asuhan keperawatan masalah ketidaksei dari kebutuhan tubu

143
ASUHAN KEPE MASALAH KE DARI KEBUTUH KELURA K F UNIVERSITAS INDONESIA ERAWATAN KELUARGA BAPAK ETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: HAN TUBUH PADA ANAK BALIT AHAN CISALAK PASAR, KOTA DE KARYA ILMIAH AKHIR-NERS DANISYA, S.KEP 0806333695 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI NERS DEPOK JULI 2013 B DENGAN : KURANG TA DI RW 07 EPOK

Upload: duongdiep

Post on 12-Jan-2017

253 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGANMASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG

DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

DANISYA, S.KEP0806333695

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI NERS

DEPOKJULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGANMASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG

DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

DANISYA, S.KEP0806333695

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI NERS

DEPOKJULI 2013

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGANMASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG

DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

DANISYA, S.KEP0806333695

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI NERS

DEPOKJULI 2013

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGANMASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG

DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA ANAK BALITA DI RW 07KELURAHAN CISALAK PASAR, KOTA DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR NERSDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners

DANISYA, S.KEP0806333695

FAKULTAS ILMU KEPERAWATANPROGRAM STUDI NERS

DEPOKJULI 2013

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun di rujuk

telah saya nyatakan benar

Nam : DanisyaNPM : 080633695Tanda Tangan :

Tanggal : 09 Juli 2013

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:Nama : Danisya, S.KepNPM : 0806333695Program Studi : NersJudul Karya Ilmiah : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak B dengan

Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dariKebutuhan Tubuh pada Anak Balita di RW 07Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners

pada Program Studi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas

Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Tri Widyastuti, S.Kep ( )

Penguji 1 : Ns. Henny Permatasari, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom

Penguji 2 : Ns. Intan Asri Nurani, S.Kep, M.Kep ( )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 10 Juli 2013

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang

Maha Esa, karena atas Ridho-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas akhir karya

ilmiah ini. Penulisan karya ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Ners Keperawatan pada Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia. Sayamerasa sangat terbantu oleh banyak

pihak, oleh karena itu saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

(1) Ibu Dewi Irawaty, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;

(2) Ibu Ns. Tri Widyastuti, S.Kep, selaku dosen pembimbing karya ilmiah

akhir saya yang selalu memberikan bimbingan dengan teliti dan sangat

peduli dengan mahasiswa bimbingannya

(3) Keluarga saya, terutama mama, papa, dan kakak saya yang selalu dengan

sabar memberikan dukungan baik moril maupun materiil, dan selalu

menjadi sumber semangat saya dalam menjalani proses ini

(4) Sahabat dan teman-teman saya Reyna, Lita, Ajeng, Ncel, Sheila, Tofa,

Risa, Keluarga ekspresif, KKI BEM UI 2012, dll. terimakasih atas

dukungan, semangat, dan uluran tangan yang diberikan

(5) Kelompok peminatan KKMP komunitas terutama kelompok gizi balita

Sheila, Shella, Mpit, Lita, dan kakWiji, terimakasih telah menjadi tim yang

kompak dan saling mendukung

(6) Orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung, sadar maupun

tidak sadar telah saya repotkan atau membantu saya dalam pengerjaan

karya ilmiah akhir ini

(7) Seluruh teman-teman seperjuangan, FIK UI angkatan 2008 yang menjalani

selama 5 tahun perkuliahan bersama-sama

Akhir kata, saya berharap karya ilmiah ini dapat membawa manfaat positif bagi

banyak pihak, terutama dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu.

Depok, 9 Juli 2012

Penulis

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertandatangan

dibawah ini:

Nama : Danisya, S.Kep

NPM : 0806333695

Program Studi : Ners

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak B dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak

Balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kota Depok

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalty

nonekslusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalih media/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikianpernyataaninisayabuatdengansebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 10 Juli 2013

Yang Menyatakan

( Danisya, S.Kep )

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Danisya, S.KepProgram Studi : NersJudul: Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak B dengan Masalah

Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari KebutuhanTubuh pada Anak Balita di RW 07 Kelurahan CisalakPasar, Kota Depok

Kawasan perkotaan mengalami perkembangan yang pesat yang dapatmenyebabkan berbagai dampak pada lingkungan dan juga masyarakatnya salahsatunya dampak dalm pemenuhan nutrisi. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untukmemberikan gambaran penatalaksanaan asuhan keperawatan keluarga Bapak Bdengan ketidakseimbangan nutrisi pada balita di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar,Kota Depok. Intervensi keperawatan yang dijadikan intervensi unggulan adalahpemilihan dan pengolahan selingan sehat. Intervensi ini merupakan cara yangefektif untuk memenuhi nutrisi sehari-hari balita. Hasil evaluasi menunjukkanperubahan sikap dan perilaku keluarga terhadap pemberian selingan untuk balitadimana keluarga mengolah sendiri dan memperhatikan kandungan gizididalamnya. Intervensi ini juga efektif meningkatkan berat badan pada balitakelolaan sebanyak 8 ons.

Kata kunci: ketidakseimbangan nutrisi, balita, selingan

viii Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Danisya, S.KepStudy Program : NersTitle : Nursing Care Process of Mr. B’s Family with Health

Problem Nutrition Imbalance: Less than BodyRequirment on Toddler at RW 07 Kelurahan CisalakPasar, Kota Depok

Urban area experiencing a very fast development which causing changes to itsenvironment and also society, including changes in nutrition pattern. The aim ofthis final assignment is to give a description about nursing care of Mr. B’s familywith nutrition imbalance on toddler children. Nursing interventions that becomethe main intervention is how to choose and make healthy snacks. This interventionis an effective way to fulfill nutritions demand. Evaluation shows that familyexeriperiencing changes in attitude and behavior towards choosing snacks fortheir children, family become more selective and making snacks by themselves.This intervension also effective to make toddler gain 8 ons.

Keywords:nutrition imbalance, toddler, snacks

ix Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

ABSTRACT ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 8

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 9

1.3.1 Tujuan Umum .............................................................. 9

1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................. 9

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 10

1.4.1 Praktik .......................................................................... 10

1.4.2 Aplikatif ....................................................................... 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perkotaan......................................................................... 11

2.1.1 Pengertian Perkotaan ....................................................... 11

2.1.2 Masalah Perkotaan …………………………………….. 12

2.2 Keluarga dengan Balita ............................................................ 14

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga ................................................ 17

2.3.1 Pengkajian Keluarga .................................................... 18

2.4.1.1 Pengkajian Antropometri pada Balita……….. 19

x Universitas Indonesia

2.3.2 Penegakan Diagnosis dan Prioritas Masalah ............... 21

2.3.3 Perencanaan.................................................................. 23

2.3.4 Intervensi...................................................................... 24

2.3.4.1 Pemilihan dan Pengolahan Selingan Sehat untuk

Mengatasi Gizi kurang pada Balita……………. 25

2.3.5 Evaluasi ........................................................................ 27

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Data Fokus Pengkajian Keluarga ............................................. 30

3.2 Diagnosis Keperawatan ............................................................ 33

3.3 Perencanaan.............................................................................. 33

3.4 Implementasi ........................................................................... 34

3.5 Evaluasi ................................................................................... 37

3.5.1 Evaluasi Formatif ......................................................... 37

3.5.1.1 Evaluasi Subjektif ............................................ 37

3.5.1.2 Evaluasi Objektif.............................................. 38

3.5.1.3 Analisis Hasil ................................................... 39

3.5.1.4 Planning ........................................................... 39

3.5.2 Evaluasi Sumatif .......................................................... 39

3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga ..................... 39

BAB 4 ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik ................................................................. 41

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep KKMP dan

Konsep kasus terkait................................................................. 45

4.3 Analisis Intervensi Pemilihan dan Pengolahan Makanan Selingan

dengan Konsep Penelitian dan PenelitianTerkait ..................... 49

4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan .......................... 50

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ................................................................................... 52

5.2 Saran .......................................................................................... 53

5.2.1 Keluarga dengan Balita ................................................. 53

xi Universitas Indonesia

5.2.2 Puskesmas...................................................................... 53

5.2.3 Perawat .......................................................................... 54

DAFTAR REFERENSI ................................................................................ 55

xii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Data PengkajianKeluarga ................................................... 18

Tabel 2.2 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks BB/U ............................. 20

Tabel 2.3 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/U ............................. 21

Tabel 2.4 Penilaian Status Gizi Berdasarkan Indeks TB/BB........................... 21

Tabel 2.5 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga.................................... 23

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Keluarga

Lampiran 2 Analisis Masalah

Lampiran 3 Skoring Masalah

Lampiran 4 Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 5 Catatan Perkembangan

Lampiran 6 Evaluasi Sumatif

Lampiran 7 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daerah perkotaan merupakan kawasan pemukiman dengan kepadatan

penduduk mencapai 50 jiwa per ha, atau lebih, yang sebagian besar

penduduknya berusaha atau bekerja pada sektor industri, perdagangan, dan

jasa (Bappenas, 2009).Menurut Biro Sensus Amerika Serikat (2002, dalam

Allender, Rector, & Warner, 2010) kawasan perkotaan atau dalam istilah

bahasa Inggris urban, merupakan daerah, populasi, dan unit-unit

perumahan yang berlokasi pada area padat penduduk yaitu 1000 orang

atau lebih per mil persegi. Kepadatan penduduk pada area perkotaan

diakibatkan oleh adanya pembangunan yang pesat.Kawasan perkotaan

mengalami pembangunan yang pesat, namun pembangunan ini cenderung

kurang memperhatikan dampak yang akan terjadi terhadap lingkungan dan

masyarakat perkotaan (Iswanto, 2010).Perkembangan yang pesat termasuk

perkembangan industri menyebabkan perkotaan tampak memberikan

banyak harapan untuk menjadi lahan mencari sumber penghidupan

termasuk bagi masyarakat pedesaan sehingga terjadilah arus urbanisasi.

Urbanisasi, atau perpindahan masyarakat dari desa ke kota menyebabkan

heterogenitas dan kepadatan penduduk semakin meningkat pada

perkotaan.Masyarakat tidak menyadari bahwa persaingan di daerah

perkotaan sangat besar, sehingga menyebabkan kesenjangan sosial pada

kehidupan masyarakat kota termasuk dalam hal ekonomi. Jumlah

pengangguran, pekerja dengan gaji rendah, orang-orang berpenyakit, dan

kadaan rumah yang tidak layak sering terjadi di daerah perkotaan sebagai

dampak persaingan dalam hal ekonomi (Allender, Rector, & Warner,

2010).Menurut Sarlito (1992 dalam Sumardjito, 2000), salah satu

persoalan yang sampai saat ini terus dirasakan adalah adanya perbedaan

kelas sosial ekonomi yang makin lama makin menyolok.Golongan yang

mampu makin berkuasa dan makin kaya sedangkan golongan miskin

bertambah miskin.

2

Universitas Indonesia

Kemiskinan yang terjadi di perkotaan dapat menyebabkan berbagai

dampak pada masyarakat antara lain kekurangan akses terhadap

pemenuhan kebutuhan pokok, akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi makanan, pakaian, tempat

berlindung, dan air minum. Menurut Hitchcock, Schubert, dan Thomas

(1999), keluarga miskin cenderung melewatkan makan atau mengabaikan

rasa lapar atau memakan makanan yang tidak bernutrisi saat tidak

memiliki uang. Kedaan ini diperparah dengan kondisi lingkungan

perkotaan dimana bahan makanan memiliki harga yang lebih tinggi,

sehingga pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat berada pada resiko

mengalami permasalahan(Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).

Gizi diartikan sebagai sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan

(Depkes, 2003). Manusia mengkonsumsi makanan yang kemudian diolah

menjadi sari makanan yang mengandung zat gizi oleh tubuh, kombinasi

dan jumlah zat gizi tersebut yang menentukan kesehatan seseorang

(Brown, et all, 2011). Irianto (2006) menjabarkan pengertian gizi yang

dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah nutrititon secara lebih luas

sebagai proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara

normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi,

penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh

serta untuk menghasilkan tenaga. Pengertian gizi yang dipaparkan diatas

menunjukkan bahwa untuk mempertahankan hidup dan kesehatan,

manusia membutuhkan zat gizi yang terkandung didalam makanan.

Manusia membutuhkan makanan sebagai kebutuhan dasar. Menurut

hierarki Maslow (1968, dalam Potter & Perry, 2005) kebutuhan fisiologis

yang termasuk kebutuhan terhadap nutrisi berada pada bagian dasar yang

berarti menjadi kebutuhan utama yang harus terpenuhi.Kebutuhan

terhadap satu atau beberapa zat gizi yangtidak terpenuhi sesuai kebutuhan

normal atau zat gizi yang hilang dengan jumlah yang lebih besar daripada

3

Universitas Indonesia

yang didapat menyebabkanmanusia tidak dapat mencapai fungsi

maksimalnya. Kondisi kekurangan gizi ini dapat terjadi pada setiap

kelompok umur terutama pada kelompok umur yang rawan yaitu balita

(Potter & Perry, 2005).

Menurut penelitian Nur’aeni (2008), anak balita merupakan kelompok usia

yang rawan masalah gizi dan rawan penyakit dan yang paling banyak

menderita gangguan akibat gizi seperti masalah Kekurangan Energi

Protein (KEP). Kelompok usia balita berada dalam masa transisi, pada

masa ini terjadi perubahan pola makan dari makanan bayi ke makanan

dewasa yang menyebabkan kelompok usia ini rentan terhadap masalah

yang berkaitan dengan pemberian makan.Fenomena ini sangat

disayangkan karena terdapat banyak hal penting yang terjadi selama masa

balita.

Balita merupakan periode emas perkembangan, terutama perkembangan

otak. Menurut Fitriyani (2009), pada masa balita terjadi proses

perkembangan otak secara pesat yaitu pada saat anak dalam kandungan

hingga berumur dua tahun. Periode ini merupakan masa kritis untuk

tumbuh kembang fisik, mental, dan sosial. Zat gizi yang didapat oleh

balita mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dicapai

termasuk perkembangan otak (Brown, et all, 2011). Gizi yang adekuat

juga dibutuhkan untuk pertahanan tubuh anak dari penyakit selain untuk

perkembangan otak.Menurut UNICEF (2000), anak kurang gizi memiliki

kemungkinan resiko kematian yang tinggi, menghambat pertumbuhan dan

mempengaruhi status kesehatnnya di kemudian hari. Pernyataan-

pernyataan diatas menunjukkan bahwa gizi cukup pada balita merupakan

aspek krusial yang menentukan kualitas hidup kedepannya.

Kondisi keadaan gizi pada balita di negara-negara berkembang menurut

penelitian dari UNICEF (2009) sangat mengkhawatirkan karena

menunjukkan angka prevalensi yang sangat tinggi.Underweight atau

4

Universitas Indonesia

kekurangan berat badan terjadi pada kurang lebih 129 juta balita atau satu

dari anak balita di negara berkembang. Balita yang menderita kekurangan

berat badan kronis sebanyak 10% di negara berkembang. Penelitian

tersebut juga menyatakan bahwa di 17 negara prevalensi kekurangan berat

badan pada balita mencapai lebih dari 30% dengan kasus terbanyak berada

pada benua Asia, dan diikuti oleh benua Afrika.Masalah kekurangan

nutrisi juga dapat digambarkan dengan kasus balita yang mengalami tubuh

pendek.Balita dengan tubuh pendek ditemukan terjadi pada kurang lebih

195 juta di negara berkembang atau sekitar 1 dari 3 balita.Benua dengan

prevalensi balita dengan tubuh pendek adalah benua Asia dan Afrika.

Keadaan gizi di benua Asia tergambar dengan adanya 42% anak dengan

kekurangan berat badan di negara India.Jumlah ini merupakan jumlah

prevalensi kekurangan berat badan pada baitaterbanyak di negara

berkembang (UNICEF, 2009).Indonesia sendiri mengalami penurunan

prevalensi kejadian kekurangan berat badan atau underweight dari tahun

ke tahunnya. Tahun 1997terjadi prevalensi sekitar 34% kejadian

underweight pada balita, dan 42,2% balita mengalami tubuh pendek

(WHO, 1997).Indonesia termasuk dalam 10 besar kasus kekurangan

nutrisi terbesar di negara berkembang pada tahun 1997 ini. Prevalensi

underweight pada balita di Indonesia pada tahun 2003 mencapai angka

28%.Pada tahun 2009, prevalensi underweight turun hinga 18%, dan

kejadian tubuh pendek yang terjadi sebesar 37% (UNICEF,

2009).Prevalensi kejadian balita pendek di Indonesia masih menduduki

peringkat kelima terbesar di dunia walaupun sudah mengalami penurunan

dari tahun sebelumnya.

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (Depkes, 2010)

menunjukkan bahwa presentase balita dengan gizi kurang di Indonesia

adalah sebesar 13%, balita gizi buruk sebesar 4,9%. Prevalensi balita

pendek sebesar 17,1% dan prevalensi balita sangat pendek sebesar 18,5%.

Prevalensitotal balita underweight sebesar 17,9%, dan total balita pendek

5

Universitas Indonesia

sebesar 35,6%. Data Riskesdas ini menunjukkan adanya penurunan angka

balita gizi kurang dari tahun ke tahunnya di Indonesia.Indonesia sendiri

telah menetapkan target Millennium Development Goal’s (MDG’s) untuk

prevalensi gizi kurang balita yaitu sebesar 15,5% pada tahun 2015.

MDG’s atau Millennium Development Goal’s merupakan deklarasi yang

berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada

peningkatan kualitas hidup (UNICEF, 2000).MDG’s menetapkan 8 tujuan

pembangunan yang salah satunya adalah menanggulangi kemiskinan dan

kelaparan.Tujuan nomor satu dalam MDG’s ini salah satu targetnya adalah

menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi

setengahnya antara 1990-2015. Indikator tercapainya tujuan ini adalah

mengurangi prevalensi balita kurang gizi (UNICEF, 2000). Indonesia

harus menurunkan prevalensi gizi kurang pada tahun 2015 menjadi

setengah dari keadaan tahun 1990.Indonesia belum dapat mencapai salah

satu target MDG’s tersebut hingga tahun 2013 ini.Kejadian gizi buruk

masih terjadi merata pada berbagai wilayah di Negara Indonesia.

Kondisi gizi kurang pada balita di Indonesia tidak hanya terjadi di

perdesaan, berdasarkan Riskesdas (2010) prevalensi gizi buruk dan gizi

kurang juga terjadi di daerah perkotaan. Prevalensi gizi kurang di

perkotaan mencapai 11,3%, sedangkan gizi buruk mencapai 3,9%, hal ini

berarti prevalensi total balita underweight sebesar 15,2%. Angka ini tidak

jauh berbeda dengan total prevalensi balita di perdesaan yaitu sebesar

20,7%. Perbedaan antara daerah perkotaan dan perdesaan yang cukup

mencolok tidak teralu mempengaruhi angka prevalensi kejadian gizi buruk

pada balita.

Menurut Anonim (2009) terdapat perbedaan yang mencolok antara

masyarakat perkotaan dengan masyarakat perdesaan terutama dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari.Masyarakat perkotaan memiliki pilihan

yang jauh lebih beragam untuk pemenuhan kebutuhan disbanding di

6

Universitas Indonesia

perdesaan, jumlah barang yang tersedia pun dalam jumlah yang melimpah,

berbeda dengan di perdesaan dimana jumlah ketersediaan barang

terbatas.Masalah gizi kurang pada balita ini juga masih terjadi pada daerah

perkotaan yang berbatasan langsung dengan ibukota Negara, termasuk

kota Depok.

Kota Depok, dilaporkanmemiliki jumlah gizi buruk pada balita pada tahun

2005 mencapai 1.133 orang balita, tahun 2006 sebanyak 933 balita, dan

pada tahun 2007 mencapai 959 balita penderita gizi buruk (Dinkes Depok,

2007 dalam Safi’I, 2008). Data tersebut juga menyatakan bahwa

kecamatan Cimanggis menempati urutan kedua dalam jumlah kejadian

gizi buruk pada balita di kota Depok dengan jumlah 228 balita dengan gizi

kurang.Kejadian gizi buruk pada balita di Kecamatan Cimanggis tersebar

dalam dua kelurahan yang tercakup didalamnya yaitu Kelurahan Curug

dan Kelurahan Cisalak Pasar. Kelurahan Cisalak Pasar, sebagai wilayah

cakupan dari kecamatan Cimanggis, memiliki jumlah balita gizi kurang

sebanyak 25% (Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI, 2013).

Jumlah ini tersebar dalam 8 Rukun Warga (RW) yang ada di kelurahan

Cisalak Pasar.

Gizi buruk pada balita di Kelurahan ini terjadi disebabkan oleh rendahnya

pengetahuan, serta burknya sikap dan perilaku dalam pemenuhan gizi

balita. Menurut penelitian mahasiswa program spesialis keperawatan

komunitas FIK UI (2013), sebanyak 55% orang tua dengan balita memiliki

pengetahuan yang kurang baik mengenai gizi kurang, 52% orang tua tidak

pernah membuat sendiri cemilan untuk balita, 52% orang tua jarang

melarang balita untuk jajan, dan 43% orang tua setuju untuk memberikan

makanan seperti mie dan sosis cepat saji kepada balita. Kantong balita gizi

kurang terbanyak di Kelurahan Cisalak Pasar adalah di RW 07, dengan

jumlah balita gizi kurang sebanyak 7 orang dan gizi buruk sebanyak 8

orang.Mahasiswa profesi praktik klinik FIK UI melakukan asuhan

7

Universitas Indonesia

keperawatan di RW 07 sesuai dengan masalah utama yang ditemukan di

daerah tersebut yaitu gizi kurang pada balita.

Asuhan keperawatan keluarga yang dilakukan mahasiswa di RW 07,

Cisalak Pasar merupakan penerapan dari konsep untuk mengatasi masalah

kesehatan terutama masalah aktual yang terjadi yaitu masalah gizi

balita.Asuhan keperawatan keluarga yang diterapkan oleh mahasiswa

menggunakan pendekatan model asuhan keperawatan keluarga yang

dikembangkan oleh Friedman, Bowden, dan Jones (2003).Model

inimenggunakan model asuhan keperawatan Family Centered Nursing

(FCN) dimana seluruh asuhan keperawatan berfokus pada keluarga dan

diselesaikan bersama dengan keluarga (Friedman, Bowden, & James,

2003). Asuhan keperawatan keluarga dilakukan dengan tahapan yang

berurutan dimulai dengan pengkajian keluarga, menentukan masalah

kesehatan keluarga berdasarkan data maladaptif yang ditemukan,

perencanaan intervensi, implementasi dan evaluasi. Penerapan asuhan

keperawatan keluarga yang dilakukan mahasiswa terutama kepada

keluarga dengan masalah gizi kurang pada balita.

Keluarga kelolaan mahasiswa yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini

merupakan warga asli Kelurahan Cisalak Pasar yaitu keluarga Bapak B

(44 tahun) yang memiliki balita berumur 30 bulan. Data awal masalah gizi

kurang didapatkan dari kader posyandu RW 07 yang mengatakan anak

keluarga Bapak B yaitu anak K tidak mengalami kenaikan berat badan

selama berbulan-bulan.Hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa

mendapatkan bahwa anak K menderita gizi kurang dan keluarga belum

memiliki pengetahuan mengenai gizi kurang.

Mahasiswa melakukan sebanyak 12 kali pertemuan dengan keluarga

dengan melakukan intervensi perawatan terhadap gizi kurang sebanyak 5

kali. Intervensi ini meliputi pemilihan makanan berdasarkan triguna

makanan, pengolahan variasi makanan, pengolahan bahan makanan yang

8

Universitas Indonesia

baik, pemilihan dan pengolahan selingan sehat, dan menentukan porsi

makan untuk anak usia 30 bulan. Intervensi yang dijadikan intervensi

unggulan oleh mahasiswa adalah pemilihan dan pengolahan selingan

sehat.Intervensi ini sesuai untuk mengatasi penyebab masalah gizi kurang

yang ditemukan oleh penelitian program spesialis keperawatan komunitas

FIK UI (2013) mengenai makanan cemilan yang mayoritas tidak dibuat

sendiri oleh orang tua dan anak cenderung jajan sembarangan. Penelitian

dari Fitriyani (2009) menyebutkan bahwa pemberian makanan cemilan

merupakan salah satu prinsip pemberian makan yang dapat dilakukan oleh

keluarga dan merupakan tindakan yang sesuai sebagai cara mengatasi gizi

kurang pada balita. Soenardi (2008) mengatakan bahwa selingan untuk

balita lebih baik dibuat sendiri oleh ibu dirumah, makanan jajanan yang

dibeli diluaran lebih banyak mengandung bahan-bahan yang tidak baik

untuk anak sehingga efek yang diberikan kebalikan dari pemenuhan gizi

balita.Balita kelolaan mahasiswa mengalami kenaikan berat badan sebesar

8 ons setelah dilakukan intervensi oleh mahasiswa selama tujuh minggu

dan telah termasuk kedalam kategori gizi baik.

1.2 Perumusan Masalah

Gizi merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Balita

merupakan kelompok usia yang paling mudah terkena masalah pemenuhan

gizi. Hal ini disayangkan karena pada usia ini terjadi periode emas yaitu

periode perkembangan dan pertumbuhan fisik, mental, dan sosial. Hasil

penelitian WHO menunjukkan prevalensi yang tinggi terjadinya masalah

gizi kurang pada balita terutama pada negara berkembang termasuk

Indonesia.Indonesia memiliki angka prevalensi kejadian gizi kurang pada

balita yang terus menunjukkan penurunan, akan tetapi belum memenuhi

target MDG’s. Masalah gizi kurang di Indonesia tidak hanya terjadi di

daerah perdesaan, namun angka prevalensi yang cukup tinggi juga terjadi

di daerah perkotaan termasuk kota Depok. Menurut hasil riset Dinkes kota

Depok tahun 2007, daerah kedua dengan angka gizi kurang pada balita

adalah pada kecamatan Cimanggis yang memiliki daerah cakupan

9

Universitas Indonesia

Kelurahan Curug dan Cisalak Pasar. Kelurahan Cisalak Pasar sendiri

memiliki prevalensi angka kejadian gizi kurang pada balita sebesar 25%,

dengan kantong balita gizi kurang terbanyak berada pada RW 07 yaitu

sebanyak 15 balita dengan penyebab utama pengetahuan yang kurang dan

perilaku terhadap pemberian makan termasuk pemberian makanan cemilan

yang buruk. Mahasiswa praktik klinik keperawatan kesehatan masalah

perkotaan FIK UI melakukan asuhan keperawatan keluarga di RW 07

kelurahan Cisalak Pasar, dengan tujuan menyelesaikan masalah gizi balita

yang terjadi pada keluarga.Salah satu keluarga dengan masalah gizi kurang

pada balita adalah keluarga Bapak B( 44 tahun). Mahasiswa melakukan

asuhan keperawatan kepada keluarga Bapak B dengan masalah gizi kurang

pada balita berusia 30 bulan dan menjadikan pemilihan dan pengolahan

selingan sehat sebagai intervensi unggulan dari mahasiswa.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran proses asuhan keperawatan pada keluarga

Bapak B dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi pada balita di

RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari laporan ini adalah:

a. Memberikan gambaran mengenai pengkajian keluarga dengan

masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh pada balita

b. Memberikan gambaran mengenai perencanaan yang dilakukan

untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang

dari kebutuhan tubuh pada balita

c. Memberikan gambaran mengenai intervensi keluarga yang

dilakukan untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan nutrisi:

kurang dari kebutuhan tubuh pada balitadi perkotaan

10

Universitas Indonesia

d. Memberikan gambaran mengenai intervensi inovasi yang

dilakukan untuk mengatasi masalahketidakseimbangan nutrisi:

kurang dari kebutuhan tubuh pada balita

e. Memberikan gambaran mengenai hasil evaluasi asuhan

keperawatan dalam mengatasi masalah ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada balita

f. Memberikan gambaran mengenai perbandingan teori dan

konsep dengan pelaksanaan asuhan keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Praktik

a. Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan yang dapat

digunakan keluarga untuk mengatasi gizi kurang pada balita

yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah kota

Depok dalam merumuskan kebijakan-kebijakan dalam

penanggulangan masalah gizi pada balita

b. Memberikan gambaran data yang ditemukan pada lahan praktik

untuk dapat dijadikan data dasar untuk penelitian

1.4.2 Manfaat Aplikatif

a. Menambah referensi, pemahaman, dan wawasan kepada kader

dan petugas kesehatan di wilayah setempat mengenai gizi

kurang pada balita dan penanganan yang dapat dilakukan oleh

keluarga secara mandiri

b. Perawat terutama perawat komunitas atau tim kesehatan

lainnya dapat menggunakan laporan ini sebagai dasar

melakukan promosi kesehatan untuk meningkatkan status gizi

balita dengan memanfaatkan kemandirian keluarga dan

pemberdayaan masyarakat

11 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perkotaan

2.1.1 Pengertian Perkotaan

Kawasan perkotaan merupakan wilayah dengan karakteristik kepadatan

penduduk mencapai 50 jiwa per ha, atau lebih, yang sebagian besar

penduduknya berusaha atau bekerja pada sektor industri, perdagangan, dan

jasa (Bappenas, 2009).Menurut Bintarto (1989 dalam Sumardjito, 2000)

menyatakan bahwa dari segi geografis, kota dapat diartikan sebagai suatu

sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan

penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial-ekonomi yang

heterogen dan coraknya yang materialistis.Menurut Biro Sensus Amerika

Serikat (2002, dalam Allender, Rector, & Warner, 2010) kawasan perkotaan

atau dalam istilah bahasa Inggris urban, merupakan daerah, populasi, dan

unit-unit perumahan yang berlokasi pada area padat penduduk yaitu 1000

orang atau lebih per mil persegi. Pengertian-pengertian diatas menunjukkan

bahwa daerah perkotaan mempunyai karakteristik dan ciri khas tersendiri

yang berbeda dengan wilayah lain, salah satu karakteristiknya adalah

perkembangan penduduk yang pesat sehingga menyebabkan kepadatan

penduduk dengan ciri penduduk yang heterogen.

Daerah perkotaan memiliki ciri khas tersendiri yaitu merupakan tempat

pusat pemukiman dan kegiatan penduduk, tempat dengan kepadatan

penduduk yang tinggi, memiliki watak dan corak heterogen, memiliki ciri

khas kehidupan kota, mempunyai batas wilayah administrasi, dan memiliki

hak otonomi (Sumardjito, 2000). Kesehatan perkotaan mempertimbangkan

karakteristik-karakteristik dari lingkungan yang mempengaruhi kesehatan

masyarakatnya (Allender, Rector, & Warner, 2010). Perawat komunitas di

perkotaan perlu memperhatikan heterogenitas masyarakat di perkotaan,

perawat harus meningkatkan kepekaan terhadap perbedaan nilai kultural,

perbedaan strata sosial, perbedaan kebiasaan berkaitan dengan ras dan juga

12

Universitas Indonesia

agama (Allender, Rector, & Warner, 2010).Heterogenitas pada daerah

perkotaan dapat terjadi sebagai akibat dari perkembangan daerah perkotaan

yang pesat.

Kawasan perkotaan mengalami perkembangan yang pesat.Perkembangan

kota merupakan tuntutan sekaligus jawaban dari perkembangan penduduk

maupun kegiatan masyarakat perkotaan yang semakin sulit dikontrol

sehingga sering menimbulkan persoalan-persoalan yang menyangkut

persoalan terhadap kota itu sendiri (fasilitas, sistem dan area), maupun

terhadap penduduk atau penghuninya. Perkembangan yang terjadi secara

pesat pada kawasan perkotaan tidak memperhatikan dampak yang dapat

terjadi terhadap lingkungan dan masyarakat perkotaan sehingga banyak

permasalahan yang terjadi pada perkotaan (Iswanto, 2010).

2.1.2 Masalah Perkotaan

Perkotaan, pada umumnya diasosiasikan dengan pengangguran, kemiskinan,

polusi, kebisingan, ketegangan mental, kriminalitas, kenakalan remaja,

seksualitas dan sebagainya. Bukan hanya dalam hal lingkungan fisik kota itu

saja yang tidak menyenangkan tetapi juga dalam lingkungan sosialnya.

Menurut Sumardjito (2000), salah satu persoalan yang sampai saat ini terus

dirasakan adalah adanya perbedaan kelas sosial ekonomi yang makin lama

makin menyolok. Golongan yang mampu makin berkuasa dan makin kaya

sedangkan golongan miskin bertambah miskin.Semakin besar, semakin

padat dan heterogen penduduknya, semakin jelaslah ciri-ciri tersebut.

Fenomena lain pada kehidupan kota adalah adanya sifat kompetitif yang

sangat besar, dan sifat hubungan antar personal yang lebih dititikberatkan

pada pertimbangan keuntungan secara ekonomis.

Masalah ekonomi yang terjadi pada masyarakat perkotaan mempengaruhi

pola pemenuhan kebutuhan sehari-harinya.antara lain kekurangan akses

terhadap pemenuhan kebutuhan pokok, akses terhadap pendidikan dan

pekerjaan. Kebutuhan pokok yang dimaksud meliputi makanan, pakaian,

13

Universitas Indonesia

tempat berlindung, dan air minum.Menurut Hitchcock, Schubert, & Thomas,

(1999), keluarga miskin cenderung melewatkan makan atau mengabaikan

rasa lapar atau memakan makanan yang tidak bernutrisi saat tidak memiliki

uang.Keadaan ini diperparah dengan kondisi lingkungan perkotaan dimana

bahan makanan memiliki harga yang lebih tinggi, sehingga pemenuhan

kebutuhan gizi masyarakat berada pada resiko mengalami permasalahan

(Hitchcock, Schubert, & Thomas, 1999).

Pemenuhan nutrisi pada masyarakat perkotaan mengalami beberapa

konsekuensi akibat perkembangan perkotaan yang sangat pesat (Argenti,

2000).Konsekuensi pertama adalah berkurangnya lahan pertanian di

perkotaan akibat banyaknya pembangunan perumahan, lahan industri dan

juga infrastruktur perkotaan.Hal ini mengakibatkan tergantungnya

pemenuhan kebutuhan bahan makanan perkotaan terhadap daerah

pedesaan.Konsekuensi kedua adalah meningkatnya kuantitas bahan

makanan yang dibutuhkan oleh daerah perkotaan.Konsekuensi ketiga berupa

perubahan terhadap pola konsumsi dan perilaku pembelian makanan.

Konsumen pada daerah perkotaan, yang rata-rata membayar 30% lebih

mahal untuk bahan makanan dibanding masyarakat pedesaan, memiliki

waktu yang lebih sempit untuk mengolah dan menyiapkan makanan

sehingga meningkatkan permintaan untuk makanan cepat saji, dan

terkadang tanpa memperhatikan kualitas bahan yang digunakan.

Konsekuensi terakhir adalah pada masyarakat dengan ekonomi lemah,

pemenuhan kebutuhan nutrisi akan dikesampingkan, kemiskinan membuat

mereka tidak peduli zat gizi dan kualitas makanan dan hanya memenuhi

kebutuhan akan rasa laparnya saja (Argenti, 2000). Masalah pemenuhan

nutrisi pada masyarakat perkotaan dapat terjadi pada seluruh kelompok usia

terutama pada kelompok usia balita yang merupakan konsumen pasif

didalam keluarga (Potter & Perry, 2005).

14

Universitas Indonesia

2.2 Keluarga dengan Balita

Anak balita merupakan anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau

merupakan kepanjangan dari anak dibawah lima tahun (Muaris, 2006). Masa

balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.

Perkembangan dan pertumbuhan di masa ini menjadi penentu keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan anak di periode sebelumnya.Masa tumbuh

kembang ini berlangsung cepat dan tidak dapat terulang karena itu masa ini

sering juga disebut dengan golden age atau periode keemasan (Potter &

Perry, 2005).Balita merupakan kelompok usia yang merupakan konsumen

pasif dan bergantung kepada keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari-

harinya.

Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu memiliki peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, Bowden, &

Jones, 2003). Keluarga membentuk unit dasar masyarakat dan tentunya unit

dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan individu yang memungkinkan

menentukan keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman,

Bowden, & Jones, 2003).Keluarga dengan anak usia balita atau prasekolah

memiliki tugas perkembangan antara lain:

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga

Membantu anak bersosialisasi

Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak lain

(tua) juga harus terpenuhi

Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam atau luar keluarga

(keluarga lain di lingkungan sekitar)

Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak

Pembagian tanggung jawab anggota keluarga

Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak

15

Universitas Indonesia

Keluarga dengan balita harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan pada

balitanya karena balita merupakan kelompok usia at riskatau berisiko

terhadap masalah kesehatan.

Populasi at risk merupakan sekelompok individu yang mudah untuk

mengalami masalah kesehatan karena dipengaruhi oleh berbagai faktor

(Allender& Spradley, 2001).Menurut Stanhope dan Lancaster (2000), faktor-

faktor yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada agregat at risk

antara lain biologic risk, social risk, economic risk, life-style risk dan life

event risk. Biologic risk berasal dari faktor genetik atau ciri fisik. Social risk

berasal dari faktor lingkungan seperti polusi udara, kebisingan, tingkat

kriminalitas, dan sebagainya. Economic risk adalah tidak seimbangnya

kebutuhan dan penghasilan atau adanya krisis ekonomi sehingga

mempengaruhi pemunuhan kebutuhan dasar seperti pakaian, rumah,

makanan, dan kesehatan. Life-style risk merupakan gaya hidup yang

berpengaruh terhadap kesehatan sedangkan life event risk merupajan

kejadian-kejadian dalam hidup yang dapat memepengaruhi kesehatan seperti

pindah tempat tinggal.

Balita sebagai salah satu populasi at risk, memiliki resiko tinggi terhadap

beberapa masalah seperti kecelakaan dan injuryseperti yang daikibatkan dari

jatuh, terbakar, keracunan, dan kecelakaan. Masalah lain adalah salah

perlakuan yang dapat dilakukan oleh orang tua, pengasuh, maupun

lingkungan. Masalah yang juga sering terjadi pada kelompok balitaa adalah

communicable disease atau penyakit menular. Penyakit menular yang sering

terjadi balita seperti demam, infeksi saluran pernapasan, dan infeksi saluran

pencernaan. Penyakit kronis juga sering menjadi permasalahan pada balita

selain penyakit penular. Penyakit kronis yang sering terjadi seperti asma,

autisme, alergi makanan, dan anemia sel sabit. Masalah kesehatan lain yang

sering terjadi pada kelompok usia balita adalah penyakit gigi dan masalah

nutrisi (Allender, Rector, & Warner, 2010). Dalam karya ilmiah ini akan

dibahas secara lebih mendalam mengenai masalah nutrisi pada balita.

16

Universitas Indonesia

Gizi berasal dari kata bahasa Arab yaitu “al Gizzai” yang memiliki arti

makanan dan manfaat untuk kesehatan.Al Gizzai juga dapat diartikan sebagai

sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan (Depkes, 2003). Sementara,

menurut istilah bahasa Inggris gizi diartikan sebagai nutrition yang berarti

bahan makanan atau sering juga diartikan sebagai ilmu gizi (Brown, et all.,

2011).Gizi seimbang mencakup berbagai macam zat gizi antara lain zat

energi, zat pembangun, dan zat pengatur (Depkes, 2003). Menu seimbang

bagi balita adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanandalam

jumlah dan proporsi yang sesuai dengan kebutuhan balita, sehingga

memenuhi kebutuhan giziseseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel

tubuh dan proses kehidupan sertapertumbuhan dan perkembangan

(Almatsier, 2009).

Zat energi berasal dari karbohidrat dan lemak, biasanya terdapat dalam bahan

makanan pokok seperti nasi, kentang, jagung, singkong, umbi-umbian beserta

produknya. Zat pembangun berasal dari protein, baik protein hewani maupun

protein nabati, yang berfungsi untuk metabolisme tubuh dan pembangunan

struktur sel. Zat pengatur didapat dari bahan makanan sayur-sayuran dan

buah-buahan, berfungsi untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mengatur

metabolisme tubuh (FKM UI, 2010). Pada usia anak toddler, anak

membutuhkan 1200 kilo kalori, dan pada usia prasekolah, anak

membutuhkan 1700 kilo kalori (Depkes, 2003). Kekurangan salah satu atau

lebih dari zat gizi yang berasal dari bahan-bahan makanan tersebut dapat

menyebabkan terjadinya kondisi gizi kurang (Depkes, 2003).

Gizi kurang pada balita mengacu pada kondisi dimana balita tidak

mendapatkan asupan gizi sesuai dengan kebutuhan pada usianya atau zat gizi

tersebut hilang dalam jumlah yang banyak (Depkes, 2003). Menurut Fitriyani

(2009), balita merupakan kelompok usia yang paling berisiko terhdap

kekurangan zat gizi. Prevalensi kejadian gizi kurang di Indonesia masih

berada dibawah target MDG’s yaitu sebanyak 17,9% (Riskesdas, 2010).

17

Universitas Indonesia

Gangguan gizi pada anak usia balita merupakan dampak kumulatif dari

berbagai faktor antara lain konsumsi zat gizi, penyakit infeksi, dan berbagai

faktor yang berasal dari keluarga seperti pola asuh keluarga, pengetahuan

keluarga, dan status ekonomi keluarga.Gangguan gizi dimanifestasikan dalam

beberapa tanda dan gejala yang dapat dinilai dengan pemeriksaan pada balita

dan keluarga.

Tanda dan gejala gizi kurang pada balita diawali dengan sulit makan atau

asupan yang kurang.Berat badan yang menurun, tidak naik, atau hanya naik

sebesar 200 gram setiap bulannya merupakan gejala lanjutan (Adiningsih,

2010).Berat badan yang tidak mengalami kenaikan menyebabkan anak

tampak kurus dan berada pada kuning atau hijau pada KMS dan juga berada

dibawah persentil -2 pada tabel NCHS. Gejala lebih lanjut yang dapat

teramati adalah balita menjadi mudah sakit, tidak aktif bermain, dan tampak

lemah (Adiningsih, 2010).

Perawat memiliki beberapa peran yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah pada balita yang berfokus pada promosi dan intervensi awal

(Allender, Rector, & Warner, 2010). Intervensi yang dapat diberikan adalah

dengan memberikan pendidikan mengenai nutrisi kepada orang tua, selain itu

memotivasi orang tua dalam melakukan perilaku sehat dalam pemenuhan

nutrisi. Peran lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengadvokasi

kebutuhan dari keluarga dengan balita dan mengadakan kerjasama lintas

program dan lintas sektor untuk peningkatan status kesehatan balita terutama

dalam masalah gizi (Allender, Rector, & Warner, 2010).

2.3 Asuhan Keperawatan Keluargadengan Balita Gizi Kurang

Salah satu lingkup praktik keperawatan adalah asuhan keperawatan keluarga

karena keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mempunyai

individu-individu penerima pelayanan asuhan keperawatan.Menurut

Suprajitno (2004), asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian

kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada

18

Universitas Indonesia

berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan

dasar manusia, dengan menggunakan metodologi proses keperawatan,

berpedoman pada standar praktik keperawatan, dilandasi etik dan etika

keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan

menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan

individu sebagai anggota keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).Proses

asuhan keperawatan keluarga terdiri dari pengkajian, penegakan diagnosis,

perencanaan, intervensi, dan evaluasi yang dilakukan kepada individu dalam

keluarga.

2.3.1 Pengkajian Keluarga

Proses pengkajian keluarga merupakan proses kontinu pengumpulan

informasi dan penilaian secara professional mengenai arti dari informasi

yang telah didapatkan (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).Metode dalam

melakukan pengkajian keluarga bermacam-macam yaitu melalui interview

atau wawancara, observasi langsung, dan juga dengan menggunakan metode

pengumpulan data yang terdokumentasi seperti checklist terstruktur,

inventaris, dan kuesioner (Holman, 1983 dalam Friedman, Bowden, &

Jones, 2003).

Tabel 2.1 Sumber data pengkajian keluarga

Data Sumber Data

Wawancara anggota keluarga

mengenai kejadian dari masa lalu

hingga saat ini yang signifikan

- Bertanya dan mendengarkan

- Genogram

- Ecomap

Data objektif - Observasi rumah keluarga

- Observasi interaksi keluarga

-

Data Subjektif - Pengalaman yang diceritakan

anggota keluarga

19

Universitas Indonesia

- Pengalaman observasi kerabat

yang diceritakan

- Instrument pengkajian yang

diisi oleh keluarga

(Sumber: Friedman, Bowden, & Jones, 2003)

Perawat yang telah melakukan pengumpulan informasi mengenai keluarga

kemudian menganalisa dan mengklasifikasi data-data tersebut untuk

kemudian mengartikan maknanya. Masalah potensial yang ditemukan

perawat akan digali lebih dalam pada area yang berhubungan dengan

masalah tersebut (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Pengkajian

keluarga berdasarkan model asuhan keperawatanfamily centered nursing

yang dikembangkan oleh Friedman et all. (2003) mencakup delapan

komponen antara lain data umum, riwayat dan tahap perkembangan

keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping

keluarga, pemeriksaan fisik, dan harapan keluarga. Perawat yang mengkaji

keluarga harus mampu memutuskan kategori mana yang relevan dengan

kasus yang dihadapi sehingga dapat digali lebih dalam pada saat

kunjungan dengan demikian masalah dalam keluarga dapat mudah

diidentifikasi(Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Masalah gizi yang terjadi pada balita di keluarga digali lebih dalam dengan

pengkajian status gizi.Pengkajian status gizi secara langsung dapat

dilakukan dengan pemeriksaan antropometri, biokimia, klinis, dan pola

diet, sedangkan secara tidak langsung pengkajian status gizi dapat

dilakukan dengan survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor

ekologi (Zega, 2012).Pada anak, penilaian melalui antropometri

merupakan metode yang paling sering dilakukan (Sunarti, 2004).

2.3.1.1 Pengkajian Antropometri pada Balita

Indikator antropometri yang dapat digunakan untuk menilai status gizi

pada anak balita antara lain berat badan menurut umur (BB/U), panjang

20

Universitas Indonesia

badan menurut umur (PB/U), serta berat badan menurut panjang badan

(BB/PB). Selain itu lingkar kepala dan lingkar lengan atas juga dapat

dijadikan acuan penilaian status gizi balita (Sunarti, 2004).

a. Berat badan menurut umur

Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan

tubuh.Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan

yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan

kondisi kesehatan (Zega, 2010).Karena berat badan sensitif dengan

perubahan sedikit saja pada tubuh, berat badan menurut umur

menggambarkan kondisi status gizi saat ini. Menurut tabel NCHS

dari WHO (2004, dalam Kementrian Kesehatan RI, 2011),

penilaian status berat badan menurut umur diklasifikasikan

menjadi: gizi buruk, gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih.

Tabel 2.2 Penilaian status gizi berdasarkan indeks BB/U

Indeks Pengelompokan Status Gizi

BB/U < - 3 SD

-3SD s/d < -2 SD

-2 SD s/d +2 SD

>+2 SD

Gizi Buruk

Gizi Kurang

Gizi Baik

Gizi Lebih

Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2011)

b. Tinggi Badan menurut Umur

Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang cukup

penting. Keistemewaannya bahwa ukuran tinggi badan akan

meningkat terus pada waktu pertumbuhan sampai mencapai tinggi

yang optimal. Tinggi badan dalam keadaan normal,

akanmengalami penambahan seiring dengan pertambahan umur.

Tinggi badan dapat dijadikan acuan untuk status gizi dalam jangka

waktu yang lama, karena defisiensi zat gizi memberikan pengaruh

dalam jangka waktu yang lama kepada tinggi badan. (Supariasa

dkk., 2002 dalam Zega, 2012). Menurut WHO (2004, dalam

21

Universitas Indonesia

Kementrian Kesehatan RI, 2011) pembagian klasifikasi tinggi

badan menurut umur antara lain sangat pendek, pendek, normal,

dan tinggi.

Tabel 2.3 Penilaian status gizi berdasarkan indeks TB/U

Indeks Pengelompokan Status Gizi

TB/U < -3 SD

- 3SD s/d < -2SD

- 2SD s/d +2 SD

>+2 SD

Sangat Pendek

Pendek

Normal

Tinggi

Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2011)

c. Tinggi Badan menurut Berat Badan

Dalam keadaan normal, perkembangan brat badan akan searah

dengan perkembangan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

Menurut Sunarti (2004) tinggi badan menurut berat badan

merupakan indikator global keadaan gizi. Menurut WHO (2004,

dalam Kementrian Kesehatan RI, 2011), klasifikasi gizi tinggi

badan menurut berat badan antara lain sangat kurus, kurus, normal,

dan gemuk.

Tabel 2.4 Penilaian status gizi berdasarkan indeks TB/BB

Indeks Pengelompokan Status Gizi

TB/BB < -3 SD

-3 SD s/d <-2 SD

-2 SD s/d 2 SD

> 2 SD

Sangat Kurus

Kurus

Normal

Gemuk

Sumber: Kementrian Kesehatan RI (2011)

2.3.2 Penegakan Diagnosis dan Prioritas Masalah

Diagnosis keperawatan keluarga mencakup Diagnosis keperawatan untuk

keluarga sebagai sistem dan subsistem yang dimiliki dan merupakan hasil

22

Universitas Indonesia

dari pengkajian keperawatan yang dilakukan sebelumnya (Friedman,

Bowden, & Jones, 2003).NANDA (20012) mengartikan bahwa diagnosis

keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon individu,

keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses hidup

yang aktual maupun potensial. Pernyataan diagnosis keperawatan keluarga

menurut NANDA (2012) mencakup pernyataan diagnosis keperawatan yang

diangkat dan identitas keluarga yang mengalami masalah.

Proses keperawatan keluarga menitikberatkan kepada adanya partisipasi

aktif dari anggota keluarga dalam setiap prosesnya. Penegakan diagnosis

melibatkan proses analisa informasi bersama keluarga untuk merumuskan

masalah-masalah yang ada dan tindakan yang dapat dilakukan untuk

mengatasi masalah tersebut. Diagnosis keperawatan keluarga yang akurat

akan dapat ditegakkan ketika ketika perawat telah berhasil mengumpulkan

informasi yang adekuat dan mengklarifikasi kepada keluarga. Diagnosis

yang ditegakkan kemudian mengarah kepada tujuan dan intervensi yang

bertujuan kepada membantu keluarga untuk dapat berespon lebih efektif

terhadap masalah (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

Prioritas masalah juga perlu ditentukan dalam tahap ini untuk menetapkan

masalah apa yang dapat diselesaikan, harus diselesaikan, dan merupakan

masalah yang tepat untuk diselesaikan bersama perawat keluarga. Prioritas

masalah dapat ditentukan berdasarkan perhitungan dan skoring yang

dilakukan bersama-sama dengan keluarga (Friedman, Bowden, & Jones,

2003).

23

Universitas Indonesia

Tabel 2.5 Skor dan Bobot Prioritas Masalah Keluarga

No Kriteria Skor Bobot1 Sifat masalah

Aktual (Tidak/kurang sehat) Ancaman kesehatan Keadaan sejahtera

321

1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah Mudah Sebagian Tidak dapat

210

2

3 Potensi masalah untuk dicegah Tinggi Sedang Rendah

321

1

4 Menonjolnya masalah Masalah berat, harus segera ditangani Ada masalah, tetapi tidak perlu segera

ditangani Masalah tidak dirasakan

21

0

1

(Sumber: Friedman et all. et all., 2003)

Selanjutnya, perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus:

Skoring :Skor x Bobot

Angka tertinggi

Diagnosis keperawatan NANDA (2012) yang dapat ditegakkan untuk keluarga

dengan masalah gizi antara lain:

Resiko ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

2.3.3 Perencanaan

Tahap ini mencakup perawat dan keluarga terlibat dalam pengembangan

rencana keperawatan yang akan dilakukan sehingga menghasilkan intervensi

dengan hasil yang diharapkan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan

24

Universitas Indonesia

tujuan, baik tujuan jangka panjang (tujuan umum) dan tujuan jangka pendek

(tujuan khusus) dan disertai dengan kriteria hasil dan metode (Friedman et

all., 2003). Menurut Lawson & Peate (2009) menetapkan tujuan dan kriteria

hasil dalam keperawatan menggunakan prinsip SMART yaitu:

Spesific: tujuan harus tepat, objektif, dan eksplisit untuk klien dan

tenaga kesehatan

Measurable: harus teridentifikasi cara yang jelas untuk mengukur

apakah tujuan sudah tercapai atau belum

Achievable: tujuan harus dapat dicapai oleh keluarga berdasarkan

pada kemampuan dan kondisi keluarga

Realistic: tujuan harus realistis sesuai dengan kondisi yang ada

Time-oriented: tujuan harus memiliki target waktu yang jelas kapan

akan dicapai dan dapat berupa jangka panjang maupun jangka

pendek.

Setelah menetapkan tujuan, perawat dan keluarga menentukan cara-cara

alternatif untuk mencapai tujuan. Sumber-sumber yang dapat mendukung

pelaksanaan intervensi diidentifikasi. Sumber yang dapat digunakan seperti

kekuatan internal keluarga yang mencakup sistem pendukung keluarga,

sumber perawatan mandiri keluarga, dan dukungan komuntas dan

lingkungan fisik.

2.3.4 Intervensi

Intervensi keperawatan keluarga dibangun berdasarkan pengkajian keluarga,

Diagnosis keperawatan keluarga, perencanaan, kekuatan keluarga, dan

strategi intervensi alternatif dan sumber yang telah teridentifikasi

(Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Intervensi keperawatan keluarga

dibuat khusus untuk keluarga kelolaan secara spesifik,bukan suatu hal yang

rutin dilakukan, juga bukan hal acak, ataupun hal yang telah

terstandar.Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas

kesehatan keluarga menurut yaitu (Maglaya, et all., 2009):

25

Universitas Indonesia

Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

Menstimulasi keluarga untuk memutuskan untuk melakukan perawatan

yang tepat dengan cara mengidentifikasi akibat dari tidak melakukan

perawatan terhadap masalah yang dihadapi

Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan

alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber

yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan

dengan seoptimal mungkin.

Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada di

lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang ada.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk masalah gizi kurang pada balita

adalah terutama dengan peningkatan pengetahuan orang tua dan keluarga.

Peningkatan pengetahuan dapat berimbas pada sikap dan perilaku orang tua

dalam pemenuhan gizi balita.Pengetahuan mengenai gizi balita yang dapat

diberikan kepada orang tua mencakup porsi makan, frekuensi makan, dan

jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita termasuk jenis makanan

selingan (Nur’aeni, 2008).

2.3.4.1 Pemilihan dan PengolahanSelingan Sehat untuk Mengatasi Gizi

Kurang pada Balita

Faktor yang menjadi pengaruh utama dalam pemenuhan gizi balita adalah

konsumsi zat gizi. Pemenuhan zat gizi dapat dilakukan dengan pemberian

26

Universitas Indonesia

ASI eksklusif (untuk anak sampai usia 6 bulan), setelah mencapai 6 bulan,

anak mengkonsumsi ASI ditambah dengan makanan pendamping ASI,

kemudian anak mulai diberikan makanan sehari-hari. Prinsip pemberian

makan adalah sesuai porsi dan mencukupi gizi yang diperlukan tubuh.

Menurut Wong (2008), pemberian makan untuk balita lebih

mementingkan kualitas dibandingkan dengan kuantitas sehingga dapat

dikatakan bahwa apa yang jenis makanan yang dikonsumsi balita lebih

penting dibandingkan dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi.

Penyebab mendasar dari masalah kurang gizi ialah ketidakcukupan dan

ketidakseimbangan pasokan gizi terutama energi dan protein (FKM UI,

2010).Makanan selingan perlu diberikan kepada balita terutama jika porsi

makanutama yang dikonsumsi belum mencukupi zat gizi yang dibutuhkan

balita. Pemberian makanan selingan tidak bolehberlebihan karena akan

mengakibatkan berkurangnya nafsu makan akibat terlalukenyang makan

makanan selingan. Pemilihan makanan selingan disesuaikan

denganfungsinya yaitu mencukupi asupan nutrisi yang mungkin kurang

pada saat pemberian makan pagi, siang, dan sore, memperkenalkan aneka

ragam jenis makanan yang terdapat dalam makanan selingan, mengatasi

anak yang sulit makan nasi, mencukupi kebutuhan kalori terutama pada

anak yang banyak melakukan aktivitas (FKM UI, 2010).

Menurut penelitian Fitriyani (2009), pemberian makanan cemilan

merupakan salah satu prinsip pemberian makan yang dapat dilakukan oleh

keluarga dan merupakan tindakan yang sesuai sebagai cara mengatasi gizi

kurang pada balita. Pemberian makanan selingan juga harus

memperhatikan kandungan gizi yang terkandung didalamnya.Soenardi

(2008) mengatakan bahwa selingan untuk balita lebih baik dibuat sendiri

oleh ibu dirumah, makanan jajanan yang dibeli diluaran lebih banyak

mengandung bahan-bahan yang tidak baik untuk anak sehingga efek yang

diberikan kebalikan dari pemenuhan gizi balita. Untuk dapat memberi

27

Universitas Indonesia

secara tepat, ibu harus tahu makanan selingan apa yang dapat diberikan

untuk balitanya.

Makanan selingan yang diberikan secara tepat jenis, tepat pengolahan dan

waktu merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan gizi balita.

Jenis makanan selingan sehat yang ideal untuk balita merupakan makanan

yang dibuat sendiri oleh Ibu dirumah.Makanan selingan yang sehat

mengandung bahan-bahan makanan mudah dicerna yang mengandung zat

gizi yang sesuai untuk balita (Thompson, 2003).Waktu pemberian

makanan selingan menurut Thompson (2003) adalah diantara waktu

makan yaitu sebanyak 3 kali dalam sehari.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi pada keperawatan keluarga dilakukan berdasarkan kriteria hasil

yang telah ditetapkan sebelumnya.Perawat melakukan perbandingan antara

hasil implementasi dengan perencanaan yang telah dibuat.Tahapan evaluasi

dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan

selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah

evaluasi akhir. (Friedman, Bowden, & Jones,2003). Evaluasi formatif

disusun menggunakan SOAP dimana:

S : ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secarasubyektif oleh

keluarga setelah diberikan implementasikeperawatan.

O : keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawatmenggunakan

pengamatan yang obyektif.

A : merupakan analisis perawat setelah mengetahui responsubyektif dan

obyektif.

P : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

Evluasi sumatif merupakan evaluasi yag dilakukan setelah semua aktivitas

proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan untuk

menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah

diberikan.Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah

28

Universitas Indonesia

melakukan wawancara pada akhir asuhan keperawatan untuk menanyakan

respon klien dan keluarga terkait asuhan keperawatan (Asmadi, 2005).

Terdapat tiga kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian

tujuan keperawatan, antara lain:

Tujuan Tercapai: jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan

standar yang telah ditentukan

Tujuan tercapai sebagian: jika klien menunjukkan perubahan pada

sebagian krteria yang telah ditetapkan

Tujuan tidak tercapai: jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan

dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.

Selain dengan evaluasi formatif dan sumatif, keberhasilan intervensi

keperawatan juga dapat dinilai dengan peningkatan tingkat kemandirian

keluarga.Menurut Depkes RI (2006 dalam Efendi, dkk. 2009) kemandirian

keluarga dibagi menjadi empat tingkatan yang dibagi berdasarkan

kemampuan keluarga memenuhi kriteria kemandirian. Adapun kriteria

kemandirian keluarga antara lain:

1. Menerima petugas perawatan kesehatan

2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan

rencana keperawatan

3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan dengan benar

4. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran

5. Melakukan perawatan sederhana yang dianjurkan

6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif

7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif

Tingkat kemandirian keluarga dibagi menjadi empat tingakatan. Keluarga

yang dapat memenuhi kriteria kemandirian 1 dan 2 dikategorikan pada

tingkat kemandirian I. Keluarga yang dapat memenuhi kriteria 1 hingga 5

dikategorikan pada tingkat kemandirian II. Pemenuhan kriteria 1 hingga 6

oleh keluarga dimasukkan kedalam tingkat kemandirian III.Keluarga yang

dapat memenuhi seluruh kriteria kemandirian masuk dalam tingkat

29

Universitas Indonesia

kemandirian IV, yang merupakan tingkat kemandirian paling tinggi.

Diharapkan setelah dilakukan intervensi keperawatan terhadap keluarga,

tingkat kemandirian keluarga dapat meningkat dari sebelumnya (Depkes,

2006).

30 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Data Fokus Pengkajian Keluarga

Keluarga Bapak B (42 tahun) dan Ibu I (41 tahun)memiliki tiga orang anak

yaitu An F (21 tahun) An H (15 tahun) dan An. K (30 bulan). Bapak B

merupakan anak pertama dari dua bersaudara, sementara Ibu I merupakan

anak ketiga dari tiga bersaudara.Keluarga Bapak B merupakan warga asli

Cisalak Pasar, Bapak B dan Ibu I telah tinggal didaerah RW 07 sejak muda.

Bapak B dan Ibu I berasal dari suku betawi dan menganut agama Islam,

menurut Ibu I tidak ada pantangan mengenai makanan menurut kepercayaan

sukunya, tetapi memiliki kebiasaan dari keluarganya yaitu senang

mengkonsumsi ikan asin.Keluarga Bp. B sempat tinggal di RT. 01 RW.07

bersama keluarga Ibu I. kemudian pindah ke RT. 02. Saat ini dalam satu

rumah hanya tinggal Bapak B, Ibu I, Anak F, Anak H, dan Anak K sehingga

keluarga ini merupakan tipe nuclear family atau keluarga inti.

Saat ini Bapak Bbekerja sebagai buruh pabrik elektronik, sedangkan Ibu I

merupakan ibu rumah tangga yang sehari-hari mengerjakan pekerjaan rumah

dan mengurus anak. Penghasilan Bapak B, menurut Ibu I cukup untuk sehari-

hari namun tidak berlebihan.Dalam sebulan penghasilan Bapak B± 2 juta

rupiah. Selain Bapak B, Anak F juga telah bekerja semenjak lulus SMA.

Menurut Ibu I setiap bulannya anak F memberikan ± 300 ribu kepada Ibu I

yang biasa digunakan untuk keperluan keluarga.Ibu I mengatakan sering

dibantu keluarganya dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari bila tidak

memiliki uang.Untuk makanan sehari-hari Ibu I selalu berbelanja di tukang

sayur dekat rumah dan memasak sendiri, menurut Ibu I dengan begitu dapat

lebih hemat, Bapak B juga selalu pulang kerumah setiap jam istirahat makan

siang untuk makan siang.

Keluarga Bapak B berada dalam tahap tumbuh kembang dewasa awal, dimana

tahap perkembangan yang belum terpenuhi adalah memperluas keluarga inti

31

Universitas indonesia

menjadi keluarga besar karena anak F belum menikah, sehingga keluarga juga

belum dapat menerapkan tugas perkembangan berperan sebagai suami-istri,

kakek ataupun nenek. Ayah dari Ibu I memiliki riwayat hipertensi dan

meninggal dunia karena stroke. Keluarga Bp B tidak memiliki riwayat

penyakit turunan.Ibu I dan Bapak B bertemu di Cisalak Pasar karena rumah

mereka tidak terlalu jauh.

Ibu I membawa anak K setiap bulannya ke posyandu secara rutin. Hasil

pengukuran BB An Kpada bulan Mei adalah 10 kg, melalui kartu KMS An K

berada pada garis kuning dan termasuk dalam kategori gizi kurang. Hasil

pengukuran yang dilakukan perawat, TB anak I yaitu 82 cm dan lingkar

lengan 13 cm. Bila dilihat menurut tabel antropometri, lingkar lengan

dibandingkan dengan umur, anak K termasuk diantara -3 SD dan -2 SD yang

berarti kurang, berat badan dibandingkan dengan umur termasuk diantara – 3

SD dan -2 SD atau gizi kurang, dan panjang badan dibandingkan dengan

umur, termasuk diantara -3 SD dan -2 SD yang berarti pendek. Ibu I

mengatakan berat badan anaknya sulit naik, sekalinya naik beberapa bulan

akan turun kembali. Ibu I mengeluhkan anak K sering memilih milih

makanan, bila sudah suka satu makanan hanya mau makan itu itu saja.Anak K

jarang makan lauk pauk, biasanya meminta makan nasi dengan sop saja.Jika

meminta jajanan terkadang Ibu I tidak dapat menolak dan memberikan kapan

saja dan sesuai dengan kemauan anak sehingga terkadang jajanan tidak sehat

dan makanan utama tidak termakan.Ibu I juga mengeluhkan Anak K sering

mengalami sariawan, dan bila sedang mengalami sariawan nafsu makan Anak

K menurun drastis sehingga berat badannya biasanya turun.

Menurut Ibu I, anak K sehari hari tidak sulit makan, kecuali ketika sedang

sakit. Dalam sehari, Anak I makan nasi 3 kali sekali makan 3-6 sendok nasi

beserta sayur. Diantara makan, Anak K sering meminta jajanan, antara lain

makanan ringan kemasan yang berbumbu, teh dalam gelas, permen, dan

jajanan yang dijual oleh tukang jualan yang lewat didepan rumah seperti

cuangki dan cilok. Ibu tampak mengikuti kemauan anaknya dan membelikan

32

Universitas indonesia

jajanan-jajanan yang ada di sekitar rumah.Seringnya anak K mengkonsumsi

permen dan minuman manis menyebabkan gigi anak K tampak kehitaman. Ibu

I mengatakan anaknya susah diajak menggosok gigi, anak K selalu menolak

untuk menggosok gigi sehingga Ibu I lama kelamaan tidak pernah mencoba

menggosok gigi atau melakukan perawatan mulut untuk anak K.

Anak K saat ini sedang dalam proses penyapihan, selama ini anak K masih

minum ASI, dan tidak mau meminum susu formula kecuali susu kotak atau

susu kental manis. Ibu I mengatakan Anak K terkadang masih merengek

meminta ASI kepada ibunya sehingga terkadang masih diberikan. Menurut

Ibu I, ASI nya masih ada. Ibu I mengatakan hanya terkadang memberikan

susu kental manis kepada anaknya.

Anak K terlihat aktif, sering bermain dengan anak-anak sebayanya yang

tinggal di lingkungan rumahnya.Anak K mudah bergaul, tampak ceria dan

sangat dekat dengan Ibunya.Ibu I mengatakan Anak K dekat dengan kakak

keduanya yaitu An. H, sehari-hari sering bermain dengan An. H bila

dirumah.Ibu I mengatakan anak K juga dekat dengan Bapak S walaupun

sehari-hari Bapak S bekerja dan sering pulang malam.Ibu I juga sering

membawa anaknya berkumpul bersama tetangga-tetangganya, keluarga Bapak

S tampak dekat dengan masyarakat sekitar. Keluarga saling merawat satu

sama lain saat anggota keluarga mengalami masalah kesehatan. Menurut Ibu I

ketika anak K sakit seluruh anggota keluarga ikut mengurusi anak K. Keluarga

pada saat pengkajian menyatakan bahwa anaknya berada di garis kuning pada

KMS, tetapi merasa tidak ada masalah pada anak K, keluarga belum mengerti

apa itu gizi seimbang dan bagaimana melakukan perawatan pada anak gizi

kurang, keluarga juga belum mengerti modifikasi lingkungan apa yang dapat

dilakukan dalam pemberian makan untuk anak dengan gizi kurang. Keluarga

mengatakan rutin membawa anak K ke posyandu setiap bulannya sehingga

berat badan anak K selalu terpantau, ketika anak K sakit keluarga biasa

memberikan obat warung atau obat tradisional.

33

Universitas indonesia

3.2. Diagnosis Keperawatan

Data-data yang didapatkan saat pengkajian menjadi dasar data untuk

menegakkan diagnosa keperawatan. Berdasarkan data-data maladaptif,

perawat menegakkan dua diagnosis yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh pada anak K, dan kerusakan gigi pada anak K. Perawat

bersama dengan keluarga kemudian melakukan skoring prioritas masalah yang

akan diselesaikan bersama. Skoring prioritas masalah menghasilkan masalah

utama yang akan diatasi adalah masalah nutrisi pada anak K yaitu diagnosa

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak K.

3.3 Perencanaan

Perawat melakukan perencanaan intervensi keperawatan yang akan

dilakukan bersama dengan keluarga Bapak B berdasarkan lima fungsi

keluarga. Tujuan umum dari intervensi yaitu keluarga dapat memenuhi

kebutuhan nutrisi anak K, diharapkan dapat dicapai dalam waktu 5x45 menit

pertemuan perawat dengan keluarga. Tujuan khusus pertama yang

direncanakan adalah keluarga mampu mengenal masalah kesehatan yang ada

pada keluarga yaitu gizi kurang. Pencapaian tujuan pertama direncanakan

dicapai dengan keluarga dapat menjelaskan mengenai pengertian gizi kurang,

menjelaskan pengertian gizi kurang, menjelaskan penyebab gizi kurang,

menjelaskan 4 dari 6 tanda dan gejala gizi kurang serta mengidentifikasi

tanda dan gejala gizi kurang yang ada pada anggota keluarga.

Tujuan khusus kedua yaitu keluarga memutuskan untuk merawat keluarga

dengan masalah gizi kurang.Tujuan kedua ini dicapai dengan kriteria

keluarga mampu menyebutkan 3 dari 5 akibat dari gizi kurang dan keluarga

menyatakan kesediaan untuk melakukan perawatan kepada anggota keluarga

dengan gizi kurang.Diharapkan keluarga menjadi lebih termotivasi dan

berkomitmen untuk melakukan perawatan pada anggota keuarga dengan gizi

kurang.

34

Universitas indonesia

Tujuan khusus ketiga yaitu agar keluarga memiliki kemampuan untuk

melakukan perawatan sederhana kepada anggota keluarga yang mengalami

gizi kurang. Perawat menyusun perencanaan untuk mencapai tujuan ini

dengan berbagai macam perawatan sederhana yang dapat dilakukan oleh

keluarga sehingga keluarga mampu menyebutkan cara pencegahan gizi

kurang, menyebutkan 3 dari 4 cara mengatasi masalah gizi kurang,

menyebutkan pengertian selingan sehat, menyebutkan 2 dari 3 manfaat

selingan sehat, menyebutkan 3 contoh selingan sehat yang dapat diberikan

untuk anak K, menyebutkan cara pengolahan bahan makanan yang baik, dan

menyebutkan porsi makan sehari untuk anak usia 30 bulan. Selain secara

kognitif, keluarga diharapkan juga mampu mendemonstrasikan pemilahan

makanan berdasarkan triguna makanan, mendemonstrasikan pembuatan

selingan sehat, mendemonstrasikan cara pengolahan bahan makanan yang

baik, dan mendemonstrasikan cara menyusun menu untuk anak usia 30

bulan.

Tujuan khusus keempat dan kelima disusun agar keluarga mampu melakukan

modifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

untuk merawat anggota keluarga dengan gizi kurang. Modifikasi lingkungan

dicapai dengan keluarga mampu menyebutkan 3 dari 4 cara modfikasi

lingkungan yang dapat dilakukan keluarga serta tampak melakukan

modifikasi lingkungan tersebut. Pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan

dicapai dengan keluarga mampu menyebutkan fasilitas pelayanan kesehatan

yang dapat dijangkau oleh keluarga, menyebutkan 3 dari 5 manfaat

mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan, menyebutkan kapan balita harus

dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan serta keluarga mengunjungi fasilitas

kesehatan.

3.4 Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya.Perawat mendiskusikan bersama kelurga mengenai pengertian,

penyebab dan tanda dan gejala gizi kurang agar keluarga mengenal masalah

35

Universitas indonesia

kesehatan yang ada dalam keluarga.Penjelasan yang dilakukan oleh perawat

menggunakan media lembar balik, dan metode berupa diskusi Perawat

selanjutnya memotivasi keluarga untuk melaukan identifikasi tanda dan

gejala gizi kurang yang terdapat pada anak K sesuai dengan tanda dan gejala

yang dijelaskan sebelumnya.Setelah berdiskusi dan keluarga melakukan

identifikasi, perawat melakukan evaluasi objektif dan juga subjektif terhadap

pemahaman keluarga mengenai penjelasan perawat dan apakah kriteria hasil

yang disusun dalam perencaanaan sudah dapat dicapai atau belum.

Implementasi yang dilakukan untuk tujuan khusus kedua yaitu keluarga

memutuskan untuk merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurag

dilakukan dengan mendiskusikan mengenai akibat gizi kurang.Perawat

melakukan penjelasan mengenai akibat gizi kurang dengan lembar balik

kemudian keluarga boleh menambahkan atau menanyakan jika ada

penjelasan yang kurang dimengerti.Perawat menanyakan kepada keluarga

mengenai kemauan keluarga untuk merawat anak K yang mengalami

masalah gizi kurang.Perawat juga memotivasi keluarga untuk menyanggupi

melakukan perawatan untuk mencegah akibat yang dapat terjadi karena gizi

kurang.

Tujuan khusus ketiga dicapai dengan melakukan perawatan sederhana yang

dapat dilakukan secara mandiri oleh keluarga dirumah. Perawat pertama

tama mendiskusikan bersama keluarga cara-cara pencegahan gizi kurang,

kemudian mendiskusikan bersama keluarga cara pemilihan bahan makanan

berdasarkan triguna makanan, mendiskusikan cara mengolah bahan

makanan yang baik, mendiskusikan bersama keluarga pengertian, kriteria,

dan cara memilih selingan sehat untuk balita, mendiskusikan bersama

keluarga akibat dari selingan tidak sehat bagi balita, mendiskusikan bersama

keluarga contoh selingan sehat dan tidak sehat bagi balita, mendiskusikan

bersama keluarga porsi makan sehari untuk balita. Perawat menggunakan

media lembar balik untuk menjelaskan, kemudian memberikan waktu untuk

keluarga menambahkan atau bertanya bila ada penjelasan yang kurang

36

Universitas indonesia

jelas.Setelah tercapai secara kognitif, perawat melakukan demonstrasi untuk

melakukan perawatan sederhana. Demonstrasi yang dilakukan perawat

antara lain demonstrasi pengolahan contoh lauk sehat untuk balita yaitu

nugget sayur, cara memilah makanan berdasarkan triguna makanan,

demonstrasi cara pengolahan makanan yang baik, demonstrasi pembuatan

salah satu contoh selingan sehat yaitu puding tinggi karbohidrat tinggi

protein, dan demonstrasi penyusunan menu untuk balita. Setelah

demonstrasi perawat memotivasi keluarga untuk melakukan redemonstrasi

kemudian melakukan evaluasi baik subjektif maupun objektif mengenai

pemahaman keluarga.

Tujuan khusus keempat yaitu modifikasi lingkungan dicapai dengan

mendiskusikan bersama keluarga cara modifikasi lingkungan dan juga

modifikasi perilaku yang dapat dilakukan keluarga untuk pemberian makan

balita. Perawat memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada keluarga

dengan media lembar balik kemudian memberi kesempatan untuk keluarga

bertanya atau menambahkan. Perawat juga member motivasi kepada

keluarga untuk melakukan modifikasi tersebut dan mengidentifikasi

bersama-sama modifikasi apa yang tepat untuk anak K. Perawat kemudian

mengevaluasi kembali pemahaman keluarga.

Tujuan khusus kelima yaitu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

dilakukan dengan mendiskusikan bersama keluarga fasilitas pelayanan

kesehatan yang dapat dijangkau keluarga. Perawat lebih memberikan

kesempatan bagi keluarga untuk mengidentifikasi sendiri pelayanan

kesehatan apa yang dapat dijangkau oleh keluarga menurut jarak tempuh dan

ekonomi keluarga. Perawat juga menjelaskan mengenai manfaat yang

didapat dari berkunjung ke pelayanan kesehatan, dan menjelaskan waktu-

waktu untuk membawa anak K ke pelayanan kesehatan.Media yang

digunakan perawat adalah lembar balik dan keluarga diberi kesempatan

untuk menambahkan atau bertanya.Pada akhir pertemuan perawat

37

Universitas indonesia

mengevaluasi kembali pemahaman keluarga dan apakah tujuan telah

tercapai sesuai dengan kriteria hasil pada perencanaan.

Intervensi yang merupakan intervensi inovasi dari mahasiswa adalah

pemilihan dan pengolahan selingan sehat.Intervensi ini dilakukan selama 1 x

45 menit dengan metode diskusi dan demonstrasi.Media yang digunakan

perawat adalah lembar balik, leaflet, bahan makanan dan alat

masak.Penjelasan dilakukan mengenai definisi, ciri, dan contoh selingan

sehat sedangkan demonstrasi dan redemonstrasi mengenai pembuatan salah

satu selingan sehat yaitu pudding tinggi karbohidrat tinggi protein.

3.5 Evaluasi

Selama tujuh minggu melakukan asuhan keperawatan, mahasiswa melakukan

12 kali pertemuan dengan keluarga yang terdiri dari 4 pertemuan tahap

pengkajian, dan 8 pertemuan untuk melakukan implementasi. Implementasi

untuk diagnosa pertama dilakukan selama 5 kali pertemuan.Setelah

implementasi selesai dilaksanakan sesuai dengan rencana intervensi perawat

melakukan evaluasi untuk mengetahui tercapai atau tidak tujuan yang telah

ditetapkan oleh perawat sebelumnya.

3.5.1 Evaluasi Formatif

3.5.1.1 Evaluasi Subjektif

Keluarga telah menyatakan mengerti mengenai gizi seimbang, dan gizi

kurang pada balita.Keluarga juga mengatakan merasa terbantu dengan

kehadiran perawat, dan keluarga mengatakan tanda gizi kurang yang

terdapat pada anak K adalah berada di garis kuning pada KMS dan mudah

sakit.Keluarga mengatakan akan merawat anak K dengan gizi kurang

untuk mencegah terjadinya masalah yang lebih rumit lagi. Ibu I

mengatakan akan memasak makanan untuk anak K berbagai macam menu

sesuai dengan triguna makanan. Ibu I juga mengatakan bahwa akan

mengatur makanan selingan untuk anak K, setelah mengerti pentingnya

selingan Ibu I mengatakan akan memulai memasak makanan selingan

38

Universitas indonesia

sendiri seperti bubur kacang hijau dan puding. Ibu I juga mengatakan

kepada anak K untuk tidak makan jajanan sembarangan, anak K

menyatakan suka dengan selingan yang dibuat. Saat ini menurut Ibu I

jajanan yang berpengawet dan mengandung penyedap rasa sudah jarang

diberikan kepada anak K, walaupun tidak memasak selingan sendiri

namun Ibu I membeli mkanan selingan yang bergizi seperti bubur kacang

hijau, biskuit, dan susu kedelai.Ibu I mengatakan sudah melakukan

modifikasi pemberian makan seperti memberi makan sambil bercerita,

memakai alat makan dengan gambar-gambar, dan memberi makan sedikit

tetapi sering.Ibu I mengatakan akan terus membawa anak K ke posyandu

setiap bulannya untuk memantau berat badan anak K dan status gizinya.

Ibu I menyatakan anak K dalam sebulan ini sudah jarang sakit dan tampak

lebih gemuk.

3.5.1.2 Evaluasi Objektif

Pada setiap perawat melakukan implementasi, keluarga tampak antusias

dan selalu menyambut baik kehadiran perawat.Keluarga Bapak S terlibat

aktif dalam diskusi terutama Ibu I. Keluarga telah dapat menyebutkan

kembali pengertian, penyebab dan tanda gejala gizi kurang.Keluarga dapat

menyebutkan kembali 3 dari 5 akibat gizi kurang dan tampak setuju untuk

melakukan perawatan.Keluarga dapat menyebutkan kembali 3 dari 4 cara

melakukan perawatan sederhana pada balita dengan gizi kurang. Keluarga

tampak aktif dalam melakukan redemonstrasi setiap demonstrasi yang

dilakukan perawat.Ibu telah memberikan makan anak sesuai triguna

makanan, saat kunjungan perawat mengobservasi bahwa Ibu memberikan

anak nasi, sayur bayam, ayam goreng, dan buah pisang. Setelah intervensi,

anak K tampak selalu menghabiskan makanannya sesuai porsi karena

pemberian makanan utama tidak berdekatan dengan makanan selingan.

Anak K tampak lahap menghabiskan selingan sehat yang dibuat ibu saat

implementasi sehingga membuat Ibu I semakin semangat untuk terus

melanjutkan pemberian selingan sehat. Pada penimbangan posyandu bulan

berikutnya, yaitu tanggal 10 Juni 2013 didapatkan data bahwa anak K

39

Universitas indonesia

mengalami peningkatan berat badan sebanyak 8 ons menjadi 10,8 kg

dimana menurut BB/U anak K telah masuk kedalam kategori gizi baik.

3.5.1.3 Analisis Hasil

Kemampuan yang terobservasi atau yang dilaporkan oleh keluarga

dijadikan dasar oleh perawat untuk menyimpulkan bahwa tujuan yang

telah ditetapkan perawat baik TUK 1 hingga TUK 5 telah tercapai.Masalah

gizi kurang pada anak K juga telah teratasi ditunjukkan dengan

peningkatan berat badan sehingga saat ini anak K masuk kedalam kategori

gizi baik.

3.5.1.4 Planning

Untuk tindak lanjut perawat telah memotivasi keluarga untuk meneruskan

perilaku sehat dan perawatan kepada anak K sesuai dengan pengetahuan

yang telah dimiliki keluarga. Keluarga diharapkan melakukan penyusunan

jadwal makan mingguan yang termasuk didalamnya jadwal pemberian

selingan dan jenis selingan untuk anak K.

3.5.2 Evaluasi Sumatif

Asuhan keperawatan yang dilakuakan perawat terhadap keluarga Bapak B

juga dinilai dengan evaluasi sumatif yang dilakukan pada akhir asuhan

keperawatan ketika seluruh intervensi selesai dilaksanakan.Hasil evaluasi

menunjukkan bahwa keluarga Bapak B telah dapat mengerti,

menyebutkan, dan aktif dalam melakukan apa yang telah diajarkan

perawat pada saat tahap implementasi sehingga dapat disimpulkan bahwa

tujuan asuhan keperawatan telah tercapai.

3.5.3 Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga

Sebelum dilakukan intervensi keperawatan, keluarga Bapak B berada pada

tingkat kemandirian I, dimana keluarga dapat menerima kehadiran perawat

dan mau mengikuti proses asuhan keperawatan yang dirancanakan namun

belum menyatakan masalah gizi yang dialami oleh anak K. Setelah

40

Universitas indonesia

dilakukan intervensi keperawatan, tingkat kemandirian keluarga Bapak B

meningkat menjadi tingkat kemandirian III. Tingkat kemandirian ini

tercermin dengan mampunya keluarga mengidentifikasi dan menyatakan

masalah kesehatan pada anak K yaitu masalah gizi kurang dan kerusakan

gigi, membawa anak K ke posyandu pada hari penimbangan dan

berkonsultasi dengan perawat mengenai gizi anak K, keluarga juga sudah

menerapkan pearawatan sederhana yang diajarkan perawat terutama dalam

hal memilih dan mengolah selingan sehat untuk anak K, selain itu keluarga

juga sesudah dapat melakukan tindakan pencegahan dengan melakukan

pemantauan kesehatan anak K dan melakukan modifikasi lingkungan yang

tepat untuk pemberian makan pada balita termasuk mengenai kebersihan

makanan dan memperhatikan kandungan gizi dalam setiap makanannya

termasuk makanan selingan.

41 Universitas Indonesia

BAB 4

ANALISIS SITUASI

4.1 Profil Lahan Praktik

Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan dari kecamatan

Cimanggis Kota Depok.Wilayah Cisalak Pasar berbatasan langsung dengan

kelurahan mekarsari dan DKI Jakarta di bagian Utara, berbatasan dengan

kelurahan Harjamukti di bagian Timur, berbatasan dengan Kelurahan Curug

dan Tapos di bagian Selatan, dan berbatasan dengan Kelurahan Sukmajaya di

bagian Barat. Kelurahan ini memiliki 8 rukun warga (RW), menurut sekertaris

kelurahan, RW 08 merupakan kompleks perumahan yang mayoritas dihuni

oleh warga dengan status ekonomi menengah keatas sedangkan 7 RW lainnya

merupakan kampung yang mayoritas stautus ekonomi warganya adalah

menengah kebawah. Berdasarkan rekapitulasi registrasi penduduk kelurahan

Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok pada bulan Desember 2012, RW 07

memiliki jumlah penduduk 2248 jiwa yang terdiri dari 1243 jiwa laki-laki dan

1005 jiwa perempuan.Mayoritas memiliki tingkat pendidikan Sekolah

Menengah Atas (SMA), beragama Islam, dan berasal dari suku Jawa. Warga

mayoritas bekerja sebagai karyawan swasta, adapun pekerjaan lainnya seperti

buruh, wiraswasta, PNS, penarik ojek yang memiliki pendapatan > Rp

1.000.000.

Kelurahan Cisalak Pasar belum memiliki puskesmas kelurahan, sehingga

fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dapat dijangkau oleh

warganya adalah puskesmas kecamatan Cimanggis yang berjarak kurang lebih

1,5 km dari kelurahan Cisalak Pasar. Terdapat satu pasar di kelurahan ini yang

terletak di RW 04 dan jaraknya dekat dengan rumah warga.Menurut hasil

pengkajian mahasiswa residen spesialis komunitas FIK UI, didapatkan bahwa

masalah gizi kurang pada balita paling banyak terjadi di RW 07 dengan

kejadian masalah gizi sebanyak 13 balita, 8 diantaranya menderita gizi kurang,

dan 5 balita mengalami gizi buruk.

42

Pemukiman warga di RW 07 tampak padat, mayoritas merupakan rumah

pribadi, dan merupakan bangunan permanen.Terdapat beberapa rumah

kontrakan satu pintu yang seluruhnya dihuni oleh warga pendatang. Sebagian

besar memiliki halaman depan atau teras walaupun tidak luas. Padatnya

perumahan, dan wilayah yang tidak terlalu luas, mengakibatkan pencahayaan

sinar matahari tidak masuk pada sebagian besar rumah.Tempat pembuangan

sampah umum tidak terlihat dan mayoritas masyarakat tidak memiliki tempat

pembuangan sampah permanen di depan rumah, biasanya hanya menggunakan

kardus atau plastik yang selanjutnya diangkut oleh petugas kebersihan yang

dikelola oleh RW. Terdapat juga warga yang membakar sampah dedaunan

yang berserakan di halaman atau di pinggir jalan. Di beberapa tanah kosong

masih juga dijumpai tumpukan sampah yang sengaja di tumpuk Keadaan got

di sekitar rumah di sekitar RW 07 khususnya RT 02, 03, 04 dan 07 mengalir

lancar dan sistemnya menggunakan sistem terbuka, tetapi ada juga gotyang

tersumbat akibat sampah dedaunan yang mengalir yang biasanya terjadi bila

hujan lebat. Air mengalir dengan lancar dan jernih, warga kebanyakan

mendapatkan air dari sumur di rumah-rumah.

Wilayah RW 07 termasuk salah satu RW terbesar di Cisalak Pasar, untuk

mencapai RW 07 melewati jalan raya yang telah diaspal dan cukup luas dapat

dilewati dua kendaraan roda empat.Jalan kecil atau gang menuju perumahan

warga hanya dapat dilewati 1 kendaraan roda dua dan terbuat dari semen dan

terdapat beberapa jalan yang rusak dan berlubang.Di RT 02 terdapat daerah

tempat penampungan barang bekas yang tampak bertumpuk, becek dan

berbau.. Banyaknya kendaraan yang lewat juga menyebabkan banyak asap di

RW 07.Sumber-sumber bagi warga RW 07 untuk mendapatkan kebutuhan

sehari-hari sangat memadai. Di setiap RT terdapat tukang sayur yang

berjualan, banyak warung makanan yang menjual makanan jadi, juga terdapat

warung-warung yang menjual kebutuhan pokok dan makanan ringan, selain

itu juga banyak penjaja makanan yang berkeliling melewati wilayah RW 07,

dan juga RW 07 dekat dengan pasar cisalak kurang lebih jarak ke pasar 1 km.

43

Fasilitas pelayanan kesehatan yang biasa digunakan oleh warga RW 07 antara

lain puskesmas kecamatan Cimanggis, praktik bidan, posyandu dan posbindu.

Posyandu dan posbindu diselenggarakan satu bulan sekali di RW 07.Posbindu

RW 07 hanya terdapat satu dan biasa dilaksanakan di RT 07.Posyandu dibagi

menjadi tiga posyandu karena banyaknya jumlah balita di RW 07, posyandu

dibagi menjadi flamboyan 1, flamboyan 2, dan flamboyan 3. Tidak semua

warga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada, kebanyakan

hanya meminum obat warung ketika mengalami masalah kesehatan dengan

alasan malas, dan keluhan dapat hilang dengan obat warung,

Posyandu flamboyan I mengelola balita yang ada di RT 01 RW 07 Kelurahan

Cisalak Pasar. Setiap bulannya rata-rata 60 balita datang berkunjung ke

posyandu ini. Posyandu dilakukan setiap tanggal 11, kecuali jika tanggal

tersebut jatuh di hari Minggu atau tanggal merah, maka akan dimajukan ke

hari berikutnya. Posyandu flamboyan I diadakan di salah satu rumah kader RT

01 dengan luas 2m x 1,5m. Lahan posyandu yang terbatas dan cenderung

sempit menjadikan pelaksanaan system 5 meja tidak dapat berlangsung

optimal. Meja 4 tidak dilakukan fungsinya oleh kader sedangkan pada meja 5

tidak diisi oleh petugas kesehatan.Kader di RT 01 ada sebanyak 5 orang,

termasuk Ibu RT. Makanan tambahan yang disediakan adalah sosis cepat saji,

wafer, dan biskuit. Rata-rata balita di posyandu sering mengalami sakit

batuk,pilek, dan diare, dan terkait masalah nutrisi, beberapa diantaranya

mengalami kesulitan makan dan gizi buruk, serta gangguan pertumbuhan dan

perkembangan. Terdapat 1 balita yang telah mendapatkan perawatan saat ada

mahasiswa yang praktik dan telah dirujuk ke puskesmas, namun orang tua

tidak melakukan yang disarankan dan perawatan pun berhenti ketika tidak ada

mahasiswa praktik yang mengelola keluarga tersebut. Penilaian status gizi

yang dilakukan di posyandu inimenghasilkan data 3 balita memiliki status gizi

buruk, 4 balita overweight, dan 5 balita memiliki status gizi kurang.

Posyandu flamboyan 2 mencakup balita yang berada di RT 3, 4, 5, 6, dan 7.

Walaupun RT yang dicakup lebih banyak, rata-rata balita yang hadir saat

44

posyandu setiap bulannya sama dengan falmboyan 1 yaitu sebanyak 60 balita.

Posyandu dilakukan setiap tanggal 19, tetapi apabila bertepatan dengan

tanggal merah atau hari minggu, waktunya akan dimajukan sehari. Flamboyan

2 memiliki tempat sendiri yang cukup luas untuk pengoperasian 5 meja

posyandu, tetapi meja 4 untuk penyuluhan tidak pernah ada kecuali jika ada

mahasiswa yang sedang praktik di wilayah RW 07. Petugas kesehatan yang

jarang hadir saat pelaksanaan posyandu menyebabkan pelaksanaan meja 5

menjadi jarang dilakukan.Kader di posyandu ini ada sekitar 6 termasuk ibu

RT. Makan tambahan yang disediakan beragam seperti telur rebus, bubur,

biskuit, dan susu. Rata-rata balita di poyandu sering sakit batuk, pilek, dan

diare. Menurut kader, ada 1 balita yang berat badannya tidak pernah naik, dari

kader sendiri sudah menyarankan untuk mengunjungi puskesmas tetapi orang

tua tidak pernah melakukan apa yang disarankan. Hasil pengkajian yang

didapat saat pelaksanaan posyandu bulan Mei yang dilakukan pada hari sabtu

18 Mei 2013 pada pukul 8.30 – 10.40 WIB. Balita yang datang berjumlah 54

orang, dengan 29 perempuan dan 25 laki-laki. Dari penilaian statu gizi

didapatkan data 1 balita berada di bawah garis merah, 1 balita overweight, dan

sisanya gizi baik. Makanan tambahan yang diberikan adalah susu kotak untuk

setiap balita yang datang.

Posyandu flamboyan 3 yang membawahi pemeriksaan balita di RT 02 RW 07

biasa diadakan setiap tanggal 17 setiap bulannya. Kader yang bertugas di

posyandu ini berjumlah 5 orang, setiap posyandu biasa dihadiri 3 hingga 5

kader. Kader mengatakan tidak memiliki data lengkap mengenai jumlah balita

dan usia balita di RT tersebut, kader hanya mengetahui berdasarkan

pengunjung posyandu dan berdasarkan balita yang mereka kenal. Menurut

kader jumlah balita yang biasa hadir setiap posyandu sekitar 40 hingga 50

balita, sedangkan jumah balita seluruhnya kurang lebih 60. Pelayanan yang

dilakukan di posyandu ini antara lain, penimbangan, pengisian KMS,

pemberian makanan tambahan, dan pemberian vitamin A setiap 6 bulan.

Pengukuran panjang badan atau tinggi badan hanya dilakukan saat pemberian

vitamin A, dan berdasarkan wawancara dengan kader, penyuluhan hanya

45

kadang-kadang dilakukan, penyuluhan baru dilakukan apabila kader hadir

seluruhnya saat posyandu.. Makananan tambahan yang diberikan bergantian

antara bubur kacang hijau, telur rebus atau susu, kader mengatakan biasa

memasak sendiri makanan tambahan yang diberikan saat posyandu. Menurut

kader penyakit yang sering diderita balita di RT 02 RW 07 antara lain batuk,

pilek, diare, dan terdapat 1 balita yang sering mengalami kejang demam. Bila

balita sakit biasa dibawa ke praktik Bidan atau puskesmas Mekarsari yang

lebih dekat dari RW 07.Berdasarkan observasi yang dilakukan pada

pelaksanaan posyandu di bulan Mei, didapatkan data jumlah balita yang

berkunjung sebanyak 51 balita. Berdasarkan table pada kartu KMS terdapat 1

balita obesitas, 4 balita overweight, 3 balita dalam garis kuning atau resiko

gizi kurang, dan 3 balita berada dibawah garis merah atau kurang gizi.

Makanan tambahan yang diberikan berupa bubur kacang hijau. Timbangan

yang digunakan hanya timbangan dewasa dan timbangan bayi, tanpa

timbangan dacin.

Kader mengatakan belum pernah diadakan penyuluhan mengenai gizi kurang

kepada kader maupun kepada warga RW 07.Kader juga mengatakan tidak

terlalu mengenal program-program gizi yang ada di puskesmas.Warga tampak

semangat bertanya kepada mahasiswa mengenai gizi balita saat diadakan

posyandu.Kader aktif mengarahkan mahasiswa kepada balita-balita dengan

gizi kurang atau balita yang membutuhkan perhatian khusus untuk masalah

kesehatannya.Keluarga mayoritas menerima kehadiran mahasiswa maupun

petugas kesehatan yang berkunjung.Mayoritas keluarga koperatif dalam

memberikan data masalah kesehatan dan tampak antusias bertanya mengenai

masalah kesehatan pada balita.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan dengan Konsep dan Teori terkait KKMP

Wilayah perkotaan merupakan wilayah dengan perkembangan yang pesat dan

kepadatan penduduk yang tinggi.Kepadatan penduduk yang tinggi dapat

dilihat dari keadaan di RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar yang memiliki jumlah

penduduk 2248 jiwa.Mayoritas pekerjaan penduduknya adalah karyawan

46

swasta, buruh, atau wiraswasta dengan penghasilan > 1.000.000.Tidak jarang

warganya juga memiliki pendapatan dibawah Upah Minimum Regional

(UMR).Pendapatan yang terkadang tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-

hari menyebabkan warganya lebih memilih untuk memperhatikan harga

daripada nilai gizi saat memilih bahan makanan.Keadaaan ini tercermin pada

keluarga kelolaan mahasiswa yaitu keluarga Bapak B.

Keluarga Bapak B (44 tahun) dalam pemenuhan makan sehari-hari lebih

memilih makanan yang praktis dan murah sesuai dengan ekonomi

keluarga.Makanan praktis merupakan makanan yang pengolahannya tidak

membutuhkan waktu yang lama.Keadaan ini membuat keluarga Bapak B

sering makan jajanan yang dijajakan disekitar rumah, karena menurut keluarga

Bapak B jajanan ini murah dan juga cukup mengenyangkan.Banyaknya

warung dan penjaja makanan cepat saji di sekitar rumah juga memperparah

kondisi ini.Keluarga, terutama anak K sering mengkonsumsi makanan yang

dijajakan disekitar rumah seperti cuangki, cilok, atau teh dalam

kemasan.Bahan makanan yang bervariasi dan mudah didapat tidak terlalu

mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan keluarga Bapak B. Menurut Ibu

I, dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi keluarga dirinya lebih memilih

makanan yang harganya terjangkau dan sesuai selera keluarga.

Kondisi yang dijabarkan diatas sesuai dengan teori yang dikemukanan

olehArgenti (2000), yang menyatakan pemenuhan nutrisi pada masyarakat

perkotaan mengalami beberapa konsekuensi akibat perkembangan perkotaan

yang sangat pesat.Salah satu konsekuensi yang dikemukakan adalah

berubahnya pola konsumsi dan perilaku pembelian makan dimana masyarakat

perkotaan lebih memilih untuk membeli makanan cepat saji atau membeli

makanan jadi tanpa memperhatikan kualitas bahan yang digunakan. Kondisi

bahan makanan yang secara kuantitas tersedia dan mudah diakses bagi

keluarga sesuai denganteori yang dikemukakan oleh Anonim (2009) bahwa

masyarakat perkotaan memiliki akses yang mudah untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari termasuk kebutuhan akan bahan makanan. Namun,

47

Hitchcock (1999) menyatakan daerah perkotaan memiliki harga bahan

makanan yang lebih tinggi, menyebabkan masyarakat dengan ekonomi lemah

mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Masalah nutrisi yang terjadi dalam keluarga diselesaikan dengan melakukan

asuhan keperawatan keluarga dengan pendekatan model Family Centered

Nursing (Friedman, Bowden, & Jones, 2003). Tahap pengkajian di lakukan

selama 3 kali pertemuan, pada pertemuan awal, mahasiswa melakukan

pengkajian wawancara mengenai masalah-masalah kesehatan yang dirasakan

oleh keluarga, masalah yang dialami masa lalu juga yang dirasakan saat ini.

Dua kali pengkajian berikutnya digunakan untuk melengkapi data baik data

mengenai keluarga maupun individu dalam keluarga dengan wawancara,

observasi, mendengarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan menggunakan

instrumen pengkajian. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh

Friedman, Bowden, dan Jones(2003) bahwa data pengkajian dapat diperoleh

dari wawancara, data objektif yang teramati dan terukur oleh perawat, dan

data subjektif yang dilaporkan oleh keluarga. Pengkajian awal mendapatkan

data bahwa anak K mengalami gizi kurang, keluarga belum menyadari bahwa

anak K mengalami gizi kurang, memberikan makan tidak berdasarkan triguna

makanan, memberikan selingan yang tidak sehat, dan tidak memiliki jadwal

makan untuk anak K.

Diagnosa yang ditegakkan untuk masalah kesehatan keluarga yang terkaji

adalah Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada anak K

dan kerusakan gigi pada anak K. Diagnosa ditegakkan berdasarkan definisi

dan batasan karakteristik pada NANDA (2012). Skoring prioritas masalah dan

perencanaan intervensi keperawatan disetujui bersama dengan keluarga dalam

1 kali pertemuan selama 45 menit. Skoring prioritas masalah dilakukan

bersama keluarga dengan mempertimbangkan sifat masalah, kemungkinan

masalah dapat diubah, potensi masalah untuk dicegah, dan menonjolnya

masalah berdasarkan teori dari Friedman, Bowden, dan Jones(2003).

Keluarga dan perawat mendapatkan hasil bahwa masalah utama yang akan

48

diatasi adalah masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan

tubuh pada anak K. Keluarga menyetujui perencanaan yang dibuat perawat

bahwa masalah akan diselesaikan dalam 5 kali pertemuan selama 45 menit.

Intervensi keperawatan yang dilakukan keluarga dilakukan berdasarkan 5

tugas kesehatan keluarga berdasarkan teori dari Maglaya, et all. (2009) yaitu

mengenal masalah, memutuskan untuk merawat, melakukan perawatan

sederhana , melakukan modifikasi lingkungan, dan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan. Pertemuan pertama dilakukan agar keluarga dapat

mengenal masalah, memutuskan untuk merawat, dan melakukan satu

perawatan sederhana yaitu pemilahan makanan berdasarkan triguna makanan.

Keluarga yang sebelumnya belum menyadari bahwa anak K mengalami gizi

kurang kemudian menyadari masalah pada anak K berdasarkan tanda dan

gejala gizi kurang. Pertemuan kedua keluarga diajarkan cara mengolah

makanan dengan baik. Pada pertemuan kedua terobservasi keluarga telah

menerapkan pemberian makan berdasarkan triguna makanan seperti yang

diajarkan sebelumnya. Pertemuan ketiga keluarga mempelajari cara perawatan

pemilihan dan pengolahan selingan sehat untuk balita. Pertemuan keempat

keluarga mempelajari cara penyusunan menu seimbang untuk balita dan

keluarga telah membuat jadwal makan anak untuk seminggu agar pola makan

anak lebih teratur dan tidak berdekatan antara pemberian makanan utama dan

makanan selingan. Cara-cara perawatan sederhana yang diajarkan perawat

sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Nur’aeni (2008), bahwa

pengetahuan gizi balita yang dapat diberikan kepada orang tua mencakup

porsi makan, frekuensi makan, dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh balita

termasuk jenis makanan selingannya. Pertemuan kelima keluarga

mendapatkan penjelasan mengenai modifikasi lingkungan yang dapat

dilakukan dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.

Evaluasi dilakukan secara formatif, sumatif, dan evaluasi tingkat kemandirian.

Evaluasi formatif dengan menggunakan format SOAP yaitu Subjektif,

Objektif, Analisis, dan Planning dilakukan pada setiap pertemuan. Evaluasi

49

sumatif dilakukan pada akhir asuhan keperawatan setelah seluruh perencanaan

dilakukan, evaluasi sumatif dilakukan bersamaan dengan evaluasi tingkat

kemandirian. Hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Asmadi

(2005) bahwa evalluasi sumatif dilakukan setelah seluruh aktivitas proses

keperawatan selesai dilakukan.

4.3 Analisis Intervensi Pemilihan dan Pengolahan Selingan Sehat dengan

Konsep dan Penelitian Terkait

Makanan selingan sehat merupakan makanan selingan yang diberikan secara

tepat, baik tepat waktu pemberian, tepat jenis, dan tepat cara pengolahan.

Pemberian makanan selingan yang tepat bagi balita dapat dilakukan oleh Ibu

dengan pengetahuan yang memadai mengenai selingan.Mahasiswa

melakukan intervensi mengenai pemilihan dan pengolahan cemilan sehat

pada keluarga Bapak B untuk mengatasi masalah gizi kurang pada anak K

(30 bulan) yang selalu mengkonsumsi jajanan yang dibeli dari warung atau

penjaja makanan disekitar rumah.

Intervensi yang dilakukan mahasiswa dengan mendiskusikan dengan

keluarga pengertian selingan sehat dan manfaat selingan sehat. Perawat

memberikan contoh selingan sehat yang dapat diberikan kepada anak K

seperti bubur kacang hijau, kue atau roti, dan puding atau agar-agar, perawat

kemudian memotivasi keluarga untuk membuat sendiri selingan untuk anak

K. Demonstrasi pembuatan selingan sehat dilakukan dengan membuat puding

tinggi karbihidrat dan tinggi protein, kemudian Ibu melakukan redemonstrasi

pembuatan puding tinggi karbohidrat tinggi protein tersebut. Setelah

dilakukan intervensi, mahasiswa terus mengevaluasi perkembangan anak K

dan perilaku pemberian selingan di keluarga.Ibu tampak telah memasak

sendiri makanan selingan untuk anak K seperti bubur kacang hijau dan agar-

agar.Frekuensi anak K mengkonsumsi makanan yang dibeli di warung atau

penjaja makanan menurun dan hampir tidak pernah lagi. Anak K mengalami

kenaikan berat badan sebesar 8 ons setelah 7 minggu mahasiswa melakukan

50

asuhan keperawatan keluarga, dan saat ini anak K termasuk dalam kategori

gizi baik.

Hasil yang didapatkan dari intervensi ini sesuai dengan penelitian dari

Fitriyani (2009) yang menyatakan bahwa pemberian makanan cemilan

merupakan salah satu prinsip pemberian makan yang dapat dilakukan oleh

keluarga dan merupakan tindakan yang sesuai sebagai cara mengatasi gizi

kurang pada balita. Intervensi dengan memotivasi ibu untuk membuat

selingan untuk balitanya juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

.Soenardi (2008) mengatakan bahwa selingan untuk balita lebih baik dibuat

sendiri oleh ibu dirumah, makanan jajanan yang dibeli diluaran lebih banyak

mengandung bahan-bahan yang tidak baik untuk anak sehingga efek yang

diberikan kebalikan dari pemenuhan gizi balita. Dengan motivasi untuk

membuat selingan sendiri, akan mengurangi frekuensi anak mengkonsumsi

jajanan yang banyak mengandung bahan-bahan yang tidak baik bagi tubuh.

Makanan selingan yang diberikan dengan memperhatikan gizi yang

terkandung didalamnya dan waktu pemberiannya dapat menjadi pemecahan

yang tepat untuk pemenuhan kalori balita (FKM UI, 2010).Intervensi ini

dirasa cocok diterapkan pada masyarakat di daerah perkotaan yang menurut

Argenti (2000) lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan praktis tanpa

memperhatikan kandungannya.Peningkatan pengetahuan mengenai fungsi

selingan bagi balita yang dialami oleh Ibu,akan membuat ibu akan berpikir

dua kali untuk memberikan makanan praktis bagi balita yang banyak

dijajakan di sekitar lingkungan rumah.

4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan

Mahasiswa menganjurkan adanya tindak lanjut dari petugas kesehatan yang

bertugas di RW 07 termasuk kader posyandu.Kader posyandu harus dapat

menjadi role model dalam perilaku hidup sehat untuk pemenuhan gizi balita.

Salah satu cara dengan menjadikan selingan sehat yang diolah sendiri sebagai

makanan tambahan pada saat posyandu. Diharapkan, dengan cara tersebut

51

dapat memberikan contoh langsung kepada masyarakat makanan selingan

yang mudah pengolahannya dan juga sehat bagi balita. Cara ini sudah

diterapkan pada posyandu flamboyan 1, 2, dan 3 pada pelaksanaan posyandu

di bulan Juni 2013. Keluarga juga dapat mengkombinasikan antara jadwal dan

menu makan yang dibuat perminggu dengan jadwal pemberian selingan,

dengan cara ini diharapkan pola makan anak lebih teratur dan sesuai

kebutuhan. Perawat komunitas dapat menjadikan selingan sehat sebagai salah

satu upaya mengatasi gizi kurang pada balita dengan melakukan pembekalan

cara membuat balita tertarik dengan makanan selingan yang diolah sendiri

dirumah.

52 Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Kawasan perkotaan merupakan wilayah yang mengalami perkembangan

secara pesat. Pembangunan dan perkembangan yang dialami oleh wilayah

perkotaan memiliki dampak baik bagi lingkungan fisik perkotaan dan juga

bagi masyarakat perkotaan. Salah satu dampak yang dapat terjadi adalah

dalam hal pemenuhan nutrisi masyarakat perkotaan. Sebagai kelompok umur

yang merupakan konsumen pasif dalam keluarga, balita menjadi kelompok

usia yang beresiko mengalami masalah pemenuhan nutrisi. Daerah perkotaan

yang juga terkena dampak pemenuhan nutrisi dalam perkotaan adalah Kota

Depok dimana salah satu kecamatan dengan angka gizi buruk terbanyak

adalah Kecamatan Cimanggis yang mencakup Kelurahan Curug dan

Kelurahan Cisalak Pasar.

Mahasiswa, yang mengaplikasikan teori dan konsep keperawatan komunitas

melakukan asuhan keperawatan komunitas dan keluarga pada salah satu RW

yang merupakan kantong balita gizi buruk di Kelurahan Cisalak Pasar, yaitu

RW 07. Keluarga yang dikelola oleh mahasiswa adalah keluarga Bapak B

dengan masalah gizi kurang pada balita yaitu anak K. Asuhan keperawatan

yang dilakukan meenggunakan pendekatan model Family Centered

Nursing.Pengkajian dilakukan dengan metode observasi, wawancara, dan

pemeriksaan fisik dilakukan selama 4 kali pertemuan.

Anak K yang berusia 30 bulan termasuk dalam kategori gizi kurang

berdasarkan tabel NCHS. Perencanaan intervensi dilakukan bersama keluarga

setelah masalah teridentifikasi dan disepakati akan menyelesaikan bersama

masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada anak K

selama 5 kali pertemuan intervensi. Intervensi yang dilakukan antara lain

memilah makanan berdasarkan triguna makanan, pengolahan makanan

bergizi, cara pengolahan bahan makanan yang baik, menentukan porsi makan

53

Universitas Indonesia

untuk balita, dan pemilihan dan pengolahan selingan sehat. Intervensi yang

menjadi intervensi unggulan oleh mahasiswa adalah pemilihan dan

pengolahan selingan sehat.

Hasil evaluasi yang didapatkan oleh mahasiswa, keluarga telah dapat mengerti

mengenai pengertian gizi kurang, penyebab gizi kurang, tanda dan gejala gizi

kurang, menyatakan bahwa anak K mengalami masalah gizi kurang. Keluarga

juga sudah mengerti dan dapat mendemonstrasikan kembali cara-cara

perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gizi kurang pada anak di

rumah. Modifikasi lingkungan juga telah dilakukan keluarga untuk pemberian

makan pada anak, dan keluarga telah mengerti manfaat pelayanan kesehatan

dan pelayanan kesehatan apa saja yang dapat dicapai oleh keluarga. Tingkat

kemandirian keluarga meningkat dari tingkat I menjadi tingkat III. Anak K

mengalami kenaikan berat badan sebanyak 8 ons setelah 6 minggu pertemuan,

dan saat ini termasuk dalam kategori gizi baik.

5.2 Saran

Berdasarkan proses dan hasil dari asuhan keperawatan yang telah dilakukan

ini, mahasiswa dapat memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat

membantu dalam penelitian selanjutnya, atau penerapan asuhan bagi balita

gizi kurang

5.2.1Puskesmas

Puskesmas disarankan agar dapat memberikan perhatian khusus pada

keadaan gizi balita di Kelurahan Cisalak Pasar. Puskesmas juga dapat

berperan aktif di masyarakat dengan memberikan motivasi dan pendidikan

kesehatan kepada keluarga untuk mengatasi atau mencegah gizi kurang pada

balita.

5.2.1 Keluarga dengan Balita

Keluarga disarankan untuk lebih meningkatkan pengetahuan mengenai gizi

kurang pada balita dan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gizi

54

Universitas Indonesia

kurang terutama dengan menggunakan selingan sehat. Mahasiswa juga

menyarankan agar keluarga mengawasi makanan apa saja yang dikonsumsi

balitanya, atau keluarga dapat membuat jadwal menu makan yang

terintegrasi dengan jadwal pemberian selingan agar pola makan anak lebih

terkontrol dan adekuat.

5.2.3 Perawat

Penulis menyarankan agar perawat komunitas terus mengembangkan

pengetahuan dan inovasi-inovasi untuk mengatasi gizi kurang pada balita

khususnya di wilayah perkotaan.

55 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, S. (2010). Waspadai gizi balita anda. Jakarta: Gramedia

Allender, J. A., Rector, C., Warner, K. D. (2010). Community health nursing:promoting & protecting the public’s health. Philadelphia : LippincottWilliams & Wilkins.

Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anonim. (2009). Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. 21 Juni 2013.Universitas Gunadarma. http://elearning.gunadarma.ac.id

Argenti, O. (2000). Feeding the cities: food supply and distributions. AchievingUrban Food and Nutrition Security in the Developing World,5 (10). 23 Juni 2013.http://www.ifpri.org/sites/default/files/pubs/2020/focus/focus03/focus03_05.pdf

Asmadi. (2005). Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC

Brown, J., et all. (2011). Nutrition through the life cycle (4th ed). Belmont:Wadsworth.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). (2009). Megapolitan-paparan bappenas. 21 Juni 2013.http://www.ipdn.ac.id/arikel/paparan_bappenas.pdf

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. (2010). Gizi danKesehatan Masyarakat. Jakarta: Grafindo

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.(2011). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2010. BadanPerencanaan dan Penelitian Kesehatan. http://www.litbang.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.(2010). Keputusan menteri kesehatan nomor 908/Menkes/SK VIII/2010tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan keluarga. Jakarta.http://www.yanmedik.depkes.go.id.

Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.(2003), Panduan umum gizi seimbang (panduan untuk petugas). Jakarta:Departemen Kesehatan.

Effendi, F., dkk. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas teori dan praktikdalam keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

56

Universitas Indonesia

Fitriyani, Poppy. (2009). Studi fenomenologi pengalaman keluarga memenuhikebutuhan nutrisi balita gizi kurang di Kelurahan Pancoran Mas Depok,.Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan

Friedman, MM., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2003). Family nursing : research,theory and practice. (4th ed). California: Appleton and Lange.

Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas, S. (1999). Community health nursing:caring in action. Delmar Publishers. International Thomson PublishingCompany.

Irianto, D. P. (2006). Pedoman gizi lengkap keluarga dan olahragawan.Yogyakarta: Andi

Iswanto, J. (2010). Konsep kesehatan perkotaan. 21 Juni 2013.http://www.slideshare.net/alunand350/konsep-kesehatan-perkotaan

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Keputusan menteri kesehatan republikindonesia tentang standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta:Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat BinaGizi

Lawson, L., Peate, I. (2009). Essential nursing care: a workbook for clinicalpractice. West Sussex: John Wiley & Sons

Maglaya, A. S., et all. (2009). Nursing practice in the community. (5th ed).Philippine : Argonauta Corporation.

Mulyaningsih, E. S. (2007). Hubungan antara asupan energi, protein, dan faktorlain dengan status gizi balita (12-59) bulan di Kecamatan Cililin KabupatenBandung tahun 2007. Tesis. Program Studi Pasca Sarjana Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Indonesia. Tidak diterbitkan

NANDA. (2012). Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014.Jakarta: EGC

Nur’aeni. (2008). Hubungan antara asupan energi, protein dan faktor laindengan status gizi baduta (0-23 bulan) di wilayah kerja puskesmas depokjaya tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia. Tidak Diterbitkan

Program Spesialis Keperawatan Komunitas FIK UI. (2013). Lokakarya minikesehatan tingkat kelurahan cisalak pasar. Dipresentaskan saat LokakaryaMini Kesehatan Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok.

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,proses, dan praktik volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.

57

Universitas Indonesia

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,proses, dan praktik volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Safi’I, A. (2008). Gambaran penyelenggaraan pelatihan tatalaksana gizi burukdalam rangka persiapan theurapeutic feeding center di dinas kesehatankota depok jawa barat tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Indonesia. Tidak Dipublikasikan

Soenardi, T. (2008). Variasi makanan balita: kiat atasi masalah makan padaanak. Jakarta: Gramedia

Sumardjito. (2000). Permasalahan perkotaan dan kecenderungan perilakuindividualis penduduknya. Yogyakarta: FPTK IKIP

Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan hati: tantangan yang menyenangkan.Jakarta: Gramedia

Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC

Thompson, J. (2003). Toddlercare: pedoman merawat balita (Novita Jonathan,Penerjemah). Jakarta: Erlangga

UNICEF. (2009). Tracking progress on child and maternal nutrition. New York:United Nations Children’s Fund

UNICEF. (2000). Millenium Development Goals: a Compact among Nations toEnd Human Poverty in 2015. http://mdgs.un.org.

WHO. (1997). WHO global database on child growth and malnutrition. Jenewa:WHO

Wong, D.L, et all. (2002). Buku ajar keperawatan pedriatik, Vol.2 Edisi 6.Jakarta: EGC.

Zega, H. R. (2012). Status gizi balita dan kemiskinan di Indonesia tahun 2010(analisis data sekunder riskesdas 2010). Skripsi. Fakultas KesehatanMasyarakat Universitas Indonesia. Tidak Diterbitkan

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga

PENGKAJIAN KELUARGA

I. Data Umum

1. Nama KK : Bapak B

2. Alamat : RT 02 RW 07 Kelurahan Cisalak Pasar, Kecamatan Cimanggis,

Kota Depok

3. Komposisi Anggota Keluarga

No. Nama Jenis Kelamin HubunganKeluarga

Usia PendidikanTerakhir

1. Bapak B Laki-laki Suami/Ayah 44 tahun STM

2. Ibu I Perempuan Istri/Ibu 43 tahun SMA

3. An. F Laki-laki Anak 21 tahun SMA

4. An. H Laki-laki Anak 15 tahun SMP

5. An. K Perempuan Anak 30 bulan -

Genogram:

-

Ibu I(43)tahun

Bp. B(44tahun)

An. H(15tahun)

An. F(21tahun)

An. K(30Bulan)

Keterangan :- Bapak B (44 tahun) tinggal serumah dengan ibu S (43 tahun), An.

F (21 tahun), An. H (15 tahun), dan an. K (30 bulan). Anak K

mengalami masalah kesehatan gizi kurang dan kerusakan gigi,

sementara Ibu I mengalami riwayat nyeri sendi yang saat ini sudah

tidak dirasakan lagi

- Ayah Ibu I meninggal dunia sekitar 4 bulan yang lalu akibat sakit

jantung koroner.

- Tidak ada penyakit turunan yang teridentifikasi dalam keluarga

4. Tipe Keluarga

Keluarga Bpk B adalah keluarga dengan tipe nuclear family atau

keluarga inti dimana dalam satu rumah hanya terdapat ayah, ibu, dan

juga anak.

5. Suku

Bapak B berasal dari Jawa sedangkan Ibu I merupakan warga asli

Betawi. Kerabat Ibu I banyak tinggal di sekitar rumah keluarga Bapak

B dan kekerabatannya sangat erat terlihat dengan seringnya keluarga

Ibu I berkumpul. Ibu I mengatakan tidak ada kebiasaan khusus

mengenai makanan atau kebiasaann sehari-hari terkait suku keluarga.

6. Agama

Keluarga Bpk B menganut agama Islam. Bpk. B, Ibu I, dan anak H rajin

dalam menjalankan kewajiban dalam beribadah (sholat 5 waktu, puasa

Ramadhan, membaca Al-Qur’an). Menurut Ibu I anak F agak bandel

dalam menjalankan ajaran agama, tetapi keluarga tidak memarahi

karena menurut keluarga anak F sudah dewasa dan semestinya telah

dapat mengatur kehidupannya sendiri. Keluarga juga menghindari

makan makanan yang dilarang oleh agama.

7. Status Sosial Ekonomi

Keluarga Bapak B merupakan keluarga dengan status sosial ekonomi kelas

menengah kebawah. Bapak B saat ini bekerja sebagai buruh pabrik,

dengan penghasilan ± Rp. 2.000.000,- selain dari penghasilan Bapak B

keluarga juga mendapatkan tambahan dari anak F yang telah bekerja

sebagai wiraswasta bersama teman-temannya, menurut Ibu I anak F sering

memberi ± 500.000 dalam sebulan. Fasilitas yang dimiliki keluarga adalah

rumah, dan sepeda motor yang sering digunakan oleh anak F. Selain itu, di

rumah keluarga tampak terdapat televise, kulkas, dan keluarga juga

menggunakan handphone masing-masing untuk berkomunikasi. Anak K

juga memiliki banyak mainan dirumah.

8. Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluarga Bapak B jarang melakukan rekreasi. Menurut Ibu I, rekreasi

yang dilakukan keluarga hanya berjalan-jalan di swalayan dekat rumah.

Pergi ketempat rekreasi paling banyak 3 kali dalam setahun.

II. Riwayat Tumbuh Kembang Keluarga

1. Tahap Perkembangan Keluarga Inti

Keluarga Bapak B merupakan keluarga dewasa awal dengan tugas

perkembangan antara lain: memperluas keluarga inti menjadi keluarga

besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua

memasuki masa tua, membantu anak untuk mandiri di masyarakat, dan

penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah

mengembangkan keluarga menjadi keluarga besar karena anak tertua

keluarga ini yaitu anak F belum menikah

3. Riwayat Keluarga Inti

Bapak B dan Ibu I bertemu di daerah Cisalak Pasar, saat Bapak B sedang

merantau dari Jawa. Ibu I sudah tinggal di daerah Cisalak Pasar semenjak

kecil. Bapak B dan Ibu I sempat berpacaran namun tidak lama kemudian

memutuskan untuk menikah. Ibu I sempat menderita nyeri sendi kurang

lebih 6 bulan lalu, saat itu Ibu I samapi tidak dapat menggerakkan

badannya. Menurut Ibu I dirinya dicurigai menderita chikungunya, namun

ia tidak melakukan pemeriksaan lanjutan karena takut. Ia hanya dirawat

dirumah, beristirahat dan meminum obat dari bidan. Saat ini Ibu I

mengatakan dirinya sudah sembuh total.

4. Riwayat Keluarga Sebelumnya

Ibu I mengatakan ayahnya meninggal dunia karena penyakit jantung

koroner, namun tidak menderita hipertensi maupun DM. Keluarga Bapak

B juga tidak ada yang menderita hipertensi ataupun DM. Menurut Ibu I,

anak H saat kecil juga berbadan kurus, namun tidak pernah bermasalah.

III. Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Tipe rumah Bpk B adalah bangunan permanen dengan status

kepemilikan sendiri. Rumah Bpk B memiliki 4 ruangan, yaitu dua

kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi. Kamar

mandi keluarga menggunakan model toilet jongkok. Rumah Bpk B juga

memiliki teras di bagian depan rumah yang tidak terlalu luas, biasa

digunakan untuk memarkir motor atau untuk duduk duduk. Tidak ada

lahan sisa disamping rumah, rumah keluarga Bapak B berbatasan

langsung dengan rumah keluarganya. Lantai rumah terbuat peluran

semen. Ventilasi udara dan sinar matahari masuk melalui pintu depan,

jendela depan yang selalu dibuka hingga malam hari, menurut anak F

lingkungan rumahnya aman walaupun pintu dan jendela terbuka.

Keluarga tidak memiliki ruang makan khusus, saat makan biasanya

menggunakan ruang tamu yang sekaligus berfungsi sebagai ruang

keluarga, sedangkan saat member makan untuk anak K Ibu I biasa

berjalan-jalan di sekitar lingkungan rumah. Sumber air yang digunakan

sehari-hari adalah dari air tanah menggunakan pompa. Saluran

pembuangan air adalah selokan yang mengalir di depan rumah. Tempat

pembuangan sampah adalah tong sampah yang sampahnya diambil oleh

petugas kebersihan setiap dua kali satu minggu, yaitu setiap hari senin

dan kamis.

Denah rumah

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas

RT. 02 RW 07 mayoritas berasal dari suku Betawi. Keluarga Bapak B

banyak mengenal tetangga sekitarnya karena Ibu I tinggal di lingkungan

tersebut semenjak kecil. Keluarga Ibu I juga tinggal tidak jauh dari rumah

Kamartidur

DapurKamarMandi

Ruangtamu

Teras

Ket:

Jendela

Kamartidur

keluarga Bapak B yaitu di RT. 01 RW 07. Masyarakat sekitar sering

berkumpul terutama Ibu-ibunya. Mereka sering berkumpul didekat masjid

RT 01 yang dekat dengan RT 02. Banyak terdapat warung dan penjual

jajanan di seitar rumah.

3. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga bapak B sebelumnya tinggal bersama keluarga Ibu I di RT 01

RW 07 selama ± 19 tahun. Menempati rumah yang saat ini ditempati

selama kurang lebih 2 tahun

4. Perkumpulan Keluarga & Interaksi dengan Masyarakat

Keluarga seringberkumpul di malam hari saat Bapak B dan anak F

telah pulang dari bekerja. Sehari-hari anak K diasuh oleh Ibu I dan

sering diajak bermain bersama kakak keduanya yaitu anak H. Keluarga

selalu makan malam bersama. Ibu I dan anak K sering berkumpul

bersama warga lingkungan sekitar sementara Bapak B kurang aktif

dalam kegiatan di lingkungan rumahnya.

5. Sistem Pendukung Keluarga

Seluruh anggota keluarga Bapak B terdaftar dalam program Jamkesda.

Sementara Bapak B juga terdaftar dalam Jamsostek dari tempat kerjanya.

Ibu I mengatakan keluarga Ibu I sering membantu jika keluarga Bapak B

mengalami kesulitasn dan membutuhkan bantuan terutama dalam hal

pemenuhan kebutuhan sehari-hari

IV. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga

Komunikasi pada keluarga Bpk. B dilakukan secara terbuka. Pada saat

keluarga sedang berkumpul yaitu pada malam hari keluarga selalu

bercerita mengenai apa yang dialami pada hari itu. Jika ada masalah

biasa dikomunikasikan dan dipecahkan bersama-sama. Ibu I

mengatakan Bapak B merupakan orang yang demokratis dan dekat

dengan anak-anaknya karena berkomunikasi dengan baik dan tidak

otoriter.

2. Struktur Kekuatan keluarga

Pengambil keputusan pada keluarga Bpk. B, namun Bapak B masih

mempertimbangkan pendapat dari anggota keluarga walaupun ia yang

memutuskan keputusan akhir.

3. Struktur Peran Keluarga

Bapak B memiliki peran sebagai kepala keluarga, suami Ibu I, dan

merupakan bapak dari ketiga anakya. Bapak B merupakan tulang

punggung keluarga dan pengambil keputusan utama dalam keluarga.

Ibu I memiliki peran sebagai istri Bpk B, dan pengatur rumah tangga.

Ibu I sehari-hari mengurus rumah dan anak.

Anak F sabagai anak tertua dan sebagai pendukung ekonomi keluarga

Anak H sebagai anak kedua, biasanya membantu Ibu I dalam

mengurus adiknya dan mengurus rumah

Anak K sebagai anak bungsu dalam keluarga

4. Nilai dan Norma Keluarga

Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan

nilai dalam agama Islam yang dianutnya serta norma masyarakat di

sekitarnya. Keluarga saling menghormati satu sama lain terutama

menghormati yang lebih tua.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afeksi

Sesama anggota keluarga saling menyanyangi dan saling

memperhatikan kebutuhan masing-masing. Ibu I mengurusi kebutuhan

seluruh anggota keluarga dan saat ada anggota keluarga yang sakit

seluruh anggota keluarga ikut mengurusi. Keluarga Bapak B dekat satu

sama lain, walaupun Bapak B dan anak F sehari-hari bekerja, Ibu I

mengatakan tidak merasa jauh karena selalu berkumpul pada malam

hari. Anak K juga dekat dengan kakak-kakaknya walaupun perbedaan

usia mereka cukup jauh. Anak K sering diajak bermain oleh kakak-

kakaknya, dan dibelikan mainan oleh anak F. Ibu I tampak sangat

menuruti anak K, apa yang diminta anak K akan diberi terutama dalam

makan dan jajan. Anak K setiap hari jajan di warung atau jajan di

penjual jajanan sekitar rumah.

2. Fungsi Sosialisasi

Setiap anggota keluarga berinteraksi baik dengan sesama anggota

keluarga. Anggota keluarga didukung untuk memiliki banyak teman

termasuk Ibu I. Teman-teman anak H dan anak F sering bermain

kerumah keluarga Bapak B. Ibu I juga dekat dengan tetangga-

tetangganya, sering mengikuti kegiatan di lingkungan seperti pengajian

atau arisan.

3. Fungsi Perawatan Keluarga

Anak K mengalami masalah gizi kurang dari hasil penimbangan di

posyandu, Ibu telah mengetahui bahwa berat anaknya kurang berdasarkan

KMS namum tidak menyadari bahwa anaknya mengalami gizi kurang. Ibu

I mengatakan tidak merasa ada masalah pada anak K hanya beratnya

kurang. Ibu I selama ini memasakkan satu jenis lauk untuk makanan

keluarga termasuk anak K. Terkadang anak K tidak makan nasi karena

kenyang dengan jajanan warung dan menurut Ibu I hal ini tidak masalah

yang penting anak K terisi perutnya. Bapak B juga mengatakan yang

penting makan dan kenyang dengan makanan yang tidak mahal. Keluarga

memberikan imunisasi secara lengkap pada anak K, dan membawa anak K

ke posyandu setiap bulannya untuk ditimbang. Ketika sakit, biasanya

anggota keluarga meminum obat warung saja termasuk untuk anak K.

Menurut keluarga dengna meminum obat warung, sakit yang dialami

keluarga sudah dapat diatasi sehingga tidak perlu ke fasilitas pelayanan

kesehatan. Keluarga mau menerima kehadiran perawat dan mau

mendengar penjelasan mengenai perawatan untuk masalah kesehatan

keluarga.

4. Fungsi Ekonomi

Bapak B bekerja sebagai buruh pabrik dan anak F bekerja membantu

usaha temannya. Sumber penghasilan utama keluarga adalah Bapak B

dan Ibu I mengatur keuangan keluarga setiap bulannya.

VI. Stres dan Koping Keluarga

1. Stressor Jangka Pendek

Keluarga merasa anak F seharusnya dapat meneruskan pendidikannya ke

jenjang yang lebih tinggi, namun karena keadaan ekonomi keluarga anak F

harus bekerja. Bapak B mengatakan terkadang merasa sedih namun

melihat anak F yang giat bekerja dirinya merasa sangat terbantu

2. Stressor Jangka Panjang

Ibu I dan Bapak B merasa takut tidak dapat menjag anak K sampai dewasa

karena usia mereka yang sudah tua. Ibu I dan Bapak K merasa harus

menabung untuk anak K karena mereka takut akan meninggalkan anak K

sebelum anak K dewasa

3. Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Masalah

Keluarga saling berkomunikasi dengan baik mengenai apa yang mereka

rasakan

4. Strategi Koping yang Digunakan

Ibu I mengatakan cara mengurangi stress nya adalah dengan bercerita,

mencari kegiatan agar tidak berpikiran yang macam-macam atau

berkumpul bersama tetangganya. Selain itu berkumpul dan bercanda

dengan seluruh anggota keluarga sering dilakukan untuk menghibur diri

5. Strategi Adaptasi Disfungsional

Tidak ada

VII. Harapan Keluarga

Keluarga berharap dengan adanya praktik mahasiswa ilmu keperawatan

keluarga, keluarga dapat mendapatkan informasi tentang kesehatan,

terutama cara-cara untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami

keluarga sehingga dapat tercapai peningkatan kesehatan dalam keluarga.

VIII. Pemeriksaan Fisik

Jenis

Pemeriksaa

n

Bpk B Ibu I Anak H Anak K

Suhu 37ºC 36,8 ºC 37,3 ºC 36,5 ºC

Nadi 80x/menit 82x/menit 76x/menit 94x/menit

RR 20x/menit 18x/menit 20x/menit 26x/menit

TD 120/80

mmHg

100/70

mmHg

120/80

mmHg

-

BB 68 kg 50 kg 55 kg 10 kg

TB 165 cm 153 cm 157 cm 82 cm

Kepala lesi (-),

massa (-)

penyebaran

rambut

merata,

rambut

Lesi (-),

massa (-)

penyebaran

rambut

merata,

rambut

lesi (-),

massa (-)

penyebaran

rambut

merata,

rambut

Lesi (-),

massa (-),

rambut

berwarna

kemerahan,

tipis,

normal, muai

tampak

rambut putih

di beberapa

bagian

rambut

ketombe (-)

berwarna

kehitaman

lebat, tidak

mudah

rontok,

ketombe (-)

berwarna

kehitaman

lebat,

tampak

berminyak,

tidak mudah

rontok,

ketombe (-)

tampak

bersih

persebaran

merata,

tidak mudah

rontok,

tampak

bersih

Mata Anemis (-),

ikterik (-),

diplopia (-),

pupil isokor,

simetris

Anemis (-),

ikterik (-),

diplopia (-),

pupil isokor,

simetris

Anemis (-),

ikterik (-),

diplopia (-),

pupil isokor,

simetris

Anemis (-),

ikterik (-),

diplopia (-),

pupil isokor,

simetris

Telinga Berdengung

(-), simetris,

bersih,

serumen (-)

Berdengung

(-), simetris,

bersih,

serumen (-)

Berdengung

(-), simetris,

bersih,

serumen (-)

Berdengung

(-), simetris,

bersih,

serumen (-)

Hidung Tidak ada

sumbatan,

sekret (-) ,

simetris

Tidak ada

sumbatan,

sekret (-),

simetris

Tidak ada

sumbatan,

sekret (-),

simetris

Tidak ada

sumbatan,

sekret (-),

simetris

Mulut dan

gigi

Mulut

tampak

lembab, gigi

putih, caries

(+), sariawan

(-)

Mulut

tampak

lembab, gigi

putih, caries

(-), sariawan

(-)

Mulut

tampak

lembab, gigi

putih, caries

(-), sariawan

(-)

Mulut

tampak

lembab, gigi

putih, caries

(+), gigi

nampak

coklat

kehitaman

sariawan (+)

Leher Nyeri

tengkuk (-),

pembesaran

kelenjar

getah bening

(-), distensi

vena

jugularis (-)

Nyeri

tengkuk (-),

pembesaran

kelenjar

getah bening

(-), distensi

vena

jugularis (-)

Nyeri

tengkuk (-

),

pembesaran

kelenjar

getah

bening (-),

distensi

vena

jugularis (-)

Nyeri

tengkuk (-

),

pembesaran

kelenjar

getah

bening (-),

distensi

vena

jugularis (-)

Dada/thora

x

Simetris,

ronkhi (-),

wheezing (-),

sesak (-), S1

dan S2

normal,

gallop (-)

Simetris,

ronkhi (-),

wheezing (-),

sesak (-), S1

dan S2

normal,

gallop (-)

Simetris,

ronkhi (-),

wheezing (-

), sesak (-),

S1 dan S2

normal,

gallop (-)

Simetris,

ronkhi (-),

wheezing (-

), sesak (-),

S1 dan S2

normal,

gallop (-)

Abdomen Nyeri tekan

(-), massa (-),

lesi (-),

hepatomegali

(-), bising

usus 10

x/menit

Nyeri tekan

(-), massa (-),

lesi (-),

hepatomegali

(-), bising

usus 8

x/menit

Nyeri tekan

(-), massa (-

), lesi (-),

hepatomega

li (-), bising

usus 12

x/menit

Nyeri tekan

(-), massa (-

), lesi (-),

hepatomega

li (-)

Ekstremita

s

Sianosis (-),

Edema (-),

lesi (-), luka

lama sembuh

(-), rentang

gerak aktif,

tidak ada

keterbatasan

Sianosis (-),

Edema (-),

lesi (-), luka

lama sembuh

(-), rentang

gerak aktif,

tidak ada

keterbatasan

Sianosis (-),

Edema (-),

lesi (-), luka

lama

sembuh (-),

rentang

gerak aktif,

tidak ada

Sianosis (-),

Edema (-),

lesi (-), luka

lama

sembuh (-),

rentang

gerak aktif,

tidak ada

gerak pada

bagian tubuh,

refleks (+),

kekuatan otot

penuh

gerak pada

bagian tubuh,

refleks (+),

kekuatan otot

penuh

keterbatasan

gerak pada

bagian

tubuh,

refleks (+),

kekuatan

otot penuh

keterbatasan

gerak pada

bagian

tubuh,

refleks (+),

kekuatan

otot penuh

Kulit Tampak

bersih, gatal

(-), turgor

baik, warna

sawo

matang,

tampak

kering

Bersih, gatal

(-), turgor

baik, warna

kuning

langsat,

tekstur halus,

lembab

Tampak

bersih, gatal

(-), turgor

baik, warna

sawo

matang,

lembab

Tampak

bersih,

gatal-gatal

(-), lesi (-),

kemerahan

(-), kuning

langsat,

tidak

kusam,

lembab

Kuku Bersih,

sianosis (-),

ada yang

panjang

Bersih,

sianosis (-),

tidak ada

yang panjang

sianosis (-),

tampak

kuku

panjang dan

agak kotor

Bersih,

sianosis (-),

kuku

pendek

Lampiran 2: Analisis Masalah

ANALISIS DATA MASALAH KEPERAWATAN

DATA MASALAH KEPERAWATANDATA SUBJEKTIF:

- Ibu mengatakan anaknya hanya maumakan dengan satu lauk saja

- Ibu mengatakan anaknya sering jajanmakanan ringan di warung dan tukangjualan yang lewat didepan rumahnya

- Ibu mengatakan anaknya susah naikberat badannya dan sering sakit

- Anak K makan nasi dua kali sehari,dengan porsi 3-6 sendok makan danbiasa makan dengan lauk sop ayam danjarang makan buah

- Ibu memasak sendiri, biasanya satulauk dan tidak pernah memasakselingan

- anak K masih sering meminta ASI,walaupun ASI ibunya sudah sedikit,tidak mau minum susu formula, hanyamau susu kotak

- Ibu mengatakan dirinya memberimakan anaknya mengikuti kemauananaknya saja

DATA OBJEKTIF:- BB : 10 kg- TB: 82 cm- Lingkar lengan atas(LiLa): 13 cm

- KMS: Garis kuning- BB/U: Gizi kurang (antara -3SD - -

2SD)- TB/U: Pendek (antara – 3SD - - 2SD)- TB/BB: Normal (-1SD)- LiLa : Kurang (antara – 3 SD- - 2 SD)- Tampak jajan makanan warung dan

jajanan di sekitar rumah seperti cilok,cuangki, teh dalam kemasan

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang darikebutuhan tubuh pada anak K.

DATA SUBJEKTIF:- Ibu mengatakan anak K tidak mau

menggosok gigi

Kerusakan gigi pada anak K

- Ibu mengatakan anak K seringmengalami sariawan

- Ibu mengatakan jika menggosok gigipasta gisi akan ditelan oleh anak K

- Ibu mengatakan tidak melakukankebersihan gigi dan mulut untuk anakK sehari-hari

- Ibu mengatakan anak K suka makanyang manis-manis seperti kue, permen,dan teh

DATA OBJEKTIF:- Gigi anak K tampak kehitaman- Tampak sering mengkonsumsi permen

lollipop dan teh dalam kemasan- Tampak sariawan di mulut anak K

Lampiran 3: Skoring Masalah

SKORING MASALAH KEPERAWATAN

1. ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada anak K

Kriteria Skor AngkaTertinggi

Bobot Perhitungan Pembenaran

Sifatmasalah=kurang sehat

3 3 1 3/3x1= 1 Anak K termasukdalam kategori gizikurang menurut tabelKMS dan juga tabelNCHS

Kemungkinanmasalahuntuk dapatdiubah=DenganMudah

2 2 2 2/2x2= 2 Keluarga antusiasuntuk menanganimasalah, Ibu jugamemasak untuk anakK setiap harinya

Potensimasalahuntuk dapatdicegah=Tinggi

3 3 1 3/3X1= 1 Anak K memilikinafsu makan yangcukup baik, maumemakan yangdiberikan ibunya

Menonjolnyamasalah=Masalahberat, harussegeraditangani

2 2 1 2/2x1= 1 Anak K sering sakitterutama diare danISPA, nutrisi yangadekuat sangatdibutuhkan pada anakK (30 bulan)

Total = 5

2. Kerusakan gigi pada anak K.

Prioritas Masalah Keperawatan:

1. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh pada Anak K2. Kerusakan Gigi pada Anak K

Kriteria Skor AngkaTertinggi

Bobot Perhitungan Pembenaran

Sifatmasalah=kurang sehat

3 3 1 3/3x1= 1 Gigi anak K tampakmenghitam, Ibu tidakmelakukan kebersihangigi untuk anak Ksehari-hari

Kemungkinanmasalahuntuk dapatdiubah=hanyasebagian

1 2 2 1/2x2= 1 Ibu mengatakan anakK sudah terbiasa tidakmenggosok gigi,keluarga juga tidakbiasa menggosok gigisetelah makan dansebelum tidur

Potensimasalahuntuk dapatdicegah=cukup

2 3 1 2/3X1= 2/3 Anak K makanmakanan manishampir setiap hari

Menonjolnyamasalah= adamasalahtetapi tidakperlu segeraditangani

1 2 1 1/2x1= 1/2 Ibu mengatakan gigianak K akan tanggalkarena masih gigisusu sehingga Ibutidak ingin memaksaanak K untukmenggosok gigi

Total = 3 1/6

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGAN GIZI KURANG

No DiagnosaKeperawatan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi KeperawatanJangka Panjang Jangka Pendek Kriteria Standar

1. Gangguanpemenuhankebutuhan nutrisi:kurang darikebutuhan tubuhpada An. K

Setelahdilakukanpertemuansebanyak 4 kalikunjungan,keluarga mampumemenuhikebutuhan nutrisianak K yangditandai denganpeningkatan BB

1. Setelah dilakukanpertemuan Isebanyak 1x45menit, keluargamampu mengenalmasalah kuranggizi.

1.1 Menyebutkandefinisi gizi.

1.2 Menyebutkandefinisi kurang gizi

Respon verbal

Respon verbal

Keluarga menyebutkanGizi yaitu zat-zat yangada di dalam makananyang diperlukan tubuhuntuk kelangsungankehidupannya.

Keluarga menyebutkanKurang gizi adalahsuatu keadaan dimanatubuh tidakmendapatkan zat-zat

a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai pengertiangizi.

b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga mengenai pengertiangizi yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai pengertian gizi denganmenggunakan media flip chart.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulang materiyang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai pengertiankurang gizi.

b. Berikan pujian kepada keluarga tentang

1.3 Menyebutkan tandadan gejala masalahkurang gizi.

1.4 Menyebutkanpenyebab timbulnyamasalahkurang gizi.

Respon verbal

Respon verbal

tubuh tertentu darimakanan.

Anggota keluargamampu menyebutkan 4dari 5 tanda dan gejalakurang gizi, yaitu:a. badan kurus.b. Rambut tipis dan

mudah dicabut.c. Lemah dan pucat.d. Kulit kering dan

kusam.e. Kaki, tangan, dan

sekitar matabengkak.

Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 penyebab kurang

pemahaman keluarga mengenai pengertiankurang gizi yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai pengertian kurang gizi denganmenggunakan media flip chart.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk mengulang materiyang telah dijelaskan.

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.

a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai tanda dangejala kurang gizi.

b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga mengenai tanda dangejala kurang gizi.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai tanda dan gejala kurang gizidengan menggunakan media flip chart

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.

a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai penyebab

1.5 Mengidentifikasianggota keluarga yangmengalami kurang gizi.

Respon verbal

gizi, yaitu:a. makanan yang

masuk ke dalamtubuh kurang darikebutuhan tubuh.

b. Makanan yangmasuk ke dalamtubuh tidakseimbang.

c. Makan tidakteratur.

d. Adanya penyakittertentu.

Keluarga mengatakananak mengalamikurang gizi denganmenyebutkan tanda dangejala tubuh yangkekurangan zat gizi.

kurang gizi.b. Berikan pujian kepada keluarga tentang

pemahaman keluarga mengenai penyebabkurang gizi yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai penyebab timbulnya kurang gizidengan menggunakan media flip chart

d. Berikan kesempatan kepada keluarga untukbertanya tentang materi yang disampaikan

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulang materiyang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Tanyakan kepada keluarga, adakah anggotakeluarga yang mempunyai tanda dan gejalatubuh kekurangan gizi.

b. Berikan reinforcement positif atas apa yangtelah dikemukan keluarga yang tepat danbenar.

2. Setelah dilakukanpertemuan ke 1sebanyak 1x40menit, keluargamampu mengambilkeputusan dalammerawat anggotakeluarga yangmengalami kuranggizi.

2.1Menyebutkanakibat kurang gizi. Respon verbal Anggota keluarga

mampu menyebutkan 2a. Diskusikan bersama keluarga apa yang

diketahui keluarga mengenai akibat

2.2Pengambilankeputusan untukmengatasi anggotakeluarga yangmengalami kuranggizi.

Respon afektif

dari 3 akibat kuranggizi, yaitu:a. gangguan

pertumbuhan.b. Mudah terserang

penyakit.c. Menurunkan daya

pikir/kecerdasan

Keluarga memutuskanuntuk merawat anakyang mengalamikurang gizi.

kurang gizi.b. Berikan pujian kepada keluarga tentang

pemahaman keluarga mengenai akibatkurang gizi.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai kurang gizi denganmenggunakan media flip chart

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

e. Berikan penjelasan ulang terhadapmateri yang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Bantu keluarga untuk mengenal danmenyadari adanya masalah kurang gizisesuai dengan materi yang telahdiberikan.

b. Bantu keluarga untuk memutuskanmerawat anggota keluarga yangmengalami kurang gizi

c. Berikan reinforcement atas keputusanyang telah diambil

3. Setelah dilakukanpertemuan ke 2sebanyak 1x40menit, keluargamampu merawatanggota keluargayang mengalamikurang gizi.

3.1. Menyebutkantriguna makanan.

Respon verbal Keluarga menyebutkankomponen Triguna

a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai triguna

3.2Menyebutkan caramengatasi masalahkurang gizi.

Respon verbal& psikomotor

makanan beserta 2contohnya :1. zat tenaga, sebagai

sumber tenagauntuk beraktivitasdan sumbermakanan pokok(karbohidrat)seperti, nasi, roti,gula, singkong, ubi,dll.

2. Zat pembangun,sebagai pupukuntuk prosesberpikir, terdapatdalam lauk pauk(protein danlemak), sepertiikan, telur, tempe,daging, susu, dll.

3. zat pengatur,sebagai pengaturlalu lintas (polisi)makanan, terdapatdalam buah dansayur (vitamin danmineral) seperti,wortel, jeruk,nanas, bayam,kangkung, dll.

Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 cara mengatasikurang gizi, yaitu:a.makan makanan yang

seimbang (triguna

makanan.b. Berikan pujian kepada keluarga tentang

pemahaman keluarga mengenai trigunamakanan yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai triguna makanan denganmenggunakan media flip chart.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan.

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.

a. Dorong keluarga untuk menceritakan apayang dilakukan untuk meningkatkan beratbadan anak K

b. Diskusikan cara mengatasi kurang giziatau cara untuk meningkatkan berat badananak K

3.3Menyebutkan caramemilih makanan.

3.4 Menyebutkan caramengolah makanan.

Responpsikomotor

Respon verbal& psikomotor

makanan).b.Makanan sesuai

dengan kebutuhanbalita (1200 kkal).

c.Makan yang teratur.d.Menggunakan prinsip

penyajian makanan.

Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 cara memilihmakanan, yaitu:a. harganya terjangkau.b.Nila gizinya baik

atau seimbang.c. Masih segar, tidak

layu, tidak berbaubusuk.

d.Mudah didapat.

Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 cara mengolahmakanan, yaitu:1. sayuran dan buah

dicuci di air yangmengalir terlebihdahulu barudipotong-potong.

2. Sayuran dimasakjangan terlalu lama.

3. Alat-alat masak danmakan dicucibersih.

Cuci tangan sebelummasak dan makan.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara mengatasi kurang gizi ataucara untuk meningkatkan berat badan anakK dengan menggunakan media flip chart.

d. Motivasi keluarga untuk menjelaskankembali materi yang telah disampaikan.

e. Berikan reinforcement terhadapkemampuan yang dicapai oleh keluarga.

a. Dorong keluarga untuk menceritakanbagaimana memilih bahan makanan.

b. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara memilih bahan makanandengan menggunakan media flip chart.

c. Motivasi keluarga untuk menjelaskankembali materi yang telah disampaikan.

d. Berikan reinforcement terhadapkemampuan yang dicapai oleh keluarga.

a. Dorong keluarga untuk menceritakan caramengolah makanan.

b. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara mengolah makanan denganmenggunakan media flip chart.

c. Motivasi keluarga untuk menjelaskankembali materi yang telah disampaikan.

d. Berikan reinforcement terhadapkemampuan yang dicapai oleh keluarga.

3.5Mendemonstrasikancara mengolahmakanan.

3.6 Menyebutkanpengertian selingansehat

Responpsikomotor

Respon Verbal

Mahasiswa dankeluarga mengolahmakanan yangsederhana, yaitumemasak sayur bayam.Caranya sebagaiberikut: Sayuran dicucidi air mengalirkemudian dipotong-potong dan dimasukkansaat air mendidih.Sebelumnya masukkanterlebih dahulu bawangmerah, bawang putih,cabai, garam, dansecukupnya. dandiangkat saat sayurantidak menjadi layu.

Pengertian selingansehat: makananselingan yangdisediakan di sela jammakan balita yangterbuat dari bahanmakanan yang amanyang mengandungkomponen gizi untukmembantu memenuhikebutuhan giziseimbang balita

a. Demonstrasikan cara mengolah makanankepada keluarga.

b. Anjurkan keluarga untukmendemonstrasikan mengolah makananbersama mahasiswa.

c. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya mengenai materi yangdiberikan

d. Motivasi keluarga untukmendemonstrasikan secara mandiri.

e. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai pengertianselingan sehat.

b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga mengenaipengertian selingan sehat yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai pengertian selingan sehatdengan menggunakan media flip chart.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

3.7 Menyebutkanmanfaat selingan sehatuntuk Balita

3.8 Menyebutkan cirimakanan selingansehat

3.9 Menyebutkancontoh selingan sehat

Respon Verbal

Respon Verbal

Respon Verbal

Manfaat selingan sehat:Membantu memenuhikebutuhan nutrisi anakterutama bagi anakyang sulit makan

Anggota keluargamampu menyebutkan 2dari 4 ciri makananselingan sehat, yaitu:1. Aman bagi balita2. Mengandung

komponen gizi3. Dibuat sendiri oleh

ibu dirumah4. Bahan mudah

diperoleh denganharga terjangkau

Keluarga mampumenyebutkan 4 dari 8contoh makananselingan sehat, yaitu:

1. Nagasari2. Bubur sumsum

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Berikan informasi kepada keluargamengenai manfaat selingan sehat denganmenggunakan media flip chart.

b. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

c. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

d. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan

e. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Berikan informasi kepada keluargamengenai ciri selingan sehat denganmenggunakan media flip chart.

b. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

c. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

d. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan

e. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Diskusikan bersama keluarga contohselingan sehat yang diketahui olehkeluarga

b. Beri reinforcement positif untukpemahaman keluarga yang benar

c. Berikan informasi kepada keluarga

3.10 Menyebutkancontoh selingan tidaksehat

3.11 Melakukanredemonstrasipembuatan salah satuselingan sehat yaitupuding tinggikarbohidrat tinggiprotein (TKTP)

Respon Verbal

ResponPsikomotor

3. Bubur kacanghijau

4. Buah5. Bubur gandum6. Susu7. Puding atau

agar8. Roti

Keluarga mampumenyebutkan 2 dari 4contoh selingan tidaksehat yaitu

1. Chiki2. Gorengan3. Minuman

bersoda4. Teh dalam

kemasan

Keluarga mampumelakukanredemonstrasipembuatan pudingtinggi karbohidrattinggi protein

mengenai contoh selingan sehat denganmenggunakan media flip chart.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Diskusikan bersama keluarga contohselingan tidak sehat yang diketahui olehkeluarga

b. Beri reinforcement positif untukpemahaman keluarga yang benar

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai contoh selingan tidak sehatdengan menggunakan media flip chart.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Demonstrasikan cara mengolah pudingTKTP kepada keluarga.

b. Anjurkan keluarga untukmendemonstrasikan mengolah makananbersama mahasiswa.

c. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya mengenai materi yangdiberikan

3.12 menjelaskankecukupan gizi balita(jumlah dan jenismakanan dan jadwalpemberian makan yangdianjurkan),mendemonstrasikanpenyusunan menuharian

Respon Verbaldan ResponPsikomotor

Kecukupan gizi yangdianjurkan adalah zatgizi yang dibutuhkansesuai dengankebutuhan tubuh yaitukarbohidrat, protein,lemak, mineral, sertavitamin. Kebutuhangizi balita:

- Karbohidrat:1300 kal (250grnasi)

- Protein : 150gr(100gr hewanidan 50gr nabati)

- Sayur: 100gr- Buah: 100gr- Susu: 30gr

Jadwal makan:- Pagi hari waktu

sarapan:- Pukul 10

selingan berikansusu

- Pukul 12berikan makansiang

- Pukul 16berikan selingan

- Pukul 18berikan makanmalam

- Sebelum tidur

d. Motivasi keluarga untukmendemonstrasikan secara mandiri.

e. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Diskusikan dengan keluarga tentangpengertian keluarga mengenai kecukupangizi balita

b. Beri reinforcement positif ataspemahaman keluarga yangbenar

c. Jelaskan mengenai kebutuhan gizi seharibalita dengan ukuran rumah tangga

d. Berikan kesempatan bagi keluarga untukbertanya

e. Jelaskan mengenai penyusunan menusehari untuk anak K

f. Bersama keluarga menyusun menu seharian. K

g. Motivasi keluarga untuk membuat menusesuai dengan kebutuhan anak K

h. Beri reinforcement positif terhadap usahakeluarga

malam,tambahkan susu

4. Setelah dilakukanpertemuan ke 3sebanyak 1x40menit, keluargamampumemodifikasilingkungan untukmerawat.

4.1Menyebutkan carapenyajianmakanan.

4.2Menyebutkan caramengatasi anak yangtidak bersedia makan.

Respon verbal& afektif

Respon verbal& afektif

Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 cara menyajikanmakanan, yaitu:a. jenis makanan

bervariasi setiapharinya.

b. Mengkombinasikanjenis makananhewani dan nabati.

c. Perhatikan jadwalmenu makanan.

d. Jumlah makanansesuai dengankebutuhan

Anggota keluargamampu menyebutkan 4dari 5 prinsip caramengatasi anak yangtidak bersedia makan,yaitu:a. jangan dipaksa tapi,

ikuti keinginananak misalnya,

a. Diskusikan bersama keluarga bagaimanacara menyajikan makanan.

b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara menyajikan makanandengan menggunakan media flip chart.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan.

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.

a. Diskusikan bersama keluarga bagaimanacara mengatasi anak yang tidak bersediamakan

b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai cara mengatasi anak yang tidakbersedia makan dengan menggunakanmedia flip chart.

4.3 Memodifikasilingkungan yangmendukung untukmeningkatkan statusgizi balita.

Respon Verbal& afektif

sambil bermain.b. Beri makan sesuai

selera anak Zantidakmembosankan.

c. Jangan memberimakanan yangmanis sebelummakan.

d. Sajikan makanandalam bentukmenarik.

e. Berikan makanandalam porsi keciltapi, sering.

Anggota keluargamampu menyebutkan 3dari 4 lingkungan yangmendukung untukmeningkatkan statusgizi balita, yaitu:a. makan bersama

anggota keluargayang lain.

b. Menggunakan alatmakan yangmenarik.

c. Makan sambilbercerita.

d. Jenis makananbervariasi danmenarik.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan.

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti.

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan.

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.

a. Diskusikan bersama keluarga tentangmodifikasi lingkungan untukmeningkatkan status gizi balita.

b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga yang benar.

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai modifikasi lingkungan untukmeningkatkan status gizi balita denganmenggunakan media flip chart.

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya mengenai materi yangdibahas

e. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dibahas

f. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga.

5. Setelah dilakukanpertemuan 4,selama 1x40 menitkeluarga mampu

menggunakanfasilitas kesehatanyang ada untukmeningkatkan gizibalita.

5.1 Menyebutkanfasilitas pelayanankesehatan yangterdapat disekitarlingkungan tempattinggal terkait denganpeningkatan status gizibalita.

5.2 Menjelaskanmanfaat mengunjungifasilitas pelayanankesehatan sesuaijadwal.

5.3 Mengunjungifasilitas pelayanan

Respon verbal

Respon verbal

Respon afektif

Keluarga dapatmenyebutkan fasilitaskesehatan yang dapatdikunjungi:- Puskesmas- Rumah sakit- Klinik dokter

Keluarga dapatmenyebutkan manfaatkunjungan:- Mendapatkan

pemeriksaankesehatan anak.

- Mendapatkanpenyuluhan ataupendidikankesehatan.

Keluarga rutinmengunjungi pelayanan

a. Diskusikan bersama keluarga mengenaifasilitas kesehatan yang ada disekitartempat tinggal

b. Motivasi keluarga untuk mengulangfasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi

c. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Diskusikan bersama keluarga apa yangdiketahui keluarga mengenai manfaatmengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan

b. Berikan pujian kepada keluarga tentangpemahaman keluarga mengenai manfaattersebut

c. Berikan informasi kepada keluargamengenai manfaat mengunjungi fasilitaspelayanan kesehatan dengan menggunakanmedia flip chart

d. Berikan kesempatan kepada keluargauntuk bertanya tentang materi yangdisampaikan

e. Berikan penjelasan ulang terhadap materiyang belum dimengerti

f. Motivasi keluarga untuk mengulangmateri yang telah dijelaskan

g. Berikan reinforcement positif atas usahakeluarga

a. Motivasi keluarga untuk berkunjung ke

kesehatan kesehatan untukpemeriksaan kesehatananak

fasilitas kesehatan.b. berikan reinforcement positif atas usaha

keluarga untuk menggunakan fasilitaspelayanan kesehatan.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK B DENGAN KARIES GIGI

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan EvaluasiIntervensi

Umum Tujuan khusus Kriteria Standar

Kerusakan gigi

pada An.K

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

dalam waktu

2 minggu

keluarga

dapat

melakukan

oral hygiene

secara

adekuat

Setelah pertemuan 4x

45 menit, keluarga

mampu :

1.Mengenal caries gigi

pada anggota keluarga

dengan :

a. Menjelaskan

pengertian caries

gigi

b. Menyebutkan

penyebab caries

gigi

Respon

Verbal

Verbal

Caries gigi adalah

kerusakan gigi berupa

gigi berlubang karena

lapisan atas gigi (email)

rusak akibat asam yang

terjadi sebagai hasil

pembusukan sisa

makanan.

3 dari 5 Penyebab caries

gigi adalah

1. Malas gosok gigi

2. Menggosok gigi tidak

bersih

Dengan menggunakan lembar balik

1.1.1 Jelaskan pada keluarga tentang pengertian caries

gigi.

1.1.2 Anjurkan keluarga untuk mengungkapkan

kembali pengertian caries gigi

1.1.3 Beri reinforcement positif atas jawaban yang

diberikan keluarga.

1.2.2 Diskusikan dengan keluarga penyebab

terjadinya caries gigi.

1.2.3 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali

penyebab caries gigi.

1.2.4 Jelaskan kembali penyebab caries gigi dengan

c. Menyebutkan

tanda/gejala caries

gigi

2. Keluarga mampu

mengambil

keputusan untuk

merawat caries gigi

pada anggota

Verbal

3. Sering makan

makanan yang manis

seperti permen,

coklat dan es cream.

4. Kuman atau bakteri

5. Sisa makanan di gigi.

3 dari 5 Tanda-tanda

caries gigi :

1. Gigi berlubang dan

berwarna coklat

sampai hitam.

2. Gigi terasa sakit

3. Gusi bengkak dan

berwarna merah

4. Gusi berdarah

5. Nafas bau busuk

bahasa yang lebih sederhana jika keluarga belum

mencapai standar yang ditentukan.

1.2.5 Beri reinforcement positif atas jawaban yang

diberikan kel.

1.3.1 Jelaskan pada keluarga tanda tanda caries gigi.

1.3.2 Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya.

1.3.3 Tanyakan kembali pada keluarga tentang tanda-

tanda caries gigi yang telah di jelaskan.

1.3.4 Jawab setiap pertanyaan yang diajukan keluarga

1.3.5 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.

keluarga :

a.Menjelaskan akibat

caries gigi.

b. Mengambil

keputusan

merawat anggota

keluarga dengan

caries gigi

3. Keluarga mampu

merawat caries gigi

pada anggota

Verbal

Verbal.

Akibat dari caries gigi:

1. Gigi mudah patah

2. Nafsu makan menurun

3. Infeksi mulut dan

anggota badan yang

lain.

4. Menyerang saraf dan

dapat menyebabkan

lumpuh dan

penglihatan kabur.

Ungkapan merawat

caries gigi pada anggota

keluarga.

2.1.1 Beri penjelasan kepada keluarga tentang akibat

caries gigi

2.1.2 Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

2.1.3 Motivasi keluarga mengungkapkan kembali

akibat jika caries gigi tidak ditangani.

2.1.4 Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga.

2.2.1Gali pendapat keluarga bagaimana cara merawat

caries gigi pada anggota keluarga yang telah

dilakukan.

2.2.2Bimbing dan motivasi keluarga untuk

memutuskan merawat caries gigi pada anggota

keluarga dengan tepat.

2.2.3Beri reinforcement positif atas keputusan

keluarga.

keluarga dengan

a. Menjelaskan

cara perawatan

caries gigi

Verbal Menyebutkan 2 dari 4

Cara-cara merawat caries

gigi:

1. Biasakan menggosok

gigi dari kecil.

2. Gosok gigi secara

teratur yaitu setelah

makan, sebelum tidur

3. Kurangi makan

makanan yang

merusak gigi..

4. Makan makanan yang

menyehatkan gigi

(buah, sayur, ikan

laut, daging dan

susu).

Menyebutkan 1 dari 3

cara perawatan keluarga

yang mengalami sakit

gigi akibat karies gigi

1. Kumur-kumur

dengan air garam

hangat.

2. Minum obat

3.1.1 Diskusikan dengan keluarga tentang cara

perawatan anggota keluarga dengan caries gigi.

3.1.2 Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali

apa yang telah disampaikan.

3.1.3 Jelaskan kembali kepada keluarga jika keluarga

belum mampu mengungkapkan sesuai dengan

standar.

3.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan

keluarga.

b. Mendemonstrasikan

cara merawat caries

gigi pada anggota

keluarga.

Verbal dan

Psikomotor

peredaasa sakit

seperti antalgin.

3. segera ke dokter gigi

jika sakitnya tidak

tertangani.

Merawat caries gigi pada

anggota keluarga:

Cara menggosok gigi

yang benar:

1. Pakailah pasta gigi

yang mengandung

fluoride.

2. Gunakan sikat gigi

berbulu halus dan

rata.

3. Berkumur-kumur

sebelum menggosok

gigi.

4. Sikatlah semua

permukaan gigi pada

rahang atas dan

bawah dengan

gerakan memutar

atau gerakan atas

3.2.1 Demonstrasikan cara merawat caries gigi pada

anggota keluarga.

3.2.2 Motivasi keluarga untuk mendemonstrasikan

kembali apa yang telah diajarkan.

3.2.3 Ulangi redemonstrasi jika keluarga masih

memerlukan.

3.2.4 Beri reinforcement positif atas upaya keluarga.

c. Merawat caries gigi

pada anggota

keluarga

4. Keluarga mampu

memodifikasi

lingkungan yang

untuk merawat

Caries gigi.

a. Menyebutkan

modifikasi

lingkungan yang

dalam merawat

Kunjungan

tidak

terencana

Verbal

bawah selama 2

menit.

5. Lakukan masing-

masing permukaan

gigi sebanyak 8

gerakan.

6. Setelah semua

permukaan disikat

kumurlah dengan air

bersih.

Melakukan perawatan

caries gigi

Modifikasi lingkungan

dalam merawat caries

gigi :

1. Setiap anggota

3.3.1 Evaluasi kemampuan keluarga dalam merawat

caries gigi pada anggota keluarga

3.3.2 Beri reinforcement positif atas usaha keluarga.

3.1.1 Diskusikan dengan keluaraga cara memodifikasi

lingkungan untuk merawat caries gigi

3.1.2 Motivasi keluarga untuk mengungkapkan

kembali hal yang telah di diskusikan.

caries gigi.

b. Melakukan

modifikasi

lingkungan untuk

merawat caries

gigi

5. Keluarga mampu

memanfaatkan

fasilitas kesehatan

dan sosial untuk

merawat anggota

keluarga dengan

caries gigi.

a. Menyebutkan

fasilitas

Kunjungan

tidak

terencana

Verbal

keluarga memiliki

sikat gigi sendiri.

2. Mengingatkan anak

untuk sikat gigi

secara teratur.

3. Sikat gigi di simpan

dalam posisi tegak.

4. Periksa gigi setiap 6

bulan sekali.

Melakukan modifikasi

lingkungan merawat

caries gigi.

Menyebutkan 2 dari 4

fasilitas kesehatan dan

3.1.3 Beri kesempatan kepada keluarga untuk bertanya.

3.1.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan

keluarga.

4.2.1 Evaluasi kemampuan keluarga dalam

memodifikasi lingkungan dalam merawat caries

gigi pada anggota keluarga.

4.2.2 Beri reinforcement positf atas perilaku yang

positif yang telah dilakukan keluarga.

5.1.1 Diskusikan jenis-jenis pelayanan kesehatan

yang digunakan keluarga dalam merawat anggota

kesehatan yang

tersedia.

b. Menyebutkan

manfaat fasilitas

kesehatan.

c. Memanfaatkan

fasilitas

kesehatan

Verbal

Pada

kunjungan

tidak

terencana

sosial yang dapat

digunakan keluarga

untuk menangani caries

gigi pada anggota

keluarga

1. Puskesmas

2. Rumah Sakit

3. Dokter praktik

4. Praktik swasta lainnya

Menyebutkan 2 manfaat

fasilitas kesehatan:

1. Memberi informasi/

tentang cara merawat

caries gigi.

2. Memeriksakan karies

gigi

Kunjungan keluarga ke

fasilitas kesehatan/sosial

untuk membawa anggota

merawat caries gigi.

keluarga dengan caries gigi.

5.1.2 Bantu keluarga memilih fasilitas kesehatan

yang akan digunakan.

5.1.3 Beri pujian atas pilihan keluarga.

5.2.1 Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang

manfaat fasilitas kesehatan.

5.2.2 Diskusikan dengan keluarga manfaat fasilitas

kesehatan.

5.2.3 Tanyakan kembali pada keluarga manfaat

fasilitas kesehatan.

5.2.4 Beri pujian atas jawaban yang diberikan

keluarga.

5.3.1 Motivasi keluarga untuk memanfaatkan

fasilitas kes.

5.3.2 Evaluasi penyalahgunaan fasilitas kesehatan

oleh keluarga.

5.3.3 Beri reinforcement positif jika keluarga telah

memanfaatkan fasilitas kesehatan

Lampiran 5: Catatan Perkembangan

CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA

Insial KK : Bp. B

Alamat : RT 02/ RW 07 Cisalak Pasar

Diagnosa 1:

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada An. K

Tgl &

WaktuImplementasi

Evaluasi

17 Mei

2013,

09.00

TUK 1:

Dengan menggunakan lembar balik:

Mendiskusikan dengan keluarga tentang

pengertian gizi seimbang dan gizi kurang

Menanyakan kembali tentang pengertian

gizi dan gizi kurang

Mendiskusikan dengan keluarga tentang

penyebab gizi kurang yaitu, jumlah

makanan yang kurang, jenis makanan

tidak seimbang, makan tidak teratur,

penyakit

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan

kembali penyebab gizi kurang

Mendiskusikan dengan keluarga tentang

tanda dan gejala gizi kurang, yaitu badan

kurus, rambut tipis dan mudah dicabut,

lemah dan pucat, kulit kering dan kusam,

kaki, tangan, dan sekitar mata bengkak

Memotivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali tanda dan gejala

dari gizi kurang

Mendorong keluarga untuk

S :

Keluarga menyetujui kunjungan

saat ini selama 45 menit untuk

membahas masalah gizi

Keluarga mengatakan gizi adalah

zat-zat yang diperlukan oleh tubuh

Keluarga mengatakan gizi kurang

adalah kurangnya zat-zat gizi oleh

tubuh

Keluarga mengatakan penyebab

gizi kurang adalah jumlah

makanan yang kurang, jenis

makanan tidak seimbang

Keluarga mengatakan tanda dan

gejala gizi kurang adalah badan

kurus, rambut tipis dan rontok,

lemah dan pucat, kulit kering dan

kusam

Keluarga mengatakan tanda dan

gejala yang ada pada An. K adalah

badan kurus, selain itu badan anak

K terlihat pendek

mengidentifikasi tanda dan gejala gizi

kurang yang terdapat pada anak K

Bersama keluarga menyimpulkan

masalah yang dihadapi oleh keluarga

TUK 2:

Menjelaskan kepada keluarga tentang

akibat dari gizi kurang jika tidak segera

ditangani, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan anak terganggu, anak

mudah sakit, kecerdasan anak

kurang/lambat,

Memotivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali akibat dari gizi

kurang

Mendiskusikan kesediaan keluarga

untuk merawat anggota keluarga dengan

gizi kurang yaitu anak M

Memberikan pujian atas jawaban

keluarga dan keputusan untuk merawat

anggota keluarga dengan gizi kurang

TUK 3

Mendiskusikan cara pencegahan gizi

kurang

Mendiskusikan cara perawatan pada

anak gizi kurang

Menyebutkan komponen Triguna

makanan beserta 2 contohnya :

- zat tenaga, sebagai sumber tenaga

untuk beraktivitas dan sumber

makanan pokok (karbohidrat) seperti,

nasi, roti, gula, singkong, ubi, dll.

Keluarga mengatakan akibat gizi

kurang adalah pertumbuhan dan

perkembangan anak terganggu,

anak mudah sakit, kecerdasan

anak kurang

Keluarga mengatakan akan

merawat anggota keluarga yang

mengalami gizi kurang yaitu anak

K

Keluarga mengatakan cara

mencegah gizi kurang yaitu makan

makanan yang seimbang, berikan

makanan dalam porsi kecil tapi,

sering, jangan memberikan

makanan yang manis sebelum

makan

Keluarga mengatakan 3 zat utama

dalam tubuh yaitu karbohidrat

sebagai zat tenaga, protein dan

lemak sebagai zat pembangun, dan

vitamin sebagai zat pengatur

Keluarga mengatakan contoh

karbohidrat adalah nasi, kentang,

roti, ubi

Keluarga mengatakan contoh

protein adalah ikan, tempe, tahu,

contoh lemak: daging

Keluarga mengatakan sumber

vitamin ada pada buah, sayur

O :

Keluarga mampu menyebutkan

kembali pengertian gizi seimbang

dan gizi kurang

- Zat pembangun, sebagai pupuk untuk

proses berpikir, terdapat dalam lauk

pauk (protein dan lemak), seperti

ikan, telur, tempe, daging, susu, dll.

- zat pengatur, sebagai pengatur lalu

lintas (polisi) makanan, terdapat

dalam buah dan sayur (vitamin dan

mineral) seperti, wortel, jeruk, nanas,

bayam, kangkung, dll.

Mendemonstrasikan pemilihan jenis-

jenis makanan sesuai dengan komponen

triguna makanan (zat tenaga, zat

pembangun, dan zat pengatur)

Memotivasi keluarga untuk melakukan

re-demonstrasi

Keluarga mampu menyebutkan

kembali 2 dari 4 penyebab gizi

kurang

Keluarga mampu menyebutkan

kembali 4 dari 5 tanda dan gejala

gizi kurang.

Keluarga mampu menyebutkan

kembali 3 dari 3 akibat gizi kurang

Keluarga mampu mengidentifikasi

tanda dan gejala gizi kurang yang

terdapat pada anak K

Keluarga memutuskan untuk

merawat gizi kurang yang dialami

An. K

Keluarga mampu menyebutkan

dan memilih komponen Triguna

makanan beserta contohnya

Keluarga mampu melakukan

redemonstrasi pemilihan makanan

berdasarkan triguna makanan

berdasarkan contoh makanan ynag

dibawa oleh perawat

Keluarga kooperatif dalam

kegiatan diskusi

Keluarga mampu menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh

mahasiswa

A:

Keluarga telah mengenal masalah

kesehatan yang ada pada keluarga

yaitu gizi kurang pada balita

Keluarga telah memutuskan untuk

merawat anggota keluarga dengan

gizi kurang yaitu anak M

Keluarga telah dapat mengerti

secara kognitif dan psikomotor

salah satu cara perawatan pada

balita kurng gizi yaitu dengan

pemberian makan berdasarkan

triguna makanan

P:

Membuat kontrak selanjutnya

Mengevaluasi hasil pertemuan

sebelumnya

Melanjutkan intervensi TUK 3

lain, TUK 4, dan TUK 5 untuk

masalah gizi kurang

20 Mei

2013,

14.00

TUK 3

Membuat kontrak

Mengevaluasi pemahaman keluarga akan

diskusi yang sebelumnya dilakukan

(TUK 1, 2, dan 3 memilah berdasarkan

triguna makanan)

Menjelaskan cara memilih makanan,

yaitu harganya terjangkau, nilai gizinya

baik atau seimbang, masih segar, tidak

layu, tidak berbau busuk, mudah didapat.

Menjelaskan cara mengolah makanan,

yaitu sayuran dan buah dicuci di air yang

mengalir terlebih dahulu baru dipotong-

potong, sayuran dimasak jangan terlalu

lama, alat-alat masak dan makan dicuci

bersih, cuci tangan sebelum masak dan

S

Keluarga menyetujui kunjungan

saat ini selama 45 menit untuk

membahas pengolahan makanan

untuk anak gizi kurang

Keluarga mengatakan ingin

mendengarkan penjelasan perawat

Keluarga mengatakan biasanya

memotong sayur-sayuran terlebih

dahulu baru dicuci

Keluarga menyebutkan cara

pengolahan yang baik adalah

dengan mencuci terlebih dahulu

baru dipotong-potong

Keluarga mengatakan mengerti

dengan penjelasan perawat

Keluarga mengatakan akan

makan, merebus makanan jangan terlalu

lama

Memotivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali cara memilih dan

mengolah makanan

Mendemonstrasikan cara pengolahan

makanan yang baik

Memotivasi keluarga untuk melakukan

redemonstrasi cara melakukan

pengolahan makanan yang baik yaitu

cara mencuci sayur-sayuran

Memberikan pujian atas kemampuan

keluarga menjelaskan cara memilih dan

mengolah makanan

Memberi kesempatan keluarga untuk

bertanya

mempraktekkan cara mengolah

makanan yang baik dirumah

O

Keluarga mampu menyebutkan

kembali pengertian gizi seimbang,

pengertian gizi kurang, 2

penyebab gizi kurang, tanda dan

gejala gizi kurang yang terdapat

pada balita dan pemilahan

makanan berdasarkan triguna

makanan yang didiskusikan di

pertemuan sebelumnya

Keluarga mampu menyebutkan

kembali cara pengolahan

makanan yang baik

Keluarga mampu melakukan re-

demonstrasi cara pengolahan

makanan yang baik dengan

mencuci sayur terlebih dahulu

baru memotong motong

Keluarga mampu menyebutkan

kembali ciri bahan makanan yang

sehat

A

Keluarga mampu memahami

penjelasan mengenai

pengolahan makanan secara

kognitif dan telah

mempraktekkan secara

psikomotor

P

Lanjutkan TUK 3

(menentukan porsi makan)

TUK 3

Membuat kontrak

Mengevaluasi pemahaman keluarga

mengenai pertemuan sebelumnya

(TUK 3 mengolah makanan)

Mendiskusikan bersama keluarga

pengertian selingan sehat yaitu

makanan yang disediakan di sela jam

makan balita

Mendiskusikan bersama keluarga

manfaat selingan sehat yaitu untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi anak

terutama bagi anak yang sulit makan

Mendiskusikan bersama keluarga ciri

makanan selingan sehat

Mendiskusikan bersama keluarga

contoh makanan selingan sehat

Mendiskusikan bersama keluarga

contoh makanan selingan yang tidak

sehat

Mendemonstrasikan kepada keluarga

cara mengolah salah satu contoh

selingan sehat yaitu puding tinggi

karbohidrat dan tinggi protein

Memotivasi keluarga untuk

melakukan redemonstrasi pembuatan

selingan sehat yaitu puding tinggi

karbohidrat dan tinggi protein

Mengevaluasi pemahaman keluarga

S

Keluarga menyetujui

pertemuan dengan perawat

selama 45 menit

Keluarga mengatakan telah

melakukan cara pengolahan

makanan sesuai diskusi

sebelumnya

Keluarga mengatakan selingan

sehat adalah makanan yang

diberikan diantara makan dan

mengandung zat gizi

Keluarga mengatakan manfaat

selingan sehat adalah untuk

memenuhi gizi anak

Keluarga mengatakan ciri

selingan sehat adalah yang

bergizi, aman, dan dibuat

sendiri

Keluarga mengatakan contoh

selingan sehat adalah bubur

kacang hijau, buah, roti, susu

Keluarga mengatakan cotoh

selingan tidak sehat adalah

chiki, dan gorengan

Keluarga mengatakan selama

ini anak K sering

mengkonsumsi selingan yang

tidak sehat

O:

Keluarga mampu

menyebutkan kembali cara

mengolah makanan sehat

seperti dipertemuan

sebelumnya

Keluarga mampu

menyebutkan kembali definisi

selingan sehat

Keluarga mampu

menyebutkan kembali manfaat

selingan sehat

Keluarga mampu

menyebutkan 3 dari 4 ciri

selingan sehat

Keluarga mampu

menyebutkan kembali 4 dari 8

contoh selingan sehat

Keluarga mampu

menyebutkan kembali 2 dari 4

contoh selingan tidak sehat

Keluarga mampu melakukan

redemonstrasi pembuatan

puding TKTP

A:

Keluarga telah mengerti cara

perawatan gizi kurang dengan

selingan sehat

Keluarga mampu mengerti

pengertian, manfaat, ciri, dan

contoh selingan sehat

Keluarga telah melakukan

pembuatan salah satu selingan

sehat

P:

Lanjutkan TUK 3 penyusunan

porsi makan

25 Mei

2013,

13.00

Mengucapkan salam dan berjabat tangan

Memvalidasi keadaan keluarga saat ini

Mengingatkan kontrak sebelumnya

untuk membahas gizi kurang

Mengevaluasi hasil pertemuan

sebelumnya (TUK 1, TUK2, TUK 3)

TUK 3:

Menjelaskan porsi makanan untuk anak

dalam satu kali makan yaitu ¾ gelas

nasi, 1potong sedang lauk protein

hewani, 2 potong sedang lauk protein

nabati, 1 gelas sayur, 1 potong buah

Mendemonstrasikan cara pembuatan

jadwal makan anak sesuai porsi makan

dan variasi menu

Memotivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali porsi makan

untuk anak usia 4 tahun

Memotivasi keluarga untuk

meredemonstrasi penyusunan jadwal

makan anak sesuai porsi dan variasi

menu

Memberikan pujian atas kemampuan

keluarga menjelaskan

S :

Keluarga mengatakan dalam

kondisi baik

Keluarga menyetujui kunjungan

saat ini selama 45 menit untuk

membahas gizi kurang

Keluarga mengatakan cara

menyajikan makanan, yaitu jenis

makanan bervariasi setiap harinya,

kombinasikan jenis makanan

hewani dan nabati, jumlah

makanan sesuai dengan

kebutuhan.

Keluarga menyebutkan porsi

makan untuk An. K adalah ¾ gelas

nasi, 1 potong lauk potein hewani,

2 potong sedang lauk protein

nabati, 1 gelas sayur, dan 1 potong

buah

O :

Keluarga menjawab salam dan

berjabat tangan dengan mahasiswa

Keluarga mampu menyebutkan

kembali apa yang sudah

didiskusikan pada pertemuan

sebelumnya yaitu pengertian gizi

kurang, penyebab, tanda dan

gejala, akibat gizi kurang, dan cara

memilih dan mengolah makanan

Keluarga dapat menyebutkan

kembali porsi makan untuk anak

dalam sekali makan

Keluarga mampu

mendemonstraksikan penyusunan

jadwal makan sehari sesuai porsi

dan variasi makan untuk anak

Keluarga kooperatif dalam

kegiatan diskusi

Keluarga mampu menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh

mahasiswa

A:

TUK 3 porsi makan dan jadwal

makan telah tercapai secara

kognitif dan psikomotor

P:

Membuat kontrak selanjutnya

untuk TUK 4 dan 5

Mengevaluasi hasil pertemuan

sebelumnya

29 Mei

2013,

14.00

TUK 4:

Mendiskusikan dengan keluarga tentang cara

memodifikasi lingkungan yang sesuai untuk

penderita gizi kurang, yaitu:

Menyebutkan cara menyajikan makanan,

yaitu:

- jenis makanan bervariasi setiap

harinya.

- Mengkombinasikan jenis makanan

hewani dan nabati.

- Perhatikan jadwal menu makanan.

S :

Keluarga mengatakan dalam

kondisi baik

Keluarga menyetujui kunjungan

saat ini selama 45 menit untuk

membahas gizi kurang

Keluarga mengatakan porsi makan

untuk An. K adalah ¾ gelas nasi, 1

potong lauk potein hewani, 2

potong sedang lauk protein nabati,

1 gelas sayur, dan 1 potong buah

- Jumlah makanan sesuai dengan

kebutuhan.

Menyebutkan prinsip cara mengatasi

anak yang tidak bersedia makan, yaitu:

- jangan dipaksa tapi, ikuti keinginan

anak misalnya, sambil bermain.

- Beri makan sesuai selera anak dan

tidak membosankan.

- Jangan memberi makanan yang manis

sebelum makan.

- Sajikan makanan dalam bentuk

menarik.

- Berikan makanan dalam porsi kecil

tapi, sering.

Menyebutkan lingkungan yang

mendukung untuk meningkatkan status

gizi balita, yaitu makan bersama anggota

keluarga yang lain, menggunakan alat

makan yang menarik, makan sambil

bercerita, jenis makanan bervariasi dan

menarik.

Keluarga mampu melakukan modifikasi

lingkungan bersama mahasiswa

Memotivasi keluarga untuk menyebutkan

kembali cara memodifikasi lingkungan

untuk gizi kurang: cara menyajikan

makanan, prinsip cara mengatasi anak

yang tidak bersedia makan, lingkungan

yang mendukung untuk meningkatkan

status gizi balita

Memberikan pujian atas usaha keluarga

untuk menyebutkan kembali cara

modifikasi lingkungan untuk gizi kurang

Keluarga mengatakan cara

mengatasi anak yang tidak

bersedia makan, yaitu jangan

dipaksa makan, makan sambil

bermain, beri makan sesuai selera

anak, jangan memberi makanan

yang manis sebelum makan,

sajikan makanan dalam bentuk

menarik.

Keluarga mengatakan lingkungan

yang mendukung untuk

meningkatkan status gizi, yaitu

makan bersama anggota keluarga

yang lain, menggunakan alat

makan yang menarik, makan

sambil bercerita

Keluarga mengatakan tanda anak

yang harus segera dirujuk ke

pelayanan kesehatan, yaitu BB

anak semakin turun, anak terlihat

lemah, anak tidak mau makan

sama sekali

Keluarga mengatakan fasilitas

kesehatan yang bisa dikunjungi

keluarga yaitu Puskesmas, klinik

dokter, dan rumah sakit

Keluarga mengatakan manfaat

mengunjungi fasilitas kesehatan

yaitu mendapat pengobatan,

pemeriksaan, dan informasi

kesehatan mengenai kesehatan

O :

TUK 5:

Menyebutkan 3 dari 4 tanda-tanda anak

yang harus segera dirujuk ke pelayanan

kesehatan, yaitu:

- BB anak semakin turun

- Anak terlihat lemah

- Anak tidak mau makan dan menyusu

- Anak rewel atau tidak sadar

Menjelaskan kepada keluarga tentang

jenis-jenis fasilitas kesehatan yang dapat

digunakan yaitu puskesmas, rumah

sakit, dan klinik dokter.

Menjelaskan kepada keluarga tentang

manfaat mengunjungi fasilitas pelayanan

kesehatan:

- sebagai sarana untuk pemeriksaan,

perawatan/pengobatan gizi kurang

- sebagai sarana untuk mendapatkan

informasi yang akurat dan tepat

untuk mengatasi masalah gizi kurang

Memotivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali jenis-jenis

fasilitas kesehatan yang dapat digunakan

Memotivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali manfaat fasilitas

kesehatan

Memberikan pujian atas usaha keluarga

menyebutkan kembali jenis dan manfaat

fasilitas pelayanan kesehatan

Memberi kesempatan keluarga untuk

bertanya

Keluarga menjawab salam dan

berjabat tangan dengan mahasiswa

Keluarga mampu menyebutkan

kembali apa yang sudah

didiskusikan pada pertemuan

sebelumnya

Keluarga mampu menyebutkan

kembali 4 dari 5 prinsip cara

mengatasi anak yang tidak

bersedia makan

Keluarga mampu menyebutkan

kembali 3 dari 4 lingkungan yang

mendukung untuk meningkatkan

status gizi balita

Keluarga mampu mengenali 3 dari

4 tanda-tanda anak perlu segera

dirujuk ke pelayanan kesehatan

Keluarga mampu menyebutkan

fasilitas kesehatan yang bisa

dikunjungi keluarga

Keluarga mampu menyebutkan

manfaat mengunjungi fasilitas

kesehatan

Keluarga kooperatif dalam

kegiatan diskusi

Keluarga mampu menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh

mahasiswa

A:

Keluarga telah mengerti cara

melakukan modifikasi lingkungan

untuk anak dengan gizi kurang

Keluarga telah mengerti manfaat,

waktu dan pelayanan kesehatan

apa saja yang dapatdikunjungi

Keluarga melakukan kunjungan ke

posyandu untuk menimbang anak

M

P:

Membuat kontrak selanjutnya

untuk diagnosa 2

CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA

Insial KK : Bp. B

Alamat : RT 02/ RW 07 Cisalak Pasar

Diagnosa 2:

Kerusakan gigi pada anak K

Tgl &

Waktu

Implementasi Evaluasi

4 Juni

2013,

09.00

Membuat kontrak bersama

keluarga

TUK 1

Menjelaskan kepada keluarga

pengertian karies gigi

Mengevaluasi pemahaman

keluarga mengenai penjelasan

perawat

Mendiskusikan bersama

keluarga penyebab terjadinya

karies gigi

Mengevaluasi pemahaman

keluarga mengenai penyebab

karies gigi

Menjelaskan kepada keluarga

mengenai tanda dan gejala

karies gigi

Mengevaluasi pemahaman

keluarga mengenai tanda dan

gejala karies gigi

Memotivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali tanda dan

S

Keluarga mengatakan ingin

mendengarkan penjelasan

mengenai karies gigi

Keluarga mengatakan karies gigi

adalah rusaknya gigi seperti

berlubang akibat sisa makanan

yang membusuk

Keluarga mengatakan penyebab

karies gigi seperti malas

menggosok gigi, menggosok gigi

tidak bersih, dan makan yang

manis terlalu banyak

Keluarga mengatakan tanda dan

gejala karies gigi seperti gigi

berlubang kecoklatan atau

kehitaman, sakit gigi, dan gusi

bengkak

Keluarga mengatakan gejala

karies gigi yang ada pada

anggota keluarga adalah gigi

berlubang dan kehitaman dan

gejala karies gigi

Mendorong keluarga untuk

mengidentifikasi tanda dan gejala

karies gigi yang dialami anggota

keluarga

Bersama keluarga menyimpulkan

masalah yang dihadapi oleh

keluarga

Memberi reinforcement positif

atas usaha keluarga

TUK 2:

Menjelaskan kepada keluarga

tentang akibat dari karies gigi jika

tidak ditangani

Memotivasi keluarga untuk

menyebutkan kembali akibat dari

karies gigi

Mendiskusikan kesediaan

keluarga untuk merawat anggota

keluarga dengan karies gigi yaitu

anak K

Memberikan pujian atas jawaban

keluarga dan keputusan untuk

merawat anggota keluarga dengan

karies gigi

TUK 3

Mendiskusikan bersama

keluarga cara-cara yang dapat

terkadang gusi kemerahan yaitu

pada anak K

Keluarga mengatakan anak K

mengalami masalah karies gigi

Keluarga mengatakan akibat dari

karies gigi seperti gigi mudah

patah dan nafsu makan menurun

Keluarga mengatakan ingin

melakukan perawatan untuk

masalah karies gigi pada anak K

Keluarga mengatakan cara

merawat karies gigi adalah

dengan menggosok gigi secara

teratur dan mengurangi makan

makanan yang merusak gigi

Keluarga mengatakan cara

merawat gigi yang sakit pada

anak adalah dengan dikumur-

kumur dengan air garam hangat

O

Keluarga menerima kehadiran

perawat

Keluarga mampu menyebutkan

kembali pengertian karies gigi

Keluarga mampu menyebutkan 3

dari 5 penyebab karies gigi

Keluarga mampu menyebutkan 3

dari 5 tanda dan gejala karies gigi

Keluarga mampu

mengidentifikasi tanda dan gejala

karies gigi yang ada pada

anggota kelarga yaitu anak K

Keluarga mempu menyebutkan

dilakukan untuk merawat

karies gigi

Mendiskusikan bersama

keluarga cara-cara yang dapat

dilakukan saat anggota

keluarga mengalami sakit gigi

akibat karies gigi

kembali 2 dari 4 akibat karies

gigi

Keluarga telah memutuskan

untuk merawat anak K dengan

karies gigi

Keluarga mampu menyebutkan 2

dari 4 cara perawatan karies gigi

Keluarga mampu menyebutkan 1

dari 3 cara perawatan jika

keluarga mengalami sakit gigi

akibat karies gigi

A

Keluarga telah mampu mengenal

masalah karies gigi pada

keluarga

Keluarga telah mampu

mengidentifikasi anggota

keluarga dengan masalah karies

gigi dan memutuskan untuk

merawat anggota keluarga

dengan karies gigi

Keluarga telah memahami cara

perawatan karies gigi secara

kognitif

P: lanjutkan TUK 3 secara psikomotor

7 Juni

2013,

09.00

Membuat kontrak bersama

keluarga

Mengevaluasi pemahaman

keluarga terhadap diskusi

pertemuan sebelumnya (TUK

1, 2 dan sebagian TUK 3)

TUK 3

Mendiskusikan bersama

S

Keluarga mengatakan setuju

untuk melakukan diskusi dan

praktik mengenai cara perawatan

karies gigi

Keluarga mengatakan cara

menggosok gigi yang biasa

dilakukan adalah dengan

keluarga cara menggosok gigi

yang benar

Menjelaskan kepada keluarga

caramenggosok gigi yangbenar

Memotivasi keluarga untuk

mengulang penjelasan perawat

mengenai cara menggosok gigi

yang benar

Mendemonstrasikan cara

menggosok gigi yang benar

kepada keluarga

Memotivasi keluarga untuk

melakukan re-demonstrasi dan

melakukan pada gigi anak K

Memberikan reinforcement

positif atas usaha keluarga

menggosok secara mendatar

Keluarga menyebutkan cara

menggosok gigi yang benar yaitu

menggunakan pasta gigi,

menggunakan sikat gigi berbulu

halus, menyikat dengan gerakan

keatas dan kebawah atau

memutar, dan sikat ke seluruh

permukaan gigi, setelah itu

berkumur dengan air bersih

Keluarga mengatakan akan

mempraktekkan menggosok gigi

yang benar pada anak K dan akan

membiasakan anak K menggosok

gigi

Keluarga mengatakan mengerti

akan penjelasan perawat

O

Keluarga mampu menyebutkan

kembali definisi, penyebab dan

tanda gejala karies gigi seperti

pada pertemuan sebelumnya

Keluarga mampu menyebutkan

kembali cara-cara perawatan

karies gigi seperti pada

pertemuan sebelumnya

Keluarga mampu menyebutkan

kembali cara menggosok gigi

yang benar

Keluarga mampu melakukan

redemonstrasi cara melakukan

gosok gigi yang benar bersama

anak K

Keluarga tampak aktif adalam

diskusi dan demonstrasi

A

Keluarga mampu mengulang

penjelasa pertemuan sebelumnya

Keluarga telah mampu

melakukan perawatan karies gigi

secara psikomotor

P: evaluasi kembali pemahaman

keluarga, lanjutkan untuk TUK 4 dan

TUK 5

13 Juni

2013,

14.00

Membuat kontrak bersama

keluarga

Mengevaluasi pemahaman

keluarga mengenai diskusi

sebelumnya (cara perawatan

karies gigi)

TUK 4

Mendiskusikan bersama

keluarga cara modifikasi

lingkungan yang dapat

dilakukan untuk merawat

karies gigi

Mengevaluasi kembali

pemahaman keluarga

mengenai modifikasi

lingkungan untuk merawat

karies gigi

Member kesempatan keluarga

untuk bertanya

Memberi reinforcement positif

atas pemahaman keluarga yang

benar

S

Keluarga mengatakan setuju

untuk berdiskusi mengenai

modifikasi lingkungan dan

pemanfaatan fasilitas pelayanan

kesehatan

Keluarga mengatakan telah

membiasakan anak K untuk

menggosok gigi dengan cara

yang bemnar setelah makan dn

sebelum tidur

Keluarga mengatakan modifikasi

lingkungan yang dapat dilakukan

antara lain memberikan sikat gigi

khusus untuk anak K,

mengingatkan untuk menggosok

gigi secara teratur, dan periksa

gigi secara teratur

Keluarga mengatakan fasilitas

pelayanan kesehatan yang dapat

digunakan keluarga untuk

merawat karies gigi adalah

TUK 5

Mendiskusikan bersama

keluarga jenis-jenis fasilitas

pelayanan kesehatan yang

dapat dimanfaatkan keluarga

untuk merawat karies gigi

Membantu keluarga untuk

mengidentifikasi fasilitas

pelayanan kesehatan yang

dapat dijangkau oleh keluarga

untuk merawat karies gigi

Memberi reinforcement positif

untuk pilihan keluarga

Jelaskan kepada keluarga

mengenai manfaat

mengunjungi fasilitas

pelayanan kesehatan

Mengevaluasi kembali

pemahaman keluarga terhadap

penjelasan perawat mengenai

manfaat mengunjungi fasilitas

pelayanan kesehatan

Memberi reinforcement positif

atas pemahaman keluarga yang

benar

Memberi reinforcement positif

saat keluarga memanfaatkan

pelayanan fasilitas kesehatan

puskesmas, rumah sakit, dokter

gigi

Keluarga mengatakan akan

membawa anak K ke puskesmas

jika memeriksakan gigi

Keluarga mengatakan manfaatn

mengunjungi fasilitas pelayanan

kesehatan adalah memeriksakan

karies gigi dan mendapat

informasi mengenai karies gigi

O:

Keluarga mampu menyebutkan

kembali cara menggosok gigi

yang benar seperti pada

pertemuan sebelumnya

Keluarga mampu menyebutkan 3

dari 4 modifikasi lingkungan

yang dapat dilakukan untuk

perawatan karies gigi

Keluarga mampu menyebutkan 2

dari 4 fasilitas pelayanan

kesehatan yang dapat dikunjungi

untuk menangani karies gigi

Keluarga mampu menyebutkan 2

manfaat mengunjungi fasilitas

pelayanan kesehatan

A

Keluarga telah mampu

memahami cara modifikasi

lingkungan yang dapat dilakukan

untuk merawat karies gigi

Keluarga telah memahamai

fasilitas kesehatan yang dapat

dikunjungi keluarga dan manfaat

mengunjungi fasilitas pelayanan

kesehatan

P:

Motivasi keluarga untuk

meneruskan perilaku sehat

Evaluasi sumatif

Evaluasi tingkat kemandirian

keluarga

Lampiran 6: Evaluasi Sumatif

EVALUASI SUMATIF

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa 1: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh pada An.

K

No Respon Keluarga Hasil Rencana Tindak

LanjutYa Tidak

1.

2.

3.

Keluarga mampu

menyebutkan Gizi yaitu zat-

zat yang ada di dalam

makanan yang diperlukan

tubuh untuk kelangsungan

kehidupannya

Keluarga mampu

menyebutkan Kurang gizi

adalah suatu keadaan dimana

tubuh tidak mendapatkan zat-

zat tubuh tertentu dari

makanan.

Anggota keluarga mampu

menyebutkan 4 dari 5 tanda

dan gejala kurang gizi, yaitu:

a. badan kurus.

b. Rambut tipis dan mudah

dicabut.

c. Lemah dan pucat.

d. Kulit kering dan kusam.

e. Kaki, tangan, dan sekitar

mata bengkak.

Ya

Ya

Ya

Memotivasi keluarga untuk

melanjutkan perilaku sehat.

4.

5.

6.

7.

8.

Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4penyebab kurang gizi, yaitu:a. makanan yang masuk ke

dalam tubuh kurang darikebutuhan tubuh.

b. Makanan yang masuk kedalam tubuh tidakseimbang.

c. Makan tidak teratur.d. Adanya penyakit tertentu.

Keluarga dapat mengatakananak mengalami kurang gizidengan menyebutkan tandadan gejala tubuh yangkekurangan zat gizi.

Anggota keluarga mampumenyebutkan 2 dari 3 akibatkurang gizi, yaitu:a. gangguan pertumbuhan.b. Mudah terserang penyakit.c. Menurunkan daya

pikir/kecerdasan

Keluarga mampumemutuskan untuk merawatanak yang mengalami kuranggizi.

Keluarga mampumenyebutkan komponenTriguna makanan beserta 2contohnya :1. zat tenaga, sebagai

sumber tenaga untukberaktivitas dan sumbermakanan pokok(karbohidrat) seperti, nasi,roti, gula, singkong, ubi,dll.

2. Zat pembangun, sebagai

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

9.

10.

11.

pupuk untuk prosesberpikir, terdapat dalamlauk pauk (protein danlemak), seperti ikan, telur,tempe, daging, susu, dll.

3. zat pengatur, sebagaipengatur lalu lintas(polisi) makanan, terdapatdalam buah dan sayur(vitamin dan mineral)seperti, wortel, jeruk,nanas, bayam, kangkung,dll.

Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4 caramengatasi kurang gizi, yaitu:a.makan makanan yang

seimbang (trigunamakanan).

b.Makanan sesuai dengankebutuhan balita (1200kkal).

c.Makan yang teratur.d.Menggunakan prinsip

penyajian makanan

Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4 caramemilih makanan, yaitu:a. harganya terjangkau.b.Nila gizinya baik atau

seimbang.c. Masih segar, tidak layu,

tidak berbau busuk.d.Mudah didapat.

Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4 caramengolah makanan, yaitu:1. sayuran dan buah dicuci

di air yang mengalirterlebih dahulu baru

Ya

Ya

Ya

12.

13.

14.

dipotong-potong.2. Sayuran dimasak jangan

terlalu lama.3. Alat-alat masak dan

makan dicuci bersih.4. Cuci tangan sebelum

masak dan makan.

Keluarga dibantu denganmahasiswa mampu mengolahmakanan yang sederhana,yaitu memasak sayur bayam.Caranya sebagai berikut:Sayuran dicuci di air mengalirkemudian dipotong-potongdan dimasukkan saat airmendidih. Sebelumnyamasukkan terlebih dahulubawang merah, bawang putih,cabai, garam, dan secukupnya.dan diangkat saat sayurantidak menjadi layu.

Keluarga mampumenyebutkan pengertianselingan sehat: makananselingan yang disediakan disela jam makan balita yangterbuat dari bahan makananyang aman yang mengandungkomponen gizi untukmembantu memenuhikebutuhan gizi seimbangbalita

Keluarga mampumenyebutkan manfaatselingan sehat:Membantu memenuhikebutuhan nutrisi anakterutama bagi anak yang sulitmakan

Ya

Ya

Ya

15.

16.

17.

18.

19.

Anggota keluarga mampumenyebutkan 2 dari 4 cirimakanan selingan sehat, yaitu:1. Aman bagi balita2. Mengandung komponen

gizi3. Dibuat sendiri oleh ibu

dirumah4. Bahan mudah diperoleh

dengan harga terjangkau

Keluarga mampumenyebutkan 4 dari 8 contohmakanan selingan sehat, yaitu:

1. Nagasari2. Bubur sumsum3. Bubur kacang hijau4. Buah5. Bubur gandum6. Susu7. Puding atau agar8. Roti

Keluarga mampumenyebutkan 2 dari 4 contohselingan tidak sehat yaitu

1. Chiki2. Gorengan3. Minuman bersoda4. Teh dalam kemasan

Keluarga mampu melakukanredemonstrasi pembuatanpuding tinggi karbohidrattinggi protein

Keluarga mampumenyebutkan kecukupan giziyang dianjurkan adalah zatgizi yang dibutuhkan sesuaidengan kebutuhan tubuh yaitukarbohidrat, protein, lemak,mineral, serta vitamin.

Ya

Ya

Ya

Ya

Ya

20.

21.

Kebutuhan gizi balita:- Karbohidrat: 1300 kal

(250gr nasi)- Protein : 150gr (100gr

hewani dan 50grnabati)

- Sayur: 100gr- Buah: 100gr- Susu: 30gr

Jadwal makan:- Pagi hari waktu

sarapan:- Pukul 10 selingan

berikan susu- Pukul 12 berikan

makan siang- Pukul 16 berikan

selingan- Pukul 18 berikan

makan malam- Sebelum tidur malam,

tambahkan susu

Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4 caramenyajikan makanan, yaitu:a. jenis makanan bervariasi

setiap harinya.b. Mengkombinasikan jenis

makanan hewani dannabati.

c. Perhatikan jadwal menumakanan.

d. Jumlah makanan sesuaidengan kebutuhan

Anggota keluarga mampumenyebutkan 4 dari 5 prinsipcara mengatasi anak yangtidak bersedia makan, yaitu:a. jangan dipaksa tapi, ikuti

keinginan anak misalnya,sambil bermain.

Ya

Ya

22.

23.

24.

25.

b. Beri makan sesuai seleraanak Zan tidakmembosankan.

c. Jangan memberi makananyang manis sebelummakan.

d. Sajikan makanan dalambentuk menarik.

e. Berikan makanan dalamporsi kecil tapi, sering.

Anggota keluarga mampumenyebutkan 3 dari 4lingkungan yang mendukunguntuk meningkatkan statusgizi balita, yaitu:a. makan bersama anggota

keluarga yang lain.b. Menggunakan alat makan

yang menarik.c. Makan sambil bercerita.d. Jenis makanan bervariasi

dan menarik.

Keluarga dapat menyebutkanfasilitas kesehatan yang dapatdikunjungi:- Puskesmas- Rumah sakit- Klinik dokter

Keluarga dapat menyebutkanmanfaat kunjungan:- Mendapatkan pemeriksaan

kesehatan anak.- Mendapatkan penyuluhan

atau pendidikan kesehatan.

Keluarga rutin mengunjungipelayanan kesehatan untukpemeriksaan kesehatan anak

Ya

Ya

Ya

Ya

Diagnosa 2 : Kerusakan gigi pada An.K

No Respon Keluarga Hasil Rencana Tindak

LanjutYa Tidak

1.

2.

3.

Keluarga mampu

menyebutkan perngertian

caries gigi adalah kerusakan

gigi berupa gigi berlubang

karena lapisan atas gigi

(email) rusak akibat asam

yang terjadi sebagai hasil

pembusukan sisa makanan.

Keluarga mampu

menyebutkan 3 dari 5

Penyebab caries gigi adalah

1. Malas gosok gigi

2. Menggosok gigi tidak

bersih

3. Sering makan makanan

yang manis seperti

permen, coklat dan es

cream.

4. Kuman atau bakteri

5. Sisa makanan di gigi.

Keluarga mampu

menyebutkan 3 dari 5 Tanda-

tanda caries gigi :

1. Gigi berlubang dan

berwarna coklat sampai

hitam.

2. Gigi terasa sakit

3. Gusi bengkak dan

Ya

Ya

Ya

Memotivasi keluarga untuk

melanjutkan perilaku sehat.

4.

5.

6.

berwarna merah

4. Gusi berdarah

5. Nafas bau busuk

Keluarga mampu

menyebutkan akibat dari

caries gigi:

1. Gigi mudah patah

2. Nafsu makan menurun

3. Infeksi mulut dan anggota

badan yang lain.

4. Menyerang saraf dan dapat

menyebabkan lumpuh dan

penglihatan kabur.

Keluarga dapat

mengungkapan merawat

caries gigi pada anggota

keluarga.

Keluarga mampu

Menyebutkan 2 dari 4

Cara-cara merawat caries gigi:

1. Biasakan menggosok gigi

dari kecil.

2. Gosok gigi secara teratur

yaitu setelah makan,

sebelum tidur

3. Kurangi makan makanan

yang merusak gigi..

4. Makan makanan yang

menyehatkan gigi (buah,

sayur, ikan laut, daging

Ya

Ya

Ya

7.

8.

dan susu).

Keluarga dapat menyebutkan

1 dari 3 cara perawatan

keluarga yang mengalami

sakit gigi akibat karies gigi

1. Kumur-kumur dengan air

garam hangat.

2. Minum obat peredaasa

sakit seperti antalgin.

3. segera ke dokter gigi jika

sakitnya tidak tertangani.

Keluarga dapat menyebutkan

cara merawat caries gigi pada

anggota keluarga:

Cara menggosok gigi yang

benar:

1. Pakailah pasta gigi yang

mengandung fluoride.

2. Gunakan sikat gigi

berbulu halus dan rata.

3. Berkumur-kumur sebelum

menggosok gigi.

4. Sikatlah semua permukaan

gigi pada rahang atas dan

bawah dengan gerakan

memutar atau gerakan atas

bawah selama 2 menit.

5. Lakukan masing-masing

permukaan gigi sebanyak

8 gerakan.

6. Setelah semua permukaan

Ya

Ya

9.

10.

11.

12.

disikat kumurlah dengan

air bersih.

Keluarga mampu melakukan

perawatan caries gigi

Keluarga mampu melakukan

Modifikasi lingkungan dalam

merawat caries gigi :

1. Setiap anggota keluarga

memiliki sikat gigi

sendiri.

2. Mengingatkan anak untuk

sikat gigi secara teratur.

3. Sikat gigi di simpan

dalam posisi tegak.

4. Periksa gigi setiap 6 bulan

sekali.

Keluarga mampu melakukan

modifikasi lingkungan

merawat caries gigi.

Keluarga dapat menyebutkan

2 dari 4 fasilitas kesehatan

dan sosial yang dapat

digunakan keluarga untuk

menangani caries gigi pada

anggota keluarga

1. Puskesmas

2. Rumah Sakit

3. Dokter praktik

4. Praktik swasta lainnya

Ya

Ya

Ya

Ya

13.

14.

Keluarga dapat menyebutkan

2 manfaat fasilitas kesehatan:

1. Memberi informasi/

tentang cara merawat

caries gigi.

2. Memeriksakan karies gigi

Keluarga dapat melakukan

kunjungan keluarga ke

fasilitas kesehatan/sosial

untuk membawa anggota

merawat caries gigi.

Ya

Ya

Lampiran 7: Evaluasi Tingkat Kemandirian Keluarga

EVALUASI TINGKAT KEMANDIRIAN

KELUARGA BAPAK B

No Indikator Ya Tidak

1 Keluarga menerima kehadiran petugas puskesmas Ya

2 Keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana Ya

3 Keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar Ya

4 Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran Ya

5 Keluarga memanfaatkan perawatan sederhana sesuai

anjuran

Ya

6 Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif Ya

7 Keluarga melakukan tindakan promotif secara aktif Tidak