askep osteomalasia
DESCRIPTION
Osteomalasia merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang (kondisi serupa pada anak dinamakan rikets) (Brunner dan Suddart, Edisi 8, 2002)TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama dalam penyusun tulang yaitu
kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium bisa mengakibatkan berkurangnya kalsium yang
terdapat dalam tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada
mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang menjadi kehilangan
kepadatan dan kekuatannya, sehinnga mudah retak/patah.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan
vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa
tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium
yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang
umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia, selain itu ganguan
pada sindroma malabsorbsi usus, penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab
terjadinya osteomalasia. Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya
osteoporosis, pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam
baik pada anak – anak, dewasa atau pun orang tua.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Pengertian dari Osteomalasia ?
1.2.2. Etiologi dari Osteomalasia ?
1.2.3. Patofisiologi dari Osteomalasia ?
1.2.4. Manifestasi Klinis dari Osteomalasia?
1.2.5. Komplikasi dari Osteomalasia ?
1.2.6. Penatalaksanaan dari Ostomalasia?
1.2.7. Pemeriksaan Penunjang ?
1.2.8. Pathway dari Osteomalasia ?
1.2.9. Bagaimana asuhan keperawatan dari kasusu Osteomalasia ?
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Menegetahui konsep dari osteomalasia dan asuhan keperawatan yang
diberikan pada pasien dengan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tentang pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi dari
Osteomalasia.
2. Mengetahui tanda dangejala diagnose banding, komplokasi,
penatalaksanaan dari Osteomalasia.
3. Mengetahui pemeriksaan p[enunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian,
diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari
Osteomalasia.
1.4 Manfaat
1.4.1. Bagi Penyusun
Menambah pengetahuan dan wawasan keperawtan, tinjauan pustaka dari
Osteomalasia.
1.4.2. Bagi Pembaca
Mnambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan Pustaka
dan Asuhan Keperawatan.
1.4.3. Bagi Pendidikan
Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang Osteomalasia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Osteomalasia merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak
memadainya mineralisasi tulang (kondisi serupa pada anak dinamakan rikets) (Brunner
dan Suddart, Edisi 8, 2002)
Osteomalasia adalah manifestasi dari kekurangan vitamin D. Perubahan mendasar
pada penyakit ini adalah gangguan mineralisasi tulang disertai meningkatnya osteoid
yang tidak mengalami manifestasi (Robins, 2007).
Osteomalasia adalah penyakit rakhitis pada orang dewasa dan sebagaimana penyakit
rakhitis, kelainan ini berkaitan dengan gangguan kalsium pada matriks tulang (gangguan
mineralisasi) ( Muttaqin Arief, 2008).
2.2. Etiologi
1. Kekurangan vitamin D
2. Kekurangan kalsium dalam diet.
3. Kelainan gastrointestinal.
4. Malabsorbsi kalsium
5. Gagal ginjal kronis.
2.3. Patofisiologi
Ada beberapa kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme
mineral. Faktor resiko terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet,
malabsorbsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan berkepanjangan
(fenitoin, fenobarbital), dan kkurangan vitamin D (diet, sinar matahari).
Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium
yang jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi mematang makanan dan kurangnya
pengatahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi di
bagian dunia vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan dan dimana terjadi
kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau kehilangan
kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gastrointestinal dimana absorpsi lemak tidak
memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D (bersama
dengan vitamin yang larut dalam lemak lainnya) dan kalsium, kalsium diekskresikan
melalui feses dengan kombinasi asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak,
obstruksi traktus biliaris kronik, pankreatitis kronik, dan reaksi usus halus.
Gagal ginjal berat menyebabkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk
menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus menyebabkan pelepasan dari kalsium
skelet sebagai usaha untuk mengembalikan pH fisiologis.
Selama pelepasan kalsium skelet terus menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan kista
tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi, dan keracunan logam berat
mengakibatkan berkurangnnya kadar fosfat serum dan mineralisasi tulang. Selain itu
penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D, karena keduanya
merupakan organ yang melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya
hiperparatiroidisme mengakibatkan deklasifikasi skelet, dan artinya osteomalasia, dengan
peningkatan ekskresi fosfat dalam urine. Pertimbangan gerontilogik diet yang bergizi
tinggi sangat penting terutama lansia. Dianjurkan peningkatan kalsium dan vitamin D.
Karena sinar matahari penting, lansia harus didorong untuk banyak berjemur dibawah
sinar matahari.
Pencegahan, identifikasi, dan penanganan osteomalasia pada lansia sangat penting
untuk menurunkan insiden fraktur. Bila osteomalasia terjadi bersama dengan
osteoporosis, maka insiden fraktur akan semakin meningkat.
Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D yang menyebabkan terjadi penurunan
kalsium serum, yang merangsang pelepasan hormone paratiroid. Peningkatan hormone
paratiroid meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa
mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang menjadi lebih tipis. Teradi penimbunan
osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-
saluran tulang bagian dalam. Hal ini menimbulkan deformitas tulang.
2.4. Manifestasi Klinis
Umumnya gejala yang memperberat dari oseteomalasia adalah:
1) Nyeri tulang dan kelemahan otot akibat defisiensi kalsium. Nyeri tulang yang
dirasakan menyebar terutama pada daerah pinggang dan paha.
2) Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang.
3) Tungkai menjadi lebih bengkok pada penyakit lebih lanjut (karena tinggi badan
dan kerapuhan tulang, dan tarikan otot), vertebrata menjadi tertekan, pemendekan
batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).
4) Penurunan berat badan
5) Anoreksia
6) Mudah sekali mengalami patah tulang. Terutama dibagian tulang panjang seperti
tulang lengan atau tulang kaki.
7) Fraktur patologis.
8) Vertebra yang melunak menjadi tertekan, dan mengubah bentuk tulang
(kifosis,lordosis lumbalis,skoliosis).
9) Kelemahan dan ketidaktegapan menimbulkan resiko terjatuh dan fraktur.
10) Merasakan sakit saat duduk dan mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke
posisi berdiri.
2.5. Pemeriksaan Penunjang
1) Rontgen
Menunjukkan fraktur yang khas (looser’s zones) pada tulang-tulang pelvis dan
tulang panjang terutama metatarsal.
2) Pemeriksaan Sinar-X
Demineralisasi tulang secara umum.
3) Pemeriksaan Vertebra
Memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas.
4) Pada Radiogram
Osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas tulang, terutama pada tangan,
tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.
5) Pemeriksaan Laboratorium
Menunjukkan kadar kalsium serum dan fosfor rendah, kadar fosfat alkali
meningkat sedang, ekskresi keratinin dan kalsium urine rendah.
6) Biopsi
Tulang menunjukkan peningkatan osteoid.
2.6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000
IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1600 IU setiap
hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.
Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan
mengkonsumsi 1,25 dihydroxy vitamin D.
b. Penatalaksanaan Non Medik
Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi
unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi.
Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, dan yogurt
mengkonsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.
Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi
makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu
pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari
pagi antara pukul 07.00 – 09.00 pagi dan sore pada pukul 16.00 - 17.00.
1) Diperlukan diet vitamin D disertai suplemen kalsium.
2) Apabila osteomalasia atau rakitis disebabkan oleh penyakit lain, maka penyakit
tersebut akan memerlukan penanganan terlebih dahulu.
3) Pemajanan sinar matahari dianjurkan.
4) Jika terjadi deformitas ortopedik persisten perlu penggunaan brace/korset atau
dengan pembedahan.
2.7. Komplikasi
1) Kesemutan ditangan dan kaki
2) Cocok (kejang)
3) Kram
4) Rasa berkedut dalam tubuh
2.8. PATHWAY
Kekurangan vitamin D dan kalsium dalam diet
Kalsium ekstra sel berkurang
Transport kalsium ke tulang terganggu
Mineral dalam tulang
Kerangka tubuh menjadi lunak
Berat badan dan tarikan tubuh
Tekanan pada vertebra
Resiko fraktur meningkat
Tulang melengkung
Gangguan Mobilitas Fisik
Penekanan syaraf vertebra
Nyeri punggung
Tinggi badan
Deformitas
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien meliputi :
Nama : Tn. x
Umur : 48 tahun
Berat Badan : 65 kg
Tinggi badan : 168 cm
Alamat : Surabaya
Pekerjaan : karyawan swasta
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Masuk RSUAM : 18 Mei 2015
Penanggung jawab : Istri Tn x
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri AkutCara berjalan pincang
Resiko cedera
Harga Diri Rendah
Nafsu makanNutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
1) Keluhan utama : Nyeri tulang
2) Saat masuk RS : pinggangnya nyeri, cara jalan seperti bebek atau
pincang,dan mudah lelah
3) Riwayat penyakit Sekarang : sebulan yang lalu pasien mengaku sudah pernah
mengalami nyeri tulang pinggang. Sampai dia izin kerja selama 2 hari di pabriknya.
Pasien mengaku setelah membeli obat setelan di toko terdekat dan beristirahat
selama 2 hari sudah sembuh. Namun beberapa hari setelah itu pasien mengaku
mudah lelah, nafsu makan menurun, semakin kurus, dan pasien merasakan tidak
sekuat sebelumnya dan jika aktifitasnya berat pinggangnya nyeri lagi. Keadaan
seperti itu terus berulang sampai kemarin pasien merasa sudah tidak kuat menahan
nyeri pinggang dan akhirnya pada tanggal 18 mei 2015 pasien masuk rumah sakit.
4) Pengkajian nyeri
a. P : Terasa nyeri saat berjalan dan nyeri berkurang jika istirahat.
b. Q : Seperti tertekan benda berat.
c. R : Pada pinggang
d. S : 8 (1-10)
e. T : Pada saat beraktivitas.
3. Riwayat kesehatan dahulu : tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada riwayat penyakit keluarga.
5. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan Tanda – tanda Vital
- Tekanan Darah : 160/100 mmHg
- Nadi : 110x/mnt
- RR : 20 x/mnt
- Suhu : 36,8 oC
- BB : 60 kg
- TB : 165 cm
2) Keadaan Umum
- Kesadaran : Compos Mentis
3) Sistem Pencernaan
- Mulut : kotor
- Mukosa : kering
- Tenggorokan : -
- Abdomen : kembung
- Peristaltik : 3 x/menit
- BAB : 2 hari sekali
- Nafsu makan : Menurun
- Porsi makan : tidak habis
4) Sistem muskulo skeletal dan integumen
- Pergerakan sendi : terbatas
- Kekuatan otot : 5 5
4 4
- Kelainan ekstermitas : tidak
- Kelainan T. Belakang : ya (bungkuk)
- Fraktur : tidak
- Traksi / spalk / gips : tidak
- Kompartemen syndrome : tidak
- Kulit : kering
- Turgor : jelek
- Luka jenis : -
- Odeme : -
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboraturium
a. Darah lengkap
Leukosit : - ( N : 3.500 - 10.000 mL )
Eritrosit : - ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )
Trombosit : - ( N : 150.000 – 350.000/ mL )
Hemoglobin : - ( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )
Hematrokit : - ( N : 35,0 – 50 gr / dl )
b. Kimia Darah
Ureum : - ( N : 10 – 50 mg / dl )
Creatinin : 0,5 mg/dl ( N : 0,7 – 1,5 mg / dl )
SGOT : - ( N : 2 – 17 )
SGPT : - (N : 3 – 19 )
BUN : - ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg/dl )
Bilirubin : - ( N : 1,0 mg / dl )
Total Protein : - ( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )
GD Puasa : - ( N : 100 mg / dl )
GD 2 JPP : - ( N : 140 – 180 mg / dl )
c. Analisa elektrolit
Natrium : - ( N : 136 – 145 mmol / l )
Kalium :3 mml/1 ( N : 3,5 – 5,0 mml / l )
Clorida : - ( N : 98 – 106 mmol / l )
Calsium : 7 mg/dl ( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )
Phospor : 2,2 mg/dl ( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )
Fosfat anorganik : rendah
Fosfatase alkali : tinggi
2. Pemeriksaan Sinar X : terlihat demineralisasi secara umum.
3. Biopsi : tulang menunjukan peningkatan osteoid.
3.2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds :
- px mengatakan nyeri pada
pinggang seperti tertekan benda
Kekurangan vitamin
D dan kalsium
Nyeri Akut
berat.
- Px mengatakan nyeri saat
bergerak/aktifitas dan berkurang
saat istirahat.
Do :
- TTV :
TD : 160/100 mmHg (N 120/90
mmHg
N : 110x/mnt (N 60-100 x/mnt)
- Pengkajian nyeri :
P : Terasa nyeri saat berjalan
dan nyeri berkurang jika
istirahat.
Q : Seperti tertekan benda berat.
R : Pada pinggang
S : 8 (1-10)
T : Pada saat beraktivitas.
- Wajah menyeringai
- Terlihat kelainan Tulang
belakang (bungkuk)
dalam
Diet
Kalsium ekstra sel
berkurang
Transport kalsium
ketulang terganggu
Demineralisasi
tulang osteomalasia
Perlunakan kerangka
tubuh
Tekanan pada vertebra
Nyeri punggung
Nyeri akut
2 Ds:
- Px mengatakan nafsu makannya
menurun.
- Pasien mengatakan semakin
kurus
Do:
Nyeri punggung
Nafsu makan
menurun
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
- Porsi makan tidak habis
- BB turun 5 kg (65kg - 60 kg)
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek
3 Ds :
- Px mengatakan mudah leleh
- pasien mengatakan tidak sekuat
sebelumnya
Do:
- Px berjalan seperti bebek atau
pincang
- Px tidak bersemangat
- Gerakan px terbatas
- kekuatan otot : 5 5
4 4
Osteomalasia
Perlunakan kerangka
tubuh
Berat badan dan
tarikan tubuh
Tulang melengkung
Resiko fraktur
meningkat
Gg mobilitas fisik
gg. mobilitas fisik
3.3. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d tekanan pada vertebra
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nyeri punggung
3. Gangguan mobilitas fisik b.d perlunakan kerangka tubuh
3.4. Intervensi
No Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam nyeri dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
- Kaji nyeri dengan
PQRST
- Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam.
- Untuk menentukan
rencana yang tepat
- Untuk mengetahui
perkembangan klien
- Untuk mengalihkan
- Mampu mengontrol
nyeri.
- Melaporkan bahwa nyeri
berkurang menggunakan
manajemen nyeri.
- Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
- TD : 120/90 mmHg
- N : 60-100 x/menit
- Kontrol lingkungan
yang dapat
menyebabkan nyeri.
- Observasi TTV
- Kolaborasikan
dengan dokter untuk
pemeberian obat
analgesik.
perhatian agar klien
tidak terfokus pada
nyeri
- Membantu mengurangi
nyeri
2 Setelah diberikan tindakan
keperawatan 2x24 jam
asupan nutrisi dapat
memenuhi kebutuhan
metabolik.
Kriteria Hasil :
- Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
- Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari menelan
- Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
- Kaji adanya alergi
makanan
- Kaji kemampuan
klien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
- Ajarkan klien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian
- Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi )
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi.
- Observasi jumlah
intake nutrisi dan
kandungan kalori
- Observasi tipe dan
jumlah aktivitas yang
- Mengidentifikasi
masalah utama
penyebab kurangnya
nutrisi
- Menentukan
kemampuan klien
dalam mendapatkan
nutrisi
- Menentukan intake
nutrisi yang dibutuhkan
- Membantu
memperoleh informasi
nutrisi yang dibutuhkan
dilakukan
- Konsultasikan intake
nutrisi dengan ahli
gizi
3 Setelah diberikan tindakan
keperawatan selama 3x24
jam gangguan mobilitas fisik
dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
- Klien meningkat dalam
aktivitas fisik.
- Mengerti tujuan dari
peningkatan mobilitas
fisik
- Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan kekuatan
dan kemampuan
berpindah.
- Memperagakan alat bantu
untuk mobilisasi (walker)
- Kaji kemampuan dan
keadaan secara
fungsional pada
kerusakan yang
terjadi.
- Ajarkan klien atau
tenaga kesehatan lain
tentang teknik
ambulasi
- Lakukan latihan
ROM secara pasif
- Bantu klien untuk
menggunakan
tongkat saat berjalan
dan dan cegah
terhadap cedera
- Observasi keadaan
kulit.
- Koordinasikan
dengan ahli terapi
fisik tentang rencana
ambulasi sesuai
kebutuhan.
- Mengidentifikasi
masalah utama
terjadinya gangguan
mobilitas fisik
- Menentukan
kemampuan mobilisasi
- Mencegah terjadinya
kontraktur
- Meningkatkan sirkulasi
dan elastisitas kulit
- Kolaborasi penanganan
dengan
Ahli terapi fisik.