asuhan keperawatan lansia dengan masalah sosiocultural dan spitritual

Upload: fiqi-lampard

Post on 14-Oct-2015

52 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

askep

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH SOSIOCULTURAL DAN SPITRITUAL

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN MASALAH SOSIOCULTURAL DAN SPITRITUALMASALAH PSIKOSOSIAL : KEHILANGAN / GRIEVINGA. PENDAHULUAN banyaknya faktor predisposisi yg melatarbelakangi lansia rentan thd mslh psikososial.semakin bertambah usia semakin banyak kehilangan yg dihadapi.lost and multiple lost adalah perasaan kehilangan yg sangat individual dan dilalui dengan cara yg berbeda-beda.Respon individual : dpt segera diatasi atau proses berduka yang berkepanjangan dan berprilaku yang maladaptif.Perawat : sebagai tenaga ksehatan profesional memiliki peran yg penting dalam membantu lansia melalui masa berduka / grieving, sehingga lansia dapat beradaptasi dan dapat kembali ke pola kehidupan yang normal dan bebas dari akibat negatif dengan adanya kehilangan. Definisi ; grieving ( gonad and ruark, 1984 ).adalah sebagai reaksi akut sebagai persepsi seseorang terhadap kehilangan yang melibatkan aspek fisik, sosial,dan spiritual.Karakteristik ( Rando,1988) adalah:1.Melibatkan beberapa perubahan dlm kehidupan.2.Merupakan reaksi alamiah dr berbagai jenis kehilangan, tak hanya kematian.3.Persepsi orang berbeda-beda dlm memandang kehilangan.5Proses grieving (Kubler-Ros,1969) beberapa fase :1.Denial/ mengingkari2.Anger/ marah3.Bargaining /tawar-menawar4.Depression / depresi5.Acceptance/ menerima.( sebagian besar orang pernah mengalami )Fase grieving ( De spelder, strickland,1992)1.Fase awal : shock,ketidakberdayaan, dan mengingkari.2.Fase pertengahan : saat dimana kesedihan emosi terasa kuat krn adanya perpisahan, dan terlihat tanda-tanada perubahan fisik dan emosi yg labil.3.Fase akhir: reintegrasi dan pemulihan dari kesedihan secara bertahap dan kembalinya keseimbangan fisik dan mental.untuk lansia yang mengalami kehilangan terhadap tugas masa berduka yang harus dicapai pada akhir proses grieving ( wonder, 1991)Menerima kenyataan kehilangan .Melalui masa kesedihan dan penderitaan akibat kehilangan.Menyesuaikan lingkungan dengan keadaan orang/ obyek yang hilang.Merelokasi scr emosional kecintaan terhadap orang yg hilang, dan kembali ke kehidupan yg normal.Jenis- jenis grieving2 kategori grieving yg menjadi kategori diagnosa keperawatan yaitu ;1. Antisipatory grieving adalah tipe dari perasaan kehilangan yg diperkirakan akan terjadi,. Individu melihat kehilangan sbg sesuatu yg tak dpt dihindari dan dimulai membangun pola koping dan membuat perencanaan sbl kehilangan benar-2 terjadi ( rando, 1986). masa berduka yg normal tdk melebihi 6 bln smp 2 thn. selama masa berduka individu hanya menerima kenyataan kehilangan, mengalami kepedihan, menyesuaikan tanpa obyek yg telah hilang dan menerima kembali kehidupan yg normal. antisipasi kehilangan tidak memberikan aspek siqnifikan thd lansia yg ditinggal pasangannya, namun setidaknya dpt mengurangi shock, kebingungan dan depresi.( lund, 1989)2. Disfungsional grieving terjadi krn adanya proses berduka yg tertunda , berkepanjangan, respon tak sesuai. individu yang gagal beradaptasi dng proses kehilangan dapat mengakibatkan prilaku merusak diri,isolasi sosial, stres psikologos yg mendalam atau depresi yg parah.(horowits,1980) disfungsi grieving dapat dimanifestasikan dalam beberapa bentuk ;1. chronic grief : masa grief yg berkepanjangan dan tak pernah sampai pada kesimpulan yg memuaskan.2. delayed or postponed grief : respon yg tidak tertunda atau tak cukup untuk menghadapi kehilangan.3. exagerated grief : perasaan kecemasan, depresi berkembang ke arah yg tak terkontrol.4. masked grief ; orang yg kehilangan mengalami perasaan kehilangan itu tetap tdk dpt diekspresikan dan tak disadari.Faktor- faktor yg mempengaruhi lansi dalam berespon terhadap kehilangan ( diamond 1981)1. dukungan sosial 2. jumlah / intensitas dari obyek hilang.3. ketrampilan koping individu.

Individu yg memiliki dukungan sosial yg lebih luas akan lebih baik dan sukses dalam beradaptasi dengan kehilangan.( caplan, 1974)Individu dengan ketrampilan koping yg baik dan cenderung lebih memecahkan masalah drpd mekanisme defensife seperti mengingkari dan mengalihkan masalah, lebih sukses dalam beradaptasi dengan kehilangan.Faktor yg mempengaruhi bagaimana manusia mengalami dan mengekspresikan reaksi gref adalah sbb: ( rando, 1988)1.faktor psikologos arti seseorang yg hilang, karakteristik personal orang yg mengalami grief, pengalaman spesifik seputar kematian. 2. faktor sosialSupport sistem , latar belakang sosiokultur, dan agama, pendidikan dan status ekonomi.3. faktor fisik, penggunaan obat- obatan, status nutrisi, tidur, istirahat, latihan, dan kes. Umum.ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIANPada saat melakukan pengkajian, dimungkinkan ditemuinya keadaan sbb; respon psikologis.: menangis, perasaan sedih , cemas, shok, merasa tidak mendapatkan pertolongan,kesiapan.beberapa lansia merasa bingung dan tak dpt berkonsentrasi setelah orang yg dicintai meninggal. respon fisikMerasa lemah, nyeri pada dada dan tenggorokan, kelemahan otot, kurang napsu makan , kesulitan tidur,perut terasa kembung, mimpi kehadiran orang yg hilang. perubahan sosial Perubahan pola sosialisasi, interaksi terganggu sehubungan dng kehilangan peran orang yg hilang.

Observasi penampilan lansia :Tanyakan lansia bagaimana memandang kehilangan.Bagaimana hubungan lansia dengan orang yg hilang.Apakah lansia pernah mengalami kehilangan sblmnya,dan bagaimana koping yg digunakan , dan tanda- tanda apa yg ditemui pd saat px fisik dan emosi.Masalah keperawatan yg muncul :1. gangguan konsep diri,( gambaran diri,ideal diri, harga diri, penampilan peran, identitas diri) carpenito, 1993. Dapat berhubungan dengan: - kehilangan peran dan sumber penghasilan. - adanya kebutuhan tertentu yg lebih dependent - adanya penyakit kronis yg mempengaruhi kemampuan seseorang dan perannya. koping individu takefektif dpt berhubungan dengan ;- relokasi / pindah tempat-adanya sikap agaism dari linkg.- isolasi sosial dan MDKarena ditinggal pasangan atau orang yag dicintai.-kehilangan peran/ hubungan dengan orang lain.Meningkatkan ketergantungan.

ketidak berdayaan ( powerlessnes)Dapat berhubungan dengan : - adanya kenyataan pensiun, kehilangan kemampuan memenuhi kebutuhan karena ditinggal pasangan,/ kehilangan pasangan,, kehilangan kemampuan mengendarai kendaraan, kehilangan privacy, adanya penyakit yg tak dapat disembuhkan.Defesit perawatan diri dan gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.Resiko tinggi BD PERENCANAAN

Tujuan tujuan asuhan keperawatan pada lansia yg mengalami grief adalah bukan membuat mereka merasa lebih baik dalam waktu yg cepat, tujuan askep adalah mendampingi dan membantu lansia yg mengalami grif untuk dapat : - melalui grif proses - menyadarkan bahwa perasaan kepedihan adalah respon yg normal dan sehat, terhadap kehilangan, memfasilitasi lansia yg mengalami grif untuk mencapai tugasnya dengan cara mereka sdr. APA YG HARUS DIKATAKAN KPD LANSIA YG MENGALAMI GRIEFING..???- kita tidak selalu perlu mengatakan sesuatu.- jgn katakan sesuatu yg hanya membuat kita merasa lebih baik dan nyaman disekitar orang yg kehilangan.- hindari kalimat yg tidak perlu, ex : saya mengerti perasaan anda.. kematian adalah yang terbaik,..IMPLEMENTASI

Intervensi keperawatan yg diberikan untuk : anticipatory grief : - dorongan individu untuk mendiskusikan perasaan pos dan neg thd ttg kehilangan yg sdh diantisipasi. - dengarkan dengan aktif yg klien ceritakan ttg perasaannya. - gunakan pertanyaan terbuka.

- biarkan klien mengekspresikan kesedihan, kepedihan, kemarahan, dan perasaan berdukanya. - sadarkan bahwa harapan dibutuhkan tapi hindari harapan yg tak sesuai.diskusikan respon grief yg normal. - dorong penggunaan life reviw. - diskusikan apa yg diharapkan saat kehilangan terjadi.

- intervensi keperawatan yg dapat diberikan untuk disfungsional grief ; bina hubungan saling percaya. dorong klien untuk mengkonfrontasikan kehilangan . dorong klien untuk merelife memori masa lalunya dan diskusikan kehilaqngannya. libatkan tokoh agama/ rohaniawan jika dibutuhkan. laporkan / catat adanya prilaku yg tak sesuai, ilusi, hallusinasi. laporkan penggunaan obat- obatan dan alkohol. dorong kehadiran suport sistem.

evaluasi- waktu yg diperlukan pada masa akut berbeda beda dng setiap orang, paling tidak evaluasi dpt dilakukan setelah implementasi sampai tiga bulan setelah kehilangan terjadi.Kriteria evaluasi yg dapat mengukur keberhasilan askep pada anticipatory dan dysfungsional griefing adalah individu yg mengalaminya memperlihatkan :1. aktivitas harian normal2. dapat mengexpresikan kesedihan dan kecemasan.3. dapat membuat perencanaan prilaku dan hubungan sosial dan dpt beradaptasi tanpa obyek yg hilang.

Wassalamualaikum wr. wb,