askep_tetanus.doc

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka B. Etiologi Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 – 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anairob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65 0 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit. C. Patofisiologi Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempngaruhi sistem saraf pusat.

Upload: azys-al-faris

Post on 17-Nov-2015

219 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

KONSEP DASAR TETANTUS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi

Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman Clostridium tetani, bermanisfestasi dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-otot rangka

B. Etiologi

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4 0,5 milimikron yang berspora termasuk golongan gram positif dan hidupnya anairob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65 0 C akan hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang bersifat hemolisis, yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.C. Patofisiologi

Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku, pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka bakar, luka yang kototr dan pada bayi dapat melalui tali pusat. Organisme multipel membentuk 2 toksin yaitu tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempngaruhi sistem saraf pusat.Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik. Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh aritititoksin.

Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke korno anterior susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik , masuk ke dalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk ke dalam susunan saraf pusat..Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot menjadi kejang dan mudah sekali terangsang.

Masa inkubasi 2 hari sampai 2 bulan dan rata-rata 10 hari .

D. Gejala klinis

Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot terutama pada rahang dan leher . Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus) karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk (opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang tonik sedang berlangsung serimng tampak risus sardonukus karena spsme otot muka dengan gambaran alsi tertarik ke atas , sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul paroksimal, dapat dicetus oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan , akan tetapi dapat pula timbul spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak) . Kadang dijumpai demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir E. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada rahang

Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 Ca

F. Komplikasi

Bronkopneumoni

Asfeksia

Sianosis

G. Pengobatan

Anti Toksin : ATS 500 U IM dilanjutkan dengan dosis harian 500-1000 U

Anti kejang: Diazepam 0,5-1,0 mg/kg BB / 4 jam IM Efek samping stupor, koma Antibiotik: Pemberian penisilin prokain 1,2 juta U/hari

H. Pencegahan

Pencegahan penyakit tetanus meliputi :

1. Pencegahan terjadinya luka

2. Merawat luka secara adekuat

3. Pemberian antitetanus serum

I. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, diagnosa medik, rencana terapib. Identitas orang tua: Ayah : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.

Ibu : nama, usia, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat

c. Identitas sudara kandung

2. Keluhan umata/alasan masuk RS.

3. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Ante natal care Natal

Post natal care

c. Riwayat kesehatan keluarga

4. Riwayat imunisasi

5. Riwayat tumbuh kembang

Pertumbuhan fisik Perkembangan tiap tahap

6. Riwayat Nutrisi

Pemberin asi

Susu Formula

Pemberian makanan tambahan

Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

7. Riwayat Psikososial

8. Riwayat Spiritual

9. Reaksi Hospitalisasi

Pemahaman keluarga tentang sakit yang rawat nginap

10. Aktifitas sehari-hari

Nutrisi

Cairan

Eliminasi BAB/BAK

Istirahat tidur

Olahraga

Personal Hygiene

Aktifitas/mobilitas fisik

Rekreasi

11. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum klien

Tanda-tanda vital

Antropometri

Sistem pernafasan

Sistem Cardio Vaskuler

Sistem Pencernaan

Sistem Indra

Sistem saraf : Fungsi cerebral, fungsi kranial, fungsi motorik, fungsi sensorik, fungsi cerebelum, refleks, iritasi meningen

Sistem muskulo skeletal

Sistem integumen

Sistem Endokrin

Sistem perkemihan

Sistem reproduksi

Sistem imun

12. Pemeriksaan tingkat perkembangan

0 6 tahun dengan menggunakan DDST (motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial) 6 tahun keatas (perkembangan kognitif, Psikoseksual, Psikososial)

13. Tes Diagnostik

14. Terapi

Penyimpangan KDM

Luka (kecil & dalam)

Clostridium tetani masuk

Tinggal di area anaerob

Spora berubah menjadi senyawa Vegitasi

Eksotoksin

Tetanuspasmin

Tetanolysin

Di arbsorbsi

Susunan Limfatik

Kerusakan jaringan

Ujung saraf Motorik

Aksissiliandrik

Resiko Gangguan Integritas Kulit

corno anterior

SSP

Sirkulasi

Bereaksi pada myoneural junction

Ketegangan dan spasme otot

Otot Faring Resiko Aspirasi Otot mastikatoris

Spasme otot faringSukar menelan

Intake Cairan < Sekret Menumpuk

Asupan nutrisi < Defisit Volume Cairan Bersihan Jalan Nafas EfektifPerubahan Nutrisi Kurang Dari KebutuhanJ. Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus 2. Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulut

4. Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.

5. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang

6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aktifitas tatanuslysin7. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang 8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan perubahan status kesehatan, penata laksanaan gangguan kejang 9. Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang K. Rencana Keperawatan dan rsional Dx. 1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan meningkatnya sekretsi atau produksi mukus.Tujuan : anak memperlihatkan kepatenan jalan nafas dengan kriteria jalan nafas bersih, tidak ada sekresiIntervensiRasional

1. Meningkatkan kepatenan jalan nafas:

Kaji status pernafasan setiap 2 4 jam ,frekwensi, irama,

Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan pasti bila ada penumpukan sekret

Gunakan sudip lidah saat kejang

Miringkan ke samping untuk drainage

Observasi oksigen sesuai program

Pemberian sedativa Diazepam drip 10 Amp (hari pertama dan setiap hari dikurangi 1 Amp)

Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

Takipneu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya sekrit

Menurunkan resiko aspirasi atau aspeksia dan osbtruksi

Menghindari tergigitnya lidah dan memberi sokongan pernafasan jika diperlukan

Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas

Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan hipoksia

Mengurangi rangsangan kejang

Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan pencegahan hipoksia

Dx. 2. Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan velume cairan yang dengan kriteria:

Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik

IntervensiRasional

Meningkatkan status hidrasi anak

1. Kaji intake dan out put setiap 24 jam

2. Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, dan turgor kulit setiap 24 jam

3. Berikan dan pertahankan intake oral dan parenteral sesuai indikasi ( infus 12 tts/m, NGT 40 cc/4 jam) dan disesuaikan dengan perkembangan kondisi pasien

4. Monitor berat jenis urine dan pengeluarannya

5. Pertahankan kepatenan NGT

Memberikan informasi tentang status cairan /volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian

Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler

Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh

Penurunan keluaran urine pekat dan peningkatan berat jenis urine diduga dehidrasi/ peningkatan kebutuhan cairan

Mempertahankan intake nutrisi untuk kebutuhan tubuh

Dx. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketegangan dan spasme otot mastikatoris , kesukaran menelan dan membuka mulut

Tujuan : Status nutrisi anak terpenuhi dengan kriteria:

a. Berat badan sesuai usiab. makanan 90 % dapat dikonsumsi

c. Jenis makanan yang dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan gizi anak (protein, karbohidrat, lemak dan viotamin seimbang

Intervensi

Rasional

1. Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan

2. Kaji bising usus bila perlu, dan hati-hati karena sentuhan dapat merangsang kejang

3. Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein 4. Timbang berat badan sesuai protokol

Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan kebutuhan nutrisi tubuh

Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau mengetahui kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air.

Suplay Kalori dan protein yang adekuat mempertahankan metabolisme tubuh

Mengevalusai kefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi

Dx. 4. Resiko aspirasi berhubungan dengan meningkatknya sekresi, kesukaran menelan, dan spasme otot faring.

Tujuan : Tidak terjadi aspirasi dengan kriteria:

- Jalan nafas bersih dan tidak ada sekret

- Pernafasan teratur

Intervensi

Rasionalis

1. Kaji status pernafasan setiap 2-4 jam

2. Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati

3. Gunakan sudip lidah saat kejang

4. miringkan ke samping untuk drainage

5. Pemberian oksigen 0,5 Liter

6. Pemberian sedativa sesuai program

7. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut

Takipnu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena adanya sekret

Menurunkan resiko aspirasi atau aspeksia dan osbtruksi

Menghindari tergigitnya lidah dan memberi sokongan pernafasan jika diperlukan

Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah jatuh yang menyumbat jalan nafas

Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam pencegahan hipoksia

Mengurangi rangsangan kejang

Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan pencegahan hipoksia

Dx. 5. Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang

Tujuan : tidak terjadi injurim, dengan kriteria

Klien tidak ada cedera

Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman

IntervensiRasional

1.

Identifikasi dan hindari faktor pencetus2. Tempatkan pasien pada tempat tidur pada pasien yang memakai pengaman

3. Sediakan disamping tempat tidur tangue spatel

4. Lindungi pasien pada saat kejang

5. Catat penyebab mulai terjadinya kejang

Menghindari kemungkinan terjadinya cedera akibat dari stimulus kejang Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika terjadi kejang

Antisipasi dini pertolongan kejang akan mengurangi resiko yang dapat memprberat kondisi klien

Mencegah terjadinya benturan/trauma yang memungkinkan terjadinya cedera fisik

Pendokumenmtasi yang akurat, memudahkan pengontrolan dan identifikasi kejang

Dx. 6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan aktifitas tatanuslysin

Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit, dengan kriteria : Tidak ada kemerahan , lesi dan edema

IntervensiRasional

1. Observai adanya kemerahan pada kulit

2. Ruba posisi secara teratur3. Anjurkan kepada orang tua pasien untuk memakaikan katun yang longgar

4. Pantau masukan cairan, hidrasi kulit dan membran mukosa5. Pertahankan hygiene kulit dengan mengeringkan dan melakukan masagge dengan lution

kemerahan menandakan adanya area sirkulasi yang buruk dan kerusakan yang dapat menimbulkan dikubitus

Mengurangi stres pada titik tekanan sehingga meningkatkan aliran darah ke jaringan yang mempercepat proses kesembuhan

Mencegah iritasi kulti secara langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

Mendeteksi adanya dehidrasi/overhidrasi yang mempengaruhi sirkulasi dan itegritas jaringan

Mempertahankan kebersihan karena kulit yang kering dapat menjadi barier infeksi dan masagge dapat meningkatkan sirkulasi kulit

Dx. 7. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan aktifitas kejang Tujuan : Kebutuhan aktifitas sehari-hari /perawatan diri terpenuhi, dengan kriteria : Tempat tidur bersih,Tubuh anak bersih,Tidak ada iritasi pada kulit, BAB/BAK dapat dibantu.

IntervensiRasional

Pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari:

1. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktifitas , BAB/BAK, membersihkan tempat tidur dan kebersihan diri

2. Berikan makanan perparenteral

3. Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Kebutuhan sehari-hari terpenuhi secara adekuat dapat membantu proses kesembuhan

Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Orang tua mandiri dalam merawat anak di rumah sakit

Dx. 8. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan perubahan status kesehatan, penata laksanaan gangguan kejang .

IntervensiRasional

Pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari:

1. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktifitas , BAB/BAK, membersihkan tempat tidur dan kebersihan diri

2. Berikan makanan perparenteral

3. Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Kebutuhan sehari-hari terpenuhi secara adekuat dapat membantu proses kesembuhan

Memenuhi kebutuhan nutrisi klien

Orang tua mandiri dalam merawat anak di rumah sakit

Dx. 9. Cemas berhubungan dengan kemungkinan injuri selama kejang Tujuan : Orang tua menunjukan rasa cemas berkurang dan dapat mengekspresikan perasaan tentang kondisi anak yang dialami, dengan kriteria : Orang tua klien tidak cemas dan gelisah.IntervensiRasional

Mengurangi rasa cemas orang tua :

1. Jelaskan tentang aktifitas kejang yang terjadi pada anak

2. Ajarkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya tentang kondisi anaknya

3. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan

4. Gunakan komunikasi dan sentuhan terapetik

Pengetahuan tentang aktifitas kejang yang memadai dapat mengurangi kecemasan

Ekspresi/ eksploitasi perasaan orang tua secara verbal dapat membantu mengetahui tingkat kecemasan

Pengetahuan tentang prosedur tindakan akan membantu menurunkan / menghilangkan kecemasan

Memberikan ketenangan dan memenuhi rasa kenyamanan bagi keluarga

Aktifitas kejang

Perubahan Status Kes.

Kurang informasi

Kurang Pengetahuan

Resiko Injury

Kekhawatiran orang tua

Koping Kelg. Tdk. efektif

Cemas

PAGE