asphyxia forensik

41
REFERAT “ASPHYXIA” Disusun oleh : KELOMPOK A Malang No Nama NPM 1 Bernadette Saubiraus 07 70 0109 2 Jeiniver Rosa M. S. 07 70 0117 3 Fanny Puspita H. 07 70 0062 4 Jonny Chen I. N. K. 06 70 0183 5 Adji Shinta S.K. 02 70 0067 6 Cecilia Tyas P. 1

Upload: bernadette-soubiraus

Post on 28-Oct-2015

219 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

REFERAT

“ASPHYXIA”

Disusun oleh :

KELOMPOK A Malang

No Nama NPM

1 Bernadette Saubiraus 07 70 0109

2 Jeiniver Rosa M. S. 07 70 0117

3 Fanny Puspita H. 07 70 0062

4 Jonny Chen I. N. K. 06 70 0183

5 Adji Shinta S.K. 02 70 0067

6 Cecilia Tyas P. 05 70 0236

PEMBIMBING :

dr. Ahmad Yudianto, Sp.F(K), DFM, S.H.

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2013

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kuasa-Nya,

makalah referat ini dapat tersusun dan selesai tepat pada waktunya.

Didalam referat ini kelompok kami membahas tentang asphyxia, karena merupakan

salah satu penyebab kematian yang sering terjadi, baik secara wajar maupun tidak wajar,

sehingga tidak jarang dokter diminta bantuannya oleh pihak penyidik untuk membantu

memecahkan kasus-kasus kematian karena asphyxia terutama bila dicurigai mati secara tidak

wajar.

Asphyxia dalam bahasa Indonesia berarti ‘mati lemas’. Sebenarnya pemakaian kata

asphyxia tidaklah tepat, sebab asphyxia berasal dari bahasa Greek yang berarti ‘tidak

berdenyut’, sedangkan pada kematian karena asphyxia, nadi sebenarnya masih berdenyut

untuk beberapa menit setelah nafas berhenti. Istilah yang tepat secara terminologi kedokteran

adalah anoxia/ hipoxia.

Ucapan terima kasih kami haturkan kepada dr. Ahmad Yudianto, Sp.F(K), DFM, S.H.

selaku pembimbing yang membantu kami dalam menyelesaikan referat ini.

Kami menyadari masih ada banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Atas

kekurangan di dalam penyusunannya, kami akan menerima segala kritik dan saran. Dan kami

mengucapkan terima kasih atas kesediaannya membaca makalah ini.

Salam hormat,

Penulis

2

DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan............................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 41.2 Tujuan................................................................................................................... 4

Bab II Tinjauan Pustaka

1.1 Pengertian.............................................................................................................. 5

1.2 Klasifikasi.............................................................................................................. 5

1.3 Tanda-tanda asphyxia........................................................................................... 7

1.4 Penyebab Asphyxia.............................................................................................. 10

1.5 Strangulation........................................................................................................ 11

1.6 Suffocation.......................................................................................................... 19

Bab III Rangkuman......................................................................................................... 29

Bab IV Daftar Pustaka..................................................................................................... 30

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adapun makalah ini disusun, karena asphyxia adalah cara kematian yang cukup sering

terjadi, baik dilakukan sendiri oleh pasien dengan cara gantung diri. Maupun

pembunuhan dengan pembekapan dan pencekikan. Sehingga sebagai seorang dokter

kita harus dapat membedakan mana kematian yang terjadi akibat bunuh diri atau pun

adanya pembunuhan dan kekerasan yang dimanipulasi oleh tersangka untuk menutupi

kejahatannya menjadi serupa dengan kasus bunuh diri. Melalui referat ini, kita akan

banyak belajar cara-cara untuk membedakan macam-macam asphyxia.

1.2 Tujuan

Sebagai salah satu kewajiban menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik di departemen

forensik RSUD dr. Soetomo Surabaya.

Untuk mengetahui tentang asphyxia itu sendiri.

Untuk mengetahui jenis-jenis asphyxia.

Untuk mengetahui cara-cara asphyxia yang biasa dilakukan seseorang untuk

mempercepat kematian bagi dirinya maupun orang lain.

Untuk dapat membantu penyidik dalam kasus pidana yang berhubungan dengan

asphyxia.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertian

Asphyxia adalah suatu keadaan terjadinya kekurangan oksigen yang disebabkan karena

terganggunya saluran pernafasan.

Secara fisiologis, asphyxia/ anoxia adalah kegagalan oksigen mencapai sel-sel tubuh.

Kematian oleh anoxia terjadi bila persediaan oksigen pada jaringan tubuh berkurang

sampai di bawah batas minimumkeperluan untuk hidup.

1.2 Klasifikasi

Macam-macam anoxia:

1. Anoxic anoxia

Adalah keadaan tak dapat masuknya oksigen ke dalam aliran darah atau tidak cukup

bisa mencapai aliran darah, misalnya pada orang-orang yang menghisap gas inert,

berada dalam tambang atau pada tempat yang tinggi di mana kadar oksigen

berkurang.

2. Stagnant circulatory anoxia

Terjadi karena gangguan dari sirkulasi darah. Contoh: embolism.

5

3. Anemic anoxia

Darah tidak mampu mengangkut oksigen yang cukup. Bisa karena volum darah

yang kurang/ karena kadar hemoglobin yang rendah. Contoh: intoksikasi CO.

4. Histotoxic Tissue Anoxia

Keadaan sel-sel tidak dapat mempergunakan oksigen dengan baik yang dapat

disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

a. Extracelluler : sistim enzim oksigen terganggu.

Misalnya pada keracunan HCN, barbiturat, dan obat-obat hypnotic.

Pada keracunan HCN cytochrome enzim hancur sehingga sel-sel mati.

Sedangkan barbiturat dan hypnotic hanya sebagian saja sistem cytochrome

enzim yang terganggu, maka jarang menimbulkan kematian sel kecuali

overdosis.

b. Intracelluler : terjadi karena penurunan permeabilitas sel membran seperti yang

terjadi pada pemberian obat-obat anesthesia yang larut dalam lemak, misalnya

chloroform dan ether.

c. Metabolit : disini sisa-sisa metabolisme tidak bisa dibuang misalnya pada

uremia dan keracunan CO2.

d. Substrat : bahan-bahan yang diperlukan untuk metabolisme kurang. Misalnya:

pada hypoglicemia.

Pada umumnya anoxia merupakan anoxia campuran dari hal-hal tersebut di atas.

Seperti acut cerebral ischemic, dimana pada otak selain terjadi stagnant anoxia karena

darah yang mengandung O2 gagal mencapai otak, juga disebabkan kegagalan otak

dalam memetabolisme, sebab tak ada sirkulasi dan zat metabolisme tak dapat dibuang.

Secara pathology, apa yang ditemukan pada postmortem dari kematian karena anoxia

dari segala tipe di atas dapat dibagi atas:

1. Perubahan primer: sebagai akibat langsung dari anoxia.

Perubahan ini terjadi di seluruh tubuh tanpa membedakan tipe anoxia. Karena otak

adalah organ yang paling sensitif pada anoxia, maka perubahan primer ini paling

penting. Apa yang terjadi belum diketahui, tetapi diduga adanya perubahan

elektrolit dimana Kalium meninggalkan seldan diganti Natrium yang

6

mengakibatkan retensi air dan gangguan metabolisme, sehingga sel otak mati

menjadi glial tissue.

2. Perubahan sekunder: tidak berhubungan langsung dengan anoxia, tetapi

berhubungan dengan penyebabnya dan kompensasi tubuh terhadap anoxia.

Perubahan ini tergantung proses kejadiannya. Pada anoxic anoxia jantung

mengkompensasi dengan memperbesar outputnya, pada saat yang sama arterial dan

venous pressure meningkat. Akibatnya lama-lama jantung mengalami kegagalan.

Post mortem darah akan berwarna gelap dan terjadilah venous dan pulmonary

congestion.

Pada asphyxia karena strangulasi, venous return dari kepala terganggu, sehingga

terjadi pembendungan pada kepala dan leher sehingga terjadi perdarahan ptechial di

conjunctiva palpebra, kulit wajah, kepala, otak, pleura, dan juga pericard.

Perdarahan ptechial disebut tardieu spot yang disebabkan oleh peningkatan tekanan

intra kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler akibat anoxia.

Pada anemic anoxia yang ada perubahan sekunder hanyalah yang disebabkan

keracunan CO, dimana oxyhemoglobin digantikan carbxyhaemoglobin. Karenanya

kenaikan CO menjelang kematian terlihat yaitu terjadinya venous dan pulmonary

congestion. Hanya disini darah tidak bertambah gelap tetapi khas berwarna cherry

red.

Pada histotoxic anoxia biasanya tidak terjadi perubahan sekunder, karena kematian

terjadi dengan cepat, misalnya pada keracunan cyanida. Sedangkan pada keracunan

barbiturat, depresi nafas agak lama dan menyebabkan incipient cardiac failure.

1.3 Tanda-tanda asphyxia

1.3.1 Mekanisme asphyxia

Mekanisme asphyxia oleh Puppo dibagi menjadi 4 stadium yaitu:

1. Stadium dyspnoe

Defisiensi oksigen pada sel eritrosit dan akumulasi karbondioksida dalam plasma

akan merangsang pusat pernafasan di medula oblongata. Hal ini akan

mengaklibatkan gerakan pernafasan yang cepat dan kuat, peningkatan denyut nadi

dan cyanosis terutama dapat diamati pada wajah dan tangan.

2. Stadium konvulsi

7

Pertama adalah kejang klonik, setelah itu kejang tonik, terakhir terjadi spasme

epistotonik. Pupil menjadi lebar dan denyut jantung menjadi pelan. Hal ini terjadi

karena meningkatnya kerusakan dari nucleus pada otak karena defisiensi oksigen.

3. Stadium apnea

Depresi pada pusat nafas semakin dalam sehingga pernafasan menjadi semakin

lemah dan dapat berhenti. Timbullah keadaan tidak sadar dan keluarlah cairan

sperma secara involuntaire. Dapat juga terjadi keluarnya urin dan feces secra tidak

sadar meskipun jarang.

4. Stadium final

Pada stadium ini terjadi kelumpuhan pernafasan secara lengkap. Setelah beberapa

kontraksi otomatis dari otot-otot aksesoris pernafasan di leher, kemudian pernafasan

berhenti. Jantung mungkin masih berdenyut setelah beberapa waktu setelah

respirasi berhenti.

1.3.2 Tanda-tanda dan Kelainan pada Otopsi

A. Pada pemeriksaan luar :

1. Sianosis

Dapat dengan mudah terlihat pada daerah ujung jari dan bibir dimana terdapat

pembuluh drah kapiler. Sianosis ini mempunyai arti bila keadaan mayat masih

baru.

8

2. Perdarahan berbintik(ptechiale hemorrhages, Tardiu’s spot)

Keadaan ini mudah dilihat pada tempat dimana struktur jaringan yang longgar,

seperti pada selaput biji mata, dan kelopak mata serta pada kulit kepala. Pada

kasus yang hebat, perdarahan tersebut dapat dilihat pada kuit khususnya di daerah

wajah. Terjadinya keadaan ini akibat perubahan permeabilitas kapiler sebgai

akibat langsung dari hypoxia dan peningkatan tekanan intra kapiler sehingga

kapiler pecah dan terjadilah ptechiae.

3. Pembuluh darah kecil pada conjunctiva melebar(injected)

B. Pada pemeriksaan dalam:

1. Kongesti organ

Kongesti/ pembendungan yang sistemik dan kongesti pada paru-paru yang disertai

dilatasi jantung kanan, merupakan ciri klasik kematian karena asphyxia. Jantung

sebelah kanan membesar dan banyak terisi darah, sebaliknya jantung sebelah kiri

sering menjadi contracted dan kosong.

2. Darah menjadi lebih encer

Pada setiap kematian yang cepat, darah akan tetap cair, salah satu keadaan

tersebut terdapat pada asphyxia. Darah yang tetap cair ini dihubungkan dengan:

-aktifitas fibrinolisis

-faktor-faktor pembekuan yang ada di ekstravaskuler dan tidak sempat masuk

pembuluh darah karena cepatnya proses kematian.

9

3. Edem pulmonum

Edem pulmonum tidak banyak berarti didalam kaitannya dengan kematian karena

obstruksi saluran nafas, oleh karena keadaan ini dapat terjadi pada berbagai

macam keadaan sehingga tidak khas.

4. Perdarahan berbintik mungkin dapat ditemukan pada thymus, pericard, larynx,

paru, pleura, epiglotis, permukaan serosa organ dalam, galea dari scalp pada

kepala.

5. Hiperemi dari lambung, hati, dan ginjal.

6. Ginjal kadang-kadang contracted, sehingga timbul wrinkle capsule akibat adanya

pengerutan. Hal ini terjadi jika proses asphyxia sangat berat.

1.4 Penyebab Asphyxia

1. Wajar

-Laryngeal oedem -Reaksi anafilactic

-Ludwig angina -Pneumothorax

-Laryngitis difteria -Tamponade jantung

-Complete blocking a.pulmonalis karena emboli -Tumor laryng/leher

-Asthma bronchiale

2. Tidak wajar

a. Trauma pada tungkai ->trombosis v. Femoralis->emboli

b. Patah tulang panjang->emboli lemak pada paru

c. Luka tusuk/iris yang mengenai v. Jugularis interna->emboli udara

d. Udara terhalang secara paksa dibagi atas:

1. Strangulation

-Hanging (Strangulation by suspension)

-Strangulation by ligature(jeratan)

-Throttling(manual strangulation)

2. Suffocation

- Smothering

10

-Chocking

-Gagging

3. Traumatic asphyxia : external pressure on the chest

4. Drowning (tenggelam)

5. Inhalation of suffocating gasses, akan dibicarakan dalam materi toksikologi

forensik(gas CO, CO2, H2S)

1.5 Strangulation

1.5.1 Hanging(Strangulation by suspension)

Definisi

Suatu strangulasi dengan tekanan pada leher disebabkan oleh jerat menjadi erat akibat

berat badan korban sendiri, sehingga saluran udara pernafasan tertutup.

Mekanisme

11

Saluran udara tertutup karena pangkal lidah terdorong ke atas belakang, ke arah dinding

posterior pharynx. Palatum molle dan uvula terdorong ke atas, menekan epiglotis

sehingga menutup lubang larynx.

Sebab kematian

1. Asphyxia

2. Gangguan sirkulasi darah otak karena tertekannya v.jugularis dan/ a. Carotis

sehingga terjadi cerebral anoxia.

3. Vagal reflex(shock).

4. Kerusakan batang otak atau sum-sum tulang belakang.

Cara kematian

1. Bunuh diri

2. Kecelakaan

3. Pembunuhan

4. Hukuman mati

Perbedaan kasus bunuh diri dengan pembunuhan

a. Keadaan TKP, dimana korban ditemukan biasanya tenang, dalam ruang atau tempat

yang tersembunyi/ pada tempat yang sudah tidak dipakai.

b. Posisi korban yang tergantung lebih mendekati lantai. Berbeda dengan pembunuhan

dimana jarak antara kaki dengan lantai cukup lebar.

c. Pakaian korban rapi, sering didapatkan surang peninggalan dalam saku yang isinya

adalah alasan mengapa ia melakukan tindaka n nekad tersebut.

d. Pada leher tidak jarang diberi alas sapu tangan atau kain sebelum alat penjerat

dikalungkan ke lehernya.

e. Jumlah lilitan dapat hanya 1x, semakin banyak lilitan maka dugaan bunuh diri

semakin besar.

Cara memeriksa korban

a. Pemeriksaan setempat

1. Tentukan korban masih hidup/sudah meninggal. Bila masih masih hidup

berikan pertolongan secepatnya.

2. Kumpulkan bukti yang dapat memberi petunjuk kematiannya.

12

3. Perhatikan jeratnya, apakah simpul hidup/ mati. Apabila simpul mati, coba

melalui lingkar kepala.

4. Untuk memperkirakan saat kematian, sebelum menurunkan korban ukur tinggi

tiang gantungan, panjang tali penggantung, jarak lantai dengan ujung kaki.

5. Perhatikan letak korban di TKP terhadap benda-benda di sekitarnya, apakah

memungkinkan adanya kekerasan benda tumpul.

6. Turunkan korban dengan memotong bahan penggantung di luar simpul.

7. Bekas serabut tali pada tempat bergantung dan leher diamankan untuk

pemeiksaan lebih lanjut.

8. Perhatikan bahan penggantung, makin kecil dan keras, makin jelas alur jerat

pada leher.

9. Lidah terjulur/tidak, tergantung letak jerat pada leher. Bila di bawah cartilago

thyroid lidah terjulur.

Mata melotot akibat bendungan di kepala

Keluar mani, feces, urin, darah dari vagina akibat stadium konvulsi.

Tetapi tanda-tanda ini tidak harus ada.

b. Pemeriksaan otopsi

1. Pemeriksaan luar:

1.a Kepala

Lidah terjulur atau mata melotot biasanya menghilang bila jerat dilepas

Muka berwarna biru bila tali penjerat lunak.

Muka berwarna pucat bila penggantungnya keras.

13

Timbul ptechiae/ Tardiu’s spot.

1.b Leher

Alur jerat pada kulit leher dapat pucat, tepi alur berwarna merah coklat

karena luka lecet

Kulit yang berbatasan dengan alur echymosis(tanda intravital)

Makin kecil penampang dan makin keras bahan yang dipakai makin jelas

alur yang timbul. Alur yang baru mungkin tidak jelas, tetapi postmortem

terjadi pengeringan dan tampak alur yang tidak jelas tadi. Arah

simetris/asimetris, tergantung letak simpul dan berjalan miring ke atas

menuju letak simpul.

1.c Anggota gerak

Ditemukan lebam mayat pada ujung bawah lengan dan tungkai.

Perhatikan luka memar dan lecet yang mungkin akibat persentuhan

benda di sekitar korban.

1.d Kelamin dan dubur

Kadang ditemukan air seni, cairan mani, feces/ darah di vagina.

2. Pemeriksaan dalam

2.a Rongga kepala

Tanda bendungan pembuluh darah otak. Dapat terjadi kerusakan medula

spinalis.

2.b Leher

Cari perdarahan pada otot dan jaringan di daerah alur jerat. Cari patah

tulang lidah dan/tulang rawan gondok. Mungkin terjadi robekan

kecilpada intima pembuluh darah leher.

Tanda kekerasan pada leher:

-Fraktur proc. / cornu superior cartilago thyroid.

-Perdarahan di dalam otot leher.

14

-Robekan M. Sternocleidomastoideus dan lig thyrohyoid.

-Fraktur cornu os hyoid

-Robekan kecil pada intima v. Jugularis.

2.c Dada dan perut

Akibat bendungan pembuluh darah dan asphyxia dapat terjadi

perdarahan kecil misal pleura dan peritoneum. Terutama pada abdomen

bagian bawah.

1.5.1.1Simulated Suicidal Hanging

Definisi

Pembunuhan yang dibuat sedemikian rupa seolah-olah gantung diri. Tidak ada reaksi

intravital dan tidak ada kelainan pembendungan di kepala dan leher.

Diagnosis

1. Adanya sebab kematian lain atau trauma yang tidak mungkin dapat dilakukan oleh

korban sendiri.

2. Distribusi dari lebam mayat yang tidak sesuai. Hal ini berarti bila lebam mayat

sudah terfiksir sebelum mayat digantung.

3. Tanda-tanda dari simpul jerat.

Bila telah meninggal, baru dijerat biasanya jerat diikatkan melingkari leher dulu baru

kemudian gantung ke tiang gantuingan. Bila tiang diperhatikan, ada tanda tali telah

bergerak dari bawah ke atas, sedang pada kasus gantung diri dari atas ke bawah.

Dari serat kecil gesekan tali juga dapat diketahui arahnya. Pada suicidal hanging dapat

ditemukan serabut dari tali pada tangan korban, pada simulated hanging tidak

ditemukan.

15

1.5.2 Strangulation by ligature

Definisi

Suatu strangulasi dimana tekanan pada leher disebabkan oleh jerat yang menjadi erat

akibat kekuatan yang lain dari berat badan korban.

Mekanisme

Tertutupnya jalan nafas akibat larynx tertekan ke belakang ke arah dinding pharynx

sehingga lumen tertutup oleh karena mendapat tekanan dari samping dan depan.

Tekanan dari depan menutup jalan nafas, sedangkan dari samping menutup pembuluh

darah di samping leher, biasanya hanya vena yang tertutup.

Karena tekanan tidak sekeras hanging, sehingga muka tidak cyanotik. Tekanan pada v.

Jugularis dan tekanan partial pada a. Carotis menyebabkan perdarahan kecil pada

wajah, conjunctiva, scalp, dan fascia di atas m. Temporalis. Kemungkinan dapat pula

terjadi vagal shock.

Alat yang biasa dipakai: sapu tangan, handuk, tali, kaos kaki, dasi, stagen, selendang,

ikat pinggang, kabel liustrik, dll.

Sebab kematian

-Asphyxia

-Gangguan sirkulasi otak

-Vagal refleks

Cara kematian

-Pembunuhan

-Bunuh diri

-Kecelakaan

16

Pemeriksaan setempat

1. Perhatikan jeratnya, bila perlu difoto.

Untuk menduga cara kematian korban. Pada kasus pembunuhan biasanya tidak

ditemukan alat untuk menjerat. Pada kecelakaan/ bunuh diri, jerat tidak dapat

disingkirkan oleh korban kecuali ada orang ingin menolong/ dilepas keluarga

supaya tidak diketahui orang.

2. Cara melepas jerat

Bila jerat tidak bersimpul, dilepas dengan membuka lingkarannya

Bila bersimpul, dipotong di tempat bebas simpul dan caranya seperti hanging

Semuanya diamankan sebagai barang bukti

3. Arah alur bekas jerat

Kurang lebih horizontal

Lokasinya lebih rendah dari kasus hanging.

Pemeriksaan otopsi

1. Pemeriksaan luar

Ditemukan tanda asphyxia umum

2. Pemeriksaan dalam

Ditemukan perdarahan otot leher, patah tulang rawan larynx, dan robekan kecil

pada pembuluh darah leher dan otot leher.

1.5.3 Throttling(Manual strangulation)

Definisi

Suatu strangulasiyang menggunakan tangan atau lengan bawah untuk menekan leher

sehingga saluran nafas tertutup.

Mekanisme

17

Tertutupnya jalan nafas dengan 1 atau 2 tangan menekan leher sehingga menekan sisi-

sisi larynx dan menutup glottis. Bila tangan ditekan pada bagian depan larynx, akan

menutup lumen dengan menyempitkan diameter anteroposterior. Bila juga pangkal

lidah terdorong ke belakang atasdan glottis tertutup. Pada rekonstruksi sukar, karena

tekanan pada leher hanya sebentar dan elastisitas jaringan leher.

Sebab kematian

1. Vagal reflex yaitu rangsangan sinus carotisyang menyebabkan cardiac inhibition

sehingga timbul Hering reflex. Dalam hal demikian tidak ditemukan tanda

kekerasan.

2. Asphyxia

3. Gangguan sirkulasi otak/shock, lebih-lebih bila korban dalam pengaruh alkohol.

Cara kematian

1. Pembunuhan

2. Kecelakaan

Cara melakukan throttling

1. Satu tangan

Ibu jari menekan satu sisi, jari-jari lain menekan sisi lain dari larynx. Pada saat yang

sama telapak tangan menekan alat-alat dalam leher belakang.

2. Dua tangan

Ke2 ibu jari menekan bagian depan larynx dan menekan jalan udara ke belakang.

Jari-jari lain mencekam bagian sampingdan belakang dan samping dari leher.

3. Pelaku berada di belakang korban

Jari-jari mencekam kerongkongan di bagian depan lalu menekannya ke belakang

dan samping, ibu jari menekan bagian belakang dan samping leher.

4. Mugging

Pelaku berdiri di depan/di belakang korban, kemudian lengan bawahnya

ditempatkan pada bagian depan leher korban(daerah larynx) dan ditekankan ke

belakang. Cara ini banyak menimbulkan kerusakan pada organ-organ di dalam

leher, tetapi kelainan di kulit sedikit sekali/ tidak ada sama sekali.

Pemeriksaan otopsi

1. Pemeriksaan luar

18

Umumnya lebih variabel dari ligature strangulation

Kelainan akibat asphyxia berupa:

-cyanosis

-bendungan darah di kepala, leher, dan jari-jari

-ptechiae di galea scalp, conjunctiva, wajah, kelopak mata, bahu, dan dada.

-bendungan darah di otak, paru-paru, dan organ-organ

-darah di dalam jantung lebih encer

-ptechiae di pleura dan pericard

Kelainan akibat kekerasan di leher:

Tidak jelas bila dengan telapak tangan/ lengan.

Bila tangan, ditemukan bekas kuku jari tangan berupa luka lecet semilunar ¼ - ½

inchi dan lebar< 1/16 inchi.

Kadang ditemukan juga luka lecet dan memar pada kulit mukosa bibir, lidah, dan

mulut. Ini menunjukkan perlawanan korban.

Mikroskopis: kerusakan epitel, epitel lebih pipih dengan inti memanjang.

2. Pemeriksaan dalam

Perdarahan pada jaringan otot leher, kelenjar thyroid, kelenjar ludah, ptechiae di

mukosa larynx, tulang lidah juga memar dan robekan pada membran thyrohyoid.

Patah tulang rawan larynx dan tulang lidah. Sering pada ala lteral cartilago thyroid,

arcus anterior cart. Thyroid, kombinasi ke2nya, baru os hyoid.

1.6 Suffocation

Definisi

19

Obstruksi jalan nafas sehingga menghalangi masuknya udara ke dalam paru-paru yang

menyebabkan terjadinya asphyxia.

1.6.1 Smothering (pembekapan)

Definisi

Suatu keadaan tertutupnya lubang-lubang external dari jalan nafas (mulut dan hidung)

secara mekanis oleh benda padat/ bahan yang terdiri dari partikel-partikel kecilmisal

pasir, lumpur, abu, salju.

Cara kematian

1. Kecelakaan

2. Pembunuhan, misal dengan bantal, plester, dll.

3. Bunuh diri

Pemeriksaan otopsi

Mencari bahan penyebab dalam rongga mulut/ lubang hidung juga kelainan dalam

bentuk luka lecet dan / memar di depan mulut, hidung, dan daerah sekitarnya.

Pada anak, biasanya kelainan minimal.

Pembekapan dengan 1 tangan sedang tangan lain menekan kepala korban dari

belakang, dapat ditemukan lecet/ memar leher bagian belakang.

Bila dengan alat, terdapat sedikit bekas scarfing di mulut dan hidung.

Pembekapan dengan bantal tercetak lipstik dengan bentuk bibir pada sarungnya.

Bila smothering cepat, terjadi tanda asphyxia, berupa darah gelap dan encer, wajah

cyanotik, echymosis kecil pada galea scalp, perdarahan conjunctiva. Bila smothering

berlangsung lebih lama, terjadi hyperaeration dan edem paru.

1.6.2 Chocking

Definisi

Masuknya suatu benda padat pada lumen jalan nafas dan menyumbatnya sehingga

udara tidak dapat mencapai paru-paru.

Cara kematian

20

-Kecelakaan

-Pembunuhan

-Bunuh diri

Pemeriksaan otopsi

-Cyanosis

-Hyperaeration dan edem paru

-Beberapa bagian paru atelectasis

-Korban sempat hidup lama, dijumpai bronchopneumoni / abces paru sebagai

komplikasi

-kelompok alveoli overdistensi

21

1.6.3 External pressure on the chest

Definisi

Suatu keadaan udara terhalang untuk masuk dan keluar paru-paru akibat gerakan nafas

terhenti oleh tekanan dari luar pada dada. Jadi inspirasi dan expirasi terhenti karena

dada tidak dapat mengembang.

Cara kematian

-Kecelakaan

-Pembunuhan

Pemeriksaan otopsi

22

-Tanda asphyxia

-Roman muka dan leher cyanosis

-Ptechiae pada roman muka, leher, bahu, sclera, conjunctiva, dan galea aponeurotica

-Adanya tanda kekerasan pada dada

1.6.4 Drowning(tenggelam)

Definisi

Suatu bentuk suffocation dimana korban terbenam dalam air/cairan dan benda tersebut

terhisap masuk ke jalan nafas sampai alveoli paru.

Hal-hal yang perlu diketahui

1. Apa korban meninggal sebelum masuk air

2. Apa meninggal di air tawar/ air asin

3. Apa ada antemortem injury

4. Apa ada sebab kematian wajar/ keracunan

5. Bagaimana cara kematiannya

Pembagian drowning

23

I. Primary drowning

Korban meninggal dalam beberapa menit setelah permulaan peristiwa tenggelam

tanpa pertolongan nafas buatan

1. Dry drowning

- Kematian korban oleh karena cardiac arrest yang mendadak dan sirkulasi

refleks oleh karena vagal refleks dan sirkulasi kolaps

- Tidak ada air yang masuk dalam tr. Gastrointestinal maupun tr.

Respiratorius.

- Tidak ditemukan kelainan patologis bermakna.

2. Wet drowning

a. Tenggelam di air tawar (fresh water)

Secara teoritis akibat VF.

Kelainan patologis:

- Hipervolemi - hipoclorida

- Hemolisis - hiponatremi

b. Tenggelam di air garam(salt water)

Kematian akibat edem paru

Kelainan patologis:

-hypovolemia -hypernatremia

-hypoproteinemia -hyperchlorida

Pada pemeriksaan TKP sebaiknya dilakukan

-Pemeriksaan korban

-Pengambilan contoh cairan untuk test

II. Secondary drowning

Korban meninggal dalam waktu 30 menit sampai beberapa hari setelah tenggelam

dan sempat dilakukan pernafasan buatan.

Biasanya korban meninggal oleh karena:

-edem paru

-asidosis

-pneumonitis oleh bahan kuman/kuman

Mekanisme tenggelam

1. Beberapa korban begitu berhubungan dengan air dingin terutama leher atau jatuh

horizontal mengalami vagal reflex

2. Korban saat menghirup air, air masuk larynx menyebabkan laryngeal spasme

24

3. Korban panik saat masuk air dan menghisap air, batuk, berusaha expirasi. Karena

kebutuhan oksigen, ia akan bernafas air lebih banyak terhisap. Lama-lama cyanotik

dan tidak sadar. Selama tidak sadar terus bernafas akhirnya paru tidak berfungsi,

pernafasan berhenti.

Mekanisme tenggelam dalam air tawar

1. Air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi

hemodilusi hebat yang berakibat terjadi hemolisis.

2. Oleh karena terjadi peristiwa biokimiawi, kalium plasma meningkat, natrium

berkurang, juga terjadi anoxia pada myocardium.

3. Hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah dan sirkulasi berlebihan,

terjadi penurunan sistol dan beberapa menit VF.

4. Jantung beberapa saat berdenyut lemah, terjadi anoxia cerebri hebat, kematian

cepat.

Mekanisme tenggelam dalam air asin

1. Terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi tertarik keluar dan masuk dalam

jaringan paru, sehingga terjadi edem paru hebat dalam waktu singkat.

2. Pertukaran elektrolit dari asin ke dalam darah mengakibatkan meningkatnya

hematokrit dan natrium plasma.

3. VF tidak terjadi, tapi anoxia pada myocardium disertai peningkatan viscositas darah

menyebabkan payah jantung

4. Tidak terjadi hemolisis, tapi hemokonsentrasi, tekanan sistol menetap beberapa

menit.

Sebab kematian

-Asphyxia

-Vagal refleks

-Spasme larynx

-VF

Cara kematian

25

-Kecelakaan

-Pembunuhan

-Bunuh diri

-Undetermine

Pemeriksaan otopsi

1. Pemeriksaan luar

- Tidak ada patognomonis, fungsinya hanya menguatkan

- Hanya beberapa penemuan: kulit basah, dingin, pucat.

- Lebam mayat cyanotik, kecuali air sangat dingin: pink.

- Kadang ada cutis anserina pada lengan, paha, dan bahu.

- Buih putih halus dari mulut dan hidung, sifatnya lekat.

- Kadang ada cadaveric spasme pada tangan dan kotoran tergenggam

- Bila cukup lama di air kulit tangan dan kaki mengerut”washer woman’s hand”

dan pucat.

- Kadang terdapat luka berbagai jenis.

2. Pemeriksaan dalam

- Jalan nafas berisi buih, kadang lumpur, pasir, rumput air, diatom, dll.

- Pleura berwarna kemerahan dan ptechiae karena kompresi septum inter

alveoler / fase konvulsi karena kekurangan O2

- Paru membesar karena congesti dan gambaran seperti marmer, sehingga

jantung kanan dan vena besar dilatasi.

- Banyak cairan dalam lambung

- Perdarahan telinga bagian tengah

Perbedaan tenggelam dam air tawar dan air asin

Tenggelam dalam air tawar Tenggelam dalam air asin

1. Paru-paru kering

2. Paru-paru besar tapi ringan

3. Batas anterior menutupi jantung

4. Warna merah pucat dan

emphysematous

1. Paru-paru basah

2. Paru-paru besar dan berat

3. Batas anterior menutup

mediastinum

4. Warna ungu/kebiruan,

26

5. Paru-paru bila dikeluarkan dari

thorax tidak kempes

6. Bila diiris terdengar krepitasi,

tidak mengempis, tidak

mengandung cairan, dipijat keluar

buih

permukaan mengkilat

5. Paru-paru bila dikeluarkan dari

thorax bentuknya mendatar dan

bila ditekan menjadi cekung.

6. Bila diiris terdengar krepitasi

menurun tanpa ditekan akan

keluar banyak cairan

Pemeriksaan khusus pada tenggelam

1. Percobaan getah paru

2. Pemeriksaan darah secara kimia (Gettler test)

3. Destruction test dan analisa isi lambung

1.6.5 Inhalation of Suffocating gasses

Definisi

Suatu keadaan sebagai akibat korban menghirup gas tertentu dalam jumlah berlebihan

sehingga kebutuhan oksigen tidak terpenuhi

Sebab kematian

Asphyxia

27

Cara kematian

-Kecelakaan

-Pembunuhan

-Bunuh diri

Gas yang menyebabkan mati lemas

-CO2

-CO

28

BAB III

RANGKUMAN

1. Asphyxia adalah kekurangan oksigen disebabkan terganggunya saluran pernafasan.

Terjadi kekurangan oksigen dan kelebihan karbondioksida di dalam sel-sel.

2. Berdasarkan sebab dibagi menjadi 2: wajar dan tidak wajar

3. Perubahan patologis dibagi 2: perubahan primer dan perubahan sekunder

4. Manifestasi asphyxia dibagi 4 stadium: dyspnoe, konvulsi, apnoe, dan stadium final

5. Pada PL ditemukan cyanosis, ptechiae, dan Tardiu spot.

6. Berdasarkan jenis dibagi 5 macam: strangulation, suffocation, traumatic asphyxia,

drowning, dan inhalation by gasses.

29

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Hariadi, dkk. 2010. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Edisi ke-6. Surabaya:

Departemen ilmu Kedokteran forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo

https://en.wikipedia.org/wiki/AsphyxiaAsphyxia

http://www.forensicindia.com/forensic_pictures/asphyxia.jpg

http://www.forensicindia.com/forensic_pictures/copoisoning.jpg

http://www.forensicindia.com/forensic_pictures/drowning.jpg

http://www.forensicindia.com/forensic_pictures/hanging.jpg

http://www.forensicindia.com/forensic_pictures/knots.jpg

http://www.forensicindia.com/forensic_pictures/strangulation.jpg

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://www.beltina.org/pics/

asphyxia.jpg&imgrefurl=http://www.beltina.org/health-dictionary/asphyxia-

definition.html&usg

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://www.charlydmiller.com/images02/

restrasphyxdef.jpg&imgrefurl=http://www.charlydmiller.com/RA/

restrasphyx01.html&usg

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://www.netterimages.com/images/vpv/

000/000/013/13859-0550x0475.jpg&imgrefurl=http://www.netterimages.com/image/

13859.htm&usg

30