askep osteomalasia

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama dalam penyusun tulang yaitu kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium bisa mengakibatkan berkurangnya kalsium yang terdapat dalam tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang menjadi kehilangan kepadatan dan kekuatannya, sehinnga mudah retak/patah. Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia, selain itu ganguan pada sindroma malabsorbsi usus, penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab terjadinya osteomalasia. Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya osteoporosis, pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam baik pada anak – anak, dewasa atau pun orang tua. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1.Pengertian dari Osteomalasia ?

Upload: sinta-fatmala-sari

Post on 20-Feb-2016

848 views

Category:

Documents


116 download

DESCRIPTION

Osteomalasia merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak memadainya mineralisasi tulang (kondisi serupa pada anak dinamakan rikets) (Brunner dan Suddart, Edisi 8, 2002)

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP OSTEOMALASIA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagaimana diketahui salah satu mineral utama dalam penyusun tulang yaitu

kalsium. Kurangnya konsumsi kalsium bisa mengakibatkan berkurangnya kalsium yang

terdapat dalam tulang, sehingga lama kelamaan akan terjadi perubahan pada

mikroarstektur tulang dan tulang menjadi lunak. Akibatnya tulang menjadi kehilangan

kepadatan dan kekuatannya, sehinnga mudah retak/patah.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia. Kekurangan kalsium dan

vitamin D terutama di masa kecil dan remaja saat di mana terjadi pembentukan massa

tulang yang maksimal, merupakan penyebab utama osteomalasia Konsumsi kalsium

yang rendah atau menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium yang

umumnya terjadi pada dewasa , dapat menyebabkan osteomalasia, selain itu ganguan

pada sindroma malabsorbsi usus, penyakit hati, gagal ginjal kronis dapat juga menyebab

terjadinya osteomalasia. Terjadinya osteomalasia merupakan rangkaian awal terjadinya

osteoporosis, pada saat sekarang ini angka kejadian tersebut sangat meningkat tajam

baik pada anak – anak, dewasa atau pun orang tua.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Pengertian dari Osteomalasia ?

1.2.2. Etiologi dari Osteomalasia ?

1.2.3. Patofisiologi dari Osteomalasia ?

1.2.4. Manifestasi Klinis dari Osteomalasia?

1.2.5. Komplikasi dari Osteomalasia ?

1.2.6. Penatalaksanaan dari Ostomalasia?

1.2.7. Pemeriksaan Penunjang ?

1.2.8. Pathway dari Osteomalasia ?

1.2.9. Bagaimana asuhan keperawatan dari kasusu Osteomalasia ?

Page 2: ASKEP OSTEOMALASIA

1.3 Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Menegetahui konsep dari osteomalasia dan asuhan keperawatan yang

diberikan pada pasien dengan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tentang pengertian, etiologi, anatomi fisiologi, patofisiologi dari

Osteomalasia.

2. Mengetahui tanda dangejala diagnose banding, komplokasi,

penatalaksanaan dari Osteomalasia.

3. Mengetahui pemeriksaan p[enunjang, asuhan keperawatan dari pengkajian,

diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan dari

Osteomalasia.

1.4 Manfaat

1.4.1. Bagi Penyusun

Menambah pengetahuan dan wawasan keperawtan, tinjauan pustaka dari

Osteomalasia.

1.4.2. Bagi Pembaca

Mnambah pengetahuan dan informasi secara singkat tentang Tinjauan Pustaka

dan Asuhan Keperawatan.

1.4.3. Bagi Pendidikan

Menambah referensi dan sumber bacaan secara singkat tentang Osteomalasia.

Page 3: ASKEP OSTEOMALASIA

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Osteomalasia merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan tidak

memadainya mineralisasi tulang (kondisi serupa pada anak dinamakan rikets) (Brunner

dan Suddart, Edisi 8, 2002)

Osteomalasia adalah manifestasi dari kekurangan vitamin D. Perubahan mendasar

pada penyakit ini adalah gangguan mineralisasi tulang disertai meningkatnya osteoid

yang tidak mengalami manifestasi (Robins, 2007).

Osteomalasia adalah penyakit rakhitis pada orang dewasa dan sebagaimana penyakit

rakhitis, kelainan ini berkaitan dengan gangguan kalsium pada matriks tulang (gangguan

mineralisasi) ( Muttaqin Arief, 2008).

2.2. Etiologi

1. Kekurangan vitamin D

2. Kekurangan kalsium dalam diet.

3. Kelainan gastrointestinal.

4. Malabsorbsi kalsium

5. Gagal ginjal kronis.

2.3. Patofisiologi

Ada beberapa kasus osteomalasia yang terjadi akibat gangguan umum metabolisme

mineral. Faktor resiko terjadinya osteomalasia meliputi kekurangan dalam diet,

malabsorbsi, gastrektomi, gagal ginjal kronik, terapi antikonvulsan berkepanjangan

(fenitoin, fenobarbital), dan kkurangan vitamin D (diet, sinar matahari).

Tipe malnutrisi (kekurangan vitamin D sering berhubungan dengan asupan kalsium

yang jelek) terutama akibat kemiskinan, tapi mematang makanan dan kurangnya

pengatahuan mengenai nutrisi juga merupakan salah satu faktor. Paling sering terjadi di

bagian dunia vitamin D tidak ditambahkan dalam makanan dan dimana terjadi

kekurangan dalam diet dan jauh dari sinar matahari.

Page 4: ASKEP OSTEOMALASIA

Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi kalsium atau kehilangan

kalsium berlebihan dari tubuh. Kelainan gastrointestinal dimana absorpsi lemak tidak

memadai sering menimbulkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D (bersama

dengan vitamin yang larut dalam lemak lainnya) dan kalsium, kalsium diekskresikan

melalui feses dengan kombinasi asam lemak. Kelainan ini meliputi penyakit seliak,

obstruksi traktus biliaris kronik, pankreatitis kronik, dan reaksi usus halus.

Gagal ginjal berat menyebabkan asidosis. Kalsium yang tersedia dipergunakan untuk

menetralkan asidosis, dan hormone paratiroid terus menyebabkan pelepasan dari kalsium

skelet sebagai usaha untuk mengembalikan pH fisiologis.

Selama pelepasan kalsium skelet terus menerus ini, terjadi fibrosis tulang dan kista

tulang. Glomerulonefritis kronik, uropati obstruksi, dan keracunan logam berat

mengakibatkan berkurangnnya kadar fosfat serum dan mineralisasi tulang. Selain itu

penyakit hati dan ginjal dapat mengakibatkan kekurangan vitamin D, karena keduanya

merupakan organ yang melakukan konversi vitamin D ke bentuk aktif. Akhirnya

hiperparatiroidisme mengakibatkan deklasifikasi skelet, dan artinya osteomalasia, dengan

peningkatan ekskresi fosfat dalam urine. Pertimbangan gerontilogik diet yang bergizi

tinggi sangat penting terutama lansia. Dianjurkan peningkatan kalsium dan vitamin D.

Karena sinar matahari penting, lansia harus didorong untuk banyak berjemur dibawah

sinar matahari.

Pencegahan, identifikasi, dan penanganan osteomalasia pada lansia sangat penting

untuk menurunkan insiden fraktur. Bila osteomalasia terjadi bersama dengan

osteoporosis, maka insiden fraktur akan semakin meningkat.

Osteomalasia terjadi akibat defisiensi vitamin D yang menyebabkan terjadi penurunan

kalsium serum, yang merangsang pelepasan hormone paratiroid. Peningkatan hormone

paratiroid meningkatkan penguraian tulang dan ekskresi fosfat oleh ginjal. Tanpa

mineralisasi tulang yang adekuat, maka tulang menjadi lebih tipis. Teradi penimbunan

osteoid yang tidak terkristalisasi dalam jumlah abnormal yang membungkus saluran-

saluran tulang bagian dalam. Hal ini menimbulkan deformitas tulang.

Page 5: ASKEP OSTEOMALASIA

2.4. Manifestasi Klinis

Umumnya gejala yang memperberat dari oseteomalasia adalah:

1) Nyeri tulang dan kelemahan otot akibat defisiensi kalsium. Nyeri tulang yang

dirasakan menyebar terutama pada daerah pinggang dan paha.

2) Pasien akan mengalami cara jalan bebek atau pincang.

3) Tungkai menjadi lebih bengkok pada penyakit lebih lanjut (karena tinggi badan

dan kerapuhan tulang, dan tarikan otot), vertebrata menjadi tertekan, pemendekan

batang tubuh pasien dan kelainan bentuk thoraks (kifosis).

4) Penurunan berat badan

5) Anoreksia

6) Mudah sekali mengalami patah tulang. Terutama dibagian tulang panjang seperti

tulang lengan atau tulang kaki.

7) Fraktur patologis.

8) Vertebra yang melunak menjadi tertekan, dan mengubah bentuk tulang

(kifosis,lordosis lumbalis,skoliosis).

9) Kelemahan dan ketidaktegapan menimbulkan resiko terjatuh dan fraktur.

10) Merasakan sakit saat duduk dan mengalami kesulitan bangun dari posisi duduk ke

posisi berdiri.

2.5. Pemeriksaan Penunjang

1) Rontgen

Menunjukkan fraktur yang khas (looser’s zones) pada tulang-tulang pelvis dan

tulang panjang terutama metatarsal.

2) Pemeriksaan Sinar-X

Demineralisasi tulang secara umum.

3) Pemeriksaan Vertebra

Memperlihatkan adanya patah tulang kompresi tanpa batas vertebra yang jelas.

4) Pada Radiogram

Page 6: ASKEP OSTEOMALASIA

Osteomalasia tampak sebagai pengurangan densitas tulang, terutama pada tangan,

tengkorak, tulang iga dan tulang belakang.

5) Pemeriksaan Laboratorium

Menunjukkan kadar kalsium serum dan fosfor rendah, kadar fosfat alkali

meningkat sedang, ekskresi keratinin dan kalsium urine rendah.

6) Biopsi

Tulang menunjukkan peningkatan osteoid.

2.6. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medik

Jika penyebabnya kekurangan vitamin D, maka dapat disuntikkan vitamin D 200.000

IU per minggu selama 4-6 minggu, yang kemudian dilanjutkan dengan 1600 IU setiap

hari atau 200.000 IU setiap 4-6 bulan.

Jika terjadi kekurangan fosfat (hipofosfatemia), maka dapat diobati dengan

mengkonsumsi 1,25 dihydroxy vitamin D.

b. Penatalaksanaan Non Medik

Jika kekurangan kalsium maka yang harus dilakukan adalah memperbanyak konsumsi

unsur kalsium. Agar sel osteoblas (pembentuk tulang) bisa bekerja lebih keras lagi.

Selain mengkonsumsi sayur-sayuran, buah, tahu, tempe, ikan teri, daging, dan yogurt

mengkonsumsi suplemen kalsium sangatlah disarankan.

Jika kekurangan vitamin D, sangat dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi

makanan seperti ikan salmon, kuning telur, minyak ikan, dan susu. Untuk membantu

pembentukan vitamin D dalam tubuh cobalah sering berjemur di bawah sinar matahari

pagi antara pukul 07.00 – 09.00 pagi dan sore pada pukul 16.00 - 17.00. 

1) Diperlukan diet vitamin D disertai suplemen kalsium.

2) Apabila osteomalasia atau rakitis disebabkan oleh penyakit lain, maka penyakit

tersebut akan memerlukan penanganan terlebih dahulu.

3) Pemajanan sinar matahari dianjurkan.

4) Jika terjadi deformitas ortopedik persisten perlu penggunaan brace/korset atau

dengan pembedahan.

2.7. Komplikasi

Page 7: ASKEP OSTEOMALASIA

1) Kesemutan ditangan dan kaki

2) Cocok (kejang)

3) Kram

4) Rasa berkedut dalam tubuh

2.8. PATHWAY

Kekurangan vitamin D dan kalsium dalam diet

Kalsium ekstra sel berkurang

Transport kalsium ke tulang terganggu

Mineral dalam tulang

Kerangka tubuh menjadi lunak

Berat badan dan tarikan tubuh

Tekanan pada vertebra

Resiko fraktur meningkat

Tulang melengkung

Gangguan Mobilitas Fisik

Penekanan syaraf vertebra

Nyeri punggung

Tinggi badan

Deformitas

Page 8: ASKEP OSTEOMALASIA

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Klien meliputi :

Nama : Tn. x

Umur : 48 tahun

Berat Badan : 65 kg

Tinggi badan : 168 cm

Alamat : Surabaya

Pekerjaan : karyawan swasta

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Masuk RSUAM   : 18 Mei 2015

Penanggung jawab : Istri Tn x

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Nyeri AkutCara berjalan pincang

Resiko cedera

Harga Diri Rendah

Nafsu makanNutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh

Page 9: ASKEP OSTEOMALASIA

1) Keluhan utama : Nyeri tulang

2) Saat masuk RS : pinggangnya nyeri, cara jalan seperti bebek atau

pincang,dan mudah lelah

3) Riwayat penyakit Sekarang : sebulan yang lalu pasien mengaku sudah pernah

mengalami nyeri tulang pinggang. Sampai dia izin kerja selama 2 hari di pabriknya.

Pasien mengaku setelah membeli obat setelan di toko terdekat dan beristirahat

selama 2 hari sudah sembuh. Namun beberapa hari setelah itu pasien mengaku

mudah lelah, nafsu makan menurun, semakin kurus, dan pasien merasakan tidak

sekuat sebelumnya dan jika aktifitasnya berat pinggangnya nyeri lagi. Keadaan

seperti itu terus berulang sampai kemarin pasien merasa sudah tidak kuat menahan

nyeri pinggang dan akhirnya pada tanggal 18 mei 2015 pasien masuk rumah sakit.

4) Pengkajian nyeri

a. P : Terasa nyeri saat berjalan dan nyeri berkurang jika istirahat.

b. Q : Seperti tertekan benda berat.

c. R : Pada pinggang

d. S : 8 (1-10)

e. T : Pada saat beraktivitas.

3. Riwayat kesehatan dahulu : tidak ada

4. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada riwayat penyakit keluarga.

5. Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan Tanda – tanda Vital

- Tekanan Darah : 160/100 mmHg

- Nadi : 110x/mnt

- RR : 20 x/mnt

- Suhu : 36,8 oC

- BB : 60 kg

- TB : 165 cm

Page 10: ASKEP OSTEOMALASIA

2) Keadaan Umum

- Kesadaran : Compos Mentis

3) Sistem Pencernaan

- Mulut : kotor

- Mukosa : kering

- Tenggorokan : -

- Abdomen : kembung

- Peristaltik : 3 x/menit

- BAB : 2 hari sekali

- Nafsu makan : Menurun

- Porsi makan : tidak habis

4) Sistem muskulo skeletal dan integumen

- Pergerakan sendi : terbatas

- Kekuatan otot : 5 5

4 4

- Kelainan ekstermitas : tidak

- Kelainan T. Belakang : ya (bungkuk)

- Fraktur : tidak

- Traksi / spalk / gips : tidak

- Kompartemen syndrome : tidak

- Kulit : kering

- Turgor : jelek

- Luka jenis : -

- Odeme : -

6. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboraturium

a. Darah lengkap

Leukosit : - ( N : 3.500 - 10.000 mL )

Eritrosit : - ( N : 1,2 juta - 1,5 juta )

Page 11: ASKEP OSTEOMALASIA

Trombosit : - ( N : 150.000 – 350.000/ mL )

Hemoglobin : - ( N : 11,0 – 16,3 gr / dl )

Hematrokit : - ( N : 35,0 – 50 gr / dl )

b. Kimia Darah

Ureum : - ( N : 10 – 50 mg / dl )

Creatinin : 0,5 mg/dl ( N : 0,7 – 1,5 mg / dl )

SGOT : - ( N : 2 – 17 )

SGPT : - (N : 3 – 19 )

BUN : - ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg/dl )

Bilirubin : - ( N : 1,0 mg / dl )

Total Protein : - ( N : 6,7 – 8,7 mg / dl )

GD Puasa : - ( N : 100 mg / dl )

GD 2 JPP : - ( N : 140 – 180 mg / dl )

c. Analisa elektrolit

Natrium : - ( N : 136 – 145 mmol / l )

Kalium :3 mml/1 ( N : 3,5 – 5,0 mml / l )

Clorida : - ( N : 98 – 106 mmol / l )

Calsium : 7 mg/dl ( N : 7,6 – 11,0 mg / dl )

Phospor : 2,2 mg/dl ( N : 2,5 – 7,07 mg / dl )

Fosfat anorganik : rendah

Fosfatase alkali : tinggi

2. Pemeriksaan Sinar X : terlihat demineralisasi secara umum.

3. Biopsi : tulang menunjukan peningkatan osteoid.

3.2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. Ds :

- px mengatakan nyeri pada

pinggang seperti tertekan benda

Kekurangan vitamin

D dan kalsium

Nyeri Akut

Page 12: ASKEP OSTEOMALASIA

berat.

- Px mengatakan nyeri saat

bergerak/aktifitas dan berkurang

saat istirahat.

Do :

- TTV :

TD : 160/100 mmHg (N 120/90

mmHg

N : 110x/mnt (N 60-100 x/mnt)

- Pengkajian nyeri :

P : Terasa nyeri saat berjalan

dan nyeri berkurang jika

istirahat.

Q : Seperti tertekan benda berat.

R : Pada pinggang

S : 8 (1-10)

T : Pada saat beraktivitas.

- Wajah menyeringai

- Terlihat kelainan Tulang

belakang (bungkuk)

dalam

Diet

Kalsium ekstra sel

berkurang

Transport kalsium

ketulang terganggu

Demineralisasi

tulang osteomalasia

Perlunakan kerangka

tubuh

Tekanan pada vertebra

Nyeri punggung

Nyeri akut

2 Ds:

- Px mengatakan nafsu makannya

menurun.

- Pasien mengatakan semakin

kurus

Do:

Nyeri punggung

Nafsu makan

menurun

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

Page 13: ASKEP OSTEOMALASIA

- Porsi makan tidak habis

- BB turun 5 kg (65kg - 60 kg)

- Kulit kering

- Turgor kulit jelek

3 Ds :

- Px mengatakan mudah leleh

- pasien mengatakan tidak sekuat

sebelumnya

Do:

- Px berjalan seperti bebek atau

pincang

- Px tidak bersemangat

- Gerakan px terbatas

- kekuatan otot : 5 5

4 4

Osteomalasia

Perlunakan kerangka

tubuh

Berat badan dan

tarikan tubuh

Tulang melengkung

Resiko fraktur

meningkat

Gg mobilitas fisik

gg. mobilitas fisik

3.3. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d tekanan pada vertebra

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d nyeri punggung

3. Gangguan mobilitas fisik b.d perlunakan kerangka tubuh

3.4. Intervensi

No Tujuan Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 2x24

jam nyeri dapat berkurang.

Kriteria Hasil :

- Kaji nyeri dengan

PQRST

- Ajarkan teknik

relaksasi nafas

dalam.

- Untuk menentukan

rencana yang tepat

- Untuk mengetahui

perkembangan klien

- Untuk mengalihkan

Page 14: ASKEP OSTEOMALASIA

- Mampu mengontrol

nyeri.

- Melaporkan bahwa nyeri

berkurang menggunakan

manajemen nyeri.

- Menyatakan rasa nyaman

setelah nyeri berkurang.

- TD : 120/90 mmHg

- N : 60-100 x/menit

- Kontrol lingkungan

yang dapat

menyebabkan nyeri.

- Observasi TTV

- Kolaborasikan

dengan dokter untuk

pemeberian obat

analgesik.

perhatian agar klien

tidak terfokus pada

nyeri

- Membantu mengurangi

nyeri

2 Setelah diberikan tindakan

keperawatan 2x24 jam

asupan nutrisi dapat

memenuhi kebutuhan

metabolik.

Kriteria Hasil :

- Mampu mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda-tanda

malnutrisi

- Menunjukkan

peningkatan fungsi

pengecapan dari menelan

- Tidak terjadi penurunan

berat badan yang berarti

- Kaji adanya alergi

makanan

- Kaji kemampuan

klien untuk

mendapatkan nutrisi

yang dibutuhkan

- Ajarkan klien

bagaimana membuat

catatan makanan

harian

- Berikan makanan

yang terpilih ( sudah

dikonsultasikan

dengan ahli gizi )

- Berikan informasi

tentang kebutuhan

nutrisi.

- Observasi jumlah

intake nutrisi dan

kandungan kalori

- Observasi tipe dan

jumlah aktivitas yang

- Mengidentifikasi

masalah utama

penyebab kurangnya

nutrisi

- Menentukan

kemampuan klien

dalam mendapatkan

nutrisi

- Menentukan intake

nutrisi yang dibutuhkan

- Membantu

memperoleh informasi

nutrisi yang dibutuhkan

Page 15: ASKEP OSTEOMALASIA

dilakukan

- Konsultasikan intake

nutrisi dengan ahli

gizi

3 Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama 3x24

jam gangguan mobilitas fisik

dapat berkurang.

Kriteria Hasil :

- Klien meningkat dalam

aktivitas fisik.

- Mengerti tujuan dari

peningkatan mobilitas

fisik

- Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan kekuatan

dan kemampuan

berpindah.

- Memperagakan alat bantu

untuk mobilisasi (walker)

- Kaji kemampuan dan

keadaan secara

fungsional pada

kerusakan yang

terjadi.

- Ajarkan klien atau

tenaga kesehatan lain

tentang teknik

ambulasi

- Lakukan latihan

ROM secara pasif

- Bantu klien untuk

menggunakan

tongkat saat berjalan

dan dan cegah

terhadap cedera

- Observasi keadaan

kulit.

- Koordinasikan

dengan ahli terapi

fisik tentang rencana

ambulasi sesuai

kebutuhan.

- Mengidentifikasi

masalah utama

terjadinya gangguan

mobilitas fisik

- Menentukan

kemampuan mobilisasi

- Mencegah terjadinya

kontraktur

- Meningkatkan sirkulasi

dan elastisitas kulit

- Kolaborasi penanganan

dengan

Ahli terapi fisik.