
d. Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu
basah
e. Letakkan kain pada daerah yang akan di kompres
f. Tutup kain kompres dengan handuk kering
g. Apabila kain telah kering atau suhu kain relative menjadi dingin,
masukkan kembali kain kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan
kembali di daerah kompres, lakukan berulang – ulang hingga efek yang
diiginkan dicapai
h. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh dan menayakan kembali
keluhan nyeri pada klien setelah 20 menit
i. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah
dan di rapikan alat
j. Cuci tangan
6. Evaluasi
a. Respon klien
b. Alat kompres terpasang dengan benar
c. Suhu tubuh klien membaik
d. Keluhan nyeri berkurang
7. Dokumentasi
a. Waktu pelaksana
b. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi
c. Nama perawat yang melaksanakan
110
Lampiran 4
SOP Massase (Nyeri)
Penatalaksanaa Nyeri (Massase)
1. PengertianMassase adalah tindakan keperawatan dengan cara memberikan massasepada klien dengan memenuhi kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerahsuperfisial atau pada oto/tulang. Tindakan massase ini hanya untukmembantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya sirkulasi.
2. TujuanMeningkatkan sirkulasi pada daerah yang di massaseMeningkatkan relaksasi
3. Alat dan BahanMinyak untuk massaseHanduk
4. Prosedur Kerjaa) Jelaskan prosedur yang akan dilakukanb) Cuci tanganc) Lakukan massase pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10 menitd) Lakukan massase dengan menggunakan telapak tangan dan jari
dengan tekanan halus.e) Teknik massase dengan gerakan tangan selang-selang (tekanan
pendek,cepat, dan bergantian tangan) dengan menggunakan telapaktangan dan dari dengan memberikan tekanan ringan. Dilakukan bilanyeri terjadi di pinggang.
f) Teknik remasan (mengusap otot bahu) dapat dilakukan bila nyeriterjadi pada daerah sekitar bahu.
g) Teknik massase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibujari dan gerakan memutar. Masasse ini dilakukan bila nyeri dirasakandidaerah punggung dan pinggang secara menyeluruh.
h) Teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila nyeriterjadi di daerah punngung dan pinggang.
i) Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara horizontalj) Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari, digunakan
pada akhir massase daerah pinggang.
111
Lampiran 5
INSTRUMEN PENELITIAN
SKALA PENILAIAN TINGKAT NYERI
No Skala OutcomeKeseluruhan
Berat Cukup Berat Sedang Ringan Tidak Ada1 2 3 4 5
1 Nyeri yang dilaporkan2 Ekspresi nyeri wajah
Skala OutcomeKeseluruhan
Deviasi beratdari
Deviasi yang cukupberat
Deviasisedang dari
Deviasiringan dari
Tidak adadeviasi dari
kisarannormal
dari kisarannormal
kisarannormal
kisarannormal
kisarannormal
1 2 3 4 54 Frekuensi nafas5 Tekanan Darah
112
Lampiran 6
INSTRUMEN PENELITIAN
SKALA PENILAIAN KONTROL NYERI
No Skala OutcomeKeseluruhan
Tidak pernahmenunjukkan
Jarangmenunjukkn
Kadang – kadangmenunjukkan
Seringmenunjukkan
Secara konsistenmenunjukkan
1 2 3 4 5
1.
Menggunakan tindakanpengurangan nyeri tanpaanalgesic (Kompres AirHangat Dan Massase)
2. Menggunakan Obatanalgesik yang direkomendasikan
113
Lampiran 7
LEMBAR OBSERVASINama :Usia :No RM :
Variabel PenelitianNo Tingkat Nyeri Hari Ke- 1 Hari Ke- 2 Hari Ke- 3 Hari Ke- 4 Hari Ke- 5
1 Nyeri yang dilaporkan ………….. ………… …………. ……….
2 Ekspresi Nyeri wajah ………….. ………. …………. ……….
3 Frekuensi Nafas ……../Menit ………/Menit ………/Menit ………/Menit ………/Menit
4 Tekanan Darah ……….Mmhg ……….Mmhg ……..Mmhg ……….Mmhg ……….MmhgKontrol Nyeri Hari Ke- 1 Hari Ke- 2 Hari Ke- 3 Hari Ke- 4 Hari Ke- 5
1.Menggunakan tindakanpengurangan(nyeri) tanpa analgesik
2.
Menggunaka Analgesikyang
Direkomendasikan
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
XXXX?X5???????50 X30312717