assessmen kerentanan bangunan beton...
TRANSCRIPT
ASSESSMEN KERENTANAN BANGUNAN BETON BERTULANG PASCA GEMPA
Tugas Akhir
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2014
Oleh : M. Gentar Wisnu Wijaya 3110100041
Dosen Pembimbing :
Endah Wahyuni, S.T., M.Sc., Ph.D. Data Iranata, S.T., MT., Ph.D.
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Indonesia berada pada daerah dengan aktifitas gempa yang cukup tinggi, karena aktifitas gempa yang cukup tinggi tersebut dapat merusak sarana dan prasarana penting.
Struktur bangunan beton memiliki kerentanan yang cukup tinggi, terutama pada wilayah gempa tinggi di indonesia.
Banyaknya bangunan dengan perencanaan tanpa memperhatikan standard
perencanaan yang baku. Pada tugas akhir ini akan dilakukan Studi Assessment kerentanan bangunan beton
bertulang.
BAB I PENDAHULUAN
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana membuat tahapan untuk melakukan pengecekan bangunan beton bertulang pasca gempa?
2. Bagaimana menyimpulkan jenis kerusakan dari assessment yang telah dilakuakan?
BAB I PENDAHULUAN
TUJUAN
1. Membuat tahapan untuk melakukan pengecekan bangunan beton bertulang pasca gempa.
2. Diperoleh hasil assessment berdasarkan tingkat kerusakan yang terjadi.
BAB I PENDAHULUAN
BATASAN MASALAH
1. Melakukan assessment kerentanan bangunan akibat gempa bumi saja.
2. Tidak melakukan pemodelan struktur.
3. Bangunan yang ditinjau adalah bangunan gedung beton bertulang dengan dua lantai.
4. Tidak membahas gedung tinggi dan gedung dengan bahan lain.
5. Hanya membahas struktur bagian atas.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BANGUNAN TAHAN GEMPA
Adapun pengertian umum mengenai suatu struktur bangunan tahan gempa adalah, apabila bangunan tersebut memenuhi kriteria dibawah ini: 1. Untuk gempa kecil, tidak ada kerusakan sama sekali pada struktur bangunan.
2. Untuk gempa sedang, hanya boleh terjadi sedikit kerusakan pada elemen-
elemen non struktural (contoh: kerusakan pada langit-langit dan atap).
3. Untuk gempa besar, elemen-elemen struktural boleh rusak tetapi bangunan tidak boleh runtuh sebagian atau seluruhnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
ANALISA STRUKTUR
• Analisis beban dorong statis (static pushover analysis) pada struktur Analisis statik nonlinier dimana pengaruh gempa rencana terhadap bangunan gedung dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk pasca-elastik yang besar sampai mencapai kondisi plastik (Pranata, 2006)
BAB III METODE PENELITIAN
DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
OBSERVASI KERUSAKAN
• Pasca terjadinya gempa, perlu dilakukan observasi tentang kerusakan yang terjadi pada bangunan beton bertulang. Observasi kerusakan bangunan dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan secara visual pada permukaan elemen struktural gedung.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
CONTOH OBSERVASI
Kondisi CP-C (Collapse Prevention - Collapse)
Berdasarkan hasil pengujian di lapangan pada gambar diatas, dari total 14 kolom, kondisi kolom bangunan secara keseluruhan mengalami kerusakan berat, terjadi spelling dan penyimpangan yang cukup besar di beberapa kolom. Dari hasil pengamatan kerusakan kolom yang terjadi pada pengujian di lapangan, dapat dihasilkan suatu prosentase yang menunjukkan kerusakan pada kolom, hasil prosentase dari step 8 ini akan dijelaskan pada tabel berikut ini :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
TABEL PROSENTASE KERUSAKAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
METODE PENILAIAN BANGUNAN
• Metode penilaian bangunan disusun untuk mengetahui tingkat kerentanan suatu bangunan pasca terjadinya gempa. Metode yang digunakan adalah penilaian secara kualitatif dengan teknik skoring.
• Pada sub-bab Observasi Kerusakan telah didapatkan prosentase kerusakan kolom pada step 1 – 10. Nilai prosentase tersebut digunakan untuk menentukan berapa persen tingkat kerusakan kolom yang diijinkan terjadi pada kondisi IO (Immediate Occupancy), LS (Life Safety), CP (Collapse Prevention. Sedangkan prosentase kerusakan pada elemen balok dan dinding beton mengacu pada prosentase kerusakan pada kolom.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
INDIKATOR PENILAIAN
• Aspek struktural terkait kondisi fisik bangunan pasca terjadinya gempa. Variabel yang dinilai adalah kondisi kolom, balok, dinding, pelat, atap, dengan justifikasi IO (Immediate Occupancy), LS (Life Safety), CP (Collapse Prevention).
• Aspek non struktural, variabel yang dinilai adalah partisi/sekat, plafon, parapets, tangga, pintu, pipa, dengan justifikasi IO (Immediate Occupancy), LS (Lefi Safety), HZ (Hazards Reduced).
Pada penilaian ini skala nilai yang digunakan adalah 1 (satu) untuk kondisi kerusakan ringan, 3 (tiga) untuk kondisi kerusakan sedang, dan 5 (lima) untuk kondisi kerusakan berat. Nilai-nilai tersebut dibuat dengan tujuan untuk memberikan skala nilai yang lebih besar. Berikut ini tabel indikator penilaian kondisi bangunan :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
INDIKATOR PENILAIAN STRUKTURAL
Indikator Nilai Justifikasi
Terjadi retak rambut pada permukaan kolom (0,2mm-1mm), terjadi retak pada sambungan dengan lebar retak <
1,5 mm, tidak berpotensi mengganggu stabilitas bangunan, tingkat kerusakan berat pada komponen <
25%
1 IO
Kolom mengalami pengelupasan pada selimut, mengalami keretakan geser pada sambungan dengan
lebar retak < 3,1 mm, terjadi kerusakan yang parah pada kolom pendek, berpotensi mengganggu stabilitas
bangunan, tingkat kerusakan berat pada komponen berkisar antara 25% - 50%
3 LS
Kolom beton hancur sebagian, tulangan terlihat, patah/terlepas dari struktur utama sehingga
mengakibatkan perubahan bentuk pada bangunan (miring/roboh), kerusakan berat pada komponen > 50%
5 CP
Terjadi retak rambut pada permukaan balok (0,2mm-1mm), terjadi retak pada sambungan dengan lebar retak <
1,5 mm, tidak berpotensi mengganggu stabilitas bangunan, tingkat kerusakan berat pada komponen <
25%
1 IO
Balok mengalami keretakan yang cukup besar, mengalami keretakan geser pada sambungan dengan
lebar retak < 3,1 mm, berpotensi mengganggu stabilitas bangunan, tingkat kerusakan berat pada komponen
berkisar antara 25% - 50%
3 LS
Balok beton hancur sebagian, tulangan terlihat, patah/terlepas dari struktur utama sehingga
mengakibatkan perubahan bentuk pada bangunan (miring/roboh), kerusakan berat pada komponen > 50%
5 CP
NoEvaluasi
Struktural
1
2
Kriteria
Kolom
Balok
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Komponen pengisi masih baik, hanya mengalami retak kecil dengan lebar < 3,1 mm, plesteran berjatuhan, layak fungsi/huni, tingkat kerusakan berat pada komponen <
25%
1 IO
Komponen pengisi mengalami retak cukup luas dengan lebar retak < 6,3 mm, keretakan menyebar luas ke
beberapa tempat, layak fungsi/huni, tingkat kerusakan berat pada komponen berkisar antara 25% - 50%
3 LS
Komponen pengisi mengalami kerusakan parah (dinding pemikul beban terbelah/runtuh), bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat, tidak layak
fungsi/huni, tingkat kerusakan berat pada komponen > 50%
5 CP
Retak rambut tersebar, beberapa keretakan terjadi dengan lebar retak < 3,1mm
1 IO
Keretakan meluas dengan lebar retak < 6,3mm, terjadi kerusakan setempat dan pengelupasan pada plesteran
3 LS
Kerusakan meluas dan tampak terjadi banyak keretakan pada pelat
5 CP
3 Dinding Beton
Pelat Beton4A
INDIKATOR PENILAIAN STRUKTURAL (LANJUTAN)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
INDIKATOR PENILAIAN STRUKTURAL (LANJUTAN)
Sumber : FEMA 356
Terjadi kerusakan ringan pada sambungan 1 IO
Keretakan meluas dengan lebar retak < 6,3mm, terjadi kerusakan setempat dan pengelupasan pada plesteran
3 LS
Terjadi kegagalan pada sambungan. Terjadi pergeseran antar satu dengan yang lain, terjadi kerusakan dan
pengelupasan pada sambungan5 CP
Terjadi kerusakan ringan pada penutup atap 1 IO
Terjadi kerusakan pada elemen-elemen sekunder atap (gording, reng, usuk)
3 LS
Terjadi kerusakan pada elemen-elemen primer atap (kuda-kuda), dan terjadi kerobohan pada atap
5 CP
*
4B
5
Total Score
Pilih / lingkari salah satu nilai diatas sesuai kondisi bangunan yang ditinjau, lalu jumlahkan scorenya. Apabila salah satu elemen tidak terdapat pada kolom indikator, maka nilainya diambil nilai rata-rata dari data yang ada.
Pelat Precast
Atap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
INDIKATOR PENILAIAN NON -
STRUKTURAL
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
JUSTIFIKASI PENILAIAN
Justifikasi penilaian dilakukan untuk dapat mengetahui tingkat kerusakan bangunan. Dalam penilaian kondisi bangunan dilakukan dengan teknik skoring. Untuk masing-masing kriteria penilaian (struktural dan non-struktural). Berdasarkan penilaian tersebut dirumuskan pengelompokan penilaian sebagai berikut :
Justifikasi Penilaian Kondisi Struktural Bangunan
Justifikasi Penilaian Kondisi Non Struktural Bangunan
Sumber : Sinha, 2005
Sumber : Sinha, 2005
Damage Level Total Score FEMA 356
0 0 No Damage
10 520 730 9
40 12
50 1460 1670 1880 20 Limited Safety
90 22 Collapse Prevention100 25 Collapse
Immediate Occupancy
Tingkat Kerusakan
Damage Control
Life Safety
Rusak Ringan
Rusak Sedang
Rusak BeratDamage Level Total Skoring FEMA 356
0 0 No Damage
10 620 930 1140 14
50 1760 1970 2280 25 Limited Safety
90 27 Collapse Prevention100 30 Collapse
Rusak Berat
Life Safety
Tingkat Kerusakan
Immediate Occupancy
Damage Control
Rusak Ringan
Rusak Sedang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
CONTOH PENILAIAN STRUKTURAL
KONDISI BANGUNAN
Indikator Nilai Justifikasi
Terjadi retak rambut pada permukaan kolom (0,2mm-1mm), terjadi retak pada sambungan dengan lebar retak <
1,5 mm, tidak berpotensi mengganggu stabilitas bangunan, tingkat kerusakan berat pada komponen <
25%
1 IO
Kolom mengalami pengelupasan pada selimut, mengalami keretakan geser pada sambungan dengan
lebar retak < 3,1 mm, terjadi kerusakan yang parah pada kolom pendek, berpotensi mengganggu stabilitas
bangunan, tingkat kerusakan berat pada komponen berkisar antara 25% - 50%
3 LS
Kolom beton hancur sebagian, tulangan terlihat, patah/terlepas dari struktur utama sehingga
mengakibatkan perubahan bentuk pada bangunan (miring/roboh), kerusakan berat pada komponen > 50%
5 CP
Terjadi retak rambut pada permukaan balok (0,2mm-1mm), terjadi retak pada sambungan dengan lebar retak <
1,5 mm, tidak berpotensi mengganggu stabilitas bangunan, tingkat kerusakan berat pada komponen <
25%
1 IO
Balok mengalami keretakan yang cukup besar, mengalami keretakan geser pada sambungan dengan
lebar retak < 3,1 mm, berpotensi mengganggu stabilitas bangunan, tingkat kerusakan berat pada komponen
berkisar antara 25% - 50%
3 LS
Balok beton hancur sebagian, tulangan terlihat, patah/terlepas dari struktur utama sehingga
mengakibatkan perubahan bentuk pada bangunan (miring/roboh), kerusakan berat pada komponen > 50%
5 CP
Komponen pengisi masih baik, hanya mengalami retak kecil dengan lebar < 3,1 mm, plesteran berjatuhan, layak fungsi/huni, tingkat kerusakan berat pada komponen <
25%
1 IO
Komponen pengisi mengalami retak cukup luas dengan lebar retak < 6,3 mm, keretakan menyebar luas ke
beberapa tempat, layak fungsi/huni, tingkat kerusakan berat pada komponen berkisar antara 25% - 50%
3 LS
Komponen pengisi mengalami kerusakan parah (dinding pemikul beban terbelah/runtuh), bangunan terpisah akibat kegagalan unsur-unsur pengikat, tidak layak
fungsi/huni, tingkat kerusakan berat pada komponen > 50%
5 CP
Retak rambut tersebar, beberapa keretakan terjadi dengan lebar retak < 3,1mm
1 IO
Keretakan meluas dengan lebar retak < 6,3mm, terjadi kerusakan setempat dan pengelupasan pada plesteran
3 LS
Kerusakan meluas dan tampak terjadi banyak keretakan pada pelat
5 CP
Terjadi kerusakan ringan pada sambungan 1 IO
Keretakan meluas dengan lebar retak < 6,3mm, terjadi kerusakan setempat dan pengelupasan pada plesteran
3 LS
Terjadi kegagalan pada sambungan. Terjadi pergeseran antar satu dengan yang lain, terjadi kerusakan dan
pengelupasan pada sambungan5 CP
Terjadi kerusakan ringan pada penutup atap 2,5 IO
Terjadi kerusakan pada elemen-elemen sekunder atap (gording, reng, usuk)
3 LS
Terjadi kerusakan pada elemen-elemen primer atap (kuda-kuda), dan terjadi kerobohan pada atap
5 CP
14,5
*
3
Pelat Precast
Atap
Balok
Dinding Beton
Pelat Beton
NoEvaluasi
Struktural
1
2
Kriteria
Kolom
4A
4B
5
Total Score
Pilih / lingkari salah satu nilai diatas sesuai kondisi bangunan yang ditinjau, lalu jumlahkan scorenya. Apabila salah satu elemen tidak terdapat pada kolom indikator, maka nilainya diambil nilai rata-rata dari data yang ada.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
CONTOH PENILAIAN KONDISI BANGUNAN
• Berdasarkan hasil analisa pushover dan lapangan pada Tabel sebelumnya, dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil skoring kondisi bangunan meperoleh skor akhir 14,5 yang berarti menunjukkan kondisi bangunan dalam kategori rusak sedang. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil SAP dan pengujian dilapangan, pada hasil pengujian melalui program bantu SAP2000 gedung memasuki kategori LS-CP (Life Safety Level menuju Collapse Prevention Level ) dalam artian bangunan tetap berdiri dan kerusakan atau kehilangan lain masih diperkenankan dengan beberapa perbaikan struktur, sedangkan pada pengujian secara riil di lapangan struktur mengalami kerusakan sedang yaitu retak pada beberapa elemen kolom dengan ditandai hancurnya sebagian permukaan kolom, balok mengalami rusak sedang dengan ditandai keretakan geser pada beberapa sambungan balok kolom, dinding hanya mengalami rusak ringan dengan beberapa retak kecil dan pengelupasan plesteran.
BAB V KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Pada studi ini dihasilkan sebuah form penilaian yang berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi kerentanan gedung beton bertulang baik secara struktural maupun non-struktural.
• Dasar penentuan penilaian tidak hanya dinilai secara fisik bangunan/visual, melainkan didasarkan pada perhitungan.