asuhan kebidana n gangguan reproduksi pada ny. … · latarbelakang : mioma uteri adalah neoplasma...
TRANSCRIPT
ASUHAN KEBIDANA
NY. R UMUR 43
INDIKASI
DiajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratTugasAkhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NY. R UMUR 43 TAHUN P2A0POST HISTEREKTOMI
INDIKASI MIOMA UTERIDI RSU
SARILA HUSADA SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
DiajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratTugasAkhir
pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusunoleh:
LailaFatimatulMaliah
NIM B13022
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
N GANGGUAN REPRODUKSI PADA
POST HISTEREKTOMIDENGAN
DiajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratTugasAkhir
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NY.R UMUR 43 TAHUN P2A0 POST HISTEREKTOMI
DENGAN INDIKASI MIOMA UTERI DI RSU SARILA
HUSADA SRAGEN
Diajukan oleh :
Laila Fatimatul Maliah
NIM B13022
Telah diperiksa dan disetujui
Pada Tanggal ...........................................
Pembimbing
Erlyn Hapsari, SST., M. Keb
NIK. 200683018
iii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NY.R UMUR 43 TAHUN P2A0 POST HISTEREKTOMI
DENGAN INDIKASI MIOMA UTERIDI RSU SARILA
HUSADA SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah
Disusun oleh :
Laila Fatimatul Maliah
NIM B13022
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada Tanggal ................................
PENGUJI I
Ernawati, SST., M. Kes
NIK. 200886033
PENGUJI II
Erlyn Hapsari, SST., M. Keb
NIK. 200683018
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu pernyataan
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
Siti Nurjanah, SST., M. Keb
NIK.201188093
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Ibu Gangguan Reproduksi pada Ny. R
Umur 43Tahun P2A0 Post Histerektomi dengan Indikasi Mioma Uteri di RSU
Sarila Husada Sragen tahun”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud
untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan Prodi D III
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat
diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu NS., Wahyu Rima Agustin, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Stikes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah,SST., M. Keb selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Erlyn Hapsari, SST,. M. Keb selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Ernawati, SST., M. Kes selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
masukan dan saran
5. Drg. Evelina Yuliani, MPH selaku Direktur RSU Sarila Husada Sragen, yang
telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam melakukan Studi Kasus.
6. Seluruh Dosen dan Staf STIKes Kusuma Husada Surakarta terimakasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
7. Ny. R yang bersedia menjadi pasien dalam pengambilan studi kasus.
8. Bagian Perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh
referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
PenulismenyadaribahwadalampenulisanKaryaTulisIlmiahinimasihjauh dari
sempurna, olehkarenaitupenulismembukasaran demi kemajuan KaryaTulisIlmiah
selanjutnya, semogaKarya Tulis Ilmiah ini dapatbermanfaatbagisemuapihak.
v
daribahwadalampenulisanKaryaTulisIlmiahinimasihjauh dari
sempurna, olehkarenaitupenulismembukasaran demi kemajuan KaryaTulisIlmiah
selanjutnya, semogaKarya Tulis Ilmiah ini dapatbermanfaatbagisemuapihak.
Surakarta, Juni 2016
Penulis
daribahwadalampenulisanKaryaTulisIlmiahinimasihjauh dari
sempurna, olehkarenaitupenulismembukasaran demi kemajuan KaryaTulisIlmiah
selanjutnya, semogaKarya Tulis Ilmiah ini dapatbermanfaatbagisemuapihak.
Surakarta, Juni 2016
vi
Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2016
Laila Fatimatul Maliah
B13022
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI PADA
NY. R UMUR 43 TAHUN P2A0POST HISTEREKTOMI
DENGAN INDIKASI MIOMA UTERI DI RSU SARILA
HUSADA SRAGEN
Xi + 81 halaman + 13 lampiran
INTISARI
LatarBelakang : Mioma Uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan
otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya. Di Jawa Tengah sebanyak
600.000 kasus mioma uteri ditangani dengan dengan Histerektomi setiap
tahunnya, sedangkan Miomektomi hanya dilakukan pada sekitar 37.000 kasus
setiap tahunnya. Hasil studi kasus penahuluan yang dilakukan penulis di RSU
Sarila Husada Sragen pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Oktober
2015 didapatkan 40 kasus gangguan reproduksi yang meliputi Mioma Uteri
sebanyak 15 (37,5%), Kista Ovarium sebanyak 15 (37,5%), Ca Cervik sebanyak
10 (25%). Dari 15 kasus Mioma Uteri yang ada sebanyak 10 kasus (66,7%)
ditangani dengan Histerektomi sedangkan sisanya Laparoskopi sebanyak 5 kasus
(33,3%). Penanganan Post Histerektomi perlu dilakukan secara komprehensif
yaitu untuk mencegah timbulnya komplikasi setelah operasi.
Tujuan Studi Kasus : Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi
post histerektomi dengan indikasi mioma uteri di RSU Sarila Husada Sragen
dengan pendekatan 7 langkah Varney.
Metodologi Penelitian : Jenis studi kasus yang digunakan pada pengambilan data
ini yaitu deskriptif yang berlokasi di RSU Sarila Husada Sragen dengan
menggunakan format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan pengumpulan
data menggunakan data primer dan data sekunder.
Hasil Studi Kasus : Pada Ny. R dengan post histerektomi dengan indikasi mioma
uteri setelah dilakukan asuhan kebidanan 6 hari yaitu mengobsevasi KU, TTV,
luka bekas operasi, tetesan infus, jumlah urin, memberitahu ibu puasa sampai
flatus, memberi dukungan moril, memberi terapi. Didapatkan hasil sebelum
pulang keadaan ibu baik, tidak ada perdarahan, tidak ada pus, tidak ada bau pada
luka jahitan post histerektomi dan pada waktu control ibu mengatakan sudah
mampu melakukan kegiatan kecil seperti menyapu dan memasak.
Kesimpulan : Dalam kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan
praktik
Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, gangguan reproduksi, post histerektomi,
mioma uteri
Kepustakaan : 27 literatur (tahun 2005 s/d 2015)
vii
MOTTO
1. Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan
kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karna
hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Alloh apapun dan dimanapun kita
berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.
2. Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai kegagalan.
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati, Karya Tulis Ilmiah ini saya
persembahkan kepada :
1. Alloh SWT yang selalu memberikan Rahmat
dan KaruniaNya sehingga terwujud Karya Tulis
Ilmiah ini.
2. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu memberikan
dukungan, semangat dalam setiap langkah kaki
ini menapak. Doa yang selalu terucap dalam
setiap sujudmu dan kasih sayang yang tak akan
pernah berujung.
3. Kakakku tersayang Muhammad Taufik Hidayat
dan sepupuku tersayang terima kasih telah
memberiku dukungan dan semangat selama ini.
4. Teman-temanku tersayang (Yulia, Estrilia,
Sulani, Maisah) terima kasih selama ini selalu
ada bersamaku.
5. Teman-teman satu angkatan yang selalu
semangat
6. Semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini.
viii
CURRICULUM VITAE
Nama : LAILA FATIMATUL MALIAH
Tempat / tanggal lahir : Ngawi, 26 Desember 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. A. Yani GG. Glatik No. 06 RT/RW 005/002 Desa
Beran, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi
Riwayat Pendidikan
1. MI Al-FalahBeran, Ngawi LULUS TAHUN 2007
2. MTs NegeriParon, Ngawi LULUS TAHUN 2010
3. MA Negeri 2 Madiun, Madiun LULUS TAHUN 2013
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2013/2014
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
INTISARI ...................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................ vii
CURICULUM VITAE .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ................................................................................... 8
1. Gangguan Reproduksi ............................................................ 8
2. Mioma Uteri ........................................................................... 11
3. Post Histerektomi ................................................................... 19
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................ 21
C. Landasan Hukum........................................................................... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ........................................................................... 39
B. Lokasi Studi Kasus ........................................................................ 39
C. Subjek Studi Kasus........................................................................ 39
D. Waktu Studi Kasus ........................................................................ 40
E. Instrumen Studi Kasus .................................................................. 40
x
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 40
G. Alat-alat yang dibutuhkan ............................................................. 43
H. Jadwal Penelitian ........................................................................... 44
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .............................................................................. 46
B. Pembahasan .................................................................................. 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 79
B. Saran ............................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. JadwalPenyusunan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2. SuratPermohonanIjinStudiPendahuluan
Lampiran 3. SuratBalasanIjinStudiPendahuluan
Lampiran 4. SuratPermohonanIjinPenggunaanLahan
Lampiran 5. SuratBalasanIjinPenggunaanLahan
Lampiran 6. SuratPermohonanmenjadiPasien
Lampiran 7. SuratPersetujuanMenjadi Pasien (Informed Concent)
Lampiran 8. LembarPedomanWawancara (ASKEB)
Lampiran 9. LembarObservasi
Lampiran 10. SatuanAcaraPenyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Lembar Dokumentasi
Lampiran 13. LembarKonsultasi KaryaTulisIlmiah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatanreproduksimenurut WHO adalahkesejahteraanfisik, mental
dansosial yang utuhdalamsegalaaspek yang
berhubungandengansistemreproduksi,
fungsisertaprosesnyadanbukanhanyabebasdaripenyakitataukecatatan (Yanti,
2011).Kesehatanreproduksieratkaitannyadenganwanita.
Wanitamerupakansosok yang paling
seringmengalamimasalahkesehatanreproduksi yang
disebutgangguanreproduksi. Masalah gangguan reproduksi menurut Varney
(2007) antara lain: siklus menstruasi, nyeri abdomen/panggul bagian bawah,
massa panggul, sistem genitourinaria dan penapisan/diagnosis kanker.
Sedangkan menurut Irianto (2015) gangguan reproduksi terjadi pada wanita
seperti siklus mentruasi yang tidak teratur disebabkan karena gangguan
psikologis. Salah satugangguanreproduksi yang banyak dialami pada wanita
adalah mioma uteri.
Mioma uteri adalahneoplasmajinak yang berasaldarilapisanotot uterus
danjaringanikat yang menumpangnya, yang
jugadikenaldenganistilahfibromioma, leiomioma, ataupun fibroid
(Proverawati, 2009).Di Indonesia jumlahkejadianmioma uteri
menempatiurutankeduasetelahkankerserviks(ECI, 2015).
2
Mioma uteri dapat menurunkan infertilitas pada masa reproduktif, hal
inidisebabkanolehmenutupnyakanalisservikalisatau tuba falopisecara
3
mekanik (Hestiantorodkk, 2015).Penanganankasusmioma
uteridapatdilakukanmelaluiterapimedisinal (hormonal) danterapipembedahan.
Terapipembedahaniniada 2
yaitumiomektomidanhisterektomi.Histerektomimerupakanterapipembedahan
yang lebihseringdilakukanpadakasusmioma
uteri.Histerektomidilakukanpadawanitadenganpanggulkecildanrahimkecil
(Djuwantono, 2011).
Studiprevalensi yang dilakukanpadaJanuari-April 2015 di
AmerikaSerikatmencatatsebanyak 39% dari 600.000kasusmioma uteri
ditanganidenganhisterektomisetiaptahunnya.Di Indonesia mioma uteri
ditemukanpada2,39%-11,7%pasiendarisemuapasiengangguanreproduksi yang
dirawat. Di Jawa Tengahsebanyak 600.000kasusmioma uteri
ditanganidenganhisterektomisetiaptahunnya,
sedangkanmiomektomihanyadilakukanpadasekitar 37.000
kasussetiaptahunnya (ECI, 2015).
Hasilstudipendahuluan yang dilakukanpenulis di RSU SarilaHusada
Sragenpadabulan Oktober 2014 sampai dengan bulan Oktober2015
didapatkan40kasusgangguanreproduksiyang meliputi mioma uterisebanyak
15 (37,5%), kistaovarium sebanyak 15 (37,5%), caserviksebayak 10 (25%).
Berdasarkan penanganan mioma uteri sebanyak 10kasus dengan operasi
histerektomi sedangkan laparaskopi sebanyak 5 kasus.
Penangananpost histerektomi perlu dilakukan secara komprehensif.
Bidan memegang peranan yang penting dalam memberikan asuhan kebidanan
4
post histerektomi tersebut, untuk mencegah timbulnya komplikasi stelah
operasi anatara lain: hipovolemia, hematom, demam dan infeksi (Siswanto,
2008). Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. R Umur 43 Tahun
P2A0 Post Histerektomi dengan Indikasi Mioma Uteri di Sarila Husada
Sragen”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana memberikan asuhan kebidanan gangguan reproduksi
pada Ny. R Umur 43 TahunP2A0Post Histerektomi dengan indikasimioma
uteri di RSU SarilaHusadaSragenmenggunakan pendekatan manajemen
kebidanan 7 langkah Varney ?”
C. Tujuan studi kasus
1. Tujuan Umum
Melaksanakanasuhankebidanangangguanreproduksipada
Post Histerektomi dengan indikasimioma uteri di RSU
SarilaHusadaSragenmenggunakanpendekatan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu:
1) Melaksanakan pengkajian data secara menyeluruh pada Ny. R
Umur 43 TahunP2A0 Post Histerektomi dengan IndikasiMioma
Uteri di RSU SarilaHusadaSragen.
2) Melakukaninterpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan,
5
masalah, kebutuhan pada Ny. R Umur 43 TahunP2A0Post
Histerektomi dengan IndikasiMioma Uteri di
RSUSarilaHusadaSragen.
3) Menetapkan diagnosa potensial yang dapat terjadi pada Ny.
RUmur 43 Tahun P2A0Post Histerektomi dengan IndikasiMioma
Uteri di RSU Sarila Husada Sragen.
4) Menentukan dan melakukan antisipasi atau tindakan segera pada
Ny. RUmur 43 Tahun P2A0 Post Histerektomi dengan
IndikasiMioma Uteridi RSU Sarila Husada Sragen.
5) Membuatrencanatindakanmenyeluruhsesuaidengankondisipada
Ny. R Umur 43 TahunP2A0 Post Histerektomi dengan
IndikasiMioma Uteri di SarilaHusadaSragen.
6) Melaksanakan asuhan kebidanan sesuairencanatindakan yang
telahditetapkanpada Ny. RUmur 43 TahunP2A0 Post
Histerektomi dengan IndikasiMioma Uteri di RSU
SarilaHusadaSragen.
7) Melakukanevaluasi terhadap pelaksanaanasuhankebidanan pada
Ny. RUmur 43 TahunP2A0 Post Histerektomidengan Indikasi
Mioma Uteri di RSUSarilaHusadaSragen.
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan praktik
pada kasus gangguan reproduksipost histerektomi dengan
indikasimioma uteri di RSU Sarila Husada Sragen.
6
D. Manfaat studi kasus
1. Bagi penulis
Dapatmeningkatkanpengetahuandankemampuansertamemperolehpengala
mansecaranyatadalammelaksanakanasuhankebidananpadakasusgangguan
reproduksipost histerektomi dengan indikasimioma uteri.
2. Bagi profesi
Sebagaibahanmasukandanpertimbanganuntukmeningkatkankualitaspelay
ananbagitenagakesehatanlainnyadalammelaksanakanasuhankebidananpa
dakasusgangguanreproduksipost histerektomi dengan indikasimioma
uteri.
3. Bagi Instansi
a. RS
Memberikan gambaran data sebagai bahan evaluasi bagi pihak
rumah sakit untuk meningkatkan kualitas pelayanan gangguan
reproduksi post histerektomi dengan indikasimioma uteri.
b. Institusi
Dapatdigunakansebagaisumberbacaanataureferensiuntukmeningkatk
ankualitaspendidikankebidanankhususnyapadakasusgangguanreprod
uksipost histerektomidenganindikasimioma uteri.
7
E. Keaslian Studi Kasus
Asuhan kebidanan pada kasus gangguan reproduksi post histerektomi dengan
indikasimioma uteri sudah pernah dilakukan oleh :
1. Laurensia L (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul
“Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. N Post
Histerektomy Dengan Indikasi Mioma Uteri di RSUD Moewardi
Surakarta Tahun 2012. Jenis studi kasus menggunakan metode deskriptif.
Data subjektif yang didapat Ibu mengatakan mengeluh nyeri pada
abdomen saat menstruasi, perdarahan yang banyak, badan terasa lemas,
cepat lelah, kepala pusing dan merasakan sesak nafas. Ibu mengatakan
nyeri pada bekas operasi histerektomy, Ibu mengatakan sudah flatus jam
05.00 WIB dan minumsedikit jam 06.30 WIB, Ibu mengatakan takut
karena terpasang Dower Cateter, Ibu mengatakan obatnya sudah
diberikan. Asuhan yang diberikan meliputi: mengobservasi keadaan
umum, TTV dan perdarahan; melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
rencana histerektomi; menganjurkan ibu untuk berpuasa sebelum
dilakukan tindakan histerektomi; memberitahu ibu bahwa tindakan
histerektomy akan dilakukan pukul 15.00 WIB; mengobservasi dower
kateter tiap 2 jam, Berkolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian
terapi injeksi Cefotaxim : 1 gr / 8 jam, Metronidazol: 500 mg / 8 jam,
Torasic: 1 amp / 8 jam, Injeksi Ketorolac : 1 amp / 8 jam. Setelah
8
dilakukan asuhan selama 9 hari didapatkan ibu dalam keadaan sudah baik
dan tidak terjadi infeksi pada luka bekas operasi.
2. Purwati N. H, (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul
“Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi pada Ny. S Post
Histerektomy Atas Indikasi Mioma Uteri di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah ini merupakan bentuk laporan studi kasus
dengan menggunakan metode deskriptif. Data subjektif yang didapat ibu
mengatakan masih merasa nyeri pada luka bekas operasi, Keluarga ibu
mengatakan ibu sudah flatus kemarin pukul 18.00 WIB dan ibu sudah
diberi minum dan tidak muntah setelah diberi minum, Ibu mengatakan
merasa senang operasinya dapat berjalan dengan lancar, Ibu mengatakan
belum berani miring kanan-kiri dan belum bisa melakukan aktivitas, Ibu
mengatakan sudah bisa tidur pada malam hari tetapi belum nyenyak.
Asuhan yang diberikan yaitu mengobservasi KU,TTV, luka bekas
operasi, tetesan infus, jumlah urine, memberitahu ibu puasa sampai
flatus, memberi dukungan moril, memberi terapi didapatkan hasil
sebelum pulang keadaan ibu baik, tidak ada perdarahan, tidak ada pus,
tidak berbau pada luka jahitan post histerektomi dan pada waktu kontrol
ibu mengatakan sudah mampu melakukan kegiatan kecil seperti menyapu
dan memasak. Setelah dilakukan asuhan selama 10 hari didapatkan ibu
dalam keadaan sudah membaik dan tidak terjadi infeksi pada luka bekas
operasi.
Persamaan studi kasus ini dengan keaslian terletak pada jenis studi
9
kasus, teknik pengumpulan data dan hasil evaluasi. Sedangkan perbedaan
terletak pada waktu, tempat, subjek dan lama asuhan yang diberikan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Kesehatan Reproduksi
a. Pengertian
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi,
peran dan sistem reproduksi (Irianto, 2015).
b. Macam-macam Gangguan Reproduksi
Menurut Irianto (2015) dan Varney (2007), macam-macam
gangguan reproduksi antara lain:
1) Gangguan Menstruasi (haid)
Menurut Purwoastuti dkk (2015), beberapa gangguan
menstruasi yang paling sering muncul, yaitu:
a) Hiperminorea
Perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal,
yaitu 6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari.
b) Hipomenorea
Perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa, sebab kelainan terletak pada konstitusi penderita,
pada uterus (misal: sesudah operasi miom).
9
c) Polimenorea
Ketika seorang wanita mengalami siklus menstruasi yang
lebih sering. Wanita dengan polimenorea akan mengalami
menstruasi hingga dua kali atau lebih dalam sebulan dengan
pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif yang
sama atau lebih banyak dari biasanya.
d) Oligomenorea
Suatu keadaan di mana siklus menstruasi memanjang lebih
dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
e) Amenorea
Keadaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita.
f) Dismenore
Nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi
zat prostaglandin (Proverawati dan Misaroh, 2009).
g) Metrorrhagia
Perdarahan yang tidak teratur dan tidak menurut siklus,
perdarahan ireguler yang terjadi diantara 2 waktu
menstruasi (Proverawati dan Misaroh, 2009).
2) Nyeri abdomen dan panggul
Jenis nyeri abdomen dan panggul menurut Varney (2007),
meliputi:
10
a) Nyeri akut
Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri
adomen akut secara akurat merupakan keahlian yang
penting dalam perwatan kesehatan wanita.
b) Nyeri kronis
Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang
yang sering kali mengunjungi pemberi layanan kesehatann
dalam jangka waktu yang lama.
c) Inkontinesia Urine
Pengeluaran urine secara tidak sadar merupakan kondisi
yang membuat stres dan yang tidak dilaporkan karena
berbagai alasan, seperti rasa malu, pengingkaran dan
adanya anggapan bahwa satu-satunya penanganan adalah
pembedahan.
d) Endometriosis
Jaringan endometrium yang semestinya berada dilapisan
paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan
tumbuh ditempat lain (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
e) Tumor jinak vagina
Tumor jinak vagina merupakan kelainan pada vagina yang
jarang terjadi kecuali infeksi dan sisa pertumbuhan
(Manuaba, 2009).
11
f) Mioma uteri
Tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang
ada dirahim (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
2. Mioma Uteri
a. Pengertian
Mioma uteri merupakan tumor jinak padat dari otot polos
uterus, dikenal juga dengan istilah mioma atau leiomioma,
ditemukan sekurang-kurangnya pada 20-25 % wanita diatas usia 35
tahun (Djuwantono dkk, 2011).Menurut Proverawati dan
Misaroh(2009), mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal
dari lapisan otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya,
sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah fibromioma,
leiomioma, ataupun fibroid.Mioma uterimerupakan neoplasma
jinak yang berasal dari otot uterus danjaringan ikat yang
menumpangnya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).
b. Etiologi
Penyebab dari mioma uteri belum diketahui secara pasti.
Namun diduga ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
pertumbuhan mioma uteri, antara lain faktor hormonal yaitu
adanya hormon estrogen dan progesteron yang berperan dalam
perkembangan mioma uteri (Proverawati dan Misaroh, 2009).
12
c. Tanda dan gejala
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), keluhan yang
dirasakan penderita mioma uteri sebagai keluhan utama pada
umumnya adalah:
1) Perdarahan abnormal
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah
hipermenore, menoragi dan dapat juga terjadi metroragi. Hal
ini sering menyebabkan penderita juga mengalami anemia dari
perdarahan yang terus-menerus.
2) Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapidapat
ditimbulkan karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan
dilahirkan, juga pertumbuhannya yang mempersempit kanalis
servikalis dapat menyebabkan dismenore. Selain itu penyebab
timbulnya nyeri pada kasus mioma uteri adalah karena proses
degenerasi ganas. Penekanan pada visera oleh ukuran mioma
uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.
Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga
menimbulkan rasa yang tidak nyaman pada regio pelvis.
3) Efek penekanan
Penekanan oleh mioma uteri pada vesika urinaria
menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus urinarius, seperti
13
perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio
urin serta konstipasi dan tenesmia akibat menekan rektum.
d. Klasifikasi
Menurut Djuwantono, dkk (2011), mioma uteri diklasifikasikan
berdasarkan lokasi terjadinya diuterus, antara lain:
1) Mioma submukosa
Mioma submukosa didefinisikan mioma mencapai atau
mengganggu ruang endometrium. Mioma yang tumbuh kearah
kavum uteri dan menonjol dalam kavum uteri (Padila, 2015).
2) Mioma intramural
Mioma intramural didefinisikan sebagai mioma yang hanya
tumbuh pada miometrium dan tidak mengganggu jaringan
endometrium atau serosa dari uterus.
3) Mioma subserosa
Mioma subserosa yaitu mioma yang tumbuh kearah luar dan
menonjol pada permukaan uterus (Padila, 2015). Mioma
subserosa dapat diklasifikasikan lagi menjadi bertangkai dan
tidak bertangkai (Djuwantono dkk, 2011).
e. Komplikasi
Mioma uteri juga dapat menggangguterjadinya konsepsi alami
atau menurunkan hasil terapi infertilitas atau meningkatkan
kejadian keguguran berulang serta risiko kehamilan lainnya.Hal ini
14
disebabkan dengan menutupnya kanalis servikalis atau tuba falopi
secara mekanik (Hestiantoro dkk, 2015).
Menurut Manuaba (2010),beberapa pengaruh mioma uteri pada
kehamilan antara lain :
1) Infertilitas bila menutup lumen tuba fallopi
2) Mengganggu tumbuh kembang hasil konsepsi yang telah
berimplantasi (terjadi abortus, persalinan prematur) karena
terjadi gangguan vaskularisasi sehingga plasenta tidak mampu
memberi nutrisi yang cukup.
3) Saat in partu dapat terjadi insersio uteri primer atau sekunder.
Persalinan memerlukan intervensi medis.
4) Saat post partum dapat terjadi atonia disertai perdarahan
banyak. Retensio plasenta memerlukan tindakan tambahan.
5) Karena perdarahan post partum, secara tidak langsung mioma
uteri memudahkan terjadinya infeksi.
6) Involusi uterus mungkin lambat.
7) Segera setelah post partum, akumulasi darah yang tidak dapat
menyebabkan terjadinya red degenration merah pada mioma.
8) Red degeneration menimbulkann akut abdomen dan
memerlukan operasi dan bila perlu histerektomi.
Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), jenis mioma uteri
yang mempengaruhi proses persalinan terutama jenis intramural
dan submukosum.
15
Mioma uteri dapat menimbulkan beberapa dampak antar lain
pada:
1) Pertumbuhan leimiosarkoma
Mioma dicurigai sebagai sarcoma bila selama beberapa tahun
tidak membesar dan menjadi besar apabila sesudah menopause.
2) Torsi (putaran tangkai)
Ada kalanya tangkai padamioma uteri subserosum mengalami
putaran. Kalau proses ini terjadi mendadak, tumor akan
mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan
dan akan tampak gambaran klinik dari abdomenakut.
3) Nekrosis dan Infeksi
Pada mioma subserosa yang menjadi polip, ujung tumor
kadang-kadang dapat melalui kanalis servikalis dan dilahirkan
dari vagina, dalam ini kemungkinan gangguan situasi dengan
akibat nekrosis dan infeksi sekunder.
(Padila, 2015)
f. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hestiantoro, dkk (2015), diagnosamioma uteri dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan ultrasonografi (transvaginal,
transrektal dan abdominal) atau Magnetic Resonance Imaging
(MRI).
16
g. Penatalaksanaan
Mioma uteri dapat ditangani melalui terapi medisional dan
pembedahan.
1) Terapi medisinal (hormonal)
Menurut Djuwantono (2011), apabila sekresi estrogen dapat
dikurangi maka pertumbuhan mioma uteri dapat dihambat atau
dikurangi, bahkan dapat mengecilkan massa mioma. sehingga
sampai saat ini preparat yang dapat menekan kadar estrogen
banyak digunakan untuk terapi medikamentosa mioma uteri.
2) Terapi pembedahan
Menurut Djuwantono (2011) indikasi tindakan bedah yang
dilakukan untuk mengangkat jaringan mioma uteri,yaitu:
mempertahankan bahkan meningkatkan potensi reproduktif
bagi wanita yang ingin punya anak, menimbulkan rasa nyeri,
perdarahan uterus abnormal, menyebabkan infertilitas,
mengganggu pertumbuhan janin apabila terjadi kehamilan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan miomektomi dan
histerektomi.
a) Miomektomi
Miomektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan
untuk mengangkat jaringan mioma tanpa mengangkat
keseluruhan uterus. Tujuan operasi miomektomi adalah untuk
mempertahankan bahkan meningtkatkan potensi reproduksi
17
bagi wanita yang ingin mempunyai anak (Djuwantono, 2011).
Ada 3 cara yaitu :
(1) Laparatomi
Miomektomi dilakukan apabila ukuran mioma uteri
lebih dari 5 cm, walaupun beberapa ahli ada yang
mengambil batasan bila ukuran lebih dari 10 cm. Insisi
abdomen dapat dilakukan secara transversal atau mediani
inferior. Penggunaan tali karet (rubber tourniquets) dapat
dipasang didaerah servik sebelum dan selama operasi,
efektif untuk mengurangi perdarahan terutama pada
mioma yang ukurannya besar. Tujuannya untuk
menghambat perdarahan dari cabang arteri uterinya.
(2) Laparaskopi
Penempatan trokar optis diletakkan pada umbilikus
atau 10 cm lebih tinggi pada midline atau pada titik palmer
sesuai besar dan bentuk massa tumor. Trokar instrumen
dapat dipasang 2-3 jalur masuk diletakkan pada abdomen
bagian bawah sesuai kebutuhan. Tangkai dari mioma
dikoagulasi dengan forsep bipolar dan dipotong dengan
gunting laparoskopik atau diresseksi setelah peetakan loop
atau staplerr. Penjahitan tidak selalu diperlukan pada
mioma yang bertangkai.
18
(3) Histeroskopi
Bagi wanita yang memiliki gejala leiomioma
submukosa, operasi histeroskopi pada tumor jenis ini dapat
menunjukkan beberapa gejala pada kasus yang umum.
Orang yang dimungkinkan mengidap penyakit ini
diantaranya adalah wanita yang mengalami perdarahan
yang tidak wajar atau wanita dengan masalah kesuburan.
Sel-sel tumor yang akan dioperasi harus merupakan
submukosa atau intramural dengan komponen submukosa
pedunkulata dapat muncul seperti polip(Schorge, 2008).
b) Histerektomi
Menurut Schorge (2008), histerektomi adalah salah satu
dari frekuensi yang seringkali menampilkan cara genekologi.
Ada 3cara yaitu :
(1) Abdominal
Di United States kebanyakan uterus telah diangkat melalui
insisi abdominal. Salah satu dari 2 garis potong atau insisi
vertikal mungkin telah terpilih tergantung pada pengaturan
klinikal abdominal, histerektomi memperknankan
kemampuan yang terbaik untuk memanipulasi organ
pelvik.
19
(2) Vaginal
Cara ini dipilih oleh ahli bedah jika organ panggul kecil,
perlengkatan yang luas tidak diantisipasi, tidak ada
patologi adneksa yang signifikan diharapkan dan beberapa
derajat prolaps organ panggul hadir.Keuntungannya
pemulihan lebih cepat dan mengurangi biaya dari rumah
sakit dan nyeri pasca operasi.
(3) Laparoskopi
Cara ini dipilih untuk wanita dengan organ panggul kecil,
perlengketan yang luas tidak diharapkan, rahim kecil dan
ahli bedah yang keras kepala dalam teknik
laparoskopi.Meskipun pasien sembuh, tinggal dirumah
sakit dan skor nyeri pasca operasi sebanding dengan
orang-orang dari histerektomi vaginal.
3. Post Histerektomi
Menurut Widiarti (2008), perawatan yang diberikan pada
pasien dengan kasus post histerektomi atas indikasi mioma uteri antara
lain:
a. Menempatkan pada posisi sesuai pada saat pembiusan
b. Membimbing pasien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap
c. Memberikan diit makanan yang kaya akan nutrisi
d. Memberikan terapi berupa antibiotika spectrum luas sesuai hasil
kultur jika ada
20
e. Melakukan observasi pada pasien (tanda-tanda vital, keluhan
subjektif, perdarahan pervaginam, perdarahan luka operasi,
pengeluaran drain jika ada, eliminasi, kebersihan diri dan
genetalia, keadaan luka adanya infeksi.
f. Melakukan perawatan luka
g. Melakukan pengangkatan jahitan
h. Memberikan konseling tentang kebutuhan nutrisi, kebersihan diri,
cara minum obat, control pada hari yang ditentukan, jika ada
keluhan atau terjadi perdarahan pada luka segera menghubungi
tenaga medis.
i. Melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar HB dan
hematokrit. Apakah ibu mengalami Hb rendah maka segeri
dibutuhkan transfusi darah.
4. Komplikasi Post Histerektomi
Menurut Siswanto (2008), komplikasi post histerektomi ada 4 yaitu:
a. Hipovolemia
b. Hematom
c. Demam
d. Infeksi
21
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalammenerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis,
mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi
(Ambarwati dan Wulandari, 2010 ).
2. Proses Manajemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah yangmemperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan
komperhensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini
memberikan pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan
penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berarti
(Ambarwati dkk, 2010 ). Tujuh langkah proses manajemen kebidanan,
yaitu :
a. Langkah I : Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010 ).
22
1) Data Subjektif
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), data subjektif
adalah data yang mencakup identitas pasien.
a) Identitas Pasien
(1) Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
pelayanan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(2) Umur Pasien
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus post
histerektomiatas indikasi mioma uteripada wanita umur
diatas 35 tahun, dikarenakan dapat meningkatkan resiko
infeksi pada luka operasi (Siswanto, 2008).
(3) Agama Pasien
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(4) Pendidikan Pasien
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
23
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Suku/bangsa Pasien
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(6) Pekerjaan Pasien
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada kasus post histerektomi atas indikasi mioma
uteri mengetahui pekerjaan yang berat sangat penting
dikarenakan dapat meningkatkan resiko infeksi pada
luka operasi (Siswanto, 2008).
(7) Alamat Pasien
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b) Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang
berkaitan dengan Mioma Uteri (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada kasus post histerektomiatas indikasi mioma
uteri pasien mengeluh nyeri pada saat buang air besar, nyeri
abdomen akut, kelelahan, tekanan darah tinggi, penurunan
24
berat badan, adanya perdarahan, pengeluaran sekret melalui
vagina (Widiarti, 2008).
c) Riwayat Haid
Dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai
gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksinya
(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013). Beberapa data yang
harus yang kita peroleh dari riwayat menstruasi antara lain :
(1) Menarche
Menarche adalah usia pertama kali mengalami
menstruasi (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).
(2) Siklus
Siklus menstruasi adalah jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan
hari, biasanya sekitar 23-32 hari (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013).
(3) Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi
yang dikeluarkan kadang kita akan kesulitan untuk
mendapatkan data yang valid (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2013).
(4) Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang
dirasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit
25
yang sangat, pusing sampai pingsan, atau jumlah darah
yang banyak (Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).
d) Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
setatus yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan
selama menggunakan kontasepsi serta rencana KB
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis
seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
26
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat
ini yang ada hubungannya dengan Mioma Uteri
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
terhadap kesehatan pasien, yaitu apabila ada penyakit
keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
h) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makan, makanan pantangan
(Ambarwati dan wulandari, 2010).
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi
dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati dan Wulandari,
2010). Pada kasus post histerektomi atas indikasi mioma
27
uteri dilakukan observasi pada pengeluaran urin
(Widiarti, 2008).
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebisaan sebelum tidur misalnya
membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang,
penggunaan waktu luang (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(4) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus post
histerektomi atas indikasi mioma uteri menjaga
kebersihan diri dan genetalia sangat penting (Widiarti,
2008).
(5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
i) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus post histerektomiatas indikasi
mioma uteri pasien akan merasa ketergantungan sehingga
28
mengubah perannya sebagai ibu dan istri, sedih, merasa
dirinya tidak berguna lagi dan hanya akan menyusahkan
orang lain (Widiarti, 2008).
2) Data Objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk
menegakkan diagnosis (Sulistawati dan Nugraheny,
2013).Langkah-langkah pemeriksaan menurut Sulistyawati dan
Nugraheny, (2013) antara lain :
a) Status generalis
(1) Keadaan umum
Data ini didapat dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan. Hasil pengamatan yang dilaporkan
kriterianya adalah baik atau lemah (Astuti, 2012). Pada
kasus post histerektomiatas indikasi mioma uteri
keadaan pasien lemah (Widiarti, 2008).
(2) Kesadaran
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan
(Astuti, 2012). Pada kasus post histerektomiatas
indikasi mioma uterikesadaran pasien
composmentis(Widiarti, 2008).
29
(3) Tanda vital
(a) Tekanan darah
Tekanan darah normal, sistolik antara 110 sampai
140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90
mmHg (Astuti, 2012). Pada kasus post
histerektomiatas indikasi mioma uteripasien
akan mengalami peningkatan tekanan darah
(Widiarti, 2008).
(b) Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan dengan meraba pulsasi
pada arteri, frekuensi nadi normal 60-100kali/menit
(Astuti, 2012).
(c) Pernapasan
Frekuensi pernapasan normal 16-24 kali/menit
(Astuti, 2012).
(d) Suhu
Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5-
37,20C (Astuti, 2012).
(e) Berat badan
Untuk mengetahui kenaikan atau penurunan berat
badan yang mendadak (Astuti, 2012).
30
(f) Tinggi badan
Untuk mengetahui ukuran panggul sempit atau tidak
(Astuti, 2012).
b) Pemeriksaan Sistematis
(1) Kepala
(a) Muka
Meliputi pemeriksaan oedema keadaan muka
(Astuti, 2012).
(b) Mata
Meliputi pemeriksaan: conjungtiva, sclera dan
oedema (Astuti, 2012).
(c) Telinga
Meliputi pemeriksaan: tanda infeksi, serumen dan
kesimetrisan (Astuti, 2012).
(d) Hidung
Meliputi pemeriksaan: sekret dan polip (Astuti,
2012).
(e) Mulut, gigi dan gusi
Meliputi pemeriksaan: keadaan bibir, stomatitis,
karies dan lidah (Astuti, 2012).
31
(2) Leher
Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,
pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena
jugularis atau tumor (Astuti, 2012).
(3) Dada dan axilla
Meliputi pemeriksaan: simetris, pembesaran, areola,
putting, kolostrum, tumor, pembesaran kelenjar limfe
ketiak, massa dan nyeri tekan (Astuti, 2012).
(4) Abdomen
Untuk mengetahui luka bekas operasi dan pembesaran
perut (Astuti, 2012). Pada kasus post histerektomiatas
indikasi mioma uteri terdapat luka operasi (Widiarti,
2008).
(5) Pemeriksaan Anogenital
Vulva vagina
Untuk mengetahui adanya varieses, luka, kemerahan,
pengeluaran pervaginam, kelenjar bartholini (bengkak,
massa) (Astuti, 2012). Pada kasus post histerektomiatas
indikasi mioma uteri terdapat perdarahan pervaginam,
pengeluaran sekret dan perdarahan pascakoitus
(Widiarti, 2008).
(6) Anus
Untuk mengetahui adanya haemoroid (Astuti, 2012).
32
(7) Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya oedema, varises, kuku jari
dan reflek patella (Astuti, 2012).
c) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnose,
apabila diperlukan misalnya pemeriksaan laboratorium
(Varney, 2007). Pada kasus post histerektomiatas indikasi
mioma uteri dilakukan pemeriksaan Ultrasounddigunakan
untuk menentukan lokasi dan luasnya hematom, jika terjadi
perdarahan pada 24 jam pertama(Siswanto, 2008).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan (Sulistyawati, 2013).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan Para,
Abortus, Anak hidup, umur ibu, dan keadaan ibu (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Pada kasus post histerektomi atas
indikasi mioma uteri diagnosa Kebidanan yang ditegakkan
adalah : Ny. X umur X tahun PXAX post histerektomi atas
indikasi mioma uteri.
Data dasar meliputi :
Data Subjektif
33
Menurut Widiarti, (2008), data subjektif meliputi:
a) Ibu mengatakan bernama Ny. X dan berumur X tahun
b) Ibu mengatakan sudah melahirkan X kali dan belum pernah
keguguran
c) Ibu mengatakan sudah dilakukan operasi pengangkatan
rahim
d) Ibu mengatakan nyeri pada bekas luka
Data Obyektif
Menurut Widiarti (2008), data objektif meliputi :
a) Keadaan umum lemah
b) Kesadaran composmentis
c) Vital sign tekanan darah mengalami peningkatan
d) Abdomen terdapat luka bekas operasi
e) Pemeriksaan anogenital meliputi : Pengeluaran
pervaginam, eliminasi, kebersihan diri dan genetalia,
2) Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien
(Ambarwati dan wulandari, 2010). Pada post histerektomi atas
indikasi mioma uteri masalah yang dihadapi pasien yaitu sedih
karena menyusahkan orang dan nyeri pada luka bekas operasi
(Widiarti, 2008).
34
3) Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati,
2013).Pada kasus post histerektomi atas indikasi mioma uteri
kebutuhan yang diberikan yaitu dukungan moril dan kebutuhan
konseling seperti: kebutuhan nutrisi dan perawatan luka
(Widiarti, 2008).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin
akan terjadi. Pada langkah ini diidetifikasikan masalah atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa,
hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan
menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-
benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).Pada kasus post
histerektomi atas indikasi mioma uteridiagnosa potensial yang
dapat ditetapkan yaitu terjadi hipovolemia, hematom, demam dan
infeksi (Siswanto, 2008).
d. Langkah IV: Tindakan Segera / Antisipasi Masalah
Dalam penatalaksanaannya terkadang bidan dihadapkan pada
beberapa situasi yang memerlukan penanganan segera (emergensi)
di mana bidan harus segera melakukan tindakan untuk
menyelamatkan pasien, namun kadang juga berada pada situasi
pasien yang memerlukan tindakan segera sementara menunggu
35
intruksi dokter, atau bahkan mungkin juga situasi pasien
yang memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain
(Sulisyawati, 2013). Pada kasus pots histerektomi atas indikasi
mioma uteritindakan segera yang dapat ditetapkan yaitu: perawatan
luka, observasi perdarahan pada luka operasi, perdarahan
pervaginam, pengeluaran drain (Widiarti, 2008).
e. Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau
dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan
kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang
akan teradi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut Widiarti (2008), perawatan post histerektomi yaitu:
1) Tempatkan pada posisi sesuai pada saat pembiusan
2) Bimbing pasien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap
3) Berikan diit makanan yang kaya akan nutrisi
4) Berikan terapi berupa antibiotika spectrum luas sesuai hasil
kultur jika ada
5) Lakukan observasi pada pasien (tanda-tanda vital, keluhan
subjektif, perdarahan pervaginam, perdarahan luka operasi,
36
pengeluaran drain jika ada, eliminasi, kebersihan diri dan
genetalia, keadaan luka adanya infeksi.
6) Lakukan perawatan luka
7) Lakukan pengangkatan jahitan
8) Berikan konseling tentang kebutuhan nutrisi, kebersihan diri,
cara minum obat, control pada hari yang ditentukan, jika ada
keluhan atau terjadi perdarahan pada luka segera menghubungi
tenaga medis.
9) Lakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar HB dan
hematokrit. Apakah ibu mengalami Hb rendah maka segeri
dibutuhkan transfusi darah.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada
kasus post histerektomi atas indikasi mioma uteri pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
g. Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terahkir guna mengevaluasi
keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah
dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang
belum terlaksana (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus
post histerektomi atas indikasi mioma uteri yang diharapkan adalah
37
keadaan umum ibu baik,tidak terjadi perdarahan dan tidak terjadi
infeksi pada bekas operasi (Widiarti, 2008).
3. Data Perkembangan SOAP
Menurut Walyani (2015) metode SOAP merupakan singkatan dari :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
data fokus untuk mendukung asuhan kebidanan langkah I Varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
sebagai langkah Varney yang ke 2, 3, 4. Data subjektif dan objektif
dalam suatu identifikasi:
a. Masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi
atau kolaborasi
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan pelaksanaan
dan evaluasiberdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney.
38
C. Landasan Hukum
Kewenangan bidan yang sesuai dengan kompetensi bidan di
Indonesia dalam kasus gangguan sistem reproduksi dengan indikasi
miomauteri, diatur dalam keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. Dalam kasus ini pelayanan
kebidanan sesuai dengan pasal:
Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 12 : Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf c, berwenang untuk :
1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom (Menkes RI, 2010).
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi
Studikasusini merupakan studi menggunakan metode
deskriptifobservasionalyaitupengamatanterhadapsekumpulanobjek yang
bertujuanuntukdapatmenggambarkanfenomena yang
terjadididalamsuatupopulasitertentu (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini
menggambarkan asuhan kebidanan gangguanreproduksipada Ny.R Umur 43
TahunP2A0Post Histerektomi dengan IndikasiMioma Uteridi RSU
SarilaHusadaSragen.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan di RSU Sarila Husada
Sragen.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti (Arikunto, 2013).
Subjek yang diambil dalam studi kasus ini adalah Ny. R Umur 43 Tahun
P2A0Post Histerektomi dengan IndikasiMioma Uteri.
40
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus merupakan batas waktu dimana pengambilan kasus
diambil (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan
Desember 2015 sampai dengan bulan Mei 2016.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini penulis menggunakan
format asuhan kebidanan ibu gangguan reproduksi dengan pendekatan
manajemen 7 langkah Varney dan lembar observasi SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diambil dari pasien meliputi data primer dan data sekunder:
1. Data primer
Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan
mengenakan alat pengukuran atau alat pengambil data, langsung pada
subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Saryono, 2011).
Data primer diperoleh dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan
menggunakan mata (Priharjo, 2007). Dalam kasus ini inspeksi
dilakukan pada kepala, rambut, muka, mata, hidung, telinga,
41
mulut, gigi, gusi, leher, dada, axilla, abdomen, anus dan
ekstremitasdananogenital (pengeluaran pervaginam), perdarahan
pada luka operasi, keadaan luka dan adanya infeksi.
2) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau
rabaan, metode ini dikerjakan untuk mendeterminasi ciri-ciri
jaringan atau organ (Priharjo, 2007). Dalam kasus ini dilakukan
pemeriksaan palpasi pada abdomen, luka operasi, mammae dan
ekstermitas.
3) Auskultasi
Auskultasi merupakan metode pengkajian yang
menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran
(Priharjo, 2007). Pada pengambilankasus ini penulis melakukan
pemeriksaan auskultasi untuk mendeteksi tekanan darah.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden)
(Notoatmodjo, 2012). Wawancara ini dilakukan padaNy.RP2A0
Umur 43 Tahun Post Histerektomi dengan IndikasiMioma Uteri,
pasien, keluarga dan dokter yang menangani pasien.
c. Observasi
42
Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden
penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan
diteliti (Hidayat,
2014).Observasidilakukanuntukmengetahuiperkembangankeada
anpasien meliputi: TTV, keadaan umum, kesadaran,
pengeluaran pervaginam, perdarahan pada luka operasi,
kebersihan diri dan genetalia, keadaan luka dan adanya
infeksidilakukansetelahpost
histerektomisampaikeadaanpasienmembaik.
2. Data sekunder
Menurut Saryono (2011), data sekunder adalah data yang diperoleh
lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek
penelitinya. Data sekunder diperoleh melalui:
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto,
2013).Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan
mengumpulkan data yang diambil dari rekam medik pasiendi RSU
SarilaHusadaSragen.
b. Studi kepustakaan
43
Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan
oleh peneliti dalam rangka mencari landasan teoritis dari
permasalahan penelitian (Hidayat, 2014). Studi kasus gangguan
reproduksipost histerektomi dengan indikasimioma uteri, penulis
menggunakan sumber buku dari tahun 2005-2015, jurnal 2015.
G. Alat-alat yang dibutuhkan
Dalam melaksanakan studi kasus penulis menggunakan alat-alat sebagai
berikut :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data(wawancara) :
a. Format pengkajian pada ibu gangguan reproduksi.
b. Buku tulis dan alat tulis
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
a. Spigmomanometer
b. Stetoskop
c. Termometer
d. Alat pengukur waktu
e. Handscoon steril
f. Kassa steril
g. Larutan betadine
h. Larutan NaCl
i. Gunting plester
j. Bak instrumen
44
k. Gelas ukur (untuk mengetahui hasil pengeluaran urine berapa ml)
l. Kateter
m. Bengkok
n. Alkohol 70%
o. Pinset anatomis dan cirugis
p. Kom
q. Plastik sampah
r. Plaster / hipavik
3. Alat dan bahan dalam pendokumentasian
a. Status atau catatan pasien
b. Rekam medik
c. Alat tulis
H. Jadwal Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai
menyusun proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Jadwal penelitian ini terlampir.
45
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
Ruang : Delima
Tanggal Masuk :12 Desember 2015
No Register : 069367
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 15 Desember 2015 pukul : 12.00 WIB
A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
1. Nama :Ny. R Nama : Tn. S
2. Umur : 43 Tahun Umur : 43 Tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku Bangsa : Jawa, Indonesia Suku Bangsa :Jawa, Indonesia
5. Pendidikan : SMP Pendidikan :SMP
6. Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Swasta
7. Alamat : Cekel Rt. 01/Rw. 03 Badran, Sambirejo
B. ANAMNESA ( DATA SUBYEKTIF )
Tangga :15 Desember 2015 Pukul :12.00 WIB
1. Keluhan utama pada waktu masuk :Ibu mengatakan masih lemes dan
terasa nyeri pada luka jahitan setelah menjalani operasi pengangkatan
rahim tanggal 15 Desember 2015 pada pukul 09.00 WIB
46
2. Riwayat menstruasi
a. Menarche :Ibu mengatakan haid pertama umur 14 tahun
b. Siklus :Ibu mengatakan siklus haidnya 28 hari
c. Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 6-7 hari
d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 3-4 hari
sehari
e. Teratur / tidak teratur :Ibu mengatakan haidnya tidak teratur
f. Sifat darah :Ibu mengatakan sifat darah encer berwarna
merah
g. Dismenorhoe :Ibu mengatakan kadang nyeri pada saat hari
pertama
3. Riwayat Perkawinan
a. Status perkawinan : sah, kawin : 1 kali
b. Kawin/ menikah : umur 28 tahun, dengan suami umur 30 tahun
Lamanya : 21 tahun, anak 2 orang
4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
No Tgl/Thn
Partus
Tempat
Partus
Umur
Khmln
(Bulan)
Jenis
Partus Penolong
Anak Nifas Keadaan
Anak
Sekarang JENIS
(P / L )
BB
(gram)
PB
(cm) Kead Laktasi
1
2
20-02-1994
18-06-2004
RS
RS
39 mgg
40 mgg
SC
SC
Dokter
Dokter
L
P
2100
2300
46
48
Baik
Baik
1 thn
1,5 thn
Hidup
Hidup
5. Riwayat Keluarga Berencana
a. Metode yg pernah dipakai : Ibu mengatakan menggunakan KB
suntik 3 bulan.Lama Penggunaan 5 tahun
47
b. Keluhan selama pemakaian kontrasepsi :Ibu mengatakan tidak ada
keluhan
6. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan setelah operasi
merasakan nyeri pada luka jahitan
dan ibu merasa takut untuk bergerak
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung :Ibu mengatakan tidak pernah nyeri dada sebelah
kiri dan tidak mudah lelah saat beraktivitas
2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sakit
pinggang kanan/kiri dan tidak sakit saat BAK
3) Asma :Ibu mengatakan tidak pernah sesak napas
4) TBC : Ibu mengatakan tidak pernah batuk
berkepanjangan lebih dari 2 minggu
5) Hepatitis :Ibu mengatakan tidak pernah kuning pada mata,
kulit, kuku dan tidak pernah BAK seperti air teh
6) DM :Ibu mengatakan tidak pernah merasa lapar, haus
dan tidak sering BAK pada malam hari
7) Hipertensi :Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat
tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg
8) Epilepsi :Ibu mengatakan tidak pernah kejang disertai
keluar busa dari mulut
48
9) Lain – lain :Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
lain seperti HIV/AIDS
c. Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan baik dari
keluarganya maupun keluarga suami
tidak memiliki riwayat penyakit
menurun dan menular
d. Riwayat keturunan kembar : Ibu mengatakan baik dari
keluarganya dan keluarga suami
tidak ada riwayat keturunan kembar
e. Riwayat operasi : Ibu mengatkan pernah melakukan
operasi SC
7. Pola kebiasaan sehari-hari :
a. Pola nutrisi
1) Sebelum masuk rumah sakit
a) Ibu mengatakan makan 2-3 kali sehari porsi sedang satu piring
nasi, sayur, lauk dan sedikit buah
b) Ibu mengtakan minum 6-7 gelas air putih dan kadang minum
air teh
2) Setelah operasi
Ibu mengatakan masih berpuasa
b. Pola eliminasi
1) Sebelum masuk rumah sakit
49
a) Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan
b) Ibu mengatakan BAK 5-6 kali sehari, warna kuning jernih
2) Setelah operasi
a) Ibu mengatakan belum BAB
b) Ibu mengatakan sudah BAK terpasang dower cateter
pengeluaran ± 45 cc pada jam 10.00 WIB
c. Pola istirahat
1) Sebelum masuk rumah sakit
Ibu mengatakan tidur malam 6-7 jam dan siang 1-2 jam
2) Setelah operasi
Ibu mengatkan tidur siang ± 1 jam dari post histerektomi pukul
10.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB.
d. Personal hygiene
1) Sebelum masuk rumah sakit
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali, ganti
pakaian 2 kali, ganti pembalut selama perdarahan 3 kali sehari.
2) Setelah operasi
Ibu mengatakan belum mandi tetapi meminta keluarga untuk
menyibin.
e. Pola aktivitas
1) Sebelum masuk rumah sakit
Ibu mengatakan seorang ibu rumah tangga
50
2) Setelah operasi
Ibu mengatakan belum bisa melakukan aktivitas apapun dan
hanya tiduran ditempat tidur.
f. Pola seksual
Ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit ibu melakukan
hubungan seksual 2 kali dalam seminggu dan terasa nyeri pada saat
malakukan hubungan seksual.
g. Data psikologis
Ibu mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya saat ini
C. PEMERIKSAAN FISIK ( DATA OBYEKTIF )
1. Status generalis
a. Keadaan Umum :kurang
b. Kesadaran :composmentis
c. TTV : TD :150/80 mmHg
N : 70x/menit
S : 370C
R : 22 x/menit
d. TB : 156 cm
e. BB : 54 kg
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : bersih, hitam, tidak rontok
51
2) Muka : pucat, bersih, tidak oedema
3) Mata :
a) Oedema : tidak oedema
b) Conjungtiva : merah muda
c) Sklera : putih
4) Hidung : bersih, tidak ada secret, tidak ada
benjolan
5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen,
tidak ada benjolan
6) Mulut / gigi / gusi : bersih, tidak karies, tidak berdarah
b. Leher
1) Kelenjar Gondok : tidak ada pembesaran
2) Tumor : tidak ada benjolan
3) Pembesaran Kelenjar Limfe : tidak ada
b. Dada dan Axilla
1) Mammae
a) Membesar : normal
b) Tumor : tidak ada benjolan
c) Simetris : simetris kanan kiri
d) Puting susu : menonjol
2) Axilla
a) Benjolan : tidak ada
b) Nyeri : tidak ada nyeri tekan
52
c. Abdomen
1) Pembesaran hati : tidak ada
2) Benjolan / Tumor : tidak ada
3) Nyeri tekan : tidak ada
4) Luka bekas operasi : ada luka bekas operasi
post histerektomi
d. Anogenital
1) Vulva Vagina
a) Varices : tidak ada
b) Luka : tidak ada
c) Kemerahan : tidak ada
d) Nyeri : tidak ada
e) Pengeluaran pervaginam:
(1) Keputihan : tidak ada
(2) Keluhan lain : bercak darah merah segar
f) Uretra : terpasang dower cateter
pengeluaran 40 cc
2) Inspekulo
a) Servik/portio : tidak dilakukan
3) Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan
4) Anus
a). Haemorhoid : tidak ada
b). Lain – lain : tidak ada
53
e. Ekstremitas
1) Atas : simetris, tidak ada varices, tidak oedema, pada tangan kiri
terpasang infuse RL 20 tetes/menit
2) Bawah :
a) Varices : tidak ada
b) Oedema : tidak ada
c) Reflek Patella : tidak dilakukan
d) Kuku : bersih
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium :pada tanggal 15 Desember 2015
pukul 10.30 WIB Hb 11,05 gr%
b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 15 Desember 2015 Pukul : 12.20 WIB
A. Diagnosa Kebidanan
Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri.
Data Dasar :
DS :
1. Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka bekas operasi pengangkatan
rahim pada tanggal 15 Desember 2015 pukul 09.00 WIB
54
2. Ibu mengatakan takut menggerakkan tubuhnya karena masih merasa
nyeri pada luka jahitan, mual, pusing dan hanya tiduran belum
beraktivitas apapun
3. Ibumengatakan masihpuasa, tidak makandan minum apapun karena
belum buang angin
4. Ibu mengatakan sedih karena menyusahkan orang lain
DO :
1. Keadaan umum : kurang
2. Kesadaran :composmentis
3. TTV : TD : 150/80 mmHg
N : 70x/menit
S : 370C
R : 22 x/menit
4. Abdomen : ada bekas luka operasi post histerektomi yang tertutup
kassa steril
5. Ekstremitas : terpasang infus RL 20 tetes/menit pada tangan sebelah
kiri
6. Uretra : terpasang dower cateter pengeluaran 40 cc, kuning
jernih
7. Vulva : bercak darah berwarna merah segar
8. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 15 Desember 2015 pukul
10.30 WIB Hb 11,05 gr%
55
B. Masalah
Ibu mengatakan merasa sedih karena menyusahkan orang lain dan nyeri
pada luka bekas operasi
C. Kebutuhan
Beri dukungan moril dan kebutuhan konseling seperti kebutuhan nutrisi dan
perawatan luka.
III. DIAGNOSA POTENSIAL
Infeksi
IV. TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk terapi post histerektomi, yaitu:
a. Infus : RL 20 tetes/menit
b. Injeksi sharox : 1gr/12 jam
c. Injeksi kalnex : 1amp/12 jam
d. Injeksi gentamycin : 1amp/12 jam
e. Membuka perban luka pada hari ke 3
V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 15 Desember 2015 Pukul : 12.25 WIB
1. Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital setiap 8 jam
2. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
56
3. Latih ibu untuk mobilisasi dini miring kanan dan kiri
4. Observasi dower catetersetiap 4 jam
5. Beritahu ibu diperbolehkan minum air putih tetapi belum boleh makan
sebelum buang angin
6. Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian terapi obat :
a. Infus : RL 20 tetes/menit
b. Injeksi xarox : 1gr/12 jam
c. Injeksi kalnex : 1amp/12 jam
d. Injeksi gentamycin : 1amp/12 jam
VI. IMPLEMENTASI / PELAKSANAAN
Tanggal : 15 Desember 2015 Pukul : 12.30 WIB
1. Pukul 12.40 WIB memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan
2. Pukul 12.45 WIB melatih ibu untuk melakukan mobilisasi dini miring ke
kanan dan kiri
3. Pukul 13.00 WIB mengobservasi dower cateter pengeluaran urin 65 cc
tiap 4 jam
4. Pukul 13.10 WIB memberitahu ibu bahwa ibu boleh minum air putih
tetapi belum boleh makan sebelum flatus
5. Pukul 21.00 WIB memberi terapi injeksi sesuai advis dokter berupa :
a. Infus : RL 20 tetes/menit
b. Injeksi sharox : 1gr/12 jam
c. Injeksi kalnex : 1amp/12 jam
57
d. Injeksi gentamycin : 1amp/12 jam
VII. EVALUASI
Tanggal : 15 Desember 2015 Pukul : 21.00 WIB
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Ibu masih belum berani mobilisasi dini miring kekanan dan kekiri
3. Dower cateter terpasang pengeluaran urin 45cc berwarna kuning jernih
4. Ibu sudah minum air putih dan sudah buang angin pada pukul 15.00 WIB
5. Terapi sudah diberikan
58
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 16 Desember 2015 Pukul : 08.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada luka bekas operasi
2. Keluarga ibu mengatakan ibu sudah buang angin pada pukul 15.00 WIB
dan minum air putih dan sudah makan nasi bubur satu sendok pada pukul
18.00 WIB
3. Ibu mengatakan belum berani miring kanan dan kiri
4. Ibu mengatakan bisa tidur pada malam hari tetapi tidak nyenyak
O :
1. Keadaan umum : cukup
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 140/80 mmHg
N : 68 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,70C
4. Mata :konjungtiva merah muda sclera putih
5. Abdomen : keadaan luka tertutup kassa steril
6. Ekstremitas : terpasang infus RL 20 tetes/menit
7. DC terpasang : pengeluaran urin 250cc berwarna kuning jernih
59
A :
Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi dengan indikasi mioma uteri
dalam perawatan hari ke 2
P :
Tanggal : 16 Desember 2015 Pukul : 08.05 WIB
1. Pukul 08.25 WIB menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
berupa bubur lunak, telur, sayur bayam, 1 gelas sari kacang hijau dan 1
gelas teh hangat.
2. Pukul 08.30 WIB menganjurkan ibu untuk banyak minum air putih
3. Pukul 09.00 WIB melanjutkan terapi injeksi sesuai advis dokter berupa :
a. Injeksi sharox : 1gr/12 jam
b.Injeksi kalnex : 1amp/12 jam
c. Injeksi gentamycin : 1amp/12 jam
4. Pukul 09. 30 WIB melatih ibu untuk mobilisasi dini miring kekanan dan
kekiri
5. Pukul 09.40 WIB mengobservasi pengeluaran urin dalam dower cateter
6. Pukul 10.00 WIB melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan
laboratorium
7. Pukul 21.00 WIB melanjutkan terapi injeksi sesuai advis dokter berupa :
a. Injeksi sharox : 1gr/12 jam
b. Injeksi kalnex : 1amp/12 jam
c. Injeksi gentamycin : 1amp/12 jam
60
EVALUASI
Tanggal : 16 Desember 2015 Pukul : 21.00 WIB
1. Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 130/80 mmHg
N : 76 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,80C
2. Ibu sudah memenuhi kebutuhan nutrisi berupa bubur lunak, telur, sayur
bayam, sari kacang hijau dan teh hangat
3. Ibu sudah bisa mobilisasi ke kanan
4. Pengeluaran urin 210 cc didalam dower cateter
5. Ibu sudah diambil darah sebanyak 3cc
6. Terapi sudah diberikan sesuai advis dokter
61
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 17 Desember 2015 Pukul : 08.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi mulai berkurang
2. Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri
3. Ibu sudah makan dan minum yang disediakan oleh rumah sakit berupa
nasi bubur, sayur kacang, 1 ikan, 1 apel dan 1 gelas air putih
4. Ibu mengatakan sudah tidur nyenyakdimalam hari
5. Ibu sudah BAB pada pukul 05.00 WIB
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 370C
R : 23 x/menit
4. Mata : konjungtiva merah muda sklera putih
5. Abdomen : keadaan luka masih tertutup kassa steril
6. Eliminasi : masih terpasang DC 100 cc
7. Ekstremitas : terpasang infus RL 20 tetes/menit
8. Anogenital : pengeluaran pervaginam berupa bercak darah
9. Hasil pemeriksaan laboratorium
62
a. Hb :12 gr%
b. Hematokrit : 34%
c. Leukosit : 15.000/ul
A :
Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri dalam perawatan hari ke 3
P :
Tanggal : 17 Desember 2015 Pukul : 08.05 WIB
1. Pukul 08.05 WIB melatih ibu untuk mobilisasi seperti duduk kemudian
berjalan
2. Pukul 08.15 WIB menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
berupa bubur nasi, tempe, sayur asam, 1 buah jeruk dan air putih
3. Pukul 08.20 WIB melakukan medikasi luka jahitan dan mengganti dengan
kassa steril
4. Pukul 09.00 WIB melanjutkan terapi injeksi sesuai advis dokter berupa :
a. Injeksi sharox : 1gr/12 jam
b. Injeksi kalnex : 1amp/12 jam
c. Injeksi gentamycin : 1amp/12 jam
5. Pukul 11.00 WIB mengobservasi tetesan infuse RL 20 tetes/menit
6. Pukul 09.00 WIB melanjutkan terapi injeksi sesuai advis dokter berupa :
a. Injeksi sharox : 1gr/12 jam
b. Injeksi kalnex : 1amp/12 jam
c. Injeksi gentamycin : 1amp/12 jam
63
EVALUASI
Tanggal :17 Desember 2015 Pukul : 21.00 WIB
1. Ibu mau mobilisasi selanjutnya seperti duduk kemudian berjalan
2. Ibu sudah makan makanan yang disediakan oleh rumah sakit
3. Sudah dilakukan medikasi, keadaan luka mulai kering dan tidak berbau
tidak ada pus.
4. Injeksi sudah diberikan sesuai dengan advis dokter
64
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 18 Desember 2015 Pukul : 08.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan keadaanya sudah mulai membaik dan sudah tidur
nyenyak
2. Ibu mengatakan sudah makan makanan dari rumah sakit berupa nasi
bubur, sayur bayam, telur ayam, susu kedelai dan 1 buah pisang
3. Ibu mengatakan rasa nyeri pada luka jahitan sudah berkurang
4. Ibu mengatakan sudah bisa duduk dan berjalan
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit
R : 22x/menit
S : 36,50C
4. Conjungtiva : merah muda
5. Abdomen : keadaan luka masih tertutup kassa steril
6. Anogenital :dower cateter sudah dilepas
7. Terpasang infus RL 20 tetes/menit
65
A :
Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi dengan indikasi mioma
uteri dalam perawatan hari ke 4
P :
Tanggal : 18 Desember 2015 Pukul : 08.10 WIB
1. Pukul 08.10 WIB memberikan obat sesuai dengan advis dokter yaitu :
a. Cefadroxil (500mg) 10 tablet : 2x1 tablet
b. Ferobion (250mg) 10 tablet : 1x1 tablet
c. Vit. C (200mg) : 1x1 tablet
d. Asam mefenamat (250mg) : 3x1 tablet
2. Pukul 08.20 WIB melepas infus
3. Pukul 08.25 WIB memberikan support dan menjelaskan pada ibu bahwa
keadaan sudah membaik
4. Pukul 08.30 WIB menganjurkan ibu untuk makan makanan yang berprotein
tinggi seperti ikan, daging, telur, tempe, tahu dan tidak pantang makanan
5. Pukul 09.00 WIB melakukan medikasi pada luka jahitan post histerektomi
EVALUASI
Tanggal : 18 Desember 2015 Pukul : 15.00 WIB
1. Ibu sudah minum obat sesuai advis dokter
2. Infus sudah dilepas
3. Ibu mengatakan sudah mengetahui keadaanya
66
4. Ibu bersedia makan makanan yang berprotein tinggi dan tidak pantang
makanan
5. Medikasi sudah dilakukan keadaan luka sudah kering dan tidak ada pus
67
DATA PERKEMBANGAN IV
Tanggal : 19 Desember 2015 Pukul : 08.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan merasa sudah tidak nyeri pada luka jahitan
2. Ibu mengatakan sudah bisa berjalan dengan baik
3. Ibu mengatakan sudah makan nasi, sayur bayam, telur, tahu dan 1 gelas teh
hangat
4. Ibu mengatakan selang pipis dan infus sudah dilepas
5. Ibu mengatakan ingin pulang
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,50C
4. Konjungtiva : merah muda
5. Abdomen : keadaan luka tertutup kassa steril
A :
Ny. R P1A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi dengan indikasi mioma
uteri dalam perawatan hari ke 5.
68
P :
Tanggal : 19 Desember 2015 Pukul : 08.05 WIB
1. Pukul 08.10 WIB melakukan medikasi pada luka jahitan dan
memberitahukan pada ibu bahwa keadaan luka sudah mulai membaik
2. Pukul 08.20 WIB menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dan tetap
kering pada daerah luka agar tidak terjadi infeksi
3. Pukul 08.30 WIB menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi, tinggi protein dan tinggi kalori
4. Pukul 08.40 WIB mempersiapkan kebetuhan ibu untuk pulang dengan
memberikan terapi obat berupa :
a. Cefadroxil (500mg) 10 tablet : 2x1 tablet
b. Ferobion (250mg) 10 tablet : 1x1 tablet
c. Vit. C (200mg) : 1x1 tablet
d. Asam mefenamat (250mg) : 3x1 tablet
Menjelaskan pada ibu untuk menghabiskan obat yang diberikan
sebelumnya kemudian melanjutkan obat yang diberikan ini dan
menganjurkan ibu untuk minum obat sesuai anjuran dokter.
5. Pukul 08.45 WIB menganjurkan ibu untuk control ulang 3 hari lagi ke
poliklinik RSU Sarila Husada Sragen.
69
EVALUASI
Tanggal : 19 Desember 2015 Pukul : 09.00 WIB
1. Keadaan luka operasi sudah kering, tidak ada infeksi dan baik
2. Ibu mengatakan bersedia untuk menjaga kebersihan luka agar tidak terjadi
infeksi
3. Ibu bersedia makan makanan yang bergizi
4. Ibu bersedia minum obat sesuai anjuran dokter
5. Ibu bersedia untuk kontrol ulang ke poliklinik RSU Sarila Husada Sragen
70
DATA PERKEMBANGAN V
(WAKTU KONTROL)
Tanggal : 22 Desember 2015 Pukul : 09.00 WIB
S :
1. Ibu mengatakan ingin kontrol ulang
2. Ibu mengatakan sudah makan makanan yang bergizi dan tidak
pantang makanan apapun
3. Ibu mengatakan luka bekas jahitan operasi tidak nyeri
4. Ibu mengatakan sudah mampu melakukan pekerjaan rumah
O :
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV : TD : 110/80 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,70C
R : 24 x/menit
4. Abdomen : keadaan luka jahitan tertutup kasa steril
A :
Ny. R P1A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi dengan
indikasi mioma uteri hari ke 8
71
P :
Tanggal : 22 Desember 2015 Pukul : 09.05 W|IB
1. Pukul 09.05 WIB mendampingi dokter melakukan heating up
2. Pukul 09.20 WIB menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
bahwa keadaan luka sudah kering dan tidak ada pus
3. Pukul 10.00 WIB melanjutkan terapi obat sesuai advis dokter yaitu
a. Cefadroxil (500mg) 10 tablet : 2x1 tablet
b. Ferobion (250mg) 10 tablet : 1x1 tablet
c. Vit. C (200mg) : 1x1 tablet
d. Asam mefenamat (250mg) : 3x1 tablet
4. Pukul 10.10 WIB menganjurkan ibu untuk kontrol ulang jika ada keluhan
EVALUASI
Tanggal : 22 Desember 2015 Pukul : 10.30WIB
1. Heating up sudah dilakukan dan jahitan sudah terlepas semua keadaan luka
sudah kering dan tidak ada pus
2. Ibu dan keluarga sudah mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaan
3. Ibu bersedia kontrol ulang jika ada keluhan
72
B. PEMBAHASAN KASUS
Pembahasan merupakan bagian dari karya tulis ilmiah yang
membahas kesenjangan teori yang didapat dengan praktik langsung
dilapangan selama melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. R post
histerektomi dengan indikasi mioma uteri.
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan ternyata tidak
ditemukan perbedaan nyata dari segi diagnosa atau masalah yang timbul pada
tinjauan pustaka dan kasus. Sehingga dapat diutraikan pembahsan dengan
menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney yang dirumuskan
sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pada kasus Ny. R P2A0 umur 43 tahun post histerektomi dengan
indikasi mioma uteri sedang dalam pengkajian dilakukan dengan
pengumpulan data subjektif dan objektif. Data subjektif pada kasus
keluhan utama ibu mengatakan masih lemas dan terasa nyeri pada luka
jahitan setelah menjalani operasi pengangkatan rahim pada tanggal 15
Desember 2015 pukul 09.00WIB. Data Objektif keadaan umum : lemah,
kesadaran : composmentis, tanta-tanda vital : Tekanan darah :150/80
mmHg, Nadi : 70x/menit, Suhu: 370C, Respirasi :22 x/menit, ekstremitas
sebelah kiri terpasang infus RL 20 tetes/menit, abdomen terdapat luka
jahitan post histerektomi tertutup kassa steril, terpasang dower cateter
pengeluaran urin 40cc.
73
Menurut (Widiarti, 2008), keluhan utama pada post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri pasien mengeluh nyeri pada saat buang air
besar, nyeri abdomen akut, kelelahan, hipertensi, penurunan berat badan,
adanya perdarahan, pengeluaran sekret melalui vagina. Pada saat post
histerektomi biasanya pasien mengeluh adanya nyeri pada daerah luka
bekas jahitan.
Menurut (Widiarti, 2008), keadaan umum biasanya keadaan
umum pasien post histerektomi dengan indikasi mioma uteri lemah.
Tekanan darah mengalami peningkatan.Pada langkah pengkajian tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktik.
2. Interpretasi Data
Pada interpretasi data ini setelah diperoleh data dari ibu, maka
didapatkan diagnosa Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri. Masalah yang muncul yaitu ibu merasa
sedih karena menyusahkan orang lain dan nyeri pada luka bekas operasi
sehingga ibu diberikan dukungan moril dan kebutuhan konseling seperti
kebutuhan nutrisi dan perawatan luka.
Pada teori menurut (Widiarti, 2008), masalah pasca operasi yang
muncul pada masa ini adalah sedih karena menyusahkan orang dan nyeri
pada luka bekas operasi, dan penanganannya yaitu dukungan moril dan
kebutuhan konseling seperti kebutuhan nutrisi dan perawatan luka. Pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan
praktik.
74
3. Diagnosa potensial
Pada kasus Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri tidak ditemukan diagnosa potensial, karena
tepatnya penanganan dan observasi post histerektomi.Pada langkah ini
diagnosa potensial tidak muncul karna tepatnya penanganan.
4. Antisipasi
Antisipasi Pada Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post
histerektomi dengan indikasi mioma uteri tidak dilakukan karna tepatnya
penanganan dan observasi post histerektomi.
Menurut (Widiarti, 2008) post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri melakukan perawatan luka, observasi perdarahan pada luka
operasi, perdarahan pervaginam dan memberikan antibiotika spectrum
luas. Pada kasus Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri dilakukan antisipasi segera yaitu perawatan
luka, observasi perdarahan, perdarahan pervaginam dan pemberian terapi
sesuai advis dokter berupa : berupa injeksi sharox 1 gr/ 12 jam, injeksi
gentamycin 1 amp/12 jam, injeksi kalnex 1 amp/ 12 jam, cefadroxil (500
mg) 10 tablet : 2x1 tablet, ferobion (250 mg) 10 tablet : 1x1 tablet, Vit. C
(200 mg ) : 1x1 tablet, asam mefenamat (250 mg) : 3x1 tablet. Pada
langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.
75
5. Perencanaan
Pada kasus Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri, penulis membuat perencanaan sebagai
berikut : observasi keadaan umum ibu, observasi tetesan infus, observasi
dower cateter,lakukan pemeriksaan Hb setelah sadar,berikan dukungan
moril, dan terapi sesuai advis dokter berupa injeksi sharox 1 gr/ 12 jam,
injeksi gentamycin 1 amp/12 jam, injeksi kalnex 1 amp/ 12 jam,
cefadroxil (500 mg) 10 tablet : 2x1 tablet, ferobion (250 mg) 10 tablet :
1x1 tablet, Vit. C (200 mg ) : 1x1 tablet, asam mefenamat (250 mg) : 3x1
tablet, anjurkan mobilisasi dini, serta anjuran pemenuhan nutrisi tubuh
yang menunjang proses penyembuhan luka post histerektomi.
Penatalaksanaan ibupost histerektomi atas indikasi mioma uteri
menurut Widiarti 2008, terdiri atas :
a. Bimbing pasien untuk melakukan mobilisasi secara bertahap
b. Berikan diit makanan yang kaya akan nutrisi
c. Berikan terapi berupa antibiotika spectrum luas sesuai hasil kultur
jika ada
d. Lakukan observasi pada pasien (tanda-tanda vital, keluhan subjektif,
perdarahan pervaginam, perdarahan luka operasi, pengeluaran drain
jika ada, eliminasi, kebersihan diri dan genetalia, keadaan luka
adanya infeksi.
e. Lakukan perawatan luka
f. Lakukan pengangkatan jahitan
76
g. Berikan konseling tentang kebutuhan nutrisi, kebersihan diri, cara
minum obat, control pada hari yang ditentukan, jika ada keluhan atau
terjadi perdarahan pada luka segera menghubungi tenaga medis.
h. Lakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar HB dan
hematokrit. Apakah ibu mengalami Hb rendah maka segeri
dibutuhkan transfusi darah.
Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan
praktik.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan pada kasus ini telah dilakukan berdasarkan
perencanaan yang telah disusun oleh penulis. Dalam teori menurut
Widiarti(2008), pelaksanaan asuhan kebidanan pada post histerektomi
atas indikasi mioma uteri telah dilakukan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat sesuai rencana tindakan.Pada langkah ini tidak
ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktik.
7. Evaluasi
Pada kasus Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri telah dilakukan asuhan kebidanan selama 7
hari dengan kontrol ulang ke RSU Sarila Husada Sragen satu kali,
sebelum pulang keadaan ibu baik, tidak ada perdarahan, tidak ada pus,
tidak ada bau pada luka jahitanpost histerektomi dan ibu mengatakan
sudah mampu melakukan kegiatan kecil seperti berdiri dan berjalan.
Keadaan umum : baik, kesadaran : composmentis, tanda-tanda vital :
77
dalam batas normal, pada saat kontrol telah dilakukan heating up post
histerektomi dan luka kering tidak ada tanda-tanda infeksi.
Menurut Walyani (2015), pada kasus post histerektomi dengan
indikasi mioma uteri yang diharapkan adalah keadaan umum ibu baik,
tidak terjadi perdarahan dan tidak terjadi infeksi pada bekas operasi, dan
pemenuhan kebutuhan benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
diagnosa/ masalah.
Pada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan
praktik.
78
BAB V
PENUTUP
Pada tahap akhir pembuatan laporan Karya Tulis Ilmiah tentang asuhan
kebidanan pada Ny. R denganpost histerektomi dengan indikasi mioma uteri di
RSU Sarila Husada, penulis dapat menuliskan kesimpulan dan beberapa saran
untuk lebih meningkatkan asuhan kebidanan, khususnya pada ibu dengan post
histerektomidengan indikasi mioma uteri antara lain :
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan dengan menggunakan
manajemen 7 langkah varney pada ibu dengan post histerektomi dengan
indikasi mioma uteri, maka penulis dapat membuat kesimpulansebagai
berikut :
1. Dalam melakukan pengkajian terhadap Ny. R dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteri dilaksanakan dengan pengumpulan data
subjektif pada kasus keluhan utama ibu mengatakan masih lemas dan
terasa nyeri pada luka jahitan setelah menjalani operasi pengangkatan
rahim tanggal 15 Desember 2015 pukul 09.00 WIB. Data Objektif status
generalis, keadaan umum : lemah, kesadaran : composmentis, Tanda-
tanda vital : Tekanan darah : 150/80 mmHg, Suhu : 370 C, Nadi : 70x/
menit, Respirasi : 22 x/ menit,ekstremitas sebelah kiri terpasang
79
infus RL 20 tetes permenit, abdomen terdapat luka jahitan post
histerektomi tertutup kassa steril, terpasang dower cateter pengeluaran
urin 40cc.
2. Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan
akurat, sehingga didapat diagnosa yaitu Ny. R P2A0 umur 43 tahun
dengan post histerektomi dengan indikasi mioma uteriyang disertai
masalahyaitu perasaan cemas terhadap luka bekas operasi, kebutuhan
yaitu ibu diberikan dukungan moril dan kebutuhan konseling seperti
kebutuhan nutrisi dan perawatan luka.
3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post
histerektomi dengan indikasi mioma uteri tidak muncul.
4. Antisipasi pada Ny. R P2A0 umur 43 tahun dengan post histerektomi
dengan indikasi mioma uteritidak dilakukan karna tepatnya penanganan
dan obsevasi post histerektomi.
5. Rencana tindakan pada kasus Ny. R post histerektomi dengan indikasi
mioma uteri, penulis membuat perencanaan sebagai berikut : observasi
keadaan umum ibu, observasi tetesan infus, observasi dower
cateter,lakukan pemeriksaan HB setelah sadar,berikan dukungan moril,
dan terapi sesuai advis dokter berupa injeksi sharox 1 gr/ 12 jam, injeksi
gentamycin 1 amp/12 jam, injeksi kalnex 1 amp/ 12 jam, cefadroxil (500
mg) 10 tablet : 2x1 tablet, ferobion (250 mg) 10 tablet : 1x1 tablet, Vit. C
(200 mg ) : 1x1 tablet, asam mefenamat (250 mg) : 3x1 tablet, anjurkan
80
mobilisasi dini, serta anjuran pemenuhan nutrisi tubuh yang menunjang
proses penyembuhan luka post histerektomi.
6. Pelaksanaan pada Ny. R P2A0 umur 43 tahundenganpost histerektomi
dengan indikasi mioma uteri sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana
tindakan.
7. Evaluasi padakasus Ny. R P2A0 umur 43 tahunpost histerektomi dengan
indikasi mioma uteri telah dilakukan asuhan kebidanan selama 7 hari
dengan kontrol ulang ke RSU Sarila Husada satu kali, sebelum pulang
keadaan ibu baik, tidak ada perdarahan, tidak ada pus, tidak ada bau pada
luka jahitan post histerektomi dan ibu mengatakan sudah mampu
melakukan kegiatan kecil seperti berdiri dan berjalan. Keadaan umum :
baik, kesadaran : composmentis, tanda-tanda vital : dalam batas normal,
pada saat kontrol telah dilakukan heating up post histerektomi dan luka
kering tidak ada tanda-tanda infeksi.
8. Dalam kasus ini tidak terdapatkesenjangan antara teori dengan praktek.
B. SARAN
1. Bidan
Dalam setiap penanganan pasien sebaiknya selalu menerapkan
konsep asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan sesuai aturan dan kondisi pasien.
81
2. Institusi
a. Bagi Sarila Husada
Diharapkan meningkatkan pemberian asuhan kebidanan
melalui pendekatan manajemen kebidanan secara komperhensif
khususnya pada ibu dengan post histerektomi dengan indikasi mioma
uteri, tepat dan profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan
sehingga pasien merasa puas, nyaman dan aman.
b. Bagi STIKes Kusuma Husada
Diharapkan menambah buku atau referensi di perpustakaan
seperti buku gangguan sistem reproduksi, buku tentang mioma uteri
dan penangannannya.
3. Bagi Pasien
Ibu diharapkan untuk lebih aktif dan kritis dalam mencari
informasi terhadap kesehatannya agar terdeteksi lebih dini bila terjadi
kegawatan dan mampu memberikan pertolongan pertama serta cepat
mengambil keputusan untuk mencari pertolongan pertama pada tempat
pelayanan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E. R. dan Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta :
Nuha Medika.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT
RINEKA CIPTA.
Astuti, H. P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan).Yogyakarta :
Rohima Press.
Djuwantono, T. H. H. Syam. N. W. Astarto. 2011. Bandung Controversies And
Consensus In Obstetrics & Gynecology. Jakarta : Sagung Seto.
Hestiantoro, A dkk. 2015. Bagaimana Menangani Kasus Endokrinologi dan
Infertilitas Pada Praktek Sehari-hari. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.
Hidayat, A. A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta Selatan : Salemba Medika.
Irianto, K. 2015. Kesehatan Reproduksi (Reproductive Health)
TeoridanPraktikum. Bandung : Alfabeta.
Laurensia, L. 2012. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. N Post
Histerektomi Dengan Indikasi Mioma Uteri di RSUD Moewardi
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Manuaba, I. B. G. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta :
EGC.
Manuaba, I. B. G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta :
EGC.
MENKES. 2010. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT RINEKA
CIPTA.
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika.
Priharjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Proverawati, A dan Misaroh, S. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh
Makna. Yogyakarta : Nuha Medika.
Purwati, N. H. 2012. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi PadaNy. N Post
Histerektomi Dengan Indikasi Mioma Uteri di RSUD Moewardi
Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Purwoastuti, E dan Walyani, S. E. 2015. Ilmu Obstetri dan Ginekologi Sosial Bagi
Kebidanan. Yogyakarta : Pustakabarupress.
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : MITRA
CENDIKIA Press.
Schorge, J. O dkk. 2008. Willams Gynecology. China : The McGraw-Hill
Companies.
Siswanto, B. 2008. Manual Histerektomi. Jakarta : EGC.
Sulistyawati, A dan Nugraheny, E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.
Sulistyawati, A. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 1. Jakarta : EGC
Walyani, E. S. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta :
Pustakabarupress.
Widiarti. 2008. Manual Histerktomi. Jakarta : EGC.
Yanti, 2011. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi (Untuk Mahasiswa Kebidanan).
Yogyakarta : PustakaRihama.