askep sol
TRANSCRIPT
![Page 1: ASKEP SOL](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071703/55cf9b01550346d033a45b7a/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang diperlukan kepada
individu baik yang sehat maupun yang sakit, yang mengalami gangguan fisik, psikis dan agar mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Diperlukan pendekatan komprehensif baik dari segi fisik maupun psikologis serta bersifat
individual bagi setiap pasien.
SOL ( Space Occupying Lession ) adalah sebuah lesi yang berasal dari sel-sel otak atau struktur disekelilingnya.
Tumor otak terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Penderita Space Occupying Lession
diseluruh dunia mencapai 400000± orang selama tahun 2005. Di Indonesia sudah banyak menderita penyakit tumor
otak sekitar 28 % penduduk Indonesia, tetapi pasien itu tidak mengetahui itu sendiri.
Sementara itu Rumah Sakit Kariadi Semarang sudah menerima penderita Space Occupying Lession sebanyak 34
orang selama tahun 2010, meningkat 10 % dari tahun 2009. Untuk itu penulis tertarik ingin memberikan asuhan
keperawatan dan juga menjabarkan seluas-luasnya tentang Space Occupying Lession / tumor otak. Mulai dari
pengertian, penyebab, klasifikasi, patofisiologi, dan penatalaksanan supaya orang-orang lebih tau dan waspada
terhadap penyakit Space Occupying Lession.
Keperawatan medikal bedah merupakan bentuk askep pada klien yang mengalami gangguan fisiologis baik yang
sudah nyata atau terperdiksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau kecelakaan. Praktek
keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-langkah ilmiah. Yaitu komponen-komponen bio-pisko-sosial klien
dalam merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau kecacatan, (Anonim, 2008).
Pentingnya dari asuhan keperawatan pasien dengan Space Occupying Lession ini adalah dengan memberikan
penyuluhan, pengawasan, perlindungan dan pasien dengan Space Occupying Lession itu dapat ditangani dengan
baik dan diberi asuhan keperawatan. Maka dari itu pasien Space Occupying Lession ini memerlukan perawatan yang
khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
Oleh karena itu dari data-data diatas, maka penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah yang berjudul “ Asuhan
keperawatan klien Ny. D dengan post karniotomy diruang A1 ( syaraf ) rumah sakit Dr. Kariadi Semarang “.
B. TUJUAN
Tujuan umum
1. Dengan diambil kasus Space Occupying Lession / tumor otak, penulis ingin memperkenalkan
Space Occupying Lession / tumor otak pada para pembaca dan masyarakat umum serta mampu
memberikan asuhan keperawatan dari klien yang menderita Space Occupying Lession.
2. Tujuan khusus
3. Memberikan gambaran kepada pembaca tentang :
4. Mengkaji pasien dengan Space Occupying Lession.
5. Mendiagnosa keperawatan dalam dengan Space Occupying Lession .
6. Memberikan intervensi keperawatan dalam dengan Space Occupying Lession.
7. Melakukan implementasi keperawatan dalam dengan Space Occupying Lession .
8. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam dengan Space Occupying Lession.
C. SISTEMATIKA PENULISAN
Karya tulis ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu :
![Page 2: ASKEP SOL](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071703/55cf9b01550346d033a45b7a/html5/thumbnails/2.jpg)
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, sistematika penulisan.
Bab II : Konsep Dasar yang menguraikan tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pathways, komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, fokus pengkajian, fokus intervensi.
Bab III : Resume Keperawatan yang terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
Bab IV : Pembahasan
Membandingkan teori dan kenyataan.
Menganalisa terjadinya gangguan tersebut.
Bab V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka
Lampiran
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak. Tumor otak ( tumor intrakranial )
meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor otak dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua
kelompk umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
Tumor otak jarang bermtastasi keluar dari dari sistem syaraf pusat tapi menyebabkan kematian dengan cara
merusak fungsi vital / terlibat secara langsung meningkatkan intrakranial.
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal didalam otak, tetapi tidak ganas.
Tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang berpotensi menyusup dan menghancurkan jaringan
sebelahnya / yang telah menyebar keotak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah, ( Reeves C,J. 2001.
Keperawatan medical bedah ).
B. ETIOLOGI
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi merupakan salah satu dari factor penyebab timbulnya
tumor otak. Trauma, infeksi, dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak tetapi bahan
industri tertentu seperti nitrosourea adalah krasinogen yang paten. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang
mendapat imunosupesan seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang dan pada AIDS, ( Reeves C,J. 2001.
Keperawatan medical bedah ).
C. KLASIFIKASI
Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ). Terdiri dari 3 kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul
regional, metastase ke kelenjar limfe regional ) dan M ( metastase jauh ).
Kategori T :
Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.
Tis = Tumor in situ.
T0 = Tidak ditemukan adanya tumor primer.
T1 = Tumor dengan f maksimal < 2 cm.
T2 = Tumor dengan f maksimal 2 – 5 cm.
T3 = Tumor dengan f maksimal > 5 cm.
T4 = Tumor invasi keluar organ.
![Page 3: ASKEP SOL](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071703/55cf9b01550346d033a45b7a/html5/thumbnails/3.jpg)
Kategori N :
N0 = Nodul regional negative.
N1 = Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).
N2 = Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.
N3 = Nodul jukstregional atau bilateral.
Kategori M :
Mo = Tidak ada metastase organ jauh.
M1 = Ada metastase organ jauh.
M2 = Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.
Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut (Lionel Ginsberg, Neurologi :117) yaitu :
Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen, nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan
kompresi ekstrinsik pada substansi otak.
Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :
a) Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma ) tumor ini diklasifikasikan maligna karena sifat invasif
lokal, metastasis ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali sebagai subtipe histologi dan derajat diferensiasi.
b) Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh lainnya.
D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut lokasi tumor :
Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkahlaku aneh, sulit memberi argumentasi /
menilai salah atau benar, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
Korteks presentalis poterior
Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
Lobus parasentalis
Kelemahan ekstrimitas bawah.
Lobus oksipintalis
Kejang, gangguan penglihatan.
Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot wajah.
Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan.
Ceribulum
a) Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas, sendi.
b) Tanda dan gejala umum :
c) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila batuk membungkuk.
d) Kejang.
e) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi
pendengaran, perubahan TTV, afasia.
f) Perubahan kepribadian.
g) Gangguan memory.
h) Gangguan alam perasaan.
E. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya
anamnesis dalam pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor
dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi
![Page 4: ASKEP SOL](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071703/55cf9b01550346d033a45b7a/html5/thumbnails/4.jpg)
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin
dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompersi invasi dan
perubahan suplai darah kejaringan otak.
Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor : bertambahnya masa dalam tengkorak ,
terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi serebrospinal.
Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif
dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga
disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan
sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal
dari vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus.
Peningkatan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah
dibicaraknan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan
cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi ulkus/ serebulum.herniasi timbul bila girus medalis
lobus temporalis bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister otak. Herniasi menekan
ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf ke tiga.
Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa poterior,
( Suddart, Brunner. 2001 ).
PATHWAY
1.
G. KOMPLIKASIEdema serebral.
Tekanan intrakranial meningkat.
Herniasi otak.
Hidrosefalus.
Kejang.
Metastase ketempat lain.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgent tengkorak
Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari dua arah yaitu antero poterior dan lateral.
Angiograf serebral.
EEG.
CT. Scan.
MRI.
I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATANTerapi radiasi.
Kemoterapi.
![Page 5: ASKEP SOL](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071703/55cf9b01550346d033a45b7a/html5/thumbnails/5.jpg)
Prosedur pembedahan otak.
Laser karbondioksida.
Transplantasi sumsum tulang.
Implantasi radioisotop.
Ganti balut.
Relaksasi nafas dalam.
J. FOKUS PENGKAJIAN
Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : sakit kepala pagi hari, anoreksia, nyeri, diare, muntah, papiladema, perubahan status mental
dan malaise.
b) Riwayat ksehatan sekarang : kejang, gangguan berjalan, kabur penglihatan, perubahan kepribadian,
perubahan kemampuan mengingat, kelemahan vokal, dan afasia.
c) Riwayat kesehatan masa lalu : masalah pernafasan, masalah eliminasi dan berkemih, gangguan tidur dan
integritas kulit.
Pemeriksaan fisik
Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan / kehilangan memory,afek tidak sesuai,
berdesis.
Penglihatan : penurunan lapang pandangan, penglihatan kabur.
Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, hlusinasi.
Sietem pernafasan: irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromaskuler.
Sistem hormonal: amenrea, rambut rontok, DM.
Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.
K. FOKUS INTERVENSI
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan disfungsi neuromaskuler ( hilangnya kontrol terhadap otot
pernafasan ).
Ditandai dengan : perubahan kedalaman nafas, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
Tujuan : gangguan pertukaran gas dapat teratasi.
Tindakan :
Bebaskan jalan nafas.
Pantau vital sign.
Monitor pola nafas.
Pantau AGD.
Monitor penurunan gas darah.
Kolaborasi O2.
Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Ditandai dengan : Nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang.
Tindakan :
Pantau skala nyeri.
Berikan kompres pada area yang sakit.
Monitor tanda-tanda vital.
Berikan posisi yang nyaman.
Lakukan massage.
Observasi tanda nyeri non verbal.
Kaji faktor difisid, emosi dari keadaan seseorang.
Catat adanya pengaruh nyeri.
![Page 6: ASKEP SOL](https://reader035.vdocuments.site/reader035/viewer/2022071703/55cf9b01550346d033a45b7a/html5/thumbnails/6.jpg)
Observasi mual, muntah.
Kolaborasi pemberian analgetik, prednisan, relaksasi.
Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder terhadap depresi sistem saraf pusat.
Ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran.
Tujuan : tidak terjadi cidera.
Tindakan :
Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien.
Pantau tingkat kesadaran.
Orientasikan pasien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian.
Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.
Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis.
Ditandai dengan : disorientasi, penurunan kesadaran,sulit konsentrasi.
Tujuan : mempertahakan orientasi mental.
Tindakan :
Kaji tentang perhatian.
Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang.
Pertahankan bantuan yang konsisten.
Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis.
Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif.
Dengarkan klien dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien.
Instruksikan untuk melakukan relaksasi.
Hindari meninggalkan klien sendiri.