assesmen perilaku merokok pada wanita
DESCRIPTION
psikologiTRANSCRIPT
MODIFIKASI PERILAKU
KECANDUAN ROKOK
Di susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Modifikasi Perilaku
Dosen Pengampu :
Rr. Setyowati S.Psi, M.si
Disusun Oleh :
Satrio Nugroho 1107010002
Puji Setia Bakti 1107010011
R.Yohan Prayuda Kusuma 1107010024
Rendi Septiyanto 1107010064
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
JUNI, 2015
A. Identitas
Nama : S N
Umur : 21 TAHUN
Ttl : Banyumas, 16 desember 1990
Pekerjaan : Mahasiswi
Agama : Islam
Alamat : Tenggeran, Banyumas
Jenis Kelamin : Perempuan
1. Assement Perilaku
(a) Hasil Observasi
Dari data yang sudah diperoleh bahwa subjek mengalami
kebiasaan merokok 1 bungkus sehari, faktor pemicu subjek
melakukan tindakan merokok bermula saat dia kelas 2 SMA dan
subjek sedang ada masalah dengan pacarnya dan ibunya. Sering ada
perbedaan pendapat yang memicu perselisihan diantara subjek dan
ibunya yang kemudian di lampiaskan dengan rmerokok karena dia
beranggapan bahwa rokok dapat mengurangi beban hidupnya.
Peran teman-teman dan lingkungan pun menjadi salah satu pemicu
subjek merokok karena dari lingkungan dia belajar bertingkah laku.
Perilaku yang nampak ketika subjek tidak merokok dia terlihat
gelisah,tidak tenang, tidak bisa duduk tenang, badannya lemas dan
emosinya meleda-ledak dan sering berkata kasar.
(1) Permasalahan Subjek Menurut Orang Tua
Orang tua SN tidak menginginkan SN menjadi seorang wanita
yang seperti laki-laki apalagi merokok, mereka menginginkan SN
betah di rumah dan tidak keluar malam.
(2) Permasalahan Subjek Menurut Teman
Teman-teman SN menginginkan jika SN kehabisan rokok atau
tidak mempunyai rokok untuk tidak marah-marah dan berbicara
kasar. Tidak usah ribut sendiri karena itu membuat teman-teman
SN ikut panik.
(b) Interview
(1) Hasil Wawancara ( dengan subjek )
Menurut SN “memang salah ya seorang wanita merokok,
apalagi saya membeli rokok dengan hasil kerja saya sendiri tidak
meminta orang lain”. SN merasa nyaman dengan keadaannya
sekarang karena merokok merupakan kebutuhannya, rokok lebih
penting daripada makan. Walaupun dia sudah terkena asma dan
flek paru-paru (sambil menunjukan obat dari dokter)
(2) Hasil wawancara ( dengan orang tua )
Di rumah SN tinggal bersama orang tua dan kedua
saudaranya. Awal mula SN merokok karena terjadi persilisihan
dengan ibunya. Ibunya menginginkan SN menjadi lebih feminim
seperti wanita seumurannya. Ibunya bener-benar marah ketika SN
mencukur rambutnya sampai botak. Kemudian masalah pergaulan
SN yang cenderung liar dimata ibunya seperti pakaian sobek-
sobek, rambut botak, sering keluar malam, nongkrong sampai
larut pulang sekitar jam 3 pagi, dimata ibunya teman-teman SN itu
suka minum-minum, ngrokok di pinggir jalan, dan hampir semua
teman nongkrong SN adalah laki-laki yang membuat ibunya sangat
melarang dan memarahi SN untuk bergaul dengan teman-
temanya. Hal itu sangat membuat SN bingung antara ibu dan
teman-temanya, sehingga SN melampiaskan dengan cara
merokok.
(3) Hasil Wawancara ( dengan teman kuliah )
Menurut TK dan HM teman kuliah SN, dimata mereka SN
adalah seorang yang menyanangkan humoris, dapat mencairkan
suasana, tetapi sering berpenampilan berantakan, dan terlihat tidak
segar (kusut). SN adalah pribadi yang cuek dia merokok di
sembarang tempat, dan suka marah-marah apabila dia tidak
merokok, dan dia gelisah, tidak tenang dan sering mengucapkan
kata-kata kasar.
(4) Hasil Wawancara ( dengan teman bermain )
Menurut NJ dan TT kebiasaan merokok dimanapun adalah
hal biasa buat mereka, karena merokok adalah kebutuhan dan
syarat untuk mengisi waktu. SN biasa merokok ketika bangun tidur,
dikamar mandi (BAB) sesudah makan, siap-siap berangkat kuliah
dan hampir setiap kegiatan yang dia lakukan tak lepas dari rokok
kecuali jam kuliah.
B. Permasalahan
1. Latar belakang masalah
Perilaku merokok pada subjek pertama kali muncul saat SN kelas 2
SMA, ini berawal ketika SN mengalami masalah di dalam keluarganya
(dengan ibunya) yang selalu menginginkan SN menjadi lebih kalem dan
masalah dengan kekasihnya. SN selalu berbeda pendapat dengan
ibunya sehingga memunculkan perselihan-perselisihan itu berlanjut
sampai sekarang. Semakin SN dikekang justru membuat SN semakin
memberontak karena itu dia lampiaskan dengan merokok. Setiap
harinya SN dapat menghabiskan satu bungkus rokok isi 16 batang,
menurut SN rokok sudah menjadi kebutuhan bahkan lebih
mementingkan rokok daripada makan nasi. Perilaku yang nampak
ketika SN tidak merokok perilakunya menjadi excesses dia sering
mengeluarkan kata-kata kasar, gelisah (mondar-mandir dan berbicara
dengan nada yang keras), marah-marah sendiri. Perilaku merokoknya
berdampak pada kesehatan subjek dia terkena penyakit asma dan flek
paru- paru akibat nikotin yang didalam rokok yanhg sering dihisap
subjek.
2. Masalah sekarang
SN adalah seorang wanita tomboy yang suka memakai celana
pendek dan kaos. Penampilannya lebih cenderung ke arah laki-
laki. Gaya rambut SN mouhawk, hampir di seluruh tubuhnya
bertattoo, di punggung, bawah peut, paha. Teman-teman SN
kebanyakan laki-laki, dia merasa lebih nyaman dan senang berada
diantara mereka karena dia menganggap bahwa teman-teman
wanitanya cenderung sangat feminim tidak mau menggunakan
pakaian perempuan, apalagi rok, tidak mau berdandan SN sama
sekali tidak mau menggunakan make up tidak seperti kebanyakan
wanita lainnya. Apalagi sekarang dia bekerja sebagai tattoist
(tukang tattoo) yang kehidupannya di malam hari. SN sudah biasa
menghabiskan waktu bersama teman-temannya sampai pagi di
studio tattoo sambil merokok, bahkan minum alkohol (miras). SN
merokok sejak kelas 2 SMA, ini berawal ketika SN mengalami
masalah di dalam keluarganya (dengan ibunya) yang selalu
menginginkan SN menjadi lebih kalem dan menjadan kekasihnya.
SN selalu berbeda pendapat dengan ibunya sehingga
memunculkan perselihan.perselisihan itu berlanjut sampai
sekarang. Semakin SN dikekang justru membuat SN semakin
memberontak karena itu dia lampiaskan dengan merokok. Setiap
harinya SN dapat menghabiskan satu bungkus rokok isi 16 batang
dan satu batang rokok menghabiskan waktu 10-13 menit itu pun
jika lagi santai atau nongkrong, jika sedang bingung atau banyak
masalah SN mampu menghabiskan rokok 1 batang dalam waktu 6
menit. SN tidak bisa tidak merokok dalam sehari, menurut SN
rokok sudah menjadi kebutuhan bahkan lebih mementingkan
rokok daripada makan nasi. SN merupakan tipe wanita yang
sangat cuek sehingga dia merasa nyaman merokok dimana saja
selagi dia ingin merokok, dia tidak pernah memperdulikan orang
lain selama dia tidak merugikan orang lain. Menurut SN “memang
salah ya seorang wanita merokok, toh aku beli sendiri”. Soalnya
SN membeli rokok dengan hasil kerjanya sendiri.
C. Situasi tertentu yang menentukan masalah
Perbuatan atau perilaku bermasalah hampir muncul setiap waktu
karena karena tiap apapun kegiatan yang dia lakukan, hanya frekuensi
jumlah rokoknya lebih meningkat ketika subjek sedang mengalami
masalah dan tidak ada hal yang dapat dia lakukan (nganggur). Dia bahkan
dapat menghabiskan rokor 1 bungkus isi 16 tidak sampai satu hari.
D. Variabel yang Relevan
1. Aspek Fisiologis pengaruh dari nikotin di dalam rokok sering di akui
oleh subjek jika setelah merokok menjadikanya tenang dan nyaman,
seperti terpuaskan apa yang dia inginkan.
2. Pengaruh Medis
Walaupun sudah berdampak pada kesehatanya yaitu gangguan
pernapasan (asma) dan flek pada paru-parunya, keadaan itu tidak
membuatnya berhenti untuk merokok, bahkan dia tidak mau
meminum obat untuk menyebuhkan penyakitnya.
3. Aspek kognitif yang menentukan masalah
Sebenarnya SN mengakui bahkan tau tentang perilaku merokoknya
itu salah, dia tau kandungan dalam rokok yang menyebabkan banyak
masalah untuk kesehatanya. Tetapi kembali kepada rasa kebutuhan
menurut SN seperti kebutuhan makan dan minun sehari-hari.
E. Dimensi Masalah
1. Durasi
Setiap kali merokok SN dapat menghabiskan 1 puntung rokok dalam
waktu 10-13 menit ketika sedang ngobrol / bercerita dengan
temanya. Dan dapat menghabiskan 1 batang rokoh hanya dalam 6-10
menit jika sedang ada masalah yang sedang mengganggu pikiranya.
2. Frekuensi
Dalam 1 hari SN dapat menghabiskan 1 bungkus rokok ( 16 batang ),
dan akan bertambah frekuensi banyaknya rokok yang dia habiskan
ketika sedang mengalami masalah sampai 20 Batang.
F. Konsekuensi Masalah
Apabila SN sudah merokok setidaknya dia dapat tenang dan bisa
mengembalikan Mood, dan tidak lagi merasa suntuk akibat tidak
merokok, kemudian dia juga mngaku menjadi lebih kreatif terbukti
membuatnya banyak memunculkan disain-disain untuk tato-tatonya.
G. Target Perubahan
Target perubahan yang ingin di capai adalah ingin memodifikasi
perilaku subjek untuk mengurangi perilaku merokoknya 3 batang rokok
agar penyakit asma dan flek paru-paru akibat merokok tidak semakin
parah.
H. Teknik Modifikasi
Teknik modifikasi perilaku yang digunakan adalah dengan
menggunakan teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT) yaitu : menurut
Aaron T Beck (dalam Evendy, 2005) Cognitive Behavior Therapy (CBT)
sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk menyelesaikan
permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan
restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pendekatan ini
didasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan dan strategi perilaku yang
mengganggu. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi atau
pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli.
I. Rancangan Modifikasi
Threatment dilakukan selama 2 bulan dengan 1 kali pertemuan
setiap minggunya. Adapun tahap-tahap yang kami lakukan dalam rencana
threatment yaitu :
1. Tahap persiapan. Persiapan dilakukan dengan melakukan
assessment. Proses assessment dilakukan dengan menetapkan
baseline sehingga dapat dilakukan pencatatan mengenai data
tersebut.
2. Tahap pelaksanaan intervensi
Dalam tahap intervensi subjek diminta untuk mengisi tabel CBT
yang sebelumnya telah di jelaskan oleh terapis. Pengisian tabel
bertujuan untuk mengetahui care belief subjek terhadap dirinya dan
perilaku merokoknya. Setelah subjek selesai mengisi tabel CBT maka
terapis akan mengajak subjek untuk berdiskusi tentang care beliefnya.
Dalam diskusi ini terapis akan membenturkan care belief subjek
dengan pikiran rasional subjek.
3. Tahap Penutup. Pada tahap ini, kami menghentikan intervensi dan
melakukan analisis data data hasil dari metode CBT yang dijalankan,
apakah ada perubahan pada jumlah batang rokok yang dikonsumsi
per hari..
4. Tahap Tindak Lanjut (Follow-up). Tindak lanjut dilakukan untuk
mengetahui keadaan subjek setelah terapi berakhir, apakah
keterampilan mengatasi masalah yang dipelajari selama terapi dapat
dipertahankan oleh subjek dalam kesehariannya, serta apakah subjek
telah menunjukkan perilaku yang positif. Selain itu kami juga
menanyakan apakah kontrak perilaku yang dibuat berfungsi atau
tidak.