askep limfadenopaty

8
 Askep Limfadenopaty Askep Limfadenopaty Dafid Arifiyanto, 2008 A. Pengertian Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000; 52). Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe (Price, 1995; 40). Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370). Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi. B. Etiologi 1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen. 2. infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe. 3. Proliferasi in situ dari l imfosit maligna atau makrofag. 4. infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik. 5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofa g yang mengandung metabolit dalam penyakit cadangan lipid. (Harrison, 1999; 370) . C. Patofisiologi Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe  jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah , tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama. Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh

Upload: adhieguna-prasha-prasetya

Post on 19-Jul-2015

335 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Limfadenopaty

5/17/2018 Askep Limfadenopaty - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-limfadenopaty 1/8

Askep Limfadenopaty 

Askep Limfadenopaty

Dafid Arifiyanto, 2008

A. PengertianLimfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong,

2000; 52).Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar

limfe (Price, 1995; 40).

Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370).Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah

kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat danterlokalisasi.

B. Etiologi1. Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.

2. infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.3. Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.

4. infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.5. Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam

penyakit cadangan lipid.(Harrison, 1999; 370)

.

C. PatofisiologiSistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular

darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe

 jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnyabergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi

kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa

dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecilagak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian

memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe.Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang

bertambah , tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah

dengan cara yang sama.Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfemenguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang

meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agenyang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat

peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya,agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh

penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfeyang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh

Page 2: Askep Limfadenopaty

5/17/2018 Askep Limfadenopaty - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-limfadenopaty 2/8

cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai alirandarah. (Price, 1995; 39 - 40).

Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentangkemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya

hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopatisistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar

limfe dianjurkan. (Harrison, 1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringantumur mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itudikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini

dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ).

Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otakdengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan

ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, naditidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000;

35).

D. Manifestasi klinisKelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan

tanpa nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik,

dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa.(Harrison, 1999; 370).

E. Pemeriksaan penunjang1. Hitung darah lengkap.

2. Biakan darah.3. Foto rontgen.

4. Serologi.5. Uji kulit.

(Harrison, 1999; 372).

F. Penatalaksanaan medis dan bedahBiopsi kelejar limfe.

(Harrison, 1999; 372).

G. Dasar data pengkajian Pasien

Aktivitas / istirahatGejala : Kelelahan, kelemahan, atau malaise umum.

Kehilangan produktivitas dan penurunan toleransi latihan.Kebutuhan tidur dan dan istirahat lebih banyak.

Tanda : Penurunan kekuatan, bahu merosot, jalan lamban, dan tanda lain yangmenunjukkan kelelahan.

SirkulasiGejala : Palpitasi, angina / nyeri dada.

Tanda : Takikardia, disrutmia.Sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena pembesaran nodus limfa

adalah kejadian yang jarang).Ikterus sklera dan ikterik umum sehubungan dengan kerusakan hati dan obstruksi

duktus empedu oleh pembesan nodus limfe (mungkin tanda lanjut).

Page 3: Askep Limfadenopaty

5/17/2018 Askep Limfadenopaty - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-limfadenopaty 3/8

Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.Integritas ego

Gejala : Faktor stres, mis ; sekolah, pekerjaan, keluarga.Takut/ansietas sehubungan dengan diagnosis dan kemungkinan takut mati.

Anseitas/takut sehubungan dengan tes diagnostik dan modalitas pengobatan(kemoterapi dan terapi radiasi)

Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan mahal, takut kehilanganpekerjaan sehubungan dengan kehilangan waktu bekerja.Status hubungan : takut dan ansietas sehubungan dengan menjadi orang yang

tergantung pada keluarga.

Tanda : berbagai perilaku, mis ; marah, menarik diri, pasif.Eliminasi

Gejala : Perubahan karakteristik urine dan/ atau feses.Riwayat obstruksi usus, contoh intususepsi, atau sindrom malabsorpsi (infiltrasi dari

nudos limfa retroperitonial).Tanda : Nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan pembesaran kanan atas dan

pembesaran pada palpasi (hematomegali).Nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan pembesaran pada palpasi (splenomegali).

Penurunan haluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretral/ gagal ginjal).Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).

Makanan / CairanGejala : Anoreksia/kehilangan nafsu makan.

Disfagia ( tekanan pada esofagus )Adanya penurunan berat badan yang tak dapat tak dapat dijelaskan sama dengan

10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upayadiet.

Tanda : pembengkakan pada wajah, leher, rahang, atau tangan kanan ( sekunderterhadap kompresi vena kava superioroleh pembesaran nodus limfe).

Ekstrimitas: edema ekstrimitas bawah sehubungan dengan obstruksi vena kavainferior dari pembesaran nodus limfe intraabdominal ( non-Hodgkin).

Asites ( obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa

intraab-dominal).Neurosensori

Gejala : Nyeri syaraf ( neuralgia ) menunjukkan kompresi akar saraf oleh

pembesaran nodus limfa pada brakial, lumbar, dan, pleksus sakral.Kelamahan otot, parestesia

Tanda : Status mental: letargi, menarik diri, kurang minum terhadap sekitar.

Paraplegia ( kompresi batang spinal dari tubuh vetebral, keterlibatan diskus padakompresi/ degenerasi, atau kompresi suplai darah terhadap batang spinal).

Nyeri / KenyamananGejala : Nyeri tekan / nyeri pada nodus limfa yang terkena, mis; pada sekitar

mediastinum, nyeri dada, nyeri punggung ( kompresi vertebral ) ; nyeri tulangumum ( keterlibatan tulamg limfomatus )

Nyeri segera pada area yang terkena setelah minum alkohol.Tanda : Fokus pada diri sendiri; perilaku berhati – hati.

PernafasanGejala : Dispnea pada kerja atau istirahat; nyeri dada.

Tanda : Dispnea; takikardiaBatuk kering non-produktif.

Tanda distres pernafasan, contoh peningkatan frekuensi pernapasan dan kedalaman,penggunaan otot bantu, stridor, sianosis.

Parau/ paralisis laringeal(tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).

Page 4: Askep Limfadenopaty

5/17/2018 Askep Limfadenopaty - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-limfadenopaty 4/8

KeamananGejala : Riwayat sering/adanya infeksi ( abnormalitas imunitas seluler pencetus

untuk infeksi virus herpes sismetik, TB, toksoplasmosis, atau infeksi bakterial ).Riwayat mononukleus ( resiko tinggi penyakit hodgkin pada pasien dengan titer

tringgi virus Espstien – Barr ). Riwayat ulkus / perforasi perdarahan gaster.Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari berakhir sampai beberapa minggu

( demam pel – Ebstain ) diikuti oleh periode demam; keringat malam tanpamengigil.Kemerahan/ pruritus umum.

Tanda : Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 380 C tanpa

gejala infeksi.Nodus limfe simetris, tak nyeri, membenkak / membesar ( nodus servikal paling

umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan kanan; kemudian nudos aksiladan mediastinal )

Nudus dapat terasa kenyal dan keras, diskret dan dapat digerakkan.Pembesaran tonsil.

Pruritus umum.Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin ( vitiligo )

SeksualitasGejala : Masalah tentang fertilitas / kehamilan ( sementara penyakit tidak

mempengaruhi ).Tetapi penurunan libido.

Penyuluhan/pembelajaranGejala : Faktor resiko keluarga ( lebih tinggi insiden diantara keluarga pasien

Hodgkin dari pada populasi umum ).Pekerjaan terpajan pada herbisida ( pekerja katu / kimia ).

Pertimbangan DRGmenunjukkan rerata lama dirawat 3,9 hari, dengan intervensi bedah, 10,1 hari.

Rencana pemulangan :Dapat memerlukan bantuan terapi medik / suplai, aktivitas perawat diri dan/atau

pekerjaan rumah / transportasi, belanja.

( Doengos,1999; 605-607 )H. Pathway dan masalah keperawatannya

Peradangan↓

Pembuluh darah↓

Cairan iterstisial ke saluran limfe jaringan↓

Peningkatan pada aliran limfe↓

Lapisan sel pembatas meregang↓

Kelenjar limfe membesar↓

Bahan interstisial yang masuk lebih banyak↓

Agen penyebab cidera terbawa cairan limfe↓

Pembuluh darah↓

Keseluruh tubuh

Page 5: Askep Limfadenopaty

5/17/2018 Askep Limfadenopaty - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-limfadenopaty 5/8

Penyebaran agen yang menularOperasi/biopsi

Intoleransi aktifitas

↓Pembiusan biopsi

Pernafasan tidak teratur Mati rasa Kelemahan umumNyeri

Neuromuskular Dilakukan sayatan

Pembuluh darah Kulit terbukaResiko kekurangan volume cairan

Pola nafas tidak efektif 

Resiko infeksi

Oeswari, 2000Price, 1995

Harrison, 1999

I. Fokus intervensi.

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif Tujuan: Mencapai penyembuhan tepat waktu,bebas drenase purulen atau eritema

dan tidak demam ( doengos, 1999; 796 – 797 )

Interensi :- Tingkatkan cuci tangan yang baik pada setaf dan pasien.- Gunakan aseptik atau kebersinan yang ketet sesuai indikasi untuk menguatkan

atau menganti balutan dan bila menangani drain.insruksian pasien tidak untukmenyentuh atau menggaruk insisi

- Kaji kulit atau warna insisi. Suhu dan integrits: perhatikan adanya eritema /inflamasi kehilangan penyatuan luka.

- Awasi suhu.adanya menggigil.- Dorong pemasukan cairan,diey tinggi protein dengan bentuk makanan kasar.

- Kolaborasi berikan antibiotik sesuai indikasi

Rasional :- Menurunkan resiko kontaminasi silang.

- Mencegah kotaminasi dan resiko infeki luka,dimana dapat memerlukan postprostese.

- Memberikan informasi trenteng status proses penyembuhan dan mewaspadakanstaf terhadap dini infeksi.

- Meskipun umumnya suhu meningkatpdad fase dini pasca operasi dan/atua adanya

menggigil biasanya mengindikasikan terjadinya infeksi memerlukan inetrvensi untukmencegah komplikasi lebih serius.

- Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi untuk mendukung perfusi

 jaringan dan memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi selular dan

Page 6: Askep Limfadenopaty

5/17/2018 Askep Limfadenopaty - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-limfadenopaty 6/8

penyembuhan jaringan.- Mungkin berguna secara profilaktik untuk mencegah infeksi.

2. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada kulit, jaringan dan integritas otot.Tujuan: mengatakan bahwa rasa sakit telah terkontrol / hilang.

( doengos, 1999; 915 – 917 )Intervensi :

- Evaluasi rasa sakit secara regular (mis, setiap 2 jam x 12 ), catat karakteristik,lokasi n intensitas ( skala 0-10 ).- Kaji penyebab ketidaknyamanan yang mungkin selain dari prosedur operasi.

- Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesui kebutuhan

- Lakukan reposisi sesui petunjuk, misalnya semi - fowler; miring.- Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya latihan napas dalam, bimbingan

imajinasi, visualisasi.- Berikan perwatan oral reguler.

Rasional:- Sediakan informasi mengenai kebutuhan / efektifitas intervensi. Catatan: sakit

kepala frontal dan / atau oksipital mungkin berekembang dalam 24-72 jam yangmengikuti anestesi spinal, mengharuskan posisi terlentang, peningkatan pemasukan

cairan, dan pemberitahuan ahli anestesi.- Ketidaknyamanan mungkin disebabkan / diperburuk dengan penekanan pada

kateter indwelling yang tidak tetap, selang NG, jalur parenteral ( sakit kandungkemih, akumulasi cairan dan gas gaster, dan infiltrasi cairan IV/ medikasi.

- Pahami penyebab ketidaknyamanan ( misalnya sakit otot dari pemberiansuksinilkolin dapat bertahan sampai 48 jam pasca operasi, sakit kepala sinus yang

disosialisasikan dengan nitrus oksida dan sakit tenggorok dan sediakan jaminanemosional. Catatan: peristasia bagian-bagian tubuh dapat menyebabkan cedera

saraf. Gejala – gejala mungkin bertahan sampai berjam-jam atau bahkan berbulan –bulan dan membutuhkan wevaluasi tambahan.

- Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – Fowlerdapat mengurangi tegangan otot abdominal dan oto punggung artritis, sewdangkan

miring mengurangi tekanan dorsal.

- Lepaskan tegangan emosional dan otot; tingkatkan perasaan kontrol yang mungkindapat meningkatkan kemam puan koping.

- Mengurangi ketidaknyamanan yang di hubungkan dangan membaran mukosa yangkering pada zat – zat anestesi, restriksi oral.

3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan neouromuskular, ketidak imbangan

persptual.

Tujuan: Menetapkan pola nafas normal / efektif dan bebas dari sianosis dan tanda –tanda hipoksai lain. ( doengos, 1999; 911 – 912 )

Intervensi:- Pertahankan jalan udara pasien dengan memiringkan kepala, hipereksentensi

rahang, aliran udara feringeal oral.- Obserefasi dan kedalamam pernafasan, pemakaian otot – otot bantu pernafasan,

perluasan rongga dada, retraksi atau pernafasan cuping hidung, warna kulit danaliran udara.

- Letakkan pasien pada posisi yang sesuai, tergantung pada kekuatan pernafasandan jenis pembedahan.

- Observasi pengembalian fungsi otot terutama otot pernafasan.- Lakukan penghisapan lendir jika perlu.

- Kaloborasi: berikan tambahan oksigen sesui kebutuhan.Rasional:

- Mencegah obstruksi jalan nafas.

Page 7: Askep Limfadenopaty

5/17/2018 Askep Limfadenopaty - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-limfadenopaty 7/8

- Dilakukan untuk memastikan efektivitas pernafasan sehingga upayamemperbaikinya dapat segera dilakukan.

- Elevasi kepala dan posisi miring akan mencegah terjadinya aspirasi dari muntah,posisi yang benar akan mendoromg ventilasi pada lobus paru bagian bawah dan

menurunkan tekanan pada diafragma.- Setekah pemberian obat – obat relaksasi otot selama masa intra operatif 

pengembalian fungsi otot pertama kali terjadi pada difragma, otot – otot interkostal,dan laring yang akan diikuti dengan relaksasi dengan relaksasi kelompok otot – ototutma seperti leher, bahu, dan otot – otot abdominal, selanjutnya diikuti oleh otot –

otot berukuran sedang seperti lidah, paring, otot – otot ekstensi dan fleksi dan

diakhiri oleh mata, mulut, wajah dan jari – jari tangan.- Obstruksi jalan nafas dapat terjadi karena danya darah atau mukus dalam

tenggorok atau trakea.- Dilakukan untuk meningkatkan atau memaksimalkan pengambilan oksigen yang

akan diikat oleh Hb yang mengantikan tempat gas anestesi dan mendorngpengeluaran gas tersebut melalui zat – zat inhalasi.

4. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

pengeluaran integritas pembuluh darah, perubahan dalam kemampuan pembekuandarah.

Tujuan: Mendemonstrasikan keseimbangan cairan yang adekuat, sebagaimanaditunjukkan dengan tanda – tanda vital yang stabil, palpasi denyut nadi dengan

kualitas yang baik, turgor kulit normal, membran mukosa lembab, dan pengeluaranurine yang sesui. . ( doengos, 1999; 913 – 915 )

Intervensi:

- Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran ( termasuk pengeluarangastrointestinal ).

- Kaji pengeluaran urinarus, terutama untuk tipe prosedur operasi yang dilakukan.- Berikan bantuan pengukuran berkemih sesuai kebutuhan. Misalnya privasi, posisi

duduk, air yang mengalir dalam bak, mengalirkan air hamgat diatas perineum.

- Catat munculnya mual/muntah, riwayat pasien mabuk perjalanan.- Periksa pembalut, alat drein pada intrval reguler. Kaji luka untuk terjadinya

pembengkakan.- Kalaborasi: Berikan cairan pariental, pruduksi darah dean / atau plasma ekspander

sesuai petunjuk. Tingkatkan kecepatan IV jika diperlukan.Rasional:

- Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran

cairan/ kebutuhan pemggantian dan pilihan – pilihan yang mempengaruhi intervensi.- Mungkin akan terjadi penurunan ataupun penghilangan setelah prosedur pada

sistem genitourinarius dan / atau struktur yang berdekatan.- Meningkatkan relaksasi otot perineal dan memudahkan upaya pengosongan.

- Wanita, pasien dengan obesitas, dan mereka yang memiliki kecenderungan mabukperjalanan penyakit memiliki resiko mual/ muntah yang lebih tinggi pada masa

pasca operasi. Selain itu, semakin lama durasi anestesi, semakin resiko untuk mual,catatan: Mual yang terjadi selama 12 –24 jam pasca operasi umumnya dibangunkan

dengan anestesi( termasuk anestesi regional ),. Mual yang bertahan lebih dari 3 haripasca operasi mungkin dihubungkan dengan pilihan narkotik untuk mengontrol rasa

sakit atau tr erap oabt – abatan lainnya.- Perdarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada hipovolemia / hemoragi.

Pembengkakan lokal mungkin mengindikasikan formasi hematoma/ perdarahan.- Gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan. Catat waktu penggantian

volume sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi, misalnya ketidak

Page 8: Askep Limfadenopaty

5/17/2018 Askep Limfadenopaty - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-limfadenopaty 8/8

seimbangan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum; penurunan kekuatan / ketahanan; nyeri.

Tujuan: Menunjukkan teknik / perilaku yang mampu memampukan kembalimelakukan aktivitas. . ( doengos, 1999;536 – 537 )

Intervensi:

- Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan linkungan tenang; batasi pengunjungsesui keperluan.

- Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.- Tingkatkan aktivitas sesui toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak

sensipasi/ aktif.- Dorong penggunaan teknik menejemen stres. Contoh relaksasi progresif,

vissualisasi bimbing imajinasi. Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menontonTv, radio, dan membaca.

- Berikan obat sesui indikasi, Sedatif, agen antiansietas, contoh Diazepam ( valium ),Lorazepam ( ativam ).

Rasional:- Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyipan energi yang digunakan untuk

penyembuhan. Aktivitas dengan posisi duduk tegak diyakini menurunkan alirandarah kaki yang mencegah sirkulasi optimal kesel hati.

- Meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentuuntuk menurunkan resiko kerusakan jaringan.

- Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karenaketerbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.

- Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian,dan meningkatkan koping.

- Membantu dalam menejemen kebutuhan tidur, catatan: Penggunaan Barbiturat

dan Tranguilizer seperti Compazine dan Thorazine, dikontra indikasikan sehubungandengan efek hepatotoksik.

Diposting oleh Dafid.Stikes-Muhammadiyah-Pekajangan di 23:14