asli manajemen pengelolaan pesantren

31
MANAJEMEN PENGELOLAAN PESANTREN M A K A L A H Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " Manajemen Pendidikan Islam " Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan, M.Pd.I Oleh : YUNI MAULI DEVI (2013471960) PAI – Smt 6/ Sawo PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) JURUSAN TARBIYAH

Upload: feni-prasetiya

Post on 08-Jan-2017

580 views

Category:

Education


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asli manajemen pengelolaan pesantren

MANAJEMEN PENGELOLAAN

PESANTRENM A K A L A H

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

" Manajemen Pendidikan Islam "

Dosen Pengampu :

Afiful Ikhwan, M.Pd.I

Oleh :

YUNI MAULI DEVI (2013471960)

PAI – Smt 6/ Sawo

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH

(STAIM) TULUNGAGUNG

Maret 2016

Page 2: Asli manajemen pengelolaan pesantren

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan

makalah ini.

Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama

Islam.

Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini

banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala

hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

Tulungagung Bapak Nurul Amin, M.Ag

2. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan

makalah ini Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I

3. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam

penyelesaian makalah.

Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a

dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi

amal soleh di mata Allah SWT. Aaamiin.

Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak

kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan keritikan positif,

sehingga bisa diperbaiki seperlunya.

Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir

amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh

pembaca. Aamin Yaa Robbal 'Alamiin.

(PENYUSUN)

ii

Page 3: Asli manajemen pengelolaan pesantren

DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………….…..…....... i

Kata Pengantar …………………………………………………..…........ ii

Daftar Isi …………………………….....……………………..…. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………… 2

C. Tujuan Masalah …………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

MANAJEMEN PENGELOLAAN PESANTREN

A. Pengertian Sistem Manajemen Pesantren ...……...….......... 3

B. Sejarah Pesantren di Indonesia .................…….................. 5

C. Pengelolaan  Sistem dalam Pendidikan Pesantren ............ 8

D. Problematika Pesantren di Era Modernitas ...... .................. 12

BAB III PENUTUP

Kesimpulan …………………………………………….. 16

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 17

iii

Page 4: Asli manajemen pengelolaan pesantren

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam prinsip ajaran Islam, segala sesuatu tidak boleh dilakukan

secara asal-asalan melainkan harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur

dan proses-prosesnya juga harus diikuti dengan tertib. Dalam sebuah riwayat

Rasulullah saw bersabda : yang artinya : “Sesungguhnya Allah sangat mencintai

orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat,

terarah, jelas dan tuntas)”. (HR Thabrani)

Setiap kali kita berbicara tentang pendidikan, tentu masih banyak

masalah yang harus segera diselesaikan. Baik itu dari sisi pemerintah, masyarakat,

dan pendidik, semua berhak punya kesempatan dalam memperbaiki dunia

pendidikan. Jika dilihat dari sisi pendidikan Islam itu sendiri, masih banyak sekali

permasalahan yang patut dibahas dan dicarikan solusi kedepannya. Salah satunya

yaitu masalah pesantren.

Pengembangan manajemen pesantren merupakan salah satu solusi

yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas atau mutu pesantren.

Manajemen mengawal dan memberikan arahan pada proses berjalannya sebuah

lembaga pesantren dapat terpantau. Tak berbeda dengan lembaga pendidikan lain

seperti sekolah formal, pendidikan pesantren juga membutuhkan manajemen

untuk mengembangkan atau memajukan sebuah pesantren.

Sebenarnya, manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar

dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam

ajaran Islam, sebab dalam islam arah gayah (tujuan) yang jelas, landasan yang

kokoh, dan kaifiyah yang benar merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah

Swt. Setiap organisasi, termasuk pendidikan pondok pesantren memiliki aktivitas

pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas

tersebut adalah manajemen. Dengan pengetahuan manajemen, pengelola pondok

pesantren bisa mengangkat dan menerapkan prinsip-prinsip dasar serta ilmu yang

ada di dalam Al-Qur’an dan Hadis ke dalam lembaganya tersebut.

1

Page 5: Asli manajemen pengelolaan pesantren

2

Dalam struktur pendidikan nasional, pesantren merupakan mata

rantai yang sangat penting. Hal ini tidak hanya karena sejarah kemunculannya

yang relatif lama, tetapi juga karena pesantren telah secara signifikan ikut andil

dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam sejarahnya, pesantren

merupakan lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat (society based-

education). Dalam kenyataannya, pesantren telah mengakar dan tumbuh dari

masyarakat, kemudian dikembangkan oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu sistem manajemen pendidikan pesantren?

2. Bagaimana sejarah pesantren di Indonesia?

3. Bagaimana pengelolaan  sistem dalam pendidikan pesantren?

4. Apa saja problematika pesantren di era modernitas?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu manajemen, dan bagaimana manajemen dalam

pesantren tersebut.

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah pesantren di Indonesia.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan dalam pesantren dan

manajemen yang ada di dalam pesantren.

4. Untuk mengetahui problematika yang ada dalam pesantren di era

modernitas.

Page 6: Asli manajemen pengelolaan pesantren

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Manajemen Pesantren

Sebelum membahas apa itu manajemen pesantren maka kita harus

tahu dahulu apa itu sistem  manajemen dan apa itu pesantren. Sistem adalah cara,

sarana, upaya, dan organ.1

Dan manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management

artinya yang dikembangkan dari kata to manage, yang artinya mengatur atau

mengelola. Kata manage itu sendiri berasal dari Italia Maneggio yang diadopsi

dari bahasa latin managiare, yang berasal dari kata manus yang artinya tangan.

Dalam bahasa Arab berasal dari nazhoma atau idarah artinya yang menata

beberapa hal dan menggabungkan beberapa antara satu dengan yang lain.2

Sedangkan secara terminologi manajemen menurut yang dikutip oleh

Made Pidarta terbagi kepada manajemen sebagai peranan dan manajemen sebagai

tugas, hal ini memberi jalan untuk membedakan kedua istilah itu. Manajemen

sebagai tugas ialah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sementara itu salah

satu manajemen sebagai peranan disebutkan peranan administrasi eksekutif.3

Menurut para ahli dikemukakan yang pertama manajemen adalah mengelola

orang-orang, yang kedua adalah pengambilan keputusan, yang ketiga adalah

pengorganisasian dan pemanfaatan sumber-sumber untuk menyesuaikan tujuan

yang telah ditentukan.

Jadi Sistem pondok pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai

perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang

berlangsung dalam pondok pesantren.4 Sudah menjadi common sense bahwa

1Tata Sutabri, Sistem Informasi Manajemen, cet. 1, Ed. 1, (Jakarta: Perpustakaan Negara, 2005), hal. 14. 

2M. Abdul Jawwad, Menjadi Manajer Sukses, cet. 1, (Jakarta: Gema Insani, 2004), hal. 181. 

3Ibid. hal.17.4MU YAPPI, Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, cet. 1, (Jakarta:

Media Nusantara, 2008), hal. 17. dan A. Halim, dkk, Manajemen Pesantren, cet. 1, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara, 2005), hal. 115.

3

Page 7: Asli manajemen pengelolaan pesantren

4

pesantren lekat dengan figur kyai. Kyai dalam pesantren merupakan figur

pesantren sentral, otoritatif, dan pusat seluruh kebijakan dan perubahan. Hal ini

erat kaitanya dengan dua faktor :

Pertama, kepemimpinan yang tersentralisasi pada individu yang

bersandar pada karisma serta hubungan yang bersifat patemalistik. Kebanyakan

pesantren menganut pola mono manajemen dan mono administrasi sehingga tidak

ada delegasi kewenangan ke unit-unit kerja yang ada dalam organisasi.

Kedua, kepemilikan pesantren bersifat individual atau keluarga

bukan komunal. Otoritas individu kyai sebagai pendiri sekaligus pengasuh

pesantren sangat besar dan tidak bisa diganggu gugat. Faktor nasab atau keturunan

juga kuat sehingga kyai bisa mewariskan kepemimpinan pesantren kepada anak

yang dipercaya pada komponen pesantren yang berani memprotes. Sistem seperti

ini kerap kali mengundang sindiran bahwa pesantren seperti kerajaan kecil.5

Sejalan dengan penyelenggaraan pendidikan formal beberapa

pesantren mengalami pengembangan pada aspek manajemen, organisasi, dan

administrasi penggelolan keuangan. Perkembanggan ini dimulai dari perubahan

gaya kepemimpinan pesantren dari karismatik ke rasionalostik, dari otoriter

paternalistic ke diplomatik partisipatif.

Beberapa pesantren sudah membentuk badan pengurus harian

sebagai lembaga payung yang khusus mengelola dan menangani kegiatan

pesantren misalnya pendidikan formal, diniyah, pengajian majelis ta’lim, sampai

pada masalah penginapan (asrama santri), kerumah tanggaan, kehumasan. Pada

tipe pesantren ini pembagian kerja antar unit sudah berjalan dengan baik,

meskipun tetap saja kyai memiliki pengaruh yang kuat.6

Sayangnya perkembangan tersebut tidak merata di semua pesantren.

Secara umum pesantren masih menghadapi kendala serius menyangkut

ketersediaan sumber daya manusia profesional dan penerapan manajemen yang

umumnya masih konvensional, misalnya tiadanya pemisahan yang jelas antara

5M. Sulthon Masyhud dan M. Khusnurridlo, Manajemen Pondok Pesantren, cet. 1, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hal. 14-15. Dan Amin Haedari dan Ishom El-Saha, Peningkatan Mutu Terpadu Pesantren dan Madrasah Diniyah, Cet. 3, (Jakarta:Diva Pustaka, 2008), hal. 9.

6Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren. cet. 8, ed. 8, (Jakarta; LPEES, 2011), hal. 80.

Page 8: Asli manajemen pengelolaan pesantren

5

yayasan, pimpinan madrasah, guru dan staf administrasi, tidak adanya transparasi

pengelolaan sumber-sumber keuangan belum terdistribusinya pengelolaan

pendidikan, dan banyaknya penyelenggaraan atministrasi yang tidak sesuai aturan

baku organisasi. Kyai masih merupakaan figur sentral dan penentu kebijakan

pendidikan pesantren.

Kerumitan dan permasalahan ini menyebapkan antara normativitas

dan kondisi obyektif pesantren ada kesenjangan termasuk dalam penerapan teori

manajemen pendidikan. Semata-mata berpegang pada normativitas dengan

mengabaikan kondisi obyektif yang terjadi di pesantren adalah tindakan kurang

bijaksana, kalau tidak dikatakan gagal memahami pesantren. Akan tetapi

membiarkan kondisi itu berjalan terus tanpa ada pembenahan juga tidak arif. 

Penerapan manajemen pendidikan tidak hanya di tetapkan tanpa

mempertimbangkan atau mengakomodasi keadaan yang riil di pesantren. Harus

ada toleransi dalam menyikapi kesenjangan itu secara wajar tanpa mengundang

konflik.

B. Sejarah Pesantren di Indonesia

Kata pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan ‘pe’ dan

akhiran ‘an’ yang menunjuk arti kata tempat. Kata santri itu sendiri merupakan

gabungan dari dua suku kata yaitu sant (manusia baik) dan tra (suka menolong),

sehingga kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan untuk membina manusia

menjadi orang yang baik.7

Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan

pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama

dan Islam. Selanjutnya KH. Muchtar Rasidi berpendapat pondok pesantren adalah

; pertama, lembaga Pembina karakter building bangsa. Kedua, panti pendidikan

kepribadian bangsa. Ketiga, tempat pemupukan jiwa gotong-royong. Keempat,

arena pendidikan self help. Kelima, kancah penggemblengan jiwa patriotisme.8

7 Hasbi Indra, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, (Jakarta: Rida Mulia, 2005), hal. 193.

8 Suismanto, Menelusuri Jejak Pesantren, (Yogyakarta: Alif press, 2004), hal. 49.

Page 9: Asli manajemen pengelolaan pesantren

6

Pada sejarah awal berdirinya, pesantren mengkonsentrasikan diri

pada tiga fungsi utamanya yaitu : mengajarkan atau menyebar luaskan ajaran

Islam, mencetak para ulama, menanamkan tradisi Islam dalam masyarakat.

Kurikulum dalam pesantren sampai awal abad ke-20 belum digunakan. Dengan

kata lain, sistem pembelajaran lebih ditekankan pada pemahaman kitab secara apa

adanya, dan memberikan pembedaan arahan pembelajaran dan pendidikan hanya

didasarkan pada kategorisasi perbedaan kitab. Sebelum masuknya sistem

madrasah bakat dan kemampuan santri di pesantren tidak mendapatkan perhatian

dari kyai dan pembantunya. Selanjutnya sebagaimana kita ketahui bahwa akhir-

akhir ini hampir semua pesantren telah mengubah dan mengembangkan dirinya

memiliki madrasah.

Era 1970-an perubahan dan perkembangan pesatren dapat dilihat dari

dua sudut pandang. Pertama, pesantren mengalami perkembangan jumlah yang

luar biasa. Kedua, menyangkut penyelenggaraan pendidikan dapat

diklasifikasikan menjadi empat tipe yakni : pertama, Pesantren yang mendirikan

pendidikan formal dan menerapkan kurikulum nasional. Kedua, Pesantren yang

menyelenggarakan pendidikan keagamaan dalam bentuk madrasah dan

mengajarkan ilmu-ilmu umum meski tidak menerapkan kurikulum nasional.

Ketiga, Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama dalam bentuk

Madrasah Diniyah. Keempat, Pesantren yang hanya sekedar menjadi tempat

pengajian.9

Pondok pesantren secara garis besar dapat dikelompokkan,

sebagaimana dituangkan dalam PMA No.3 Tahun 1979 yang mengkategorikan

pondok pesantren menjadi :

a. Pondok pesantren tipe A yaitu pondok pesantren yang seluruhnya

dilaksanakan secara tradisional.

b. Pondok pesantren tipe B yaitu pondok yang menyelenggarakan

pengajaran secara klasikal.

9Abudin Nata, Sejarah Sosial Intelektual Islam dan Institusi Pendidikannya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), hal. 321.

Page 10: Asli manajemen pengelolaan pesantren

7

c. Pondok pesantren tipe C yaitu pondok pesantren yang hanya

merupakan asrama sedangkan santrinya belajar diluar.

d. Pondok pesantren tipe D yaitu pondok pesantren yang

menyelenggarakan sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem

sekolah atau madrasah.10

Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang

dalam masyarakat, yang meliputi :

a. Pondok pesantren tradisional

Salaf artinya lama, dahulu, atau tradisional. Pondok pesantren

salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan

pendekatan tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal

pertumbuhannya.11 Pondok pesantren ini masih tetap mempertahankan bentuk

aslinya dengan semata-mata mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama abad 15

dengan menggunakan bahasa Arab.

b. Pondok pesantren modern (khalafiyah/’Ashriyah)

Khalaf artinya kemudian, sedangkan ashri artinya sekarang atau

modern. Pondok tipe ini adalah pengembangan pondok pesantren tradisional,

karena orientasinya belajar cenderung mengadopsi sistem belajar klasik dan

meninggalkan sistem belajar tradisional.

c. Pondok pesantren komprehensif/campuran

Pondok pesantren ini disebut komprehensif karena merupakan sistem

pendidikan dan pengajaran gabungan antara tradisional dan modern. Artinya

didalamnya diterapkan pendidikan dan pengajaran kitab kuning dengan metode

sorogan, bandongan dan wetonan, namun secara regular sistem persekolahan terus

dikembangkan.12 Perkembangan pesantren saat ini diharapkan dapat

10DEPAG RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Pertumbuhan dan Perkembangannya, (Jakarta: DEPAG RI, 2003), hal. 15.

11 Ibid, hal. 29.

12 Muwahid Shulhan, Manajemen Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2013), hal. 155-157.

Page 11: Asli manajemen pengelolaan pesantren

8

menumbuhkan atau bertambahnya pesantren yang berwawasan global, sehingga

pesantren menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam yang mampu beradaptasi

dalam menghadapi arus globalisasi tanpa kehilangan jati diri, tetap memproduksi

santri yang berakhlak baik dan mampu berkiprah di dunia global.

C. Pengelolaan  Sistem dalam Pendidikan Pesantren

Permasalahan seputar pengelolaan model pendidikan pesantren

dalam hubunganya dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human

resource) merupakaan berita aktual dalam arus perbincangan kepesantrenan

kontemporer karena pesantren dewasa ini dinilai kurang mampu mengoptimalkan

potensi yang dimilikinya namun meskipun demikian setidaknya terdapat dua

potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu:

1. Potensi pendidikan.

2. Pengembangan masyarakat.

Meskipun demikian, tokoh yang dianggap sukses membawa sisitem

pendidikan pondok pesantren adalah Raden rahmat atau yang kita kenal dengan

Sunan Ampel. Terkait dengan sistem pengelolaan pondok pesantren dalam

interaksinya dengan perubahan sosial akibat modernisasi ataupun globalisasi,

kalangan internal pesantren sendiri sudah mulai melakukan pembenahan salah

satu bentuknya adalah pengelolaan pondok pesantren formal sekolahan mulai

tingkat SD, sampai perguruan tinggi, dilingkungan pesantren dengan menawarkan

perpaduan kurikulum keagamaan dan umum serta perangkat keterampilan yang

dirancang secara systematic dan itegralistik.

Tawaran berbagai pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrsah

Aliyah Program Khusus (MAPK), SMP, dan SMA plus yang di kembangkan

pesantrenpun cukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat. Sebab ada

semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam kehidupan sosial.

Dan pesantren dengan segala keunikan yang dimilikinya masih sangat diharapkan

menjadi penopang berkembangnya sistem pendidikan di Indonesia yang ditandai

Page 12: Asli manajemen pengelolaan pesantren

9

banyak sekarang pesantren yang ada pendidikannya berupa formal dan tentunya

nonformal juga.13

Tetapi semua sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi

pelajaran, sarana dan prasarananya didesain berdasarkan sistem pendidikan

modern. Modifikasi pendidikan pesantren semacam ini telah di eksperimentasikan

oleh beberapa pondok pesantren seperti Darussalam (GONTOR), pesantren As-

salam (Pabelan-Surakarta), pesantren Darun Najah (Jakarta), dan pesantren al-

Amin (Madura).

Sementara itu tidak semua pesantren melakukan pengembangan

sistem pendidikannya dengan cara memperluas cangkupan wilayah garapan,

masih banyak pesantren yang masih mempertahankan sistem pendidikan

tradisional dan konvensional dengan membatasi diri pada pengajaran kitab-kitab

klasik dan pembinaan moral keagamaan.

Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah

berkaitan dengan pengelolaan keuangan pesantren. Dalam pengelolaan keuangan

akan menimbulkan permasalahan yang serius apabila pengelolaanya tidak baik.

Pengelolaan keuangan pesantren yang baik sebenarnya merupakan upaya

melindungi personil pengelolaan pesantren (kyai, pengasuh, ustadz, atau

pengelola pesantren lainya) dari pandangan yang kurang baik dari luar

pesantren.14 Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta

kekayaan pesantren dengan harta milik individu, walaupun disadari bahwa

pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan individu.

Namun dalam rangka pelaksanaan manajemen yang baik sebaiknya diadakan

pemilahan antara harta kekayaaan pesantren dengan harta milik individu, agar

kelemahan dan kekurangan pesantren dapat diketahui secara transparan oleh

pihak-pihak lain, termasuk orang tua santri.

Pengertian pengelolaan keuangan sendiri adalah pengurusan dan

pertanggung jawaban suatu lembaga terhadap penyandang dana baik individual 13Ainurrofiq Dawam dan Ahmad Ta’rifin, 2008, Manajemen Madrasah Berbasis

Pesantren, cet. 3. (Jakarta:PT. Lista Farika Putra). hal. 18.

14Binti Maunah, 2011, Landasan Pendidikan , cet. 1, (Yogyakarta: Teras). hal. 34.

Page 13: Asli manajemen pengelolaan pesantren

10

maupun lembaga. Dalam penyusunan anggaran memuat pembagian penerimaan

dan pengeluaran anggaran rutin dan anggaran pembangunan serta anggaran

incidental jika perlu. Prinsip-prinsip pengelolaan pendidikan sebagai berikut:

1. Hemat tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan.

2. Terarah dan terkendali sesuai dengan rencana dan program.

3. Terbuka dan transparan.

4. Sedapat mungkin menggunakan kemampuan/hasil produksi dalam

negeri sejauh hal ini dimungkinkan.

Pesantren perlu dibentuk organisasi orang tua santri dengan

membentuk komite pesantren yang dapat memberikan pertimbangan dan

membantu mengontrol kebijakan program pesantren termasuk penggaliaan dan

penggunaan keuangan pesantren.

Selanjutnya pihak pesantren bersama komite pesantren pada setiap

tahun anggaran perlu bersama-sama merumuskan rencana anggaran pendapatan

dan belanja pesantren (RAPBP) sebagai acuan bagi pengelola pesantren

melaksanakan manajemen keuangan yang baik.

Hal-hal yang perlu di muat dalam RAPBP antara lain:

1) Rencana sumber pendapatan dalam satu tahun yang bersangkutan,

meliputi:

a) Konstribusi santri.

b) Sumbanggan dari individu dan organisasi.

c) Sumbanggan dari pemerintah bila ada.

d) Dari hasil usaha.

2) Rencana dalam satu tahun yang bersangkutan

Semua penggunaan uang pesantren dalam satu tahun anggaran perlu

di rencanakan dengan baik agar kehidupan pesantren dapat berjalan dengan baik.

Penggunaan uang pesantren tersebut menyangkut seluruh pengeluaran yang

berkaitan denggan kebutuhan penggelolaan pesantren, temasuk dana operasional

harian, penggembangan sarana dan prasarana pesantren, infaq semua petugas

pesantren, dana kerja sama, dan bahkan dana praktis lain-lainya perlu di

rencanakan dengan baik.

Page 14: Asli manajemen pengelolaan pesantren

11

Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana

anggaran pendapatan dan belanja pesantren adalah menerapkan prinsip anggaran

berimbang artinya rencana pendapatan dan pengeluaran harus seimbang

diupayakan  tidak terjadi anggaran pendapatan minus. Dengan RAPBP yang

berimbang maka kehidupan pesantren akan menjadi solid dan benar-benar kokoh

dalam keuangan yang akan menjadi kunci dari kemandirian bagi kehidupan

pesantren. Bila hal ini tercapai, kredibilitas pesantren di mata masyarakat akan

tinggi dan terpercaya. Melalui RAPBP juga maka sentralisasi penggelolaan

keuangan terfokus pada bendaharawan pesantren. Hal ini perlu dilakukan dalam

rangka mempermudah pertanggung jawaban keuangan.

Berkaitan dengan pengelolaan keuangan ada hal-hal yang perlu di

perhatikan oleh bendaharawan pesantren diantaranya:

a. Pada setiap akhir tahun anggaran bendaharawan harus membuat

laporan keuangan kepada komite pesantren untuk dicocokan dengan

RAPBP.

b. Laporan keuangan harus di lampiri bukti-bukti pengeluaran yang ada,

termasuk bukti penyetoran pajak (PPN dan PPh) bila ada.

c. Kwitansi atau bukti-bukti pembelian atau bukti penerimaan

honorarium atau bantuan atau bukti pengeluaran lain yang sah.

d. Neraca keuangan juga harus di tunjukan untuk diperiksa oleh tim

bertanggung jawaban keuangan dari komite pesantren.

Pesantren sebagai lembaga yang semestinya menjaga akuntabilitas publik

selayaknya jika mulai memperbaiki manajemen atau penggelolaan keuangan

secara baik dan bertanggung jawab.15

D. Problematika Pesantren di Era Modernitas

Pondok pesantren Islam sebetulnya banyak berperan mendidik

sebagian bangsa Indonesia sebelum lahirnya lembaga-lembaga pendidikan lain

15Sholih fikr, Sistem Manajemen Pendidikan dan Pengelolaan Pondok Pesantren, dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-pendidikan-dan.html, diunggah pada Selasa, 04 April 2014, pukul 21:32 wib.

Page 15: Asli manajemen pengelolaan pesantren

12

yang cenderung mengikuti pola barat yang modern. M aka dari itu, lembaga

pendidikan pesantren sering dijuluki sebagai basis pendidikan tradisional yang

khas Indonesia.

Dalam merespon globalisasi/modernisasi dikalangan umat Islam ada

tiga pandangan. Pertama, merespon dengan cara anti globalisasi. Kedua, sebagian

yang lain terpengaruh oleh arus tersebut yang berakibat adanya pemisahan antara

agama dan politik atau masalah-masalah keduniaan lainnya. Ketiga, sebagian

bersikap kritis namun tidak secara otomatis anti barat. Kelompok ketiga ini

bersahabat dan bekerja sama dengan barat, kelompok ini tidak terjangkit

sekularisasi dan tetap sebagai pemeluk agama yang taat. Kelompok yang ketiga

inilah yang sebaiknya diikuti oleh umat Islam, menyerap tetapi memiliki filter

sehingga tidak kehilangan jati dirinya sebagai pribadi muslim.

Globalisasi juga membawa keterbukaan informasi dalam Islam yang

ditandai dengan makin mengecilnya sekat-sekat mazhab. Islam yang sekarang

bukan lagi Islam yang sektarian. Kaum muslim tidak melihat mazhabnya. Mereka

melihat dunia Islam yang tunggal. Sehingga sudah tentu menuntut perkembangn

model dakwah umat Islam, yang harus dilakukan oleh pesantren sebagai produsen

ulama atau pendakwah.16

Dalam dunia pendidikan Santoto S hamijoyo, menawarkan lima

strategi dasar dalam menghadapi problematika pendidikan di era globalisasi:

a. Pendidikan untuk pengembangan IPTEK terutama dalam bidang-bidang

vital, seperti manufacturing dan pertanian.

b. Pendidikan untuk mengembangkan ketrampilan manajemen, termasuk

bahasa asing sebagai instrument oprasional untuk berkiprah dalam

globalisasi.

c. Pendidikan untuk pengelolaan kependudukan, lingkungan, keluarga

berencana dan kesehatan sebagai penangkal penurunan kualitas hidup.

16Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual Refleksi Sosial Seorang Cendikiawan Muslim, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 73.

Page 16: Asli manajemen pengelolaan pesantren

13

d. Pendidikan untuk pengembangan sistem nilai, termasuk filsafat, agama

dan ideologi demi ketahanan sosial-budaya termasuk persatuan dan

kesatuan bangsa.

e. Pendidikan untuk mempertinggi mutu tenaga kependidikan dan

kepelatihan termasuk pengelola sistem pendidikan formal dan non formal,

demi penggalakan peningkatan pemerataan mutu pendidikan.

1. Faktor Pendukung Pesantren di Era Global

Sebenarnya pondok pesantren memiliki potensi untuk maju dan

berkembang memberdayakan diri dan masyarakat lingkungannya. Faktor

pendukung potensi pondok pesantren, antara lain:

a) Pondok pesantren adalah lembaga pedidikan yang populis, didirikan

secara mandiri oleh dan untuk masyarakat, sangat berperan dalam

pembentukan moral bangsa.

b) Adanya tokoh kharismatik pada pondok pesantren yang disegani dan

menjadi panutan masyarakat sekitar, sehingga fatwanya bisa

berpengaruh dan memberikan kontribusi pada perubahan pesantren dan

lingkungan masyarakat dalam menghadapi era globalisasi.

c) Tersedianya SDM yang cukup memadai pada pondok pesantren.

d) Jiwa kemandirian, keikhlasan, kesederhanaan yang tumbuh dikalangan

para santri dan keluarga besar pesantren. Sehingga mampu tetap

bertahan dalam kejujuran dan tidak menuruti serakah duniawi yang

ditawarkan di era globalisasi.

e) Tersedianya cukup banyak waktu bagi para santri, karena mereka mukim

di asrama, waktu yang banyak bisa dimanfaatkan para santri untuk

menambah kecakapan hidup seperti belajar komputer, menyetir mobil,

bengkel/teknik, dll.

f) Adanya jaringan yang kuat dikalangan pondok pesantren, yang

dikembangkan alumninya. Hal ini bisa memberikan peluang bagi

pesantren mengembangkan baik segi modal (soft skill) santri dengan cara

tukar kecakapan atau kerjasama antar pondok pesantren.

Page 17: Asli manajemen pengelolaan pesantren

14

g) Minat masyarakat cukup besar terhadap pondok pesantren.

2. Kelemahan Pesantren di Era Global

Kelemahan atau disini lebih tepat dengan sebutan hambatan yang dimiliki

pesantren diantaranya yaitu:

a) Manajemen pengelolaan pesantren, hal ini karena masih banyak

pesantren yang masih tradisional.

b) Kaderisasi pesantren, kaderisasi yang buruk dapat menelurkan

pemimpin yang buruk.

c) Belum kuatnya budaya demokratis pesantren dan disiplin. Sehingga

masih banyak pesantren yang menutup diri dari kritik dan saran.

d) Sebagian masyarakat memandang pesantren sebagai lembaga

pendidikan kelas dua dan hanya belajar agama.

e) Terbatasnya tenaga yang berkualitas, khususnya mata pelajaran umum.

f) Terbatasnya sarana yang memadai, baik asrama maupun ruang belajar.

g) Masih dominannya sikap menerima apa adanya/fatalistic dikalangan

sebagian pesantren.

h) Kebersihan di lingkungan pesantren.

i) Sebagian pesantren masih bersifat ekslusif/kurang terbuka.17

Apabila mencari pendidikan yang asli Indonesia dan berakar dalam

masyarakat, tentu akan menempatkan pesantren ditangga teratas, namun ironisnya

lembaga yang dianggap merakyat ini ternyata masih menyisihkan berbagai

masalah dan diragukan kemampuannya dalam menjawab tantangan zaman,

terutama ketika berhadapan dengan arus moden.

Seiring berjalannya waktu desakan dan hantaman justru masuk dari

sisi yang lain, yaitu globalisasi. Banyak fenomena yang membuat lingkungan

sekitar sangat merinding, fakta menggambarkan bahwa sudah terjadi pemelesetan

tunas bangsa dari beberapa aspek lini kehidupan. Banyak generasi yang bercokol

17 Nur Rohmah Hayati, makalah-manajemen-pesantren, dalam http://nomaworld.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-pesantren.html, diunggah pada Kamis, 4 Januari 2015, pukul 22:35 wib.

Page 18: Asli manajemen pengelolaan pesantren

15

tidak sebagai generasi yang subur. Pun demikian banyak sekali komunitas

terpelajar yang berujar “bahwa keharuman negeri itu bisa dilihat bagaimana putra-

putri bangsa ini.” Pesantren Harus Akomodatif. Adalah sebuah keniscayaan

apabila perubahan zaman dinafikan, sebab perubahan itu justru akan menampilkan

ciri kepribadian dan pencintraan pesantren itu dapat dipegang dengan kuat.

Pesantren secara historis mampu menjadi benteng pertahanan, oleh

KH. M. Sya’roni Ahmadi, beliau menjabarkan, bahwa urgensi pesantren sangat

berperan aktif dalam kerangka memperjuangkan kemerdekaan sampai titik darah

penghabisan. Kalau pesantren pada masa itu tidak memahami ahlussunnah wal

jama’ah, tentu dapat kita gambarkan bagaimana agama yang akan dianut

penduduk Indonesia secara mayoritas. Perlawanan ini tidaklah bermuara pada

keterlibatan wawasan keagamaan saja, tetapi juga fisik dan mental untuk mengusir

kaum penjajah yang selalu mendzalimi bangsa Indonesia saat itu18.

Bahkan sampai detik ini, pesantren tetap waspada dengan segala

modernitas zaman, imperialisme budaya, deskontruksi moral, serta indikator lain

yang begitu kuat merongrong dan mendesak budaya ketimuran secara hegemonik.

Pesantren harus mampu menjadi muara peradilan agar tidak terseret kedalam arus

itu, yang senantiasa menjebaknya dalam kehampaan spiritual. Secara kontinyu

pesantren harus membuktikan kesuksesanya untuk menjawab tantangan zaman.

Mengenai bagaimana masa depan pesantren selanjutnya, tentu ia harus mampu

menjadi  lembaga yang tanggap akan segala persoalan yang pluralistik tanpa

menghilangkan jati dirinya. Masalah tersebut tampaknya harus diambil langkah

kongkrit dengan sikapnya yang akomodatif.

18Arwaniyah, pesantren dan tantangan zaman, dalam http://www.arwaniyyah.com/pesantren-dan-tantangan-zaman.artikel-lepas.html, diunggah pada selasa, 04 April 2012, pukul 13:57 wib

Page 19: Asli manajemen pengelolaan pesantren

BAB III

KESIMPULAN

1. Sistem manajemen pendidikan pesantren adalah sarana yang bertugas sebagai perangkat

organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam

pondok pesantren.

2.  Secara faktual ada beberapa tipe pondok pesantren yang berkembang dalam masyarakat,

yang meliputi :

a. Pondok pesantren tradisional

b. Pondok pesantren modern

c. Pondok pesantren komprehensif

3. Manajemen pendidikan Islam itu sendiri adalah suatu proses penataan atau pengelolaan

lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan

menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.

4. Problematika baru pesantren sebagai akibat dari arus globalisasi antara lain adalah :

a. Adanya penggunaaan sains dan teknologi dalam kehidupan masyarakat yang

memengaruhi lahirnya pola komunikasi, interaksi, sistem pelayanan public, dll.

b. Masuknya nilai-nilai budaya modern yang bercorak materialistik, hedonistik dan

sekularistik yang menjadi penyebab dekadensi moral.

c. Interdependensi (kesaling-tergantungan) antara Negara.

d. Meningkatnya tuntutan publik untuk mendapatkan perlakuan yang semakin adil,

demokratis, egaliter, cepat dan tepat yang menyebabkan terjadinya fragmentasi

politik.

e. Adanya kebijakan pasar bebas yang memasukkan pendidikan sebagai komoditas yang

diperdagangkan. Persaingan dengan output dari pendidikan asing yang menjadi salah

satu tantangan pesantren.

16

Page 20: Asli manajemen pengelolaan pesantren

DAFTAR PUSTAKA

Dawam, Ainurrofiq dan Ta’rifin, Ahmad, 2008. Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren, cet. 3, Jakarta:PT. Lista Farika Putra.

Dhofier, Zamakhsyari. 2011. Tradisi Pesantren. cet. 8, ed. 8, Jakarta; LPEES.

Fikr, Sholih, Sistem Manajemen Pendidikan dan Pengelolaan Pondok Pesantren, dalam http://sholihfikr.blogspot.co.id/2014/04/sistem-manajemen-pendidikan-dan.html, diunggah pada Selasa, 04 April 2014, pukul 21:32 wib.

Indra, Hasbi. 2005. Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta: Rida Mulia.

Jawwad, M. Abdul. 2004. Menjadi Manajer Sukses, cet. 1, Jakarta: Gema Insani.

Maunah, Binti, 2011. Landasan Pendidikan , cet. 1, Yogyakarta: Teras

MU, YAPPI, 2008. Manajemen Pengembangan Pondok Pesantren, cet. 1, (Jakarta: Media Nusantara. dan Halim, A. dkk , 2005. Manajemen Pesantren, cet. 1, Yogyakarta:PT. LkiS Pelangi Aksara.

Rahmat, Jalaluddin, 1996. Islam Aktual Refleksi Sosial Seorang Cendikiawan Muslim, Bandung: Mizan.

Rohmah Hayati, Nur, makalah-manajemen-pesantren, dalam http://nomaworld.blogspot.co.id/2015/01/makalah-manajemen-pesantren.html, diunggah pada Kamis, 4 Januari 2015, pukul 22:35 wib.

Sutabri, Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen, cet. 1, Ed. 1, Jakarta: Perpustakaan Negara.

17